Anda di halaman 1dari 50

ISOLASI DAN UJI KEMAMPUAN BAKTERI ENDOFIT PENGHASIL

HORMON IAA (Indole Acetic Acid) DARI AKAR TANAMAN JAGUNG


(Zea mays L.)

SKRIPSI

GUSTIN KHAIRANI
050805049

DEPARTEMEN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2009

Gustin Khairani : Isolasi Dan Uji Kemampuan Bakteri Endofit Penghasil Hormon IAA (Indole Acetic Acid) Dari Akar
Tanaman Jagung (Zea mays L.), 2010.

ISOLASI DAN UJI KEMAMPUAN BAKTERI ENDOFIT PENGHASIL


HORMON IAA (Indole Acetic Acid) DARI AKAR TANAMAN JAGUNG
(Zea mays L.)

SKRIPSI

Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat mencapai gelar Sarjana Sains

GUSTIN KHAIRANI
050805049

DEPARTEMEN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2009

Gustin Khairani : Isolasi Dan Uji Kemampuan Bakteri Endofit Penghasil Hormon IAA (Indole Acetic Acid) Dari Akar
Tanaman Jagung (Zea mays L.), 2010.

ii

PERSETUJUAN

Judul

: ISOLASI DAN UJI KEMAMPUAN BAKTERI


ENDOFIT PENGHASIL HORMON IAA (INDOLE
ACETIC ACID) DARI AKAR TANAMAN JAGUNG
(Zea mays L.)

Kategori

: SKRIPSI

Nama

: GUSTIN KHAIRANI

Nomor Induk Mahasiswa

: 050805049

Program Studi

: SARJANA (S1) BIOLOGI

Departemen

: BIOLOGI

Fakultas

: MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN


ALAM (FMIPA) UNIVERSITAS SUMATERA
UTARA.
Diluluskan di
Medan, Desember 2009

Komisi Pembimbing

Pembimbing 2

Pembimbing 1

Yurnaliza, S. Si, M.Si


NIP.19710818 199903 2 001

Dra.Nunuk Priyani, M.Sc.


NIP. 19640428 199603 2 001

Diketahui/ Disetujui Oleh

Departemen Biologi FMIPA USU


Ketua,

Dr. Dwi Suryanto, M.Sc.


NIP. 19640409 19940 3 1003
Gustin Khairani : Isolasi Dan Uji Kemampuan Bakteri Endofit Penghasil Hormon IAA (Indole Acetic Acid) Dari Akar
Tanaman Jagung (Zea mays L.), 2010.

iii

PERNYATAAN

ISOLASI DAN UJI KEMAMPUAN BAKTERI ENDOFIT PENGHASIL


HORMON IAA (Indole Acetic Acid) DARI AKAR TANAMAN JAGUNG
(Zea mays L.)

SKRIPSI

Saya mengakui bahwa skripsi ini adalah hasil kerja saya sendiri, kecuali beberapa
kutipan dan ringkasan yang masing- masing disebutkan sumbernya.

Medan, Desember 2009

GUSTIN KHAIRANI
050805049

Gustin Khairani : Isolasi Dan Uji Kemampuan Bakteri Endofit Penghasil Hormon IAA (Indole Acetic Acid) Dari Akar
Tanaman Jagung (Zea mays L.), 2010.

iv

PENGHARGAAN

Puji dan syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi
yang berjudul Isolasi dan Uji Kemampuan Bakteri Endofit Penghasil Hormon
IAA (Indole Acetic Acid) Dari Akar Tanaman Jagung (Zea mays L) . Sholawat
beriring salam penulis haribahkan kepada Rosulullah Muhammad SAW yang akan
memberikan syafaat kepada penulis kelak.
Ucapan terimakasih penulis sampaikan kepada ibu Dra. Nunuk Priyani, M.Sc.
selaku dosen pembimbing 1 dan ibu Yurnaliza, S. Si, M.Si selaku dosen pembimbing
2 yang telah memberikan bimbingan, arahan, masukan, perhatian serta waktu pada
saat penulis mengusulkan penelitian hingga penyusunan skripsi ini.
Ucapan terimakasih juga penulis sampaikan kepada Bapak Riyanto Sinaga, S.
Si, M.Si selaku dosen penasehat akademik, Bapak Dr. Dwi Suryanto, M.Sc.selaku
ketua departemen Biologi FMIPA USU Medan, dan para staf pengajar di departemen
Biologi FMIPA USU beserta para staf pegawai departemen Biologi FMIPA USU
Bapak Sukirmanto, Ibu Nurhasni Muluk, Abang Erwin dan Ibu Roslina Ginting.
Ucapan terimakasih yang tidak ternilai penulis sampaikan kepada:
Keluarga yang selalu memberikan cinta kasih, doa, motivasi, serta semangat.
Kepada pelita yang tak pernah padam dalam memberikan doa,
Ayahanda P.Batubara dan Ibunda tersayang Sutiharsih.
kepada lentera-lentera yang tak pernah redup dalam memberi semangat,
Ahmad Jeffri Amd, Sri Melawati S,Kom., Muhammad Haekal Aula, Lc.
Melita Anggi Yani, dan Ade Nurfatmala.
Semoga kita dapat berkumpul kembali dalam cinta-Nya.
Ucapan terimakasih juga penulis sampaikan kepada para sahabat yang tak pernah
bosan dalam membantu dan mendampingi penulis dalam suka dan duka Mustika,
Ummi, Kabul, Sarah, Dini, Nikmah, Susi, Widia, Ulan, Irfan, Effendi, Sarmut, Fifi,
Diana, Azai, Seneng, Yanti, Santi, Dwi, Eri,. Kepada warga 103, Rika dan Elly. Juga
kepada rekan seperjuangan angkatan 2005, Elfrida, Ruth, Simlah, Julit, Riris, Delni,
Siti, Kalis, Fitri, Beka, Ocid, Valen, Rico, Rahmad, Andi, Juned, Verta, Misran, Dahin
dan kepada rekan- rekan di Lab. Mikrobiologi.,Kak Ligus, Kak Irin, Kak Tela, dan
adik- adik angkatan 2006 Zean, Nana, Ridho, Ika, Yayan, Ami, Widya, Mun. Beserta
kakak dan abang yang selalu memberi masukan dan perhatian Kak Isah, Bang Ginta
S,Si., Bang Yopi, Kak Asni S,Si., Kak Siska S,Si, Kak Dewi S,Si, Kak Siti, S,Si juga
kepada kakak asuh Kak Eka S,Si serta Kak Zakiah S,Si kepada adik-adik 2007 Resti,
Ria, Riwil, Dwi, Putri , Aini, Nila , Asril, Alex, Affan, Mirza, serta pihak- pihak yang
Gustin Khairani : Isolasi Dan Uji Kemampuan Bakteri Endofit Penghasil Hormon IAA (Indole Acetic Acid) Dari Akar
Tanaman Jagung (Zea mays L.), 2010.

telah banyak membantu dalam penyelesaian skripsi ini yang tidak bisa disebutkan
satu- persatu. Semoga Allah membalas segala kebaikan mereka.
Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna,
untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran demi kesempurnaan skripsi ini. Akhir
kata semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua.

Medan, Desember 2009

Penulis

Gustin Khairani : Isolasi Dan Uji Kemampuan Bakteri Endofit Penghasil Hormon IAA (Indole Acetic Acid) Dari Akar
Tanaman Jagung (Zea mays L.), 2010.

vi

ABSTRAK

Penelitian mengenai Isolasi dan Uji Kemampuan Bakteri Endofit Penghasil Hormon
IAA (Indole Acetic Acid) Dari Akar Tanaman Jagung (Zea mays L.) telah dilakukan
mulai bulan September 2008 sampai September 2009 di Laboratorium Mikrobiologi
FMIPA USU. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan isolat-isolat bakteri endofit
penghasil IAA potensial dari jaringan akar tanaman jagung dan mengetahui
peranannya dalam membantu proses perkecambahan biji tanaman jagung. Bakteri
penghasil IAA diisolasi, dikarakterisasi, dan diuji kemampuannya dalam
menghasilkan IAA baik secara in vitro maupun secara in vivo. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa terdapat 13 bakteri endofit potensial yang menghasilkan IAA.
Konsentrasi IAA paling tinggi diperoleh oleh KB3 yaitu sebesar 1,1255 ppm.
Perendaman kecambah ke dalam suspensi bakteri potensial mampu membantu
pertumbuhan kecambah jagung dengan melihat parameter pertumbuhan tanaman
seperti tinggi tanaman, panjang akar dan berat tanaman.
Kata kunci: Endofit, Indole Acetic Acid (IAA), kecambah.

Gustin Khairani : Isolasi Dan Uji Kemampuan Bakteri Endofit Penghasil Hormon IAA (Indole Acetic Acid) Dari Akar
Tanaman Jagung (Zea mays L.), 2010.

vii

ISOLATION AND ABILITY TEST OF ENDOPHYTIC BACTERIA


PRODUCING IAA (Indole Acetic Acid) HORMONE FROM CROPS MAIZE
ROOT (Zea Mays L).

ABSTRACT

Research on Isolation and Ability Test Of Endophytic Bacteria Producing IAA


(Indole Acetic Acid) Hormone From Crops Maize Root (Zea mays L.) has been carried
out from September 2008 to September 2009 at the Laboratory of Microbiology
Faculty of Mathematic and Natural Science and Laboratory of Quantitative
Chemistry Faculty of Pharmacy North Sumatra University . This study was aimed to
obtain isolate of endhophytic bacteria producing IAA of corn plant roots and to
know their role in promoting seed germination of corn. Bacteria producing IAA was
isolated, characteristed, and tested their ability to produced IAA both in vitro or in
vivo. The results showed that there were 13 potential endhophytic bacteria isolates that
produced IAA. The highest IAA concentration was 1.1255 ppm obtained from isolate
KB3. Soaking seedling into bacterial suspensions could potentially enhanced the
growth of seedling. Parameters observed were sprout height, root length and sprout
weight.
Key words: Endophytic, Indole Acetic Acid (IAA), seedling.

Gustin Khairani : Isolasi Dan Uji Kemampuan Bakteri Endofit Penghasil Hormon IAA (Indole Acetic Acid) Dari Akar
Tanaman Jagung (Zea mays L.), 2010.

viii

DAFTAR ISI

Persetujuan
Pernyataan
Penghargaan
Abstrak
Abstract
Daftar Isi
Daftar Tabel
Daftar Gambar
Daftar Lampiran

Halaman
ii
iii
iv
vi
vii
viii
x
xi
xii

Bab 1 Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
1.2 Permasalahan
1.3 Tujuan
1.4 Hipotesis
1.5 Manfaat Penelitian

1
1
2
3
3
3

Bab 2 Tinjauan Pustaka


2.1 Mikroorganisme Endofit Dalam Tanaman
2.2 Peranan Mikroorganisme Endofit
2.3 Mikroorganisme Endofit Penghasil Hormon Auksin
2.4 Hormon Auksin
2.4.1 Biogenesis Hormon IAA (Indole Acetic Acid)
2.5 Peranan Auksin Terhadap Tanaman
2.6 Tanaman Jagung (Zea mays L)

4
4
5
5
7
8
10
11

Bab 3 Bahan dan Metode


3.1 Waktu dan Tempat
3.2 Bahan
3.3 Metode Penelitian
3.3.1 Isolasi bakteri endofit dari akar tanaman jagung (Zea mays L)
Metode Radu dan Kqueen (2002)
3.3.2 Penentuan Kurva Standart IAA
3.3.3 Kemampuan bakteri endofit akar dalam menghasilkan IAA
secara in vitro
3.3.4 Pengukuran pertumbuhan sel bakteri endofit
3.3.5 Introduksi Bakteri Endofit Pada Kecambah Tanaman Jagung

13
13
13
13
13
14
14
15
15

Gustin Khairani : Isolasi Dan Uji Kemampuan Bakteri Endofit Penghasil Hormon IAA (Indole Acetic Acid) Dari Akar
Tanaman Jagung (Zea mays L.), 2010.

Bab 4 Hasil dan Pembahasan


4.1 Isolasi Bakteri Endofit dari Akar Tanaman Jagung (Zea mays L).
4.2 Kemampuan bakteri endofit akar dalam menghasilkan hormon IAA
secara in vitro.
4.3 Pertumbuhan Sel Bakteri Endofit
4.4 Uji kemampuan Bakteri Endofit Dalam Perkecambahan Biji
Tanaman Jagung (Zea mays L). secara in vivo.

16
16
19
21
22

Bab 5 Kesimpulan dan Saran


5.1 Kesimpulan
5.2 Saran

25
25
25

Daftar Pustaka

26

Gustin Khairani : Isolasi Dan Uji Kemampuan Bakteri Endofit Penghasil Hormon IAA (Indole Acetic Acid) Dari Akar
Tanaman Jagung (Zea mays L.), 2010.

DAFTAR TABEL

Halaman
Tabel 4.1.1

Morfologi koloni dan sel serta sifat pewarnaan gram isolat


bakteri endofit akar tanaman jagung.

17

Tabel 4.1.2

Karakteristik biokimia bakteri endofit penghasil IAA.

18

Tabel 4.2.1
Tabel 4.3.1

Konsentrasi IAA yang dihasilkan bakteri endofit


Pertumbuhan sel bakteri endofit pada media luria bertani (LB)

19
22

Tabel 4.4.1

Parameter pertumbuhan kecambah tanaman jagung yang telah


diinduksi isolat bakteri endofit penghasil hormon IAA.

23

Gustin Khairani : Isolasi Dan Uji Kemampuan Bakteri Endofit Penghasil Hormon IAA (Indole Acetic Acid) Dari Akar
Tanaman Jagung (Zea mays L.), 2010.

xi

DAFTAR GAMBAR

Halaman
Gambar 2.4.1 Struktur Kimia Hormon IAA

Gambar 2.4.2 Lintasan Proses Biosintesis dari triptofan menjadi IAA.

Gambar 4.2.1 Histogram analisis IAA yang dihasilkan bakteri endofit


selama 6 hari inkubasi.

20

Gambar 4.4.1 Morfologi kecambah tanaman jagung setelah


berumur 2 minggu.

24

Gustin Khairani : Isolasi Dan Uji Kemampuan Bakteri Endofit Penghasil Hormon IAA (Indole Acetic Acid) Dari Akar
Tanaman Jagung (Zea mays L.), 2010.

xii

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman
Lampiran A Pembuatan media pertumbuhan Luria Bertani cair,
reagen Salkowski dan larutan Mc Farland.

30

Lampiran B Penentuan kurva standart IAA

31

Lampiran C Pertumbuhan kecambah tanaman jagung yang telah


diinduksi isolat bakteri endofit penghasil hormon IAA
Lampiran D Dokumentasi Penelitian

33
34

Gustin Khairani : Isolasi Dan Uji Kemampuan Bakteri Endofit Penghasil Hormon IAA (Indole Acetic Acid) Dari Akar
Tanaman Jagung (Zea mays L.), 2010.

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pertanian modern saat ini sangat bergantung pada penggunaan bahan-bahan kimia
seperti pupuk, fungisida dan pestisida untuk meningkatkan hasil panen. Penggunaan
bahan-bahan kimia tersebut baik disadari maupun tidak, telah mengakibatkan dampak
negatif pada lingkungan. Misalnya, penggunaan bahan-bahan kimiawi terhadap
tanaman, tidak seluruhnya dapat dihancurkan oleh mikroorganisme tanah, dan dapat
menyebabkan polusi pada aliran-aliran air dan sungai sehingga mempengaruhi biota
air (Pelczar & Chan, 2006). Dalam upaya mengurangi pencemaran lingkungan di
lahan pertanian yang disebabkan oleh adanya penggunaan pupuk kimia secara
berlebihan, banyak usaha yang dilakukan untuk mencari alternatif pupuk yang ramah
lingkungan. Alternatif pupuk tersebut dapat berupa pupuk biologi dengan
memanfaatkan penggunaan mikroorganisme dari alam.

Mikroorganisme di alam memiliki keanekaragaman yang berlimpah. Dan juga


memiliki peranan yang luar biasa dalam berbagai bidang kehidupan manusia,
termasuk dalam bidang pertanian. Mikroorganisme di alam dapat terbagi menjadi
mikroorganisme simbiotik dan mikroorganisme nonsimbiotik. Mikroorganisme
nonsimbiotik yaitu mikroorganisme yang hidup bebas dan mandiri dalam tanah seperti
fiksasi nitrogen nonsimbiotik oleh Clostridium pasturianum dan Azotobacter (Pelczar
& Chan, 2006). Sedangkan mikroorganisme simbiotik yaitu mikroorganisme yang
berinteraksi dengan tanaman, seperti mikroorganisme endofit.

Mikroorganisme

Gustin Khairani : Isolasi Dan Uji Kemampuan Bakteri Endofit Penghasil Hormon IAA (Indole Acetic Acid) Dari Akar
Tanaman Jagung (Zea mays L.), 2010.

endofit baik berupa bakteri ataupun fungi merupakan contoh mikroorganisme yang
prospektif dalam bidang pertanian.
2

Mikroorganisme endofit merupakan mikroorganisme yang berasosiasi dengan


jaringan atau sel tanaman tingkat tinggi dan tidak memberikan kerugian pada tanaman
tersebut. Bakteri endofit dapat diisolasi dari permukaan benih, akar, batang, daun dan
biji yang telah steril (Tarabily et al., 2003). Salah Satu perannya adalah sebagai
biofertilizer dengan menghasilkan hormon pertumbuhan IAA (Indol acetic acid).

Hormon IAA merupakan hormon kunci bagi berbagai aspek pertumbuhan dan
perkembangan tanaman sehingga sintesisnya oleh jenis bakteri tertentu merupakan
salah satu alasan yang menyebabkan peningkatan pertumbuhan tanaman (Aryantha et
al., 2004). Sejumlah mikroba endofit pernah diisolasi dari bagian dalam beberapa
tanaman pangan, yaitu pada tanaman padi, jagung, sorgum dan tebu. Dan ternyata
dapat meningkatkan produksi hormon pertumbuhan IAA James & Olivares (1996)
dalam Susilawati (2003). Dan penelitian mengenai keberadaan bakteri endofit pada
jaringan tanaman khususnya akar tanaman jagung (Zea mays L.) ini dilakukan untuk
mencari isolat-isolat dari jenis lain serta memiliki potensi menghasilkan IAA yang
lebih tinggi.

1.2 Permasalahan

Pengetahuan mengenai bakteri endofit masih sangat sedikit, baik dari jenis maupun
kegunaannya, terutama bakteri endofit yang memiliki potensi untuk menghasilkan zat
pemacu tumbuh IAA. Sejauh ini, belum banyak diketahui seberapa banyak bakteri
endofit dan seberapa besar kemampuan bakteri endofit yang diperoleh dari akar
tanaman jagung dalam menghasilkan hormon IAA serta perannya dalam
perkecambahan biji tanaman jagung. Untuk itu, keanekaragaman bakteri endofit pada
tanaman jagung perlu digali terutama untuk membantu meningkatkan produktivitas
tanaman jagung sebagai pengganti dari pupuk kimia yang tidak ramah lingkungan.
Gustin Khairani : Isolasi Dan Uji Kemampuan Bakteri Endofit Penghasil Hormon IAA (Indole Acetic Acid) Dari Akar
Tanaman Jagung (Zea mays L.), 2010.

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan isolat-isolat bakteri endofit
penghasil IAA potensial dari jaringan akar tanaman jagung. Disamping itu juga untuk
mengetahui peranannya dalam membantu proses perkecambahan biji tanaman jagung.

1.4 Hipotesis

Pada jaringan akar tanaman jagung dapat diperoleh beberapa isolat bakteri endofit
yang dapat menghasilkan hormon pertumbuhan IAA yang dapat berperan dalam
memacu pertumbuhan kecambah tanaman jagung.

1.5 Manfaat Penelitian

a. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan konstribusi pada perkembangan ilmu


pengetahuan terutama dalam bidang pertanian.
b. Sebagai bahan informasi untuk penelitian selanjutnya.

Gustin Khairani : Isolasi Dan Uji Kemampuan Bakteri Endofit Penghasil Hormon IAA (Indole Acetic Acid) Dari Akar
Tanaman Jagung (Zea mays L.), 2010.

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Mikroorganisme Endofit Dalam Tanaman.


Mikroorganisme endofit didefenisikan sebagai mikroorganisme yang selama siklus
hidupnya berada dalam jaringan tanaman dan dapat membentuk koloni tanpa
menimbulkan kerusakan pada tanaman tersebut (Strobel et al., 2003). Mikroorganisme
endofit tersebut merupakan mikroorganisme yang dapat diekstrak dari bagian dalam
tanaman atau diisolasi dari permukaan jaringan tanaman. Bakteri endofit dan fungi
berfilamen pernah diisolasi dari biji, akar, batang dan ranting, serta kulit kayu dari
berbagai macam jenis tanaman. Mikroorganisme endofit termasuk mikroorganisme
yang menguntungkan yang tidak memiliki pengaruh langsung pada tanaman, dan
mikroorganisme yang dapat digunakan sebagai biological control

bagi tanaman

patogen atau untuk memacu pertumbuhan tanaman (Tarabily et al., 2003).


Dari sekitar 300.000 jenis tanaman yang tersebar di permukaan bumi ini,
masing-masing tanaman mengandung satu atau lebih mikroorganisme endofit yang
terdiri dari bakteri dan jamur (Radji, 2004). Sehingga mikroorganisme endofit dapat
menjadi sumber berbagai metabolit sekunder baru yang berpotensi untuk
dikembangkan

dalam

bidang

medis,

pertanian

dan

industri.

Kemampuan

mikroorganisme endofit dalam memproduksi senyawa metabolit sekunder merupakan


peluang yang sangat besar dan dapat diandalkan untuk membantu kemajuan teknologi
di pertanian dalam hal pupuk sintesis yang ramah lingkungan (Radji, 2005). Beberapa
mikroba endofit dapat menghasilkan hormon yang dapat merangsang pertumbuhan
tanaman. Salah satu hormon yang dihasilkan oleh mikroba endofit adalah IAA (Indol
Gustin Khairani : Isolasi Dan Uji Kemampuan Bakteri Endofit Penghasil Hormon IAA (Indole Acetic Acid) Dari Akar
Tanaman Jagung (Zea mays L.), 2010.

Acetic Acid) atau yang lebih dikenal dengan sebutan auksin. Auksin berperan sebagai
hormon pemacu tumbuh pada tanaman dan biasanya ditemukan pada jaringan
meristem (Spaepen et al., 2007).
5

2.2 Peranan Mikroorganisme Endofit.


Peranan mikroorganisme endofit dalam memacu pertumbuhan tanaman telah banyak
mendapat perhatian sehingga mikroorganisme endofit dapat dimanipulasi untuk
meningkatkan produktivitas tanaman jagung (Tarabily et al., 2003). Menurut Stierle et
al., (1995) dalam Susilawati (2003), pemanfaatan mikroba endofit dalam
memproduksi senyawa aktif memiliki beberapa kelebihan antara lain adalah (1) lebih
cepat menghasilkan dengan mutu yang seragam (2) dapat diproduksi dalam skala
besar (3) kemungkinan diperoleh komponen bioaktif baru dengan memberikan kondisi
yang berbeda.
Disamping itu, James &

Olivares (1996) dalam Susilawati (2003)

menambahkan bahwa sejumlah mikroba endofit yang telah berhasil diisolasi dari
bagian dalam beberapa tanaman pangan, yaitu pada tanaman padi, jagung, sorgum dan
tebu dapat meningkatkan produksi hormon pertumbuhan. Setiap tanaman tingkat
tinggi mengandung beberapa mikroorganisme endofit yang mampu menghasilkan
senyawa biologi atau metabolit sekunder yang diduga sebagai akibat koevolusi atau
transfer genetik (genetic recombination) dari tanaman inangnya ke dalam
mikroorganisme endofit (Tan et al., 2001 dalam Radji, 2005).

2.3 Mikroorganisme Endofit Penghasil Hormon Auksin.


Mekanisme peningkatan pertumbuhan tanaman oleh bakteri endofit dapat terjadi
melalui beberapa cara diantaranya adalah melarutkan senyawa fosfat, fiksasi nitrogen,
merangsang pertumbuhan akar lateral dan menghasilkan hormon pertumbuhan seperti
hormon auksin, etilen dan sitokinin (Thakuria et al., 2004). Tanaman memenuhi
kebutuhan akan hormon tumbuh melalui kemampuannya dalam mensintesis hormon
auksin dari mikroorganisme yang berada dalam jaringannya (Hindersah et al., 2002).
Gustin Khairani : Isolasi Dan Uji Kemampuan Bakteri Endofit Penghasil Hormon IAA (Indole Acetic Acid) Dari Akar
Tanaman Jagung (Zea mays L.), 2010.

Bakteri penghasil IAA berpotensi bergabung dengan beberapa proses fisiologis


tanaman dengan cara memasukkan IAA yang dihasilkannya ke tanaman. Pengaruhnya
bagi tanaman itu sendiri adalah tanaman tersebut lebih sensitif dalam mengubah
konsentrasi IAA yang dimilikinya sehingga membantu dalam pembentukan akar
lateral dan akar adventif serta elongasi akar primer (Leveau, & Lindow, 2004).
Kemampuan Azotobacter dalam memproduksi fitohormon sitokinin dan auksin
dilaporkan pertama kali oleh Vancura & Macura pada tahun 1960 (Vancura, 1988
dalam Hindersah & Simarmata, 2004).
Berbagai hasil penelitian melaporkan bahwa beberapa kelompok mikroba
mampu menghasilkan senyawa yang dapat mempercepat pertumbuhan tanaman.
Sebagai

contoh,

bakteri

Rhizobium

yang

terseleksi

mampu

menstimulasi

pertumbuhan, baik pada tanaman legum maupun yang bukan legum pada skala
lapangan. Bakteri tersebut terbukti mampu memproduksi fitohormon yaitu sitokinin
dan auksin (Hoflich, 1995 dalam Aryantha et al., 2002). Pada awalnya Azotobacter
dan Azospirillum ditumbuhkan untuk memacu pertumbuhan tanaman karena
kemampuannya dalam memfiksasi nitrogen. Kemudian, bukan karena alasan itu saja,
ternyata mereka juga dapat menghasilkan hormon pertumbuhan IAA (Kennedy, 1998
dalam Husen, 2003).
Penelitian lain mengenai produksi IAA telah banyak dilakukan terutama pada
Azospirillum brasilense dalam gandum. IAA berpengaruh terhadap perkembangan
akar gandum, dan dapat memperbaiki produktivitas tanaman melalui stimulasi hormon
(Lestari et al., 2007). Azospirillum juga mampu meningkatkan hasil panen tanaman
pada berbagai jenis tanah dan iklim serta menurunkan kebutuhan pupuk nitrogen
hingga 35%. Inokulasi Azospirillum lipoferium pada tanaman jagung menyebabkan
peningkatan hasil panen sekitar 10% (Madigan et al., 1997 dalam Aryantha et al.,
2002). Disamping itu juga Azospirillum dapat meningkatkan jumlah serabut akar padi,
tinggi tanaman dan menambah konsentrasi fitohormon IAA dan IBA (indol butirat
acid) bebas di daerah perakaran (Aryantha et al., 2002).
Imas et al (1989), melaporkan bahwa sebagian besar dari 25 macam fungi
mampu menghasilkan hormon IAA. Banyak spesies bakteri dan jamur yang terutama
jika mediumnya ditambah triptofan akan menghasilkan hormon IAA (Subba Rao,
Gustin Khairani : Isolasi Dan Uji Kemampuan Bakteri Endofit Penghasil Hormon IAA (Indole Acetic Acid) Dari Akar
Tanaman Jagung (Zea mays L.), 2010.

1994). Agrobacterium tumefaciens, Ustilago maydis, Synchystrium endobioticum,


Gymnosporangium juniperivirginianae,Nectria galligena, Endophyllum sempervivi,
Rhizobium spp, dan Pseudomonas fluorescen merupakan mikroba yang menghasilkan
IAA baik pada kultur murni maupun pada asosiasinya dengan tanaman (Hanafiah et
al., 2005). Bermacam-macam mikroorganisme tanah termasuk bakteri, fungi
berfilamen dan yeast mampu menghasilkan auksin yang mempunyai pengaruh nyata
dan besar dalam pertumbuhan serta perkembangan tanaman (Tarabily et al., 2003).
Dalam lingkungan, tumbuhan tidak memiliki kemampuan yang cukup dalam
mensintesis hormon endogenous untuk memacu pertumbuhannya agar lebih optimal.
Persediaan hormon eksogenous dalam tanaman mungkin saja dipengaruhi oleh
keseimbangan hormon pertumbuhan endogenous (Nickel, 1982 dalam Zahir et al.,
2000). Bakteri penghasil IAA mempunyai potensi untuk bergabung dengan beberapa
proses fisiologis tanaman dengan cara memasukkan IAA yang dihasilkannya ke
tanaman, pengaruhnya bagi tanaman itu sendiri adalah tanaman tersebut lebih sensitif
dalam mengubah konsentrasi IAA yang dimilikinya. Akar misalnya, merupakan salah
satu organ tanaman yang paling sensitif terhadap fluktuasi IAA serta akar bertanggung
jawab dalam meningkatkan jumlah IAA eksogenous yang berguna bagi proses
elongasi akar primer, pembentukan akar lateral dan akar adventif (Leveau & Lindow,
2004). IAA dihasilkan oleh bakteri dalam tanaman dengan meningkatkan jumlah
rambut akar dan akar lateral tanaman (Okon & Kapulnik, 1986).

2.4 Hormon Auksin


Auksin merupakan salah satu jenis hormon yang dapat memacu pertumbuhan tanaman
dengan meningkatkan proses elongasi sel dan perpanjangan batang seperti halnya
diferensiasi sel (Tarabily et al., 2003). IAA adalah hormon auksin endogen yang
disintesis dalam batang dan akar. Prinsip karakterisasi adalah mengontrol proses
fisiologis dan menstimulasi kapasitas perpanjangan sel dalam batang, dan bagian
koleoptil, mempengaruhi inang pada respon perkembangan termasuk inisiasi akar,
differensiasi vaskular, perkembangan bunga maupun buah, bertanggung jawab dalam
pola gravitasi dan pencahayaan (Ekowahyuni, 2002).
Gustin Khairani : Isolasi Dan Uji Kemampuan Bakteri Endofit Penghasil Hormon IAA (Indole Acetic Acid) Dari Akar
Tanaman Jagung (Zea mays L.), 2010.

Menurut Subba Rao (1994), bahwa auksin merupakan asam indol asetat (IAA) atau
C10HON.

Gambar 2.4.1 : Struktur Kimia Hormon IAA

Efek

karakteristik

auksin

adalah

kemampuannya

dalam

mendorong

pembengkokan suatu benih, dan efek ini berhubungan dengan adanya suatu group
atom di dalam molekul auksin tersebut. Di dalam jaringan tanaman, IAA disintesis di
berbagai bagian tubuh tanaman. Umumnya pada bagian tumbuhan yang sedang aktif,
tumbuh dan berkembang, IAA dihasilkan paling banyak. Sebagai contoh, bagian yang
kaya akan auksin adalah semua jenis bagian meristem (termasuk ujung tunas, ujung
akar dan kambium) dan juga daun-daun muda, bagian-bagian bunga yang sedang
berkembang, buah dan tumor (benjolan pada tanaman) pada fase pertumbuhan aktif.
Auksin mendorong perpanjangan sel (sel elongation) dengan cara mempengaruhi
metabolisme dinding sel. Pembentukan auksin dalam tubuh tanaman, khususnya
dalam titik tumbuh pucuk-pucuk cabang, merupakan suatu proses biokimiawi. Proses
ini sukar untuk ditiru, namun sudah lama diketahui bahwa auksin merupakan sejenis
zat protein berbahan baku zat asam amino. Dalam titik- titik tumbuh tersebut, bahan
baku auksin (prekursor) dapat dibentuk dalam suasana cerah maupun gelap. Dalam
keadaan cuaca yang cerah pembentukan auksin akan lebih banyak. Tanaman yang
berada dalam cuaca terang (banyak sinar matahari) pertumbuhannya umumnya lebih
sehat daripada yang berada di dalam suasana kekurangan cahaya (Rismunandar,
1999).

2.4.1 Biogenesis Hormon IAA (Indole Acetic Acid).


Gustin Khairani : Isolasi Dan Uji Kemampuan Bakteri Endofit Penghasil Hormon IAA (Indole Acetic Acid) Dari Akar
Tanaman Jagung (Zea mays L.), 2010.

Triptofan telah diakui sebagai prekursor fisiologis biosintesis auksin baik pada
tanaman maupun pada mikroorganisme (Tarabily et al., 2003). Dan juga merupakan
9
prekursor fisiologis yang efisien dalam proses biosintesis mikrobial auksin (Arshad &
Frankenberger, 1991). Prekursor ini mengandung sumber berupa senyawa aktif untuk
memacu pertumbuhan mikrobiota rhizosfer dan endofit. Ketersedian prekursor yang
cocok adalah salah satu faktor primer sekresi mikrobial dari metabolit sekunder
(Arshad et al., 1995).

Biosintesis mikrobial IAA dalam tanah dapat dipacu dengan adanya triptofan
yang berasal dari eksudat akar atau sel- sel yang rusak (Arshad & Frankerberger,
1991) dan

Benziri et al., 1998 dalam Husen, 2003). Terdapat lintasan-lintasan

metabolik yang dapat mengubah triptofan menjadi IAA pada beberapa organ atau
jaringan tanaman yang telah diteliti (Heddy, 1996).

Gambar 2.4.2 : Lintasan Proses Biosintesis Dari Triptofan Menjadi IAA.

Auksin dibiosintesis dari asam amino dengan prekursor triptopan, dengan hasil
perantaranya adalah sejumlah substansi yang secara alami mirip dengan auksin
(analog) tetapi mempunyai aktifitas lebih kecil dari IAA seperti IAN (Indolaseto
nitril), TpyA (Asam Indol piruvat) dan IAAld (Indol asetat dehid). Proses biosintesis
auksin dibantu oleh enzim IAA oksidase (Gardner et al, 1991).
Gustin Khairani : Isolasi Dan Uji Kemampuan Bakteri Endofit Penghasil Hormon IAA (Indole Acetic Acid) Dari Akar
Tanaman Jagung (Zea mays L.), 2010.

Siklus konversi Tryptofan ke IAA melibatkan deaminasi, dekarboksilasi, dan


atau reaksi hidrolisis. Pada tanaman tingkat tinggi dan beberapa mikroorganisme,
siklus indo le-3-pyruvic acid (IpyA) merupakan salah satu sintesis IAA utama,
10
sedangkan siklus lain juga berjalan pada setiap spesies seperti siklus indole-3acetamide, siklus Tryptamin dan siklus indole-3-acetonitrile. Tryptamin sebagai salah
satu zat organik, merupakan salah satu zat yang terbentuk dalam biosintesis IAA.
Menurut Thimann & Mahadevan 1958 dalam Aslamyah (2002)., zat tersebut atas
bantuan enzim nitrilase dapat membentuk auksin. Formasi IpyA ke Trp dikatalis oleh
multispesifik aminotransferase, diikuti oleh proses dekarboksilasi secara enzimatis ke
indole-3-acetaldehyde (IAAld), kemudian dioksidasi oleh IAAld oxidase ke IAA.
Sebagai reaksi sampingan, IpyA direduksi menjadi indole-3-lactic acid (ILA) oleh
lactate dehydrogenase, yang menghendaki NADH. Dan Indole-3-ethanol (TOL)
merupakan produk dari reaksi samping IAAld (Lee et al, 2004). Ahli lainnya (Cmelin
& Virtanen, 1961 dalam Aslamyah, 2002) menerangkan bahwa Indoleacetonitrile
yang terdapat pada tanaman, terbentuk dari Glucobrassicin dengan aktivitas enzim
Myrosinase. Dan zat organik lain (Indole ethanol) yang terbentuk dari Trypthopan
dalam biosintesis IAA adalah atas bantuan bakteri (Rayle & Purves, 1976 dalam
Aslamyah, 2002).

2.5 Peranan Auksin Terhadap Tanaman


Salisbury & Ross (1995) menyatakan bahwa pada kecambah monokotil, IAA yang
banyak terdapat pada ujung koleoptil dan semakin berkurang ke arah akar. Proses
pematangan biji, IAA dibuat oleh embrio yang sedang berkembang dan disamping itu
IAA berperan sebagai konjugata dalam jaringan endosperm. Mekanisme kerja IAA
dalam perpanjangan sel adalah IAA mendorong elongasi sel-sel pada koleoptil dan
ruas-ruas tanaman. Elongasi sel tanaman terutama terjadi pada arah vertikal, diikuti
dengan pembesaran sel dan meningkatnya bobot basah. Peningkatan bobot basah
terutama karena meningkatnya pengambilan air oleh sel tersebut.

Peningkatan pertumbuhan akar tanaman merupakan salah satu tanda utama


yang dapat diamati apabila tanaman tersebut telah diinokulasi oleh bakteri endofit.
Gustin Khairani : Isolasi Dan Uji Kemampuan Bakteri Endofit Penghasil Hormon IAA (Indole Acetic Acid) Dari Akar
Tanaman Jagung (Zea mays L.), 2010.

Baik itu berupa laju pertumbuhan akar, seperti elongasi akar primer serta proliferasi
akar lateral dan akar adventif merupakan suatu keuntungan bagi kecambah dalam
peningkatan kemampuan mereka untuk lebih merekatkan diri ke tanah, menyerap air,
serta nutrisi dari lingkungan agar tanaman tersebut dapat bertahan. Banyak
11
mikroorganisme endofit dapat mensintesis IAA yang memiliki kemampuan yang sama
dengan IAA eksogenous tanaman (Patten & Glick, 2002).
Fitohormon yang diproduksi Azospirillum menyebabkan perubahan morfologi akar
setelah inokulasi (Bashan & Levanony, 1990), di mana terjadi peningkatan densitas
dan panjang rambut akar, perubahan akar lateral maupun area permukaan akar (Tien et
al., 1979; Dubrovsky et al., 1994 dalam Lestari et al., 2007) karena ada peningkatan
serapan hara (Barbieri & Galli, 1993). Inokulasi memberikan dampak yang lebih baik
terhadap perkembangan akar tanaman padi, di mana jumlah akar lebih lebat dan
rambut akar lebih banyak, jadi kemampuan sekresi IAA lebih banyak. Efek inokulasi
IAA dapat menghasilkan lebih banyak akar lateral, rambut akar, dan cabang rambut
akar. Kemampuan Azospirillum dalam mensistesis IAA dapat memodifikasi
perkembangan akar dan proses pertumbuhan tanaman inang (Tien et al., 1979 dalam
Lestari et al., 2007). Strain-strain Azospirillum yang mampu memproduksi IAA tinggi
dalam kulturnya sangat mempengaruhi morfologi akar tanaman (Jain & Patriquin
1985 dalam Lestari et al., 2007). Akar adventif dan lateral ini merupakan daerah yang
di induksi oleh IAA eksogenous dengan konsentrasi yang lebih tinggi daripada daerah
lainnya (Cheryl, 1998). Secara morfogenik, pengaruh IAA yang penting adalah dalam
peninggian batang dan pembentukan bintil akar (Subba Rao, 1994).

2.6 Tanaman Jagung (Zea mays L.)


Jagung merupakan komoditas palawija utama di Indonesia ditinjau dari aspek
pengusahaan dan penggunaan hasilnya, yaitu sebagai bahan baku pangan dan pakan.
Kebutuhan jagung terus meningkat seiring dengan meningkatnya permintaan bahan
baku pakan. Komposisi bahan baku pakan ternak unggas membutuhkan jagung sekitar
50% dari bahan total yang diperlukan. Krisis ekonomi di Indonesia yang
berkepanjangan menyebabkan terhambatnya upaya peningkatan produksi jagung.
Penyediaan sarana produksi terutama pupuk yang sangat dibutuhkan petani mulai
Gustin Khairani : Isolasi Dan Uji Kemampuan Bakteri Endofit Penghasil Hormon IAA (Indole Acetic Acid) Dari Akar
Tanaman Jagung (Zea mays L.), 2010.

terganggu akibat naiknya harga pupuk, sehingga penggunaan pupuk oleh petani tidak
sesuai dengan rekomendasi (Sarasutha, 2002).

12

Sekarang ini jagung mempunyai peringkat dalam produksi dunia di antara tiga
tanaman padi- padian utama. Jagung ditanam di lebih banyak negara daripada setiap
tanaman padi-padian lain, dan telah menghasilkan hasil bijian yang paling besar di
antara setiap tanaman padi-padian. Kebanyakan daerah yang ditanami jagung sekitar
58 % adalah di negara-negara yang sedang berkembang, dan diantaranya kira-kira 50
juta hektar terdapat di daerah tropik, terutama pada ketinggian yang rendah (kira-kira
46 juta ha). Walaupun demikian, kira-kira 2/3 jagung dunia dihasilkan di negaranegara berkembang, yang iklimnya hampir seluruhnya iklim sedang. Angka produksi
menunjukkan perbedaan yang besar dalam hasil antara negara-negara yang
berkembang di daerah iklim sedang dan negara-negara yang sedang berkembang di
daerah tropik (Gardner et al., 1991).

Gustin Khairani : Isolasi Dan Uji Kemampuan Bakteri Endofit Penghasil Hormon IAA (Indole Acetic Acid) Dari Akar
Tanaman Jagung (Zea mays L.), 2010.

BAB 3
BAHAN DAN METODE

3.1 Waktu dan Tempat


Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September 2008 sampai September 2009 di
Laboratorium Mikrobiologi FMIPA USU Medan dan Laboratorium Kimia Kuantitatif
Fakultas Farmasi USU Medan.

3.2 Bahan
Bahan yang digunakan adalah akar tanaman jagung yang sehat dan berumur kurang
lebih 80 sampai 110 hari. Akar tanaman jagung diperoleh dari 2 lokasi perladangan
jagung yaitu kebun jagung daerah Medan dan kebun jagung daerah Binjai serta
kecambah jagung, triptofan, reagen salkowski dan media LB (Luria Bertani)
(Lampiran A).

3.3 Metode Penelitian


3.3.1 Isolasi bakteri endofit dari akar tanaman jagung (Zea mays L.) Dengan
Metode Radu & Kqueen (2002)

Gustin Khairani : Isolasi Dan Uji Kemampuan Bakteri Endofit Penghasil Hormon IAA (Indole Acetic Acid) Dari Akar
Tanaman Jagung (Zea mays L.), 2010.

Akar tanaman jagung dari kedua lokasi segera dicuci dengan air untuk menghilangkan
kotoran yang menempel di permukaan akar. Akar selanjutnya dikeringkan, dibungkus
dengan kertas koran dan dimasukkan kedalam kantong plastik, dibawa ke
Laboratorium Mikrobiologi FMIPA USU. Tahap awal isolasi adalah mencuci bagian
akar tanaman (3-5 cm) dengan air mengalir selama 20 menit. Kemudian
disterilisasikan bagian permukaan akar tanaman dengan merendamnya secara
berturut- turut dalam larutan etanol 75% selama 2 menit, larutan sodium hipoklorit
14
5,3% selama 5 menit, dan etanol 75% selama 30 detik. Selanjutnya, akar dibilas
dengan akuades steril sebanyak 2 kali dan dikeringkan dengan kertas saring steril.
Setelah kering, bagian ujung kiri dan kanan akar tanaman dibuang 1 cm. Kemudian
masing- masing akar dipotong menjadi 4 bagian dan diletakkan pada permukaan
media NA yang telah dicampurkan dengan antibiotik ketokonazol (0,3 gram/ 100 ml)
dengan posisi bekas potongan kearah media. Kemudian diinkubasi pada suhu ruang
(25- 30C) selama 1 hari. Koloni yang muncul dari bagian akar tanaman sebelah
dalam disubkulturkan ke media NA yang baru sampai didapat biakan murni. Isolat
murni yang diperoleh dikarakterisasi morfologinya dengan pewarnaan gram serta uji
biokimia metabolisme bakteri seperti uji sitrat, uji gelatin, uji motilitas, uji sulfida, uji
katalase dan uji hidrolisis pati (Lay, 1994).

3.3.2 Penentuan Kurva Standart IAA (Aryantha et al., 2004) yang dimodifikasi.
IAA sintesis ditimbang sebanyak 0,001 gram dan dilarutkan kedalam 100 ml akuades.
IAA sintesis masing-masing dibagi ke dalam tabung yang berbeda dengan konsentrasi
0 ppm; 0,2 ppm sampai 2 ppm. Setiap tabung yang berisi konsetrasi IAA yang
berbeda ditambahkan akuades hingga mencapai 3 ml. Masing-masing konsentrasi
ditambahkan 1 ml pereaksi Salkowski (Lampiran D; Gambar 4) kemudian
dihomogenkan dan absorbansinya diukur dengan spektrofotometer UV-Visible
Shimadzu 1240 dengan panjang gelombang 530 nm (Lampiran B).

3.3.3 Kemampuan bakteri endofit akar dalam menghasilkan IAA secara in vitro.

Gustin Khairani : Isolasi Dan Uji Kemampuan Bakteri Endofit Penghasil Hormon IAA (Indole Acetic Acid) Dari Akar
Tanaman Jagung (Zea mays L.), 2010.

Untuk mengetahui kemampuan bakteri endofit dalam menghasilkan IAA secara in


vitro, pertama isolat bakteri endofit yang telah murni diremajakan ke media NA
(Nutrient Agar) dan diinkubasi selama 48 jam. Kemudian isolat muda tersebut dibuat
suspensi sebanyak 10 ml dengan standar Mac Farland sehingga diperoleh suspensi
bakteri dengan kerapatan sel 108 CFU/ml (Bresson & Borges, 2003). Suspensi biakan
bakteri diambil sebanyak 3 ml dan dimasukkan ke dalam 30 ml media LB cair (Luria
Bertani) + tryptofan (Bric et al., 1991). Masing- masing perlakuan dilakukan 3 kali
ulangan dan diinkubasi pada suhu 280C selama 7 hari di dalam shaker

dengan
15
kecepatan 150 rpm (Ahmad et al., 2004). Kemudian disentrifugasi dengan kecepatan
5000 rpm selama 25 menit, diperoleh supernatan dan pellet. Analisis kadar IAA
menggunakan metode Kolorimetri. Supernatan diambil sebanyak 2 ml ditambah
salkowsky reagent 1 ml (Gordon & Weber, 1997) atau dengan perbandingan 2: 1
(Zahir et al., 1997). Didiamkan selama 60 menit, diukur absorbansinya dengan
spektofotometer 530 nm. Persamaan regresi disubstitusikan dengan nilai absorbansi
sampel.
3.3.4 Pengukuran Pertumbuhan Sel Bakteri Endofit

Pengukuran pertumbuhan sel dilakukan dengan metode standart plate count.


Pengukuran pertumbuhan sel diamati setiap dua hari sekali yaitu pada masa inkubasi
hari ke-0, hari ke-2, hari ke-4, dan hari ke-6. 1 ml media pertumbuhan biakan Luria
bertani diencerkan hingga mencapai konsentrasi 10-7 , kemudian diinokulasikan ke
media plate count agar dengan metode cawan sebar dan diinkubasi selama 24 jam.
Jumlah koloni yang tumbuh dihitung dengan Counter Coulter. Perhitungan estimasi
jumlah sel dapat dihitung dengan rumus:
Estimasi jumlah sel = Jumlah koloni X

1
Faktor Pengenceran

(CFU/ml)
(Fardiaz, 1992)

3.3.5 Introduksi Bakteri Endofit Pada Kecambah Tanaman Jagung.

Bakteri yang diintroduksikan adalah bakteri yang mampu menghasilkan IAA dengan
konsentrasi tertinggi pada hari ke-2, hari ke-4 dan hari ke-6. Kecambah tanaman
jagung umur 3 hari disterilkan dengan cara direndam dalam larutan sodium hipoklorit
Gustin Khairani : Isolasi Dan Uji Kemampuan Bakteri Endofit Penghasil Hormon IAA (Indole Acetic Acid) Dari Akar
Tanaman Jagung (Zea mays L.), 2010.

5,3% selama 1 menit, kemudian dibilas dengan akuades steril, lalu direndam dalam
etanol 70% selama 5 detik dan dibilas dengan akuades steril sebanyak 2 kali
(Suryowinoto, 1996). Kecambah tanaman jagung dicelupkan kedalam suspensi bakteri
endofit yang telah setara dengan Mc Farland 108 CFU/ml selama 2 jam. Kecambah
ditanam pada tanah steril, kecambah yang tidak direndam digunakan sebagai kontrol,
dilakukan 3 kali ulangan untuk masing- masing perlakuan. Pengamatan dilakukan
selama 2 minggu dengan mengukur tinggi kecambah, panjang akar kecambah dan
berat kecambah. Pengukuran tinggi kecambah dilakukan dengan batas terbawah
bagian batang yang tepat pada permukaan tanah, dan batas teratas dihitung hingga
ujung daun yang diluruskan ke atas sejajar batang.

BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Isolasi Bakteri Endofit dari Akar Tanaman Jagung (Zea mays L).
Isolasi bakteri endofit penghasil IAA dari akar tanaman jagung (Zea Mays L.) dari 2
lokasi diperoleh sebanyak 13 isolat (Lampiran D; Gambar 1 & 2). Sebanyak 10 isolat
diperoleh dari kebun jagung daerah Medan dan 3 isolat dari kebun jagung daerah
Binjai, hal ini diduga karena perbedaan kondisi lingkungan, jenis tanaman inang dan
keadaan tanaman inang ketika pengisolasian. Tanaman jagung pada daerah medan
merupakan tanaman yang telah dipanen sementara tanaman jagung pada daerah Binjai
masih akan dipanen. Sehingga, terdapat perbedaan umur antara kedua tanaman jagung
tersebut. Semakin tua umur tanaman akan semakin memperkaya jumlah bakteri
endofit yang berada dalam jaringan tanaman.
Ketiga belas isolat ini memperlihatkan karakteristik yang bervariasi baik
morfologi maupun sifat pewarnaannya. Bentuk koloni isolat didominasi oleh bentuk
circular (bulat) dan berwarna putih, selebihnya berbentuk rhizoid (akar) dan irregular
(tidak beraturan). Tepi koloni sangat bervariasi dengan tipe entire (cembung),
Gustin Khairani : Isolasi Dan Uji Kemampuan Bakteri Endofit Penghasil Hormon IAA (Indole Acetic Acid) Dari Akar
Tanaman Jagung (Zea mays L.), 2010.

filamentous, undulate (rata), dan lobate. Elevasi koloni juga bervariasi dengan tipe
elevasi raised, convex (cembung), flat (rata), dan umbonate (melengkung). Sedangkan
karakterisasi dengan pewarnaan gram sel bakteri menggunakan zat warna kristal violet
dan safranin, diperoleh 8 isolat bersifat gram positif dan 5 isolat bersifat gram negatif
dengan bentuk koloni didominasi oleh coccus. Hasil pengamatan morfologi koloni
dan sel serta gram bakteri penghasil IAA dapat dilihat pada Tabel 4.1.1.
Bentuk umum mikroba terdiri dari satu sel (uniselluler), bentuk lain berupa
koloni yaitu gabungan dua sel atau lebih di dalam satu ruang. Bentuk itu merupakan
ciri khas bagi suatu spesies tertentu.Variasi bentuk pada sel bakteri adalah bulat
17
(kokus), batang/ bulat memanjang (basil) dan lengkung. Dari bentuk dasar ini
selanjutnya akan terbagi bedasarkan penataannya. Variasi bentuk yang kemudian
terjadi baik secara tetap ataupun sebagai bentuk kelainan karena pengaruh lingkungan.
Bentuk bakteri juga dapat dipengaruhi oleh umur dan syarat pertumbuhan tertentu.
Bahkan akibat pengaruh lingkungan yang tidak menguntungkan, faktor makanan, dan
suhu, bakteri dapat mengalami bentuk involusi yaitu bentuk sementara yang terjadi
karena lingkungan tidak menguntungkan (Ilyas, 2001).
Menurut Lay (1994), Pewarnaan gram berguna untuk membedakan gram
positif dan gram negatif. Perbedaan hasil pewarnaan disebabkan oleh adanya
perbedaan struktur kedua kelompok bakteri tersebut sehingga menyebabkan
perbedaan reaksi dalam permeabilitas zat warna dan penambahan larutan pemucat.
Sebagian besar dinding sel bakteri gram positif terdiri dari peptidoglikan, sedangkan
dinding sel bakteri gram negatif terdiri dari kandungan lipida yang tinggi
dibandingkan gram positif.

Tabel 4.1.1 Morfologi koloni dan sel serta sifat pewarnaan gram isolat bakteri
endofit akar tanaman jagung.
Karakterisasi
Isolat

KB1
KB2
KB3
KB4

Morfologi Koloni

Gram

Bentuk

Tepi

Elevasi

Warna

Circular
Circular
Rhizoid
Rhizoid

Entire
Entire
Filamentous
Filamentous

Raised
Convex
Flat
Umbonate

Putih bening
Ungu
Putih
Putih

+
+
+
-

Morfologi Sel
Bentuk

Penataan

Kokus
Basil
Basil
Kokus

mono, diplo
Tetra
Tetra
mono, diplo

Gustin Khairani : Isolasi Dan Uji Kemampuan Bakteri Endofit Penghasil Hormon IAA (Indole Acetic Acid) Dari Akar
Tanaman Jagung (Zea mays L.), 2010.

KB5
Irregular
Undulate
KB6
Circular
Undulate
KB7
Rhizoid
Lobate
KB8
Circular
Entire
KB9
Circular
Entire
KB10
Irregular
Lobate
BA1
Irregular
Undulate
BA2
Irregular
Undulate
BA3
Circular
Entire
Keterangan:
KB
: Isolat asal daerah Medan
BA
: Isolat asal daerah Binjai

Convex
Convex
Umbonate
Flat
Convex
Flat
Raised
Flat
Raised

Putih
Putih
Putih
Putih bening
Putih bening
Putih
Putih keabu-abuan
Putih kecoklatan
Merah bata

+
+
+
+
+

Kokus
Kokus
Kokus
Kokus
Kokus
Kokus
Basil
Basil
Basil

Pada uji gelatin, katalase dan sulfida (keretakan), keseluruhan isolat


memberikan hasil uji negatif. Sebaliknya, uji motilitas (pergerakan) semuanya positif.
18
Untuk uji sitrat dan hidrolisis pati hasilnya bervariasi. Pada uji Sulfida yaitu
fermentasi glukosa menghasilkan rata- rata uji positif kecuali KB2 dan KB9.
Sedangkan fermentasi sukrosa dan laktosa sebaliknya menghasilkan uji negatif kecuali
KB4, KB5, dan BA3. Hasil karakterisasi biokimia bakteri endofit penghasil IAA
dapat dilihat pada Tabel 4.1.2. (Lampiran D; Gambar 3).

Tabel 4.1.2 Karakteristik biokimia bakteri endofit penghasil IAA.

Hidrolisa
Pati

Katalase

Glukosa

Sukrosa

Laktosa

Endapan

Keretakan

KB1
KB2
KB3
KB4
KB5
KB6
KB7
KB8
KB9
KB10
BA1
BA 2
BA 3

Motilitas

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.

Gelatin

Isolat

Sitrat

No.

Uji Biokimia
Sulfida

+
+
+
+
+
+
+
-

+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+

+
+
+
+
+
+
+
-

+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+

+
+
+

+
+
+

+
+
-

Gustin Khairani : Isolasi Dan Uji Kemampuan Bakteri Endofit Penghasil Hormon IAA (Indole Acetic Acid) Dari Akar
Tanaman Jagung (Zea mays L.), 2010.

mono, diplo
Tetra
mono, diplo
Tetra
Tetra
mono, diplo
Tetra
mono, diplo
mono, diplo

Menurut Lay (1994), mikroorganisme tumbuh dan berkembangbiak dengan


menggunakan berbagai bahan yang terdapat dalam lingkungannya. Zat hara yang
terdapat disekelilingnya terdiri dari molekul sederhana seperti H2S dan NH4+ atau
molekul organik yang kompleks seperti protein dan disakarida. Penggunaan zat hara
tergantung aktivitas metabolism mikroba. Metabolisme seringkali menghasilkan hasil
sampingan yang dapat digunakan untuk identifikasi mikroorganisme. Pengamatan
aktivitas metabolism ini diketahuai dari kemampuannya untuk menggunakan dan
menguraikan molekul yang kompleks seperti zat pati, lemak, protein, asam nukleat,
asam amino dan sakarida. Hasil dari berbagai uji ini digunakan untuk pencirian dan
identifikasi mikroorganisme.
19

4.2. Kemampuan bakteri endofit akar dalam menghasilkan hormon IAA secara
in vitro.
Hasil pengukuran kadar IAA secara in vitro dari bakteri endofit menunjukkan bahwa
rata- rata konsentrasi hormon IAA tertinggi diperoleh pada inkubasi hari ke 2 yaitu
dengan penambahan triptofan sebesar 5 mML. Konsentrasi IAA tertinggi pada
pengamatan hari ke-2, 4 dan 6 hari inkubasi masing- masing dihasilkan oleh KB3,
KB7 dan BA1 yaitu sebesar 1.1255 ppm, 1.0778 ppm dan 0.7973 ppm. Sedangkan
konsentrasi IAA terendah pada pengamatan hari ke-2, 4 dan 6 hari inkubasi masingmasing dihasilkan oleh BA3, KB8, KB9 (Tabel 4.2.1).

Tabel 4.2.1. Konsentrasi hormon IAA yang dihasilkan bakteri endofit dari akar
tanaman jagung.
Isolat
KB1
KB2
KB3
KB4
KB5
KB6
KB7
KB8

Konsentrasi IAA (ppm)


Hari ke 2
Hari ke 4
Hari ke 6
0.9361
0.4405
0.1356
0.6233
0.1151
0.0114
1.1255
0.5898
0.4773
0.2048
0.7378
0.0015
0.3502
0.4803
0.0013
1.0969
0.4017
0.2687
0.7401
1.0778
0.8574
0.8898
0.0745
0.0689

Gustin Khairani : Isolasi Dan Uji Kemampuan Bakteri Endofit Penghasil Hormon IAA (Indole Acetic Acid) Dari Akar
Tanaman Jagung (Zea mays L.), 2010.

KB9
KB10
BA1
BA2
BA3
Total
Rataan

0.1497
0.8436
0.1387
0.1585
0.0704
7.3717
0.5265

0.2687
0.7570
0.6674
0.6234
0.6234
6.6702
0.4764

0
0.0013
0.7973
0.7945
0.7438
4.5710
0.3265

Hasil yang diperoleh ini masih jauh lebih rendah dengan hasil Susilawati et al
(2003), isolat bakteri endofit yang diisolasi dari batang padi menghasilkan hormon
IAA tertinggi sebesar 8.295 ppm selama 5 sampai 7 hari inkubasi dengan penambahan
5 Mml triptofan. Sementara itu Ahmad et al (2005), dengan penambahan 1 mg
triptofan kedalam media Nutrient Broth diperoleh konsentrasi IAA sebesar 10.4 g/ml
sampai 28.3 g/ml dengan waktu inkubasi 7 hari. Lucyanie (2009) menyatakan 20
bahwa
dengan penambahan 0.0255 mg Triptofan dari serbuk kacang kedelai, Azospirillum
spp. menghasilkan IAA tertinggi adalah 102.96 g/ml dengan waktu inkubasi 48 jam.
Hasil yang jauh berbeda ini dipengaruhi oleh perbedaan konsentrasi triptofan
yang ditambahkan ke media. Menurut Patten & Glick (2001). Penambahan
konsentrasi triptofan yang bervariasi dapat menghasilkan konsentrasi IAA yang
berbeda dan semakin tinggi konsentrasi triptofan maka konsentrasi IAA yang
dihasilkan juga akan semakin tinggi.
1.2

Konsentrasi IAA (ppm)

1
0.8
0.6
0.4
0.2
0
KB1 KB2 KB3 KB4 KB5 KB6 KB7 KB8 KB9 KB10 BA1 BA2 BA3
Umur kultur 2 hari

Isolat Bakteri Endofit


Umur kultur 4 hari

Umur kultur 6 hari

Gambar 4.2.1 Histogram analisis IAA yang dihasilkan bakteri endofit selama 6
hari inkubasi.
Gustin Khairani : Isolasi Dan Uji Kemampuan Bakteri Endofit Penghasil Hormon IAA (Indole Acetic Acid) Dari Akar
Tanaman Jagung (Zea mays L.), 2010.

Isolat bakteri endofit asal daerah Medan, cenderung menghasilkan IAA pada
hari ke-2, namun ada beberapa isolat yang menghasilkan IAA pada hari ke-4.
Sementara bakteri endofit yang diperoleh dari daerah Binjai, diperoleh kadar IAA
paling tinggi pada hari ke-6 (Gambar 4.3.1). Perbedaan ini diduga karena kondisi
masing- masing lokasi pengambilan sampel, jenis mikroba dan kemampuannya dalam
mengkonversi triptofan yang terkandung dalam media menjadi IAA.

Pada hari ke-6 inkubasi, konsentrasi IAA yang dihasilkan isolat asal daerah
Medan menurun secara signifikan kecuali isolate KB3 dan KB7. Hal ini diduga karena
isolat tersebut juga menggunakan hormon IAA yang dihasilkannya untuk
bermetabolisme. Menurut Lestari et al., (2007) bahwa pada awal inkubasi, sumber
nutrisi tinggi sehingga produksi IAA tinggi dan terus meningkat secara bertahap
21
meskipun tidak signifikan namun konsisten sampai akhir inkubasi. Pada beberapa
bakteri terdapat fenomena bahwa pola produksi dan konsumsi IAA berjalan seimbang.
Misalnya Azospirillum masih mampu memproduksi IAA dan secara simultan bakteri
juga mengkonsumsi IAA untuk pertumbuhannya meskipun medium pertumbuhan
sudah miskin nutrisi.

Pada isolat bakteri asal Binjai, konsentrasi IAA yang dihasilkan isolat justru
semakin meningkat pada inkubasi hari ke-6. Menurut Kresnawaty et al (2008), bahwa
pada inkubasi 24 jam, IAA yang dihasilkan lebih sedikit karena masih berada dalam
fase logaritmik dan juga kandungan enzim-enzim untuk mengubah triptofan menjadi
IAA masih rendah. Sedangkan pada waktu inkubasi 48 jam, IAA yang dihasilkan
paling tinggi karena isolat berada pada fase akhir logaritmik dan kandungan enzimenzim yang digunakan dalam biokonversi triptofan menjadi IAA, seperti triptofan
monooksigenase,

IAM

hidrolase,

indol-piruvat

dekarboksilase

dan

IAAld

dehidrogenase yang dihasilkan cukup banyak dan aktif sejalan dengan laju
pertumbuhan. Pada waktu inkubasi 72 jam isolat telah memasuki fase kematian,
sehingga produksi IAA menurun tajam. Tien et al., (1979) melaporkan bahwa
konsentrasi IAA oleh A. brasilense meningkat seiring umur bakteri sampai fase
stasioner. Menurut Bhattacharyya & Basu (1990), bahwa penurunan produksi IAA
pada 72 jam karena adanya pelepasan enzim pendegradasi IAA seperti IAA oksidase
dan peroksidase.
Gustin Khairani : Isolasi Dan Uji Kemampuan Bakteri Endofit Penghasil Hormon IAA (Indole Acetic Acid) Dari Akar
Tanaman Jagung (Zea mays L.), 2010.

4.3 Pertumbuhan Sel Bakteri Endofit.

Hasil pengamatan terhadap pertumbuhan sel bakteri endofit menunjukkan bahwa


terjadi peningkatan pertumbuhan pada hari ke-2, ke-4, dan ke-6 dibanding pada awal
inkubasi yaitu ~107 sel/ml (Lampiran D; Gambar 5). Pada inkubasi hari ke-6, KB3
merupakan isolat yang memiliki pertumbuhan paling tinggi dengan jumlah koloni sel
mencapai 43,7 x 1015 (CFU/ml) diikuti KB4 dan KB7. Jumlah koloni terendah adalah
BA3 dengan jumlah koloni 2,02 x 1015 (CFU/ml) (Tabel 4.3.1).

Perbedaan laju pertumbuhan dipengaruhi oleh tipe dan jenis masing- masing
bakteri tersebut. Dan faktor lain seperti kemampuannya dalam menggunakan nutrisi
22
yang terkandung dalam media sebagai pendukung proses metabolismenya. Hal ini
sesuai dengan yang disebutkan oleh Lay & Hastowo (1992), selain ketersediaan
nutrisi, pertumbuhan sel bakteri juga dipengaruhi oleh banyak faktor seperti jenis
mikroba, keadaan dan jumlah sel awal ketika diinokulasikan ke media.

Tabel 4.3.1 Pertumbuhan sel bakteri endofit penghasil hormon IAA dari akar
tanaman jagung pada media luria bertani (LB).
Jumlah Koloni (CFU/ml)
Isolat
KB1
KB2
KB3
KB4
KB5
KB6
KB7
KB8
KB9
KB10
BA1
BA2
BA3

Hari ke 2
(1011)
11.79
5.46
13.48
6.39
6.45
7.07
5.20
6.35
4.42
1.56
5.10
4.57
6.59

Hari ke 4
(1014)
1.256
0.621
1.449
1.413
1.324
9.626
1.337
0.151
1.291
1.312
1.129
1.170
1.165

Hari ke 6
(1015)
3.28
2.38
43.70
25.60
8.06
6.40
8.27
2.41
2.77
7.38
8.01
6.70
7.31

Gustin Khairani : Isolasi Dan Uji Kemampuan Bakteri Endofit Penghasil Hormon IAA (Indole Acetic Acid) Dari Akar
Tanaman Jagung (Zea mays L.), 2010.

4.4 Uji kemampuan Bakteri Endofit Dalam Perkecambahan Biji Tanaman


Jagung (Zea mays L) Secara In vivo.
Hasil pengujian

menunjukkan

bahwa kecambah

yang

diintroduksi endofit

pertumbuhannya jauh lebih baik daripada kontrol. BA1 menunjukkan nilai yang
terbaik dari tinggi kecambah dan berat basah kecambah diikuti oleh KB3 dan KB7.
Sedangkan KB7 menunjukkan nilai yang terbaik dari panjang akar kecambah diikuti
oleh KB3 dan BA1 (Tabel 4.4.1) (Gambar 4.4.1). Hal ini diduga karena bakteri
endofit penghasil IAA yang diintroduksikan ke kecambah tanaman jagung
memberikan pengaruh baik bagi tanaman. Sehingga kecambah tersebut memiliki
kemampuan sekresi IAA lebih tinggi dan menjadi lebih sensitif dalam mengubah IAA
yang dimilikinya. IAA yang dihasilkan oleh isolat memberikan dampak pada
23
morfologi akar yaitu densitas, panjang dan area permukaan akar (Lestari et al., 2007).
Perkembangan akar ini menyebabkan perluasan serapan hara sehingga menambah
berat basah tanaman.

Tabel 4.4.1 Parameter pertumbuhan kecambah tanaman jagung yang telah


diinduksi isolat bakteri endofit penghasil hormon IAA.
Isolat
Parameter Pertumbuhan Kecambah Rata- rata
Berat Basah Berat Basah
Tinggi
Panjang
Awal
Akhir (gr)
(cm)
Akar
(gr)
(cm)
KB3
0,3
1,9
29,1
14
KB7
0,3
1,7
28
18,4
BA1
0,3
2,1
32,3
11,2
Kontrol
0,3
1,03
23,2
11,1
Bakteri penghasil IAA berpotensi bergabung dengan beberapa proses fisiologis
tanaman dengan cara memasukkan IAA yang dihasilkannya ke tanaman, pengaruhnya
bagi tanaman itu sendiri adalah tanaman tersebut lebih sensitif dalam mengubah
konsentrasi IAA yang dimilikinya sehingga membantu dalam pembentukan akar
lateral dan akar adventif serta elongasi akar primer (Leveau, & Lindow, 2004). Hal ini
sesuai dengan yang disebutkan oleh Patten & Glick (2002), peningkatan pertumbuhan
akar tanaman merupakan salah satu tanda utama yang dapat diamati apabila tanaman
tersebut telah diinokulasi oleh bakteri endofit. Spaepen et a., (2007) menyatakan
Gustin Khairani : Isolasi Dan Uji Kemampuan Bakteri Endofit Penghasil Hormon IAA (Indole Acetic Acid) Dari Akar
Tanaman Jagung (Zea mays L.), 2010.

bahwa peningkatan bobot basah terutama karena meningkatnya pengambilan air oleh
sel tersebut. IAA yang dihasilkan oleh bakteri akan dimanfaatkan oleh tanaman dan
akan mengalami proses metabolisme di dalam tubuh tanaman sehingga membantu
dalam proses pertambahan tinggi, panjang akar dan berat basah tanaman.
Azospirillum sp. dapat mengeluarkan metabolit-metabolit lain seperti hormon
tumbuh asam indole asetat (IAA) yang menyebabkan perkembangan akar lebih cepat
dan permukaan akar menjadi lebih luas sehingga serapan hara meningkat (Fallik et al.,
1994). Elongasi sel tanaman terjadi pada arah vertikal, diikuti dengan pembesaran sel
dan meningkatnya bobot basah (Salisbury & Ross, 1995)
Selain itu, konsentrasi IAA juga mempengaruhi perkembangan dari parameter
pertumbuhan tanaman. Menurut Dewi (2008), IAA mendorong pemanjangan sel
24
batang hanya pada konsentrasi tertentu yaitu 0,9 g/l. Di atas konsentrasi tersebut IAA
akan menghambat pemanjangan sel batang. Pengaruh penghambatan ini kemungkinan
terjadi karena konsentrasi IAA yang tinggi mengakibatkan tanaman mensintesis ZPT
lain yaitu etilen yang memberikan pengaruh berlawanan dengan IAA. Berbeda dengan
pertumbuhan batang, pada akar, konsentrasi IAA yang rendah (<10-5 g/l) memacu
pemanjangan sel-sel akar, sedangkan konsentrasi IAA yang tinggi menghambat
pemanjangan sel akar.

Gustin Khairani : Isolasi Dan Uji Kemampuan Bakteri Endofit Penghasil Hormon IAA (Indole Acetic Acid) Dari Akar
Tanaman Jagung (Zea mays L.), 2010.

Gambar 4.4.1 Morfologi kecambah tanaman jagung setelah berumur 2 minggu.

BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Gustin Khairani : Isolasi Dan Uji Kemampuan Bakteri Endofit Penghasil Hormon IAA (Indole Acetic Acid) Dari Akar
Tanaman Jagung (Zea mays L.), 2010.

Dari hasil penelitian mengenai isolasi dan uji kemampuan bakteri endofit penghasil
hormon IAA dari akar tanaman jagung (Zea mays L.) dapat diambil kesimpulan
sebagai berikut:
a. Diperoleh 13 isolat yang mampu menghasilkan hormon IAA, yang terdiri dari
10 isolat diperoleh dari kebun jagung daerah Medan dan 3 isolat dari kebun
jagung daerah Binjai.
b. Secara in vitro, IAA dihasilkan rata- rata tertinggi pada hari kedua inkubasi.
c. KB3

merupakan

isolat

yang

memiliki kemampuan tertinggi dalam

menghasilkan IAA yaitu sebesar 1.1255 ppm, akan tetapi isolat BA1
menunjukkan hasil paling baik dalam membantu perkecambahan biji tanaman
jagung.

5.2 Saran
Sebaiknya dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mencari formula substrat yang dapat
dipakai dalam memproduksi hormon IAA skala besar.

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad, F., L. Ahmad., M. S. Khan. 2005. Indole Acetic Acid Production by the
Indigenous Isolates Of Azotobacter and Fluorescent Pseudomonas in the
Presence and Absence Of Tryptofan. Turk. J. Biol. 29 : 29- 34.
Gustin Khairani : Isolasi Dan Uji Kemampuan Bakteri Endofit Penghasil Hormon IAA (Indole Acetic Acid) Dari Akar
Tanaman Jagung (Zea mays L.), 2010.

Akbari, G., S. M. Arab., H. A. Alikhani., M. H. Arzanesh. 2007. Isolation and


Selection of Indigenous Azospirillum spp. and the IAA of Superior Strain
Effects on Wheat Roots. World Journal of Agricultural Sciences. 3(4): 523529.
Aryantha, I. N., D. P. Lestari., N. P. D. Pangesti. 2002. Mikroba Penghasil
Fitohormon. Bogor: Institut Teknologi Bogor.
Aryantha, I. N., D. P. Lestari., N. P. D. Pangesti. 2004. Potensi Isolat Bakteri
Penghasil IAA Dalam Peningkatan Pertumbuhan Kecambah Kacang Hijau
Pada Kondisi Hidroponik. Jurnal Mikrobiologi Indonesia. 9(2): 43- 46.
Arshad, M. and W. T. Frankerberger. 1991. Microbial Production of Plant Hormones.
Plant and Soil 133(2): 1-8
Arshad, M., A. Hussain and A. Shakoor. 1995. Effect of Soil applied L-Tryptofan on
growth and Chemical compotition of Cotton. Journal Plant Nutrition. 18:
317-329
Aslamyah, S. 2002. Peranan Hormon Tumbuh Dalam Memacu Pertumbuhan Algae.
Makalah Falsafah Sains. Program Pasca Sarjana / S3. Bogor: Institut
Pertanian Bogor press.
Barbieri, P. & E. Galli. 1993. Effect on wheat root development of inoculation with an
Azospirillum brasilense mutant with altered indole-3-acetic acid production.
Res. Microbiol. 144(2): 69-75
Bashan, Y. & H. Levanony. 1990. Current status of Azospirillum inoculation
technology: Azospirillum as a challenge of agriculture. Can. J. Microbiol.
36(2): 591-608
Bhattacharyya, R. N & Basu, P. S. 1990. Studies of The Root Nodules of Leguminous
Shurb, Crotalana retusa L. Acta biotechnol. (11):439-447
Bresson, W. & Borges, M.T. 2004. Delivery Methods for Introducing Endhpphytic
27
Bacteria into Maize. Biocontrol. 49: 315-322.
Bric, J. M., R. M. Bostock & S. E. Silverstone. 1991. Rapid In Situ Assay for Indole
Acetic Acid production by bacteria immobilized on a nitrocellulose membrane.
Appl. Environ.Microbiology. 57: 535-538
Cheryl, L. P., & B. R. Glick. 2002. Role of Pseudomonas putida indole acetic acid In
Development of Host Plant Root System. American Society For
Microbiology. 8(68): 3795- 380.
Dewi I. R. 2008. Peranan dan Fungsi Fitohormon bagi Pertumbuhan Tanaman.
Makalah Falsafah Sains. Bandung: Universitas Padjadjaran press.

Gustin Khairani : Isolasi Dan Uji Kemampuan Bakteri Endofit Penghasil Hormon IAA (Indole Acetic Acid) Dari Akar
Tanaman Jagung (Zea mays L.), 2010.

Ekowahyuni L. P. 2002. Fenomena Vivipary Labu Siam (Sechium edule jacq Swartz)
Varietas Lokal Desa Barukupa Bawah Cipanas. Makalah Falsafah Sains.
Bogor: Institut Pertanian Bogor.
Fardiaz, S. 1992. Mikrobiologi Pangan 1. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Fallik, E., Y. Okon, Y. Epstein, A. Goldman, and M. Fischer. 1994. Identification and
qualification of IAA and IBA Azospirillum brasilense inoculated maize roots.
Soil Biol. Biochem. 21:147-153.
Gardner, F.P., R. B. Pearce, R. L. Mitchell., 1991. Fisiologi Tanaman Budidaya.
Penerjemah Herawati Susilo dan Pendamping Subiyanto. Cetakan Pertama.
Jakarta: Universitas Indonesia Press.
Gordon, S. A. & R. P. Weber. 1997. Colorimetric Estimation of Indolacetic acid.
Plant Physiol. 26: 192- 195.
Hanafiah, K. A. et al. 2005. Biologi Tanah: Ekologi & Makrobiologi Tanah. Jakarta:
PT Raja Grafindo Persada.
Heddy, S. 1996. Hormon Tumbuhan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Hindersah, R., Setiawati, M.R. & Fitriatin, B.N. 2002. Penentuan sumber karbon dan
nitrogen untuk meningkatkan kualitas inokulan Azotobacter sebagai pupuk
biologis pada pembibitan tomat. Laporan Penelitian. Bandung: Lembaga
Penelitian Universitas Padjadjaran.
Hindersah, R & T. Simarmata. 2004. Potensi Rizobakteri Azotobacter dalam
Meningkatkan Kesehatan Tanah. Jurnal Natur Indonesia 5(2): 127-133
Husen, E. 2003. Screening of Soil Bacteria For Plant Growth Promotion Activities In
Vitro. Indonesian Soil Research Institute: Indonesian Journal of Agricultural
Science. 4(1): 27- 31.
Ilyas, S. 2001. Mikrobiologi Dasar. Diktat kompilasi. Medan: Universitas Sumatera
28
Utara press.
Imas, T., R. S. Hadioetomo., A.W. Gunawan., Y. Setiadi. 1989. Bahan pengajaran
Mikrobiologi Tanah II. Depdikbud. Dirjen Dikti. PAU Bioteknologi. IPB
Press.
Kresnawaty. I., Andanawarih. S., Suharyanto., T. Panji. 2008. Optimization and
purification of iaa produced by rhizobium sp. In latex serum media
supplemented with tryptophan from chicken manure. Balai Penelitian
Bioteknologi Perkebunan.76(2): 74-82
Lay, B. W. & Hastowo. 1992. Mikrobiologi. Edisi pertama. Cetakan pertama. Jakarta:
Rajawali press.
Gustin Khairani : Isolasi Dan Uji Kemampuan Bakteri Endofit Penghasil Hormon IAA (Indole Acetic Acid) Dari Akar
Tanaman Jagung (Zea mays L.), 2010.

Lay, B. W. 1994. Analisis Mikroba di Laboratorium. Edisi pertama. Cetakan pertama.


Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Lee, S., M. F. Encarnacion., M. C. Zentella., L. G. Flores., J. E. Escamilla., C.
Kennedy. 2004. Indole-3-Acetic Acid Biosynthesis Is Deficient in
Gluconacetobacter diazotrophicus Strains with Mutations in Cytochrome c
Biogenesis Genes. Journal American Society for Microbiology. 186(16):
53845391.
Lestari, P., D. N, Susilowati., E. I, Riyanti. 2007. Pengaruh Hormon Asam Indol
Asetat yang Dihasilakan oleh Azospirillum sp. Terhadap Perkembangan
Akar Padi. Jurnal Agro Biogen. 3(2): 66-71
Leveau, J. H, & S. E. Lindow. 2004. Utilization Of Plant Hormone Indole- 3- Acetic
Acid For Growth By Pseudomonas putida Strain 1290. American Society
For Microbiology.1(5): 2365- 2370.
Lorian, V. 1980. Antibiotic in Laboratory Medicine. London: William and Wilkins,
Baltimore.
Lucyanie, D. 2009. Pengaruh Penambahan Bahan Organik yang Mengandung
Triptofan (TRP) terhadap Produksi asam Indol Asetat (AIA) oleh
Azospirillum spp. Strain Lokal. www.sith.itb.ac.id/.../2009.
Okon, Y. & Y. Kapulnik. 1986. Development and function of Azospirillum inoculated
roots. Plant Soil. 90:3-16.
Patten, C. L., & B. R. Glick. 2002. Role Of Pseudomonas putida Indole Acetic Acid
in Development Of The Host Plant Root System. 68(8): 3795- 3801.
Pelczar, M. J & E. C.S. Chan. 2006. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Jilid 2. Jakarta:
penerbit Universitas Indonesia.
Radji, M. 2004. Pemberian Vaksin Melalui Tanaman Transgenik. Majalah Ilmu
29
Kefarmasian Indonesia. 1(1): 1- 9.
Radji, M. 2005. Peranan Bioteknologi dan Mikroba Endofit Dalam Pengembanga
Obat Herbal. Majalah Ilmu Kefarmasian. 2(3): 113-126.
Radu, S., & C. Y. Kqueen. 2002. Preliminary Screening of Endophytic Fungi From
Medicinal Plants in Malaysia for Antimicrobial and Antitumor Activity.
Malaysian Journal of Medical Science. 9(2): 23- 33
Rismunandar. 1999. Hormon Tanaman dan Ternak. Jakarta: Penebar Swadaya.
Salisbury, F.B & C.W, Ross. 1995. Fisiologi Tumbuhan. Bandung: Institut Teknologi
Bandung Press.
Gustin Khairani : Isolasi Dan Uji Kemampuan Bakteri Endofit Penghasil Hormon IAA (Indole Acetic Acid) Dari Akar
Tanaman Jagung (Zea mays L.), 2010.

Sarasutha IG. P. 2002. Kinerja usaha tani dan pemasaran jagung di sentra produksi.
Jurnal litbang pertanian. 21(2): 39-47
Spaepen, S., Jos, V., Roseline, R. 2007. Indole-3-Acetic Acid in Microbial and
Microorganism Plant Signaling. Departemen of Microbial and Molecular
Systems. Centre of Microbial and Plant Genetics: Belgium.
Strobel G.A., & B. Daisy. 2003. Bioprospecting for Microbial Endophytes an Their
Natural Products. Microbiol. and Mol. Biology Rev. 67(4): 63- 68.
Subba Rao, N. S. 1994. Mikroorganisme dan Pertumbuhan Tanaman. Edisi Kedua
(Terjemahan). UI Press.
Suryowinoto, M. 1996. Pemuliaan Tanaman Secara In Vitro. Yogyakarta. Kanisius.
Susilowati, D. N., R. Saraswati., E. Yuniarta. 2003. Isolasi dan Seleksi Mikroba
Diazotrof Endofitik dan Penghasil Zat Pemacu Tumbuh pada Tanaman Padi
dan Jagung. Balai penelitian Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik
Pertanian. 128- 143.
Tarabily, K., A. H. Nassar., K. Sivasithamparam. 2003. Promotion Of Plant Growth
By An Auxin- Producing Isolate Of The Yeast Williopsis Saturnus
Endophytic In Maize Roots. The Sixth U. A. E University Research
Conference. 60- 69.
Tien, T.M., H. Gaskins & D.H. Hubbell. 1979. Plant growth substances produced by
Azospirillum brasilense and their effect on the growth of pearl millet
(Pennisetum americanum L). Appl. Environ. Microbiol. 37:1016-1024.
Thakuria, D., Talukdar, N.C., Goswami, C., Hazarika and Boro, R.C. 2004.
Characterization and Screening of Bacteria from Rhizosphere of Rice Grown
in Acidic Soils of Assam. Current Science.86: 978- 985.
Zahir, Z. A., S. A. Abbas., M. Khalid., M. Arshad. 2000. Substrate Dependent
Microbially Derived Plant Hormones For Improving Growth Of Maize
30
Seedlings. Pakistan Journal of Biological Science. 3(2): 289- 291.

LAMPIRAN

Lampiran A. Pembuatan media pertumbuhan Luria Bertani cair, reagen


Salkowski dan larutan Mc Farland.
Gustin Khairani : Isolasi Dan Uji Kemampuan Bakteri Endofit Penghasil Hormon IAA (Indole Acetic Acid) Dari Akar
Tanaman Jagung (Zea mays L.), 2010.

A. Media Pertumbuhan Luria Bertani Cair (Bric et al, 1991).


Yeast extract 5 g + Nacl 5 g + Trypton 10 g + NaCl 0,5 g + 5 mML-Triptofan
dilarutkan dalam 1 liter aquades dan diukur pH sampai 7,5.

B. Pembuatan Reagen Salkowski (Gordon & Weber, 1951).


150 ml H2SO4 + 250 ml aquades + 7,5 ml FeCl3 6 H2O

C. Komposisi Larutan Mc farland (Lorian, 1980).


BaCl 0, 048 M 0,5 ml ditambahkan ke dalam H2SO4 99,5 ml 0,35 N,
Kemudian dihomogenkan.

31
Lampiran B. Penentuan kurva standart IAA (Indole Acetic Acid).

Gustin Khairani : Isolasi Dan Uji Kemampuan Bakteri Endofit Penghasil Hormon IAA (Indole Acetic Acid) Dari Akar
Tanaman Jagung (Zea mays L.), 2010.

Kurva Standart IAA


0,7

Absorbansi IAA

0,6
0,5
0,4

y = 0.025 + 0.454x
R = 0.99

0,3
0,2
0,1
0
0

0,2

0,4

0,6

0,8

1,2

1,4

1,6

Konsentrasi IAA (ppm)

Tabel: Penentuan persamaan garis regresi kurva standar IAA


Untuk mencari nilai Regresi (R) masukkan nilai yang diperoleh ke rumus berikut ini:
No.
1.
2.
3.
4.
5.
n= 5

X
0,1
0,4
0,8
1,2
1,4
x = 3,9
X = 0,78

Y
0,021
0,151
0,344
0,516
0,611
y = 1,643
Y = 0,3286

XY
0,0021
0,0604
0,2752
0,6192
0,8554
xy= 1,8123

X2
0,01
0,16
0,64
1,44
1,96
x2 = 4,21

Y2
0,00041
0,022801
0,118336
0,266256
0,373321
y2=0,781155

= 0.99

Gustin Khairani : Isolasi Dan Uji Kemampuan Bakteri Endofit Penghasil Hormon IAA (Indole Acetic Acid) Dari Akar
Tanaman Jagung (Zea mays L.), 2010.

32
Untuk mencari persamaan garis regresi kurva masukkan nilai yang diperoleh ke rumus
berikut ini:
Y= a + bX
b= n (XY) - (X) (Y)
n (X) - (Y)
= 0,454
a = Y bX
= 0,025
Dimana: a = Intersep
b = Slope (Koefisien Regresi)
Y = Absorbansi
X = Konsentrasi
Dari nilai a dan b yang diperoleh dari data diatas, maka persamaan kurva standar IAA
adalah: Y = 0,025 + 0,454x
Untuk mencari konsentrasi IAA dari masing- masing sampel, substitusikan nilai
absorbansi yang diperoleh dari sampel ke persamaan diatas.

Gustin Khairani : Isolasi Dan Uji Kemampuan Bakteri Endofit Penghasil Hormon IAA (Indole Acetic Acid) Dari Akar
Tanaman Jagung (Zea mays L.), 2010.

Lampiran C. Pertumbuhan kecambah tanaman jagung yang telah diinduksi isolat bakteri endofit penghasil hormon IAA.
Isolat

KB3
Rataan
KB7
Rataan
BA1
Rataan
Kontrol
Rataan

U1
2
1,8
1,9
1,9
1,7
1,8
1,6
1,7
2,3
2
2,1
2,1
1
1
1,06
1,02

Berat Basah Akhir (gr)


U2
U3
U4
U5
U6
1,7
2,1
2,2
2,1
1,8
2
1,6
1,7
1,8
1,8
2
1,9
1,8
1,8
2,2
1,9
1,8
1,9
1,9
1,9
1,9
1,9
1,8
1,9
2
1,3
1,9
1,9
2
1,7
1,5
1,7
1,8
1,6
1,5
1,5
1,8
1,8
1,8
1,7
2,2
2
2
2,1
2,2
2,3
1,9
2,1
2,4
2,1
2,4
2
1,9
2
2,3
2,3
1,9
2
2,1
2,2
0,9
1
1,1
0,9
1
1,06
1
1
0,8
1,2
1,01
1,2
1,2
1
1
1 1,06
1,1
0,9 1,06

1,9

1,7

2,1

1,03

U1
33,2
23,8
30,3
29,1
31,9
26,8
26,1
28,2
34,7
28
35
32,5
30
23,1
16,7
23,2

Parameter Pertumbuhan Kecambah


Tinggi Kecambah (cm)
U2
U3
U4
U5
U6
33,3
34
32
34 32,1
23
23,1 23,5
22,9 23,1
30,9
30
29
33 31,6
29,06 29,03 28,1
29,9 28,9 29,1
32
32,9
30
32,3 32,1
27
27,8 26,6
27,9 27,7
23
25 24,9
25,1
25
27,3
28,5 27,2
28,4 28,2
28
34,2
33 35,2
35,1 33,9
30
29,5 25,1
30,5
30
33
33 33,4
33,8 32,9
32,4
31,8 31,2
33,1 32,2 32,3
28
28,3 30,2
32 34,4
25
23,1
21
23,8
23
16,2
18,7 18,5
15,2 12,9
23,06
23,4 23,2
23,6 23,4 23,2

U1
12,3
19,1
10,6
14
24
18
13,2
18,4
11,1
11,2
11,5
11,2
12,2
12,6
8,5
11,1

U2
10
19,5
11
13,5
24,5
17,8
13
18,4
10,9
12
11,1
11,3
12,4
11,7
9
11,03

Panjang Akar (cm)


U3
U4
U5
12,5 13
11,5
18,2 18
17,9
10,8 11,09
13,02
13,8 14,03
14,1
23,5 23,9
25,1
18,4 19
16,8
13,4 14,8
12,4
18,4 19,2
18,1
11,3 11,5
11,2
11,6 12
11,5
11 11
10,9
11,3 11,5
11,2
12,5 12,2
11
12,6 12,5
11,9
8,1 9
10
11,06 11,2
10,9

14

18,4

11,2

11,1

33

Gustin Khairani : Isolasi Dan Uji Kemampuan Bakteri Endofit Penghasil Hormon IAA (Indole Acetic Acid) Dari Akar Tanaman Jagung (Zea mays L.), 2010.

U6
13
18,2
10,9
14,03
23,7
16,8
15
18,5
11,1
10,09
11,4
10,9
13
10,1
10,5
11,2

34
LAMPIRAN D: DOKUMENTASI PENELITIAN

Gambar 1: Bakteri Endofit Pada Akar Tanaman Jagung

Gambar 2: Biakan murni isolat bakteri endofit

Gambar 3: Uji Biokimia Sederhana Isolat Bakteri dengan inkubasi 48 jam.

Gustin Khairani : Isolasi Dan Uji Kemampuan Bakteri Endofit Penghasil Hormon IAA (Indole Acetic Acid) Dari Akar Tanaman
Jagung (Zea mays L.), 2010.

(A)

Uji Pati

(B) Uji Sulfida

35

(C) Uji Sitrat

Gambar 4: Uji Kuantitatif IAA Bakteri Endofit Metode Kolorimetri

(A)

Sebelum penambahan pereaksi


Salkowsky

(B) Setelah penambahan pereaksi


Salkowsky

Gambar 5: Suspensi isolat bakteri endofit dalam media Luria bertani + Triptofan selama 6
hari inkubasi.

Gustin Khairani : Isolasi Dan Uji Kemampuan Bakteri Endofit Penghasil Hormon IAA (Indole Acetic Acid) Dari Akar Tanaman
Jagung (Zea mays L.), 2010.

(A) Hari ke-0

(B) Hari ke-2

(C) Hari ke-4

(D) Hari ke-6

Gustin Khairani : Isolasi Dan Uji Kemampuan Bakteri Endofit Penghasil Hormon IAA (Indole Acetic Acid) Dari Akar Tanaman
Jagung (Zea mays L.), 2010.

Anda mungkin juga menyukai