Anda di halaman 1dari 13

PANDUAN PRAKTEK KLINIK (PPK)

TATA LAKSANA KASUS


RSIA BUDHI JAYA
2015
Perdarahan Antepartum : Plasenta Previa (ICD 10 : )
Ditetapkan
Direktur Utama
Dr. Okty Prahalanitya, MARS
PENGERTIAN

Perdarahan pervaginam yang terjadi pada usia kehamilan


setelah 22 minggu hingga sebelum bayi dilahirkan, yang
disebabkan oleh plasenta tertanam letak rendah di sekitar atau
menutupi pintu leher rahim.

ANAMNESIS

Perdarahan tanpa nyeri pada usia kehamilan diatas 22 minggu,


berupa darah segar atau kehitaman disertai bekuan darah.
Terjadi setelah miksi, defekasi, aktivitas fisik, kontraksi
braxton Hicks atau koitus.

PEMERIKSAAN FISIK

Keadaan umum, kesadaran, tanda vital, leopold 1-4, DJJ,


inspekulo. Tidak boleh dilakukan pemeriksaan dalam , kecuali
pada kondisi di meja operasi dan siap melakukan operasi SC.

KRITERIA DIAGNOSIS

DIAGNOSIS KERJA
DIAGNOSIS BANDING
PEMERIKSAAN
PENUNJANG

Kriteria klinis :
Perdarahan pervaginam pada usia gestasi >22 minggu.
Darah berupa darah segar dan merah
Teraba jaringan lunak plasenta pada Pemeriksaan
Dalam Meja Operasi (PMDO)
Kriteria Penunjang :
Didapat plasenta letak rendah pada hasil pemeriksaan
USG kehamilan ( jarak tepi plasenta dengan ostium
berdekatan)
Plasenta Previa
Inpartu, Solusio plasenta, Ruptura uteri, Gangguan
pembekuan darah
1. Darah perifer lengkap
2. USG

TERAPI

EDUKASI

PROGNOSIS
KEPUSTAKAAN

TELAAH

Pemberian cairan intravena Ringer Laktat atau NaCl


0.9% untuk memperbaiki kekurangan cairan atau darah
(Resusitasi awal)
Penilaian jumlah perdarahan dan usia kehamilan.
- Jika perdarahan aktif dan banyak, pada usia
kehamilan berapapun segera dilakukan terapi aktif
berupa operasi seksio sesarea.
- Jika perdarahan sedikit dapat dapat dihentikan, maka
dapat dilakukan pemantauan dan terapi ekspektatif
(pada kehamilan preterm) atau terapi aktif persalinan
pervaginam (pada kehamilan aterm).
Terapi Ekspektatif yaitu pada perdarahan sedikit yang
kemudian berhenti pada kehamilan preterm, belum ada
tanda inpartu, kondisi ibu dan janin baik. Dilakukan
perawatan tirah baring total, pemberian antibiotika
profilaksis, pemeriksaan USG, perbaiki kekurangan
cairan/darah dengan infus cairan atau pemberian sulfas
ferosus atau ferous fumarat 60 mg peroral selama 1
bulan.
Terapi Aktif yaitu terminasi kehamilan pada kondisi
perdarahan banyak dan aktif tanpa melihat usia
kehamilan, atau pada perdarahan sedikit pada kondisi
janin matur (aterm). Pada perdarahan sedikit dan terdapat
tanpa inpartu dapat dilakukan persalinan pervaginam.
Tirah baring (bed rest total)
Jangan melakukan koitus
Banyak minum
Dubia ad bonam
Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal. Saifudin AB, Wiknjosastro GH, Affandi B, et al. PT
Bina Pustaka Sarwono Prawirohardji. Jakarta: 2010.
1. dr. Denny, SpOG
2. dr. Ichnandy, SpOG
3. dr. Derajat, SpOG
4. dr. Fetty, SpOG
5. dr. Sitta, SpOG

PANDUAN PRAKTEK KLINIK (PPK)


TATA LAKSANA KASUS
RSIA BUDHI JAYA
2015
Perdarahan Antepartum : Solusio Plasenta
(ICD-10:)
Ditetapkan
Direktur Utama
Dr. Okty Prahalanitya, MARS
PENGERTIAN

Perdarahan saat kehamilan diatas 22 minggu yang


diakibatkan oleh lepasnya plasenta dari tempat melekatnya
yang normal pada uterus sebelum janin dilahirkan.

ANAMNESIS

Perdarahan pervagina berwarna kehitaman disertai dengan


nyeri perut intermiten atau menetap.
Terdapat riwayat trauma, hipertensi, polihidramnion, ataupun
gemelli.

PEMERIKSAAN FISIK

Kesadaran, keadaan umum, tanda vital, pemeriksaan fisik


menyeluruh (anemis), Leopold, perabaan uterus
(tegang/nyeri), DJJ (denyut janin), gerak janin (aktif/tidak ada
pergerakan), Pemeriksaan inspekulo.

KRITERIA DIAGNOSIS

Kriteria klinis :

Perdarahan pervaginam berwarna kehitaman disertai


nyeri perut atau nyeri perut tanpa perdarahan pada tipe
tersembunyi.

Riwayat trauma atau terdapat faktor resiko

Tampak anemis, lemah, syok

Berkurang atau menghilangnya gerak janin dan/atau


denyut jantung janin

Kriteria Pemeriksaan Penunjang :

DIAGNOSIS KERJA

Anemia

USG

Solusio Plasenta

DIAGNOSIS BANDING

Plasenta previa, Ruptura Uteri, Gangguan koagulasi

PEMERIKSAAN
PENUNJANG

1. Darah perifer lengkap


2. USG

TERAPI

Berdasarkan Ringan/beratnya perdarahan serta usia


kandungan dan kondisi janin.
Perdarahan ringan atau sedang : Pantau kondisi janin
DJJ normal dapat dilakukan persalinan
pervaginam, induksi atau Seksio sesarea
DJJ abnormal persalinan segera (pervaginam
maupun SC)
Perdarahan Berat Segera persalinan pervaginam
amupun SC.

EDUKASI

1. Hindari benturan ataupun trauma pada perut


2. Perhatikan gerakan janin, jika melemah atau tidak ada
gerakan dalam 6 jam segera periksakan

PROGNOSIS

Dubia ad bonam

KEPUSTAKAAN

Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan


Neonatal. Saifudin AB, Wiknjosastro GH, Affandi B, et al. PT
Bina Pustaka Sarwono Prawirohardji. Jakarta: 2010.
1. dr. Denny, SpOG
2. dr. Ichnandy, SpOG
3. dr. Derajat, SpOG
4. dr. Fetty, SpOG
5. dr. Sitta, SpOG

TELAAH

PANDUAN PRAKTEK KLINIK (PPK)


TATA LAKSANA KASUS
RSIA BUDHI JAYA
2015
Hiperemesis Gravidarum
(ICD-10:)
Ditetapkan
Direktur Utama

Dr. Okty Prahalanitya, MARS


PENGERTIAN

Hiperemesis gravidarum berasal dari bahasa asing: Hyper


(Yunani) dan emesis serta gravida (Latin) yang berarti muntah
yang berlebih pada wanita hamil.
Hiperemesis gravidarum adalah keadaan mual dan muntah
yang terjadi pada wanita hamil,yang terjadi pada awal
kehamilan sampai umur kehamilan 20 minggu.

ANAMNESIS

Mual, muntah, penurunan nafsu makan, nyeri epigastrium,


berat badan menurun, lemas.

PEMERIKSAAN FISIK

1. Tanda kehamilan
2. Penurunan berat badan
3. Lemas, apatis
4. Tanda dehidrasi : Mata cekung, Turgor kulit
menurun, BAK sedikit dan pekat
5. Lidah kering dan kotor
6. Bau nafas aseton
7. Nadi cepat dan lemah (100 120 atau lebih per
menit)
8. Tekanan darah menurun (sistolik 100 110 mmHg
atau lebih rendah)
9. Suhu dapat meningkat
10. Jaundice bila sudah sangat berat dan lanjut
11. Tanda-tanda

KRITERIA DIAGNOSIS

menifestasi

neurologis

perubahan kesadaran, nistagmus, kejang.


Anamnesis dan Pemeriksaan fisik sesuai

seperti

Pemeriksaan Penunjang, berupa :


- Urinalisis untuk keton dan diagnosis kehamilan.
- Hematokrit: mungkin meningkat akibat dehidrasi
- Elektrolit
serum:
mengevaluasi
adanya
hiponatremia atau hipokalemia, hipokloremia,
alkalosis atau asidosis metabolik, dan fungsi
-

ginjal.
Analisis gas darah : alkalosis atau asidosis

metabolik
Enzim hati dan bilirubin
USG fetomaternal diperlukan untuk penderita
hiperemesis gravidarum untuk melihat adanya
kehamilan multipel atau penyakit trofoblas.

DIAGNOSIS KERJA

Hiperemesis gravidarum (Grade I,II atau III)

DIAGNOSIS BANDING

Penyakit trofoblas (mola Hidatidosa)


Penyakit gastrointestinal: gastritis, ulkus peptikum,
gastroparesis, kolelithiasis, kolesistisis, pankreatitis, hepatitis,
appendisitis, ileus.
Penyakit metabolik : Diabetes mellitus, KAD, penyakit
Adison, Hipertiroid
Lain-lain : efek obat, penyakit genitourinari.

PEMERIKSAAN
PENUNJANG

Urinalisis ( HCG, Keton)


Darah tepi (hemokonsetrasi, peningkatan hematokrit)
Analisa Gas darah (alkalosis atau asidosis metabolik)
Fungsi ginjal, fungsi hati
USG Kehamilan

TERAPI

Modifikasi pola makan :


-

Makan sedikit namun sering, hindari keadaan perut


kosong

Makan makanan mengandung karbohidrat dan


glukosa

Hindari makanan berminyak, berbau, asam, pedas,


bersantan, terlalu dingin ataupun terlalu panas.

Obat Anti-emetik :
-

Vitamin B6 atau piridoksin, 10-25 mg per oral, 3


kali perhari

Golongan antihistamin : dymenhidrimat,


Dyphenhidramin

Golongan Phenothiazin : Chlorpromazine,


Prochlorperazine promethazine dan Trifluoperazine

Metochloperamide per oral 3 kali 10-25 mg

Ondansetrone intravena 3 kali 4 mg

Rehidrasi per oral maupun dengan cairan parenteral


Cairan yang diberikan berupa kristaloid (Ringer Laktat
atau NaCl 0.9% sesuai kebutuhan cairan dan status hidrasi.
Pemberian cairan dapat dikombinasikan dengan vitamin
parenteral.

EDUKASI

PROGNOSIS
KEPUSTAKAAN

TELAAH

Setelah sudah koreksi defisiensi vitamin (thiamin) dan


cairan, dapat diberikan cairan Dekstrose 5% untuk nutrisi.

Edukasi pola makan


Edukasi tanda dehidrasi
Banyak konsumsi cairan untuk menghindari dehidrasi
Pantau pertumbuhan janin (waspada pertumbuhan janin
terganggu)
dubia ad bonam
Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal. Saifudin AB, Wiknjosastro GH, Affandi B, et al. PT
Bina Pustaka Sarwono Prawirohardji. Jakarta: 2010.
1. dr. Denny, SpOG
2. dr. Ichnandy, SpOG
3. dr. Derajat, SpOG
4. dr. Fetty, SpOG
5. dr. Sitta, SpOG

PANDUAN PRAKTEK KLINIK (PPK)


TATA LAKSANA KASUS
RSIA BUDHI JAYA
2015
Kehamilan Ektopik (KET)
(ICD-10:)
Ditetapkan
Direktur Utama
Dr. Okty Prahalanitya, MARS
PENGERTIAN

Kehamilan dengan implantasi embrio terjadi di luar rongga


uterus.

ANAMNESIS

Gejala kehamilan berupa mula, muntah, kelelahan,


terlambat menstruasi, perubahan payudara, penambahan
berat badan.

Flek perdarahan

Nyeri perut hebat

Tanda kehamilan : uterus membesar sesuai usia kehamilan

Nyeri tekan dan nyeri lepas abdomen

Nyeri goyang portio, nyeri tekan adneksa

Tanda syok :

Perubahan kesadaran (apatis,letargis, somnolen)

Nadi teraba cepat dan lemah hingga tidak teraba

Hipotensi

Akral dingin dan lembab

Positif hamil dengan nyeri perut dan perdarahan vagina


disertai tanda syok.
Pemeriksaan USG mendukung KET.

PEMERIKSAAN FISIK

KRITERIA DIAGNOSIS

DIAGNOSIS KERJA

Kehamilan Ektopik Terganggu

DIAGNOSIS BANDING

Abortus imminens, Kista ovarium (ruptur atau terpuntir),


Apendisitis akut, penyakit radang panggul.

PEMERIKSAAN
PENUNJANG

Beta HCG positif

TERAPI

EDUKASI

USG terlihat tanda KET

Stabilisasi kondisi pasien dengan resusitasi cairan

Laparotomi segera

Tranfusi darah jika diperlukan


Waspadai kejadian serupa pada kehamilan berikutnya
Kontrol rutin pada kehamilan berikutnya

PROGNOSIS

Dubia ad Malam

KEPUSTAKAAN

Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan


Neonatal. Saifudin AB, Wiknjosastro GH, Affandi B, et al. PT
Bina Pustaka Sarwono Prawirohardji. Jakarta: 2010.
1. dr. Denny, SpOG
2. dr. Ichnandy, SpOG
3. dr. Derajat, SpOG
4. dr. Fetty, SpOG
5. dr. Sitta, SpOG

TELAAH

PANDUAN PRAKTEK KLINIK (PPK)


TATA LAKSANA KASUS
RSIA BUDHI JAYA
2015
Pre-eklampsia dan Eklampsia
(ICD-10:
Ditetapkan
Direktur Utama

Dr. Okty Prahalanitya, MARS


PENGERTIAN

Pre-eklampsia merupakan kondisi tekanan darah tinggi


disertai protein pada urin pada kehamilan diatas 20 minggu.
Eklampsia merupakan kondisi kejang akibat atau tidak
sadarkan diri pada wanita hamil diatas 20 minggu atau setelah
persalinan.

ANAMNESIS

Nyeri kepala, pandangan kabur, bengkak kedua kaki.

PEMERIKSAAN FISIK

Pre-eklampsia : tekanan darah meningkat ( diatas 120/80)


disertai protein pada urin
- Ringan : sistolik 120-140 atau diastolik 90-110
disertai proteinuria +1/+2
- Berat : sistolik diatas 160 atau diastolik diatas 110
disertai proteinuria +3
Eklampsia kejang atau koma pada pasien dengan gejala dan
tanda preeklmapsia berat

KRITERIA DIAGNOSIS

Tekanan darah sistolik diatas 140 atau diastolik diatas 90

Proteinuria

DIAGNOSIS KERJA

Pre-eklampsia atau Eklampsia

DIAGNOSIS BANDING

Pre-eklampsia : Hipertensi dalam kehamilan, Hipertensi


kronik, Hipertensi Superiomposed
Eklampsia : Malaria, tetanus, meningitis, epilepsi

PEMERIKSAAN
PENUNJANG

Urinalisis (protein urin)

TERAPI

Pre-eklampsia Ringan:
-

Kehamilan preterm :

Observasi rawat jalan, pantau tekanan darah, urin


dan kondisi janin sebanyak dua kali dalam satu
minggu hingga proses persalinan.

Banyak istirahat

Edukasi gejalan dan tanda eklampsia

Diet biasa, tanpa pengobatan

Jika menjadi Pre-eklampsia berat atau eklampsia


atau ada tanda pertumbuhan janin terhambat,
terminasi segera.

Kehamilan Aterm

Serviks matang : persalinan pervaginam (dapat


dibantu dengan induksi persalinan)

Serviks belum matang : induksi pematangan atau


seksia sesarea

Pre-eklampsia berat atau Eklampsia :


Tatalaksana definitif terminasi kehamilan dalam waktu
kurang dari 24 jam.
-

Penanganan Umum

Obat antihipertensi (hidralazin, nifedipin sublingual


atau metildopa)
Hidralazin 5 mg IV perlahan hingga tekanan
darah turun, dapat diulangi setiap jam
Labetalol 10 mg IV, dapat dinaikan hingga 20 mg,
40 mg atau 80 mg setiap 10 menit hingga terlihat
respon
Nifedipin sublingual 5 mg atau 10 mg dapat
diulangi setiap 10 menit
Metildopa 3 kali 250-500 mg per hari

Infus jarum besar, cairan Nacl 0.9%.

MgSO4 40% 4 gram (10 cc) encerkan dengan 10 cc


NaCl berikan injeksi intravena perlahan, kemudian
MgSO4 40% 6 gram (15 cc) larutkan dalam 500 cc
NaCl 0.9% habiskan dalam 6 jam (28 tpm) atau

berikan dengan dosis 1 gram setiap jam nya hingga


24 jam pasca melahirkan.

EDUKASI

Kateterisasi urin (pantau jumlah urin)

Observasi kesadaran dan tanda vital serta


kesejahteraan janin

Penanganan kejang :

Oksigen 4-6 liter per menit

Posisikan di tempat datar, posisikan tubuh miring

Beri obat antikonvulsan : MgSO4 40 % 4 gram IV


selama 5-10 menit perlahan

Jika kejang berulang dalam 15 menit, berikan


MgSO4 40% 2 gram IV perlahan selama 5 menit.

Dosis pemeliharaan : MgSO4 1-2 gram per jam


melalui infus, 15 tetes per menit

Pemberian dilanjutkan hingga 24 jam pasca


persalinan

Perhatikan syarat pemberian MgSO4 (frekuensi


napas adekuat, produksi urin adekuat, refleks baik
dan tersedia antidotum)

Jika MgSO4 tidak tersedia, dapat digunakan


diazepam IV 10 mg perlahan dalam 2 menit. Dapat
diulang. Dosis pemeliharaan 40 mg dalam 500 ml
larutan Ringer laktat per infus. Pantau efek depresi
napas pada ibu maupun janin.

Persalinan : segera lakukan persalinan sebagai terapi


definitif. Pada pre-eklampsia terminasi kehamilan dalam
24 jam (pervaginam dengan atau tanpa indukasi ataupun
seksio cesarea). Pada eklampsia terminasi dalam waktu
kurang dari 12 jam (sesegera mungkin) dengan seksio
sesarea.

PROGNOSIS

Gejala dan tanda pre-eklampsia dan eklampsia pada ibu hamil


Pantau rutin tekanan darah dan proteinuria
Dubia ad bonam

KEPUSTAKAAN

Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan

TELAAH

Neonatal. Saifudin AB, Wiknjosastro GH, Affandi B, et al. PT


Bina Pustaka Sarwono Prawirohardji. Jakarta: 2010.
1. dr. Denny, SpOG
2. dr. Ichnandy, SpOG
3. dr. Derajat, SpOG
4. dr. Fetty, SpOG
5. dr. Sitta, SpOG

Anda mungkin juga menyukai