TOKSIKOLOGI ANTIDIABETES
Di Susun Oleh :
Dina Rachmawati
Priskilla Gressi
Yunita Beladina
Yeni Vinawati
Nahdathul Fauziah
Dini Oktaviani
Dian Firdasari
(12330060)
(12330061)
(12330063)
(12330064)
(12330065)
(12330066)
(12330067)
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT. Karena atas kehendakNyalah makalah interaksi obat dengan judul Toksikologi Antidiabetes ini dapat
diselesaikan dengan baik.
Dalam menyelesaikan makalah ini, penyusun tidak terlalu banyak mengalami
kesulitan, karena referensi yang didapatkan oleh penyusun merupakan rekomendasi langsung
dari dosen matakuliah yang bersangkutan, hal ini tidak meminimkan pengetahuan para
penyusun dalam penyelesaian makalah. Selain itu, penyusun pun mendapatkan berbagai
bimbingan dari beberapa pihak yang pada akhirnya makalah ini dapat diselesaikan.
Semoga dengan adanya makalah ini dapat menambah ilmu pengetahuan para pembaca
tentang definisi diabetes, klasifikasi diabetes, faktor resiko, gejala klinik diabetes,
penatalaksanaan diabetes, beserta toksisitasnya.
Penyusun juga mengucapkan terima kasih kepada dosen matakuliah interaksiObat
yaitu bapal Tahoma Siregar, M.si, Apt. yang telah memberikan kesempatan kepada kami
untuk menyusun makalah ini dengan baik. Dan pada akhirnya kepada Allah jualah penyusun
mohon taufik dan hidayah, semoga usaha kami dalam menyusun makalah ini mendapat
manfaat yang baik, serta mendapat ridho Allah SWT. amin ya rabbal alamin.
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR........................................................................................................ i
DAFTAR ISI...................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .............................................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ......................................................................................................... 1
C.Tujuan ............................................................................................................................. 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A.Definisi ...........................................................................................................................
B.Klasifikasi Diabetes.........................................................................................................
C.Faktor Risiko....................................................................................................................
D.Gejala Klinik.....................................................................................................................
E.Komplikasi.......................................................................................................................
F.Penatalaksanaan Diabetes.................................................................................................
5
5
6
7
8
10
C. Tujuan
Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan diabetes
Untuk memahami gejala klinik dari diabetes
Untuk mengetahui faktor resiko dari diabetes
Untuk mengetahui penatalaksanaan terapi pada diabetes
Untuk mengetahui toksisitas pada obat-obat diabetes
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Diabetes mellitus merupakan suatu sindrom klinik yang ditandai oleh poliuri,
polidipsi dan polifagi, disertai dengan peningkatan kadar glukosa darah atau
hiperglikemia (glukosa puasa 126mg/dL atau postprandial 200mg/dL atau glukosa
4
diabetes
yang
disebabkan
kelainan
yaitu
penyakit
pada
eksokrin
pankreas
(pankreatitis,
D. Gejala Klinik
Diabetes seringkali muncul tanpa gejala. Namun demikian ada beberapa gejala
yang harus diwaspadai sebagai isyarat kemungkinan diabetes. Gejala tipikal yang
sering dirasakan penderita diabetes antara lain poliuria (sering buang air kecil),
polidipsia (sering haus), dan polifagia (banyak makan/mudah lapar). Selain itu sering
pula muncul keluhan penglihatan kabur, koordinasi gerak anggota tubuh terganggu,
kesemutan pada tangan atau kaki, timbul gatal-gatal yang seringkali sangat
mengganggu (pruritus), dan berat badan menurun tanpa sebab yang jelas.
Pada DM Tipe I gejala klasik yang umum dikeluhkan adalah poliuria,
polidipsia, polifagia, penurunan berat badan, cepat merasa lelah (fatigue),
iritabilitas, dan pruritus (gatal-gatal pada kulit).
Pada DM Tipe 2 gejala yang dikeluhkan umumnya hampir tidak ada. DM Tipe
2 seringkali muncul tanpa diketahui, dan penanganan baru dimulai beberapa
tahun kemudian ketika penyakit sudah berkembang dan komplikasi sudah
terjadi. Penderita DM Tipe 2 umumnya lebih mudah terkena infeksi, sukar
sembuh dari luka, daya penglihatan makin buruk, dan umumnya menderita
hipertensi, hiperlipidemia, obesitas, dan juga komplikasi pada pembuluh darah
dan syaraf.
E. Komplikasi
ahli gizi
Berolah raga terlalu berat
Mengkonsumsi obat antidiabetes dalam dosis lebih besar dari pada
seharusnya
Minum alkohol
Stress
Mengkonsumsi obat-obatan lain yang dapat meningkatkan risiko
hipoglikemia.
atau
kegemukan.
Kombinasi
dari
penyakit-penyakit
komplikasi
dan terjadi penyumbatan pada pembuluh-pembuluh darah kecil. Hal inilah yang
mendorong
timbulnya
komplikasi-komplikasi
mikrovaskuler,
antara
lain
Rapid acting insulin, yaitu insulin lispro. Diabsorbsi sangat cepat ketika
disuntikkan secara subkutan dan mencapai puncak dalam serum dalam jangka
waktu 1 jam. Masa kerja insulin lispro tidak lebih dari 3-4 jam (Nolte dan
Karam, 2002).
Short acting insulin, insulin reguler dengan masa kerja pendek yang
efeknya terjadi dalam waktu 30 menit setelah penyuntikan subkutan dan
berlangsung selama 5-7 jam (Nolte dan Karam, 2002).
Intermediate acting insulin dan long acting insulin, insulin lente dengan
mula kerja yang lebih lambat dan dengan masa kerja yang panjang. Atau
insulin ultralente, yang mula kerjanya lama namun dapat memberikan efek
dalam jangka waktu yang panjang (Nolte dan Karam, 2002).
2. Antidiabetik oral
a. Golongan Sulfonilurea
Kerja dari obat ini adalah dengan merangsang sekresi insulin dari
granulsel-sel langerhans pankreas. Rangsangannya melalui interaksi
dengan
ATPsensitiveK
channel
pada
membran
sel-sel
yang
ini
hampir
sama
dengan
dariperedaran
karena
dapat
menyebabkan
asidosis
laktat
dengan
golongan
aktivitas
untuk
mengurangi
resistensiinsulin
dengan
BAB III
PEMBAHASAN
A. Toksisitas Insulin
Toksisitas insulin sangat berbahaya. Toksisitas dari overdosis insulin adalah
hipoglikemia. Durasi dari efek hipoglikemia tergantung pada jenis insulin yang
disuntikkan, jumlah dan usia, resistensi insulin dan faktor faktor lain yang dapat
meningkatkan atau mengurangi sensitivitas pasien terhadap insulin. Kematian akibat
overdosis insulin adalah sebesar 25%. Efek fatal bisa terjadi dengan dosis paling
minimum 20 unit, tapi dosis 400 sampai 900 unit atau lebih adalah lebih sering
terjadi.
Otak sangat bergantung padaglukosa darah sebagai sumber energi utamanya,
hipoglikemia menyebabkan gejala perubahan fungsi sistem saraf, yang mencakup
kebingungan, iritabilitas, kejang dan koma. Hipoglikemia dapat menyebabkan sakit
kepala sebagai akibat dari perubahan aliran darah serebral, dan perubahan
13
14
kadar glukosa darah, diperlukan dosis terkecil yang menghasilkan kontrol glukosa
darah yang cukup.
Kontraindikasi: Sulfonilurea sedapat mungkin dihindari pada gangguan fungsi
hati; gagal ginjal dan pada porfiria. Sulfonilurea sebainya tidak digunakan pada ibu
menyusui dan selama kehamilan sebaiknya diganti dengan terapi insulin. Sulfonilurea
dikontraindikasikan jika terjadi ketoasidosis.
Efek samping: umumnya ringan dan
jarang,
diantaranya
gangguan
dan glipizid.
leukopenia,
15
Efek
utamanya
adalah
menurunkan
glukoneogenesis
dan
polisakarida,
dan
maltose
(Departemen
Farmakologi
dan
Terapi
UniversitasIndonesia).
Akarbosa, merupakan penghambat alpha- glukosidase intestinal, yang
memperlambat absorbsi karbohidrat dan sukrosa. Akarbosa mempunyai efek kecil tapi
bermakna dalam menurunkan glukosa darah dan dapat digunakan tunggal atau
sebagai penunjang terapi jika metformin atau sulfonilurea tidak memadai.
Hiperglikemia postprandial pada diabetes tipe 1 (tergantung insulin) dapat dikurangi
dengan akarbosa, tetapi sekarang jarang digunakan. Terjadinya flatulensi menghalangi
penggunaan akarbosa walaupun efek samping ini cenderung menurun dengan waktu.
Efek samping dari acarbose yaitu flatulensi, tinja lunak, diare (mungkin perlu
pengurangan dosis atau penghentian), perut kembung dan nyeri, mual (jarang), reaksi
pada kulit dan fungsi hati yang tidak normal.
17
Dosis perlu disesuaikan oleh dokter secara individu karena efikasi dan
tolerabilitas bervariasi. Dosis rekomendasi adalah: awal 3x1 tablet 50mg/hari,
dilanjutkan dengan 3x1/2 tablet 100 mg/hari. Dilanjutkan dengan 3x2 tablet 50 mg
atau 3x1-2 tablet 100 mg. Peningkatan dosis dapat dilakukan setelah 4-8 minggu, bila
pasien menunjukkan respon tidak adekuat. Tak perlu penyesuaian dosis pada usia
lanjut (>65 tahun).Tidak dianjurkan untuk anak dan remaja di bawah 18 tahun.
Konseling: Tablet dikunyah bersama satu suapan pertama makanan atau ditelan utuh
dengan sedikit air segera sebelum makan. Untuk mengantisipasi kemungkinan efek
hipoglikemia, pasien yang mendapat insulin atau suatu sulfonilurea atau akarbosa
harus selalu membawa glukosa (bukan sukrosa karena akarbosa mempengaruhi
absorpsi sukrosa).
E. Toksisitas Tiazolidindion dan Pioglitazon
Tiazolidindion dan pioglitazon, menurunkan resistensi insulin perifer,
menyebabkan penurunan kadar glukosa darah. Obat ini juga digunakan tunggal atau
kombinasi dengan metformin atau dengan sulfonilurea (jika metformin tidak sesuai),
kombinasi tiazolindindion dan metformin lebih baik dari kombinasi tiazolidindion dan
sulfonilurea terutama pada pasien dengan berat badan berlebih. Respon yang tidak
memadai terhadap kombinasi metformin dan sulfonilurea menunjukkan kegagalan
pelepasan insulin, pemberian pioglitazon tidak begitu penting pada keadaan ini dan
pengobatan dengan insulin tidak boleh ditunda. Kontrol glukosa darah dapat
memburuk sementara jika tiazolindindion diberikan sebagai pengganti obat
antidiabetik oral yang sebelumnya digunakan dalam bentuk kombinasi dengan
antidiabetik lain.
Kontra indikasi untuk pioglitazon yaitu gangguan hati, riwayat gagal jantung,
kombinasi dengan insulin (risiko gagal jantung), kehamilan dan menyusui.
Efek samping dari pioglitazon : gangguan saluran cerna, bertambahnya berat
badan, udema, anemia, sakit kepala, gangguan penglihatan, pusing, artralgia,
hipoestesia, hematuria, impoten, hipohlikemia (jarang terjadi), lemah, insomnia,
vertigo, berkeringat, mempengaruhi kadar lemak darah, proteinuria. Selain itu, ada
keterangan toksisitas pada hati.
Dosis awal 15 30 mg satu kali sehari ditingkatkan menjadi 45 mg sehari
disesuaikan dengan respon.
F. Toksisitas Nateglinid dan Repaglinid
Nateglinid dan repaglinid menstimulasi pelepasan insulin. Kedua obat ini
mempunyai mula kerja cepat dan kerja singkat, dan diminum dekat sebelum tiap kali
18
makan. Repaglinid diberikan sebagai monoterapi pada pasien yang tidak kelebihan
berat badan atau pada pasien yang kontraindikasi atau tidak tahan dengan metformin,
atau dapat diberikan kombinasi dengan metformin. Nateglinid hanya disetujui
digunakan bersama metformin.
Efek samping dari nateglinid : hipoglikemia, reaksi hipersensitif termasuk
pruritus, kemerahan dan urtikaria. Sedangkan efek samping dari repaglinid : nyeri
perut, diare, konstipasi, mual, muntah, hipoglikemia (jarang terjadi), reaksi
hipersensitivitas termasuk pruritus, kemerahan, vaskulitus, urtikaria dan gangguan
penglihatan.
Dosis untuk nateglinid : awal, 60 mg tiga kali sehari diberikan 30 menit
sebelum makan, dosis maksimal 180 mg tiga kali sehari, anak dan remaja dibawah 18
tahun tidak dianjurkan.
Dosis untuk repaglinid : awal, 500 mcg, diberikan 30 menit sebelum makan (1
mg jika mendapat obat hipoglikemik oral lain) disesuaikan dengan respons pada
interval 1-2 minggu, sampai 4 mg diberikan dosis tunggal, dosis maksimal 16 mg
sehari, anak, remaja dibawah 18 tahun dan lanjut usia diatas 75 tahun tidak
dianjurkan.
G. Maifestasi Klinis Akibat Toksisitas/Keracunan Obat Antidiabetes
Hipoglikemia, kejadiannya bisa saja tertunda tergantung kepada jenis obat
yang digunakan dan rute atau dengan cara apa obat digunakan ( oral, intra vena atau
subkutan ). Tanda-tanda terjadinya hipoglikemia atau penurunan kadar gula darah
sampai level yang rendah adalah gemetar, bingung, koma, kejang-kejang, takikardia
( debaran jantung yang cepat ), dan diaforesis ( berkeringat secara berlebihan )
Asidosis laktat akibat keracunan metformin dan phenformin dapat dimulai
dengan tanda-tanda yang tidak spesifik seperti lemas, muntah, nyeri otot, dan tekanan
pada pernapasan. Tingkat kematian akibat asidosis laktat yang berat dilaporkan
mencapai 50%.
H. Penanganan Bila Terjadi Efek Toksisitas
1. Penambahan senyawa dari makanan.
Kelebihan dosis obat pada penyakit diabetes yang paling umum dan berbahaya
adalah hipoglikemia. Maka seseorang yang mengkonsumsu obat obat an
antidiabetes harus mengenali efek samping yang ditimbulkan dari suatu obat
sehingga penderita diabetes dapat mengenali gejala dari efek samping yang
ditimbulkan.
19
20
BAB IV
PENUTUP
Kesimpulan
Diabetes mellitus merupakan suatu sindrom klinik yang ditandai oleh poliuri, polidipsi
dan polifagi, disertai dengan peningkatan kadar glukosa darah atau hiperglikemia (glukosa
puasa 126mg/dL atau postprandial 200mg/dL atau glukosa sewaktu 200mg/dL).
Gejala tipikal yang sering dirasakan penderita diabetes antara lain poliuria (sering
buang air kecil), polidipsia (sering haus), dan polifagia (banyak makan/mudah lapar).
Penatalaksanaan diabetes terapi tanpa obat dengan pengaturan diet, diet yang baik merupakan
kunci keberhasilan terapi diabetes. Terapi dengan obat dengan menggunakan insulin dan
anibiotik oral seperti golongan sulfonilurea, biguanid, menglinitid, tiazolidimedion, dan
penghambat -glukosidase.
Toksisitas insulin sangat berbahaya. Toksisitas dari overdosis insulin adalah
hipoglikemia. Toksisitas sulfonilurea dapat menyebabkan gangguan fungsi hati, yang
mungkin menyebabkan jaundice kolestatik, hepatitis dan kegagalan fungsi hati meski jarang.
Toksisitas akarbose yaitu flatulensi, tinja lunak, diare (mungkin perlu pengurangan dosis atau
penghentian), perut kembung dan nyeri, mual (jarang), reaksi pada kulit dan fungsi hati yang
tidak normal.
Penganan bila terjadi toksisitas yaitu penambahan senyawa dari makanan,
pemerikasaan fisik, pemeriksaan lanboratorium, pencegahan absorpsi racun dan pemberian
antidot.
21
DAFTAR PUSTAKA
1. http://hanafimisura.blogspot.co.id/2013/07/obat-obat-diabetes.html
2. http://ruangdiskusiapoteker.blogspot.co.id/2014/05/keracunan-dan-toksisitasobat.html
3. http://obatidiabetesmu.blogspot.co.id/2015/04/obat-diabetes-farmakologi.html
4. https://yosefw.wordpress.com/2007/12/27/penggunaan-antidiabetik-oral-golsulfonilurea-pada-diabetes-mellitus/
5. http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/35195/4/Chapter%20II.pdf
6. http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/35195/4/Chapter%20II.pdf
22