Anda di halaman 1dari 110

Public Disclosure Authorized

Public Disclosure Authorized

Public Disclosure Authorized

Public Disclosure Authorized

40711

PENGELOLAAN KEUANGAN PUBLIK DI ACEH

Mengukur Kinerja Pemerintah Daerah di Aceh

WORLD BANK OFFICE JAKARTA


Jakarta Stock Exchange Building Tower II/12 th floor
Jl. Jenderal Sudirman Kav. 52-53
Jakarta 12910
Tel: (+62-21) 5299-3000
Fax: (+62-21) 5299-3111
Website: www.worldbank.or.id
Website: www.decentralizationindonesia.org
Dicetak pada bulan Maret 2007
Laporan ini disusun oleh staf Bank Dunia. Penemuan, interpretasi dan kesimpulan yang terdapat
dalam laporan ini tidak selalu mencerminkan pandangan dari Dewan Eksekutif Direktur Bank Dunia
atau pemerintah-pemerintah yang mereka wakili.

PENGELOLAAN KEUANGAN PUBLIK DI ACEH


Mengukur Kinerja Pemerintah Daerah di Aceh

Pengelolaan Keuangan Publik di Aceh


Mengukur Kinerja Pengelolaan Keuangan Pemerintah Daerah di Aceh

Ucapan Terima Kasih


Laporan ini disusun oleh Bank Dunia bekerja sama dengan Badan Rehabilitasi dan
Rekonstruksi (BRR).
Laporan ini ditulis oleh Peter Rooney (Bank Dunia, Jakarta) dengan bimbingan Ahya Ihsan
dan Enrique Blanco Armas (Bank Dunia, Banda Aceh).
Proses pembuatan laporan ini berada dibawah pengarahan Wolfgang Fengler (Bank Dunia).
Kami ingin berterima kasih kepada Victor Bottini (Bank Dunia, Resident Representative,
Banda Aceh) atas dukungan dan bantuan yang diberikan terhadap penelitian dan diseminasi
laporan, juga kepada Cut Dian Rahmi, Ahmad Zaki, Sylvia Njotomihardjo dan Niltha Mathias
atas kontribusi yang telah diberikan. Selain itu kami ingin berterima kasih kepada
fotographer Ramli, Damrudin, Athaillah dan YanAli Zebua.
Kami juga ingin menyampaikan rasa terima kasih kami kepada BRR atas segala dukungan
yang telah diberikan, terutama kepada Tedy Jiwantara Sitepu dan Sudirman Said. Kami juga
berterima kasih kepada USAID-LGSP, terutama kepada Andrew Urban, untuk dukungan
beliau, atas pelatihan untuk para peneliti dan atas pengorganisiran tahap pertama dari
penelitian.
Task Manager untuk persiapan kerangka PKP adalah Rajiv Sondhi, Senior Financial
Management Specialist di Bank Dunia. Jessica Ludwig berperan sangat penting dalam
pembuatan kerangka dan masukan-masukan beliau dalam pelaksanaan sangat berharga.
Kami berterima kasih atas dukungan dan masukan yang telah diberikan oleh Departemen
Dalam Negeri, Departemen Keuangan, AusAID, Asian Development Bank, Canadian
International Development Agency, GTZ, USAID dan DSF.

Pengelolaan Keuangan Publik di Aceh


Mengukur Kinerja Pengelolaan Keuangan Pemerintah Daerah di Aceh

Kata Pengantar
Pemerintah daerah memainkan peran yang semakin penting dalam pelayanan publik di
Indonesia. Dengan semakin banyaknya tanggung jawab fiskal yang diserahkan ke daerah
saat ini, pemerintah daerah memiliki peran yang jauh lebih besar dalam pelayanan publik.
Di Aceh, pemerintah daerah memainkan peranan penting. Sejak penandatanganan
kesepakatan perdamaian pada bulan Agustus 2005 dan pemilihan kepala daerah yang telah
berhasil dilaksanakan pada Agustus 2006, dua puluh satu pemerintah daerah di Aceh
memiliki momentum berharga untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat melalui
perbaikan akses terhadap pendidikan yang berkualitas, layanan kesehatan yang lebih baik
dan kesempatan untuk pembangunan ekonomi.
Pemerintah daerah Aceh, bersama-sama dengan pemerintah propinsi, mengendalikan dana
dalam jumlah besar. Sekarang adalah saatnya untuk memastikan bahwa dana tersebut
dikelola dengan bijaksana untuk kepentingan semua masyarakat Aceh. Dengan pengelolaan
sumber daya publik yang efisien, transparan, dan efektif pada tingkat daerah, dana ini
memiliki potensi untuk merubah Aceh.
Laporan penelitian ini merupakan hasil kerjasama antara BRR NAD-Nias, Bank Dunia,
Unsyiah dan USAID-LGSP. Laporan ini mewakili sebagian dari upaya kolektif yang tengah
dijalankan untuk membangun kembali Aceh dan Nias yang lebih baik.
Laporan ini disusun terutama untuk pemerintah-pemerintah daerah di Aceh, yang
merupakan pemimpin perubahan. Dengan adanya laporan ini diharapkan pemerintah
daerah dapat mengidentifikasi dan menangani aspek-aspek pengelolaan keuangan yang
membutuhkan perhatian segera. Nilai yang buruk tidak berarti kegagalan, namun suatu
kesempatan untuk memperbaharui upaya dan mencari cara untuk memperbaiki kinerja.
Dengan pendekatan ini, kita dapat bergerak dari penelitian ke rencana kerja yang
komprehensif.
BRR berterima kasih atas dukungan dari semua pihak yang terlibat, dan khususnya kepada
pemerintah-pemerintah daerah Aceh sendiri yang telah banyak memberikan kontribusi
dalam laporan ini.
Assalamu alaikum.

Deputi
Kelembagaan dan Pengembangan SDM

vi

Pengelolaan Keuangan Publik di Aceh


Mengukur Kinerja Pengelolaan Keuangan Pemerintah Daerah di Aceh

Daftar Isi
Bab 1

Pengelolaan Keuangan Publik di Aceh ........................................................................ 1

Bab 2

Kerangka PKP: Bidang strategis, hasil, dan indikator................................................. 3

Bab 3

Survei PKP di Aceh........................................................................................................ 9

Bab 4

Rincian Hasil dan Analisis ..........................................................................................19


4.1
4.2
4.3
4.4
4.5
4.6
4.7
4.8
4.9

Bidang Strategis 1: Kerangka peraturan perundangan daerah .....................................21


Bidang Strategis 2: Perencanaan dan Penganggaran ....................................................23
Bidang Strategis 3: Pengelolaan kas ...............................................................................25
Bidang Strategis 4: Pengadaan barang dan jasa............................................................27
Bidang Strategis 5: Akuntansi dan pelaporan.................................................................29
Bidang Strategis 6: Audit Internal ....................................................................................30
Bidang Strategis 7: Hutang dan Investasi .......................................................................32
Bidang Strategis 8: Pengelolaan Aset..............................................................................33
Bidang Strategis 9: Audit Eksternal..................................................................................35

Bab 5

Isu-isu Utama ..............................................................................................................37

Bab 6

Langkah ke depan ......................................................................................................43

Lampiran 1:
Lampiran 2:
Lampiran 3:
Lampiran 4:
Lampiran 5:
Lampiran 6:

Kerangka Pengukuran Bidang Strategis dan Indikator ...............................................47


Kerangka Pengukuran, Bidang, Hasil Dan Indikator.......................................................49
Hasil PKP di setiap kabupaten/kota................................................................................70
Metodologi .........................................................................................................................93
Universitas dan Peneliti ....................................................................................................95
Hasil PKP di setiap pemerintah daerah di Aceh..............................................................96

Daftar Gambar, Tabel dan Diagram


Gambar 1.
Tabel 1.
Tabel 2.
Diagram 1.
Diagram 2.
Diagram 3.
Diagram 4.
Diagram 5.
Diagram 6.
Diagram 7.
Diagram 8.
Diagram 9.
Diagram 10.
Diagram 11.
Diagram 12.
Diagram 13.
Diagram 14.

Struktur kerangka PKP.............................................................................................. 6


Pedoman penilaian kerangka PKP...........................................................................12
Nilai PKP berdasarkan bidang strategis untuk pemerintah daerah di Aceh ...............13
Jumlah indikator pada setiap bidang strategis ........................................................... 6
Nilai PKP untuk masing-masing 21 Pemerintah Kabupaten/Kota dan Propinsi ........12
Pebandingan Pemerintah Daerah dengan Kinerja Terbaik dan Kinerja Terburuk ......15
Perbandingan Kinerja Pemerintah Daerah yang sudah lama terbentuk dengan
Pemerintah Daerah yang baru terbentuk .................................................................16
Rata-Rata nilai PKP berdasarkan bidang strategis ...................................................14
Kerangka Peraturan Perundangan Daerah ..............................................................22
Perencanaan dan Penganggaran ............................................................................23
Pengelolaan Kas .....................................................................................................26
Pengadaan .............................................................................................................28
Akuntansi dan Pelaporan ........................................................................................29
Audit Internal ..........................................................................................................31
Hutang dan Investasi publik ....................................................................................32
Pengelolaan aset ....................................................................................................34
Audit eksternal dan pengawasan ............................................................................36

vii

Pengelolaan Keuangan Publik di Aceh


Mengukur Kinerja Pengelolaan Keuangan Pemerintah Daerah di Aceh

Daftar Istilah: Akronim dan Singkatan


APEA
BPK
BPKP
Bappeda
Bawasda
BPKD
BUMD
DAU
Dana Otsus
Dispenda
DPRD
DSF
Inpres
Juknis/Juklak
Kepmendagri
Keppres
KPPU
LGSP
LKPJ
Depkeu
Depdagri
Musbangdes
PAD
PDAM
Perda
PKP
Qanun
Renstra
RKA-SKPD
RPJMD

Kajian Pengeluaran Publik Aceh (Aceh Public Expenditure Analysis)


Badan Pengawasan Keuangan
Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
Badan Pengawasan Daerah
Badan Pemeriksa Keuangan Daerah
Badan Usaha Milik Daerah
Dana Alokasi Umum
Dana Otonomi Khusus
Dinas Pendapatan Daerah
Dewan Perwakilan Raykat Daerah
Decentralized Support Facility
Instruksi Presiden
Petunjuk Teknis/Petunjuk Pelaksana
Keputusan Menteri Dalam Negeri
Keputusan Presiden
Komite Pengawas Persaingan Usaha
Local Government Support Program
Laporan Keterangan Pertanggungjawaban
Departemen Keuangan
Departemen Dalam Negeri
Musyawarah Pembangunan Desa
Pendapatan Asli Daerah
Perusahaan Daerah Air Minum
Peraturan Daerah
Pengelolaan Keuangan Publik
Peraturan Daerah (Syariah Islam)
Rencana Stategis
Rencana Kerja dan Anggaran-Satuan Kerja Pemerintah Daerah
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah

Sekda
SK Bupati
SKPD
SKO
SPM
SPP
USAID

Sekretariat Daerah
Surat Keputusan Bupati
Satuan Kerja Perangkat Daerah
Surat Keputusan Otorisasi
Surat Perintah Membayar
Surat Permohonan Pembayaran
United States Agency for International Development

viii

Pengelolaan Keuangan Publik di Aceh


Mengukur Kinerja Pengelolaan Keuangan Pemerintah Daerah di Aceh

Ikhtisar
Kapasitas pengelolaan keuangan di Aceh sangat beragam antar pemerintah daerah yang
satu dengan yang lain. Beberapa pemerintah daerah memiliki hasil yang cukup baik dalam
kapasitas pengelolaan keuangan, sementara beberapa pemerintah daerah lainnya masih
tertinggal. Perbedaan kapasitas pengelolaan keuangan juga ditemui di dalam masingmasing pemerintah daerah. Hasil rata-rata menunjukkan kelemahan, terutama di dalam
bidang akuntansi dan pelaporan, pengelolaan kas dan audit eksternal.

Kerangka Pengelolaan Keuangan Publik (PKP)


Survei Pengelolaan Keuangan Publik dilaksanakan di setiap pemerintah daerah di Aceh
antara Mei sampai November 2006. Penilaian kapasitas didasarkan pada sembilan bidang
utama pengelolaan keuangan: (1) Kerangka peraturan perundangan daerah; (2)
Perencanaan dan penganggaran; (3) Pengelolaan kas; (4) Pengadaan; (5) Akuntasi dan
pelaporan; (6) Audit internal; (7) Hutang dan investasi publik; (8) Pengelolaan aset; dan (9)
Audit eksternal dan pengawasan. Setiap bidang strategis dibagi menjadi satu sampai lima
hasil dan terdapat serangkaian indikator yang membutuhkan jawaban ya/tidak untuk
setiap hasil. Hasil-hasil ini mencerminkan pencapaian yang diharapkan pada setiap bidang
strategis dan indikator digunakan untuk menilai sejauh mana keberhasilan pemerintah
kabupaten dalam mencapai hasil tersebut. Kerangka PKP memberikan gambaran sekilas
atas kapasitas pengelolaan keuangan untuk setiap pemerintah daerah, dengan fokus
terhadap kebijakan, prosedur dan peraturan, dalam arti lingkungan pengelolaan keuangan
dalam pemerintah daerah. Bidang-bidang yang menjadi kelemahan pemerintah daerah
dalam pengelolaan keuangan sengaja di garis bawahi, sehingga dapat menunjukkan aspekaspek apa saja yang perlu diperbaiki. Sebelum survei PKP dilaksanakan, pengetahuan
mengenai kapasitas pemerintah daerah sangat terbatas. Oleh karena itu, diharapkan
dengan adanya laporan ini beserta analisisnya dapat memberikan masukan untuk penilaian
kapasitas keuangan yang lebih efektif di Aceh dan dampaknya terhadap proses
desentralisasi dalam propinsi.

Hasil PKP
Secara keseluruhan, pemerintah daerah dengan nilai tertinggi adalah Aceh Utara (69
persen) dan yang terendah adalah Aceh Jaya (15 persen); sehingga nilai berada dalam
rentang baik sampai dengan sangat buruk, berdasarkan panduan kerangka penilaian. Nilai
rata-rata adalah 41 persen. Delapan pemerintah daerah mendapatkan nilai antara 39
sampai 42 persen dan enam pemerintah daerah mendapatkan nilai di bawah 39 persen.
Semua pemerintah daerah, kecuali tiga diantaranya, mendapat nilai yang buruk pada
sedikitnya satu bidang strategis. Selama lebih dari lima tahun, setelah pelaksanaan
desentralisasi, kapasitas pengelolaan keuangan di empat belas pemerintah daerah di Aceh
masih relatif lemah.

ix

Pengelolaan Keuangan Publik di Aceh


Mengukur Kinerja Pengelolaan Keuangan Pemerintah Daerah di Aceh

Implikasi Kebijakan
Hasil PKP ini memiliki empat aplikasi potensial. Pertama, dan yang paling penting, kerangka
PKP ini beserta hasil PKP untuk masing-masing pemerintah lokal, dapat membantu
pemerintah daerah dalam mengatasi kelemahan mereka dalam pengelolaan keuangan.
Dengan mengidentifikasi bidang-bidang yang menjadi kelemahan mereka, pemerintah
daerah dapat mengembangkan strategi untuk meningkatkan kapasitas pada bidang-bidang
tersebut. Oleh sebab itu, langkah pertama yang harus diambil oleh pemerintah daerah
adalah memastikan bahwa kebijakan, prosedur dan peraturan sudah tersedia dan kemudian
memastikan hal-hal tersebut ditaati dan praktek-praktek pengelolaan keuangan yang baik
dilembagakan dan dikembangkan lebih jauh lagi. Tanpa adanya ketaatan dan pelembagaan,
upaya-upaya untuk meningkatkan kapasitas akan menjadi tidak efektif. Hasil PKP ini juga
akan memungkinkan pembelajaraan sesama pemerintah lokal. Lembaga non-pemerintah
dapat mendukung pemerintah daerah dalam mengembangkan kapasitas mereka dengan
cara memberikan bantuan teknis dan pelatihan untuk peningkatan kapasitas, apabila
diperlukan. Pemerintah propinsi bisa mengambil peran utama dalam mengembangkan
strategi untuk semua pemerintah daerah di Aceh.
Kedua, dengan menggaris bawahi bidang-bidang utama yang memiliki kelemahan
kapasitas,, akan memungkinkan badan-badan yang merencanakan untuk bekerja sama
dengan pemerintah daerah untuk mengikutsertakan kapasitas pengelolaan keuangan dan
pemerintah daerah tertentu dalam bentuk kerja sama yang spesifik..
Ketiga, dalam rangka mendorong pendekatan yang pro-aktif oleh pemerintah daerah perlu
diberikan insentif untuk meningkatkan kapasitas pengelolaan keuangan, sebagai contoh
dengan mengaitkan sebagian alokasi dana otonomi khusus dengan perbaikan kapasitas.
Yang terakhir, dengan mengikuti perubahan kapasitas pengelolaan keuangan, pemerintah
Indonesia dapat membuat penilaian yang lebih akurat terhadap dampak desentralisasi di
Aceh. Dengan demikian, hal kebijakan dan peraturan dalam konteks desentralisasi dapat
lebih diidentifikasi, juga dalam kemajuan reformasi dan pelayanan publik dapat dipantau
lebih baik.

Bab 1

Pengelolaan Keuangan Publik di Aceh

Bab 1: Pengelolaan Keuangan Publik di Aceh

Sejak tahun 2001, Indonesia telah menjalani transformasi yang mendasar dari
pemerintahan yang tersentralisasi menjadi pemerintahan yang terdesentralisasi. Namun,
sampai saat ini, pemahaman mengenai transisi kekuasaan dan tanggung jawab menyangkut
sumber daya publik dari pemerintah pusat ke pemerintah daerah dalam berbagai kapasitas
masih sangat terbatas. Terutama, status otonomi khusus Aceh telah memberikan propinsi
ini persentase sumber daya keuangan yang bahkan lebih besar lagi bagi pemerintah daerah.
Ketiadaan informasi yang sistematis baik kualitatif maupun kuantitatif mengenai bagaimana
desentralisasi fiskal ini dikelola oleh kabupaten telah menjadi pemicu untuk mengembangan
kerangka pengukuran untuk pemerintah daerah di Indonesia.
Kerangka PKP merupakan salah satu dari empat pilar kerangka pengukuran pemerintah
daerah. Pilar-pilar lainnya adalah pemberian layanan publik, iklim investasi, dan kesehatan
fiskal. Dengan mengukur kinerja dalam empat bidang utama ini, penilaian yang sistematis
terhadap kinerja pemerintah daerah dapat dilakukan.
Untuk Aceh, kapasitas pengelolaan keuangan yang efektif di tingkat pemerintah daerah
penting untuk pencapaian tujuantujuan pembangunan jangka panjang. Beberapa faktor
telah membatasi kapasitas pengelolaan keuangan di Aceh. Pertama, desentralisasi yang
dilakukan secara cepat di Indonesia yang merupakan pengalihan tanggung jawab fiskal dan
penyerahan sumber daya keuangan kepada pemerintah daerah tidak diikuti oleh
peningkatan kapasitas pemerintah daerah dalam mengelola sumber daya tersebut.
Mengingat sebelum desentralisasi tugas utama pemerintah daerah hanyalah menjalankan
proritas pembangunan pemerintah pusat, sistem pengelolaan keuangan tidak dirancang
untuk mengatasi perubahan pengaturan fiskal. Kedua, Aceh telah mengalami peningkatan
jumlah pemerintah daerah sejak tahun 2000. Sampai bulan November 2006, dari 21
pemerintah daerah yang ada, 11 diantaranya dibentuk setelah tahun 2000. Walaupun hal
ini tidak serta merta berarti kapasitas pengelolaan keuangan akan selalu lebih rendah pada
pemerintah daerah yang baru dibentuk, hasil dari survei PKP mengindikasikan bahwa,
secara rata-rata, hasil pengelolaan keuangan lebih rendah pada pemerintah daerah yang
baru,
Sebelum diadakannya survei PKP, pengetahuan mengenai kapasitas pengelolaan keuangan
pemerintah daerah di Aceh dan di seluruh Indonesia pada umumnya masih kurang. Apabila
keefektivitasan atas desentralisasi hendak dinilai secara efektif, salah satu komponen
utama penilaian ini adalah kapasitas pemerintah daerah untuk mengelola keuangan
mereka. Jika pengelolaan keuangan masih lemah setelah lima tahun sejak perubahan yang
dibawa oleh desentralisasi, hal ini berarti tujuan-tujuan desentralisasi masih belum tercapai
di Aceh. Yang lebih penting dari penilaian pengelolaan keuangan secara keseluruhan adalah
tujuannya untuk membuat gambaran yang rinci mengenai kapasitas pengelolaan keuangan
masing-masing pemerintah daerah di seluruh Aceh, dan di Indonesia pada umumnya,
karena pada saat ini pemerintah daerahlah yang memiliki pengaruh paling besar terhadap
kehidupan masyarakat. Berangkat dari argumen ini, kerangka PKP dibuat untuk
menfasilitasi penilaian dan analisis kapasitas pengelolaan keuangan pada tingkat daerah.
Pengetahuan ini memiliki beberapa aplikasi. Pertama, hasil dan analisis akan disebarkan
kepada pemerintah daerah itu sendiri. Sehingga, pemerintah daerah akan mendapatkan
penilaian yang akurat dan independen mengenai kapasitas pengelolaan keuangan mereka
sendiri dan dapat berfokus untuk memperbaiki bidang-bidang utama yang menjadi
kelemahan mereka. Kedua, badan-badan pemerintah lainnya, seperti BRR dan pemerintah
propinsi, dapat menggunakan hasil yang diperoleh untuk merancang intervensi peningkatan
kapasitas dan juga untuk merancang program yang lebih baik dengan memperhitungkan

Bab 1: Pengelolaan Keuangan Publik di Aceh

kekuatan dan kelemahan tertentu dalam kapasitas pengelolaan keuangan. Begitu juga
donor akan dapat merancang intervensi peningkatan kapasitas dan mengakomodasi
kapasitas pemerintah daerah dalam berbagai bentuk program secara lebih baik. Ketiga,
hasil dan analisis juga dapat digunakan untuk memberikan insentif bagi pemerintah daerah
untuk meningkatkan kapasitas PKP mereka. Sebagai contoh, apabila survei ini diadakan
kembali setiap tahun atau setiap dua tahun, perubahan kapasitas PKP dapat diidentifikasi.
Pemerintah daerah dengan kinerja yang bagus dapat diberikan penghargaan berupa
tambahan pendapatan melalui dana otonomi khusus untuk mendorong perbaikan yang lebih
jauh, sementara pemerintahan yang terus menerus berkinerja buruk dapat dikecualikan dari
menerima sumber tambahan pendapatan ini. Hal ini dapat menjadi bagian dari keseluruhan
strategi untuk memberikan bantuan bagi pemerintah daerah dalam mengembangkan
kapasitas pengelolaan keuangan mereka.

Bab 2
Kerangka PKP: Bidang strategis, hasil, dan indikator

Bab 2: Kerangka PKP: Bidang strategis, hasil dan indikator

Kerangka PKP dikembangkan oleh Bank Dunia dan Departemen Dalam Negeri Republik
Indonesia untuk menilai kapasitas pengelolaan keuangan pemerintah daerah. Kerangka ini
terbagi menjadi sembilan bidang strategis yang utama untuk pengelolaan keuangan publik
yang efektif pada tingkat pemerintah daerah: (1) kerangka peraturan perundangan daerah;
(2) perencanaan dan penganggaran; (3) pengelolaan kas; (4) pengadaan; (5) akuntasi dan
pelaporan; (6) audit internal; (7) hutang dan investasi publik; (8) pengelolaan aset; dan (9)
audit eksternal dan pengawasan.
Setiap bidang stragis terbagi atas satu hingga lima hasil, dan sebuah daftar indikator
diberikan untuk setiap hasil. Hasil-hasil ini mencerminkan pencapaian yang diharapkan pada
setiap bidang strategis dan indikator-indikator digunakan untuk menilai sejauh mana
pemerintah daerah telah berhasil mencapai hasil-hasil ini. Walaupun kerangka ini
menggunakan beberapa konsep dan perangkat dari PKP nasional dan internasional,
kerangka PKP ini telah khusus dirancang untuk pemerintah daerah di Indonesia. Sehingga,
walaupun standar minimum internasional telah ditetapkan, standar tersebut tidak dijadikan
dasar dalam mengidentifikasi hasil-hasil yang ideal, atas pertimbangan bahwa standarstandar tersebut terlalu tinggi untuk membuat penilaian yang valid terhadap pemerintah
daerah dalam konteks Indonesia.
Responden diminta untuk memberikan jawaban ya atau tidak untuk setiap pernyataan
pada masing-masing indikator. Respon positif dijumlahkan pada setiap hasil dan nilai
diperhitungkan berdasarkan persentase atas jawaban ya. Persentase nilai kemudian
diberikan untuk setiap hasil yang diinginkan yang mencerminkan sejauh mana pemerintah
daerah telah berhasil mencapai hasil ini. Dengan menjumlahkan semua jawaban positif
pada setiap bidang strategis, didapatkan nilai yang mencerminkan kapasitas pemerintah
daerah pada aspek pengelolaan keuangan tersebut.
Hasil penilaian didapatkan melalui wawancara dan kelompok diskusi terarah dengan
perwakilan pemerintah daerah pada departemen-departemen terkait. Perwakilan
pemerintah termasuk: Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA), bagian
keuangan, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD), dinas pendapatan daerah, kantor kas
daerah dan Badan Pengawasan Daerah (lihat Lampiran 4). Untuk memastikan keakuratan
data jawaban ya harus didukung oleh dokumen yang relevan atau/dan diperiksa silang
dengan responden tambahan. Sebagian besar hasil dapat dikumpulkan dalam tempo tiga
atau empat hari.

Bab 2: Kerangka PKP: Bidang strategis, hasil dan indikator

Gambar di bawah ini menunjukkan struktur kerangka, dengan fokus pada salah satu bidang
strategis sebagai contoh.
Gambar 1. Struktur Kerangka PKP
Pemerintah Daerah
Kapasitas Pengelolaan Keuangan

Bidang Strategis 1:
Kerangka peraturan perundangan daerah

Hasil 1: Kerangka peraturan


daerah menyediakan dasar
penegakan hukum dan
struktur organisasi yang
efektif

Hasil 2: Kerangka peraturan


daerah yang komprehensif
diharuskan oleh perundangan
nasional mengenai pengelolaan
keuangan daerah

12 indikator

Hasil 3: Kerangka peraturan


daerah mencakup
pengukuran untuk
meningkatkan tranparansi
dan partisipasi masyarakat

7 indikator

6 indikator

Beberapa bidang strategis memiliki lebih banyak indikator dibanding bidang strategis lainnya. Sebagai
contoh, perencanaan dan penganggaran memiliki 53 indikator, sedangkan hutang dan investasi
publik hanya memiliki 8 indikator. Nilai keseluruhan untuk masing-masing pemerintah daerah adalah
perhitungan rata-rata dari sembilan bidang strategis, sehingga, setiap bidang strategis memiliki bobot
yang sama dalam perhitungan.

Diagram 1. Jumlah indikator pada setiap bidang strategis

22

Kerangka peraturan perundangan


daerah
Perencanaan dan penganggaran

25

Pengelolaan kas

18

53

Pengadaan
Akuntansi dan pelaporan
Audit internal

27

Hutang dan investasi


Pengelolaan aset
50

44

Audit dan eksternal dan


pengawasan

Bab 2: Kerangka PKP: Bidang strategis, hasil dan indikator

Keterbatasan kerangka ini


Kerangka pengukuran ini dirancang untuk menjadi sekomprehensif mungkin. Namun,
beberapa kekurangan tidak dapat dihindari. Kerangka ini tidak dapat mengukur semua hal
yang berkaitan dengan pengelolaan keuangan dan akuntabilitas pemerintah daerah.
Kerangka ini mempertimbangkan apa yang mungkin dan yang realistis untuk dilakukan
dalam pemerintah daerah Indonesia. Oleh sebab itu, indikator-indikator mengarah kepada
dasar yang bukan saja dibutuhkan tetapi juga dinilai memungkinkan untuk dicapai. Hal ini
dilakukan untuk menyesuaikan model terhadap perbaikan yang relatif kecil dalam bidang
PKP yang kemungkinan dapat direalisasikan oleh banyak pemerintah daerah di Indonesia,
setidaknya dalam jangka pendek.
Kerangka ini dirancang agar mudah digunakan. Tingkat selektivitas tertentu diterapkan
dalam mengikutsertakan hasil, indikator, dan pertanyaan-pertanyaan diagnostik tertentu
dan mengesampingkan yang lainnya, sehingga kerangka ini dapat dengan mudah digunakan
oleh surveyor. Lingkungan kontrol internal di beberapa institusi kunci PKP tidak tercakup
sepenuhnya dalam model ini. Melaksanakan penilaian atas kontrol/pengendalian internal
bisa menjadi suatu latihan yang sangat rumit. Oleh sebab itu, pada institusi-institusi utama
PKP regional, seperti bagian akuntansi dan kas daerah hanya beberapa pertanyaan utama
yang dimasukkan yang mencerminkan indikator-indikator secara luas di bidang
pengendalian.
Selain penting untuk memiliki prosedur dan kebijakan yang benar di tempat, penting juga
untuk memastikan bahwa prosedur dan kebijakan ini benar-benar dijalankan di lapangan.
Kerangka ini lebih mengarah kepada penilaian mengenai apakah kebijakan dan prosedur
yang ada telah memadai, dan secara umum bergantung pada diskusi antara enumerator
dan pegawai pemerintahan daerah. Terdapat kesulitan dalam mengindentifikasi praktekpraktek yang tidak sejalan dengan peraturan, kebijakan dan prosedur yang mengatur
pengelolaan keuangan. Sehingga, hal ini berarti, nilai yang tinggi untuk misalnya audit
internal tidak selamanya berarti audit internal dijalankan dengan tepat atau secara efektif.
Melainkan, hal ini hanya berarti bahwa terdapat kebijakan dan prosedur untuk melakukan
audit internal secara tepat.
Perlu untuk dicatat bahwa pembuatan kerangka pengukuran disiapkan tanpa adanya
informasi pendukung yang lengkap mengenai proses PKP yang saat ini dilakukan oleh
pemerintah-pemerintah daerah di Indonesia. Karena pada saat kerangka ini dibuat
informasi-informasi tersebut tidak tersedia. Sehubungan dengan pengalaman
mengaplikasikan kerangka ini di seluruh Aceh, penyesuaianpenyesuaian perlu untuk
dilakukan pada masa yang akan datang agar kerangka ini lebih sesuai dengan konteks
Indonesia dan lebih fokus untuk mendapatkan hasil-hasil PKP yang dapat diukur.

Bab 3
Survei PKP di Aceh

Bab 3: Survei PKP di Aceh

Survei PKP di Aceh dilaksanakan dalam tiga tahap. Tahap pertama melibatkan lima pemerintah
daerah: Banda Aceh, Aceh Besar, Aceh Jaya, Aceh Barat dan Nagan Raya. Survei dilakukan
selama bulan Mei sampai bulan Juni 2006. Kelima wilayah ini dipilih karena USAID-LGSP (Local
Governance Support Program) memiliki program di lima pemerintahan daerah yang terkena
dampak tsunami ini. LGSP mendanai survei tahap pertama ini dan memberikan pelatihan bagi
para peneliti (suatu lokakarya tiga hari dilaksanakan di Medan pada bulan April 2006). LGSP
dan Bank Dunia mengkoordinasikan kegiatan survei dan mengawasi pelaksanaan survei
tersebut. Tahap kedua dilakukan pada empat pemerintah daerah: Aceh Utara, Aceh Timur, Pidie
dan Bireuen. Bank Dunia mendanai dan mengorganisir survei tahap kedua ini, yang dilakukan
pada bulan Juli 2006. Tahap ketiga dilaksanakan pada 12 pemerintah daerah lainnya serta
pemerintah propinsi pada bulan November 2006. Survei tahap ke-tiga ini didanai oleh BRR dan
diorganisir oleh Bank Dunia. Laporan ini berfokus pada 21 pemerintah kabupaten maupun kota.
Survei ini dilaksanakan oleh peneliti dari empat universitas di Indonesia: UNSYIAH di Banda
Aceh, USU di Medan, dan UNHAS di Makassar dan UNAND di Padang. Beberapa peneliti juga
dikontrak dari LSM-LSM yang ada di Aceh. Peneliti-peneliti ini memiliki latar belakang akademis
yang solid di bidang pengelolaan keuangan, sebagian besar dengan gelar MSc yang relevan, dan
beberapa diantara mereka bergelar PhD.
Hasil awal telah dipublikasikan pada Analisa Pengeluaran Publik Aceh1 yang diterbitkan oleh
Bank Dunia dan Aceh and Nias Two Years after the Tsunami2 yang diterbitkan oleh BRR.
Diharapkan bahwa pelaksanaan kerangka PKP di masa yang akan datang dapat mencakup
semua wilayah Indonesia. LGSP juga telah melakukan survei terhadap beberapa pemerintah
daerah di luar Aceh, dengan fokus kepada bidang-bidang strategis yang berkaitan dengan
program-program peningkatan kapasitas yang dimiliki oleh LGSP.

Hasil-hasil PKP di Aceh


Radar di bawah ini (Diagram 2) menunjukan perbedaan kapasitas pengelolaan keuangan di
Aceh. Nilai rata-rata untuk semua 21 pemerintah daerah di Aceh adalah 41 persen. Yang segera
menjadi perhatian adalah sembilan pemerintah daerah mendapatkan nilai di bawah 40 persen
dan lima pemerintah daerah mendapatkan nilai antara 40 sampai 42 persen. Hanya satu, Aceh
Utara yang mendapatkan nilai di atas 60 persen.
Banyak faktor yang dapat menyebabkan hasil yang kurang baik dalam pengelolaan keuangan,
seperti kabupaten dipimpin oleh seorang pejabat bupati sementara, kualitas pegawai di daerah
terpencil, insiden konflik di masa lalu, dampak langsung dari tsunami, sejarah pengelolaan yang
kurang baik dari pemerintahan sebelumnya, dan kurangnya sumber daya keuangan. Rendahnya
tingkat kapasitas pengelolaan keuangan di beberapa pemerintah daerah saat ini perlu
mendapatkan perhatian segera dan berkelanjutan. Kelemahan-kelemahan tertentu
menunjukkan bidang-bidang yang memerlukan upaya peningkatan kapasitas. Perubahan yang
diharapkan nanti, dapat dikaitkan dengan pejabat pemerintah yang bertanggung jawab.
Perbaikan-perbaikan tersebut harus mendapatkan pengakuan dan diberikan penghargaan,
sebaliknya, kegagalan juga perlu disadari dan dipertanggung jawabkan.

1
2

Analisa Pengeluaran Publik Aceh Belanja untuk rekonstruksi dan pengentasan kemiskinan. Bank Dunia, 2006.
Aceh and Nias Two Years after the Tsunami, Badan Rehabilitasi dan Rekonstruksi, 2006.

11

Bab 3: Survei PKP di Aceh

Ringkasan hasil
Nilai PKP untuk semua 21 pemerintah daerah dan pemerintah propinsi disajikan di bawah ini.
Panduan penilaian juga diberikan untuk menunjukkan tingkatan nilai dari sangat baik sampai
sangat buruk.
Tabel 1: Pedoman penilaian kerangka PKP
Pedoman penilaian
81 - 100%
61 - 80%
41 - 60%
21 - 40%
0 - 20%

Sangat baik/Dapat diterima sepenuhnya


Baik/Secara umum dapat diterima
Sedang/Sebagian dapat diterima
Buruk/Sebagian besar tidak dapat diterima
Sangat buruk/Tidak dapat diterima

Diagram 2: Nilai PKP untuk masing-masing 21 pemerintah kabupaten/kota dan propinsi


100

80

hasil (%)

60

40

20

12

g
Av
er
ag
Te
e
ng
Ac
ga
eh
r
Se a
la
ta
n
Bi
re
ue
A.
n
Ta
m
ia
Ac
ng
eh
Ba
Ac
ra
eh
t
Te
ng
N
ag
ah
an
Lh
Ra
ok
ya
se
u
m
A.
aw
Ba
e
ra
t
Be
D
a
ne
ya
r
M
er
ia
Ac
h
eh
Ja
ya

A.

ba
n

Pi
di

Sa

Ac
eh
U
ta
Ba
ra
nd
a
Ac
Ac
eh
eh
Be
Ac
sa
eh
r
Ti
m
ur
La
ng
sa
Si
m
eu
lu
e
Si
ng
ki
l
N
AD
G
ay
o
Lu
es

Bab 3: Survei PKP di Aceh

Tabel 2: Nilai PKP berdasarkan bidang strategis untuk pemerintah daerah di Aceh

Bidang Strategis

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21

Pemerintah

Hasil
terakhir

Perencanaan
dan
penganggaran

Pengelolaan
kas

Pengadaan

Akuntansi
dan
pelaporan

Audit
internal

Hutang
dan
investasi

Pengelolaan
aset

Audit
eksternal dan
pengawasan

69
56
54
52
50
49
47
42
42
41
40
40
39
39
39
33
29
29
26
25
15
41

Kerangka
peraturan
perundangan
daerah
68
48
56
68
56
36
44
36
32
36
48
24
32
44
8
32
12
24
24
20
20
37

Aceh Utara
Banda Aceh
Aceh Besar
Aceh Timur
Langsa
Simeulue
Singkil
Gayo Lues
Pidie
Sabang
A. Tenggara
Aceh Selatan
Bireuen
A. Tamiang
Aceh Barat
Aceh Tengah
Nagan Raya
Lhokseumawe
A. Barat Daya
Bener Meriah
Aceh Jaya
Rata-rata

74
53
42
51
55
51
51
51
36
34
49
49
47
30
26
40
25
33
42
30
25
43

57
61
48
34
43
43
39
34
48
41
27
16
36
39
50
23
23
36
14
18
14
35

78
68
62
64
66
76
68
58
72
54
74
58
72
58
70
56
64
32
48
38
34
60

63
59
59
52
48
52
33
74
41
59
19
22
41
37
19
30
19
33
15
15
11
38

78
56
67
78
61
56
50
39
67
50
50
44
44
44
61
33
67
50
44
33
11
52

63
50
38
50
50
25
50
25
0
0
38
38
12
38
50
13
12
0
25
13
0
28

68
41
45
36
36
50
36
32
50
41
32
50
36
27
64
27
41
18
14
27
14
37

67
67
67
33
33
56
56
33
33
56
22
56
33
33
0
44
0
33
11
33
11
37

NAD

43

36

46

41

52

56

61

41

56

13

Bab 3: Survei PKP di Aceh

Radar di bawah ini menunjukkan nilai rata-rata pada sembilan bidang strategis untuk
seluruh 21 pemerintah daerah. Rentang nilai rata-rata untuk bidang strategis jauh lebih
sempit dibandingkan dengan rentang nilai untuk pemerintah daerah. Nilai rata-rata tertinggi
adalah untuk pengadaan (60 persen) disusul oleh audit internal (52 persen). Nilai paling
rendah terdapat pada hutang dan investasi publik (28 persen) disusul oleh pengelolaan kas
(35 persen)
Diagram 5: Rata-rata nilai PKP berdasarkan bidang strategis
Kerangka peraturan
perundangan daerah
100

Audit dan pengawsan


eksternall

80

Perencanaan dan
penganggaran

60
40
20

Pengelolaan aset

Pengelolaan kas

Hutang dan investasi

Pengadaan

Audit internal

Akuntansi dan
pelaporan

Pemerintah daerah dengan kinerja terbaik dan kinerja terburuk


Nilai keseluruhan tertinggi untuk pengelolaan keuangan diraih oleh Aceh Utara (69 persen),
sementara nilai paling rendah dihasilkan oleh Aceh Jaya (15 persen). Radar di bawah ini
membandingkan nilai-nilai untuk pemerintah daerah dengan nilai tertinggi dan terendah,
menunjukkan perbedaan besar dalam hasil pengelolaan keuangan di antara pemerintahpemerintah daerah di Aceh.

14

Bab 3: Survei PKP di Aceh

Diagram 3: Pebandingan pemerintah daerah dengan kinerja terbaik dan kinerja terburuk

Regulatory framework
100
External audit & oversight

80

Planning & budgeting

60
40
20

Asset management

Cash management

Public debt & investment

Procurement

Internal audit

Accounting & reporting

Aceh Utara

Aceh Jaya

Tim peneliti untuk Aceh Utara mengidentifikasi kemauan politik dan komitmen bupati
merupakan pendorong utama kinerja pengelolaan keuangan yang baik. Memiliki pegawai
dengan kualifikasi baik mendukung upaya peningkatan kapasitas pengelolaan keuangan.
Selain itu, dukungan dari dewan perwakilan rakyat daerah, LSM dan kelompok masyarakat,
mendorong pemerintah daerah untuk meningkatkan kinerjanya. Kinerja buruk Aceh Jaya
sebagian disebabkan karena status kabupaten yang relatif baru, sehingga menyebabkan
sumber daya manusia dan sumber daya keuangan yang dimiliki oleh daerah ini kurang
memadai. Sebagai tambahan, dampak tsunami yang memprihatinkan di Aceh Jaya, (ibukota
Aceh Jaya, Calang, hancur sepenuhnya) tentu saja berdampak pada hasil pengelolaan
keuangan dalam jangka menengah.

Kinerja PKP di pemerintahan daerah yang sudah lama terbentuk dan yang baru
terbentuk
Pemerintah daerah yang banyak baru terbentuk belakangan ini mendapatkan nilai lebih
rendah, secara rata-rata, untuk masing-masing sembilan bidang strategis. Sebelas dari 21
kabupaten/kota baru dibentuk setelah tahun 2000. Hal ini merupakan bagian dari pola
pemekaran kebupaten yang terjadi di seluruh Indonesia serta pembentukan administrasi
kota yang secara fiskal independen sebagai akibat dari desentralisasi. Di Aceh terdapat
sembilan kabupaten dan dua kota yang baru terbentuk. Kapasitas pengelolaan keuangan
yang lebih rendah dapat disebabkan oleh beberapa faktor: kurangnya pra-sarana
pemerintah dalam kabupaten/kota yang baru untuk menjalankan fungsi-fungsi
pemerintahan secara efektif (atau setidaknya, sama baiknya dengan sebelum pemekaran) di
kabupaten baru; kurangnya tenaga-tenaga terlatih apabila kebanyakan pegawai negeri tetap
berada pada kabupaten asal; kurangnya waktu untuk mengembangkan praktek-praktek

15

Bab 3: Survei PKP di Aceh

pengelolaan keuangan; dan tidak cukupnya waktu untuk mengesahkan peraturan-preaturan


yang mendukung. Namun, kabupaten/kota yang baru terbentuk tidak semuanya
mendapatkan nilai yang lebih rendah dibandingkan kabupaten asal. Jelas bahwa,
pemekaran daerah memerlukan pertimbangan yang seksama untuk memastikan standarstandar pengelolaan keuangan setidaknya dapat dipertahankan. Beberapa dari pemerintah
daerah yang baru terbentuk mendapatkan hasil yang sangat buruk, mengindikasikan
kurangnya persiapan untuk memastikan bahwa standar-standar dapat dipertahankan.
Bahkan tiga sampai lima tahun setelah pemekaran, kapasitas beberapa pemerintah daerah
yang baru dibentuk masih jauh lebih rendah dibandingkan kabupaten asal.
Diagram 4: Perbandingan kinerja pemerintah daerah yang sudah lama terbentuk dengan
pemerintah daerah yang baru terbentuk

Kerangka peraturan perundangan daerah


100
80

Audit eksternal dan pengawasan

Perencanaan dan penganggaran

60
40
20

Pengelolaan aset

Pengelolaan kas

Hutang dan investasi

Pengadaan

Audit internal

Pemerintah lama

Akuntansi dan pelaporan

Pemerintah baru

Kinerja PKP di kabupaten dan kota


Sebelum diadakannya survei, kota diharapkan memiliki kinerja yang lebih baik dibandingkan
kabupaten karena beberapa alasan. Pertama, sebagai pusat perkotaan, kota-kota dapat
menarik lebih banyak pegawai yang berkualitas yang lebih memilih untuk hidup dan bekerja
di pusat-pusat keramaian. Kota memiliki pra-sarana yang lebih baik untuk menjalankan
fungsi pemerintahan, terutama apabila dibandingkan dengan pemerintahan kabupaten di
sekitarnya yang relatif baru terbentuk. Hasil survei PKP mangindikasikan bahwa kota, secara
rata-rata, memiliki kinerja yang lebih baik dibandingkan kabupaten, walaupun terdapat satu
perbedaan yang jelas.
Empat dari pemerintah daerah di Aceh merupakan kota. Banda Aceh dan Sabang telah
memiliki administrasi yang terpisah untuk cukup lama sedangkan Langsa dan Lhokseumawe
keduanya baru terbentuk pada tahun 2001 ketika desentralisasi baru dimulai. Perbandingan

16

Bab 3: Survei PKP di Aceh

antara kota dan kabupaten tidak menunjukkan perbedaan yang besar, walaupun rata-rata
nilai PKP untuk kota jauh lebih rendah dari yang seharusnya disebabkan kinerja
Lhokseumawe yang buruk (29 persen). Kebalikannya, Langsa, mendapatkan nilai yang lebih
tinggi pada setiap bidang strategis kecuali audit eksternal, dengan nilai keseluruhan sebesar
50 persen.

17

Bab 4

Rincian Hasil dan Analisis

Bab 4: Rincian Hasil dan Analisis

Nilai-nilai yang ditunjukkan di atas untuk ke sembilan bidang strategis di dalam


pemerintahan daerah hanya menunjukkan selintas dari kapasitas PKP di bidang-bidang
kunci ini. Gambaran yang lebih rinci menunjukkan perbedaan signifikan pada indikator
tingkat individual dan hasil (outcome). Bagian berikutnya akan menganalisis masing-masing
bidang strategis secara mendetil dan membandingkan nilai pemerintah daerah pada tingkat
hasil dan juga indikator, apabila dipandang berarti. Mengingat analisis mendetail untuk
bidang strategis di setiap pemerintah daerah akan terlalu berlebihan mengingat jumlah
pemerintah lokal yang ada (21) dan jumlah indikator-indikator (256), perbandingan antara
nilai tertinggi dan terendah untuk setiap bidang merupakan bagian terbesar dari analisis.
Dengan jalan ini, diharapkan bahwa pemerintah daerah dengan kinerja terburuk akan
menyadari sejauh mana kapasitas pengelolaan keuangan perlu untuk ditingkatkan.

4.1

Bidang Strategis 1: Kerangka peraturan perundangan daerah

Baik di Aceh maupun di daerah-daerah lain di Indonesia, kerangka hukum untuk


pengelolaan keuangan yang komprehensif, yang sejalan dengan perundang-undangan
nasional dan ditegakkan secara efektif, merupakan hal yang penting dalam konteks
desentralisasi di Indonesia. Sejak desentralisasi, pemerintah daerah diwajibkan (UU No. 22/
1999 dan UU No. 17/ 2003) untuk memiliki peraturan daerah yang mengatur pengelolaan
keuangan pada pemerintah daerah. Sebelum desentralisasi, undang-undang nasional
menjadi payung hukum bagi administrasi keuangan tetapi dengan penyerahan kewenangan
dan tanggung jawab fiskal ke pemerintah daerah, peraturan-peraturan baru yang
mendukung diperlukan keberadaannya. Pemerintah daerah telah menjawab kebutuhan ini
dengan berbagai cara. Beberapa di antaranya bergegas dan menerbitkan Perda sesuai
dengan kewajiban nasional, sementara yang lainnya menerbitkan SK Bupati (Surat
Keputusan Bupati) untuk menjawab keperluan yang sama, sedangkan yang lainnya masih
bergantung pada peraturan tingkat nasional yang ada sekarang. Perbedaan utama antara
Perda dengan SK Bupati adalah Perda perlu disahkan oleh Dewan Perwakilan Rakyat
Daerah sementara SK Bupati, sesuai dengan namanya, diterbitkan oleh badan eksekutif
tanpa adanya persetujuan legislatif. Pada prakteknya, SK Bupati memiliki beban hukum
yang lebih ringan dan hal ini berdampak pada ketaatan dan penegakan hukum.
Tujuan strategis secara keseluruhan adalah untuk menciptakan kerangka peraturan
perundangan daerah yang mendukung untuk mendorong tata kelola keuangan yang efektif
sesuai dengan peraturan perundang-undangan nasional. Bidang strategis kerangka
peraturan perundangan daerah terbagi menjadi tiga hasil yang diiginkan: (1) terdapat
kerangka peraturan perundangan daerah yang komprehensif mengenai pengelolaan
keuangan daerah; (2) kerangka ini memfasilitasi penegakan hukum dan struktur organisasi
yang efektif; dan (3) kerangka ini meliputi cara-cara untuk meningkatkan transparansi dan
keterlibatan publik.
Sementara bidang strategis ini berfokus pada peraturan daerah, termasuk Perda dan SK
Bupati, bidang strategis lainnya lebih berfokus pada kebijakan dan prosedur. Sebagai
contoh, Hasil Satu, meliputi indikator-indikator mengenai keberadaan peraturan daerah
mengenai Rencana Pembangunan Jangka Mengenah Daerah (RPJMD) dan peraturan daerah
mengenai dana cadangan dan perubahan anggaran tahunan. Hasil Tiga meliputi indikatorindikator yang menyangkut transparansi dan proses konsultasi.

21

Bab 4: Rincian Hasil dan Analisis

Diagram 6: Kerangka peraturan perundangan daerah

Aceh Jaya

Aceh Utara
100

Bener Meriah
A. Barat Daya

80

Banda Aceh
Aceh Besar
Aceh Timur

60
40

Lhokseumawe

Langsa

20
Nagan Raya

Simeulue

Aceh Tengah

Singkil

Aceh Barat

Gayo Lues

A. Tamiang
Bireuen
Aceh Selatan

Pidie
Sabang
A. Tenggara

Kerangka peraturan perundangan daerah

Rata rata

Nilai rata-rata untuk bidang strategis ini bagi 21 pemerintah daerah yang disurvei adalah 37
persen, di bawah rata-rata keseluruhan 41 persen. Tiga belas pemerintah daerah
mendapatkan nilai buruk atau sangat buruk. Hanya dua pemerintah daerah yang
mendapatkan nilai baik.

Kerangka peraturan perundangan daerah yang berkinerja baik dan yang berkinerja
kurang baik
Aceh Utara, pemerintah daerah dengan nilai tertinggi, mendapatkan nilai 68 persen untuk
bidang strategis ini. Untuk hasil yang pertama semua, kecuali dua, dari ke dua belas
indikator terpenuhi. Telah ada Perda kecuali untuk peraturan obligasi daerah, dan investasi
publik dan swasta. Untuk hasil yang kedua mengenai penegakan hukum dan struktur
organisasi, empat dari tujuh indikator terpenuhi. Dari ketiga indikator-indikator yang tidak
tercapai, kekurangan meliputi ketiadaan pengukuran kinerja dan ketiadaan struktur
insentif/ sanksi bagi para pegawai. Untuk hasil ketiga mengenai transparansi dan partisipasi
publik, Aceh Utara mendapatkan nilai sebesar 50 persen. Walaupun terdapat tanda-tanda
mengenai keberadaan prosedur keterlibatan publik dalam penganggaran dan proses
pembuatan kebijakan, tidak ada prosedur formal untuk partisipasi bottom-up dalam
perencanaan dan tidak ada peraturan mengenai proses konsultasi atau transparansi. Perlu
untuk dicatat bahwa walaupun secara formal masyarakat mendapatkan akses terhadap
sesi-sesi anggaran di DPRD, kerangka ini tidak menegaskan sejauh mana masyarakat dapat
melakukan observasi atas sesi-sesi anggaran.
Aceh Jaya baru mensahkan peraturan mengenai Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
(APBD) dan baru mensahkan dua SK Bupati sebagai pengganti Perda yang berkaitan dengan
ke sebelas indikator pada hasil satu. Hal yang serupa juga terjadi untuk hasil dua, hanya
satu SK Bupati yang tercatat, yang hanya membahas aspek teknis dari pengelolaan

22

Bab 4: Rincian Hasil dan Analisis

keuangan secara parsial. Hasil tiga mendapatkan nilai nol, karena tidak ada satupun dari ke
enam indikator yang dicapai. Kekurangan kerangka hukum untuk memastikan adanya
transparansi dan keterlibatan masyarakat perlu mendapatkan perhatian segera. Status Aceh
Jaya sebagai kabupaten yang baru dibentuk mungkin dapat dijadikan sebagian dari
penjelasan mengenai rendahnya nilai yang didapatkan (20 persen) untuk kerangka
peraturan perundangan daerah, tetapi ketiadaan SK Bupati sebagai pengganti Perda
menunjukkan bahwa pemerintah daerah tidak memberikan tekanan untuk pembuatan dan
pengesahan peraturan-peraturan pendukung bahkan setelah enam tahun setelah
desentralisasi atau pemerintah daerah tidak dapat mengeluarkan peraturan.
Terdapat kasus-kasus di mana pemerintah daerah bergantung pada Keppres (Keputusan
Presiden). Sebagai contoh, Aceh Barat masih menggunakan Keppres untuk pengadaan
barang dan jasa. Di Aceh Barat dan Nagan Raya hanya tiga indikator yang dipenuhi untuk
hasil yang berkaitan dengan kerangka peraturan perundangan daerah untuk pengelolaan
keuangan. Hambatan dan penghalang perlu untuk diidentifikasi dan diatasi secara
komprehensif, apakah karena kurangnya dorongan dari pemimpin, kekurangan keahlian
teknis atau hubungan yang tidak harmonis antara pemerintah daerah dengan DPRD.

4.2

Bidang Strategis 2: Perencanaan dan Penganggaran

Perencanaan dan penganggaran yang efektif merupakan inti dari pengelolaan keuangan
yang efektif. Pemerintah daerah tidak akan dapat mengelola keuangannya secara efektif
apabila sistem perencanaan dan penganggaran yang dimiliki buruk. Tujuan strategisnya
adalah untuk pembuatan anggaran daerah multi tahun yang seksama yang secara jelas
terkait dengan rencana daerah. Dari enam hasil, hasil yang pertama mengenai konsistensi
antara proses perencanaan partisipatif bottom-up, pembangunan daerah, perencanaan
sektoral dan APBD merupakan sepertiga dari total nilai bidang strategis ini.
Diagram 7: Perencanaan dan Penganggaran
Aceh Jaya
Bener Meriah

Aceh Utara
100

Banda Aceh
Aceh Besar

80

A. Barat Daya

Aceh Timur

60

40

Lhokseumawe

Langsa

20
Nagan Raya

Simeulue
0

Aceh Tengah

Singkil

Aceh Barat

Gayo Lues

A. Tamiang

Pidie
Bireuen
Aceh Selatan

Sabang
A. Tenggara

Perencanaan dan penganggaran

Rata rata

23

Bab 4: Rincian Hasil dan Analisis

Perencanaan dan Penanggaran: yang berkinerja baik dan yang berkinerja kurang
baik
Nilai rata-rata untuk bidang strategis ini adalah 43 persen. Sembilan pemerintah daerah
mendapatkan angka buruk atau sangat buruk. Aceh Utara adalah satu-satunya pemerintah
daerah yang mendapatkan nilai di atas 60 persen, dengan nilai 74 persen untuk
perencanaan dan penganggaran. Aceh Utara mendapatkan nilai yang baik untuk dua di
antara empat hasil. Untuk hasil yang pertama mengenai konsistensi antara proses
perencanaan partisipatif bottom-up, perencanaan sektoral dan APBD Aceh Utara memenuhi
14 dari total 17 indikator. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) dinilai
realistis, dengan strategi yang jelas dan program-program yang berdasarkan target.
Perencaaan sektoral didasarkan pada RPJMD dan mencerminkan prioritas-prioritas
pembangunan. Standar pelayanan minimum digunakan untuk keperluan penganggaran dan
dokumen-dokumen perencanaan dan kegiatan-kegiatan di APBD menggunakan struktur
yang konsisten. Namun dokumen perencanaan tidak didukung oleh biaya proyek sejalan
dengan keterbatasan anggaran dan dokumen perencanaan tidak meliputi kegiatan-kegiatan
yang didanai di luar APBD. Untuk catatan, dalam bidang strategis kerangka peraturan
perundangan daerah, proses perencanaan bottom-up tidak dimasukkan ke dalam peraturan
daerah. Hasil dua mengenai penganggaran jangka menengah tidak mendapatkan nilai yang
baik (hanya satu dari antara tiga indikator yang dicapai). Laporan pertanggung jawaban lima
tahunan diserahkan kepada DPRD tetapi kerangka pengeluaran jangka mengenagan tidak
dilaksanakan dan tataran waktu multu tahun tidak digunakan dalam perencanaan dan
proyeksi anggaran.
Hasil tiga mengenai proses pembuatan anggaran yang realistis mendapatkan nilai yang
relatif buruk, hanya empat dari sebelas indikator yang terpenuhi. Seringkali anggaran belum
disetujui pada tanggal 31 Desember, strategi untuk meningkatkan pendapatan yang sejalan
dengan peraturan nasional tidak ada, dan perbedaan antara pengeluaran dan pendapatan
yang direncanakan dan yang terealisasi melebihi 10 persen.
Perencanaan partisipatif bottom-up mendapatkan nilai yang baik, dengan bukti bahwa
RPJMD merupakan suatu usulan yang realistis, sementara dokumen perencanaan yang
didasarkan pada RPJMD mencerminkan prioritas-prioritas pembangunan. Anggaran
sepertinya memihak kelompok miskin dan semua indikator dipenuhi. Data-data kualitatif
dan kuantitatif mengenai kemiskinan dikumpulkan dengan menggunakan pendekatan
partisipatif dan kebijakan yang memihak kepada kelompok miskin dicerminkan pada SKPD
(Satuan Kerja Perangkat Daerah, atau Dinas, anggaran rencana kerja) dan RPJMD. Prioritasprioritas anggaran juga secara umum memihak kepada kelompok miskin dengan
pengeluaran pada layanan publik meningkat dari tahun sebelumnya dan pengeluaran pada
sektor kesehatan, pendidikan dan infrastruktur merupakan 50 persen dari total anggaran.
Walaupun masih terdapat aspek-aspek perencanaan dan penganggaran yang perlu
ditingkatkan, terutama dalam perencanaan dan peanggaran jangka menengah, nilai Aceh
Utara yang tinggi secara keseluruhan dapat dijadikan standar bagi pemerintah-pemerintah
daerah lainnya di Aceh untuk aspek utama pengelolaan keuangan ini.
Kebalikannya Aceh Jaya dan Nagan Raya, mendapatkan nilai terendah untuk perencanaan
dan penganggaran (25 persen). Dari enam hasil, Nagan Raya hanya mendapatkan nilai baik
pada hasil enam mengenai pengendalian pengeluaran untuk memastikan output anggaran.
Hasil satu mengenai konsistensi antara proses perencanaan partisipatif bottom-up,
perencanaan sektoral dan APBD mendapatkan nilai yang sangat buruk, hanya berhasil

24

Bab 4: Rincian Hasil dan Analisis

memenuhi dua dari total 17 indikator. Responden mengindikasikan bahwa Musyawarah


Pembangunan Desa (Musbangdes) tidak didasarkan pada kebutuhan masyarakat , dan
usulan perencanaan bottom-up berisikan jumlah item yang tidak realistis dan perencanaan
sektoral tidak didasarkan pada RPJMD dan tidak mencerminkan prioritas-prioritas
pembangunan. Kelemahan lainnya meliputi inkonsistensi pada struktur dokumen
perencanaan dan kegiatan di APBD dan ketiadaan indikator-indkator yang dapat diukur.
Hasil dua mengenai perencanaan jangka menengah mendapatkan nilai nol dan untuk hasil
tiga mengani proses pembuatan anggaran yang realistis hanya satu dari 11 indikator yang
berhasil dipenuhi. Anggaran tidak disetujui pada waktunya (anggaran tahun 2006 disetujui
pada bulan Mei 2006, terlambat lima bulan), proyeksi pendapatan bulanan dan catur wulan
tidak terdapat pada anggaran, tidak ada strategi untuk meningkatakan pendapatan dan
peraturan mengenai penggunaan dana darurat dan penggunaan dana non-bujeter tidak
jelas.
Sebagian dari anggaran memihak pada kelompok miskin, Nagan Raya memenuhi empat dari
sembilan indikator. Data mengenai kemiskinan sedikit, walaupun kebijakan-kebijakan yang
memihak pada kelompok miskin tercermin dalam Renstra (Rencana Strategis) SKPD dan
RPJMD. Pengeluaran pada pelayanan publik telah meningkat dalam tiga tahun terakhir dan
pengeluaran pada sektor kesehatan, pendidikan, dan infrastruktur merupakan bagian
terbesar anggaran.3 Hasil lima mengenai pengawasan partisipatori dan sistem evaluasi
yang komprehensif untuk proses perencanaan dan penganggaran mendapatkan nilai buruk,
hanya memenuhi dua dari sembilan indikator. Masyarakat tidak dilibatkan dalam
pengawasan dan evaluasi kegiatan, tidak ada peraturan daerah mengenai sistem evaluasi
perencanaan dan pengawasan, dan dokumen perencanaan dan kegiatan tidak dibuka untuk
publik atau tidak dibuat mudah untuk diakses oleh publik.
Dengan sembilan pemerintah daerah mendapatkan nilai di bawah tingkat sedang,
komponen utama pengelolaan keuangan ini merupakan prioritas apabila hasil-hasil
pengelolaan keuangan akan ditingkatkan. Pedoman yang jelas perlu dibuat untuk
pemerintah daerah yang berisikan strategi untuk meningkatkan hasil-hasil di bidang
perencanaan dan penggangaran sejalan dengan hasil-hasil yang diharapkan. Reformasi di
bidang ini tidak mudah dilakukan dan membutuhkan perbaikan bukan hanya pada proses
tetapi juga pada sikap-sikap pemerintah daerah. Kenyataan bahwa anggaran sering tidak
disetujui pada waktunya, dengan penundaan terkadang sampai tahun berikutnya,
menunjukkan bahwa hal ini perlu untuk segera diatasi. Hal ini tidak hanya menimbulkan
masalah dalam perencanaan dan pelaksanan tetapi juga mengurangi kepercayaan publik
terhadap proses anggaran. Transparansi perlu untuk berubah dari hanya sekedar kata-kata
mutiara di lingkungan pemerintah daerah menjadi suatu kenyataan. Pemberian informasi
secara berkala pada waktu-waktu yang tepat, membuat informasi ini dapat diakses dengan
mudah dan memberikan ruang untuk diskusi dan perbedaan pendapat akan menjadi
langkah maju ke depan yang besar.

4.3

Bidang Strategis 3: Pengelolaan kas

Penempatan pengelolaan kas sebagai bidang strategis yang terpisah mencerminkan


pentingnya menginstitusionalisasikan praktek-praktek penanganan kas yang tepat di
pemerintah daerah. Hal ini dapat menjadi bidang strategis yang paling mudah untuk
Data anggaran tidak tersedia untuk Kabupaten Nagan Raya, Bener Meriah, Aceh Jaya dan Aceh Singkil (APEA,
2006); sehingga jawaban ini tidak dapat diverifikasi.

25

Bab 4: Rincian Hasil dan Analisis

mendapatkan nilai baik, karena pengelolaan kas yang efektif dan tepat merupakan
komponen dasar pengelolaan keuangan yang mantap. Namun, ke 21 pemerintah daerah
hanya mendapatkan nilai rata-rata 35 persen (buruk), dengan 14 pemerintah daerah
mendapat nilai buruk/ sangat buruk dan hanya satu yang mendapat nilai baik.
Diagram 8: Pengelolaan Kas
Aceh Jaya
Bener Meriah

Aceh Utara
100

Banda Aceh
Aceh Besar

80

A. Barat Daya

Aceh Timur

60

40

Lhokseumawe

Langsa

20
Nagan Raya

Simeulue
0

Aceh Tengah

Singkil

Aceh Barat

Gayo Lues

A. Tamiang

Pidie
Bireuen

Sabang

Aceh Selatan

Pengelolaan kas

A. Tenggara

Rata rata

Pengelolaan kas: yang berkinerja baik dan yang berkinerja kurang baik
Banda Aceh mendapatkan nilai yang paling tinggi untuk pengelolaan kas (61 persen). Banda
Aceh mendapatkan nilai yang cukup baik untuk ke empat hasil. Untuk hasil satu, kebijakan,
prosedur dan kendali untuk mengelola pengelolaan kas sebagian telah ada, pemerintah
daerah memenuhi enam dari 10 indikator. Pedoman tertulis mengenai kebijakan dan
prosedur pengelolaan kas tersedia dan didukung oleh peraturan daerah mengenai
pengelolaan kas yang sejalan dengan peraturan nasional. Namun, pelatihan pegawai secara
rutin dalam pengelolaan kas tidak diadakan dan Bawasda (Badan Pengawasan Daerah)
tidak melaksanakan evaluasi kepatuhan pengelolaan kas tahunan.
Pemasukan dan pengeluaran kas dikelola dengan cukup efisien, memenuhi delapan dari 11
indikator. Penerimaan kas di simpan pada suatu rekening bank yang ditunjuk pada hari
penerimaan atau satu hari setelahnya. Rekonsiliasi harian dibuat untuk penerimaan kas dan
penyimpanan, dan pembayaran di atas Rp 5 juta tidak dilakukan secara tunai melainkan
ditransfer atau dibayar dengan menggunakan cek. Namun, belum ada sistem yang
terkomputerisasi dan rekonsiliasi rekening bank, deposito, piutang dan hutang belum dibuat
secara teratur.

26

Bab 4: Rincian Hasil dan Analisis

Hasil tiga berfokus pada sistem penagihan dan pengumpulan pendapatan daerah dan,
dengan 17 indikator, aspek ini dianggap penting. Banda Aceh memenuhi 10 indikator
mengenai Pendapatan Asli Daerah atau PAD. Kebijakan mengenai retribusi dan pajak
daerah diatur dalam peraturan daerah, yang sejalan dengan peraturan nasional. Dasar dari
pendapatan daerah dievaluasi setiap tahunnya untuk menghitung kapasitas pendapatan
untuk setiap item pendapatan. Konsumen ditagih tepat pada waktunya dan tersedia layanan
untuk menangani pertanyaan- pertanyaan dari wajib pajak. Namun sistem pembuatan tanda
terima tidak memadai untuk mencegah penggelapan dan sistem ini kurang bisa
memberikan kejelasan pada saat timbul masalah. Dan juga sistem penagihan dan
pengumpulan tidak terintegrasi dan sanksi-sanksi tidak dijatuhkan kepada debitor yang
menunggak.
Aceh Jaya dan Aceh Barat Daya mendapatkan nilai paling rendah (14 persen). Aceh Barat
Daya tidak berhasil memenuhi indikator manapun mengenai kebijakan, prosedur dan
kendali pengelolaan kas. Hal ini dikarenakan karena digunakannya SK Bupati dan bukan
peraturan daerah untuk mengatur pengelolaan kas. Sehingga kerangka hukum tersedia
walaupun belum terinstitusionalisasi melalui penerbitan peraturan daerah. Hasil dua
mengenai penerimaan dan pembayaran kas memenuhi empat dari 11 indikator.
Penerimaan kas disimpan di rekening bank khusus dan pembayaran senilai lebih dari Rp 5
juta ditransfer ke sebuah rekening bank. Kontraktor dibayar sesuai dengan persyaratan dan
laporan berkala mengenai neraca kas diberikan kepada bupati, bendahara dan kepala
bagian keuangan. Namun kas seringkali tidak disetorkan pada hari yang sama dengan
penerimaan, tidak ada rekonsiliasi penerimaan dan penyetoran harian, dan kelebihan kas
tidak ditempatkan pada investasi jangka pendek secara teratur. Untuk hasil tiga mengenai
sistem penagihan dan pengumpulan pendapatan daerah, Aceh Barat Daya hanya memenuhi
dua dari 17 indikator. Terdapat kekurangan peraturan dan pedoman mengenai hal ini, sekali
lagi karena bergantung pada SK Bupati sebagai pengganti Perda. Pemberitahuan tagihan
tidak disampaikan kepada wajib pajak, sistem penerimaan tidak dirancang untuk mencegah
penggelapan, seringkali pembayaran tidak diambil tepat pada waktunya, denda tidak
dikenakan atas pembayaran yang terlambat dan sistem penagihan dan pengumpulan tidak
terintegrasi. Hasil empat mengenai PAD mendapatkan nilai nol.

4.4

Bidang Strategis 4: Pengadaan barang dan jasa

Tujuan strategis secara keseluruhan adalah untuk mendorong pengadaan barang yang jasa
yang efisien dan kompetitif melalui kebijakan, prosedur dan kendali. Hasil satu dengan 47
indikator berfokus pada nilai uang pada pengeluaran daerah, transparansi dan akuntabilitas
dalam kegiatan pengadaan. Hasil dua, dengan tiga indikator, menyangkut sistem
penanganan keluhan.

27

Bab 4: Rincian Hasil dan Analisis

Diagram 9: Pengadaan
Aceh Jaya
Bener Meriah

Aceh Utara
100

Banda Aceh
Aceh Besar

80

A. Barat Daya

Aceh Timur

60

40

Lhokseumawe

Langsa

20
Nagan Raya

Simeulue
0

Aceh Tengah

Singkil

Aceh Barat

Gayo Lues

A. Tamiang

Pidie
Bireuen

Sabang

Aceh Selatan

Pengadaan

A. Tenggara

Rata rata

Pengadaan: yang berkinerja baik dan yang berkinerja kurang baik


Dengan nilai rata-rata 60 persen pengadaan adalah bidang strategis dengan nilai tertinggi.
Dua belas pemerintah daerah mendapatkan nilai dapat diterima atau baik dan hanya dua
yang mendapatkan nilai buruk. Aceh Utara sekali lagi mendapatkan nilai tertinggi (78
persen) dan Lhokseumawe mendapatkan nilai terendah (32 persen). Aceh Utara
mendapatkan nilai yang sangat tinggi untuk hasil satu. Terdapat sebuah peraturan daerah
untuk mengatur pengadaan barang dan jasa, terdapat pedoman formal mengenai tata cara
pelaksanaan pengadaan, rencana pengadaan di buat setiap tahunnya, estimasi biaya dibuat
dan dokumen-dokumen penawaran dirahasiakan. Namun, indikator-indikator yang belum
terpenuhi penting untuk memastikan praktek pengadaan yang baik. Anggota DPRD secara
berkala terlibat dalam panitia pengadaan, kurang dari 75 persen pengadaan dilakukan
dengan penawaran umum terbuka dan tidak ada aturan dan/atau penegakan yang
mengatur keterlibatan anggota panitia pengadaan dan pejabat dengan hubungan keluarga
dengan pejabat yang menunjuk mereka. Hasil kedua sepenuhnya dipenuhi menyangkut
pelaksanaan prosedur keluhan. Terdapat sebuah Perda yang mengatur prosedur keluhan
dan keluhan dicatat dan diproses sejalan dengan Perda.
Di Lhokseumawe, tidak ada peraturan yang mengatur pengadaan, tidak ada pedoman
mengenai prosedur, biaya rencana pengadaan tidak dibuat dan direvisi setiap tahunnya, dan
pegawai bagian pengadaan tidak memenuhi kualifikasi dan kompetensi. Hal-hal yang baik
adalah dokumen tender dirahasiakan, sesi pengarahan dilakukan secara terbuka, dan
pengumuman mengenai pengadaan diterbitkan di media. Namun, tidak ada sistem untuk
menangani keluhan.

28

Bab 4: Rincian Hasil dan Analisis

Terlepas dari nilai yang seringkali tinggi, hal ini tidak serta merta berarti bahwa proses
pengadaan dilakukan secara transparan dan efisien. Kerangka PKP hanya melihat
lingkungan dari praktek-praktek pengadaan dan tidak mengevaluasi praktek-praktek
pengadaan di setiap kabupaten dan kota. Walaupun terdapat prosedur, kepatuhan masih
lemah dan kebocoran dan korupsi masih dapat terjadi walaupun telah ada prosedur formal
di lingkungan di mana kepatuhan dan penegakan lemah. Namun, beberapa pemerintah
daerah telah melakukan upaya-upaya untuk memperbaiki bidang kegiatan pemerintahan
yang banyak dikritisi ini. Langkah pertama adalah menciptakan kerangka hukum,
menegakkan prosedur dan secara ketat menindak lanjuti keanehaan-keanehan yang
dicurigai.

4.5

Bidang Strategis 5: Akuntansi dan pelaporan

Akuntansi dan pelaporan merupakan komponen yang tidak dapat dihindarkan pada
pengelolaan keuangan. Bidang ini memerlukan prosedur yang tertata dengan baik dan
pegawai yang terlatih untuk melakukan pencatatan data-data keuangan. Tujuan strategis
adalah untuk membuat sebuah sistem akuntansi yang memastikan akuntansi yang cepat
untuk semua transaksi keuangan dan membuat laporan keuangan eksternal dan internal
yang terpercaya, berimbang dan tepat waktu. Bidang ini meliputi empat hasil: kapasitas
sumber daya manusia dan institusi, sistem akuntansi dan pelaporan yang terintegrasi;
pencatatan yang cepat dan akurat untuk semua transaksi keuangan pemerintah daerah;
dan, laporan informasi pengelolaan keuangan yang terpercaya.

Diagram 10: Akuntansi dan pelaporan

Aceh Jaya
Bener Meriah

Aceh Utara
100

Banda Aceh
Aceh Besar

80

A. Barat Daya

Aceh Timur

60

40

Lhokseumawe

Langsa

20
Nagan Raya

Simeulue
0

Aceh Tengah

Singkil

Aceh Barat

Gayo Lues

A. Tamiang

Pidie
Bireuen
Aceh Selatan

Sabang
A. Tenggara

Akuntansi dan pelaporan

Rata rata

29

Bab 4: Rincian Hasil dan Analisis

Akuntansi dan pelaporan: yang berkinerja baik dan yang berkinerja kurang baik
Akuntansi dan pelaporan mendapatkan nilai di bawah rata-rata keseluruhan (38 persen dari
41 persen). Gayo Lues mendapatkan nilai tertinggi (74%) dan Aceh Jaya mendapatkan nilai
terendah (11%). Aceh Utara mendapatkan nilai yang cukup tinggi (64%). Aceh Utara
membuat perubahan solid, perkembangan yang dicapai oleh Aceh Jaya di bidang ini sangat
sedikit, kalaupun ada, sejak pembentukan kabupaten ini pada tahun 2002.
Terlepas dari nilai keseluruahn untuk akuntansi dan pelaporan yang tinggi, Aceh Utara tidak
memiliki Badan Pengawasan Keuangan Daerah atau BPKD) dan, sehingga kabupaten ini
mendapatkan angka nol untuk hasil satu. Namun Aceh Utara mendapatkan angka yang
tinggi untuk hasil transaksi dan neraca tercatat secara akurat dan tepat waktu dan juga
untuk laporan keuangan dan informasi pengelolaan dapat diandalkan. Aset dinilai secara
sesuai dan didokumentasikan, sistem pembukuan double-entry diterapkan dan pencatatan
akuntansi dan catatan bank direkonsiliasi secara berkala. Untuk hasil 4, neraca,, realisasi
anggaran dan laporan arus kas dan laporan keuangan tahunan dibuat dan diserahkan
kepada badan audit secara tepat waktu.
Kebalikannya, Aceh Jaya mendapatkan nilai nol untuk tiga hasil. Kapasitas sumber daya
manusia dan kelembagaan sangat lemah, sistem akuntansi dan manajemen tidak
terintegrasi dan transaksi keuangan dan neraca tidak dicatat secara tepat waktu dan akurat.
Dengan sistem akuntansi dan pelaporan yang lemah, Aceh Jaya membutuhkan dukungan
untuk membuat sistem yang dibutuhkan dan mendukung pengembangan staf-staf yang
terampil.
Walaupun Aceh Jaya memberikan gambaran yang sangat bertolak belakang, Aceh Jaya
bukanlah satu-satunya pemerintah daerah di Aceh dengan hasil yang buruk untuk akuntansi
dan pelaporan. Bener Meriah, Aceh Tenggara, Nagan Raya dan Aceh Barat Daya semuanya
mendapat nilai di bawah 20 percent (sangat buruk).

4.6

Bidang Strategis 6: Audit Internal

Audit internal yang efektif merupakan aspek penting dalam pengelolaan keuangan. Audit
internal pemerintah daerah yang efektif memerlukan sistem pencatatan yang tepat dan
efisiensi di departemen-departemen yang ada di pemerintahan daerah, dan penurunan
korupsi dan kebocoran. Tujuan strategis audit internal adalah pembuatan dan pemeliharaan
fungsi-fungsi audit internal yang efektif dan efisien. Untuk menilai sejauh mana tujuan
strategis berhasil dicapai dalam hal ini terdapat tiga hasil: (1) badan audit pemerintah
daerah terorganisir dan berdaya untuk beroperasi secara efektif; (2) standar dan prosedurprosedur yang digunakan dapat diterima; dan (3) temuan-temuan ditindaklanjuti secara
memadai.
Kerangka PKP hanya dapat melihat pengaturan formal untuk audit internal. Kerangka PKP
tidak mengevaluasi efektifitas audit. Laporan tahunan audit internal, yang tidak menemukan
bukti-bukti kejanggalan keuangan atau penyalahgunaan dana, tidak berarti bahwa audit
internal dilakukan dengan benar.

30

Bab 4: Rincian Hasil dan Analisis

Diagram 11: Audit Internal

Aceh Jaya
Bener Meriah

Aceh Utara
100

Banda Aceh
Aceh Besar

80

A. Barat Daya

Aceh Timur

60

40

Lhokseumawe

Langsa

20
Nagan Raya

Simeulue
0

Aceh Tengah

Singkil

Aceh Barat

Gayo Lues

A. Tamiang

Pidie
Bireuen

Sabang

Aceh Selatan

Audit internal

A. Tenggara

Rata rata

Audit Internal: yang berkinerja baik dan yang berkinerja kurang baik
Secara keseluruhan audit internal mendapatkan nilai rata-rata 52 persen. Aceh Timur dan
Aceh Utara mendapatkan nilai 78 persen dan sekali lagi Aceh Jaya mendapatkan nilai
terendah yaitu 11 persen. Di Aceh Timur peran dan tanggung jawab Bawasda terdefinisi
dengan jelas dan Bawasda memiliki kewenangan untuk menjalankan fungsinya dan
didukung dengan pelatihan pegawai secara berkala. Namun, kualifikasi pegawai berada di
bawah rata-rata dan peralatan-peralatan yang ada tidak memadai. Untuk hasil dua
mengenai standar dan prosedur yang dapat diterima, Aceh Timur mendapatkan nilai baik
karena Aceh Timur melakukan tindak lanjut atas temuan-temuan audit. Sementara Aceh
Jaya hanya memenuhi indikator mengenai peran dan tanggung jawab yang terdefinisi
dengan baik, dan kewenangan untuk menjalankan tugasnya. Standar dan prosedur yang
dapat diterima benar-benar kurang dan temuan-temuan audit internal tidak ditindak lanjuti
secara memadai.

31

Bab 4: Rincian Hasil dan Analisis

4.7

Bidang Strategis 7: Hutang dan Investasi

Bidang strategis hutang dan investasi hanya memiliki satu hasil dengan delapan indikator.
Tujuan strategsinya adalah mengimplementasikan pengelolaan hutang dan investasi
pemerintah daerah secara berhati-hati termasuk pengelolaan BUMD. Hasil yang diharapkan
adalah pembuatan dan penerapan kebijakan, prosedur dan kendali atas pengelolaan hutang
dan investasi daerah.
Diagram 12: Hutang dan investasi Publik

Aceh Jaya
Bener Meriah

Aceh Utara
100

Banda Aceh
Aceh Besar

80

A. Barat Daya

Aceh Timur

60

40

Lhokseumawe

Langsa

20
Nagan Raya

Simeulue
0

Aceh Tengah

Singkil

Aceh Barat

Gayo Lues

A. Tamiang

Pidie
Bireuen
Aceh Selatan

Sabang
A. Tenggara

Hutang dan investasi

Rata rata

Hutang dan investasi hanya mendapatkan nilai 28 persen yang terendah di antara bidangbidang strategis lainnya. Beberapa pemerintah daerah tidak memiliki hutang dan juga tidak
memiliki investasi jangka panjang. Sebagai contoh, Aceh Barat Daya, dengan nilai 25
persen, tidak memiliki catatan hutang dan investasi selama masa berdirinya yang relatif
baru. Tujuh pemerintah daerah memiliki catatan pinjaman: Aceh Barat, Aceh Selatan, Aceh
Tengah, Aceh Tenggara, Aceh Timur, Aceh Utara dan Banda Aceh. Ke tujuh pemerintahan
daerah itu mendapatkan angka di atas rata-rata kecuali Aceh Tengah. Data Departemen
Keuangan tahun 20044 menunjukkan bahwa pemerintah daerah meminjam sebesar Rp 25
milyar, sedangkan pemerintah propinsi meminjam Rp 24 milyar. PDAM di kabupaten dan
kota meminjam dana Rp 40 milyar, sedangkan PDAM di propinsi tidak melakukan pinjaman.
Beberapa Perusahaan Daerah Air Minum atau PDAM meminjam dana Rp 40 milyar, dari
pemerintah daerah masing-masing. Total hutang pemerintah daerah yang ada pada tahun
2004 mencapai Rp 66 milyar. Total pinjaman meningkat dari Rp 55 milyar pada tahun 2001
4

Departemen Keuangan

32

Bab 4: Rincian Hasil dan Analisis

menjadi Rp 90 milyar pada tahun 2004 (gabungan antara pemerintah daerah dan propinsi).
Penambahan ini dilakukan oleh pemerintah daerah dan tidak ada penambahan hutang oleh
pemerintah propinsi. Terlepas dari peningkatan tersebut, hutang yang diakumulasi masih
berada jauh di bawah rata-rata hutang propinsi secara nasional. Undang-undang nasional
membatasi jumlah hutang yang diizinkan, beberapa pemerintah daerah dilarang untuk
melakukan pinjaman tambahan. Bahkan dengan pembatasan ini, pemerintah daerah Aceh
masih dapat meminjam sampai dengan Rp 500 milyar (lihat: Analisis Pengeluaran Publik
Aceh, Bank Dunia, 2006).

Hutang dan investasi: yang berkinerja baik dan yang berkinerja kurang baik
Aceh Utara mendapatkan nilai tertinggi (63 persen) dan Aceh Tengah mendapatkan nilai
terendah (13 persen) dari semua pemerintah daerah yang memiliki catatan pinjaman. Lima
pemerintah daerah lainnya mendapatkan nilai nol dengan tidak adanya kerangka untuk
mengelola hutang dan investasi. Di Aceh Utara, peran dan kewenangan anggota DPRD dan
pejabat pemerintah terdefinisi dengan baik, anggaran tahunan (APBD) meliputi usulan
pinjaman dan investasi jangka panjang, investasi jangka panjang harus mendapatkan
persetujuan dari DPRD terlebih dahulu, dan transaksi-transaksi hutang dan investasi dicatat
dengan baik pada laporan keuangan yang ditujukan kepada bupati. Namun, kebijakan
pengelolaan tidak konsisten dengan kerangka kebijakan nasional, tidak ada tingkat spesifik
pinjaman yang diperbolehkan dan tidak ada kebijakan yang menyebutkan tujuan pinjaman
tertentu sehingga pinjaman dan jaminan dapat dilakukan. Di Aceh Tengah hanya satu dari
delapan indikator yang dipenuhi: DPRD harus menyetujui transaksi investasi jangka panjang.
Mengingat cakupan pinjaman dan investasi yang dilakukan oleh pemerintah daerah (dan
pemerintah propinsi), penting bagi pemerintahan-pemerintahan sub-nasional ini untuk
memiliki kerangka pengelolaan hutang dan investasi mereka secara efektif. Mengingat
cukup tingginya arus keuangan untuk pemerintah daerah di Aceh pada tahun-tahun
mendatang, penting bagi pemerintah daerah untuk mengembangkan strategi yang jelas
untuk membuat investasi jangka panjang yang efektif.

4.8

Bidang Strategis 8: Pengelolaan Aset

Tujuan strategis dari pengelolaan aset adalah untuk pengelolan aset daerah secara efektif
melalui penggunaan rencana pengelolaan aset jangka panjang. Secara eksplisit
penekanan dilektakan pada pengelolaan jangka panjang dan aset-aset ini harus
mendukung tujuan pemberian layanan publik daerah. Kerangka penelitian ini tidak
mengukur nilai dari aset terhadap ekonomi daerah, atau apakah mereka merupakan
kontributor atau penyerap pendapatan tetapi penelitian ini mengevaluasi cara-cara
pengelolaan aset-aset ini. Kapasitas pengelolaan aset dibagi menjadi empat hasil: hasil
pertama menyangkut prosedur dan mekanisme untuk memastikan BUMD dikelola secara
efektif; hasil dua menyangkut kebijakan, prosedur dan kontrol untuk pembelian aset baru
dan pengelolaan aset jangka panjang secara efektif; hasil tiga menyangkut dasar informasi
untuk mendukung pengelolaan aset; dan hasil empat menyangkut kaitan antara
pengelolaan aset dengan rencana dan anggaran.

33

Bab 4: Rincian Hasil dan Analisis

Diagram 13: Pengelolaan Aset


Aceh Jaya
Bener Meriah

Aceh Utara
100

Banda Aceh
Aceh Besar

80

A. Barat Daya

Aceh Timur

60

40

Lhokseumawe

Langsa

20
Nagan Raya

Simeulue
0

Aceh Tengah

Singkil

Aceh Barat

Gayo Lues

A. Tamiang

Pidie
Bireuen
Aceh Selatan

Pengelolaan aset

Sabang
A. Tenggara

Rata rata

Pengelolaan aset: yang berkinerja baik dan yang berkinerja kurang baik
Nilai rata-rata adalah 37 persen. Lagi-lagi Aceh Utara mendapatkan nilai paling tinggi untuk
pengelolaan aset (68 persen). Aceh Jaya dan Aceh Barat Daya mendapatkan nilai terendah
(14 persen). Aceh Utara mendapatkan nilai yang baik untuk hasil satu, dengan adanya
konsistensi antara kegiatan yang diusulkan untuk Badan Usaha Milik Daerah dengan
rencana pembangunan strategis, rencana bisnis dievaluasi oleh pemerintah daerah untuk
mempertimbangkan pembentukan perusahaan baru dan transaksi-transaksi perusahaan
dievaluasi oleh auditor internal. Hasil dua mendapatkan nilai buruk dengan dua dari tiga
indikator tidak dipenuhi. Aceh Utara tidak memiliki peraturan daerah untuk dijadikan
sebagai kebijakan dan rencana pengelolaan aset daerah dan juga tidak memiliki panduan
pengelolaan aset dan prosedur untuk dijadikan rujukan pengelolaan aset. Hasil tiga
sebagian besar terpenuhi, dengan adanya deskripsi fisik aset yang memadai yang
disertakan pada catatan aset-aset secara tepat. Hasil empat, dengan hanya satu indikator
rencana dan anggaran kabupaten mencerminkan biaya perawatan aset yang tercatat
dalam rencana perawatan tidak terealisasi.
Aceh Barat Daya mendapatkan angka nol untuk hasil satu, dua dan empat. Untuk hasil dua
yang menyangkut kebijakan, prosedur dan kendali Aceh Barat Daya mendapatkan angka nol
karena pemerintah daerah mengunakan Keputusan Menteri Dalam Negeri (Kepmendagri)
dan SK Bupati dan bukan membuat Perda baru. Hasil tiga mendapatkan nilai yang lebih
baik, karena aset diberikan nomor pengenal yang berbeda satu dengan yang lain, lokasilokasi aset dicatat dengan baik dan nama pejabat yang bertanggung jawab atas aset
tersebut juga dicatat dengan baik. Semua indikator-indikator lainnya untuk bidang strategis
pengelolaan aset tidak terealisasi. Sejak pemisahan dengan Aceh Barat, hampir semua aset
di kabupaten baru ini masih berada di bawah kewenangan kabupaten asal. Tidak ada
34

Bab 4: Rincian Hasil dan Analisis

perusahaan daerah yang tercatat walaupun sedang dilakukan pembentukan dan pemilihan.
Kota Lhokseumawe juga mendapatkan nilai yang buruk (18 persen) tetapi angka yang
rendah ini sebagian disebabkan karena ketiadaan Badan Usaha Milik Daerah sampai
dengan akhir tahun 2006 dan dalam rencana pembangunan jangka menengah tidak ada
rencana untuk membentuk Badan Usaha Milik Daerah. Aceh Utara, sebagai kabupaten
induknya, mempertahankan kendali atas semua Badan Usaha Milik Daerah. Pergantian
walikota dan kepala kantor dinas yang sering terjadi mengakibatkan kurangnya
perencanaan strategis di wilayah ini. Aset-aset pemerintah yang lain seperti kantor, kurang
memadai dan prosedur untuk memastikan perawatan aset kurang.
Dua belas pemerintah daerah di Aceh mendapatkan nilai di bawah 40 persen (buruk/
sangat buruk) untuk pengelolaan aset. Hal ini berarti lebih dari separuh dari pemerintahan
gagal dalam bidang pengelolaan keuangan ini. Buruknya pengelolaan keuangan aset yang
dimiliki oleh kabupaten berarti bahwa aset-aset ini memiliki kinerja kurang. Hal ini perlu
dikhawatirkan mengingat skala rekonstruksi di Aceh pada saat ini dan pentingnya merawat
aset-aset yang baru didapat ini. Perlu dilakukan peningkatan kapasitas pada bidang ini dan
peraturan dan kebijakan perlu untuk dibuat dan dilaksanakan segera untuk memastikan
pemerintah daerah dapat mengelola aset-aset ini dengan baik

4.9

Bidang Strategis 9: Audit Eksternal

Mekanisme audit eksternal yang efektif memainkan peranan penting dalam menciptakan
dan mempertahankan pemerintah daerah yang akuntabel. Badan Pemeriksaan Keuangan
atau BPK memiliki tugas untuk melaksanakan audit eksternal dan hasil dari audit tersebut
diserahkan dan seharusnya dibahas oleh DPRD. Peran utama dari DPRD adalah untuk
memberikan pengawasan independen terhadap fungsi pemerintah daerah, eksekutif.
Semakin lemah audit internal, semakin penting peran audit eksternal.
Audit eksternal memiliki dua hasil dan sembilan indikator. Hasil satu menyangkut
pelaksanaan audit eksternal secara berkala untuk memberikan akuntabilitas kepada
pemerintah daerah secara efektif. Hasil dua berfokus pada keberadaan pengawasan
independen terhadap pengelolaan keuangan pemerintah daerah yang efektif.

35

Bab 4: Rincian Hasil dan Analisis

Diagram 14: Audit eksternal dan Pengawasan


Aceh Jaya
Bener Meriah

Aceh Utara
100

Banda Aceh
Aceh Besar

80

A. Barat Daya

Aceh Timur

60

40

Lhokseumawe

Langsa

20
Nagan Raya

Simeulue
0

Aceh Tengah

Singkil

Aceh Barat

Gayo Lues

A. Tamiang

Pidie
Bireuen

Sabang

Aceh Selatan

Audit dan

A. Tenggara

eksternal dan pengawasan

Rata rata

Audit Eksternal: yang berkinerja baik dan yang berkinerja kurang baik
Nilai rata-rata untuk audit eksternal adalah 36 persen. Tiga pemerintah daerah
mendapatkan nilai diterima dan 13 mendapatkan nilai buruk/sangat buruk
Banda Aceh, Aceh Besar dan Aceh Utara semuanya mendapatkan nilai 67 persen,
memenuhi enam dari sembilan indikator. Aceh Barat dan Nagan Raya tidak memenuhi
satupun indikator, dan mendapatkan nilai nol untuk audit eksternal. Aceh Besar memenuhi
tiga dari empat indikator pada hasil satu. Laporan keuangan tahunan diserahkan untuk
pemeriksaan ke BPK dalam batas waktu yang ditetapkan menurut hukum, masyarakat
dapat menghadiri sidang DPRD pada saat laporan pemeriksaan dibahas dan laporan audit
eksternal berisikan opini pemeriksaan yang dapat dipahami oleh masyarakat awam. Namun
laporan audit tidak dipublikasikan di media-media setempat atau dipasang pada papan
pengumuman resmi agar dapat dilihat oleh masyarakat. Untuk hasil yang diharapkan
mengenai pengawasan independen yang efektif, DPRD mengawasi dan mengevaluasi
kinerja pemerintah daerah, memberikan persetujuan kepada laporan tahunan terakhir tanpa
catatan, tidak memberikan sanksi atau memastikan sanksi ditegakkan dan laporan audit
tidak menyarankan untuk dimulainya investigasi mengenai korupsi.
Nagan Raya dan Aceh Barat tidak memiliki sistem audit eksternal. Walaupun nilai untuk
audit internal di kedua wilayah ini di atas 60 persen, ketiadaaan mekanisme audit eksternal
oleh badan independen perlu untuk dijadikan perhatian.

36

Bab 5
Isu-isu Utama

Bab 5: Isu-isu Utama

Kerangka hukum yang tidak lengkap


Lima tahun semenjak pelaksanaan desentralisasi, kapasitas pengelolaan keuangan
masih lemah di beberapa pemerintah daerah di Aceh. Salah satu prioritas mendesak
bagi pemerintah daerah adalah untuk memastikan bahwa mereka memiliki kerangka
hukum yang lengkap, tepat secara keseluruhan dan dapat ditegakkan. Praktekpraktek pengelolaan keuangan perlu untuk mematuhi peraturan-peraturan ini dan
praktek-praktek yang baik harus dijadikan sebagai norma- bagian dari budaya
pemerintah daerah. Penerbitan SK Bupati dan penggunaan Keppres nasional yang
telah ada sebelumnya tidak memuaskan, karena hal ini berarti menisbikan DPRPD.
Secara khusus, SK Bupati tidak dibahas dan diperdebatkan secara memadai
sebelum diterbitkan. Sehingga, kemungkinan besar SK Bupati akan gagal menjadi
bagian dari budaya kerangka hukum daerah, terutama karena bupati/ walikota baru
mungkin tidak mengakui SK yang diterbitkan oleh Bupati sebelumnya. Oleh karena
itulah, SK Bupati merupakan jalan singkat yang tidak memuaskan untuk memenuhi
kewajiban hukum yang ditetapkan pada tingkat nasional.

Kurangnya tenaga yang memiliki keterampilan dan kualifikasi yang memadai


Tenaga yang memiliki kualifikasi dan/atau keterampilan yang tidak memadai
merupakan hambatan besar dalam meraih kinerja yang baik. Tim peneliti di Aceh
Utara mengidentifikasi kualitas sumber daya manusia yang baik merupakan faktor
pendorong utama hasil pengelolaan keuangan yang baik di berbagai bidang-bidang
strategis. Pelatihan di tempat kerja dapat berguna untuk memberikan keterampilan
sebagai contoh pembukuan dengan sistem komputerisasi. Walaupun pelatihan
tambahan yang diberikan oleh pemerintah daerah sendiri ataupun pemerintah pusat
bisa memberikan manfaat, permasalahan yang mendasar adalah untuk mendorong
dan apabila memungkinkan membantu pemerintah daerah untuk menarik caloncalon pegawai dengan keterampilan teknis yang diperlukan untuk pengelolaan
keuangan yang efektif. Solusi jangka panjang adalah untuk melatih kandidatkandidat sampai standar minimum yang diidentifikasi sebelum mereka menjadi
pegawai negeri dan juga memastikan bahwa seleksi dan promosi pegawai negeri
berdasarkan kemampuan dan kompetensi untuk tugas yang diberikan. Hal ini
bahkan lebih penting lagi untuk badan audit internal, yang jelas-jelas membutuhkan
tenaga dengan kompetensi tingkat tinggi di bidang pengelolaan keuangan. Berkaitan
dengan hal ini, insentif yang terdefinisikan dengan jelas dan struktur sanksi untuk
pegawai perlu ditetapkan dan dipatuhi dengan ketat dalam rangka mendorong
perbaikan kinerja pegawai.

Kurangnya sumber daya keuangan


Kekurangan sumber daya keuangan untuk membeli peralatan-peralatan seperti
komputer dapat menurunkan cakupan perbaikan dalam kapasitas pengelolaan
keuangan. Responden sering mengidentifikasi hal ini sebagai hambatan untuk
mencapai hasil pengelolaan keuangan yang baik. Namun, seperti yang
diidentifikasi dalam Aceh Public Expenditure Analysis (Bank Dunia, 2006),
pengeluaran rutin terus meningkat, sedangkan pengeluaran pembangunan
berkurang. Oleh karena itu, pengeluaran rutin harus benar-benar dikaitkan dengan
perbaikan kinerja pemerintah daerah.

Kurangnya transparansi
Satu hal lagi yang penting dalam pengelolaan keuangan yang efektif adalah garis
akuntabilitas yang jelas. Bagian utama dari hal ini adalah keterlibatan publik dan
pengawasan keuangan oleh publik. Walaupun dijanjikan, informasi keuangan

39

Bab 5: Isu-isu Utama

pemerintah daerah terkadang sulit diakses oleh anggota masyarakat, media dan
kelompok-kelompok masyarakat. Walaupun telah terdapat perkembangan dalam
mendorong partisipasi publik yang lebih besar, standar yang lebih tinggi tidak dapat
ditemukan pada pemerintah daerah. Sementara pemerintah daerah mengatakan
telah mendorong partisipasi publik, tidak terlihat adanya keterlibatan yang berarti.
Merubah budaya pemerintahan dalam hal ini merupakan suatu proyek jangka
panjang dan perkembangan lebih lanjut dapat dicapai dengan memberikan tekanan
kepada pemerintah daerah secara internal melalui media setempat dan kelompokkelompok masyarakat.

40

Audit internal yang lemah


Audit internal yang lemah mungkin belum terealisasi bahkan di pemerintah daerah
dengan nilai PKP yang tergolong baik. Sebagai contoh, salah satu pemerintah daerah
mendapat nilai yang cukup baik untuk bidang strategis ini, tetapi berdasarkan
pengamatan singkat pada laporan audit tahunan kesan yang dapat ditangkap adalah
tidak ada audit internal yang efektif. Tugas untuk memberdayakan badan pemeriksa,
untuk merekrut pegawai yang tepat, untuk memastikan pemisahan antara
pemeriksa dengan yang diperiksa, untuk memastikan kejanggalan dan
penyalahgunaan ditindak lanjuti secara tepat dan sanksi dijatuhkan apabila terbukti
bersalah bukanlah tugas yang mudah. Namun perbaikan benar-benar dibutuhkan,
terutama di Aceh mengingat skala pendanaan yang besar pada tahun-tahun
kedepan, dengan pendapatan minyak dan gas, pendapatan rekonstruksi dan
pendapatan DAU tambahan. Kesalahan pengelolaan dana ini akan menimbulkan
kehilangan kesempatan yang sangat disayangkan untuk Aceh. Audit internal yang
lebih efektif dapat setidaknya memberikan upaya untuk memastikan dana-dana
yang ada dicatat dengan baik dan dapat dilacak kembali.

Penganggaran yang realistis dan berpihak kepada kelompok miskin


Walaupun beberapa pemerintah daerah sepertinya mengalami perkembangan
dalam membuat anggaran yang berpihak kepada kelompok miskin, yang lain hanya
menjadikan perencanaan dan penganggaran yang memperhatikan kaum miskin
sebagai kedok saja dan yang lainnya bahkan tidak melakukan apa-apa. Beberapa
pemerintahan daerah tidak memiliki kapasitas untuk melakukan analisis kemiskinan
yang mendetil dan kekurangan kapasitas untuk memastikan anggaran benar-benar
berpihak pada kaum miskin. Dan juga, seringkali perbedaan besar antara
pengeluaran yang direncanakan dan terealisasi pada beberapa siklus anggaran
menunjukkan kurangnya kapasitas untuk membuat anggaran yang realistis.

Pemekaran daerah
Aceh Utara dan Lhokseumawe memberikan perbandingan yang bisa menarik, karena
mereka mendapatkan nilai yang sangat jauh berbeda (69 persen dibandingkan
dengan 29 persen) walaupun lima tahun yang lalu kedua kabupaten ini membentuk
satu kabupaten yang sama. Sebagai tambahan, Aceh Utara, mendapatkan hasil yang
relatif baik, terlepas dari tingkat kemiskinan yang relative tinggi. Walaupun survei ini
tidak berusaha untuk menghubungkan hasil pengelolaan keuangan dengan tingkat
kemiskinan atau indikator-indikator lainnya, bagaimanapun juga, perlu dicatat bahwa
hasil yang baik dicapai walaupun tingkat kemiskinan di daerah ini relatif tinggi.
Banyak responden yang menyebutkan kemauan dan komitmen politik tingkat tinggi
dari pimpinan pemerintah daerah sebagai pendorong utama reformasi pengelolaan
keuangan dan bukannya indikator ekonomi yang kuat. Upaya-upaya reformasi
pemerintahan telah didukung oleh DPRD, LSM dan kelompok-kelompok masyarakat

Bab 5: Isu-isu Utama

berdasarkan temuan-temuan kualitatif tim peneliti. Hal ini bertentangan dengan


beberapa pemerintah daerah yang mendapatkan nilai rendah yang, pada saat survei,
tidak memiliki bupati definitive. Lhokseumawe belum memiliki walikota definitif
setelah lima tahun berpisah dari Aceh Utara. Tarik tambang antara Aceh Utara dan
Lhokseumawe, menurut pejabat pemerintah Lhokseumawe, mengakibatkan
sedikitnya kebijakan yang dilaksanakan. Bahkan sampai saat ini beberapa dinas
daerah tidak memiliki kantor sendiri dan terpaksa menyewa ruang kantor. Sebagai
tambahan, semenjak pemisahan administratif dari Aceh Utara telah terjadi
pergantian walikota sebanyak tiga kali di Lhokseumawe dan setiap perubahan
kepemimpinan mengakibatkan pergantian kepala dinas. Salah satu hambatan yang
paling jelas ditimbulkan oleh keadaan ini adalah pengesahan peraturan baru. Secara
umum, pergantian kepemimpinan secara terus menerus dari tingkat atas sampai
bawah di dinas menurunkan kemampuan untuk menjalankan strategi pembangunan
yang koheren secara besar-besaran. Mengingat tingkat pemekaran daerah yang
tidak hanya terjadi di Aceh melainkan juga di seluruh Indonesi, hal ini membawa
akibat yang besar.

Dukungan propinsi dan pusat


Pemerintah daerah harus diberikan pedoman yang jelas mengenai bagaimana
menjalankan pengelolaan keuangan mereka di masa yang akan datang. Pendekatan
sepotong-sepotong saja tidak memadai. Walaupun jelas bahwa peran masingmasing pemerintah daerah untuk melakukan inovasi (dan hal ini harus didukung dan
informasi harus disebarluaskan) perlu adanya pedoman di tingkat propinsi dan/ atau
nasional untuk memastikan konsistensi di antara semua pemerintah daerah dan
untuk mentapkan standar minimum bagi pemerintah daerah. Untuk Aceh,
Pemerintah propinsi memiliki peran penting dan, dengan dukungan dari pemerintah
propinsi yang baru, banyak hal yang dapat dilakukan untuk meningkatkan standar
pengelolaan keuangan di Aceh.

41

Bab 6

Langkah ke depan

Bab 6: Langkah ke Depan

Hasil-hasil yang didapatkan dari pelaksaan kerangka PKP disebarluaskan pada semua
pemerintah daerah di Aceh. Sebuah road show pada bulan Maret 2007 menyebarluaskan hasil
ini, bersamaan dengan Kajian Pengeluaran Publik Aceh. Setiap pemerintah daerah akan dapat
menilai kinerjanya sendiri dan membandingkan dengan kinerja rekan-rekannya yang lain.
Kelemahan-kelemahan tertentu akan diidentifikasi bersama-sama dengan langkah-langkah
praktis yang dapat diambil untuk meningkatkan kapasitas pada bidang-bidang tertentu.
Adalah penting terjadi berbagi pengetahuan di antara pemerintah daerah sehingga pemerintah
daerah yang memiliki kinerja baik di bidang tertentu dapat membantu pemerintah daerah
dengan kinerja yang lebih rendah. Mitra-mitra pembangunan dapat membantu memfasilitasi hal
ini. Pembelajaran horisontal antara para pemerintah daerah bisa menjadi lebih efektif dalam
mengembangkan kapasitas pengelolaan keuangan ketimbang intervensi peningkatan kapasitas
oleh donor atau LSM. Mengingat nilai yang didapat oleh Aceh Utara di hampir semua bidang
strategis cukup tinggi, kabupaten ini dapat memainkan peranan penting dalam menyebarkan
informasi mengenai bagaimana meningkatkan kapasitas. Mekanisme yang sesuai perlu untuk
dikembangkan untuk memungkinkan penyebaran informasi dari pemerintah daerah dengan
kinerja yang lebih baik ke pemerintah daerah dengan kinerja yang kurang untuk memahami
mengapa mereka dapat memiliki kinerja yang lebih baik. Penelitian kualitatif akan dilaksanakan
di pemerintah daerah berkinerja tinggi untuk mendapatkan pemahaman mengapa mereka
memiliki kinerja yang baik bersama-sama dengan penelitian pararel pada kabupaten dengan
kinerja yang lebih rendah agar didapatkan pemahaman mengenai hambatan-hambatan yang
menghalangi pencapaian hasil yang lebih baik.
Pemerintah daerah harus didukung untuk mengambil inisiatif dalam mengembangkan kapasitas
pengelolaan keuangan. Dalam rangka mendukung pembangunan kapasitas, terdapat juga ada
peran dari lembaga non pemerintah. Kerjasama yang erat antar lembaga-lembaga ini menjadi
penting pada saat kerangka PKP digunakan di luar Aceh. Disarankan untuk mengembangkan
website khusus untuk hasil-hasil PKP ini yang mana hasil-hasil ini dapat ditambahkan, dan juga
pemerintah daerah dan lembaga-lembaga lainnya dapat mengaksesnya. Keterbukaan sangat
penting untuk memastikan pemerintah daerah menjadi pusat dari proses ini. Penting juga untuk
menjelaskan bahwa tujuan kerangka ini bukan mendapatkan ranking pemerintah daerah.
Dalam jangka pendek, disarankan untuk berfokus pada beberapa bidang saja untuk mencapai
hasil yang terlihat dalam kerangka waktu yang terbatas. Bidang-bidang yang disarankan meliputi
perencanaan dan penganggaran, bidang utama dan merupakan salah satu bidang di mana
pemerintah daerah mendapatkan nilai yang buruk. Mengingat besarnya dana yang mengalir ke
pemerintah daerah di Aceh, hal ini adalah kelemahan yang perlu untuk diperhatikan segera.
Bidang lain yang perlu dimasukkan adalah bidang-bidang yang dapat diperbaiki dengan relatif
mudah. Sebagai contoh, apabila pemerintah daerah memiliki kerangka peraturan perundangan
daerah yang kuat ada kesempatan untuk mentransfer kerangka ini ke pemerintah daerah
lainnya dengan relatif mudah.
Pemerintah daerah juga dapat diberi insentif untuk mengembangkan kapasitas. Perbaikan di
kapasitas pengelolaan keuangan dapat dikaitkan dengan pendapatan, bisa melalui DAU (dana
otsus sebesar 2 persen) atau bahkan melalui dana khusus seperti DAK. Sebagai contoh, apabila
pemerintah daerah dapat membuktikan bahwa mereka telah meningkatkan kapasitas untuk
mengelola keuangan mereka sendiri dana tambahan dapat diberikan.

45

Lampiran

Lampiran 1: Kerangka Pengukuran Bidang Strategis dan Indikator


Bidang Strategis
1

Kerangka Peraturan
Perundangan Daerah

Perencanaan dan
Penganggaran

Pengelolaan Kas

Pengadaan Barang Dan


Jasa

Akuntansi dan
Pelaporan

Hasil
Adanya kerangka peraturan peraturan perundangan
daerah yang komprehensif sebagaimana diamanatkan
oleh kerangka hukum nasional mengenai pengelolaan
keuangan daerah
Kerangka peraturan perundangan daerah mengatur
mengenai penegakan hukum dan struktur organisasi
yang efektif
Kerangka peraturan perundangan daerah mencakup
ketentuan-ketentuan untuk meningkatkan transparansi
dan partisipasi masyarakat
Adanya hubungan yang konsisten antara proses
perencanaan bottom-up yang partisipatif, perencanaan
pembangunan daerah, perencanaan sektoral dan APBD

Jumlah
Indikator
12

7
6

25
17

Anggaran berdasarkan kerangka jangka menengah

Target anggaran layak dan berdasarkan proses


penyusunan anggaran yang realistis
Anggaran memihak kelompok-miskin
Sistem pemantauan dan evaluasi partisipatif yang
komprehensif dalam proses perencanaan dan
penganggaran telah terbentuk
Pengendalian
Pengeluaran
Digunakan
Untuk
Memastikan Kinerja Anggaran

Kebijakan, prosedur, dan pengendalian untuk


mendorong pengelolaan kas yang efisien telah dibentuk
Penerimaan kas, pembayaran kas, serta surplus kas
temporer dikelola dan dikendalikan secara efisien
Terdapat
sistem
penagihan
dan
pemungutan
pendapatan daerah yang efisien
Peningkatan dan penanganan manajemen pendapatan
Kebijakan, prosedur, dan pengendalian untuk
mendorong effisiensi pengadaan barang dan jasa yang
kompetitif ditetapkan dan dilaksanakan
Suatu sistem penanganan pengaduan resmi beroperasi
Adanya kapasitas sdm dan kelembagaan yang memadai
untuk fungsi akuntansi dan keuangan
Sistem informasi akuntansi dan manajemen sudah
terintegrasi
Seluruh transaksi dan saldo keuangan pemerintah
daerah dicatat secara akurat dan tepat waktu
Terdapat laporan keuangan dan informasi manajemen
yang dapat diandalkan

8
9
4
53
10
11
17
6
44
47
3
50
7
3
9
8
27

47

Lampiran

Audit Internal

Bawasda terorganisir dan diberdayakan untuk beroperasi


dengan efektif
Standar dan prosedur audit internal yang diaplikasikan
dapat diterima
Temuan audit internal ditindaklanjuti segera

Hutang dan Investasi


Publik

Kebijakan, prosedur, serta pengendalian pinjaman dan


investasi daerah yang memperhitungkan risiko telah
ditetapkan dan dilaksanakan

Pengelolaan Aset

Terdapat prosedur dan mekanisme untuk memastikan


efektifitas tata kelola bumd
Ditetapkan dan dilaksanakannya kebijakan, prosedur,
dan pengendalian mengenai perolehan aset dan
pengelolaan aset tetap yang dimiliki secara efektif
Basis informasi pendukung pengelolaan aset ditetapkan
dan dipelihara
Pengelolaan aset dihubungkan dengan perencanaan dan
penganggaran (apbd)

Audit Eksternal dan


Pengawasan

Audit eksternal yang rutin menjamin


akuntabilitas pemerintah daerah
Audit eksternal yang rutin menjamin
akuntabilitas pemerintah daerah

5
11
2
18
8

8
10
3
8
1

efektifitas

22
4

efektifitas

9
256

48

Lampiran 2: Kerangka Pengukuran, Bidang, Hasil Dan Indikator


BIDANG 1: KERANGKA PERATURAN PERUNDANGAN DAERAH
TUJUAN STRATEGIS: TERSUSUNNYA PERANGKAT PENDUKUNG KERANGKA PERATURAN PERUNDANGAN DAERAH YANG MENDORONG PENGELOLAAN
KEUANGAN YANG EFEKTIF, KONSISTEN DENGAN KERANGKA HUKUM NASIONAL.
INDIKATOR

YA

TIDAK

HASIL NO. 1
ADANYA KERANGKA PERATURAN PERATURAN PERUNDANGAN DAERAH YANG
KOMPREHENSIF SEBAGAIMANA DIAMANATKAN OLEH KERANGKA HUKUM
NASIONAL MENGENAI PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH
1. Peraturan perundangan daerah mengenai penyusunan dokumen
perencanaan dan proses konsultasi publik telah disahkan

PEDOMAN
PASTIKAN BAHWA PERATURAN PERUNDANGAN DAERAH TELAH DISAHKAN
(KEPATUHAN TERHADAP KERANGKA PERATURAN PERUNDANGAN NASIONAL
AKAN DIUJI DI MASING-MASING BIDANG STRATEGIS TERKAIT).
Peraturan perundangan daerah dapat berupa: Perda, Surat Keputusan /
Peraturan Kepala Daerah

2. Peraturan perundangan daerah mengenai RPJMD telah disahkan

RPJMD (dalam undang-undang baru), Renstrada (dalam undang-undang lama)

3. Peraturan perundangan daerah mengenai pedoman RKA-SKPD (anggaran


sektoral) dan pelaksanaannya telah disahkan

Rencana Kerja dan Anggaran Satuan Kerja Pemerintah Daerah (RKA SKPD)

4. Peraturan perundangan daerah mengenai APBD dan/atau perubahan APBD


telah disahkan

Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, Anggaran Belanja Tambahan

5. Peraturan perundangan daerah mengenai LKPJ tahunan telah disahkan


6. Peraturan perundangan daerah mengenai pokok-pokok pengelolaan
keuangan daerah yang berisi pedoman untuk penyusunan, pelaksanaan,
pemantauan, pelaporan, pemeriksaan dan akuntabilitas anggaran telah
disahkan
7. Peraturan perundangan daerah mengenai dana cadangan telah disahkan
8. Peraturan perundangan daerah mengenai pengadaan barang dan jasa telah
disahkan
9. Peraturan perundangan daerah mengenai badan usaha milik daerah (BUMD)
telah disahkan
10.Peraturan perundangan daerah mengenai pajak daerah, bagi hasil pajak ke
desa, tarif pajak dan retribusi daerah telah disahkan

Laporan Keterangan Pertanggungjawaban - LKPJ


Periksa apakah peraturan perundangan sudah mencakup semua hal yang
disebutkan

11.Peraturan perundangan daerah mengenai obligasi daerah telah disahkan


12.Peraturan perundangan daerah mengenai penanaman modal swasta/publik
telah disahkan
SKOR HASIL 1

Pajak dan Retribusi

Lampiran

HASIL NO. 2
KERANGKA PERATURAN PERUNDANGAN DAERAH MENGATUR MENGENAI
PENEGAKAN HUKUM DAN STRUKTUR ORGANISASI YANG EFEKTIF

1. Peraturan perundangan daerah mengenai pengelolaan keuangan daerah


dilengkapi dengan juknis/juklak

Periksa juknis/juklak atau Surat Keputusan yang memberikan pedoman teknis

2. Peraturan perundangan daerah mengenai pengelolaan keuangan daerah


disosialisasikan secara intern tepat waktu dan komprehensif

Tepat waktu: dalam waktu 2 bulan setelah disahkan, atau jangka waktu lainnya
yang wajar.
Komprehensif: semua unit kerja terkait mengikuti sosialisasi
Apakah LPJ menyediakan informasi mengenai pelaksanaan peraturan daerah?

3. Tanggung jawab implementasi peraturan perundangan daerah secara eksplisit


ditetapkan dan ditegaskan dalam laporan pertanggungjawaban tahunan
Kepala Daerah/Walikota ke DPRD
4. Pemisahan yang jelas mengenai peran, tanggung jawab dan wewenang
pengelolaan keuangan bagi DPRD, Kepala Daerah dan pejabat pemerintah
daerah dalam peraturan perundangan daerah disertai dengan batasan
keuangan jika diperlukan
5. Diterapkannya struktur organisasi pengelola keuangan yang terpadu
(berbentuk BPKD)

Periksa apakah Perda tentang pengelolaan keuangan mengatur pemisahan


peran secara EKSPLISIT dll.
Format BPKD mencakup integrasi Bagian Keuangan, Dispenda, Kas Daerah dan
Akuntansi

6. Ada peraturan mengenai monitoring Kinerja pegawai berdasarkan indikatorindikator yang terukur

Terukur: Indikator kualitatif dan kuantitatif yang mencerminkan tingkat kinerja

7. Struktur insentif dan sanksi bagi pegawai di SK-kan

Tilik kembali peraturan perundangan daerah mengenai insentif / sanksi


SKOR HASIL 2

HASIL NO. 3
KERANGKA PERATURAN PERUNDANGAN DAERAH MENCAKUP KETENTUANKETENTUAN UNTUK MENINGKATKAN TRANSPARANSI DAN PARTISIPASI
MASYARAKAT
1. Prosedur bagi partisipasi masyarakat dalam proses perencanaan dari bawah
diakomodir dalam peraturan perundangan daerah
2. Proses penganggaran mencakup komponen partisipatif
3. Elemen-elemen partisipatif dalam proses penyusunan kebijakan telah
ditetapkan
4. Peraturan perundangan daerah mengenai konsultasi publik mencakup proses
konsultasi dalam perencanaan pembangunan, penganggaran, penetapan
kebijakan serta evaluasi terhadap kegiatan yang telah diimplementasikan

X
Terminologi lama: Musbangdes(tingkat desa), UDKP (tingkat kecamatan) dan
Rakorbang (tingkat kabupaten)
Terminologi baru: Musrenbang
Contoh komponen partisipatif dapat mencakup konsultasi dengan masyarakat
sipil, forum stakeholder dll.
Hal ini dapat mencakup konsultasi publik (public hearing) terhadap rancangan
peraturan perundangan daerah melalui lembaga-lembaga seperti forum
stakeholder
Periksa kelengkapan Perda mengenai proses konsultasi Untuk mengisi YA,
seluruh aktivitas yang terdaftar harus tercakup. Aktivitas juga dapat berupa iklan
di media lokal mengenai rancangan anggaran di mana masukan dan komentar
diterima

50

5. Peraturan perundangan daerah mengenai transparansi telah disahkan

Contoh untuk ini dapat berupa tersedianya dokumentasi mengenai perencanaan,


penganggaran, pengadaan barang dan jasa dll.

6. Masyarakat memiliki akses terhadap sidang-sidang DPRD mengenai APBD

Akses ini dapat bersifat secara fisik atau melalui radio, dll.

SKOR HASIL 3

TOTAL SKOR BIDANG 1

JUMLAH SKOR YANG DAPAT DIPEROLEH: 25

BIDANG 2: PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN


SASARAN: TERSUSUNNYA ANGGARAN MULTI-YEAR YANG TEPAT DAN SECARA JELAS DIHUBUNGKAN DENGAN PERENCANAAN DAERAH
INDIKATOR

YA

TIDAK

PEDOMAN

HASIL NO. 1
ADANYA HUBUNGAN YANG KONSISTEN ANTARA PROSES PERENCANAAN
BOTTOM-UP YANG PARTISIPATIF, PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH,
PERENCANAAN SEKTORAL DAN APBD
1. Proses - Musbangdes berdasarkan kebutuhan masyarakat
2. Hasil perencanaan dari bawah tidak mencakup usulan yang tidak wajar
(Daftar Belanja)
3. RPJMD merupakan dokumen yang realistis serta berisi strategi, program (dan
kegiatan) yang terkait dengan sasaran

4. Dokumen perencanaan sektoral berdasarkan RPJMD dan mencerminkan


prioritas pembangunan

Cek apakah dokumen tentang prioritas kebutuhan masyarakat tersedia.


Tidak realistis artinya lebih dari 3 usulan per desa
Apakah sasaran dapat dicapai melalui kegiatan dan program ini? Ataukah
kegiatan dan program sangat luas dan umum?
Cek dokumen perencanaannya:
Jangka menengah:
a. Renstrada (peraturan lama)
b. RPJMD (peraturan baru)
Bahasa Indonesia:
Jangka menengah:
Renstra dinas (peraturan lama)
Tahunan:

Tidak ada (peraturan lama)

Renja-SKPD (peraturan baru)


Apakah Standar Pelayanan Minimun dipertimbangkan?

5. Anggaran berdasarkan standar pelayanan minimum yang diterima,


sebagaimana ditetapkan dalam dokumen perencanaan
6. Dokumen perencanaan dan kegiatan-kegiatan dalam APBD menggunakan
struktur yang konsisten

Apakah konsistensinya jelas? Cek DASK badan-badan tertentu dan bandingkan


dengan dokumen perencanaannya

7. Kebijakan Umum APBD termasuk mencakup indikator sasaran yang terukur

AKU

Lampiran

8. Dalam anggaran satuan kerja terdapat indikator-indikator hasil yang terukur


yang mengarah pada program/strategi

Apakah outcome (hasil) yang disebutkan memang berkaitan dengan masingmasing program?
Cek DASK badan-badan tertentu dan bandingkan dengan dokumen
perencanaannya
Rencana pembangunan jangka menengah

RPJMD (peraturan baru)


Renstrada, Poldas, Propeda (peraturan lama)
Rencana pembangunan tahunan
Bahasa Indonesia:

RKPD (peraturan baru)

Repetada (peraturan lama)

9. Dokumen perencanaan pembangunan dilengkapi dengan proyeksi biaya dan


memperhatikan keterbatasan anggaran

10.Dokumen perencanaan mencakup juga aktivitas yang didanai non-APBD


(dana dekon dll).

Cek apakah dana dekonsentrasi terdokumentasi dan dimasukkan dalam


dokumen perencanaan dan anggaran

11.Dokumen perencanaan dan plafon anggaran didasarkan pada satu set


dokumen, yang berisi proyeksi pendapatan yang realistis

Cek dengan Bagian Keuangan apakah plafon anggaran memang ada dan apa
dasarnya

12.Plafon anggaran dalam RPJMD didasarkan pada proyeksi pendapatan yang


realistis.
13.Konsistensi antara dokumen perencanaan, APBD dan LKPJ terlihat nyata
14.Telaah keterkaitan antara dokumen perencanaan/anggaran/ laporan
pertanggungjawaban dilakukan dan sesuai dengan TUPOKSI

Kapankah plafon anggaran ditentukan? Cek dengan sektor yang terpilih


Nyata: konsistensi dalam format dan substansi dapat langsung terlihat jelas
Apakah Bappeda/sektor terkait melaksanakan telaah keterkaitan antar
dokumen?

15.Peraturan perundangan daerah mengatur dengan jelas pedoman kerja pokok


(juknis/juklak) bagi Tim Anggaran Eksekutif mengenai proses penganggaran

Cek dasar kerja Tim anggaran Eksekutif

16.DPRD telah diinformasikan mengenai program sektoral dan prioritas sektoral

Ini penting agar dapat menilai mutu rapat anggaran.


Apakah DPRD mengetahui mengenai program-program sektoral dan prioritas
sektor yang tidak diloloskan pada peraturan daerah?

17.DPRD juga membahas hasil sasaran pembangunan yang telah ditetapkan,


pada waktu Bupati/Walikota menyampaikan LKPJ
SKOR HASIL 1

Cek dengan legislatif/ekseku-tif apakah pembahasan berorientasikan hasil

HASIL NO. 2
ANGGARAN BERDASARKAN KERANGKA JANGKA MENENGAH
1. Kerangka pengeluaran jangka menengah (MTEF) diimplementasikan
2. Kerangka jangka menengah digunakan dalam perencanaan dan proyeksi
anggaran

X
Ditentukan oleh Undang Undang No. 17/2003, dasar untuk penganggaran multiyear
Apakah ada pertimbangan anggaran jangka menengah? Cek dengan Unit
Keuangan

52

3. LPJ akhir masa jabatan ke DPRD juga mempertanggungjawabkan rencana


dan realisasi pendapatan dan belanja
SKOR HASIL 2
HASIL NO. 3
TARGET ANGGARAN LAYAK DAN BERDASARKAN PROSES PENYUSUNAN
ANGGARAN YANG REALISTIS

LPJ 5 tahunan
0

1. APBD disahkan dalam batas waktu yang ditentukan dalam kalender anggaran
2. Proyeksi pendapatan bulanan dan triwulanan dicantumkan dalam anggaran
3. Terdapat strategi untuk meningkatkan pendapatan yang sesuai dengan
kerangka hukum nasional

Persetujuan paling lambat 31 Desember


Cek APBD
Apakah memang ada strategi bagaimana meningkatkan PAD?
Banyak pemerintah daerah memberlakukan pajak dan retribusi yang tidak
sejalan dengan hukum nasional. Perda mungkin sudah disetujui oleh Depdagri
atau Depkeu
Dana off-budget terutama dana dekonsentrasi

4. Perbedaan antara total anggaran belanja dengan realisasinya kurang dari


10%
5. Perbedaan antara total anggaran pendapatan dengan realisasinya kurang
dari 10%

Cek anggaran tahun 2003-2005, karena format anggaran baru telah


diperkenalkan untuk tahun anggaran 2003, menjadikan perbandingan dengan
data lama menjadi sulit

6. Rata-rata defisit anggaran selama 3 tahun terakhir kurang dari 5%


7. Peraturan yang mengatur penggunaan dana darurat cukup jelas
8. Penggunaan riil dana darurat dilaporkan secara detil
9. Peraturan cukup jelas untuk perubahan anggaran tahun berjalan
10.Otorisasi penggunaan dana diluar APBD diatur dengan jelas
11.Subsidi yang terkait dengan BUMD yang tercantum dalam anggaran
operasional Daerah
SKOR HASIL 3
HASIL NO.4
ANGGARAN MEMIHAK KELOMPOK-MISKIN
1. Kajian kemiskinan telah dilaksanakan menggunakan data kualitatif dan
kuantitatif. Rumah tangga, kelompok dan lokasi masyarakat miskin, rentan
dan masyarakat yang kurang memiliki akses terhadap pelayanan umum telah
diidentifikasi.
2. Metode dan pendekatan partisipatif digunakan untuk mengumpulkan data
dan masukan dari rumah tangga berpengha-silan rendah, kelompok dan
lokasi masyarakat miskin, rentan atau kurang memiliki akses terhadap
pelayanan umum.

Cek APBD dan konsultasikan dengan Bagian Keuangan


Apakah ada petunjuk mengenai dana kontinjensi? Cek dengan Bagian
Keuangan
Apakah ada pelaporan? Cek APBD, LPJ
Hanya mungkin dengan persetujuan DPRD setempat?
Siapa yang mengawasi dana di luar anggaran, terutama dana dekonsentrasi?
Cek dengan Bagian Keuangan
0

X
Landasan program penanggulan kemiskinan apabila ada. Cek juga informasi
dari program-program yang dilakukan oleh NGO

Lampiran

Berbagai sumber data kemiskinan di tingkat pemda (Dinas, BKKBM, Lembaga


Non Pemerintah dll) dan di tingkat nasional sudah ada (SUSENAS, PODES) dan
dihasilkan dengan rumusan yang berlainan.
Data apa yang digunakan?
Strategi pengurangan kemiskinan pemerintah daerah diperlukan oleh
pemerintah nasional akan tetapi pemerintah daerah mempunyai pendekatan
yang berlainan (Renstra miskin dll) deleted Renstra Miskin. Cek dengan teliti.

3. Data spesifik yang andal mengenai aspek multi-dimensi kemiskinan tersedia


dan tercermin dalam prioritas rencana pembangunan, terutama untuk sektorsektor seperti kesehatan dan pendidikan
4. Kebijakan yang memihak masyarakat miskin sudah ada dan tercermin dalam
Renstra SKPD dan RPJMD
5. Prioritas anggaran mencerminkan prioritas dan kebijakan yang memihak
masyarakat miskin

Cek dalam kebijakan anggaran (AKU) dan rencana tahunan

6. Belanja yang memihak masyarakat miskin dapat diidentifikasi dalam DASK


secara jelas

Cek apakah kegiatan dalam anggaran diperuntukkan sebagai pro-miskin. Cek


DASK

7. Belanja untuk pelayanan umum (publik) telah meningkat dalam tiga tahun
sebelumnya

Rasio antara belanja aparatur dan belanja publik telah meningkat dalam tiga
tahun terakhir. Belanja publik sebaiknya belanja publik langsung.

8. Pengeluaran yang dianggarkan untuk kesehatan, pendidikan dan


infrastruktur merupakan porsi yang terbesar dalam anggaran (secara agregat)

% keseluruhan pengeluaran per sektor secara agregat

9. Dana bagi hasil pendapatan ke desa yang memadai telah dibagikan

Berapa besarkan bagi hasil pendapatan untuk setiap desa? Memadai paling
sedikit Rp.10-20 juta tersedia untuk kegiatan pembangunan (tergantung pada
ukuran dan populasi desa)

SKOR HASIL 4

HASIL NO. 5
SISTEM PEMANTAUAN DAN EVALUASI PARTISIPATIF YANG KOMPREHENSIF
DALAM PROSES PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN TELAH TERBENTUK
1. Kegiatan yang direncanakan namun tidak masuk dalam anggaran diteliti
ulang dan disertakan pada waktu perubahan anggaran atau tahun anggaran
berikutnya
2. SKPD memegang catatan kegiatan-kegiatan yang direncanakan dan yang
terrealisasi, termasuk realisasi anggaran dibandingkan dengan anggaran
yang direncanakan
3. Indikator output dalam anggaran diukur setidaknya setiap enam bulan
4. LAKIP dan LPJ diverifikasi oleh Bawasda
5. Catatan mengenai kegiatan yang dianggarkan yang sebelumnya diputuskan
dalam proses perencanaan dari-bawah dibawa kembali dan diumumkan ke
desa dan kecamatan
6. Dokumen perencanaan dan penganggaran tersedia untuk umum dan mudah
diakses oleh umum

Apa yang terjadi dengan kegiatan yang telah direncanakan namun tidak masuk
dalam anggaran?

7. Laporan kemajuan anggaran triwulanan yang komprehensif dipersiapkan dan


diserahkan kepada Bupati/Walikota dan DPRD

Apakah memang ada laporan perkembangan anggaran?

Cek dengan sektor yang tertentu yang dipilih apakah mereka mengikuti
perkembangan pengeluaran
Verifikasi dengan Bagian Keuangan
Mintakan ke Bawasda rencana audit dan laporannya
Apakah ada evaluasi?
Diumumkan di mana?

54

8. Aturan daerah mengatur sistem pemantauan dan evaluasi perencanaan dan


penganggaran
9. Masyarakat dilibatkan dalam pemantauan dan evaluasi kegiatan yang
dilaksanakan dan partisipasi itu telah melembaga
SKOR HASIL 5
HASIL NO. 6
Pengendalian pengeluaran digunakan untuk memastikan kinerja anggaran
1.
2.
3.
4.

Konsultasi dengan Bappeda, Bagian Keuangan dan/atau Bagian Hukum


Cek keberadaan unsur-unsur partisipatif dalam M&E dan kelembagaaannya
0

X
Cek SKO dan SPMU, SPM dan SPP

Pemda menggunakan sistem SKO triwulanan


Unit Kerja menggunakan SKO-nya untuk pengajuan pengeluaran (SPP SPMU)
Pemda menggunakan kriteria kinerja untuk kegiatan unit kerja
Tak ada Unit Kerja yang melampaui anggaran dalam pengajuan revisi
anggaran
SKOR HASIL 6

TOTAL SKOR BIDANG 2

JUMLAH SKOR YANG DAPAT DICAPAI: 53

BIDANG 3: PENGELOLAAN KAS


SASARAN: PENERAPAN PRAKTIK-PRAKTIK MANAJEMEN KAS YANG EFEKTIF GUNA MEMASTIKAN PENGELOLAAN DANA YANG EFISIEN UNTUK PELAYANAN
INDIKATOR

YA

TIDAK

PEDOMAN

HASIL NO. 1
KEBIJAKAN, PROSEDUR, DAN PENGENDALIAN UNTUK MENDORONG
PENGELOLAAN KAS YANG EFISIEN TELAH DIBENTUK
1. Ada pedoman tertulis mengenai kebijakan dan prosedur pengelolaan kas

Kebijakan pengelolaan kas sudah ada; yaitu mengharuskan penerimaan langsung


disetor ke bank secara tepat waktu, melakukan pembayaran saat jatuh tempo,
serta menyediakan perkiraan arus kas yang akurat.

2. Peraturan daerah mengatur secara jelas tugas pengelolaan kas kepada


pejabat tertentu

Periksa apakah pengaturan institusi pada bagian 2 sampai 4 telah ditetapkan


dalam peraturan daerah.

3. Terdapat pendelegasian kewenangan untuk menyetujui pembayaran kas

Terakomodasikah dalam peraturan daerah?

4. Ditetapkan prosedur otorisasi penandatanganan rekening bank.

Terakomodasikah dalam peraturan daerah?

5. Ditetapkan prosedur membuka rekening bank

Terakomodasikah dalam peraturan daerah?

6. Ditetapkan prosedur penggunaan uang yang ada dalam rekening bank

Terakomodasikah dalam peraturan daerah?

7. Ditetapkan prosedur pembayaran kepada supplier barang dan jasa

Terakomodasikah dalam peraturan daerah?

Lampiran

8. Peraturan perundangan daerah mengenai pengelolaan kas sejalan dengan


kerangka kebijakan nasional

Periksa apakah Perda konsisten dengan UU 1/2004

9. Pelatihan reguler dengan materi yang relevan untuk staf pengelolaan kas
dilakukan

Reguler paling tidak setahun sekali, sumber informasi SK yang menyatakan staf
untuk mengikuti pelatihan
Relevan: pelatihan mengenai peraturan perundangan yang baru

10.Bawasda/inspektorat melaksanakan pemeriksaan kepatuhan tahunan


terhadap pengelolaan kas
HASIL SKOR 1

Apakah ada laporan? Cek dengan Bawasda


0

HASIL NO. 2
PENERIMAAN KAS, PEMBAYARAN KAS, SERTA SURPLUS KAS TEMPORER
DIKELOLA DAN DIKENDALIKAN SECARA EFISIEN
1. Seluruh penerimaan disetorkan ke dalam suatu rekening bank tunggal, atau
sebagai alternatif, penerimaan dikumpulkan di Perbendaharaan

Periksa dengan Kas Daerah

2. Seluruh penerimaan kas disetorkan ke bank pada hari penerimaan

Cek dengan staf Kas Daerah dan minta buktinya

3. Rekonsiliasi harian terhadap penerimaan kas dan penyetoran kas

Mintalah lembar rekonsiliasinya

4. Dasar penilaian pendapatan daerah ditetapkan oleh Dinas pendapatan (hal ini
tidak berlaku untuk pajak penerangan jalan)
5. Seluruh pembayaran melebihi 5 juta rupiah pada umumnya dilakukan melalui
transfer bank
6. Pembayaran kepada kontraktor dilakukan sesuai dengan syarat dan kondisi
kontrak
7. Catatan pembayaran dan penerimaan di bagian perbendaharaan telah
terkomputerisasi

Cek dengan dinas pendapatan atau BPKD

8. Prakiraan arus kas dilakukan untuk periode tertentu dan selisih yang ada
dianalisa
9. Rekonsiliasi rutin atas rekening koran bank, deposito jangka pendek, piutang,
serta hutang dengan saldo pada buku besar/buku pembantu

Periksa sesering apakah perkiraan arus kas dibuat

Cek apakah karakteristik pengelolaan hutang yang baik berikut ini telah
dilaksanakan
Cek apakah kontrak mengatur cara pembayaran
Apakah sudah menggunakan perangkat lunak, ataukah dilakukan secara
manual?

Periksa waktu rekonsiliasi

10.Surplus kas secara rutin diidentifikasi dan ditempatkan dalam investasi


jangka pendek sesuai dengan kebijakan yang telah ditetapkan

Apakah ada tindakan terhadap surplus kas? Depositokan ke bank? Periksa


apakah terdapat kebijakan mengenai hal ini

11.Laporan rutin mengenai saldo kas disediakan ke Kepala Daerah, bendahara


umum daerah, serta kepala bagian keuangan.

Apakah Kepala Daerah mendapatlam informasi mengenai saldo kas? Mintalah


laporannya.

HASIL SKOR 2

56

HASIL NO. 3
TERDAPAT SISTEM PENAGIHAN DAN PEMUNGUTAN PENDAPATAN DAERAH YANG
EFISIEN
1. Kebijakan mengenai pungutan dan pajak daerah ditetapkan dalam peraturan
daerah
2. Pengaturan terinci tata administrasi pajak dan retribusi ditetapkan dalam
bentuk manual pendapatan

X
Periksa isi Perda mengenai pajak dan retribusi
Apakah terdapat manual pendapatan? Cek ke Dispenda atau BPKD

3. Peraturan mengenai pengelolaan pendapatan daerah konsisten dengan


kerangka kebijakan nasional

Apakah Perda untuk pajak dan retribusi disetujui oleh MoHA dan MoF

4. Rincian informasi pendukung penagihan untuk setiap pembayar pajak


tersedia

Rincian mengenai nama, alamat, nomor referensi, dan jumlah yang ditagih untuk
tiap pembayar pajak daerah dicatat

5. Dasar penetapan pajak pendapatan daerah (SKPD) diverifikasi setiap tahun

Periksa dengan Dispenda atau BPKD apakah verifikasi tahunan dilakukan

6. Surat pemberitahuan yang akurat dihasilkan secara periodik dan diserahkan


pada pembayar pajak tepat pada waktunya

Minta salinan pemberitahuan kepada Dispenda atau BPKD

7. Surat pemberitahuan pajak daerah diverifikasi sebelum diserahkan pada


pembayar pajak
8. Sistem pencatatan penerimaan yang baik digunakan untuk mencegah
kecurangan dan memastikan adanya kejelasan apabila terdapat selisih

Verifikasi dengan petugas yang bertanggungjawab

9. Pembayaran dari customers dipungut tepat waktu

Tepat pada waktunya: paling lambat dalam waktu satu minggu setelah tanggal
jatuh tempo, verifikasikan dengan staf Dispenda, BPKD, dan mintalah
dokumentasinya
Verifikasi pada Dispenda atau BPKD

Terkomputerisasi dan komprehensif? Mudah dicurangi? Periksa penerimaan dan


lihat catatan di Dispenda atau BPKD

10.Sistem penagihan dan pemungutan terintegrasi


11. Informasi manajerial mengenai debitur pajak yang masih berhutang dapat
disiapkan tepat waktu
12. Penalti dikenakan pada pembayaran pajak dan retribusi yang terlambat

Tepat waktu: segera dan setiap waktu, Verifikasi pada Dispenda atau BPKD

13. Sanksi yang tegas diberlakukan untuk debitur yang masih berhutang

Apakah terdapat penalti atau prosedur lain yang biasa dikenakan? Verifikasikan
dengan Dispenda atau BPKD

14. Tersedia layanan untuk menanggapi pertanyaan para pembayar pajak

Verifikasikan pada Dispenda atau BPKD

15. Rekonsiliasi bulanan dilakukan oleh petugas bagian akuntansi terhadap


jumlah setoran bank dan pungutan pendapatan

Verifikasikan pada Dispenda atau BPKD

16. Pelatihan yang tepat diberikan kepada staf dinas pendapatan

Tepat: pelatihan komputer, revisi peraturan?

17. Bawasda setiap tahun mengkaji ulang prosedur administrasi pendapatan

Periksa dengan Bawasda dan mintalah laporan

HASIL SKOR 3

Verifikasikan pada Dispenda atau BPKD

Lampiran

HASIL NO. 4
Peningkatan dan penanganan manajemen pendapatan

1. Prosentase PAD terhadap total APBD melampaui 10%

Verifikasikan pada Dispenda atau BPKD

2. Pemda telah menganalisis basis pajaknya untuk perhitungan kapasitas


pendapatan yang lebih rasional untuk tiap jenis pendapatan

Verifikasikan pada Dispenda atau BPKD

3. Efisiensi pajak telah meningkat melalui pelatihan atau pelatihan kembali


stafnya untuk meningkatkan kinerja pendapatan

Verifikasikan pada Dispenda atau BPKD

4. Prosedur administrasi perpajakan telah disederhanakan

Verifikasikan pada Dispenda atau BPKD

5. Telah ada perencanaan dan koordinasi pendapatan dengan Bappeda dengan


tujuan untuk sumber pendapatan baru yang potensial

Verifikasikan pada Dispenda atau BPKD

6. Pemda memahami biaya pemungutan untuk tiap jenis pendapatan

Verifikasikan pada Dispenda atau BPKD

HASIL SKOR 4

TOTAL SKOR BIDANG 3

TOTAL SKOR YANG DAPAT TERCAPAI: 44

BIDANG 4: PENGADAAN BARANG DAN JASA


TUJUAN STRATEGIS: MENINGKATKAN EFISIENSI DALAM KEGIATAN PENGADAAN BARANG DAN JASA DAERAH YANG MENGHASILKAN PENINGKATAN
KOMPETISI, MENYEDIAKAN PENINGKATAN NILAI UANG (PENGHEMATAN) BELANJA DAERAH, MENCIPTAKAN TRANSPARANSI YANG LEBIH BAIK, SERTA
MENGHASILKAN AKUNTABILITAS YANG LEBIH BAIK.
INDIKATOR

YA

TIDAK

KEBIJAKAN, PROSEDUR, DAN PENGENDALIAN UNTUK MENDORONG EFFISIENSI


PENGADAAN BARANG DAN JASA YANG KOMPETITIF DITETAPKAN DAN
DILAKSANAKAN

PEDOMAN

HASIL NO. 1

1. Penerapan peraturan daerah mengenai pengadaan barang dan jasa sesuai


dengan Keputusan Presiden 80/2003; Keputusan Presiden 61/2004 dan
tidak terdapat peraturan mengenai pengadaan barang dan jasa yang
bertentangan
2. Peraturan daerah telah menetapkan tugas dan tanggung jawab spesifik
kepada panitia pengadaan untuk melaksanakan pengadaan barang dan jasa
serta untuk pelaksanaan tanggung jawab keseluruhan atas pengadaan

Periksa dasar hukum untuk Perda pengadaan

3. Anggota DPRD tidak intervensi dalam panitia pengadaan dalam bentuk


apapun

Periksa apakah Fakta Integritas melarang anggota DPRD berpartisipasi dalam


panitia pengadaan

Periksa Perda pengadaan

58

4. Jumlah anggota panitia pengadaan minimal sesuai dengan yang


dipersyaratkan dalam peraturan daerah mengenai pengadaan barang dan
jasa, dan anggotanya telah disertifikasi
5. Anggota panitia pengadaan dipilih dengan menggunakan proses yang
disebutkan dalam peraturan daerah

Periksa apakah panitia pengadaan beroperasi dengan efektif

6. Pedoman pengadaan barang/jasa daerah yang memberikan petunjuk semua


bentuk pengadaan barang/jasa, mekanisme, prosedur dan proses
pengadaan telah dipersiapkan
7. Kontrak hanya dapat ditandatangani setelah usulan belanja masuk dalam
anggaran yang telah disetujui

Periksa apakah terdapat manual pengadaan dan mengatur mengenai semua hal
ini.

8. Seluruh satuan kerja yang membeli barang dan jasa eksternal membuat
perencaan pengadaan tahunan untuk kegiatan yang disetujui anggarannya.

Periksa lingkup perencanaan pengadaan

9. Harga perkiraan untuk seluruh rencana pengadaan barang dan jasa


dipersiapkan, dan direvisi setiap tahunnya

Periksa dengan Dinas PU untuk praktik ini

10.Minimal 75% dari total nilai pengadaan barang dan jasa dilakukan melalui
lelang terbuka
11.Panitia pengadaan menyampaikan informasi kepada masyarakat
12.Hukum dan penghargaan diterapkan kepada anggota panitia

Periksakan bahwa kebanyakan pengadaan dilaksanakan dengan tender publik

Apakah Perda mengatur keanggotaan panitia?

Pengadaan dihubungkan dengan anggaran yang disetujui dan pendanaan yang


tersedia

Cek bagaimana panitia menyampaikan informasi kepada masyarakat pengguna


Cek bagaimana panitia menerima penghargaan dan bagaimana hukuman
diterapkan

13.Apabila lelang terbuka tidak digunakan untuk pengadaan, maka harus


mengikuti persyaratan dalam Keputusan Presiden 80/2003 dan Keputusan
Presiden 61/2004.
14. Format dokumen pemasukan penawaran dan kriteria evaluasi ditentukan
dalam dokumen lelang

Periksa apakah Perda pengadaan mengatur permasalahan ini

15. Sesi penjelasan (briefing) selalu diadakan untuk seluruh pelelangan


terbuka dan ada bukti daftar hadir

Praktik untuk hal ini harus dicek dengan Dinas PU atau badan lainnya yang sering
terlibat dalam pengadaan. Periksa dengan BPKD atau Bagian Keuangan.

16. Seluruh dokumen tender dijaga kerahasiaannya dalam suatu tempat yang
aman sebelum dilakukan pembukaan penawaran

Praktik untuk hal ini harus dicek dengan Dinas PU atau badan lainnya yang sering
terlibat dalam pengadaan. Periksa dengan BPKD atau Bagian Keuangan.

17. Kontrak yang tidak diberikan kepada penawar terendah harus mematuhi
aturan pengadaan barang dan jasa

Praktik untuk hal ini harus dicek dengan Dinas PU atau badan lainnya yang sering
terlibat dalam pengadaan. Periksa dengan BPKD atau Bagian Keuangan.

18. Kinerja kontraktor diawasi dan dilaporkan kepada panitia pengadaan untuk
referensi di masa datang

Praktik untuk hal ini harus dicek dengan Dinas PU atau badan lainnya yang sering
terlibat dalam pengadaan. Periksa dengan BPKD atau Bagian Keuangan.

19. Catatan tertulis seluruh komunikasi dengan rekanan yang meminta


klarifikasi selama proses tender disimpan

Praktik untuk hal ini harus dicek dengan Dinas PU atau badan lainnya yang sering
terlibat dalam pengadaan. Periksa dengan BPKD atau Bagian Keuangan.

20. Catatan tentang seluruh keputusan pengadaan dipelihara untuk membantu


audit pengadaan barang dan jasa

Apakah pernah dilakukan audit pengadaan?

Praktik untuk hal ini harus dicek dengan Dinas PU atau badan lainnya yang sering
terlibat dalam pengadaan. Periksa dengan BPKD atau Bagian Keuangan.

Lampiran

21. Penyusunan dokumen pengadaan

Cek spesifikasi, kriteria evaluasi dan apakah dokumen tersebut didiskusikan


dengan penggunanya

22. Rincian informasi yang disediakan dalam proses penjelasan pada bidder
yang gagal dicatat dan disimpan dalam file.

Praktik untuk hal ini harus dicek dengan Dinas PU atau badan lainnya yang sering
terlibat dalam pengadaan. Periksa dengan BPKD atau Bagian Keuangan.

23. Setidaknya terdapat enam laporan bulanan yang merangkum kegiatan


pengadaan dilaporkan kepada Wali Kota/Bupati

Periksa apakah laporan pengadaan ini dibuat

24. Semua aktivitas pengadaan diaudit oleh Bawasda, serta hasil audit
dimasukkan dalam laporan audit rutin.
25. Tidak ada permasalahan serius mengenai pengadaan barang dan jasa
dalam laporan Bawasda pada tahun sebelumnya.

Periksa dengan Bawasda dan mintalah laporan


Mintalah akses pada laporan. Kasus Korupsi, Kolusi, Nepotisme atau praktik
pelanggaran hukum lainnya?

26. Seluruh laporan Bawasda dan laporan pengendalian internal mengenai


pengadaan ditindaklanjuti dan diselesaikan

Periksa laporan dan dokumentasi tindak lanjut

27. Peraturan daerah menetapkan sanksi tertentu jika panitia pengadaan tidak
mengikuti kebijakan pengadaan

Konfirmasikan apakah sanksi diterapkan

28. Peraturan yang mensyaratkan anggota panita pengadaan dan petugas


pengadaan tidak memiliki hubungan kekeluargaan dengan para pejabat
yang menunjuk mereka diberlakukan
29. Pedoman diberikan kepada petugas untuk meminimalisir konflik
kepentingan

Apakah ada peraturan tertulis mengenai hal ini? Periksa Perda pengadaan, kode
etik, dll

30. Tender yang tidak memenuhi peraturan dan tender yang berhubungan
dengan tindakan penyimpangan ditolak

Periksa sampel transaksi pengadaan untuk mengkonfirmasikan apakah ada


tindakan yang diambil terhadap tender yang menyimpang?

Apakah para petugas menyadari adanya konflik kepentingan?

31. Tender yang diajukan oleh penyedia barang dan jasa yang masuk daftarhitam ditolak
32. Tindakan diambil atas rekanan yang tebukti bersalah atas praktik kolusi
setelah kontrak dibuat

Contohnya mungkin berupa laporan audit Bawasda, dan catatan keluhan publik

33. Proposal jaminan keuangan kontrak diungkapkan dalam dokumen tender

Verifikasikan dengan staf Dinas PU atau badan lainnya

34. UU 5/1999 mengenai monopoli dan kompetisi yang tidak sehat

Cek keberadaan KPPU (Komisi pengawas persaingan usaha), dimana masyarakat


dapat menyampaikan informasinya

35. Proposal proses pemberian kontrak diungkapkan dalam dokumen tender.

Verifikasikan dengan staf dari Dinas PU atau badan lainnya

36. Hasil pra-kualifikasi dipublikasikan di media setempat dan pada papan


pengumuman resmi.

Apakah terdapat papan pengumuman resmi? Periksa kliping media setempat

37. Tender publik dibuka untuk umum.

Verifikasikan dengan staf dari Dinas PU atau badan lainnya

38. Pengumuman mengenai pengadaan barang dan jasa dilakukan di media


setempat dan pada papan pengumuman resmi.

Apakah terdapat papan pengumuman resmi? Periksa kliping media setempat

60

39. Penjelasan diberikan kepada bidder yang gagal dalam tender publik dan
daftar hadir disimpan.

Verifikasikan dengan staf dari Dinas PU atau badan lainnya

40. Asset tak bergerak dijual pronsipnya berbasis pada penawaran kompetitif
atau penawaran khusus

Pelaksanaan masalah ini perlu dicek dengan PU atau Dinas lain yang terlibat
langsung dalam kegiatan pengadaan. Cek ke BPKD atau Bagian Keuangan

41. Proposal biaya disclosed dalam dokumen penawaran

Verifikasi dengan staf PU atau Dinas lainnya

42. Proses pengajuan penawaran kontrak disclosed dalam dokumen


penawaran
43. Petunjuk dan kriteria pra kualifikasi telah disosialisasikan

Verifikasi dengan staf PU atau Dinas lainnya

44. Hasil pra kualifikasi jelas

Periksa keberatan formal atau jawaban pertanyaan oleh panitia and periksa
bahwa panitia mempunyai "daftar hitam perusahaan"

45. Prosedur untuk evaluasi usulan (teknis dan biaya) jelas dan terbuka

Cek prosedur evaluasi usulan, cek siapa yang menerima dokumen usulan,
dimana dokumen dibuka, adakah masyarakat atau pihak terkait terlibat, dan
adakah laporan kemajuan disampaikan

46. Staf pengadaan bersertifikat atau kompeten untuk melaksanakan


tugasnya

Verifikasi dengan staf dari Sekda atau perwakilan individu

47. Adanya proses penyelesaian proyek

Cek apakah jaminan pemeliharaan efektif, apakah masyarakat puas


HASIL SKOR 1

HASIL NO. 2
SUATU SISTEM PENANGANAN PENGADUAN RESMI BEROPERASI

Cek auditor internal (BAWASDA) dan eksternal (BPK), kontraktor dan masyarakat

1. Proses dan prosedur pengaduan resmi diatur dalam peraturan daerah

Periksa apakah peraturan daerah mengenai pengadaan barang dan jasa


mengatur prosedur pengaduan

2. Pengaduan resmi dicatat (diregister)

Periksa apakah peraturan daerah mengenai pengadaan barang dan jasa


mengatur prosedur pengaduan

3. Pengaduan resmi diproses sesuai dengan prosedur yang ditetapkan pada


peraturan daerah

Periksa apakah peraturan daerah mengenai pengadaan barang dan jasa


mengatur prosedur pengaduan

HASIL SKOR 2

TOTAL SKOR BIDANG 4

TOTAL SKOR YANG DAPAT TERCAPAI: 50

Lampiran

BIDANG 5: AKUNTANSI DAN PELAPORAN


TUJUAN STRATEGIS: DITETAPKANNYA SISTEM AKUNTANSI YANG MENJAMIN TERLAKSANYA AKUNTANSI YANG TEPAT ATAS SELURUH TRANSAKSI
KEUANGAN DAN MENGHASILKAN LAPORAN KEUANGAN EKSTERNAL DAN INTERNAL YANG DAPAT DIANDALKAN, WAJAR, DAN TEPAT WAKTU.
INDIKATOR

YA

TIDAK

HASIL NO. 1
ADANYA KAPASITAS SDM DAN KELEMBAGAAN YANG MEMADAI UNTUK FUNGSI
AKUNTANSI DAN KEUANGAN

PEDOMAN
Indikator 1-3 hanya berlaku untuk pemerintah daerah yang telah
mengimplementasikan BPKD. Yang lain secara otomatis memiliki nilai 0.

1. Badan Pengelolaan Keuangan Daerah (BPKD) sudah ada, berfungsi dan


memiliki staf berkualitas dalam jumlah yang cukup.

Ada: Bangunan
Fungsi: kapasitas institusional
Staf berkualifikasi: Akuntan sebagai staf?
Cek komprehensivitas dasar hukum BPKD Kantor yang tersedia? Staf yang
ditugaskan?

2. Diterapkannya struktur organisasi pengelolaan keuangan daerah yang


terintegrasi (format BPKD)

Format BPKD merupakan integrasi dari Bagian Keuangan, Dispenda, Kas


Daerah, dan Akuntansi.

3. BPKD memiliki uraian peran dan fungsi yang jelas


4. Terdapat pedoman mengenai prosedur dan proses akuntansi
5. Masing-masing kepala bagian dalam BPKD adalah sarjana akuntansi atau
manajemen keuangan

Perda atau SK untuk BPKD? Peraturan teknis?


Periksa dengan Kepala BPKD
Periksa dengan Kepala BPKD

6. Paling tidak 10 persen dari staf BPKD merupakan lulusan D3 akuntansi atau
lebih tinggi
7. BPKD memiliki komputer yang cukup untuk melaksanakan tugasnya

Periksa dengan Kepala BPKD

HASIL SKOR 1
HASIL NO. 2
SISTEM INFORMASI AKUNTANSI DAN MANAJEMEN sudah TERINTEGRASI

Perangkat lunak dan perangkat keras cukup?


0

1. Laporan informasi manajemen dan akuntansi dihasilkan dari sistem yang


sama

Cek apakah sistem informasi keuangan yang terintegrasi mencakup kegiatan


berikut ini (penganggaran, perbendaharaan, pendapatan, kas, investasi, aset
tetap, hutang, akuntansi dan pelaporan)

2. Laporan akuntansi dan manajerial dihasilkan dari sistem informasi


manajemen keuangan yang terintegrasi

Laporan dapat dihasilkan sesuai dengan kebutuhan pengguna atau definisi


pengguna. Laporan eksternal dan kinerja dapat dihasilkan setiap triwulan,
semester, atau tahun.

3. Laporan manajemen dan laporan ad hoc dihasilkan secara rutin

Periksa apakah terdapat proses untuk memastikan bahwa laporan keuangan


dikaji dan tindakan diambil bila dibutuhkan; biasanya laporan keuangan hanya
didokumentasikan.
HASIL SKOR 2

62

HASIL NO. 3
SELURUH TRANSAKSI DAN SALDO KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH DICATAT
SECARA AKURAT DAN TEPAT WAKTU

1. Terdapat dokumen pendukung kepemilikan aset

Periksa

Dokumen deposit bank

Dokumen investasi

Dokumen kepemilikan tanah, bangunan, dan kendaraan bermotor


Periksa dengan BPKD untuk keberadaannya

2. Terdapat dokumen perjanjian pinjaman ke bank dan ke pemerintah, dan


hibah
3. Aset dan kewajiban diuji dan dinilai untuk memperoleh dasar penetapan saldo
awal pada neraca

Periksa inventorisasi untuk

Kas, tanah, bangunan, investasi, prasarana, mesin dan penilaiannya


Periksa inventorisasi pinjaman dari bank dan pemerintah pusat
Priksa praktik ini dengan staf BPKD

4. Dilaksanakan sistim berpasangan (double entry) dan neraca saldo telah


seimbang
5. Neraca awal telah dibuat
6. Jurnal penerimaan kas telah dibuat
7. Jurnal pengeluaran kas telah dibuat
8. Jurnal Umum telah dibuat
9. Rekonsiliasi secara periodik antara catatan akuntansi dengan catatan bank.
Catatan pihak eksternal yang membutuhkan konfirmasi atau rekonsiliasi
adalah investasi, deposito, piutang, dan hutang.
HASIL SKOR 3
HASIL NO. 4
TERDAPAT LAPORAN KEUANGAN DAN INFORMASI MANAJEMEN YANG DAPAT
DIANDALKAN
1. Belanja diklasifikasikan berdasarkan organisasi, fungsi, dan jenis belanja/
ekonomi.
2. Laporan intern manajemen keuangan dikaji secara rutin oleh Walikota/Bupati
dan diambil inisiatif perbaikan apabila dibutuhkan.

Periksa praktik ini dengan staf BPKD


Periksa praktik ini dengan staf BPKD
Periksa praktik ini dengan staf BPKD
Perbedaan normal:
Kurang dari 5% dari saldo yang dilaporkan
0

X
Periksa APBD secara acak
Periksa:
Laporan internal menyajikan angka anggaran dan realisasi, serta
selisihnya
Laporan internal diserahkan kepada manajer atu pengambil keputusan
secara periodik dan tepat waktu
Manajer mengkaji ulang laporan internal dan membuat keputusan
berdasarkan laporan internal

3. Laporan mengenai perbandingan target dan realisasi masukan, keluaran,


hasil, dibuat secara rutin dan tepat waktu.

Rutin: paling tidak setiap 6 bulan


Tepat Waktu: dalam 1 bulan setelah periode berakhir

Lampiran

4.
5.
6.
7.
8.

Periksa praktik ini dengan staf BPKD


Harus dipersiapkan paling tidak setiap 6 bulan
Harus dipersiapkan paling tidak setiap 6 bulan
Harus dipersiapkan paling tidak setiap 6 bulan
Harus dipersiapkan paling tidak setiap 6 bulan
Pemerintah daerah menyerahkan laporan tahunan kepada BPK dalam waktu 4
bulan setelah akhir tahun fiskal

Neraca disajikan
Laporan realisasi anggaran atau laporan perhitungan APBD disajikan
Laporan arus kas disajikan
Catatan atas laporan keuangan/nota perhitungan APBD disajikan
Laporan keuangan diserahkan tepat pada waktu untuk pemeriksaan (audit)
HASIL SKOR 4

TOTAL SKOR BIDANG 5

0
0

TOTAL SKOR YANG DAPAT TERCAPAI: 27

BIDANG 6: PENGAWASAN INTERN


TUJUAN STRATEGIS: Ditetapkan dan terpeliharanya fungsi internal audit yang efektif dan efisien
INDIKATOR

YA

TIDAK

HASIL NO. 1
BAWASDA TERORGANISIR DAN DIBERDAYAKAN UNTUK BEROPERASI DENGAN
EFEKTIF

PEDOMAN
Sebagian besar indikator berikut ini ditanyakan kepada Bawasda

1. Peran dan tanggung jawab seluruh pegawai Bawasda ditetapkan secara jelas
dalam peraturan daerah

Periksa apakah ada Perda mengenai audit internal, dan apakah Perda terasebut
mengatur mengenai hal ini

2. Bawasda memiliki otoritas yang diperlukan untuk melaksanakan kegiatannya

Periksa apakah auditor internal diotorisasi untuk mendapatkan akses penuh,


bebas dan tak terbatas pada seluruh fungsi, aset, personel, akun, berkas, dan
dokumen lainnya.

3. Bawasda memiliki staf yang berkualifikasi dalam jumlah yang cukup, termasuk
staf yang mempunyai latar belakang akunting yang bersertifikasi

Periksa dengan staf Bawasda apakah terdapat staf yang berasal dari BPKD?
Tanyakan sertifikasi audit.

4. Pelatihan rutin yang relevan dilakukan


5. Bawasda memiliki sumber daya pendukung operasional yang cukup

Periksa dengan staf Bawasda. Apakah ada perencanaan pelatihan?


Mobil, komputer, dll.

HASIL SKOR 1

HASIL NO. 2
STANDAR DAN PROSEDUR AUDIT INTERNAL YANG DIAPLIKASIKAN DAPAT
DITERIMA
1. Audit internal dilaksanakan sesuai dengan Rencana Kegiatan Pemerikasaan
2. Bawasda mengaudit seluruh kegiatan pemerintah daerah

Minta rencana audit dari staf Bawasda


Apakah SKPD diaudit Bawasda?

64

3. Bawasda secara reguler menguji sistem pengendalian intern seluruh


operasional akuntansi penting yang mempengaruhi laporan keuangan

Periksa dengan staf Bawasda, apakah audit juga memeriksa mengenai


permasalahan akuntansi

4. Terdapat program audit internal untuk seluruh jenis aset dan kewajiban
pemerintah serta seluruh aktivitas pemerintah

Periksa dengan staf Bawasda

5. Standar audit internal didokumentasikan dalam manual audit internal


6. Program audit secara reguler dikaji ulang dan direvisi
7. Auditor internal memelihara independensinya

Periksa apakah terdapat manual


Verifikasikan dengan staf Bawasda
Periksa apakah staf Bawasda memiliki hubungan keluarga dengan Pamong
Praja/Bupati, sekretaris daerah, dan kepala dinas.

8. Laporan audit internal mensyaratkan dicantumkannya temuan atas


pelanggaran prosedur, kelemahan dalam pengendalian internal,
ketidakefisienan, ketidak ekonomis, ketidakefektifan dan kecurangan, dan
membuat rekomendasi untuk perbaikan

Periksa laporan audit secara acak

9. Laporan audit internal menyatakan ruang lingkup pemeriksaan sebelum


pendapat/ kesimpulan

Termasuk apa yang diaudit, prosedur yang dijalani, jangka waktu aktivitas yang
tercakup, jangka waktu penugasan, penjelasan atau kualifikasi bila ada,
prosedur dan pengujian yang tidak dapat dijalankan, pembatasan lingkup,
kepatuhan terhadap peraturan yang dapat diterapkan
Periksa dengan kepala daerah
Sudahkah BPK mengaudit laporan ini? Periksa laporan BPK apabila
memungkinkan

10.Laporan audit internal dikirimkan kepada Walikota/Bupati


11.Laporan audit internal tersedia untuk auditor eksternal
HASIL SKOR 2
HASIL NO. 3
TEMUAN AUDIT INTERNAL DITINDAKLANJUTI SEGERA

1. Laporan internal audit ditujukan kepada pihak yang bertanggung jawab


langsung atas operasi tersebut

Periksa laporan audit secara acak

2. Sanksi telah diterapkan oleh walikota/bupati setelah diterimanya temuan


penyimpangan audit internal

Periksa dokumen di Bawasda

HASIL SKOR 3

TOTAL SKOR BIDANG 6

TOTAL SKOR YANG DAPAT TERCAPAI: 18

Lampiran

BIDANG 7: HUTANG DAN INVESTASI PUBLIK


TUJUAN STRATEGIS: DITETAPKANNYA PENGELOLAAN YANG HATI-HATI ATAS PINJAMAN DAERAH, INVESTASI DAERAH, SERTA KEPEMILIKAN DALAM
BUMD.
INDIKATOR

YA

TIDAK

KEBIJAKAN, PROSEDUR, SERTA PENGENDALIAN PINJAMAN DAN INVESTASI


DAERAH YANG MEMPERHITUNGKAN RISIKO TELAH DITETAPKAN DAN
DILAKSANAKAN
1. Kebijakan pengelolaan pinjaman daerah dan investasi, yang konsisten dengan
kerangka kerja kebijakan nasional, dilaksanakan

PEDOMAN

HASIL NO. 1

Cek ada atau tidaknya kebijakan tersebut dan pelaksanaan dengan staf BPKD

2. Akuntabilitas ditingkatkan dengan menetapkan; peran dan wewenang anggota


DPRD dan pejabat pemerintahan, prosedur dan proses kegiatan pengelolaan
pinjaman dan investasi termasuk pendelegasikan wewenang untuk kegiatan
pengelolaan pinjaman dan investasi
3. Usulan transaksi pinjaman dan investasi jangka panjang ke BUMD
diungkapkan dalam APBD

Apakah Perda mengenai Pengelolaan Keuangan mengatur peran dan tanggung


jawab dalam bidang pinjaman dan investasi? Atau apakah ada Perda yang
terpisah?

4. Terdapat kebijakan yang menetapkan untuk tujuan apa pinjaman dan


penjaminan dapat dilakukan

Periksa kebijakan. Pedoman PP 107 tahun 2000

5. Terdapat pengendalian tertentu yang membatasi jumlah total pinjaman


eksternal yang dapat dilakukan

Bagaimana kebijakan mengenai pinjaman eksternal? Apakah ada pengendalian?

6. Terdapat kebijakan investasi yang menetapkan tujuan yang terkait dengan


portofolio investasi dan investasi jangka panjang pada BUMD

Periksa dengan staf BPKD

7. DPRD harus memberikan persetujuan atas transaksi investasi jangka panjang


dengan keputusan DPRD.

Periksa dengan Perda mengenai pengelolaan keuangan

8. Transaksi hutang dan investasi dilaporkan tepat waktu dalam laporan kuangan
kepada Wali Kota/Bupati

Transaksi hutang dan investasi dilaporkan kepada bendahara umum daerah


pada hari transaksinya

Periksa APBD

HASIL SKOR 1

TOTAL SKOR BIDANG 7

TOTAL SKOR YANG DAPAT TERCAPAI: 8

66

BIDANG 8: PENGELOLAAN ASET


TUJUAN STRATEGIS: PENGELOLAAN ASET DAERAH YANG EFEKTIF DENGAN MENGGUNAKAN RENCANA PENGELOLAAN ASET JANGKA PANJANG UNTUK
MENJAMIN BAHWA ASET TERSEBUT MEMBERIKAN DUKUNGAN TERBAIK UNTUK TUJUAN LAYANAN PEMERINTAH DAERAH
INDIKATOR

YA

TIDAK

PEDOMAN

HASIL NO. 1
TERDAPAT PROSEDUR DAN MEKANISME UNTUK MEMASTIKAN EFEKTIFITAS
TATA KELOLA BUMD
1. Usulan kegiatan yang diajukan BUMD konsisten dengan rencana strategis
pemerintah daerah.

Periksa RENSTRA/RPJMD, apakah BUMD diikutsertakan

2. Rincian rancangan rencana kerja dijadikan bahan pertimbangan oleh


pemerintah daerah saat mengevaluasi pembentukan BUMD baru.

Adakah rencana usaha daerah? Apakah ada niat pemerintah daerah


membentuk BUMD baru?

3. Perda tentang pengelolaan keuangan daerah diperluas sehingga mencakup


pengelolaan dan pelaporan keuangan BUMD.

Periksa Perda mengenai Pengelolaan Keuangan

4. Laporan keuangan tahunan BUMD diaudit oleh auditor eksternal yang


ditunjuk oleh pemerintah daerah.

Cek ke pimpinan BUMD yang dipilih secara acak mengenai permasalahan ini
dan verifikasikan dengan staf BPKD.

5. Transaksi BUMD dikaji oleh auditor internal.


6. Gaji dewan komisaris, direktur, serta pejabat senior BUMD disetujui oleh
pemegang saham, pemerintah daerah.
7. Anggaran BUMD mencantumkan indikator kinerja serta ukuran pendukung.
8. Anggaran/rencana kerja BUMD disetujui pemegang saham, pemerintah
daerah.
9. Pemerintah daerah menunjuk dewan komisaris dan direktur non-partisan di
semua BUMD yang seluruh atau sebagian sahamnya dimiliki oleh
pemerintah daerah sesuai dengan proses yang ditetapkan dalam peraturan
daerah.
10.Pemerintah daerah telah menetapkan proses untuk memonitor kinerja
BUMD oleh Wali Kota/Bupati.

Verifikasikan dengan SPI BUMD


Periksa dengan sekretaris daerah dan/atau pimpinan BUMD.

HASIL SKOR 1
HASIL NO. 2
DITETAPKAN DAN DILAKSANAKANNYA KEBIJAKAN, PROSEDUR, DAN
PENGENDALIAN MENGENAI perolehan ASET DAN PENGELOLAAN ASET tetap
YANG dimiliki secara EFEKTIF
1. Peraturan daerah yang berlaku menetapkan kebijakan dan rencana
pengelolaan kekayaan daerah, termasuk aset tetap (aset fisik jangka

Periksa anggaran BUMD.


Periksa dengan sekretaris daerah dan/atau pimpinan BUMD.
Periksa dengan sekretaris daerah dan/atau pimpinan BUMD.

Periksa dengan sekretaris daerah dan/atau pimpinan BUMD.


0

X
Cek Perda mengenai pengelolaan keuangan apakah mengatur mengenai
pengelolaan aset. Atau dalam Perda yang terpisah?

Lampiran

panjang)
2. Tugas pejabat yang diberi tanggung jawab tertentu untuk mengelola aset
ditetapkan dalam peraturan daerah.

Periksa Perda mengenai pengelolaan keuangan untuk permasalahan ini. Atau


dalam Perda yang terpisah? Minta praktiknya ke BPKD.

3. Kebijakan dan prosedur manual pengelolaan aset yang komprehensif telah


disiapkan, yang memberikan panduan terinci mengenai kegiatan
pengelolaan aset daerah.
HASIL SKOR 2

Verifikasikan dengan BPKD

HASIL NO. 3
BASIS INFORMASI PENDUKUNG PENGELOLAAN ASET DITETAPKAN DAN
DIPELIHARA
1. Deskripsi mengenai aset fisik dijelaskan
2. Aset diberi nomor identifikasi yang khusus
3. Rincian pembelian dicatat
4. Lokasi aset dicatat
5. Nama pejabat yang bertanggung jawab atas aset dicatat
6. Kondisi aset saat ini dicatat
7. Informasi akuntansi dicatat (nilai buku)
8. Aset bergerak dicek secara fisik paling tidak sekali setahun dan hasilnya
dibandingkan dengan catatan.
HASIL SKOR 3
HASIL NO. 4
PENGELOLAAN ASET DIHUBUNGKAN DENGAN PERENCANAAN DAN
PENGANGGARAN (APBD)

X
Cek pelaksanaanya ke BPKD dan mintalah contoh
Cek pelaksanaanya ke BPKD dan mintalah contoh
Cek pelaksanaanya ke BPKD dan mintalah contoh
Cek pelaksanaanya ke BPKD dan mintalah contoh
Cek pelaksanaanya ke BPKD dan mintalah contoh
Cek pelaksanaanya ke BPKD dan mintalah contoh
Cek pelaksanaanya ke BPKD dan mintalah contoh
Cek pelaksanaanya ke BPKD dan mintalah contoh

1. Rencana kerja dan anggaran daerah (APBD) mencerminkan biaya


pemeliharaan yang tercatat dalam rencana pemeliharaan aset

Periksa rencana kerja tahunan dan APBD, DASK, dan Renja SKPD

HASIL SKOR 4

TOTAL SKOR BIDANG 8

TOTAL SKOR YANG DAPAT DICAPAI: 22

68

BIDANG 9: AUDIT EKSTERNAL DAN PENGAWASAN


TUJUAN STRATEGIS: MENINGKATKAN AKUNTABILITAS PENGELOLAAN KEUANGAN MELALUI AUDIT EKSTERNAL DAN
PENGAWASAN YANG EFEKTIF DAN INDEPENDEN
Indikator
HASIL NO. 1

Ya

Tidak

Pedoman

AUDIT EKSTERNAL YANG RUTIN MENJAMIN EFEKTIFITAS


AKUNTABILITAS PEMERINTAH DAERAH
1. Laporan keuangan tahunan disampaikan kepada BPK tepat waktu
sesuai dengan ketentuan perundangan

Cek ke BPKD apakah laporan keuangan telah dikirimkan kepada BPK

2. Laporan keuangan yang telah audit dipublikasikan misalnya dalam


media massa setempat dan pada papan pengumuman resmi

Apabila dalam dua tahun terakhir tidak diaudit oleh auditor eksternal,
maka tidak mendapat skor. Cek di bagian Keuangan (kliping)

3. Publik dapat menghadiri sidang DPRD yang membahas laporan audit


4. Laporan audit eksternal berisikan pendapat audit wajar tanpa syarat

Cek ke anggota DPRD atau Sekwan


Periksa laporan audit apabila memungkin dan dapat diperoleh dengan
mudah?

HASIL SKOR 1
HASIL NO. 2
ADANYA PEMANTAU INDEPENDEN YANG EFEKTIF TERHADAP
MANAJEMEN KEUANGAN DAERAH
1. DPRD mengawasi dan mengevaluasi kinerja Pemda berdasarkan
laporan keuangan, laporan audit dan laporan pertanggung jawaban

X
Cek dengan anggota DPRD

2. DPRD telah mengesahkan laporan akhir tahun tanpa syarat


3.a. Tidak ada pernyataan keberatan yang disampaikan oleh auditor (BPK)
3.b. Dalam kasus ada pernyataan keberatan (sangsi) dari BPK, sanksi
langsung diterapkan
4. Tidak ada denda atau pembayaran diterapkan sebagai akibat adanya
temuan audit

Adakah Notulensi Sidang?


Jawab pertanyaan a atau b saja (yang mana yang lebih tepat)
Cek ke Sekda

5. Laporan eksternal auditor tidak berisi saran untuk penyelidikan korupsi


sektor pemerintahan
HASIL SKOR 2

Minta laporan audit BPK


0

TOTAL SKOR BIDANG 9

Minta laporan audit BPK

TOTAL SKOR YANG DAPAT DICAPAI: 9

TOTAL SKOR YANG DAPAT DICAPAI: 256

Lampiran

Lampiran 3: Hasil PKP di setiap kabupaten/kota


Banda Aceh...................................................................................................................................71
Aceh Besar ....................................................................................................................................72
Aceh Barat.....................................................................................................................................73
Aceh Jaya ......................................................................................................................................74
Nagan Raya...................................................................................................................................75
Aceh Timur ....................................................................................................................................76
Aceh Utara.....................................................................................................................................77
Bireuen..........................................................................................................................................78
Pidie...............................................................................................................................................79
Aceh Tenggara ..............................................................................................................................80
Simeulue .......................................................................................................................................81
Singkil............................................................................................................................................82
Aceh Taming .................................................................................................................................83
Kota Langsa..................................................................................................................................84
Gayo Lues .....................................................................................................................................85
Aceh Barat Daya ...........................................................................................................................86
Aceh Selatan.................................................................................................................................87
Aceh Tengah .................................................................................................................................88
Bener Meriah ................................................................................................................................89
Kota Sabang .................................................................................................................................90
Kota Lhokseumawe......................................................................................................................91
Pemerintah Propinsi Aceh............................................................................................................92

70

Lampiran

Banda Aceh

1
Bidang Strategis
Kerangka Peraturan
Perundangan Daerah

Perencanaan Dan
Penganggaran

Pengelolaan Kas

Pengadaan Barang
Dan Jasa
Akuntansi Dan
Pelaporan

Hasil
Adanya kerangka peraturan peraturan perundangan daerah yang
komprehensif sebagaimana diamanatkan oleh kerangka hukum nasional
mengenai pengelolaan keuangan daerah
Kerangka peraturan perundangan daerah mengatur mengenai penegakan
hukum dan struktur organisasi yang efektif
Kerangka peraturan perundangan daerah mencakup ketentuan-ketentuan
untuk meningkatkan transparansi dan partisipasi masyarakat
Adanya hubungan yang konsisten antara proses perencanaan bottom-up
yang partisipatif, perencanaan pembangunan daerah, perencanaan
sektoral dan apbd
Anggaran berdasarkan kerangka jangka menengah
Target anggaran layak dan berdasarkan proses penyusunan anggaran
yang realistis
Anggaran memihak kelompok-miskin
Sistem pemantauan dan evaluasi partisipatif yang komprehensif dalam
proses perencanaan dan penganggaran telah terbentuk
Pengendalian Pengeluaran Digunakan Untuk Memastikan Kinerja
Anggaran
Kebijakan, prosedur, dan pengendalian untuk mendorong pengelolaan kas
yang efisien telah dibentuk
Penerimaan kas, pembayaran kas, serta surplus kas temporer dikelola
dan dikendalikan secara efisien
Terdapat sistem penagihan dan pemungutan pendapatan daerah yang
efisien
Peningkatan dan penanganan manajemen pendapatan
Kebijakan, prosedur, dan pengendalian untuk mendorong effisiensi
pengadaan barang dan jasa yang kompetitif ditetapkan dan dilaksanakan
Suatu sistem penanganan pengaduan resmi beroperasi
Adanya kapasitas sdm dan kelembagaan yang memadai untuk fungsi
akuntansi dan keuangan
Sistem informasi akuntansi dan manajemen sudah terintegrasi
Seluruh transaksi dan saldo keuangan pemerintah daerah dicatat secara
akurat dan tepat waktu
Terdapat laporan keuangan dan informasi manajemen yang dapat
diandalkan

Audit Internal

Bawasda terorganisir dan diberdayakan untuk beroperasi dengan efektif


Standar dan prosedur audit internal yang diaplikasikan dapat diterima
Temuan audit internal ditindaklanjuti segera

Hutang Dan Investasi


Publik

Kebijakan, prosedur, serta pengendalian pinjaman dan investasi daerah


yang memperhitungkan risiko telah ditetapkan dan dilaksanakan

Pengelolaan Aset

Terdapat prosedur dan mekanisme untuk memastikan efektifitas tata


kelola BUMD
Ditetapkan dan dilaksanakannya kebijakan, prosedur, dan pengendalian
mengenai perolehan aset dan pengelolaan aset tetap yang dimiliki secara
efektif
Basis informasi pendukung pengelolaan aset ditetapkan dan dipelihara
Pengelolaan aset dihubungkan dengan perencanaan dan penganggaran
(APBD)

Audit Eksternal Dan


Pengawasan

Average

Audit eksternal yang rutin menjamin efektifitas akuntabilitas pemerintah


daerah
Adanya kerangka peraturan peraturan perundangan daerah yang
komprehensif sebagaimana diamanatkan oleh kerangka hukum nasional
mengenai pengelolaan keuangan daerah

Jumlah
indikator
tercapai
6

Jumlah
indikator

48%
8

25
17

1
10

3
11

3
4

9
9

53%
6

53
10

11

10

17

3
61%
32

6
44
47

2
68%
0

3
50
7

0
8

3
9

59%
2
6
2
56%
4

27
5
11
2
18
8

50%
4

8
10

5
0

8
1

41%
2

22
4

67%

57%

256

12

71

Lampiran

Aceh Besar

Bidang Strategis

Hasil

Kerangka Peraturan
Perundangan
Daerah

Adanya kerangka peraturan peraturan perundangan daerah yang


komprehensif sebagaimana diamanatkan oleh kerangka hukum nasional
mengenai pengelolaan keuangan daerah
Kerangka peraturan perundangan daerah mengatur mengenai penegakan
hukum dan struktur organisasi yang efektif
Kerangka peraturan perundangan daerah mencakup ketentuan-ketentuan
untuk meningkatkan transparansi dan partisipasi masyarakat

Perencanaan Dan
Penganggaran

Pengelolaan Kas

Pengadaan Barang
Dan Jasa
Akuntansi Dan
Pelaporan

Adanya hubungan yang konsisten antara proses perencanaan bottom-up


yang partisipatif, perencanaan pembangunan daerah, perencanaan sektoral
dan apbd
Anggaran berdasarkan kerangka jangka menengah
Target anggaran layak dan berdasarkan proses penyusunan anggaran yang
realistis
Anggaran memihak kelompok-miskin
Sistem pemantauan dan evaluasi partisipatif yang komprehensif dalam
proses perencanaan dan penganggaran telah terbentuk
Pengendalian Pengeluaran Digunakan Untuk Memastikan Kinerja Anggaran
Kebijakan, prosedur, dan pengendalian untuk mendorong pengelolaan kas
yang efisien telah dibentuk
Penerimaan kas, pembayaran kas, serta surplus kas temporer dikelola dan
dikendalikan secara efisien
Terdapat sistem penagihan dan pemungutan pendapatan daerah yang
efisien
Peningkatan dan penanganan manajemen pendapatan
Kebijakan, prosedur, dan pengendalian untuk mendorong effisiensi
pengadaan barang dan jasa yang kompetitif ditetapkan dan dilaksanakan
Suatu sistem penanganan pengaduan resmi beroperasi
Adanya kapasitas sdm dan kelembagaan yang memadai untuk fungsi
akuntansi dan keuangan
Sistem informasi akuntansi dan manajemen sudah terintegrasi
Seluruh transaksi dan saldo keuangan pemerintah daerah dicatat secara
akurat dan tepat waktu
Terdapat laporan keuangan dan informasi manajemen yang dapat
diandalkan

Audit Internal

Bawasda terorganisir dan diberdayakan untuk beroperasi dengan efektif


Standar dan prosedur audit internal yang diaplikasikan dapat diterima
Temuan audit internal ditindaklanjuti segera

Hutang Dan
Investasi Publik

Kebijakan, prosedur, serta pengendalian pinjaman dan investasi daerah yang


memperhitungkan risiko telah ditetapkan dan dilaksanakan

Pengelolaan Aset

Terdapat prosedur dan mekanisme untuk memastikan efektifitas tata kelola


bumd
Ditetapkan dan dilaksanakannya kebijakan, prosedur, dan pengendalian
mengenai perolehan aset dan pengelolaan aset tetap yang dimiliki secara
efektif
Basis informasi pendukung pengelolaan aset ditetapkan dan dipelihara
Pengelolaan aset dihubungkan dengan perencanaan dan penganggaran
(apbd)

Audit Eksternal Dan


Pengawasan

Average

72

Audit eksternal yang rutin menjamin efektifitas akuntabilitas pemerintah


daerah
Adanya kerangka peraturan peraturan perundangan daerah yang
komprehensif sebagaimana diamanatkan oleh kerangka hukum nasional
mengenai pengelolaan keuangan daerah

Jumlah
indikator
tercapai
6

Jumlah
indikator

56%
6

25
17

1
4

3
9

6
3

8
9

2
42%
4

4
53
10

11

10

17

2
48%
29

6
44
47

2
62%
0

3
50
7

3
5

3
9

59%
3
8
1
67%
3

27
5
11
2
18
8

38%
0

8
10

7
1

8
1

45%
3

22
4

12

67%

53%

256

Lampiran

Aceh Barat

Bidang Strategis

Hasil

Kerangka Peraturan
Perundangan Daerah

Perencanaan Dan
Penganggaran

Pengelolaan Kas

Pengadaan Barang
Dan Jasa
Akuntansi Dan
Pelaporan

Adanya kerangka peraturan peraturan perundangan daerah yang


komprehensif sebagaimana diamanatkan oleh kerangka hukum nasional
mengenai pengelolaan keuangan daerah
Kerangka peraturan perundangan daerah mengatur mengenai penegakan
hukum dan struktur organisasi yang efektif
Kerangka peraturan perundangan daerah mencakup ketentuan-ketentuan
untuk meningkatkan transparansi dan partisipasi masyarakat
Adanya hubungan yang konsisten antara proses perencanaan bottom-up
yang partisipatif, perencanaan pembangunan daerah, perencanaan
sektoral dan apbd
Anggaran berdasarkan kerangka jangka menengah
Target anggaran layak dan berdasarkan proses penyusunan anggaran
yang realistis
Anggaran memihak kelompok-miskin
Sistem pemantauan dan evaluasi partisipatif yang komprehensif dalam
proses perencanaan dan penganggaran telah terbentuk
Pengendalian Pengeluaran Digunakan Untuk Memastikan Kinerja
Anggaran
Kebijakan, prosedur, dan pengendalian untuk mendorong pengelolaan kas
yang efisien telah dibentuk
Penerimaan kas, pembayaran kas, serta surplus kas temporer dikelola
dan dikendalikan secara efisien
Terdapat sistem penagihan dan pemungutan pendapatan daerah yang
efisien
Peningkatan dan penanganan manajemen pendapatan
Kebijakan, prosedur, dan pengendalian untuk mendorong effisiensi
pengadaan barang dan jasa yang kompetitif ditetapkan dan dilaksanakan
Suatu sistem penanganan pengaduan resmi beroperasi
Adanya kapasitas sdm dan kelembagaan yang memadai untuk fungsi
akuntansi dan keuangan
Sistem informasi akuntansi dan manajemen sudah terintegrasi
Seluruh transaksi dan saldo keuangan pemerintah daerah dicatat secara
akurat dan tepat waktu
Terdapat laporan keuangan dan informasi manajemen yang dapat
diandalkan

Audit Internal

Bawasda terorganisir dan diberdayakan untuk beroperasi dengan efektif


Standar dan prosedur audit internal yang diaplikasikan dapat diterima
Temuan audit internal ditindaklanjuti segera

Hutang Dan Investasi


Publik

Kebijakan, prosedur, serta pengendalian pinjaman dan investasi daerah


yang memperhitungkan risiko telah ditetapkan dan dilaksanakan

Pengelolaan Aset

Terdapat prosedur dan mekanisme untuk memastikan efektifitas tata


kelola bumd
Ditetapkan dan dilaksanakannya kebijakan, prosedur, dan pengendalian
mengenai perolehan aset dan pengelolaan aset tetap yang dimiliki secara
efektif
Basis informasi pendukung pengelolaan aset ditetapkan dan dipelihara
Pengelolaan aset dihubungkan dengan perencanaan dan penganggaran
(apbd)

Audit Eksternal Dan


Pengawasan
Kerangka Peraturan
Perundangan Daerah

Average

Audit eksternal yang rutin menjamin efektifitas akuntabilitas pemerintah


daerah
Adanya kerangka peraturan peraturan perundangan daerah yang
komprehensif sebagaimana diamanatkan oleh kerangka hukum nasional
mengenai pengelolaan keuangan daerah

Jumlah
indikator
tercapai
1

Jumlah
indikator
12

8%
3

25
17

0
1

3
9

5
1

8
9

26%
1

53
10

11

11

17

1
50%
34

6
44
47

1
70%
1

3
50
7

1
1

3
9

19%
3
6
2
61%
4

27
5
11
2
18
8

50%
5

8
10

7
1

8
1

64%
0

22
4

0%

42%

256

73

Lampiran

Aceh Jaya

Bidang Strategis

Hasil

Kerangka Peraturan
Perundangan Daerah

Perencanaan Dan
Penganggaran

Pengelolaan Kas

Pengadaan Barang
Dan Jasa
Akuntansi Dan
Pelaporan

Adanya kerangka peraturan peraturan perundangan daerah yang


komprehensif sebagaimana diamanatkan oleh kerangka hukum nasional
mengenai pengelolaan keuangan daerah
Kerangka peraturan perundangan daerah mengatur mengenai penegakan
hukum dan struktur organisasi yang efektif
Kerangka peraturan perundangan daerah mencakup ketentuan-ketentuan
untuk meningkatkan transparansi dan partisipasi masyarakat
Adanya hubungan yang konsisten antara proses perencanaan bottom-up
yang partisipatif, perencanaan pembangunan daerah, perencanaan
sektoral dan apbd
Anggaran berdasarkan kerangka jangka menengah
Target anggaran layak dan berdasarkan proses penyusunan anggaran
yang realistis
Anggaran memihak kelompok-miskin
Sistem pemantauan dan evaluasi partisipatif yang komprehensif dalam
proses perencanaan dan penganggaran telah terbentuk
Pengendalian Pengeluaran Digunakan Untuk Memastikan Kinerja
Anggaran
Kebijakan, prosedur, dan pengendalian untuk mendorong pengelolaan kas
yang efisien telah dibentuk
Penerimaan kas, pembayaran kas, serta surplus kas temporer dikelola
dan dikendalikan secara efisien
Terdapat sistem penagihan dan pemungutan pendapatan daerah yang
efisien
Peningkatan dan penanganan manajemen pendapatan
Kebijakan, prosedur, dan pengendalian untuk mendorong effisiensi
pengadaan barang dan jasa yang kompetitif ditetapkan dan dilaksanakan
Suatu sistem penanganan pengaduan resmi beroperasi
Adanya kapasitas sdm dan kelembagaan yang memadai untuk fungsi
akuntansi dan keuangan
Sistem informasi akuntansi dan manajemen sudah terintegrasi
Seluruh transaksi dan saldo keuangan pemerintah daerah dicatat secara
akurat dan tepat waktu
Terdapat laporan keuangan dan informasi manajemen yang dapat
diandalkan

Audit Internal

Bawasda terorganisir dan diberdayakan untuk beroperasi dengan efektif


Standar dan prosedur audit internal yang diaplikasikan dapat diterima
Temuan audit internal ditindaklanjuti segera

Hutang Dan Investasi


Publik

Kebijakan, prosedur, serta pengendalian pinjaman dan investasi daerah


yang memperhitungkan risiko telah ditetapkan dan dilaksanakan

Pengelolaan Aset

Terdapat prosedur dan mekanisme untuk memastikan efektifitas tata


kelola bumd
Ditetapkan dan dilaksanakannya kebijakan, prosedur, dan pengendalian
mengenai perolehan aset dan pengelolaan aset tetap yang dimiliki secara
efektif
Basis informasi pendukung pengelolaan aset ditetapkan dan dipelihara
Pengelolaan aset dihubungkan dengan perencanaan dan penganggaran
(apbd)

Audit Eksternal Dan


Pengawasan
Kerangka Peraturan
Perundangan Daerah

Average

74

Audit eksternal yang rutin menjamin efektifitas akuntabilitas pemerintah


daerah
Adanya kerangka peraturan peraturan perundangan daerah yang
komprehensif sebagaimana diamanatkan oleh kerangka hukum nasional
mengenai pengelolaan keuangan daerah

Jumlah
indikator
tercapai
3

Jumlah
indikator

20%
3

25
17

1
3

3
9

3
1

8
9

25%
2

53
10

11

17

0
14%
17

6
44
47

0
34%
0

3
50
7

0
0

3
9

11%
2
0
0
11%
0

27
5
11
2
18
8

0%
0

8
10

3
0

8
1

14%
0

22
4

12

11%

19%

256

Lampiran

Nagan Raya

Bidang Strategis

Hasil

Kerangka Peraturan
Perundangan Daerah

Perencanaan Dan
Penganggaran

Pengelolaan Kas

Pengadaan Barang
Dan Jasa
Akuntansi Dan
Pelaporan

Adanya kerangka peraturan peraturan perundangan daerah yang


komprehensif sebagaimana diamanatkan oleh kerangka hukum nasional
mengenai pengelolaan keuangan daerah
Kerangka peraturan perundangan daerah mengatur mengenai penegakan
hukum dan struktur organisasi yang efektif
Kerangka peraturan perundangan daerah mencakup ketentuan-ketentuan
untuk meningkatkan transparansi dan partisipasi masyarakat
Adanya hubungan yang konsisten antara proses perencanaan bottom-up
yang partisipatif, perencanaan pembangunan daerah, perencanaan
sektoral dan apbd
Anggaran berdasarkan kerangka jangka menengah
Target anggaran layak dan berdasarkan proses penyusunan anggaran
yang realistis
Anggaran memihak kelompok-miskin
Sistem pemantauan dan evaluasi partisipatif yang komprehensif dalam
proses perencanaan dan penganggaran telah terbentuk
Pengendalian Pengeluaran Digunakan Untuk Memastikan Kinerja
Anggaran
Kebijakan, prosedur, dan pengendalian untuk mendorong pengelolaan kas
yang efisien telah dibentuk
Penerimaan kas, pembayaran kas, serta surplus kas temporer dikelola
dan dikendalikan secara efisien
Terdapat sistem penagihan dan pemungutan pendapatan daerah yang
efisien
Peningkatan dan penanganan manajemen pendapatan
Kebijakan, prosedur, dan pengendalian untuk mendorong effisiensi
pengadaan barang dan jasa yang kompetitif ditetapkan dan dilaksanakan
Suatu sistem penanganan pengaduan resmi beroperasi
Adanya kapasitas sdm dan kelembagaan yang memadai untuk fungsi
akuntansi dan keuangan
Sistem informasi akuntansi dan manajemen sudah terintegrasi
Seluruh transaksi dan saldo keuangan pemerintah daerah dicatat secara
akurat dan tepat waktu
Terdapat laporan keuangan dan informasi manajemen yang dapat
diandalkan

Audit Internal

Bawasda terorganisir dan diberdayakan untuk beroperasi dengan efektif


Standar dan prosedur audit internal yang diaplikasikan dapat diterima
Temuan audit internal ditindaklanjuti segera

Hutang Dan Investasi


Publik

Kebijakan, prosedur, serta pengendalian pinjaman dan investasi daerah


yang memperhitungkan risiko telah ditetapkan dan dilaksanakan

Pengelolaan Aset

Terdapat prosedur dan mekanisme untuk memastikan efektifitas tata


kelola bumd
Ditetapkan dan dilaksanakannya kebijakan, prosedur, dan pengendalian
mengenai perolehan aset dan pengelolaan aset tetap yang dimiliki secara
efektif
Basis informasi pendukung pengelolaan aset ditetapkan dan dipelihara
Pengelolaan aset dihubungkan dengan perencanaan dan penganggaran
(apbd)

Audit Eksternal Dan


Pengawasan
Kerangka Peraturan
Perundangan Daerah

Average

Audit eksternal yang rutin menjamin efektifitas akuntabilitas pemerintah


daerah
Adanya kerangka peraturan peraturan perundangan daerah yang
komprehensif sebagaimana diamanatkan oleh kerangka hukum nasional
mengenai pengelolaan keuangan daerah

Jumlah
indikator
tercapai
2

Jumlah
indikator

12%
2

25
17

0
1

3
9

4
2

8
9

25%
1

53
10

11

17

0
23%
30

6
44
47

2
64%
1

3
50
7

0
2

3
9

19%
4
6
2
67%
1

27
5
11
2
18
8

12%
4

8
10

5
0

8
1

41%
0

22
4

0%

33%

256

12

75

Lampiran

Aceh Timur

Bidang Strategis

Hasil

Kerangka Peraturan
Perundangan Daerah

Perencanaan Dan
Penganggaran

Pengelolaan Kas

Pengadaan Barang
Dan Jasa
Akuntansi Dan
Pelaporan

Adanya kerangka peraturan peraturan perundangan daerah yang


komprehensif sebagaimana diamanatkan oleh kerangka hukum nasional
mengenai pengelolaan keuangan daerah
Kerangka peraturan perundangan daerah mengatur mengenai penegakan
hukum dan struktur organisasi yang efektif
Kerangka peraturan perundangan daerah mencakup ketentuan-ketentuan
untuk meningkatkan transparansi dan partisipasi masyarakat
Adanya hubungan yang konsisten antara proses perencanaan bottom-up
yang partisipatif, perencanaan pembangunan daerah, perencanaan
sektoral dan apbd
Anggaran berdasarkan kerangka jangka menengah
Target anggaran layak dan berdasarkan proses penyusunan anggaran
yang realistis
Anggaran memihak kelompok-miskin
Sistem pemantauan dan evaluasi partisipatif yang komprehensif dalam
proses perencanaan dan penganggaran telah terbentuk
Pengendalian Pengeluaran Digunakan Untuk Memastikan Kinerja
Anggaran
Kebijakan, prosedur, dan pengendalian untuk mendorong pengelolaan kas
yang efisien telah dibentuk
Penerimaan kas, pembayaran kas, serta surplus kas temporer dikelola
dan dikendalikan secara efisien
Terdapat sistem penagihan dan pemungutan pendapatan daerah yang
efisien
Peningkatan dan penanganan manajemen pendapatan
Kebijakan, prosedur, dan pengendalian untuk mendorong effisiensi
pengadaan barang dan jasa yang kompetitif ditetapkan dan dilaksanakan
Suatu sistem penanganan pengaduan resmi beroperasi
Adanya kapasitas sdm dan kelembagaan yang memadai untuk fungsi
akuntansi dan keuangan
Sistem informasi akuntansi dan manajemen sudah terintegrasi
Seluruh transaksi dan saldo keuangan pemerintah daerah dicatat secara
akurat dan tepat waktu
Terdapat laporan keuangan dan informasi manajemen yang dapat
diandalkan

Audit Internal

Bawasda terorganisir dan diberdayakan untuk beroperasi dengan efektif


Standar dan prosedur audit internal yang diaplikasikan dapat diterima
Temuan audit internal ditindaklanjuti segera

Hutang Dan Investasi


Publik

Kebijakan, prosedur, serta pengendalian pinjaman dan investasi daerah


yang memperhitungkan risiko telah ditetapkan dan dilaksanakan

Pengelolaan Aset

Terdapat prosedur dan mekanisme untuk memastikan efektifitas tata


kelola bumd
Ditetapkan dan dilaksanakannya kebijakan, prosedur, dan pengendalian
mengenai perolehan aset dan pengelolaan aset tetap yang dimiliki secara
efektif
Basis informasi pendukung pengelolaan aset ditetapkan dan dipelihara
Pengelolaan aset dihubungkan dengan perencanaan dan penganggaran
(apbd)

Audit Eksternal Dan


Pengawasan
Kerangka Peraturan
Perundangan Daerah

Average

76

Audit eksternal yang rutin menjamin efektifitas akuntabilitas pemerintah


daerah
Adanya kerangka peraturan peraturan perundangan daerah yang
komprehensif sebagaimana diamanatkan oleh kerangka hukum nasional
mengenai pengelolaan keuangan daerah

Jumlah
indikator
tercapai
9

Jumlah
indikator

68%
10

25
17

0
3

3
9

6
6

8
9

51%
5

53
10

11

17

0
34%
32

6
44
47

0
64%
4

3
50
7

0
3

3
9

52%
3
9
2
78%
4

27
5
11
2
18
8

50%
4

8
10

4
0

8
1

36%
1

22
4

33%

52%

256

12

Lampiran

Aceh Utara

Bidang Strategis

Hasil

Kerangka peraturan
perundangan daerah

Perencanaan dan
penganggaran

Pengelolaan Kas

Pengadaan Barang
Dan Jasa
Akuntansi Dan
Pelaporan

Adanya kerangka peraturan peraturan perundangan daerah yang


komprehensif sebagaimana diamanatkan oleh kerangka hukum nasional
mengenai pengelolaan keuangan daerah
Kerangka peraturan perundangan daerah mengatur mengenai penegakan
hukum dan struktur organisasi yang efektif
Kerangka peraturan perundangan daerah mencakup ketentuan-ketentuan
untuk meningkatkan transparansi dan partisipasi masyarakat
Adanya hubungan yang konsisten antara proses perencanaan bottom-up
yang partisipatif, perencanaan pembangunan daerah, perencanaan
sektoral dan apbd
Anggaran berdasarkan kerangka jangka menengah
Target anggaran layak dan berdasarkan proses penyusunan anggaran
yang realistis
Anggaran memihak kelompok-miskin
Sistem pemantauan dan evaluasi partisipatif yang komprehensif dalam
proses perencanaan dan penganggaran telah terbentuk
Pengendalian Pengeluaran Digunakan Untuk Memastikan Kinerja
Anggaran
Kebijakan, prosedur, dan pengendalian untuk mendorong pengelolaan kas
yang efisien telah dibentuk
Penerimaan kas, pembayaran kas, serta surplus kas temporer dikelola
dan dikendalikan secara efisien
Terdapat sistem penagihan dan pemungutan pendapatan daerah yang
efisien
Peningkatan dan penanganan manajemen pendapatan
Kebijakan, prosedur, dan pengendalian untuk mendorong effisiensi
pengadaan barang dan jasa yang kompetitif ditetapkan dan dilaksanakan
Suatu sistem penanganan pengaduan resmi beroperasi
Adanya kapasitas sdm dan kelembagaan yang memadai untuk fungsi
akuntansi dan keuangan
Sistem informasi akuntansi dan manajemen sudah terintegrasi
Seluruh transaksi dan saldo keuangan pemerintah daerah dicatat secara
akurat dan tepat waktu
Terdapat laporan keuangan dan informasi manajemen yang dapat
diandalkan

Audit Internal

Bawasda terorganisir dan diberdayakan untuk beroperasi dengan efektif


Standar dan prosedur audit internal yang diaplikasikan dapat diterima
Temuan audit internal ditindaklanjuti segera

Hutang Dan Investasi


Publik

Kebijakan, prosedur, serta pengendalian pinjaman dan investasi daerah


yang memperhitungkan risiko telah ditetapkan dan dilaksanakan

Pengelolaan Aset

Terdapat prosedur dan mekanisme untuk memastikan efektifitas tata


kelola bumd
Ditetapkan dan dilaksanakannya kebijakan, prosedur, dan pengendalian
mengenai perolehan aset dan pengelolaan aset tetap yang dimiliki secara
efektif
Basis informasi pendukung pengelolaan aset ditetapkan dan dipelihara
Pengelolaan aset dihubungkan dengan perencanaan dan penganggaran
(apbd)

Audit Eksternal Dan


Pengawasan
Kerangka peraturan
perundangan daerah

Average

Audit eksternal yang rutin menjamin efektifitas akuntabilitas pemerintah


daerah
Adanya kerangka peraturan peraturan perundangan daerah yang
komprehensif sebagaimana diamanatkan oleh kerangka hukum nasional
mengenai pengelolaan keuangan daerah

Jumlah
indikator
tercapai
10

Jumlah
indikator

68%
14

25
17

1
4

3
9

9
7

8
9

74%
6

53
10

11

11

17

1
57%
36

6
44
47

3
78%
0

3
50
7

2
8

3
9

63%
4
8
2
78%
5

27
5
11
2
18
8

63%
9

8
10

6
0

8
1

68%
3

22
4

67%

69%

256

12

77

Lampiran

Bireuen

Bidang Strategis

Hasil

Kerangka Peraturan
Perundangan Daerah

Perencanaan Dan
Penganggaran

Pengelolaan Kas

Pengadaan Barang
Dan Jasa
Akuntansi Dan
Pelaporan

Adanya kerangka peraturan peraturan perundangan daerah yang


komprehensif sebagaimana diamanatkan oleh kerangka hukum nasional
mengenai pengelolaan keuangan daerah
Kerangka peraturan perundangan daerah mengatur mengenai penegakan
hukum dan struktur organisasi yang efektif
Kerangka peraturan perundangan daerah mencakup ketentuan-ketentuan
untuk meningkatkan transparansi dan partisipasi masyarakat
Adanya hubungan yang konsisten antara proses perencanaan bottom-up
yang partisipatif, perencanaan pembangunan daerah, perencanaan
sektoral dan apbd
Anggaran berdasarkan kerangka jangka menengah
Target anggaran layak dan berdasarkan proses penyusunan anggaran
yang realistis
Anggaran memihak kelompok-miskin
Sistem pemantauan dan evaluasi partisipatif yang komprehensif dalam
proses perencanaan dan penganggaran telah terbentuk
Pengendalian Pengeluaran Digunakan Untuk Memastikan Kinerja
Anggaran
Kebijakan, prosedur, dan pengendalian untuk mendorong pengelolaan kas
yang efisien telah dibentuk
Penerimaan kas, pembayaran kas, serta surplus kas temporer dikelola
dan dikendalikan secara efisien
Terdapat sistem penagihan dan pemungutan pendapatan daerah yang
efisien
Peningkatan dan penanganan manajemen pendapatan
Kebijakan, prosedur, dan pengendalian untuk mendorong effisiensi
pengadaan barang dan jasa yang kompetitif ditetapkan dan dilaksanakan
Suatu sistem penanganan pengaduan resmi beroperasi
Adanya kapasitas sdm dan kelembagaan yang memadai untuk fungsi
akuntansi dan keuangan
Sistem informasi akuntansi dan manajemen sudah terintegrasi
Seluruh transaksi dan saldo keuangan pemerintah daerah dicatat secara
akurat dan tepat waktu
Terdapat laporan keuangan dan informasi manajemen yang dapat
diandalkan

Audit Internal

Bawasda terorganisir dan diberdayakan untuk beroperasi dengan efektif


Standar dan prosedur audit internal yang diaplikasikan dapat diterima
Temuan audit internal ditindaklanjuti segera

Hutang Dan Investasi


Publik

Kebijakan, prosedur, serta pengendalian pinjaman dan investasi daerah


yang memperhitungkan risiko telah ditetapkan dan dilaksanakan

Pengelolaan Aset

Terdapat prosedur dan mekanisme untuk memastikan efektifitas tata


kelola bumd
Ditetapkan dan dilaksanakannya kebijakan, prosedur, dan pengendalian
mengenai perolehan aset dan pengelolaan aset tetap yang dimiliki secara
efektif
Basis informasi pendukung pengelolaan aset ditetapkan dan dipelihara
Pengelolaan aset dihubungkan dengan perencanaan dan penganggaran
(apbd)

Audit Eksternal Dan


Pengawasan
Kerangka Peraturan
Perundangan Daerah

Average

78

Audit eksternal yang rutin menjamin efektifitas akuntabilitas pemerintah


daerah
Adanya kerangka peraturan peraturan perundangan daerah yang
komprehensif sebagaimana diamanatkan oleh kerangka hukum nasional
mengenai pengelolaan keuangan daerah

Jumlah
indikator
tercapai
3

Jumlah
indikator

32%
10

25
17

0
5

3
9

1
5

8
9

47%
1

53
10

11

17

3
36%
35

6
44
47

1
72%
1

3
50
7

1
2

3
9

41%
1
5
2
44%
1

27
5
11
2
18
8

12%
2

8
10

5
1

8
1

36%
0

22
4

33%

45%

256

12

Lampiran

Pidie

Bidang Strategis

Hasil

Kerangka Peraturan
Perundangan Daerah

Perencanaan Dan
Penganggaran

Pengelolaan Kas

Pengadaan Barang
Dan Jasa
Akuntansi Dan
Pelaporan

Adanya kerangka peraturan peraturan perundangan daerah yang


komprehensif sebagaimana diamanatkan oleh kerangka hukum nasional
mengenai pengelolaan keuangan daerah
Kerangka peraturan perundangan daerah mengatur mengenai penegakan
hukum dan struktur organisasi yang efektif
Kerangka peraturan perundangan daerah mencakup ketentuan-ketentuan
untuk meningkatkan transparansi dan partisipasi masyarakat
Adanya hubungan yang konsisten antara proses perencanaan bottom-up
yang partisipatif, perencanaan pembangunan daerah, perencanaan
sektoral dan apbd
Anggaran berdasarkan kerangka jangka menengah
Target anggaran layak dan berdasarkan proses penyusunan anggaran
yang realistis
Anggaran memihak kelompok-miskin
Sistem pemantauan dan evaluasi partisipatif yang komprehensif dalam
proses perencanaan dan penganggaran telah terbentuk
Pengendalian Pengeluaran Digunakan Untuk Memastikan Kinerja
Anggaran
Kebijakan, prosedur, dan pengendalian untuk mendorong pengelolaan kas
yang efisien telah dibentuk
Penerimaan kas, pembayaran kas, serta surplus kas temporer dikelola
dan dikendalikan secara efisien
Terdapat sistem penagihan dan pemungutan pendapatan daerah yang
efisien
Peningkatan dan penanganan manajemen pendapatan
Kebijakan, prosedur, dan pengendalian untuk mendorong effisiensi
pengadaan barang dan jasa yang kompetitif ditetapkan dan dilaksanakan
Suatu sistem penanganan pengaduan resmi beroperasi
Adanya kapasitas sdm dan kelembagaan yang memadai untuk fungsi
akuntansi dan keuangan
Sistem informasi akuntansi dan manajemen sudah terintegrasi
Seluruh transaksi dan saldo keuangan pemerintah daerah dicatat secara
akurat dan tepat waktu
Terdapat laporan keuangan dan informasi manajemen yang dapat
diandalkan

Audit Internal

Bawasda terorganisir dan diberdayakan untuk beroperasi dengan efektif


Standar dan prosedur audit internal yang diaplikasikan dapat diterima
Temuan audit internal ditindaklanjuti segera

Hutang Dan Investasi


Publik

Kebijakan, prosedur, serta pengendalian pinjaman dan investasi daerah


yang memperhitungkan risiko telah ditetapkan dan dilaksanakan

Pengelolaan Aset

Terdapat prosedur dan mekanisme untuk memastikan efektifitas tata


kelola bumd
Ditetapkan dan dilaksanakannya kebijakan, prosedur, dan pengendalian
mengenai perolehan aset dan pengelolaan aset tetap yang dimiliki secara
efektif
Basis informasi pendukung pengelolaan aset ditetapkan dan dipelihara
Pengelolaan aset dihubungkan dengan perencanaan dan penganggaran
(apbd)

Audit Eksternal Dan


Pengawasan
Kerangka Peraturan
Perundangan Daerah

Average

Audit eksternal yang rutin menjamin efektifitas akuntabilitas pemerintah


daerah
Adanya kerangka peraturan peraturan perundangan daerah yang
komprehensif sebagaimana diamanatkan oleh kerangka hukum nasional
mengenai pengelolaan keuangan daerah

Jumlah
indikator
tercapai
4

Jumlah
indikator

32%
5

25
17

0
4

3
9

3
4

8
9

36%
1

53
10

11

11

17

4
48%
36

6
44
47

0
72%
1

3
50
7

1
2

3
9

41%
5
5
2
67%
0

27
5
11
2
18
8

0%
5

8
10

6
0

8
1

50%
0

22
4

33%

47%

256

12

79

Lampiran

10

Aceh Tenggara

Bidang Strategis

Hasil

Kerangka Peraturan
Perundangan Daerah

Perencanaan Dan
Penganggaran

Pengelolaan Kas

Pengadaan Barang
Dan Jasa
Akuntansi Dan
Pelaporan

Adanya kerangka peraturan peraturan perundangan daerah yang


komprehensif sebagaimana diamanatkan oleh kerangka hukum nasional
mengenai pengelolaan keuangan daerah
Kerangka peraturan perundangan daerah mengatur mengenai penegakan
hukum dan struktur organisasi yang efektif
Kerangka peraturan perundangan daerah mencakup ketentuan-ketentuan
untuk meningkatkan transparansi dan partisipasi masyarakat
Adanya hubungan yang konsisten antara proses perencanaan bottom-up
yang partisipatif, perencanaan pembangunan daerah, perencanaan
sektoral dan apbd
Anggaran berdasarkan kerangka jangka menengah
Target anggaran layak dan berdasarkan proses penyusunan anggaran
yang realistis
Anggaran memihak kelompok-miskin
Sistem pemantauan dan evaluasi partisipatif yang komprehensif dalam
proses perencanaan dan penganggaran telah terbentuk
Pengendalian Pengeluaran Digunakan Untuk Memastikan Kinerja
Anggaran
Kebijakan, prosedur, dan pengendalian untuk mendorong pengelolaan kas
yang efisien telah dibentuk
Penerimaan kas, pembayaran kas, serta surplus kas temporer dikelola
dan dikendalikan secara efisien
Terdapat sistem penagihan dan pemungutan pendapatan daerah yang
efisien
Peningkatan dan penanganan manajemen pendapatan
Kebijakan, prosedur, dan pengendalian untuk mendorong effisiensi
pengadaan barang dan jasa yang kompetitif ditetapkan dan dilaksanakan
Suatu sistem penanganan pengaduan resmi beroperasi
Adanya kapasitas sdm dan kelembagaan yang memadai untuk fungsi
akuntansi dan keuangan
Sistem informasi akuntansi dan manajemen sudah terintegrasi
Seluruh transaksi dan saldo keuangan pemerintah daerah dicatat secara
akurat dan tepat waktu
Terdapat laporan keuangan dan informasi manajemen yang dapat
diandalkan

Audit Internal

Bawasda terorganisir dan diberdayakan untuk beroperasi dengan efektif


Standar dan prosedur audit internal yang diaplikasikan dapat diterima
Temuan audit internal ditindaklanjuti segera

Hutang Dan Investasi


Publik

Kebijakan, prosedur, serta pengendalian pinjaman dan investasi daerah


yang memperhitungkan risiko telah ditetapkan dan dilaksanakan

Pengelolaan Aset

Terdapat prosedur dan mekanisme untuk memastikan efektifitas tata


kelola bumd
Ditetapkan dan dilaksanakannya kebijakan, prosedur, dan pengendalian
mengenai perolehan aset dan pengelolaan aset tetap yang dimiliki secara
efektif
Basis informasi pendukung pengelolaan aset ditetapkan dan dipelihara
Pengelolaan aset dihubungkan dengan perencanaan dan penganggaran
(apbd)

Audit Eksternal Dan


Pengawasan
Kerangka Peraturan
Perundangan Daerah

Average

80

Audit eksternal yang rutin menjamin efektifitas akuntabilitas pemerintah


daerah
Adanya kerangka peraturan peraturan perundangan daerah yang
komprehensif sebagaimana diamanatkan oleh kerangka hukum nasional
mengenai pengelolaan keuangan daerah

Jumlah
indikator
tercapai
6

Jumlah
indikator

48%
9

25
17

1
4

3
9

6
3

8
9

49%
4

53
10

11

17

1
27%
35

6
44
47

2
74%
0

3
50
7

0
4

3
9

19%
2
6
1
50%
3

27
5
11
2
18
8

38%
3

8
10

3
1

8
1

32%
1

22
4

22%

44%

256

12

Lampiran

11

Simeulue

Bidang Strategis

Hasil

Kerangka peraturan
perundangan daerah

Adanya kerangka peraturan peraturan perundangan daerah yang


komprehensif sebagaimana diamanatkan oleh kerangka hukum nasional
mengenai pengelolaan keuangan daerah
Kerangka peraturan perundangan daerah mengatur mengenai penegakan
hukum dan struktur organisasi yang efektif
Kerangka peraturan perundangan daerah mencakup ketentuan-ketentuan
untuk meningkatkan transparansi dan partisipasi masyarakat

Perencanaan dan
penganggaran

Pengelolaan Kas

Pengadaan Barang
Dan Jasa
Akuntansi Dan
Pelaporan

Adanya hubungan yang konsisten antara proses perencanaan bottom-up


yang partisipatif, perencanaan pembangunan daerah, perencanaan sektoral
dan apbd
Anggaran berdasarkan kerangka jangka menengah
Target anggaran layak dan berdasarkan proses penyusunan anggaran yang
realistis
Anggaran memihak kelompok-miskin
Sistem pemantauan dan evaluasi partisipatif yang komprehensif dalam
proses perencanaan dan penganggaran telah terbentuk
Pengendalian Pengeluaran Digunakan Untuk Memastikan Kinerja Anggaran
Kebijakan, prosedur, dan pengendalian untuk mendorong pengelolaan kas
yang efisien telah dibentuk
Penerimaan kas, pembayaran kas, serta surplus kas temporer dikelola dan
dikendalikan secara efisien
Terdapat sistem penagihan dan pemungutan pendapatan daerah yang
efisien
Peningkatan dan penanganan manajemen pendapatan
Kebijakan, prosedur, dan pengendalian untuk mendorong effisiensi
pengadaan barang dan jasa yang kompetitif ditetapkan dan dilaksanakan
Suatu sistem penanganan pengaduan resmi beroperasi
Adanya kapasitas sdm dan kelembagaan yang memadai untuk fungsi
akuntansi dan keuangan
Sistem informasi akuntansi dan manajemen sudah terintegrasi
Seluruh transaksi dan saldo keuangan pemerintah daerah dicatat secara
akurat dan tepat waktu
Terdapat laporan keuangan dan informasi manajemen yang dapat
diandalkan

Audit Internal

Bawasda terorganisir dan diberdayakan untuk beroperasi dengan efektif


Standar dan prosedur audit internal yang diaplikasikan dapat diterima
Temuan audit internal ditindaklanjuti segera

Hutang Dan Investasi


Publik

Kebijakan, prosedur, serta pengendalian pinjaman dan investasi daerah


yang memperhitungkan risiko telah ditetapkan dan dilaksanakan

Pengelolaan Aset

Terdapat prosedur dan mekanisme untuk memastikan efektifitas tata kelola


bumd
Ditetapkan dan dilaksanakannya kebijakan, prosedur, dan pengendalian
mengenai perolehan aset dan pengelolaan aset tetap yang dimiliki secara
efektif
Basis informasi pendukung pengelolaan aset ditetapkan dan dipelihara
Pengelolaan aset dihubungkan dengan perencanaan dan penganggaran
(apbd)

Audit Eksternal Dan


Pengawasan
Kerangka peraturan
perundangan daerah

Average

Audit eksternal yang rutin menjamin efektifitas akuntabilitas pemerintah


daerah
Adanya kerangka peraturan peraturan perundangan daerah yang
komprehensif sebagaimana diamanatkan oleh kerangka hukum nasional
mengenai pengelolaan keuangan daerah

Jumlah
indikator
tercapai
5

Jumlah
indikator

36%
6

25
17

2
8

3
9

7
1

8
9

3
51%
1

4
53
10

11

10

17

4
43%
36

6
44
47

2
76%
0

3
50
7

0
6

3
9

52%
2
6
2
56%
2

27
5
11
2
18
8

25%
5

8
10

4
1

8
1

50%
3

22
4

56%
53%

9
256

12

81

Lampiran

12

Singkil

Bidang Strategis

Hasil

Kerangka Peraturan
Perundangan Daerah

Adanya kerangka peraturan peraturan perundangan daerah yang


komprehensif sebagaimana diamanatkan oleh kerangka hukum nasional
mengenai pengelolaan keuangan daerah
Kerangka peraturan perundangan daerah mengatur mengenai penegakan
hukum dan struktur organisasi yang efektif
Kerangka peraturan perundangan daerah mencakup ketentuan-ketentuan
untuk meningkatkan transparansi dan partisipasi masyarakat

Perencanaan Dan
Penganggaran

Pengelolaan Kas

Pengadaan Barang
Dan Jasa
Akuntansi Dan
Pelaporan

Adanya hubungan yang konsisten antara proses perencanaan bottom-up


yang partisipatif, perencanaan pembangunan daerah, perencanaan sektoral
dan apbd
Anggaran berdasarkan kerangka jangka menengah
Target anggaran layak dan berdasarkan proses penyusunan anggaran yang
realistis
Anggaran memihak kelompok-miskin
Sistem pemantauan dan evaluasi partisipatif yang komprehensif dalam
proses perencanaan dan penganggaran telah terbentuk
Pengendalian Pengeluaran Digunakan Untuk Memastikan Kinerja Anggaran
Kebijakan, prosedur, dan pengendalian untuk mendorong pengelolaan kas
yang efisien telah dibentuk
Penerimaan kas, pembayaran kas, serta surplus kas temporer dikelola dan
dikendalikan secara efisien
Terdapat sistem penagihan dan pemungutan pendapatan daerah yang
efisien
Peningkatan dan penanganan manajemen pendapatan
Kebijakan, prosedur, dan pengendalian untuk mendorong effisiensi
pengadaan barang dan jasa yang kompetitif ditetapkan dan dilaksanakan
Suatu sistem penanganan pengaduan resmi beroperasi
Adanya kapasitas sdm dan kelembagaan yang memadai untuk fungsi
akuntansi dan keuangan
Sistem informasi akuntansi dan manajemen sudah terintegrasi
Seluruh transaksi dan saldo keuangan pemerintah daerah dicatat secara
akurat dan tepat waktu
Terdapat laporan keuangan dan informasi manajemen yang dapat
diandalkan

Audit Internal

Bawasda terorganisir dan diberdayakan untuk beroperasi dengan efektif


Standar dan prosedur audit internal yang diaplikasikan dapat diterima
Temuan audit internal ditindaklanjuti segera

Hutang Dan Investasi


Publik

Kebijakan, prosedur, serta pengendalian pinjaman dan investasi daerah yang


memperhitungkan risiko telah ditetapkan dan dilaksanakan

Pengelolaan Aset

Terdapat prosedur dan mekanisme untuk memastikan efektifitas tata kelola


bumd
Ditetapkan dan dilaksanakannya kebijakan, prosedur, dan pengendalian
mengenai perolehan aset dan pengelolaan aset tetap yang dimiliki secara
efektif
Basis informasi pendukung pengelolaan aset ditetapkan dan dipelihara
Pengelolaan aset dihubungkan dengan perencanaan dan penganggaran
(apbd)

Audit Eksternal Dan


Pengawasan
Kerangka Peraturan
Perundangan Daerah

Average

82

Audit eksternal yang rutin menjamin efektifitas akuntabilitas pemerintah


daerah
Adanya kerangka peraturan peraturan perundangan daerah yang
komprehensif sebagaimana diamanatkan oleh kerangka hukum nasional
mengenai pengelolaan keuangan daerah

Jumlah
indikator
tercapai
7

Jumlah
indikator

44%
5

25
17

1
7

3
9

8
3

8
9

3
51%
6

4
53
10

11

17

2
39%
32

6
44
47

2
68%
0

3
50
7

0
4

3
9

33%
2
5
2
50%
4

27
5
11
2
18
8

50%
4

8
10

3
1

8
1

36%
1

22
4

56%

48%

256

12

Lampiran

13

Aceh Taming

Bidang Strategis

Hasil

Kerangka Peraturan
Perundangan Daerah

Adanya kerangka peraturan peraturan perundangan daerah yang


komprehensif sebagaimana diamanatkan oleh kerangka hukum nasional
mengenai pengelolaan keuangan daerah
Kerangka peraturan perundangan daerah mengatur mengenai penegakan
hukum dan struktur organisasi yang efektif
Kerangka peraturan perundangan daerah mencakup ketentuan-ketentuan
untuk meningkatkan transparansi dan partisipasi masyarakat

Perencanaan Dan
Penganggaran

Pengelolaan Kas

Pengadaan Barang
Dan Jasa

Akuntansi Dan
Pelaporan

Adanya hubungan yang konsisten antara proses perencanaan bottom-up


yang partisipatif, perencanaan pembangunan daerah, perencanaan sektoral
dan apbd
Anggaran berdasarkan kerangka jangka menengah
Target anggaran layak dan berdasarkan proses penyusunan anggaran yang
realistis
Anggaran memihak kelompok-miskin
Sistem pemantauan dan evaluasi partisipatif yang komprehensif dalam
proses perencanaan dan penganggaran telah terbentuk
Pengendalian Pengeluaran Digunakan Untuk Memastikan Kinerja Anggaran
Kebijakan, prosedur, dan pengendalian untuk mendorong pengelolaan kas
yang efisien telah dibentuk
Penerimaan kas, pembayaran kas, serta surplus kas temporer dikelola dan
dikendalikan secara efisien
Terdapat sistem penagihan dan pemungutan pendapatan daerah yang
efisien
Peningkatan dan penanganan manajemen pendapatan
Kebijakan, prosedur, dan pengendalian untuk mendorong effisiensi
pengadaan barang dan jasa yang kompetitif ditetapkan dan dilaksanakan
Suatu sistem penanganan pengaduan resmi beroperasi
Adanya kapasitas sdm dan kelembagaan yang memadai untuk fungsi
akuntansi dan keuangan
Sistem informasi akuntansi dan manajemen sudah terintegrasi
Seluruh transaksi dan saldo keuangan pemerintah daerah dicatat secara
akurat dan tepat waktu
Terdapat laporan keuangan dan informasi manajemen yang dapat
diandalkan

Audit Internal

Bawasda terorganisir dan diberdayakan untuk beroperasi dengan efektif


Standar dan prosedur audit internal yang diaplikasikan dapat diterima
Temuan audit internal ditindaklanjuti segera

Hutang Dan Investasi


Publik

Kebijakan, prosedur, serta pengendalian pinjaman dan investasi daerah


yang memperhitungkan risiko telah ditetapkan dan dilaksanakan

Pengelolaan Aset

Terdapat prosedur dan mekanisme untuk memastikan efektifitas tata kelola


bumd
Ditetapkan dan dilaksanakannya kebijakan, prosedur, dan pengendalian
mengenai perolehan aset dan pengelolaan aset tetap yang dimiliki secara
efektif
Basis informasi pendukung pengelolaan aset ditetapkan dan dipelihara
Pengelolaan aset dihubungkan dengan perencanaan dan penganggaran
(apbd)

Audit Eksternal Dan


Pengawasan
Kerangka Peraturan
Perundangan Daerah

Average

Audit eksternal yang rutin menjamin efektifitas akuntabilitas pemerintah


daerah
Adanya kerangka peraturan peraturan perundangan daerah yang
komprehensif sebagaimana diamanatkan oleh kerangka hukum nasional
mengenai pengelolaan keuangan daerah

Jumlah
indikator
tercapai
6

Jumlah
indikator

44%
9

25
17

1
2

3
9

2
0

8
9

2
30%
6

4
53
10

11

17

2
39%
28

6
44
47

58%
1

50
7

0
5

3
9

37%
2
5
1
44%
3

27
5
11
2
18
8

38%
4

8
10

2
1

8
1

27%
2

22
4

33%

40%

256

12

83

Lampiran

14

Kota Langsa

Bidang Strategis

Hasil

Kerangka Peraturan
Perundangan Daerah

Adanya kerangka peraturan peraturan perundangan daerah yang


komprehensif sebagaimana diamanatkan oleh kerangka hukum nasional
mengenai pengelolaan keuangan daerah
Kerangka peraturan perundangan daerah mengatur mengenai penegakan
hukum dan struktur organisasi yang efektif
Kerangka peraturan perundangan daerah mencakup ketentuan-ketentuan
untuk meningkatkan transparansi dan partisipasi masyarakat

Perencanaan Dan
Penganggaran

Pengelolaan Kas

Pengadaan Barang
Dan Jasa
Akuntansi Dan
Pelaporan

Adanya hubungan yang konsisten antara proses perencanaan bottom-up


yang partisipatif, perencanaan pembangunan daerah, perencanaan sektoral
dan apbd
Anggaran berdasarkan kerangka jangka menengah
Target anggaran layak dan berdasarkan proses penyusunan anggaran yang
realistis
Anggaran memihak kelompok-miskin
Sistem pemantauan dan evaluasi partisipatif yang komprehensif dalam
proses perencanaan dan penganggaran telah terbentuk
Pengendalian Pengeluaran Digunakan Untuk Memastikan Kinerja Anggaran
Kebijakan, prosedur, dan pengendalian untuk mendorong pengelolaan kas
yang efisien telah dibentuk
Penerimaan kas, pembayaran kas, serta surplus kas temporer dikelola dan
dikendalikan secara efisien
Terdapat sistem penagihan dan pemungutan pendapatan daerah yang
efisien
Peningkatan dan penanganan manajemen pendapatan
Kebijakan, prosedur, dan pengendalian untuk mendorong effisiensi
pengadaan barang dan jasa yang kompetitif ditetapkan dan dilaksanakan
Suatu sistem penanganan pengaduan resmi beroperasi
Adanya kapasitas sdm dan kelembagaan yang memadai untuk fungsi
akuntansi dan keuangan
Sistem informasi akuntansi dan manajemen sudah terintegrasi
Seluruh transaksi dan saldo keuangan pemerintah daerah dicatat secara
akurat dan tepat waktu
Terdapat laporan keuangan dan informasi manajemen yang dapat
diandalkan

Audit Internal

Bawasda terorganisir dan diberdayakan untuk beroperasi dengan efektif


Standar dan prosedur audit internal yang diaplikasikan dapat diterima
Temuan audit internal ditindaklanjuti segera

Hutang Dan Investasi


Publik

Kebijakan, prosedur, serta pengendalian pinjaman dan investasi daerah


yang memperhitungkan risiko telah ditetapkan dan dilaksanakan

Pengelolaan Aset

Terdapat prosedur dan mekanisme untuk memastikan efektifitas tata kelola


bumd
Ditetapkan dan dilaksanakannya kebijakan, prosedur, dan pengendalian
mengenai perolehan aset dan pengelolaan aset tetap yang dimiliki secara
efektif
Basis informasi pendukung pengelolaan aset ditetapkan dan dipelihara
Pengelolaan aset dihubungkan dengan perencanaan dan penganggaran
(apbd)

Audit Eksternal Dan


Pengawasan
Kerangka Peraturan
Perundangan Daerah

Average

84

Audit eksternal yang rutin menjamin efektifitas akuntabilitas pemerintah


daerah
Adanya kerangka peraturan peraturan perundangan daerah yang
komprehensif sebagaimana diamanatkan oleh kerangka hukum nasional
mengenai pengelolaan keuangan daerah

Jumlah
indikator
tercapai
9

Jumlah
indikator

56%
12

25
17

1
4

3
9

3
5

8
9

4
55%
6

4
53
10

11

17

1
43%
32

6
44
47

1
66%
0

3
50
7

0
7

3
9

48%
3
6
2
61%
4

27
5
11
2
18
8

50%
4

8
10

4
0

8
1

36%
2

22
4

12

33%

52%

256

Lampiran

15

Gayo Lues

Bidang Strategis

Hasil

Kerangka Peraturan
Perundangan Daerah

Adanya kerangka peraturan peraturan perundangan daerah yang


komprehensif sebagaimana diamanatkan oleh kerangka hukum nasional
mengenai pengelolaan keuangan daerah
Kerangka peraturan perundangan daerah mengatur mengenai penegakan
hukum dan struktur organisasi yang efektif
Kerangka peraturan perundangan daerah mencakup ketentuan-ketentuan
untuk meningkatkan transparansi dan partisipasi masyarakat

Perencanaan Dan
Penganggaran

Pengelolaan Kas

Pengadaan Barang
Dan Jasa
Akuntansi Dan
Pelaporan

Adanya hubungan yang konsisten antara proses perencanaan bottom-up


yang partisipatif, perencanaan pembangunan daerah, perencanaan sektoral
dan apbd
Anggaran berdasarkan kerangka jangka menengah
Target anggaran layak dan berdasarkan proses penyusunan anggaran yang
realistis
Anggaran memihak kelompok-miskin
Sistem pemantauan dan evaluasi partisipatif yang komprehensif dalam
proses perencanaan dan penganggaran telah terbentuk
Pengendalian Pengeluaran Digunakan Untuk Memastikan Kinerja Anggaran
Kebijakan, prosedur, dan pengendalian untuk mendorong pengelolaan kas
yang efisien telah dibentuk
Penerimaan kas, pembayaran kas, serta surplus kas temporer dikelola dan
dikendalikan secara efisien
Terdapat sistem penagihan dan pemungutan pendapatan daerah yang
efisien
Peningkatan dan penanganan manajemen pendapatan
Kebijakan, prosedur, dan pengendalian untuk mendorong effisiensi
pengadaan barang dan jasa yang kompetitif ditetapkan dan dilaksanakan
Suatu sistem penanganan pengaduan resmi beroperasi
Adanya kapasitas sdm dan kelembagaan yang memadai untuk fungsi
akuntansi dan keuangan
Sistem informasi akuntansi dan manajemen sudah terintegrasi
Seluruh transaksi dan saldo keuangan pemerintah daerah dicatat secara
akurat dan tepat waktu
Terdapat laporan keuangan dan informasi manajemen yang dapat
diandalkan

Audit Internal

Bawasda terorganisir dan diberdayakan untuk beroperasi dengan efektif


Standar dan prosedur audit internal yang diaplikasikan dapat diterima
Temuan audit internal ditindaklanjuti segera

Hutang Dan Investasi


Publik

Kebijakan, prosedur, serta pengendalian pinjaman dan investasi daerah


yang memperhitungkan risiko telah ditetapkan dan dilaksanakan

Pengelolaan Aset

Terdapat prosedur dan mekanisme untuk memastikan efektifitas tata kelola


bumd
Ditetapkan dan dilaksanakannya kebijakan, prosedur, dan pengendalian
mengenai perolehan aset dan pengelolaan aset tetap yang dimiliki secara
efektif
Basis informasi pendukung pengelolaan aset ditetapkan dan dipelihara
Pengelolaan aset dihubungkan dengan perencanaan dan penganggaran
(apbd)

Audit Eksternal Dan


Pengawasan
Kerangka Peraturan
Perundangan Daerah

Average

Audit eksternal yang rutin menjamin efektifitas akuntabilitas pemerintah


daerah
Adanya kerangka peraturan peraturan perundangan daerah yang
komprehensif sebagaimana diamanatkan oleh kerangka hukum nasional
mengenai pengelolaan keuangan daerah

Jumlah
indikator
tercapai
6

Jumlah
indikator

36%
11

25
17

1
4

3
9

5
3

8
9

3
51%
6

4
53
10

11

17

0
34%
28

6
44
47

1
58%
3

3
50
7

3
7

3
9

74%
1
4
2
39%
2

27
5
11
2
18
8

25%
2

8
10

5
0

8
1

32%
2

22
4

12

33%

47%

256

85

Lampiran

16

Aceh Barat Daya

Bidang Strategis

Hasil

Kerangka peraturan
perundangan daerah

Adanya kerangka peraturan peraturan perundangan daerah yang


komprehensif sebagaimana diamanatkan oleh kerangka hukum nasional
mengenai pengelolaan keuangan daerah
Kerangka peraturan perundangan daerah mengatur mengenai penegakan
hukum dan struktur organisasi yang efektif
Kerangka peraturan perundangan daerah mencakup ketentuan-ketentuan
untuk meningkatkan transparansi dan partisipasi masyarakat

Perencanaan dan
penganggaran

Pengelolaan Kas

Pengadaan Barang
Dan Jasa
Akuntansi Dan
Pelaporan

Adanya hubungan yang konsisten antara proses perencanaan bottom-up


yang partisipatif, perencanaan pembangunan daerah, perencanaan sektoral
dan apbd
Anggaran berdasarkan kerangka jangka menengah
Target anggaran layak dan berdasarkan proses penyusunan anggaran yang
realistis
Anggaran memihak kelompok-miskin
Sistem pemantauan dan evaluasi partisipatif yang komprehensif dalam
proses perencanaan dan penganggaran telah terbentuk
Pengendalian Pengeluaran Digunakan Untuk Memastikan Kinerja Anggaran
Kebijakan, prosedur, dan pengendalian untuk mendorong pengelolaan kas
yang efisien telah dibentuk
Penerimaan kas, pembayaran kas, serta surplus kas temporer dikelola dan
dikendalikan secara efisien
Terdapat sistem penagihan dan pemungutan pendapatan daerah yang
efisien
Peningkatan dan penanganan manajemen pendapatan
Kebijakan, prosedur, dan pengendalian untuk mendorong effisiensi
pengadaan barang dan jasa yang kompetitif ditetapkan dan dilaksanakan
Suatu sistem penanganan pengaduan resmi beroperasi
Adanya kapasitas sdm dan kelembagaan yang memadai untuk fungsi
akuntansi dan keuangan
Sistem informasi akuntansi dan manajemen sudah terintegrasi
Seluruh transaksi dan saldo keuangan pemerintah daerah dicatat secara
akurat dan tepat waktu
Terdapat laporan keuangan dan informasi manajemen yang dapat
diandalkan

Audit Internal

Bawasda terorganisir dan diberdayakan untuk beroperasi dengan efektif


Standar dan prosedur audit internal yang diaplikasikan dapat diterima
Temuan audit internal ditindaklanjuti segera

Hutang Dan Investasi


Publik

Kebijakan, prosedur, serta pengendalian pinjaman dan investasi daerah


yang memperhitungkan risiko telah ditetapkan dan dilaksanakan

Pengelolaan Aset

Terdapat prosedur dan mekanisme untuk memastikan efektifitas tata kelola


bumd
Ditetapkan dan dilaksanakannya kebijakan, prosedur, dan pengendalian
mengenai perolehan aset dan pengelolaan aset tetap yang dimiliki secara
efektif
Basis informasi pendukung pengelolaan aset ditetapkan dan dipelihara
Pengelolaan aset dihubungkan dengan perencanaan dan penganggaran
(apbd)

Audit Eksternal Dan


Pengawasan
Kerangka peraturan
perundangan daerah

Average

86

Audit eksternal yang rutin menjamin efektifitas akuntabilitas pemerintah


daerah
Adanya kerangka peraturan peraturan perundangan daerah yang
komprehensif sebagaimana diamanatkan oleh kerangka hukum nasional
mengenai pengelolaan keuangan daerah

Jumlah
indikator
tercapai
4

Jumlah
indikator

24%
7

25
17

1
4

3
9

3
4

8
9

3
42%
0

4
53
10

11

17

0
14%
24

6
44
47

0
48%
0

3
50
7

0
3

3
9

15%
1
5
2
44%
2

27
5
11
2
18
8

25%
0

8
10

3
0

8
1

14%
0

22
4

11%

30%

256

12

Lampiran

17

Aceh Selatan

Bidang Strategis

Hasil

Kerangka peraturan
perundangan daerah

Adanya kerangka peraturan peraturan perundangan daerah yang


komprehensif sebagaimana diamanatkan oleh kerangka hukum nasional
mengenai pengelolaan keuangan daerah
Kerangka peraturan perundangan daerah mengatur mengenai penegakan
hukum dan struktur organisasi yang efektif
Kerangka peraturan perundangan daerah mencakup ketentuan-ketentuan
untuk meningkatkan transparansi dan partisipasi masyarakat

Perencanaan dan
penganggaran

Pengelolaan Kas

Pengadaan Barang
Dan Jasa
Akuntansi Dan
Pelaporan

Adanya hubungan yang konsisten antara proses perencanaan bottom-up


yang partisipatif, perencanaan pembangunan daerah, perencanaan sektoral
dan apbd
Anggaran berdasarkan kerangka jangka menengah
Target anggaran layak dan berdasarkan proses penyusunan anggaran yang
realistis
Anggaran memihak kelompok-miskin
Sistem pemantauan dan evaluasi partisipatif yang komprehensif dalam
proses perencanaan dan penganggaran telah terbentuk
Pengendalian Pengeluaran Digunakan Untuk Memastikan Kinerja Anggaran
Kebijakan, prosedur, dan pengendalian untuk mendorong pengelolaan kas
yang efisien telah dibentuk
Penerimaan kas, pembayaran kas, serta surplus kas temporer dikelola dan
dikendalikan secara efisien
Terdapat sistem penagihan dan pemungutan pendapatan daerah yang
efisien
Peningkatan dan penanganan manajemen pendapatan
Kebijakan, prosedur, dan pengendalian untuk mendorong effisiensi
pengadaan barang dan jasa yang kompetitif ditetapkan dan dilaksanakan
Suatu sistem penanganan pengaduan resmi beroperasi
Adanya kapasitas sdm dan kelembagaan yang memadai untuk fungsi
akuntansi dan keuangan
Sistem informasi akuntansi dan manajemen sudah terintegrasi
Seluruh transaksi dan saldo keuangan pemerintah daerah dicatat secara
akurat dan tepat waktu
Terdapat laporan keuangan dan informasi manajemen yang dapat
diandalkan

Audit Internal

Bawasda terorganisir dan diberdayakan untuk beroperasi dengan efektif


Standar dan prosedur audit internal yang diaplikasikan dapat diterima
Temuan audit internal ditindaklanjuti segera

Hutang Dan Investasi


Publik

Kebijakan, prosedur, serta pengendalian pinjaman dan investasi daerah


yang memperhitungkan risiko telah ditetapkan dan dilaksanakan

Pengelolaan Aset

Terdapat prosedur dan mekanisme untuk memastikan efektifitas tata kelola


bumd
Ditetapkan dan dilaksanakannya kebijakan, prosedur, dan pengendalian
mengenai perolehan aset dan pengelolaan aset tetap yang dimiliki secara
efektif
Basis informasi pendukung pengelolaan aset ditetapkan dan dipelihara
Pengelolaan aset dihubungkan dengan perencanaan dan penganggaran
(apbd)

Audit Eksternal Dan


Pengawasan
Kerangka peraturan
perundangan daerah

Average

Audit eksternal yang rutin menjamin efektifitas akuntabilitas pemerintah


daerah
Adanya kerangka peraturan peraturan perundangan daerah yang
komprehensif sebagaimana diamanatkan oleh kerangka hukum nasional
mengenai pengelolaan keuangan daerah

Jumlah
indikator
tercapai
4

Jumlah
indikator

24%
11

25
17

2
2

3
9

6
2

8
9

3
49%
1

4
53
10

11

17

0
16%
29

6
44
47

0
58%
0

3
50
7

0
3

3
9

22%
2
4
2
44%
3

27
5
11
2
18
8

38%
6

8
10

4
0

8
1

50%
1

22
4

12

56%

40%

256

87

Lampiran

18

Aceh Tengah

Bidang Strategis

Hasil

Kerangka peraturan
perundangan daerah

Adanya kerangka peraturan peraturan perundangan daerah yang


komprehensif sebagaimana diamanatkan oleh kerangka hukum nasional
mengenai pengelolaan keuangan daerah
Kerangka peraturan perundangan daerah mengatur mengenai penegakan
hukum dan struktur organisasi yang efektif
Kerangka peraturan perundangan daerah mencakup ketentuan-ketentuan
untuk meningkatkan transparansi dan partisipasi masyarakat

Perencanaan dan
penganggaran

Pengelolaan Kas

Pengadaan Barang
Dan Jasa
Akuntansi Dan
Pelaporan

Adanya hubungan yang konsisten antara proses perencanaan bottom-up


yang partisipatif, perencanaan pembangunan daerah, perencanaan sektoral
dan apbd
Anggaran berdasarkan kerangka jangka menengah
Target anggaran layak dan berdasarkan proses penyusunan anggaran yang
realistis
Anggaran memihak kelompok-miskin
Sistem pemantauan dan evaluasi partisipatif yang komprehensif dalam
proses perencanaan dan penganggaran telah terbentuk
Pengendalian Pengeluaran Digunakan Untuk Memastikan Kinerja Anggaran
Kebijakan, prosedur, dan pengendalian untuk mendorong pengelolaan kas
yang efisien telah dibentuk
Penerimaan kas, pembayaran kas, serta surplus kas temporer dikelola dan
dikendalikan secara efisien
Terdapat sistem penagihan dan pemungutan pendapatan daerah yang
efisien
Peningkatan dan penanganan manajemen pendapatan
Kebijakan, prosedur, dan pengendalian untuk mendorong effisiensi
pengadaan barang dan jasa yang kompetitif ditetapkan dan dilaksanakan
Suatu sistem penanganan pengaduan resmi beroperasi
Adanya kapasitas sdm dan kelembagaan yang memadai untuk fungsi
akuntansi dan keuangan
Sistem informasi akuntansi dan manajemen sudah terintegrasi
Seluruh transaksi dan saldo keuangan pemerintah daerah dicatat secara
akurat dan tepat waktu
Terdapat laporan keuangan dan informasi manajemen yang dapat
diandalkan

Audit Internal

Bawasda terorganisir dan diberdayakan untuk beroperasi dengan efektif


Standar dan prosedur audit internal yang diaplikasikan dapat diterima
Temuan audit internal ditindaklanjuti segera

Hutang Dan Investasi


Publik

Kebijakan, prosedur, serta pengendalian pinjaman dan investasi daerah


yang memperhitungkan risiko telah ditetapkan dan dilaksanakan

Pengelolaan Aset

Terdapat prosedur dan mekanisme untuk memastikan efektifitas tata kelola


bumd
Ditetapkan dan dilaksanakannya kebijakan, prosedur, dan pengendalian
mengenai perolehan aset dan pengelolaan aset tetap yang dimiliki secara
efektif
Basis informasi pendukung pengelolaan aset ditetapkan dan dipelihara
Pengelolaan aset dihubungkan dengan perencanaan dan penganggaran
(apbd)

Audit Eksternal Dan


Pengawasan
Kerangka peraturan
perundangan daerah

Average

88

Audit eksternal yang rutin menjamin efektifitas akuntabilitas pemerintah


daerah
Adanya kerangka peraturan peraturan perundangan daerah yang
komprehensif sebagaimana diamanatkan oleh kerangka hukum nasional
mengenai pengelolaan keuangan daerah

Jumlah
indikator
tercapai
4

Jumlah
indikator

32%
8

25
17

0
3

3
9

5
2

8
9

3
40%
1

4
53
10

11

17

0
23%
27

6
44
47

1
56%
0

3
50
7

0
5

3
9

30%
2
3
1
33%
1

27
5
11
2
18
8

13%
2

8
10

2
1

8
1

27%
2

22
4

44%

36%

256

12

Lampiran

19

Bener Meriah

Bidang Strategis

Hasil

Kerangka Peraturan
Perundangan Daerah

Adanya kerangka peraturan peraturan perundangan daerah yang


komprehensif sebagaimana diamanatkan oleh kerangka hukum nasional
mengenai pengelolaan keuangan daerah
Kerangka peraturan perundangan daerah mengatur mengenai penegakan
hukum dan struktur organisasi yang efektif
Kerangka peraturan perundangan daerah mencakup ketentuan-ketentuan
untuk meningkatkan transparansi dan partisipasi masyarakat

Perencanaan Dan
Penganggaran

Pengelolaan Kas

Pengadaan Barang
Dan Jasa
Akuntansi Dan
Pelaporan

Adanya hubungan yang konsisten antara proses perencanaan bottom-up


yang partisipatif, perencanaan pembangunan daerah, perencanaan sektoral
dan apbd
Anggaran berdasarkan kerangka jangka menengah
Target anggaran layak dan berdasarkan proses penyusunan anggaran yang
realistis
Anggaran memihak kelompok-miskin
Sistem pemantauan dan evaluasi partisipatif yang komprehensif dalam
proses perencanaan dan penganggaran telah terbentuk
Pengendalian Pengeluaran Digunakan Untuk Memastikan Kinerja Anggaran
Kebijakan, prosedur, dan pengendalian untuk mendorong pengelolaan kas
yang efisien telah dibentuk
Penerimaan kas, pembayaran kas, serta surplus kas temporer dikelola dan
dikendalikan secara efisien
Terdapat sistem penagihan dan pemungutan pendapatan daerah yang
efisien
Peningkatan dan penanganan manajemen pendapatan
Kebijakan, prosedur, dan pengendalian untuk mendorong effisiensi
pengadaan barang dan jasa yang kompetitif ditetapkan dan dilaksanakan
Suatu sistem penanganan pengaduan resmi beroperasi
Adanya kapasitas sdm dan kelembagaan yang memadai untuk fungsi
akuntansi dan keuangan
Sistem informasi akuntansi dan manajemen sudah terintegrasi
Seluruh transaksi dan saldo keuangan pemerintah daerah dicatat secara
akurat dan tepat waktu
Terdapat laporan keuangan dan informasi manajemen yang dapat
diandalkan

Audit Internal

Bawasda terorganisir dan diberdayakan untuk beroperasi dengan efektif


Standar dan prosedur audit internal yang diaplikasikan dapat diterima
Temuan audit internal ditindaklanjuti segera

Hutang Dan Investasi


Publik

Kebijakan, prosedur, serta pengendalian pinjaman dan investasi daerah


yang memperhitungkan risiko telah ditetapkan dan dilaksanakan

Pengelolaan Aset

Terdapat prosedur dan mekanisme untuk memastikan efektifitas tata kelola


bumd
Ditetapkan dan dilaksanakannya kebijakan, prosedur, dan pengendalian
mengenai perolehan aset dan pengelolaan aset tetap yang dimiliki secara
efektif
Basis informasi pendukung pengelolaan aset ditetapkan dan dipelihara
Pengelolaan aset dihubungkan dengan perencanaan dan penganggaran
(apbd)

Audit Eksternal Dan


Pengawasan
Kerangka Peraturan
Perundangan Daerah
Average

Audit eksternal yang rutin menjamin efektifitas akuntabilitas pemerintah


daerah
Adanya kerangka peraturan peraturan perundangan daerah yang
komprehensif sebagaimana diamanatkan oleh kerangka hukum nasional
mengenai pengelolaan keuangan daerah

Jumlah
indikator
tercapai
2

Jumlah
indikator

20%
5

25
17

0
1

3
9

4
4

8
9

2
30%
2

4
53
10

11

17

0
18%
19

6
44
47

0
38%
0

3
50
7

0
3

3
9

15%
2
3
1
33%
1

27
5
11
2
18
8

13%
3

8
10

2
1

8
1

27%
1

22
4

33%
26%

9
256

12

89

Lampiran

20

Kota Sabang

Bidang Strategis

Hasil

Kerangka Peraturan
Perundangan Daerah

Adanya kerangka peraturan peraturan perundangan daerah yang


komprehensif sebagaimana diamanatkan oleh kerangka hukum nasional
mengenai pengelolaan keuangan daerah
Kerangka peraturan perundangan daerah mengatur mengenai penegakan
hukum dan struktur organisasi yang efektif
Kerangka peraturan perundangan daerah mencakup ketentuan-ketentuan
untuk meningkatkan transparansi dan partisipasi masyarakat

Perencanaan Dan
Penganggaran

Pengelolaan Kas

Pengadaan Barang
Dan Jasa
Akuntansi Dan
Pelaporan

Adanya hubungan yang konsisten antara proses perencanaan bottom-up


yang partisipatif, perencanaan pembangunan daerah, perencanaan sektoral
dan apbd
Anggaran berdasarkan kerangka jangka menengah
Target anggaran layak dan berdasarkan proses penyusunan anggaran yang
realistis
Anggaran memihak kelompok-miskin
Sistem pemantauan dan evaluasi partisipatif yang komprehensif dalam
proses perencanaan dan penganggaran telah terbentuk
Pengendalian Pengeluaran Digunakan Untuk Memastikan Kinerja Anggaran
Kebijakan, prosedur, dan pengendalian untuk mendorong pengelolaan kas
yang efisien telah dibentuk
Penerimaan kas, pembayaran kas, serta surplus kas temporer dikelola dan
dikendalikan secara efisien
Terdapat sistem penagihan dan pemungutan pendapatan daerah yang
efisien
Peningkatan dan penanganan manajemen pendapatan
Kebijakan, prosedur, dan pengendalian untuk mendorong effisiensi
pengadaan barang dan jasa yang kompetitif ditetapkan dan dilaksanakan
Suatu sistem penanganan pengaduan resmi beroperasi
Adanya kapasitas sdm dan kelembagaan yang memadai untuk fungsi
akuntansi dan keuangan
Sistem informasi akuntansi dan manajemen sudah terintegrasi
Seluruh transaksi dan saldo keuangan pemerintah daerah dicatat secara
akurat dan tepat waktu
Terdapat laporan keuangan dan informasi manajemen yang dapat
diandalkan

Audit Internal

Bawasda terorganisir dan diberdayakan untuk beroperasi dengan efektif


Standar dan prosedur audit internal yang diaplikasikan dapat diterima
Temuan audit internal ditindaklanjuti segera

Hutang Dan Investasi


Publik

Kebijakan, prosedur, serta pengendalian pinjaman dan investasi daerah


yang memperhitungkan risiko telah ditetapkan dan dilaksanakan

Pengelolaan Aset

Terdapat prosedur dan mekanisme untuk memastikan efektifitas tata kelola


bumd
Ditetapkan dan dilaksanakannya kebijakan, prosedur, dan pengendalian
mengenai perolehan aset dan pengelolaan aset tetap yang dimiliki secara
efektif
Basis informasi pendukung pengelolaan aset ditetapkan dan dipelihara
Pengelolaan aset dihubungkan dengan perencanaan dan penganggaran
(apbd)

Audit Eksternal Dan


Pengawasan
Kerangka Peraturan
Perundangan Daerah

Average

90

Audit eksternal yang rutin menjamin efektifitas akuntabilitas pemerintah


daerah
Adanya kerangka peraturan peraturan perundangan daerah yang
komprehensif sebagaimana diamanatkan oleh kerangka hukum nasional
mengenai pengelolaan keuangan daerah

Jumlah
indikator
tercapai
4

Jumlah
indikator

36%
4

25
17

0
4

3
9

3
6

8
9

1
34%
2

4
53
10

11

17

1
41%
27

6
44
47

0
54%
3

3
50
7

0
7

3
9

59%
3
4
2
50%
0

27
5
11
2
18
8

0%
4

8
10

3
1

8
1

41%
2

22
4

12

56%

43%

256

Lampiran

21

Kota Lhokseumawe

Bidang Strategis

Hasil

Kerangka Peraturan
Perundangan Daerah

Adanya kerangka peraturan peraturan perundangan daerah yang


komprehensif sebagaimana diamanatkan oleh kerangka hukum nasional
mengenai pengelolaan keuangan daerah
Kerangka peraturan perundangan daerah mengatur mengenai penegakan
hukum dan struktur organisasi yang efektif
Kerangka peraturan perundangan daerah mencakup ketentuan-ketentuan
untuk meningkatkan transparansi dan partisipasi masyarakat

Perencanaan Dan
Penganggaran

Pengelolaan Kas

Pengadaan Barang
Dan Jasa
Akuntansi Dan
Pelaporan

Adanya hubungan yang konsisten antara proses perencanaan bottom-up


yang partisipatif, perencanaan pembangunan daerah, perencanaan sektoral
dan apbd
Anggaran berdasarkan kerangka jangka menengah
Target anggaran layak dan berdasarkan proses penyusunan anggaran yang
realistis
Anggaran memihak kelompok-miskin
Sistem pemantauan dan evaluasi partisipatif yang komprehensif dalam
proses perencanaan dan penganggaran telah terbentuk
Pengendalian Pengeluaran Digunakan Untuk Memastikan Kinerja Anggaran
Kebijakan, prosedur, dan pengendalian untuk mendorong pengelolaan kas
yang efisien telah dibentuk
Penerimaan kas, pembayaran kas, serta surplus kas temporer dikelola dan
dikendalikan secara efisien
Terdapat sistem penagihan dan pemungutan pendapatan daerah yang
efisien
Peningkatan dan penanganan manajemen pendapatan
Kebijakan, prosedur, dan pengendalian untuk mendorong effisiensi
pengadaan barang dan jasa yang kompetitif ditetapkan dan dilaksanakan
Suatu sistem penanganan pengaduan resmi beroperasi
Adanya kapasitas sdm dan kelembagaan yang memadai untuk fungsi
akuntansi dan keuangan
Sistem informasi akuntansi dan manajemen sudah terintegrasi
Seluruh transaksi dan saldo keuangan pemerintah daerah dicatat secara
akurat dan tepat waktu
Terdapat laporan keuangan dan informasi manajemen yang dapat
diandalkan

Audit Internal

Bawasda terorganisir dan diberdayakan untuk beroperasi dengan efektif


Standar dan prosedur audit internal yang diaplikasikan dapat diterima
Temuan audit internal ditindaklanjuti segera

Hutang Dan Investasi


Publik

Kebijakan, prosedur, serta pengendalian pinjaman dan investasi daerah


yang memperhitungkan risiko telah ditetapkan dan dilaksanakan

Pengelolaan Aset

Terdapat prosedur dan mekanisme untuk memastikan efektifitas tata kelola


bumd
Ditetapkan dan dilaksanakannya kebijakan, prosedur, dan pengendalian
mengenai perolehan aset dan pengelolaan aset tetap yang dimiliki secara
efektif
Basis informasi pendukung pengelolaan aset ditetapkan dan dipelihara
Pengelolaan aset dihubungkan dengan perencanaan dan penganggaran
(apbd)

Audit Eksternal Dan


Pengawasan
Kerangka Peraturan
Perundangan Daerah

Average

Audit eksternal yang rutin menjamin efektifitas akuntabilitas pemerintah


daerah
Adanya kerangka peraturan peraturan perundangan daerah yang
komprehensif sebagaimana diamanatkan oleh kerangka hukum nasional
mengenai pengelolaan keuangan daerah

Jumlah
indikator
tercapai
3

Jumlah
indikator

24%
5

25
17

0
1

3
9

4
5

8
9

2
33%
5

4
53
10

11

17

0
36%
16

6
44
47

0
32%
1

3
50
7

0
3

3
9

33%
2
5
2
50%
0

27
5
11
2
18
8

0%
0

8
10

4
0

8
1

18%
1

22
4

12

33%

31%

256

91

Lampiran

22

Pemerintah Propinsi Aceh

Bidang Strategis

Hasil

Kerangka Peraturan
Perundangan Daerah

Adanya kerangka peraturan peraturan perundangan daerah yang


komprehensif sebagaimana diamanatkan oleh kerangka hukum nasional
mengenai pengelolaan keuangan daerah
Kerangka peraturan perundangan daerah mengatur mengenai penegakan
hukum dan struktur organisasi yang efektif
Kerangka peraturan perundangan daerah mencakup ketentuan-ketentuan
untuk meningkatkan transparansi dan partisipasi masyarakat

Perencanaan Dan
Penganggaran

Pengelolaan Kas

Pengadaan Barang
Dan Jasa
Akuntansi Dan
Pelaporan

Adanya hubungan yang konsisten antara proses perencanaan bottom-up


yang partisipatif, perencanaan pembangunan daerah, perencanaan sektoral
dan apbd
Anggaran berdasarkan kerangka jangka menengah
Target anggaran layak dan berdasarkan proses penyusunan anggaran yang
realistis
Anggaran memihak kelompok-miskin
Sistem pemantauan dan evaluasi partisipatif yang komprehensif dalam
proses perencanaan dan penganggaran telah terbentuk
Pengendalian Pengeluaran Digunakan Untuk Memastikan Kinerja Anggaran
Kebijakan, prosedur, dan pengendalian untuk mendorong pengelolaan kas
yang efisien telah dibentuk
Penerimaan kas, pembayaran kas, serta surplus kas temporer dikelola dan
dikendalikan secara efisien
Terdapat sistem penagihan dan pemungutan pendapatan daerah yang
efisien
Peningkatan dan penanganan manajemen pendapatan
Kebijakan, prosedur, dan pengendalian untuk mendorong effisiensi
pengadaan barang dan jasa yang kompetitif ditetapkan dan dilaksanakan
Suatu sistem penanganan pengaduan resmi beroperasi
Adanya kapasitas sdm dan kelembagaan yang memadai untuk fungsi
akuntansi dan keuangan
Sistem informasi akuntansi dan manajemen sudah terintegrasi
Seluruh transaksi dan saldo keuangan pemerintah daerah dicatat secara
akurat dan tepat waktu
Terdapat laporan keuangan dan informasi manajemen yang dapat
diandalkan

Audit Internal

Bawasda terorganisir dan diberdayakan untuk beroperasi dengan efektif


Standar dan prosedur audit internal yang diaplikasikan dapat diterima
Temuan audit internal ditindaklanjuti segera

Hutang Dan Investasi


Publik

Kebijakan, prosedur, serta pengendalian pinjaman dan investasi daerah


yang memperhitungkan risiko telah ditetapkan dan dilaksanakan

Pengelolaan Aset

Terdapat prosedur dan mekanisme untuk memastikan efektifitas tata kelola


bumd
Ditetapkan dan dilaksanakannya kebijakan, prosedur, dan pengendalian
mengenai perolehan aset dan pengelolaan aset tetap yang dimiliki secara
efektif
Basis informasi pendukung pengelolaan aset ditetapkan dan dipelihara
Pengelolaan aset dihubungkan dengan perencanaan dan penganggaran
(apbd)

Audit Eksternal Dan


Pengawasan
Kerangka Peraturan
Perundangan Daerah
Average

92

Audit eksternal yang rutin menjamin efektifitas akuntabilitas pemerintah


daerah
Adanya kerangka peraturan peraturan perundangan daerah yang
komprehensif sebagaimana diamanatkan oleh kerangka hukum nasional
mengenai pengelolaan keuangan daerah

Jumlah
indikator
tercapai
5

Jumlah
indikator

36%
3

25
17

0
5

3
9

5
7

8
9

3
46%
6

4
53
10

11

17

0
41%
26

6
44
47

0
52%
2

3
50
7

0
7

3
9

56%
2
7
2
61%
0

27
5
11
2
18
8

0%
3

8
10

4
1

8
1

41%
1

22
4

56%
46%

9
256

12

Lampiran

Lampiran 4: Metodologi
Hasil-hasil pada kerangka PKP dihubungkan kepada dinas terkait. Pertama-tama pertemuan
diadakan dengan kepala daerah Bupati pada pemerintahan daerah dan walikota di kota.
Pada beberapa daerah kepala pemerintahan diwakilkan oleh Sekretaris Daerah (SekDA)
atau kepala SKPD. Tujuannya adalah untuk menjelaskan tujuan survei dan mengadakan
diskusi dengan peserta mengani pengelolaan keuangan di pemerintah daerah. Ditekankan
bahwa tujuan survei adalah untuk mengidentifikasi kelemahan dan kekuatan relatif pada
kapasitas pengelolaan keuangan pemerintah daerah. Para peserta diberitahu bahwa survei
meliputi semua pemerintah daerah di Aceh dan hasilnya akan disampaikan. Dan tidak ada
komitmen yang dibuat mengenai intervensi pembangunan kapasitas, ditekankan bahwa
untuk kepentingan para responden mereka harus memberikan jawaban yang akurat dan
jujur.
Tim peneliti terbagi menjadi kelompok-kelompok kecil, biasanya dua orang pada setiap
kelompok dan masing-masing kelompok memiliki tugas masing-masing. Tabel di bawah ini
memberikan pedoman mengenai bidang strategis mana dan hasil mana yang relevan
dengan dinas-dinas tertentu. Tim harus apabila dirasakan perlu untuk melakukan
pemeriksaan silang terhadap jawaban kepada pejabat dari dinas lain. Semua dokumentasi
yang berkaitan diperiksa biasanya pada saat wawancara atau kemudian apabila pada saat
itu tidak tersedia. Hal ini bukan saja untuk mengkonfimasi (atau membantah) keakuratan
respon tetapi juga memberikan insentif tambahan untuk memberikan jawaban yang akurat.
Jawaban ya/ tidak akan langsung dimasukkan ke dalam kerangka penilaian PKP, yang
secara otomatis akan menghitung semua nilai. Tersedia ruangan untuk menuliskan
komentar-komentar tambahan.
Setiap ketua tim diminta untuk memberikan laporan tertulis mengenai masing-masing
pemerintah daerah yang disurvei. Tujuannya adalah untuk memberikan konteks bagi nilai
PKP dengan menyertakan analisis kualitatif untuk mendukung nilai. Format diberikan
kepada masing-masing ketua tim.
Apabila ditemukan angka yang terlalu tinggi atau rendah, tim peneliti disarankan untuk
memeriksa ulang jawaban, dan apabila perlu mewawancara ulang responden. Sebagai
hasilnya, nilai untuk dua pemerintah daerah direvisi.

93

Lampiran

Kerangka Kerja PKP dan Dinas Pemerintah yang Relevan


BIDANG STRATEGIS/HASIL
DINAS/BADAN YANG RELEVAN
Bidang Strategis 1: Kerangka Hukum Daerah
Hasil No.1
Bagian Hukum, Bagian Keuangan, Bappeda
Hasil No.2
Bagian Keuangan, Bappeda
Hasil No.3
Bagian Keuangan, Bappeda
Bidang Strategis 2: Perencanaan dan Penganggaran
Hasil No.1
Bagian Keuangan, Bappeda
Hasil No.2
Bagian Keuangan, Bappeda
Hasil No.3
Bagian Keuangan, Bappeda
Hasil No.4
Bagian Keuangan, Bappeda
Hasil No.5
Bagian Keuangan, Bappeda, Bawasda
Hasil No.6
Bagian Keuangan, Bappeda
Bidang Strategis 3: Pengelolaan kas
Hasil No.1
Hasil No.2
Hasil No.3
Hasil No.4
Bidang Strategis 4: Pengadaan
Hasil No.1
Hasil No.2

Bagian Keuangan, Bawasda (Indikator 10)


Bagian Keuangan, Dispenda
Bagian Keuangan, Bawasda, Dispenda
Bagian Keuangan, Bawasda, Dispenda
Badan Pengawasan Pembangunan, Dinas Pekerjaan Umum,
Bagian Hukum, Bawasda, Bagian Keuangan
Pihak Legislatif, Badan Pengawasan Pembangunan

Bidang Strategis 5: Akuntansi dan Pelaporan


Hasil No.1
Bagian Keuangan
Hasil No.2
Bagian Keuangan
Hasil No.3
Bagian Keuangan
Hasil No.4
Bagian Keuangan
Bidang Strategis 6: Audit Internal
Hasil No.1
Hasil No.2
Hasil No.3

Bawasda
Bawasda
Bawasda

Bidang Strategis 7: Hutang dan Investasi Pemerintah


Hasil No.1
Bagian Keuangan
Bidang Strategis 8: Pengelolaan Asset
Hasil No.1
Bagian Keuangan, Bawasda (khusus pertanyaan 5), Setda
dan/atau satu Direktur BUMD
Hasil No.2
Bagian Keuangan
Hasil No.3
Bagian Keuangan
Hasil No.4
Bagian Keuangan
Bidang Strategis 9: Auditing dan Pengawasan Eksternal
Hasil No.1
Bagian Keuangan, anggota legislatif
Hasil No.2
Bagian Keuangan, anggota legislatif, dan Setda

94

Lampiran

Lampiran 5: Universitas dan Peneliti


Survei Pengelolaan Keuangan Publik dilaksanakan dalam tiga tahap dari bulan Mei sampai
bulan November 2006. Masing-masing tim survei terdiri empat atau lima peneliti dari
berbagai universitas dan LSM. USAID-LGSP (Program Dukungan bagi Tata Pemerintahan
Daerah) menyediakan pemimpin tim untuk tahap pertama ini di lima pemerintah daerah.
Institusi
Universitas Hasanudin, Makassar

Peneliti
Drs. H. Muhammad Toaha, MBA
Gagaring Pagalung, SE., MS.,
Akt.Phd.Cand.
Syahrir, SE, M. Si, Ak
M. Natsir Kadir, Drs. M. Si., Akt.

Drs. Harryanto, M.Com.


Yansor Djaya
Drs. Nasruddin, MM
Kastumuni Harto

Universitas Andalas, Padang

Drs. H.Masrizal, MSoc, Sc


DR.H. Suhairi, SE, Msi, Akt
Suhanda, SE, Msi, Akt
Rafdinal, SE, Msi, Akt

Rahmat Febrianto,SE, Msi, Akt


DR.H. Hefrizal Handra, MSoc, Sc
Fajri Muharja, SE, Msi
DR. H. Sofyardi, SE, MA

Universitas Sumatra Utara, Medan

M. Utama Nasution, SE, MM, Ak.


Drs. Rasdianto, MSi, Ak
Drs. Arifin Lubis, MM, Ak.

Dr. Erlina Roesli, MSi, Ak


Syamsul Bahri TRB

UNSYIAH, Banda Aceh

Prof. Djamaluddin
Muhammad Saleh

Bismi Khalidin
Ahmad

IAIN AR-Raniry, Banda Aceh

Bismi Khalidin

Israk Ahmadsyah

Tunas Aceh Research Institute, Banda


Aceh

Nashrillah Anis, SE, MM


Miftachhuddin Cut Adek, SE,
M.Si

Zahrial, SE

USAID-LGSP

Arham Rauf

Farman Izhar

Utoro Sindhubilowo

Sigit Purwanto

95

Lampiran

Lampiran 6: Hasil PKP di setiap pemerintah daerah di Aceh

96

Anda mungkin juga menyukai