SKRIPSI
GUSTIN KHAIRANI
050805049
DEPARTEMEN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2009
Gustin Khairani : Isolasi Dan Uji Kemampuan Bakteri Endofit Penghasil Hormon IAA (Indole Acetic Acid) Dari Akar
Tanaman Jagung (Zea mays L.), 2010.
SKRIPSI
Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat mencapai gelar Sarjana Sains
GUSTIN KHAIRANI
050805049
DEPARTEMEN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2009
Gustin Khairani : Isolasi Dan Uji Kemampuan Bakteri Endofit Penghasil Hormon IAA (Indole Acetic Acid) Dari Akar
Tanaman Jagung (Zea mays L.), 2010.
ii
PERSETUJUAN
Judul
Kategori
: SKRIPSI
Nama
: GUSTIN KHAIRANI
: 050805049
Program Studi
Departemen
: BIOLOGI
Fakultas
Komisi Pembimbing
Pembimbing 2
Pembimbing 1
iii
PERNYATAAN
SKRIPSI
Saya mengakui bahwa skripsi ini adalah hasil kerja saya sendiri, kecuali beberapa
kutipan dan ringkasan yang masing- masing disebutkan sumbernya.
GUSTIN KHAIRANI
050805049
Gustin Khairani : Isolasi Dan Uji Kemampuan Bakteri Endofit Penghasil Hormon IAA (Indole Acetic Acid) Dari Akar
Tanaman Jagung (Zea mays L.), 2010.
iv
PENGHARGAAN
Puji dan syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi
yang berjudul Isolasi dan Uji Kemampuan Bakteri Endofit Penghasil Hormon
IAA (Indole Acetic Acid) Dari Akar Tanaman Jagung (Zea mays L) . Sholawat
beriring salam penulis haribahkan kepada Rosulullah Muhammad SAW yang akan
memberikan syafaat kepada penulis kelak.
Ucapan terimakasih penulis sampaikan kepada ibu Dra. Nunuk Priyani, M.Sc.
selaku dosen pembimbing 1 dan ibu Yurnaliza, S. Si, M.Si selaku dosen pembimbing
2 yang telah memberikan bimbingan, arahan, masukan, perhatian serta waktu pada
saat penulis mengusulkan penelitian hingga penyusunan skripsi ini.
Ucapan terimakasih juga penulis sampaikan kepada Bapak Riyanto Sinaga, S.
Si, M.Si selaku dosen penasehat akademik, Bapak Dr. Dwi Suryanto, M.Sc.selaku
ketua departemen Biologi FMIPA USU Medan, dan para staf pengajar di departemen
Biologi FMIPA USU beserta para staf pegawai departemen Biologi FMIPA USU
Bapak Sukirmanto, Ibu Nurhasni Muluk, Abang Erwin dan Ibu Roslina Ginting.
Ucapan terimakasih yang tidak ternilai penulis sampaikan kepada:
Keluarga yang selalu memberikan cinta kasih, doa, motivasi, serta semangat.
Kepada pelita yang tak pernah padam dalam memberikan doa,
Ayahanda P.Batubara dan Ibunda tersayang Sutiharsih.
kepada lentera-lentera yang tak pernah redup dalam memberi semangat,
Ahmad Jeffri Amd, Sri Melawati S,Kom., Muhammad Haekal Aula, Lc.
Melita Anggi Yani, dan Ade Nurfatmala.
Semoga kita dapat berkumpul kembali dalam cinta-Nya.
Ucapan terimakasih juga penulis sampaikan kepada para sahabat yang tak pernah
bosan dalam membantu dan mendampingi penulis dalam suka dan duka Mustika,
Ummi, Kabul, Sarah, Dini, Nikmah, Susi, Widia, Ulan, Irfan, Effendi, Sarmut, Fifi,
Diana, Azai, Seneng, Yanti, Santi, Dwi, Eri,. Kepada warga 103, Rika dan Elly. Juga
kepada rekan seperjuangan angkatan 2005, Elfrida, Ruth, Simlah, Julit, Riris, Delni,
Siti, Kalis, Fitri, Beka, Ocid, Valen, Rico, Rahmad, Andi, Juned, Verta, Misran, Dahin
dan kepada rekan- rekan di Lab. Mikrobiologi.,Kak Ligus, Kak Irin, Kak Tela, dan
adik- adik angkatan 2006 Zean, Nana, Ridho, Ika, Yayan, Ami, Widya, Mun. Beserta
kakak dan abang yang selalu memberi masukan dan perhatian Kak Isah, Bang Ginta
S,Si., Bang Yopi, Kak Asni S,Si., Kak Siska S,Si, Kak Dewi S,Si, Kak Siti, S,Si juga
kepada kakak asuh Kak Eka S,Si serta Kak Zakiah S,Si kepada adik-adik 2007 Resti,
Ria, Riwil, Dwi, Putri , Aini, Nila , Asril, Alex, Affan, Mirza, serta pihak- pihak yang
Gustin Khairani : Isolasi Dan Uji Kemampuan Bakteri Endofit Penghasil Hormon IAA (Indole Acetic Acid) Dari Akar
Tanaman Jagung (Zea mays L.), 2010.
telah banyak membantu dalam penyelesaian skripsi ini yang tidak bisa disebutkan
satu- persatu. Semoga Allah membalas segala kebaikan mereka.
Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna,
untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran demi kesempurnaan skripsi ini. Akhir
kata semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua.
Penulis
Gustin Khairani : Isolasi Dan Uji Kemampuan Bakteri Endofit Penghasil Hormon IAA (Indole Acetic Acid) Dari Akar
Tanaman Jagung (Zea mays L.), 2010.
vi
ABSTRAK
Penelitian mengenai Isolasi dan Uji Kemampuan Bakteri Endofit Penghasil Hormon
IAA (Indole Acetic Acid) Dari Akar Tanaman Jagung (Zea mays L.) telah dilakukan
mulai bulan September 2008 sampai September 2009 di Laboratorium Mikrobiologi
FMIPA USU. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan isolat-isolat bakteri endofit
penghasil IAA potensial dari jaringan akar tanaman jagung dan mengetahui
peranannya dalam membantu proses perkecambahan biji tanaman jagung. Bakteri
penghasil IAA diisolasi, dikarakterisasi, dan diuji kemampuannya dalam
menghasilkan IAA baik secara in vitro maupun secara in vivo. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa terdapat 13 bakteri endofit potensial yang menghasilkan IAA.
Konsentrasi IAA paling tinggi diperoleh oleh KB3 yaitu sebesar 1,1255 ppm.
Perendaman kecambah ke dalam suspensi bakteri potensial mampu membantu
pertumbuhan kecambah jagung dengan melihat parameter pertumbuhan tanaman
seperti tinggi tanaman, panjang akar dan berat tanaman.
Kata kunci: Endofit, Indole Acetic Acid (IAA), kecambah.
Gustin Khairani : Isolasi Dan Uji Kemampuan Bakteri Endofit Penghasil Hormon IAA (Indole Acetic Acid) Dari Akar
Tanaman Jagung (Zea mays L.), 2010.
vii
ABSTRACT
Gustin Khairani : Isolasi Dan Uji Kemampuan Bakteri Endofit Penghasil Hormon IAA (Indole Acetic Acid) Dari Akar
Tanaman Jagung (Zea mays L.), 2010.
viii
DAFTAR ISI
Persetujuan
Pernyataan
Penghargaan
Abstrak
Abstract
Daftar Isi
Daftar Tabel
Daftar Gambar
Daftar Lampiran
Halaman
ii
iii
iv
vi
vii
viii
x
xi
xii
Bab 1 Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
1.2 Permasalahan
1.3 Tujuan
1.4 Hipotesis
1.5 Manfaat Penelitian
1
1
2
3
3
3
4
4
5
5
7
8
10
11
13
13
13
13
13
14
14
15
15
Gustin Khairani : Isolasi Dan Uji Kemampuan Bakteri Endofit Penghasil Hormon IAA (Indole Acetic Acid) Dari Akar
Tanaman Jagung (Zea mays L.), 2010.
16
16
19
21
22
25
25
25
Daftar Pustaka
26
Gustin Khairani : Isolasi Dan Uji Kemampuan Bakteri Endofit Penghasil Hormon IAA (Indole Acetic Acid) Dari Akar
Tanaman Jagung (Zea mays L.), 2010.
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 4.1.1
17
Tabel 4.1.2
18
Tabel 4.2.1
Tabel 4.3.1
19
22
Tabel 4.4.1
23
Gustin Khairani : Isolasi Dan Uji Kemampuan Bakteri Endofit Penghasil Hormon IAA (Indole Acetic Acid) Dari Akar
Tanaman Jagung (Zea mays L.), 2010.
xi
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.4.1 Struktur Kimia Hormon IAA
20
24
Gustin Khairani : Isolasi Dan Uji Kemampuan Bakteri Endofit Penghasil Hormon IAA (Indole Acetic Acid) Dari Akar
Tanaman Jagung (Zea mays L.), 2010.
xii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran A Pembuatan media pertumbuhan Luria Bertani cair,
reagen Salkowski dan larutan Mc Farland.
30
31
33
34
Gustin Khairani : Isolasi Dan Uji Kemampuan Bakteri Endofit Penghasil Hormon IAA (Indole Acetic Acid) Dari Akar
Tanaman Jagung (Zea mays L.), 2010.
BAB 1
PENDAHULUAN
Pertanian modern saat ini sangat bergantung pada penggunaan bahan-bahan kimia
seperti pupuk, fungisida dan pestisida untuk meningkatkan hasil panen. Penggunaan
bahan-bahan kimia tersebut baik disadari maupun tidak, telah mengakibatkan dampak
negatif pada lingkungan. Misalnya, penggunaan bahan-bahan kimiawi terhadap
tanaman, tidak seluruhnya dapat dihancurkan oleh mikroorganisme tanah, dan dapat
menyebabkan polusi pada aliran-aliran air dan sungai sehingga mempengaruhi biota
air (Pelczar & Chan, 2006). Dalam upaya mengurangi pencemaran lingkungan di
lahan pertanian yang disebabkan oleh adanya penggunaan pupuk kimia secara
berlebihan, banyak usaha yang dilakukan untuk mencari alternatif pupuk yang ramah
lingkungan. Alternatif pupuk tersebut dapat berupa pupuk biologi dengan
memanfaatkan penggunaan mikroorganisme dari alam.
Mikroorganisme
Gustin Khairani : Isolasi Dan Uji Kemampuan Bakteri Endofit Penghasil Hormon IAA (Indole Acetic Acid) Dari Akar
Tanaman Jagung (Zea mays L.), 2010.
endofit baik berupa bakteri ataupun fungi merupakan contoh mikroorganisme yang
prospektif dalam bidang pertanian.
2
Hormon IAA merupakan hormon kunci bagi berbagai aspek pertumbuhan dan
perkembangan tanaman sehingga sintesisnya oleh jenis bakteri tertentu merupakan
salah satu alasan yang menyebabkan peningkatan pertumbuhan tanaman (Aryantha et
al., 2004). Sejumlah mikroba endofit pernah diisolasi dari bagian dalam beberapa
tanaman pangan, yaitu pada tanaman padi, jagung, sorgum dan tebu. Dan ternyata
dapat meningkatkan produksi hormon pertumbuhan IAA James & Olivares (1996)
dalam Susilawati (2003). Dan penelitian mengenai keberadaan bakteri endofit pada
jaringan tanaman khususnya akar tanaman jagung (Zea mays L.) ini dilakukan untuk
mencari isolat-isolat dari jenis lain serta memiliki potensi menghasilkan IAA yang
lebih tinggi.
1.2 Permasalahan
Pengetahuan mengenai bakteri endofit masih sangat sedikit, baik dari jenis maupun
kegunaannya, terutama bakteri endofit yang memiliki potensi untuk menghasilkan zat
pemacu tumbuh IAA. Sejauh ini, belum banyak diketahui seberapa banyak bakteri
endofit dan seberapa besar kemampuan bakteri endofit yang diperoleh dari akar
tanaman jagung dalam menghasilkan hormon IAA serta perannya dalam
perkecambahan biji tanaman jagung. Untuk itu, keanekaragaman bakteri endofit pada
tanaman jagung perlu digali terutama untuk membantu meningkatkan produktivitas
tanaman jagung sebagai pengganti dari pupuk kimia yang tidak ramah lingkungan.
Gustin Khairani : Isolasi Dan Uji Kemampuan Bakteri Endofit Penghasil Hormon IAA (Indole Acetic Acid) Dari Akar
Tanaman Jagung (Zea mays L.), 2010.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan isolat-isolat bakteri endofit
penghasil IAA potensial dari jaringan akar tanaman jagung. Disamping itu juga untuk
mengetahui peranannya dalam membantu proses perkecambahan biji tanaman jagung.
1.4 Hipotesis
Pada jaringan akar tanaman jagung dapat diperoleh beberapa isolat bakteri endofit
yang dapat menghasilkan hormon pertumbuhan IAA yang dapat berperan dalam
memacu pertumbuhan kecambah tanaman jagung.
Gustin Khairani : Isolasi Dan Uji Kemampuan Bakteri Endofit Penghasil Hormon IAA (Indole Acetic Acid) Dari Akar
Tanaman Jagung (Zea mays L.), 2010.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
bagi tanaman
dalam
bidang
medis,
pertanian
dan
industri.
Kemampuan
Acetic Acid) atau yang lebih dikenal dengan sebutan auksin. Auksin berperan sebagai
hormon pemacu tumbuh pada tanaman dan biasanya ditemukan pada jaringan
meristem (Spaepen et al., 2007).
5
menambahkan bahwa sejumlah mikroba endofit yang telah berhasil diisolasi dari
bagian dalam beberapa tanaman pangan, yaitu pada tanaman padi, jagung, sorgum dan
tebu dapat meningkatkan produksi hormon pertumbuhan. Setiap tanaman tingkat
tinggi mengandung beberapa mikroorganisme endofit yang mampu menghasilkan
senyawa biologi atau metabolit sekunder yang diduga sebagai akibat koevolusi atau
transfer genetik (genetic recombination) dari tanaman inangnya ke dalam
mikroorganisme endofit (Tan et al., 2001 dalam Radji, 2005).
contoh,
bakteri
Rhizobium
yang
terseleksi
mampu
menstimulasi
pertumbuhan, baik pada tanaman legum maupun yang bukan legum pada skala
lapangan. Bakteri tersebut terbukti mampu memproduksi fitohormon yaitu sitokinin
dan auksin (Hoflich, 1995 dalam Aryantha et al., 2002). Pada awalnya Azotobacter
dan Azospirillum ditumbuhkan untuk memacu pertumbuhan tanaman karena
kemampuannya dalam memfiksasi nitrogen. Kemudian, bukan karena alasan itu saja,
ternyata mereka juga dapat menghasilkan hormon pertumbuhan IAA (Kennedy, 1998
dalam Husen, 2003).
Penelitian lain mengenai produksi IAA telah banyak dilakukan terutama pada
Azospirillum brasilense dalam gandum. IAA berpengaruh terhadap perkembangan
akar gandum, dan dapat memperbaiki produktivitas tanaman melalui stimulasi hormon
(Lestari et al., 2007). Azospirillum juga mampu meningkatkan hasil panen tanaman
pada berbagai jenis tanah dan iklim serta menurunkan kebutuhan pupuk nitrogen
hingga 35%. Inokulasi Azospirillum lipoferium pada tanaman jagung menyebabkan
peningkatan hasil panen sekitar 10% (Madigan et al., 1997 dalam Aryantha et al.,
2002). Disamping itu juga Azospirillum dapat meningkatkan jumlah serabut akar padi,
tinggi tanaman dan menambah konsentrasi fitohormon IAA dan IBA (indol butirat
acid) bebas di daerah perakaran (Aryantha et al., 2002).
Imas et al (1989), melaporkan bahwa sebagian besar dari 25 macam fungi
mampu menghasilkan hormon IAA. Banyak spesies bakteri dan jamur yang terutama
jika mediumnya ditambah triptofan akan menghasilkan hormon IAA (Subba Rao,
Gustin Khairani : Isolasi Dan Uji Kemampuan Bakteri Endofit Penghasil Hormon IAA (Indole Acetic Acid) Dari Akar
Tanaman Jagung (Zea mays L.), 2010.
Menurut Subba Rao (1994), bahwa auksin merupakan asam indol asetat (IAA) atau
C10HON.
Efek
karakteristik
auksin
adalah
kemampuannya
dalam
mendorong
pembengkokan suatu benih, dan efek ini berhubungan dengan adanya suatu group
atom di dalam molekul auksin tersebut. Di dalam jaringan tanaman, IAA disintesis di
berbagai bagian tubuh tanaman. Umumnya pada bagian tumbuhan yang sedang aktif,
tumbuh dan berkembang, IAA dihasilkan paling banyak. Sebagai contoh, bagian yang
kaya akan auksin adalah semua jenis bagian meristem (termasuk ujung tunas, ujung
akar dan kambium) dan juga daun-daun muda, bagian-bagian bunga yang sedang
berkembang, buah dan tumor (benjolan pada tanaman) pada fase pertumbuhan aktif.
Auksin mendorong perpanjangan sel (sel elongation) dengan cara mempengaruhi
metabolisme dinding sel. Pembentukan auksin dalam tubuh tanaman, khususnya
dalam titik tumbuh pucuk-pucuk cabang, merupakan suatu proses biokimiawi. Proses
ini sukar untuk ditiru, namun sudah lama diketahui bahwa auksin merupakan sejenis
zat protein berbahan baku zat asam amino. Dalam titik- titik tumbuh tersebut, bahan
baku auksin (prekursor) dapat dibentuk dalam suasana cerah maupun gelap. Dalam
keadaan cuaca yang cerah pembentukan auksin akan lebih banyak. Tanaman yang
berada dalam cuaca terang (banyak sinar matahari) pertumbuhannya umumnya lebih
sehat daripada yang berada di dalam suasana kekurangan cahaya (Rismunandar,
1999).
Triptofan telah diakui sebagai prekursor fisiologis biosintesis auksin baik pada
tanaman maupun pada mikroorganisme (Tarabily et al., 2003). Dan juga merupakan
9
prekursor fisiologis yang efisien dalam proses biosintesis mikrobial auksin (Arshad &
Frankenberger, 1991). Prekursor ini mengandung sumber berupa senyawa aktif untuk
memacu pertumbuhan mikrobiota rhizosfer dan endofit. Ketersedian prekursor yang
cocok adalah salah satu faktor primer sekresi mikrobial dari metabolit sekunder
(Arshad et al., 1995).
Biosintesis mikrobial IAA dalam tanah dapat dipacu dengan adanya triptofan
yang berasal dari eksudat akar atau sel- sel yang rusak (Arshad & Frankerberger,
1991) dan
metabolik yang dapat mengubah triptofan menjadi IAA pada beberapa organ atau
jaringan tanaman yang telah diteliti (Heddy, 1996).
Auksin dibiosintesis dari asam amino dengan prekursor triptopan, dengan hasil
perantaranya adalah sejumlah substansi yang secara alami mirip dengan auksin
(analog) tetapi mempunyai aktifitas lebih kecil dari IAA seperti IAN (Indolaseto
nitril), TpyA (Asam Indol piruvat) dan IAAld (Indol asetat dehid). Proses biosintesis
auksin dibantu oleh enzim IAA oksidase (Gardner et al, 1991).
Gustin Khairani : Isolasi Dan Uji Kemampuan Bakteri Endofit Penghasil Hormon IAA (Indole Acetic Acid) Dari Akar
Tanaman Jagung (Zea mays L.), 2010.
Baik itu berupa laju pertumbuhan akar, seperti elongasi akar primer serta proliferasi
akar lateral dan akar adventif merupakan suatu keuntungan bagi kecambah dalam
peningkatan kemampuan mereka untuk lebih merekatkan diri ke tanah, menyerap air,
serta nutrisi dari lingkungan agar tanaman tersebut dapat bertahan. Banyak
11
mikroorganisme endofit dapat mensintesis IAA yang memiliki kemampuan yang sama
dengan IAA eksogenous tanaman (Patten & Glick, 2002).
Fitohormon yang diproduksi Azospirillum menyebabkan perubahan morfologi akar
setelah inokulasi (Bashan & Levanony, 1990), di mana terjadi peningkatan densitas
dan panjang rambut akar, perubahan akar lateral maupun area permukaan akar (Tien et
al., 1979; Dubrovsky et al., 1994 dalam Lestari et al., 2007) karena ada peningkatan
serapan hara (Barbieri & Galli, 1993). Inokulasi memberikan dampak yang lebih baik
terhadap perkembangan akar tanaman padi, di mana jumlah akar lebih lebat dan
rambut akar lebih banyak, jadi kemampuan sekresi IAA lebih banyak. Efek inokulasi
IAA dapat menghasilkan lebih banyak akar lateral, rambut akar, dan cabang rambut
akar. Kemampuan Azospirillum dalam mensistesis IAA dapat memodifikasi
perkembangan akar dan proses pertumbuhan tanaman inang (Tien et al., 1979 dalam
Lestari et al., 2007). Strain-strain Azospirillum yang mampu memproduksi IAA tinggi
dalam kulturnya sangat mempengaruhi morfologi akar tanaman (Jain & Patriquin
1985 dalam Lestari et al., 2007). Akar adventif dan lateral ini merupakan daerah yang
di induksi oleh IAA eksogenous dengan konsentrasi yang lebih tinggi daripada daerah
lainnya (Cheryl, 1998). Secara morfogenik, pengaruh IAA yang penting adalah dalam
peninggian batang dan pembentukan bintil akar (Subba Rao, 1994).
terganggu akibat naiknya harga pupuk, sehingga penggunaan pupuk oleh petani tidak
sesuai dengan rekomendasi (Sarasutha, 2002).
12
Sekarang ini jagung mempunyai peringkat dalam produksi dunia di antara tiga
tanaman padi- padian utama. Jagung ditanam di lebih banyak negara daripada setiap
tanaman padi-padian lain, dan telah menghasilkan hasil bijian yang paling besar di
antara setiap tanaman padi-padian. Kebanyakan daerah yang ditanami jagung sekitar
58 % adalah di negara-negara yang sedang berkembang, dan diantaranya kira-kira 50
juta hektar terdapat di daerah tropik, terutama pada ketinggian yang rendah (kira-kira
46 juta ha). Walaupun demikian, kira-kira 2/3 jagung dunia dihasilkan di negaranegara berkembang, yang iklimnya hampir seluruhnya iklim sedang. Angka produksi
menunjukkan perbedaan yang besar dalam hasil antara negara-negara yang
berkembang di daerah iklim sedang dan negara-negara yang sedang berkembang di
daerah tropik (Gardner et al., 1991).
Gustin Khairani : Isolasi Dan Uji Kemampuan Bakteri Endofit Penghasil Hormon IAA (Indole Acetic Acid) Dari Akar
Tanaman Jagung (Zea mays L.), 2010.
BAB 3
BAHAN DAN METODE
3.2 Bahan
Bahan yang digunakan adalah akar tanaman jagung yang sehat dan berumur kurang
lebih 80 sampai 110 hari. Akar tanaman jagung diperoleh dari 2 lokasi perladangan
jagung yaitu kebun jagung daerah Medan dan kebun jagung daerah Binjai serta
kecambah jagung, triptofan, reagen salkowski dan media LB (Luria Bertani)
(Lampiran A).
Gustin Khairani : Isolasi Dan Uji Kemampuan Bakteri Endofit Penghasil Hormon IAA (Indole Acetic Acid) Dari Akar
Tanaman Jagung (Zea mays L.), 2010.
Akar tanaman jagung dari kedua lokasi segera dicuci dengan air untuk menghilangkan
kotoran yang menempel di permukaan akar. Akar selanjutnya dikeringkan, dibungkus
dengan kertas koran dan dimasukkan kedalam kantong plastik, dibawa ke
Laboratorium Mikrobiologi FMIPA USU. Tahap awal isolasi adalah mencuci bagian
akar tanaman (3-5 cm) dengan air mengalir selama 20 menit. Kemudian
disterilisasikan bagian permukaan akar tanaman dengan merendamnya secara
berturut- turut dalam larutan etanol 75% selama 2 menit, larutan sodium hipoklorit
14
5,3% selama 5 menit, dan etanol 75% selama 30 detik. Selanjutnya, akar dibilas
dengan akuades steril sebanyak 2 kali dan dikeringkan dengan kertas saring steril.
Setelah kering, bagian ujung kiri dan kanan akar tanaman dibuang 1 cm. Kemudian
masing- masing akar dipotong menjadi 4 bagian dan diletakkan pada permukaan
media NA yang telah dicampurkan dengan antibiotik ketokonazol (0,3 gram/ 100 ml)
dengan posisi bekas potongan kearah media. Kemudian diinkubasi pada suhu ruang
(25- 30C) selama 1 hari. Koloni yang muncul dari bagian akar tanaman sebelah
dalam disubkulturkan ke media NA yang baru sampai didapat biakan murni. Isolat
murni yang diperoleh dikarakterisasi morfologinya dengan pewarnaan gram serta uji
biokimia metabolisme bakteri seperti uji sitrat, uji gelatin, uji motilitas, uji sulfida, uji
katalase dan uji hidrolisis pati (Lay, 1994).
3.3.2 Penentuan Kurva Standart IAA (Aryantha et al., 2004) yang dimodifikasi.
IAA sintesis ditimbang sebanyak 0,001 gram dan dilarutkan kedalam 100 ml akuades.
IAA sintesis masing-masing dibagi ke dalam tabung yang berbeda dengan konsentrasi
0 ppm; 0,2 ppm sampai 2 ppm. Setiap tabung yang berisi konsetrasi IAA yang
berbeda ditambahkan akuades hingga mencapai 3 ml. Masing-masing konsentrasi
ditambahkan 1 ml pereaksi Salkowski (Lampiran D; Gambar 4) kemudian
dihomogenkan dan absorbansinya diukur dengan spektrofotometer UV-Visible
Shimadzu 1240 dengan panjang gelombang 530 nm (Lampiran B).
3.3.3 Kemampuan bakteri endofit akar dalam menghasilkan IAA secara in vitro.
Gustin Khairani : Isolasi Dan Uji Kemampuan Bakteri Endofit Penghasil Hormon IAA (Indole Acetic Acid) Dari Akar
Tanaman Jagung (Zea mays L.), 2010.
dengan
15
kecepatan 150 rpm (Ahmad et al., 2004). Kemudian disentrifugasi dengan kecepatan
5000 rpm selama 25 menit, diperoleh supernatan dan pellet. Analisis kadar IAA
menggunakan metode Kolorimetri. Supernatan diambil sebanyak 2 ml ditambah
salkowsky reagent 1 ml (Gordon & Weber, 1997) atau dengan perbandingan 2: 1
(Zahir et al., 1997). Didiamkan selama 60 menit, diukur absorbansinya dengan
spektofotometer 530 nm. Persamaan regresi disubstitusikan dengan nilai absorbansi
sampel.
3.3.4 Pengukuran Pertumbuhan Sel Bakteri Endofit
1
Faktor Pengenceran
(CFU/ml)
(Fardiaz, 1992)
Bakteri yang diintroduksikan adalah bakteri yang mampu menghasilkan IAA dengan
konsentrasi tertinggi pada hari ke-2, hari ke-4 dan hari ke-6. Kecambah tanaman
jagung umur 3 hari disterilkan dengan cara direndam dalam larutan sodium hipoklorit
Gustin Khairani : Isolasi Dan Uji Kemampuan Bakteri Endofit Penghasil Hormon IAA (Indole Acetic Acid) Dari Akar
Tanaman Jagung (Zea mays L.), 2010.
5,3% selama 1 menit, kemudian dibilas dengan akuades steril, lalu direndam dalam
etanol 70% selama 5 detik dan dibilas dengan akuades steril sebanyak 2 kali
(Suryowinoto, 1996). Kecambah tanaman jagung dicelupkan kedalam suspensi bakteri
endofit yang telah setara dengan Mc Farland 108 CFU/ml selama 2 jam. Kecambah
ditanam pada tanah steril, kecambah yang tidak direndam digunakan sebagai kontrol,
dilakukan 3 kali ulangan untuk masing- masing perlakuan. Pengamatan dilakukan
selama 2 minggu dengan mengukur tinggi kecambah, panjang akar kecambah dan
berat kecambah. Pengukuran tinggi kecambah dilakukan dengan batas terbawah
bagian batang yang tepat pada permukaan tanah, dan batas teratas dihitung hingga
ujung daun yang diluruskan ke atas sejajar batang.
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Isolasi Bakteri Endofit dari Akar Tanaman Jagung (Zea mays L).
Isolasi bakteri endofit penghasil IAA dari akar tanaman jagung (Zea Mays L.) dari 2
lokasi diperoleh sebanyak 13 isolat (Lampiran D; Gambar 1 & 2). Sebanyak 10 isolat
diperoleh dari kebun jagung daerah Medan dan 3 isolat dari kebun jagung daerah
Binjai, hal ini diduga karena perbedaan kondisi lingkungan, jenis tanaman inang dan
keadaan tanaman inang ketika pengisolasian. Tanaman jagung pada daerah medan
merupakan tanaman yang telah dipanen sementara tanaman jagung pada daerah Binjai
masih akan dipanen. Sehingga, terdapat perbedaan umur antara kedua tanaman jagung
tersebut. Semakin tua umur tanaman akan semakin memperkaya jumlah bakteri
endofit yang berada dalam jaringan tanaman.
Ketiga belas isolat ini memperlihatkan karakteristik yang bervariasi baik
morfologi maupun sifat pewarnaannya. Bentuk koloni isolat didominasi oleh bentuk
circular (bulat) dan berwarna putih, selebihnya berbentuk rhizoid (akar) dan irregular
(tidak beraturan). Tepi koloni sangat bervariasi dengan tipe entire (cembung),
Gustin Khairani : Isolasi Dan Uji Kemampuan Bakteri Endofit Penghasil Hormon IAA (Indole Acetic Acid) Dari Akar
Tanaman Jagung (Zea mays L.), 2010.
filamentous, undulate (rata), dan lobate. Elevasi koloni juga bervariasi dengan tipe
elevasi raised, convex (cembung), flat (rata), dan umbonate (melengkung). Sedangkan
karakterisasi dengan pewarnaan gram sel bakteri menggunakan zat warna kristal violet
dan safranin, diperoleh 8 isolat bersifat gram positif dan 5 isolat bersifat gram negatif
dengan bentuk koloni didominasi oleh coccus. Hasil pengamatan morfologi koloni
dan sel serta gram bakteri penghasil IAA dapat dilihat pada Tabel 4.1.1.
Bentuk umum mikroba terdiri dari satu sel (uniselluler), bentuk lain berupa
koloni yaitu gabungan dua sel atau lebih di dalam satu ruang. Bentuk itu merupakan
ciri khas bagi suatu spesies tertentu.Variasi bentuk pada sel bakteri adalah bulat
17
(kokus), batang/ bulat memanjang (basil) dan lengkung. Dari bentuk dasar ini
selanjutnya akan terbagi bedasarkan penataannya. Variasi bentuk yang kemudian
terjadi baik secara tetap ataupun sebagai bentuk kelainan karena pengaruh lingkungan.
Bentuk bakteri juga dapat dipengaruhi oleh umur dan syarat pertumbuhan tertentu.
Bahkan akibat pengaruh lingkungan yang tidak menguntungkan, faktor makanan, dan
suhu, bakteri dapat mengalami bentuk involusi yaitu bentuk sementara yang terjadi
karena lingkungan tidak menguntungkan (Ilyas, 2001).
Menurut Lay (1994), Pewarnaan gram berguna untuk membedakan gram
positif dan gram negatif. Perbedaan hasil pewarnaan disebabkan oleh adanya
perbedaan struktur kedua kelompok bakteri tersebut sehingga menyebabkan
perbedaan reaksi dalam permeabilitas zat warna dan penambahan larutan pemucat.
Sebagian besar dinding sel bakteri gram positif terdiri dari peptidoglikan, sedangkan
dinding sel bakteri gram negatif terdiri dari kandungan lipida yang tinggi
dibandingkan gram positif.
Tabel 4.1.1 Morfologi koloni dan sel serta sifat pewarnaan gram isolat bakteri
endofit akar tanaman jagung.
Karakterisasi
Isolat
KB1
KB2
KB3
KB4
Morfologi Koloni
Gram
Bentuk
Tepi
Elevasi
Warna
Circular
Circular
Rhizoid
Rhizoid
Entire
Entire
Filamentous
Filamentous
Raised
Convex
Flat
Umbonate
Putih bening
Ungu
Putih
Putih
+
+
+
-
Morfologi Sel
Bentuk
Penataan
Kokus
Basil
Basil
Kokus
mono, diplo
Tetra
Tetra
mono, diplo
Gustin Khairani : Isolasi Dan Uji Kemampuan Bakteri Endofit Penghasil Hormon IAA (Indole Acetic Acid) Dari Akar
Tanaman Jagung (Zea mays L.), 2010.
KB5
Irregular
Undulate
KB6
Circular
Undulate
KB7
Rhizoid
Lobate
KB8
Circular
Entire
KB9
Circular
Entire
KB10
Irregular
Lobate
BA1
Irregular
Undulate
BA2
Irregular
Undulate
BA3
Circular
Entire
Keterangan:
KB
: Isolat asal daerah Medan
BA
: Isolat asal daerah Binjai
Convex
Convex
Umbonate
Flat
Convex
Flat
Raised
Flat
Raised
Putih
Putih
Putih
Putih bening
Putih bening
Putih
Putih keabu-abuan
Putih kecoklatan
Merah bata
+
+
+
+
+
Kokus
Kokus
Kokus
Kokus
Kokus
Kokus
Basil
Basil
Basil
Hidrolisa
Pati
Katalase
Glukosa
Sukrosa
Laktosa
Endapan
Keretakan
KB1
KB2
KB3
KB4
KB5
KB6
KB7
KB8
KB9
KB10
BA1
BA 2
BA 3
Motilitas
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
Gelatin
Isolat
Sitrat
No.
Uji Biokimia
Sulfida
+
+
+
+
+
+
+
-
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
-
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
-
Gustin Khairani : Isolasi Dan Uji Kemampuan Bakteri Endofit Penghasil Hormon IAA (Indole Acetic Acid) Dari Akar
Tanaman Jagung (Zea mays L.), 2010.
mono, diplo
Tetra
mono, diplo
Tetra
Tetra
mono, diplo
Tetra
mono, diplo
mono, diplo
4.2. Kemampuan bakteri endofit akar dalam menghasilkan hormon IAA secara
in vitro.
Hasil pengukuran kadar IAA secara in vitro dari bakteri endofit menunjukkan bahwa
rata- rata konsentrasi hormon IAA tertinggi diperoleh pada inkubasi hari ke 2 yaitu
dengan penambahan triptofan sebesar 5 mML. Konsentrasi IAA tertinggi pada
pengamatan hari ke-2, 4 dan 6 hari inkubasi masing- masing dihasilkan oleh KB3,
KB7 dan BA1 yaitu sebesar 1.1255 ppm, 1.0778 ppm dan 0.7973 ppm. Sedangkan
konsentrasi IAA terendah pada pengamatan hari ke-2, 4 dan 6 hari inkubasi masingmasing dihasilkan oleh BA3, KB8, KB9 (Tabel 4.2.1).
Tabel 4.2.1. Konsentrasi hormon IAA yang dihasilkan bakteri endofit dari akar
tanaman jagung.
Isolat
KB1
KB2
KB3
KB4
KB5
KB6
KB7
KB8
Gustin Khairani : Isolasi Dan Uji Kemampuan Bakteri Endofit Penghasil Hormon IAA (Indole Acetic Acid) Dari Akar
Tanaman Jagung (Zea mays L.), 2010.
KB9
KB10
BA1
BA2
BA3
Total
Rataan
0.1497
0.8436
0.1387
0.1585
0.0704
7.3717
0.5265
0.2687
0.7570
0.6674
0.6234
0.6234
6.6702
0.4764
0
0.0013
0.7973
0.7945
0.7438
4.5710
0.3265
Hasil yang diperoleh ini masih jauh lebih rendah dengan hasil Susilawati et al
(2003), isolat bakteri endofit yang diisolasi dari batang padi menghasilkan hormon
IAA tertinggi sebesar 8.295 ppm selama 5 sampai 7 hari inkubasi dengan penambahan
5 Mml triptofan. Sementara itu Ahmad et al (2005), dengan penambahan 1 mg
triptofan kedalam media Nutrient Broth diperoleh konsentrasi IAA sebesar 10.4 g/ml
sampai 28.3 g/ml dengan waktu inkubasi 7 hari. Lucyanie (2009) menyatakan 20
bahwa
dengan penambahan 0.0255 mg Triptofan dari serbuk kacang kedelai, Azospirillum
spp. menghasilkan IAA tertinggi adalah 102.96 g/ml dengan waktu inkubasi 48 jam.
Hasil yang jauh berbeda ini dipengaruhi oleh perbedaan konsentrasi triptofan
yang ditambahkan ke media. Menurut Patten & Glick (2001). Penambahan
konsentrasi triptofan yang bervariasi dapat menghasilkan konsentrasi IAA yang
berbeda dan semakin tinggi konsentrasi triptofan maka konsentrasi IAA yang
dihasilkan juga akan semakin tinggi.
1.2
1
0.8
0.6
0.4
0.2
0
KB1 KB2 KB3 KB4 KB5 KB6 KB7 KB8 KB9 KB10 BA1 BA2 BA3
Umur kultur 2 hari
Gambar 4.2.1 Histogram analisis IAA yang dihasilkan bakteri endofit selama 6
hari inkubasi.
Gustin Khairani : Isolasi Dan Uji Kemampuan Bakteri Endofit Penghasil Hormon IAA (Indole Acetic Acid) Dari Akar
Tanaman Jagung (Zea mays L.), 2010.
Isolat bakteri endofit asal daerah Medan, cenderung menghasilkan IAA pada
hari ke-2, namun ada beberapa isolat yang menghasilkan IAA pada hari ke-4.
Sementara bakteri endofit yang diperoleh dari daerah Binjai, diperoleh kadar IAA
paling tinggi pada hari ke-6 (Gambar 4.3.1). Perbedaan ini diduga karena kondisi
masing- masing lokasi pengambilan sampel, jenis mikroba dan kemampuannya dalam
mengkonversi triptofan yang terkandung dalam media menjadi IAA.
Pada hari ke-6 inkubasi, konsentrasi IAA yang dihasilkan isolat asal daerah
Medan menurun secara signifikan kecuali isolate KB3 dan KB7. Hal ini diduga karena
isolat tersebut juga menggunakan hormon IAA yang dihasilkannya untuk
bermetabolisme. Menurut Lestari et al., (2007) bahwa pada awal inkubasi, sumber
nutrisi tinggi sehingga produksi IAA tinggi dan terus meningkat secara bertahap
21
meskipun tidak signifikan namun konsisten sampai akhir inkubasi. Pada beberapa
bakteri terdapat fenomena bahwa pola produksi dan konsumsi IAA berjalan seimbang.
Misalnya Azospirillum masih mampu memproduksi IAA dan secara simultan bakteri
juga mengkonsumsi IAA untuk pertumbuhannya meskipun medium pertumbuhan
sudah miskin nutrisi.
Pada isolat bakteri asal Binjai, konsentrasi IAA yang dihasilkan isolat justru
semakin meningkat pada inkubasi hari ke-6. Menurut Kresnawaty et al (2008), bahwa
pada inkubasi 24 jam, IAA yang dihasilkan lebih sedikit karena masih berada dalam
fase logaritmik dan juga kandungan enzim-enzim untuk mengubah triptofan menjadi
IAA masih rendah. Sedangkan pada waktu inkubasi 48 jam, IAA yang dihasilkan
paling tinggi karena isolat berada pada fase akhir logaritmik dan kandungan enzimenzim yang digunakan dalam biokonversi triptofan menjadi IAA, seperti triptofan
monooksigenase,
IAM
hidrolase,
indol-piruvat
dekarboksilase
dan
IAAld
dehidrogenase yang dihasilkan cukup banyak dan aktif sejalan dengan laju
pertumbuhan. Pada waktu inkubasi 72 jam isolat telah memasuki fase kematian,
sehingga produksi IAA menurun tajam. Tien et al., (1979) melaporkan bahwa
konsentrasi IAA oleh A. brasilense meningkat seiring umur bakteri sampai fase
stasioner. Menurut Bhattacharyya & Basu (1990), bahwa penurunan produksi IAA
pada 72 jam karena adanya pelepasan enzim pendegradasi IAA seperti IAA oksidase
dan peroksidase.
Gustin Khairani : Isolasi Dan Uji Kemampuan Bakteri Endofit Penghasil Hormon IAA (Indole Acetic Acid) Dari Akar
Tanaman Jagung (Zea mays L.), 2010.
Perbedaan laju pertumbuhan dipengaruhi oleh tipe dan jenis masing- masing
bakteri tersebut. Dan faktor lain seperti kemampuannya dalam menggunakan nutrisi
22
yang terkandung dalam media sebagai pendukung proses metabolismenya. Hal ini
sesuai dengan yang disebutkan oleh Lay & Hastowo (1992), selain ketersediaan
nutrisi, pertumbuhan sel bakteri juga dipengaruhi oleh banyak faktor seperti jenis
mikroba, keadaan dan jumlah sel awal ketika diinokulasikan ke media.
Tabel 4.3.1 Pertumbuhan sel bakteri endofit penghasil hormon IAA dari akar
tanaman jagung pada media luria bertani (LB).
Jumlah Koloni (CFU/ml)
Isolat
KB1
KB2
KB3
KB4
KB5
KB6
KB7
KB8
KB9
KB10
BA1
BA2
BA3
Hari ke 2
(1011)
11.79
5.46
13.48
6.39
6.45
7.07
5.20
6.35
4.42
1.56
5.10
4.57
6.59
Hari ke 4
(1014)
1.256
0.621
1.449
1.413
1.324
9.626
1.337
0.151
1.291
1.312
1.129
1.170
1.165
Hari ke 6
(1015)
3.28
2.38
43.70
25.60
8.06
6.40
8.27
2.41
2.77
7.38
8.01
6.70
7.31
Gustin Khairani : Isolasi Dan Uji Kemampuan Bakteri Endofit Penghasil Hormon IAA (Indole Acetic Acid) Dari Akar
Tanaman Jagung (Zea mays L.), 2010.
menunjukkan
bahwa kecambah
yang
diintroduksi endofit
pertumbuhannya jauh lebih baik daripada kontrol. BA1 menunjukkan nilai yang
terbaik dari tinggi kecambah dan berat basah kecambah diikuti oleh KB3 dan KB7.
Sedangkan KB7 menunjukkan nilai yang terbaik dari panjang akar kecambah diikuti
oleh KB3 dan BA1 (Tabel 4.4.1) (Gambar 4.4.1). Hal ini diduga karena bakteri
endofit penghasil IAA yang diintroduksikan ke kecambah tanaman jagung
memberikan pengaruh baik bagi tanaman. Sehingga kecambah tersebut memiliki
kemampuan sekresi IAA lebih tinggi dan menjadi lebih sensitif dalam mengubah IAA
yang dimilikinya. IAA yang dihasilkan oleh isolat memberikan dampak pada
23
morfologi akar yaitu densitas, panjang dan area permukaan akar (Lestari et al., 2007).
Perkembangan akar ini menyebabkan perluasan serapan hara sehingga menambah
berat basah tanaman.
bahwa peningkatan bobot basah terutama karena meningkatnya pengambilan air oleh
sel tersebut. IAA yang dihasilkan oleh bakteri akan dimanfaatkan oleh tanaman dan
akan mengalami proses metabolisme di dalam tubuh tanaman sehingga membantu
dalam proses pertambahan tinggi, panjang akar dan berat basah tanaman.
Azospirillum sp. dapat mengeluarkan metabolit-metabolit lain seperti hormon
tumbuh asam indole asetat (IAA) yang menyebabkan perkembangan akar lebih cepat
dan permukaan akar menjadi lebih luas sehingga serapan hara meningkat (Fallik et al.,
1994). Elongasi sel tanaman terjadi pada arah vertikal, diikuti dengan pembesaran sel
dan meningkatnya bobot basah (Salisbury & Ross, 1995)
Selain itu, konsentrasi IAA juga mempengaruhi perkembangan dari parameter
pertumbuhan tanaman. Menurut Dewi (2008), IAA mendorong pemanjangan sel
24
batang hanya pada konsentrasi tertentu yaitu 0,9 g/l. Di atas konsentrasi tersebut IAA
akan menghambat pemanjangan sel batang. Pengaruh penghambatan ini kemungkinan
terjadi karena konsentrasi IAA yang tinggi mengakibatkan tanaman mensintesis ZPT
lain yaitu etilen yang memberikan pengaruh berlawanan dengan IAA. Berbeda dengan
pertumbuhan batang, pada akar, konsentrasi IAA yang rendah (<10-5 g/l) memacu
pemanjangan sel-sel akar, sedangkan konsentrasi IAA yang tinggi menghambat
pemanjangan sel akar.
Gustin Khairani : Isolasi Dan Uji Kemampuan Bakteri Endofit Penghasil Hormon IAA (Indole Acetic Acid) Dari Akar
Tanaman Jagung (Zea mays L.), 2010.
BAB 5
5.1 Kesimpulan
Gustin Khairani : Isolasi Dan Uji Kemampuan Bakteri Endofit Penghasil Hormon IAA (Indole Acetic Acid) Dari Akar
Tanaman Jagung (Zea mays L.), 2010.
Dari hasil penelitian mengenai isolasi dan uji kemampuan bakteri endofit penghasil
hormon IAA dari akar tanaman jagung (Zea mays L.) dapat diambil kesimpulan
sebagai berikut:
a. Diperoleh 13 isolat yang mampu menghasilkan hormon IAA, yang terdiri dari
10 isolat diperoleh dari kebun jagung daerah Medan dan 3 isolat dari kebun
jagung daerah Binjai.
b. Secara in vitro, IAA dihasilkan rata- rata tertinggi pada hari kedua inkubasi.
c. KB3
merupakan
isolat
yang
menghasilkan IAA yaitu sebesar 1.1255 ppm, akan tetapi isolat BA1
menunjukkan hasil paling baik dalam membantu perkecambahan biji tanaman
jagung.
5.2 Saran
Sebaiknya dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mencari formula substrat yang dapat
dipakai dalam memproduksi hormon IAA skala besar.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad, F., L. Ahmad., M. S. Khan. 2005. Indole Acetic Acid Production by the
Indigenous Isolates Of Azotobacter and Fluorescent Pseudomonas in the
Presence and Absence Of Tryptofan. Turk. J. Biol. 29 : 29- 34.
Gustin Khairani : Isolasi Dan Uji Kemampuan Bakteri Endofit Penghasil Hormon IAA (Indole Acetic Acid) Dari Akar
Tanaman Jagung (Zea mays L.), 2010.
Gustin Khairani : Isolasi Dan Uji Kemampuan Bakteri Endofit Penghasil Hormon IAA (Indole Acetic Acid) Dari Akar
Tanaman Jagung (Zea mays L.), 2010.
Ekowahyuni L. P. 2002. Fenomena Vivipary Labu Siam (Sechium edule jacq Swartz)
Varietas Lokal Desa Barukupa Bawah Cipanas. Makalah Falsafah Sains.
Bogor: Institut Pertanian Bogor.
Fardiaz, S. 1992. Mikrobiologi Pangan 1. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Fallik, E., Y. Okon, Y. Epstein, A. Goldman, and M. Fischer. 1994. Identification and
qualification of IAA and IBA Azospirillum brasilense inoculated maize roots.
Soil Biol. Biochem. 21:147-153.
Gardner, F.P., R. B. Pearce, R. L. Mitchell., 1991. Fisiologi Tanaman Budidaya.
Penerjemah Herawati Susilo dan Pendamping Subiyanto. Cetakan Pertama.
Jakarta: Universitas Indonesia Press.
Gordon, S. A. & R. P. Weber. 1997. Colorimetric Estimation of Indolacetic acid.
Plant Physiol. 26: 192- 195.
Hanafiah, K. A. et al. 2005. Biologi Tanah: Ekologi & Makrobiologi Tanah. Jakarta:
PT Raja Grafindo Persada.
Heddy, S. 1996. Hormon Tumbuhan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Hindersah, R., Setiawati, M.R. & Fitriatin, B.N. 2002. Penentuan sumber karbon dan
nitrogen untuk meningkatkan kualitas inokulan Azotobacter sebagai pupuk
biologis pada pembibitan tomat. Laporan Penelitian. Bandung: Lembaga
Penelitian Universitas Padjadjaran.
Hindersah, R & T. Simarmata. 2004. Potensi Rizobakteri Azotobacter dalam
Meningkatkan Kesehatan Tanah. Jurnal Natur Indonesia 5(2): 127-133
Husen, E. 2003. Screening of Soil Bacteria For Plant Growth Promotion Activities In
Vitro. Indonesian Soil Research Institute: Indonesian Journal of Agricultural
Science. 4(1): 27- 31.
Ilyas, S. 2001. Mikrobiologi Dasar. Diktat kompilasi. Medan: Universitas Sumatera
28
Utara press.
Imas, T., R. S. Hadioetomo., A.W. Gunawan., Y. Setiadi. 1989. Bahan pengajaran
Mikrobiologi Tanah II. Depdikbud. Dirjen Dikti. PAU Bioteknologi. IPB
Press.
Kresnawaty. I., Andanawarih. S., Suharyanto., T. Panji. 2008. Optimization and
purification of iaa produced by rhizobium sp. In latex serum media
supplemented with tryptophan from chicken manure. Balai Penelitian
Bioteknologi Perkebunan.76(2): 74-82
Lay, B. W. & Hastowo. 1992. Mikrobiologi. Edisi pertama. Cetakan pertama. Jakarta:
Rajawali press.
Gustin Khairani : Isolasi Dan Uji Kemampuan Bakteri Endofit Penghasil Hormon IAA (Indole Acetic Acid) Dari Akar
Tanaman Jagung (Zea mays L.), 2010.
Sarasutha IG. P. 2002. Kinerja usaha tani dan pemasaran jagung di sentra produksi.
Jurnal litbang pertanian. 21(2): 39-47
Spaepen, S., Jos, V., Roseline, R. 2007. Indole-3-Acetic Acid in Microbial and
Microorganism Plant Signaling. Departemen of Microbial and Molecular
Systems. Centre of Microbial and Plant Genetics: Belgium.
Strobel G.A., & B. Daisy. 2003. Bioprospecting for Microbial Endophytes an Their
Natural Products. Microbiol. and Mol. Biology Rev. 67(4): 63- 68.
Subba Rao, N. S. 1994. Mikroorganisme dan Pertumbuhan Tanaman. Edisi Kedua
(Terjemahan). UI Press.
Suryowinoto, M. 1996. Pemuliaan Tanaman Secara In Vitro. Yogyakarta. Kanisius.
Susilowati, D. N., R. Saraswati., E. Yuniarta. 2003. Isolasi dan Seleksi Mikroba
Diazotrof Endofitik dan Penghasil Zat Pemacu Tumbuh pada Tanaman Padi
dan Jagung. Balai penelitian Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik
Pertanian. 128- 143.
Tarabily, K., A. H. Nassar., K. Sivasithamparam. 2003. Promotion Of Plant Growth
By An Auxin- Producing Isolate Of The Yeast Williopsis Saturnus
Endophytic In Maize Roots. The Sixth U. A. E University Research
Conference. 60- 69.
Tien, T.M., H. Gaskins & D.H. Hubbell. 1979. Plant growth substances produced by
Azospirillum brasilense and their effect on the growth of pearl millet
(Pennisetum americanum L). Appl. Environ. Microbiol. 37:1016-1024.
Thakuria, D., Talukdar, N.C., Goswami, C., Hazarika and Boro, R.C. 2004.
Characterization and Screening of Bacteria from Rhizosphere of Rice Grown
in Acidic Soils of Assam. Current Science.86: 978- 985.
Zahir, Z. A., S. A. Abbas., M. Khalid., M. Arshad. 2000. Substrate Dependent
Microbially Derived Plant Hormones For Improving Growth Of Maize
30
Seedlings. Pakistan Journal of Biological Science. 3(2): 289- 291.
LAMPIRAN
31
Lampiran B. Penentuan kurva standart IAA (Indole Acetic Acid).
Gustin Khairani : Isolasi Dan Uji Kemampuan Bakteri Endofit Penghasil Hormon IAA (Indole Acetic Acid) Dari Akar
Tanaman Jagung (Zea mays L.), 2010.
Absorbansi IAA
0,6
0,5
0,4
y = 0.025 + 0.454x
R = 0.99
0,3
0,2
0,1
0
0
0,2
0,4
0,6
0,8
1,2
1,4
1,6
X
0,1
0,4
0,8
1,2
1,4
x = 3,9
X = 0,78
Y
0,021
0,151
0,344
0,516
0,611
y = 1,643
Y = 0,3286
XY
0,0021
0,0604
0,2752
0,6192
0,8554
xy= 1,8123
X2
0,01
0,16
0,64
1,44
1,96
x2 = 4,21
Y2
0,00041
0,022801
0,118336
0,266256
0,373321
y2=0,781155
= 0.99
Gustin Khairani : Isolasi Dan Uji Kemampuan Bakteri Endofit Penghasil Hormon IAA (Indole Acetic Acid) Dari Akar
Tanaman Jagung (Zea mays L.), 2010.
32
Untuk mencari persamaan garis regresi kurva masukkan nilai yang diperoleh ke rumus
berikut ini:
Y= a + bX
b= n (XY) - (X) (Y)
n (X) - (Y)
= 0,454
a = Y bX
= 0,025
Dimana: a = Intersep
b = Slope (Koefisien Regresi)
Y = Absorbansi
X = Konsentrasi
Dari nilai a dan b yang diperoleh dari data diatas, maka persamaan kurva standar IAA
adalah: Y = 0,025 + 0,454x
Untuk mencari konsentrasi IAA dari masing- masing sampel, substitusikan nilai
absorbansi yang diperoleh dari sampel ke persamaan diatas.
Gustin Khairani : Isolasi Dan Uji Kemampuan Bakteri Endofit Penghasil Hormon IAA (Indole Acetic Acid) Dari Akar
Tanaman Jagung (Zea mays L.), 2010.
Lampiran C. Pertumbuhan kecambah tanaman jagung yang telah diinduksi isolat bakteri endofit penghasil hormon IAA.
Isolat
KB3
Rataan
KB7
Rataan
BA1
Rataan
Kontrol
Rataan
U1
2
1,8
1,9
1,9
1,7
1,8
1,6
1,7
2,3
2
2,1
2,1
1
1
1,06
1,02
1,9
1,7
2,1
1,03
U1
33,2
23,8
30,3
29,1
31,9
26,8
26,1
28,2
34,7
28
35
32,5
30
23,1
16,7
23,2
U1
12,3
19,1
10,6
14
24
18
13,2
18,4
11,1
11,2
11,5
11,2
12,2
12,6
8,5
11,1
U2
10
19,5
11
13,5
24,5
17,8
13
18,4
10,9
12
11,1
11,3
12,4
11,7
9
11,03
14
18,4
11,2
11,1
33
Gustin Khairani : Isolasi Dan Uji Kemampuan Bakteri Endofit Penghasil Hormon IAA (Indole Acetic Acid) Dari Akar Tanaman Jagung (Zea mays L.), 2010.
U6
13
18,2
10,9
14,03
23,7
16,8
15
18,5
11,1
10,09
11,4
10,9
13
10,1
10,5
11,2
34
LAMPIRAN D: DOKUMENTASI PENELITIAN
Gustin Khairani : Isolasi Dan Uji Kemampuan Bakteri Endofit Penghasil Hormon IAA (Indole Acetic Acid) Dari Akar Tanaman
Jagung (Zea mays L.), 2010.
(A)
Uji Pati
35
(A)
Gambar 5: Suspensi isolat bakteri endofit dalam media Luria bertani + Triptofan selama 6
hari inkubasi.
Gustin Khairani : Isolasi Dan Uji Kemampuan Bakteri Endofit Penghasil Hormon IAA (Indole Acetic Acid) Dari Akar Tanaman
Jagung (Zea mays L.), 2010.
Gustin Khairani : Isolasi Dan Uji Kemampuan Bakteri Endofit Penghasil Hormon IAA (Indole Acetic Acid) Dari Akar Tanaman
Jagung (Zea mays L.), 2010.