Anda di halaman 1dari 19

SATUAN ACARA PENYULUHAN

RANGE OF MOTION (ROM)


DI RUANG ICU RUMAH SAKIT HAJI SURABAYA

Disusun Oleh :
Kelompok 2

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURABAYA
2015

SATUAN ACARA PENYULUHAN

Bidang Study :

Ilmu Keperawatan Gawat Darurat

Topik

Rang Of Motion (ROM) untuk pasien setelah keluar dari ICU

Sasaran

Keluarga Klien yang Berada di Ruang ICU Rumah Sakit Haji Surabaya

Tempat

Di Ruang Ruang Hemodialisa Rumah Sakit Haji Surabaya

Hari/Tanggal :

Rabu , 8 April 2015

Waktu

1 x 45 menit

Pukul

09.00

I.

TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM


Setelah diberikan penyuluhan selama 45 menit tentang Rang Of Motion (ROM),
keluarga mengetahui cara rang of motion pasif maupun aktif sehingga keluarga pasien
mampu menerapkan pada pasien setelah keluar dari ICU.

II.

TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS


Setelah diberikan penyuluhan selama 45 menit tentang hand hygiene, diharapkan
klien dan keluarga mampu :
a. Mengetahui manfaat terapi latihan dapat mengurangi timbulnya spastisitas
yang berlebihan.
b. Mengetahui manfaat

breathing

exercise

dapat

mencegah

terjadinya

penumpukan cairan muskus akibat tirah baring lama/immobilisasi.


c. Mengetahui manfaat latihan koordinasi dan keseimbangan dapat memperbaiki
koordinasi dan keseimbangan.
d. Mengetahui manfaat latihan fungsional dapat mengembalikan kemampuan
aktivitas fungsional
III.

SASARAN
Keluarga di Ruang ICU Rumah Sakit Haji Surabaya

IV.

MATERI ( Terlampir )
1.

Pengertian diabetus miletus

2.

Tanda dan gejala diabetus miletus

3.

Perjalanan diabetes melitus merusak ginja;

4.

Tanda dan gejala diabetes melitus merusak ginjal

5.

Cara agar pasien DM tidak terjadi komplikasi

V.

METODE
1.

Ceramah

2.

Demonstrasi

3.

Tanya Jawab

VI.

VII.

MEDIA
1.

LCD

2.

Leaflet

KEGIATAN PENYULUHAN

No.

WAKTU

KEGIATAN PENYULUH

KEGIATAN
PESERTA

1.

10

Pembukaan :

Menit

Membuka

kegiatan

dengan

Menjawab salam

mengucapkan salam.

Memperkenalkan diri

Menjelaskan

Mendengarkan

Memperhatikan

20

Menggali pengetahuan
Pelaksanaan :

Menit

Menjelaskan Pengertian ROM dan

Memperhatikan

tujuan

dari

penyuluhan

Kontrak waktu

Menyebutkan materi yang akan


diberikan

2.

macam-macam ROM
Menjelaskan ROM untuk pasien
stroke

Evaluasi :

menit

Menanyakan
tentang

kepada

materi

pertanyaan

yang

diajukan

gerakan ROM
10

dan

menjawab

Menjelaskan tahapan ROM dan

3.

Bertanya

peserta Menjawab

yang

telah

pertanyaan

diberikan

4.

Reinforcement

kepada

peserta

yang dapat menjawab pertanyaan.


Terminasi :

Menit

Mengucapkan

terimakasih

atas Mendengarkan

peran serta peserta.

Mengucapkan salam penutup

Membacakan doa

Menjawab salam

VIII.

KRITERIA EVALUASI
1. Evaluasi Struktur

Kesiapan materi

Kesiapan SAP

Kesiapan media : leafleat, flipchart

Peserta hadir ditempat penyuluhan

Penyelenggaraan penyuluhan dilaksanakan di Ruang ICU Rumah Sakit Haji


Surabaya

Pengorganisasian penyelenggaraan penyuluhan dilakukan sebelumnya

Saran

dan

kritik

dari

keluarga

pasien

tentang

penyuluhan

diselenggarakan dan pelayanan ruang ICU


2. Evaluasi Proses

Fase dimulai sesuai dengan waktu yang direncanakan.

Peserta antusias terhadap materi penyuluhan

Peserta mengajukan pertanyaan dan menjawab pertanyaan secara benar

Suasana penyuluhan tertib

Tidak ada peserta yang meninggalkan tempat penyuluhan

Jumlah hadir dalam penyuluhan minimal 5 orang.

3. Evaluasi Hasil

IX.

Peserta dapat menyebutkan pengertian ROM

Peserta dapat menyebutkan manfaat ROM

Peserta dapat menyebutkan tahap-tahap ROM

PENGORGANISASIAN
Moderator

: Fadli

Pemateri

: Adit

Fasilitator

: Hajar
Anggi

yang

Observer

: Rina

Pubdekdok

: Bayu

Peran:
1.
2.
3.
4.
5.

Moderator: sebagai pembawa acara dan perantara dalam pelaksanaan penyuluhan


Penyaji: sebagai penyaji dan penyampaian materi kepada masyarakat
Fasilitator: memfasilitasi acara penyuluhan
Observer: sebagi penilaian dan evaluasi acara
Pubdekdok : sebagai pendokumentasian kegiatan
SETTING/ DENAH TEMPAT

Keterangan:
Atau

: Audience

: Narasumber

: Fasilitator
: Observer
: Moderator
: Penyaji

A. Mobilisasi Dini Gerak Aktif Dan Pasif (ROM)


PENGERTIA
Adalah latihan gerak sendi yang memungkinkan terjadinya kontraksi dan pergerakan
otot, dimana klien menggerakkan masing-masing persendiannya sesuai gerakan normal
baik secara aktif maupun pasif. Yujuannya adalah sebagai berikut :
- Meningkatkan atau mempertahankan fleksibilitas atau kekuatan otot
- Mempertahankan fungsi jantung dan pernapasan
- Mencegah kontraktur dan kekakuan pada sendi
Klien yang mengalami keterbatasan mobilisasi tidak mampu melakukan beberapa
atau semua latihan gerak dengan mandiri. Keterbatasan ini dapat diidentifikasi pada salah

satu klien yang ekstremitas mempunyai keterbatasan gerakan atau klien yang mengalami
imobilisasi seluruhnya. Latihan rentang gerak dapat (ROM) dapat dibedakan menjadi
dua, yaitu:
a) Latihan rentang gerak aktif
Yaitu, klien mampu menggerakkan seluruh sendinya dengan rentang gerak
tanpa bantuan
b) Latihan rentang gerak pasif
Yaitu klien tidak dapat menggerakkan dengan mandiri dan perawat
menggerakkan setiap sendi dengan rentang gerak Kontraktur dapat terjadi
1.

2.

3.

pada sendi yang tidak digerakkan secara periodik dengan rentang gerak penuh.
INDIKASI
a. Stroke atau penurunan tingkat kesadaran
b. Kelemahan otot
c. Fase rehabilitasi fisik
d. Klien dengan tirah baring lama
KONTRA INDIKASI
a.
Trombus / emboli pada pembuluh darah
b.
Kelainan sendi atau tulang
c.
Klien fase imobilisasi karena kasus penyakit (jantung)
PERHATIAN PENTING
a.
Monitor keadaan umum klien dan tanda-tanda vital

sebelum dan setelah latihan


b.
Tanggap terhadap respon ketidaknyamanan
PELAKSANAAN TERAPI DENGAN TERAPI LATIHAN ANTARA LAIN :
B. Breathing Exercise
Breathing exercise adalah salah satu bentuk latihan pernafasan yang ditujukan
untuk mencegah penurunan fungsional system respirasi. Deep breathing exercise
bertujuan untuk meningkatkan volume paru, meningkatkan dan redistribusi ventilasi,
mempertahankan alveolus agar tetap mengembang,meningkatkan oksigenasi,
membantu membersihkan sekresi mukosa, mobilisasi sangkar thorak, dan
meningkatkan kekuatan dan daya tahan serta efisiensi dari otot-otot pernafasan
(Levenson,1992). Pelaksanaannya yaitu posisi pasien half lying dengan kepala berada
diatas bantal. Terapis berada disamping pasien dan memberi aba-aba kepada
pasien.Pasien diminta untuk menarik nafas sedalam mungkin melalui hidung dimulai
dari akhir ekspirasi kemudian mengeluarkannya secara rileks melalui mulut. Setiap
latihan dapat dilakukan 8 hitungan, 2x pengulangan
Gambar 4.1 Breathing exercise (Kisner,1996)

C. Pengaturan posisi tidur


Tujuannya mengontrol timbulnya spastisitas dan mencegah pola sinergis.
1) Posisi tidur telentang
Posisi tidur telentang pada pasien stroke akut adalah protraksi gelang
bahu,abduksi,eksternal rotasi bahu,ekstensi siku,lengan bawah supinasi,pergelangan
tangan

ekstensi,jari

jari

abduksi

dan

ekstensi,.Untuk

posisi

tungkai

protraksi,semifleksi dan internal rotasi sendi panggul,pada lutut sedikit semi


fleksi.Kepala pada posisi netral atau lateral fleksi ke sisi yang sehat.Posisi tersebut
diatas kurang menguntungkan karena memudahkan terjadinya retraksi sendi bahu dan
sendi panggul,oleh karena itu maka pada bahu dan kengan diletakkan banntal
sehingga bahu sedikit ke sorong ke depan (Protraksi).Bantal juga diletakkn dibawah
sendi panggul untuk mencegah panngul jatuh ke belakang dan tungkai memutar
keluar (soehardi,1992).
Gambar 4.2 posisi tidur telentang (johnsone,1987)

2) Pengaturan posisi tidur miring ke sisi sehat


Posisi tidur miring pada pasien stroke adalah pasien harus miring penuh,bahu
yang lumpuh harus mengahap protraksi dengan diganjal bantal sampai lengan bawah
hingga lengannya harus lurus.pada tungkai sedikit semi fleksi dengan kaki yang

lumpuh berada didepan kaki yang sehat diantara kedua tungkai tepatnya diantara
kedua paha diganjal dengan bantal (soehardi,1992).

Gambar 4.3 Posisi tidur miring ke sehat (Johnstone,1987)

3) Pengaturan posisi tidur miring ke sisi lumpuh


Posisi miring dimana bahu yang lumpuh tidak boleh tertindih.dan harus
terdorong agak kedepan, tunghkai yang sehat semifleksi pada hip dan lutut terletak
didepan tungkai yang lumpuh,tungkai yang lumpuh ekstensi pada hip dan semi fleksi
pada lututnya ( Soehardi,1992)
Gambar 4.4 posisi tidur miring ke sisi lumpuh

1. Latihan gerak pasif


a) Latihan pada anggota gerak atas secara pasif
Posisi pasien selama diberikan latihan

pasif

adalah

tidur

telentang.sedangkan terapis berada pada samping bed pasien dekat dengan sisi

yang sakit, pengulangan gerakan pada saat latihan adalah perhitungan 8 kali
hitungan 2 kali pengulangan, berikut ini gerakan yang diberikan terapis:
1) Gerakan pada pergelangan tangan dan jari
Yaitu 1 tangan terapis memegang pergelangan tangan dan 1 tangan yang
lain memegang jari-jari tangan pasien kemudian (menggengam dan
membuka ) kemudian pergelangan tangan diarahakn fleksi ekstensi.

Gambar 4.5 Gerakan pergelangan tangan dan jari


2) Gerakan pada siku
Yaitu 1 tangan terapis memangang siku dan 1 tangan memegang tangan
yang lupuh,fleksi ekstensi dan arah supinasi dan pronasi.

Gambar 4.6 latihan gerak siku


3) Gerakan latihan pasif pada bahu

Yaitu 1 tangan terapis memegangi pergelangan tangan pasien dan siku


pasien sebagai stabilitas, kearah fleksi ekstensi dan arah abduksi adduksi.

Gambar 4.7 sendi bahu


b) Latihan pada anggota gerak bawah.
1) Latihan gerak pada pergelangan kaki.
Posisi pasien tetap tidur terlentang dan terapis berada disamping pasien dekat
dengan sisi yang lumpuh. Latihan dimulai dari kaki, terapis memegang jari jari
pasien kemudian secara bersamaan digerakkan kearah fleksi dan ekstensi jari
jari kaki (Gb. 4.8 a), dilanjutkan dengan gerakan inversi dan eversi (Gb.4.8 b)
serta gerak plantar fleksi dan dorsal fleksi pergelangan kaki (Gb. 4.8 c).

Gambar 4.8 Latihan gerak pasif pada pergelangan kaki (Kisner, 1996)
a. Latihan gerak pasif pada sendi lutut dan sendi panggul.
Gerakan ini dilakukan secara bersamaan, satu tangan terapis memegang tumit
pasien yang lumpuh sedangkan tangan yang satunya memegang dibawah
lutut, kemudian terapis menggerakkan tungkai kearah fleksi dan ekstensi
panggul disertai dengan fleksi dan ekstensi pada sendi lutut (Gb. 4.9)
kemudian menggerakkan abduksi dan adduksi sendi panggul (Gb. 4.10),
kemudian digerakkan kearah sirkumduksi (Gb. 4.11)

Gambar 4.9 Latihan gerak fleksi dan ekstensi pasif pada panggul dan lutut
(Kisner, 1996)

Gambar 4.10
Latihan gerak abduksi dan adduksi pada sendi panggul (Kisner, 1996)

Gambar 4.11 Latihan gerak sirkumduksi pada sendi panggul (Kisner, 1996)
2. Latihan gerak aktif aktremitas atas dan bawah
a. Latihan I

b. Latihan II

c. Latihan III

d. Latihan IV

e. Latihan V

f. Latihan VI

g. Latihan VII

h. Latihan VIII

i. Latihan IX

4) Peningkatan kemampuan fungsional dengan latihan fungsional


a. Latihan Bridging
Latihan aktif bridging dilakukan dengan posisi pasien terlentang dengan lutut
ditekuk posisi terapis menyesuaikan posisi pasien pelaksanaannya posisi
permulaan tidur, kedua lutut ditekuk kedua lengan lurus di samping tubuh, angkat
pangul keatas,terapis dapat membantu menarik lutut kemudian dilakukan penekanan
pada lutut.letihan ini dilakukan dengan pengulangan 1 x 8 hitungan.

Gambar 4.12 Bridging pose


b. Latihan gerak rotasi trunk
Posisi pasien tidur telentang dengan kaki ditekuk sedangkan terapis berada
pada sisi lesi pasien.1 tangan pasien berada pada lutut dan 1 tangan berada pada bahu
pasien,terapis menggerakakn lutut pasien ke samping kiri dan kanan.Dilakukan 8 kali
hitungan 2 kali pengulangan.

c. Latihan aktivitas miring kesisi sehat dan kesisi yang sakit dari posisi terlentang.
Posisi pasien tidur terlentang, terapis berdiri disisi sehat. Pasien diminta
miring kesisi sehat dengan cara mengangkat tangan yang lumpuh keatas kemudian
dirotasikan kesisi sehat dibantu dengan tangan yang sehat, lutut pasien ditekuk
kemudian digulingkan kesisi sehat, kemudian diminta memutar badannya kesisi sehat.
Pada latihan aktivitas miring kesisi sehat pada dasarnya sama dengan miring kesisi
sakit cuma posisi miringnya kearah sakit.

Gambar 4.14 Latihan miring sisi sehat dan sakit (johnstone, 1987)
d. Latihan aktivitas bangun ke duduk
Latihan aktivitas fungsional bangun ke duduk dilakukan dengan posisi pasien
terlentang keduduk, posisi terapis menyesuaikan posisi pasien. Pelaksanaan :pasien
dalam posisi terlentang, kedua lutut ditekuk dan diganjal bantal, kedua lengan lurus ke
atas dengan jari jari tangan dijalin satu sama. Kemudian setelah itu pasien diminta
berguling kesisi yang lumpuh dimana dimulai dengan ayunan lengan rotasi gelang
bahu, badan baru diikuti gerak panggul dan tungkai. Rotasi bahu dan panggul
merupakan refleks yang penting untuk mencegah pola spastic ekstensi. Setelah pasien
berguling di sisi yang lumpuh diminta bergerak ke bed sebagai tumpuan berat
badan.Kaki saling disilangkan dan diturunkan kelantai. Saat bangun ke duduk tersebut
sambil dibantu terapis. Dengan pegangan pada lengan pasien yang sehat dan kaki
yang sakit. Bantuan terapis tersebut berupa gerakan menarik lengan pasien. Sesudah
sampai keposisi duduk, posisi tungkai harus selalu menapak penuh. Sesudah sampai
ke posisi duduk tersebut perlu diperhatikan ekspresi wajah pasien, apakah menjadi
pucat, keluar keringat dingin, keluhan rasa mual atau muntah maupaun rasa pusing.
Dicek pula terjadi peningkatan denyut nadi melebihi 100 kali per menit atau turun
melebihi 60 kali per menit dan pernapasan menjadi cepat atau lambat, sebaiknya
pasien dibaringkan kembali dan diselimuti (Lihat gambar 4.15).

Gambar

4.15

bangun keduduk
(johnstone,
1987)
e.

Latihan aktivitas fungsional untuk keseimbangan duduk


Latihan aktivitas fungsional untuk keseimbangan duduk dilakukan
dengan posisi pasien duduk, posisi terapis menyesuaikan posisi pasien. Setelah pasien
sampai ke posisi duduk dengan posisi kedua kaki menapak lantai dan kedua lengan
diletakkan di sisi tubuh kemudian dilatih keseimbangan dengan pegangan terapis pada
kedua bahu pasien. Pada saat itu pula dilanjutkan latihan keseimbangan dengan
pegangan terapi pada bawah leher, sedangkan posisi kedua tangan pasien diletakkan

diatas pangkuannya. Kemudian pasien digoyangkan ke kanan kiri dan depan belakang
untuk beberapa detik. Apabila pasien belum bias mempertahankan keseimbangannya
selama 30 detik maka latihan tersebut perlu ditingkatkan lagi ( Lihat gambar 4.16).

Gambar 4.16 Latihan keseimbangan duduk (Johnstone, 1987)


f. latihan aktifitas duduk ke berdiri
Latihan dimulai dari posisi pasien duduk dnegan kaki pasien menapak
sempurna dilantai,terapis berdiri didepan pasien.kedua tangan pasien memegang
pinggag terapis memegang pada crista iliaca.terapismemberikan fiksasi pada kedua
lutut pasiendengan menggunakan lutut terapis.kemudian terapis memberikan aba-aba
condongkan badan kedepan,angkat pantat ...yakk !! berdiri..!!

Gambar 4.17 duduk ke berdiri

DAFTAR PUSTAKA

Anonim.http://jelajahfisio.blogspot.com/5-4-2015
Anonim.http://indonesianrehabequipment.co.id/5-4-2015
Anonim.http://www.kalbe.co.id/5-4-2015

Anda mungkin juga menyukai