Anda di halaman 1dari 15

1.

Apakah hubungan tingginya angka kematian bayi, tingginya prevalensi Berat Badan
Lahir Rendah (BBLR), masalah kekurangan gizi pada ibu hamil dan balita, serta
komplikasi dan penyulit persalinan?
Kekurangan gizi pada ibu hamil dapat menyebabkan terjadinya komplikasi dan penyulit
kehamilan serta BBLR.
Bayi yang lahir dengan BBLR beresiko untuk mengalami kekurangan gizi saat balita.
BBLR, kekurangan gizi pada ibu hamil, serta komplikasi dan penyulit persalinan adalah
faktor resiko terjadinya kematian bayi.
2. Apakah kekurangan dan kelebihan dari rancangan rancangan penelitian?
Kelebihan studi cross-sectional
Kelebihan rancangan desain penelitian cross-sectional (lintas-bagian atau potong
lintang) adalah :
1.
2.
3.

Mudah untuk dilakukan.


Murah.
Tidak memaksa subyek untuk mengalami faktor yang diperkirakan bersifat
merugikan kesehatan(faktor risiko) dan tidak ada subyek yang kehilangan
kesempatan untuk memperoleh terapi yang diperkirakan bermanfaat.

Kelemahan studi cross-sectional


Kelemahan rancangan desain penelitian cross-sectional (lintas-bagian atau potonglintang)
adalah:
1. Memiliki validitas inferensi yang lemah dan kurang mewakili sejumlah populasi
yang akurat,oleh karena itu penelitian ini tidak tepat bila digunakan untuk
menganalisis hubungan kausal paparan dan penyakit.
2. Sulit untuk menentukan sebab dan akibat karena pengambilan data risiko dan efek
dilakukan pada saat yang bersamaan.
3. Dibutuhkan jumlah subyek yang cukup banyak, terutama bila variable yang
dipelajari banyak.
4. Tidak praktis untuk meneliti kasus yang sangat jarang, misalnya kanker lambung,
karena pada populasi usia 45-49 tahun diperlukan paling tidak 10.000 subyek
untuk mendapatkan suatu kasus
Kelebihan studi kohort

a. Studi kohort merupakan desain terbaik dalam menentukan insidens dan perjalanan
penyakit atau efek yang diteliti
b. Studi kohort merupakan desain terbaik dalam menerangkan dinamika hubungan
temporal antara faktor resiko dengan efek
c. Studi kohort merupakan pilihan terbaik untuk kasus yang bersifat fatal dan
progresif
d. Studi kohort dapat dipakai untuk meneliti beberapa efek sekaligus dari suatu
faktor risiko tertentu
e. Pengamatan diamati longitudinal dan kontinu, studi kohort dianggap andal untuk
meneliti berbagai masalah kesehatan.
Kekurangan studi kohort
a.
b.
c.
d.
e.

Memerlukan waktu yang lama


Sarana dan biaya yang mahal
Rumit
Kurang efisien dari segi waktu dan biayauuntuk meneliti kasus sangat jarang
Terancam DO atau terjadinya perubahan intensitas pajanan atau faktor resiko
dapat menggangu analisis hasil

Kelebihan Rancangan Penelitian Case Control


1. Adanya kesamaan ukuran watu antara kelompok kasus dengan kelompok control
2. Adanya pambatasan atau pengndalian factor resiko sehingga hasil penilitian lebih
tajam disbanding dengan hasil rancangan cross sectional
3. Tidak menghadapi kendala etik seperti pada penelitian eksperimen atau cohort
4. Tidak memerlukan waktu lama (lebih ekonomis)
Kekurangan Rancangan Penelitian Case Control
1. Pengukuran variable yang retrospektif, objektifitas dan reliabilitasnya kurang
karena subjek penelitian harus mengingat kembali factor-faktor risikonya,
2. Tidak dapat diketahui efek variable luar karena secara teknis tidak dapat
dikendalikan
3. Kadang-kadang sulit memilih control yang benar-benar sesuai dengan kelompok
kasus karena banyaknya factor resiko yang harus dikendalikan.

LI Desain Studi Epidemiologi (Cross sectional, Cohort, dan Case control)


Cross-Sectional Study

Penelitian cross-sectional adalah penelitian yang dilakukan pada satu waktu dan satu kali,
tidak ada follow up, untuk mencari hubungan antara variabel independen (faktor risiko)
dengan variabel dependen (efek). Dalam sebuah desain cross-sectional , adalah sulit
untuk menemukan apakah variabel paparan potensial mendahului keluaran (contohnya,
perbedaan postur kerja berkonstribusi pada pengembangan sakit tulang belakang) atau
apakah variabel paparan potensial eksis sebagaisebuah hasil dari keluaran (contohnya,
pekerja yang berbeda dalam postur sebagai adaptasi darisakit tulang belakang yang
diderita). Oleh karena itu, studi cross-sectional sangat berguna untuk mengidentifikasi
hubungan paparan-penyakit yang potensial namun tidak untuk menentukankausalitas.
Penelitian cross-sectional relatif lebih mudah dan murah untuk dikerjakan oleh peneliti
dan amat berguna bagi penemuan pemapar yang terikat erat pada karakteristik masingmasing

individu.

Data

yang

berasal

dari

penelitian

ini

bermanfaat

untuk:

menaksir besarnya kebutuhan di bidang pelayanan kesehatan dan populasi tersebut.


Jenis dan Karakteristik
Secara umum, studi cross-sectional merupakan studi klinis yang berlangsung
alamiah. Umumnya berkaitan dengan studi prevalensi. Penelitian cross-sectional
memiliki dua kategori :
1. Penelitian cross-sectional deskriptif
Penelitian ini digunakan untuk menentukan besaran pengaruh dari masalah
kesehatan atau faktor risiko dan penelitian perkembangan masalah secara alamiah
dalam pokok bahasan epidemiologi deskriptif.
2. Penelitian cross-sectional analitik
Penelitian ini bertujuan untuk menemukan hubungan antara variabel atau faktor
dalam ruang lingkup arah dan besarnya hubungan yang terjadi.
Karakteristik
1. Pengumpulan data dilakukan hanya pada satu saat atau satu periode tertentu dan
pengamatan subjek studi hanya dilakukan satu kali selama penelitian
2. Perhitungan perkiraan besarnya sampel tanpa memperhatikan kelompok yang
terpajan atau tidak
3. Pengumpulan data dapat diarahkan seswuai dengan kriteria subjek studi
4. Tidak terdapat kelompok kontrol dan tidak terdapat hipotesis spesifik.

Menghitung Besar sampel dan analisis data studi cross-sectional


Untuk mengetahui dan memahami besar sampel dan analisis data pada studi crosssectional, mari kita lihat contoh studi cross-sectional berikut :
Contoh sederhana: ingin mengetahui hubungan antara anemia besi pada ibu hamil
dengan berat badan bayi lahir (BBL), dengan menggunakan rancangan atau pendekatan
cross-sectional (Notoatmodjo, 2002).
1. Tahap pertama: mengidentifikasi variabel-variabel yang akan diteliti dan
kedudukkannnya masing-masing:
1) Variabel dependen (efek): Berat badan bayi lahir
2) Variabel independen (risiko): Anemia besi
2. Tahap Kedua: menetapakan studi penelitian atau populasi dan sampelnya. Subjek
penelitian disini adalah ibu-ibu yang baru melahirkan, namun perlu dibatasi dari
daerah mana mereka ini dapat diambil, apakah lingkup di Rumah Sakit Umum,
Rumah Sakit Bersalin, atan Rumah Bersalin. Demikian pula batas waktunya juga
ditentukan. Kemudian cara pengambilan sampelnya, apakah bedasarkan teknik
random atau non random.
Untuk menghitung besar sampel menggunakan rumus proporsi bimanual. Jika
besar populasi (N) diketahui, maka dicari menggunakan rumus berikut :

Namun apabila besar populasi (N) tidak diketahui atau (N-n)/(N-1) = 1, maka
besar sampel dihitung dengan rumus :

n : jumlah sampel minimal


p: proporsi sampel yang inigin diteliti
q : 1-p (proporsi sampel yang tidak sesuai penelitian)
d : limit dari error atau presisi absolut
N : jumlah populasi

3. Tahap Ketiga: melakukan pengumpulan data, observasi atau pengukuran terhadap


variabel dependen dan independen (dalam waktu yang sama). Caranya, mengukur
berat badan bayi yang baru dilahirkan dan memeriksa Hb darah ibu.
4. Tahap Keempat: mengolah dan menganalisis data dengan cara membandingkan
anatara berat badan bayi lahir dengan Hb darah ibu. Dari analisis ini akan
diperoleh bukti adanya atau tidak adanya hubungan antara anemia besi dengan
berat badan bayi lahir. Kriteria inklusi adalah persalinan normal/fisiologis dengan
kehamilan yang cukup bulan. Batasan untuk anemia adalah Hb kurang dari 11gr
%.
Anemia

BBLR

Jumlah
+
+
15
85
100
_
8
92
100
Jumlah
23
177
200
Tabel 2. Analisis hasil hubungan anemia ibu terhadap BBLR

Risiko
0,15
0,008
RR 1,9

Hasil dari tabel tersebut menunjukkan bahwa resiko anemia terhadap BBLR 2 kali
lebih besar dibandingkan dengan tidak anemia. Resiko atribut (RA) = 0,15 0,08 = 0,07.
Ini berarti bahwa resiko BBLR yang dapat dihindarkan bila tidak terjadi anemia pada ibu
hamil sebesar 0,007.
Analisis data yang dilakukan dalam penelitian yaitu dengan uji Chi-Square. Uji
Chi-Square berguna untuk menguji hubungan atau pengaruh dua buah variabel nominal
dan mengukur kuatnya hubungan antara variabel yang satu dengan variabel nominal
lainnya
Kelebihan studi cross-sectional
Kelebihan rancangan desain penelitian cross-sectional (lintas-bagian atau potong
lintang) adalah :
4.
5.
6.

Mudah untuk dilakukan.


Murah.
Tidak memaksa subyek untuk mengalami faktor yang diperkirakan bersifat
merugikan kesehatan(faktor risiko) dan tidak ada subyek yang kehilangan
kesempatan untuk memperoleh terapi yang diperkirakan bermanfaat.

Kelemahan studi cross-sectional


Kelemahan rancangan desain penelitian cross-sectional (lintas-bagian atau potonglintang)
adalah:
5. Memiliki validitas inferensi yang lemah dan kurang mewakili sejumlah populasi
yang akurat,oleh karena itu penelitian ini tidak tepat bila digunakan untuk
menganalisis hubungan kausal paparan dan penyakit.
6. Sulit untuk menentukan sebab dan akibat karena pengambilan data risiko dan efek
dilakukan pada saat yang bersamaan.
7. Dibutuhkan jumlah subyek yang cukup banyak, terutama bila variable yang
dipelajari banyak.
8. Tidak praktis untuk meneliti kasus yang sangat jarang, misalnya kanker lambung,
karena pada populasi usia 45-49 tahun diperlukan paling tidak 10.000 subyek
untuk mendapatkan suatu kasus
Studi Cohort
Studi cohort adalah Penelitian Analitik dengan pendekatan Cohort adalah
penelitian dimana pengambilan data variabel bebas (sebab) dilakukan terlebih dahulu,
setelah beberapa waktu kemudian baru dilakukan pengambilan data variabel tergantung
(akibat). Populasi pada penelitian ini adalah semua responden yang mempunyai kriteria
variabel sebab (sebagai kelompok studi). Pada penelitian Cohort perlu kontrol, yaitu
kelompok yang tidak mempunyai kriteria variabel sebab.
Contoh: Hubungan antara Depo Provera dengan Obesitas pada Wanita Usia Subur
Jika

penelitian

menggunakan

pendekatan

Cohort,

maka

populasinya

adalah:

Semua Wanita Usia Subur yang menggunakan Depo Propera (kelompok studi)
Sedangkan kelompok kontrolnya adalah: semua Wanita usia subur yang tidak
menggunakan Depo Propera. Setelah diamati beberpa waktu tertentu (misal 1 tahun),
dilakukan pengambilan data obesitas (variabel akibat), baik pada kelompok sebab
maupun kelompok akibat kemudian data kedua kelompok studi dan kontrol dianalisa
dengan menggunakan uji statistik yang sesuai.
Jenis dan Karateristik
Jenis-jenis studi kohort terbagi menjadi :

1. Studi kohort prospektif


Rancangan penelitian kohort prospektif apa bila paparan atau faktor risiko diukur
pada wal penelitian, kemudian di follow up untuk mengetahui efek dari paparan
dimasa datang. Lamanya follow up berdasarkan perkiraan lamanya efek akan
terjadi. Biasanya penelitian ini dilakukan bertahun-tahun. Terdiri atas :
a. Studi kohort prospektif dengan kelompok pembanding internal
Studi kohort prospektif dengan pembanding internal dimana
kelompok yang terpapar daan yang tidak terpapar berasal dari satu
populasi yang sama. Pada bentuk ini, populasi kohort dibagi dalam dua
kelompok yakni yang terpapar dan yang tidak terpapar sebagai kelompok
pembanding.

b. Studi kohort prospektif dengan kelompok pembanding eksternal (studi


kohort ganda)
Kohort prospektif dengan pembanding eksternal dikenal dengan
penelitian kohort ganda dimana kelompok terpapar dan kelompok
pembanding tidak berasal dari satu populasi yang sama.

2. Studi kohort retrospektif


Rancangan penelitian kohort retrospektif pada dasarnya sama dengan
penelitia kohort prospektif. Namun pada bentuk ini, pengamatna dimulai pada
saat akibat (efek sudah terjadi).
3. Nested-case cohort study
Jenis penelitian ini secara harfiah berarti terdapatnya bentuk penelitian
kasus-kontrol yang bersarang (nested) di dalam rancangan penelitian kohort.
Karakteristik studi kohort
1. Mempelajari hubungan faktor risiko dengan efek atau penyakit.
2. Pendekatan waktu secara longitudinal (time-period approach).
3. Faktor risiko diidentifikasi terlebih dahulu kemudian kemudian diikuti periode
tertentu untuk melihat efek atau penyakit yang yang diteliti pada kelompok
dengan faktor risiko dan pada kelompok tanpa faktor risiko.
4. Hasil analisis untuk melihat hubungan dan pengaruh.
Menghitung Besar Sampel dan analisis data
Ada 2 bentuk penghitungan besar sampel studi kohort:
1. Studi kohort yang hanya mengestimasi resiko relatif

Ket:
P2

: Perkiraan proporsi penyakit pada kelompok kontrol (tanpa faktor resiko

yang didapatkan dari kepustakaan atau penelitian sebelumnya)


RR
: (ditentukan peneliti) sesuai dengan kerangka hipotesa dan lebih besar
dari 1
P1
: P2xRR
Z1/2 a : Ditentukan peneliti biasanya dipakai a 5% yang bila dilihat pada tabel

Ln
Q1
Q2

nilai Z1/2
a =1,96
: logaritma utama yang dapat dihitung dengan program excel
: 1-P1
: 1-P2

Studi kohort yang hanya untuk menguji hipotesis resiko relatif

Z ditetapkan oleh peneliti pada power penelitian 80% = 0,842


Dalam merencanakan penelitian prospektif, harus dibuat rancangan analisisnya agar
orang dapat mengetahui analisis yang dilakukan oleh peneliti sehingga mudah dilakukan
evaluasi terhadap hasil penelitian. Secara skematis, analisis dan perhitungan yang akan
dilakukan sebagai berikut.
Insiden Penyakit
Jumlah
Pemajanan

Positif
Negatif
Jumlah

Risiko kelompok terpajan : a/(a + b) = m

Sakit
+ (a)
+ (c)
a+c

Tak Sakit
- (b)
- (d)
b+d

a+b
c+d
N

Risiko tidak terpajan : c/(c + d) = n


Perhitungan Risiko Relatif = m / n

Risiko Atribut = m - n

Contohnya : Penelitian untuk menentukan adanya hubungan antara peminum alkohol


dengan terjadinya stroke
Dalam penelitian ini dikumpulkan sebanyak 4.952 orangn peminum alkohol dan 2.916
orang bukan peminum alkohol. Dilakukan pengamatan pada kedua kelompok selama 12
tahun dan diperoleh hasil berikut.
Dari 4.952 peminum ditemukan 197 orang menderita stroke dan dari 2.916 bukan
peminum terdapat 93 orang menderita stroke. Temuan tersebut dapat disajikan dalam
bentuk tabel kontingensi 2 x 2 sebagai berikut.
STROKE

Peminum
Jumlah

+
-

+
193
93

2.723
4.859

Jumlah
2.916
4.952

286

7.582

7.868

Resiko
0,066
0,018

Resiko Relatif (RR) = 0,006/0,018 = 3.67


Resiko Atribut(RA) = 0,066 0,018 = 0,048
Dari hasil Penelit tersebut dapat disimpulkan bahwa peminum alkohol mempunyai resiko
3.67 kali lebih besar jika dibandingkan dengan bukan peminum dan besar resiko yang
dapat dihindarkan dengan tidak menjadi peminum adalah 4,8%.
Kelebihan dan kekurangan studi kohort
Kelebihan studi kohort adalah :
f. Studi kohort merupakan desain terbaik dalam menentukan insidens dan perjalanan
penyakit atau efek yang diteliti
g. Studi kohort merupakan desain terbaik dalam menerangkan dinamika hubungan
temporal antara faktor resiko dengan efek
h. Studi kohort merupakan pilihan terbaik untuk kasus yang bersifat fatal dan
progresif
i. Studi kohort dapat dipakai untuk meneliti beberapa efek sekaligus dari suatu
faktor risiko tertentu
j. Pengamatan diamati longitudinal dan kontinu, studi kohort dianggap andal untuk
meneliti berbagai masalah kesehatan.

Kekurangan studi kohort antara lain :


f.
g.
h.
i.
j.

Memerlukan waktu yang lama


Sarana dan biaya yang mahal
Rumit
Kurang efisien dari segi waktu dan biayauuntuk meneliti kasus sangat jarang
Terancam DO atau terjadinya perubahan intensitas pajanan atau faktor resiko
dapat menggangu analisis hasil

Case-Control Study
Sebuah studi kasus-kontrol dirancang untuk membantu menentukan apakah
paparan terkait dengan hasil (yaitu, penyakit atau keadaan menarik). Secara teori, studi
kasus-kontrol dapat dijelaskan sederhana. Pertama, mengidentifikasi kasus (kelompok
yang dikenal memiliki hasil) dan kontrol (kelompok yang dikenal untuk bebas dari
hasilnya). Kemudian, melihat kembali dalam waktu untuk mempelajari subjek di masingmasing kelompok memiliki eksposur, membandingkan frekuensi paparan pada kelompok
kasus dengan kelompok kontrol. Menurut definisi, sebuah studi kasus-kontrol selalu
retrospektif karena dimulai dengan hasil kemudian ditelusuri untuk menyelidiki eksposur.
Ketika subyek yang terdaftar di kelompok masing-masing, hasil dari setiap subjek yang
sudah diketahui oleh penyidik. dan penyidik biasanya memanfaatkan data yang
dikumpulkan sebelumnya, ini yang membuat sebagai studi kasus-kontrol sebagai studi
'retrospektif'.
Karakteristik
1. Populasi yang diteliti terdiri dari kelompok yang diklasifikasikan sebagai yang
berpenyakit dan tidak berpenyakit.
2. Melihat ke masa lalu (retrospektif) untuk mengukur pajanan dari objek yang diteliti.

3. Hipotesis sebaiknya menspesifikasikan secara jelas hubungan yang diduga antara


masalah kesehatan dan pajanannya.
Cara pemilihan kasus
Cara yang terbaik

untuk

memilih

kasus

adalah

dengan

mengambil secara acak subyek dari populasi yang menderita efek.


Namun dalam praktik hal ini hampir tidak mungkin dilaksanakan,
karena penelitian kasus-kontrol lebih sering dilakukan pada kasus yang
jarang, yang diagnosisnya biasanya ditegakkan dirumah sakit. Mereka
ini dengan sendirinya bukan subyek yang representatif karena tidak
menggambarkan kasus dalam masyarakat. Pasien yang tidak datang
ke rumah sakit. Beberapa hal berikut perlu dipertimbangkan dengan
cermat dalam pemilihan kasus untuk studi kasus-kontrol agar sampel
yang dipergunakan mendekati keadaan dalam populasi.
Cara pemilihan kontrol
Pemilihan kontrol memberi masalah yang lebih besar daripada
pemilihan kasus, oleh karena kontrol semata mata ditentukan oleh
peneliti, sehingga sangat terancam bias. Perlu ditekankan bahwa
control harus berasal dari populasi yang sama dengan kasus, agar
risiko bisa diteliti. Bila peneliti ingin mengetahui apakah kanker
payudara berhubungan dengan penggunaal pil KB, maka kriteria
inklusi untuk control adalah subyek yang memiliki peluang untuk
minum pil KB yaitu wanita yang menikah, dalam usia subur (wanita
yang tidak menikah atau belum mempunyai anak tidak minum pil
kontrasepsi).
Ada beberapa cara untuk memilih kontrol yang baik :
Memilih kasus dan control dari populasi yang sama :
Misalnya kasus adalah semua pasien dalam populasi tertentu
sedangkan control diambil secara acak dari populasi sisanya.
Dapat juga kasus dan control diperoleh dari populasi yang telah
ditentukan sebelumnya yang biasanya lebih kecil (misalnya dari
studi kohort).

Matching. Cara kedua untuk mendapatkan control yang baik


ialah dengan cara melakukan matching , yaitu memilih control
dengan karakteristik yang sama dengan kasus dalam semua
variable yang mungkin berperan sebagai faktor risiko kecuali
variable yang diteliti. Bila
maka

pelbagai variable

matching

dilakukan dengan baik,

yang mungkin

berperan terhadap

kejadian penyakit (keculai yang sedang diteliti) dapt disamakan,


sehingga dapat diperoleh asosiasi yang lebih kuat antara
variable

yang

mempunyai

sedang diteliti

keuntungan

lain,

dengan penyakit.
yakni

jumlah

Teknik

subyek

ini

yang

diperlukan lebih sedikit. Namun jangan terjadi overmatching,


yaitu matching

pada variable yang nilai resiko relative terlalu

rendah. Apabila terlalu dalam mencari subyek kelompok control.


Di lain sisi harus pula dihindarkan undermatching yakni tidak
dilakukan penyertaan terhadap varibel-variabel yang potensial

menjadi peransu (confounder) penting.


Cara lainnya adalah dengan memilih

lebih

dari

satu

kelompok kontrol. Karena sukar mencari kelompok control


yang benar-benar sebanding maka dapat dipilih lebih dari satu
kelompok control. Milanya bila kelompok kasus diambil dari
rumah sakit, maka satu control diambil dari pasien lain di rumah
sakit yang sama, dan control lainnya berasal dari daerah tempat
tinggal kasus. Apabila ratio odds yang didapatkan dengan
menggunakan

berbeda,

tersebut

hal

kelompok

control

akan

tersebut

memperkuat

tidak
asosiasi

banyak
yang

ditemukan. Apabila ratio odds antara kasus dengan masingmasing control sangat berbeda, berarti salah satu atau kedua
hasil tersebut tidak sahih, dengan kata lain terdapat bias, dan
perlu diteliti letak bias tersebut.
Perhitungan besar sampel dan analisis data studi case control

Pada dasarnya untuk penelitian kasus control jumlah subyek yang


diteliti bergantung pada
a. Beberapa frekuensi pajanan faktor risiko pada suatu populasi; ini
penting terutama apabila control diambil dari populasi. Apabila
densitas pajanan risiko terlalu kecil atau terlalu besar, mungkin
pajanan resiko pada kasus dan control hampir sama sehingga
diperlukan sampel yang besar untuk mengetahui perbedaannya.
b. Rasio odds terkecil yang dianggap bermakna (R).
c. Derajat kemaknaan ( ) dan kekuatan (power= 1- ) yang dipilih.
Biasa dipilih = 5%, = 10% atau 20% (power = 90% atau
80%)
d. Rasio antara jumlah kasus control. Bila dipilih control lebih
banyak, maka jumlah kasus dapt dikurangi. Bila jumlah control
diambil c kali jumlah kasus, maka jumlah kasus dapt dikurangi
dari n menjadi (c+1)n/2c.
e. Apakah pemilihan control dilakukan dengan matching atau tidak.
Diatas telah disebut bahwa dengan melakukan matching maka
jumlah subyek yang diperlukan untuk diteliti menjadi lebih
sedikit.

Keterangan :
n

= Jumlah Sampel

P1

= Proporsi pemaparan pada kelompok kasus

P2

= Proporsi pemaparan pada kelompok control

= Tingkat kemaknaan (untuk = 0,05 adalah 1,96)

= Tingkat kuasa / kekuatan yang diinginkan (0,84)

Kelebihan Rancangan Penelitian Case Control


5. Adanya kesamaan ukuran watu antara kelompok kasus dengan kelompok control
6. Adanya pambatasan atau pengndalian factor resiko sehingga hasil penilitian lebih
tajam disbanding dengan hasil rancangan cross sectional
7. Tidak menghadapi kendala etik seperti pada penelitian eksperimen atau cohort
8. Tidak memerlukan waktu lama (lebih ekonomis)
Kekurangan Rancangan Penelitian Case Control
4. Pengukuran variable yang retrospektif, objektifitas dan reliabilitasnya kurang
karena subjek penelitian harus mengingat kembali factor-faktor risikonya,
5. Tidak dapat diketahui efek variable luar karena secara teknis tidak dapat
dikendalikan
6. Kadang-kadang sulit memilih control yang benar-benar sesuai dengan kelompok
kasus karena banyaknya factor resiko yang harus dikendalikan.

Anda mungkin juga menyukai