Anda di halaman 1dari 23

PENYAKIT HUNTINGTON

PENDAHULUAN
Penyakit Huntington adalah gangguan herediter progresif yang biasanya muncul
pada usia dewasa. Ditandai dengan adanya gangguan gerak (biasanya korea),
demensia, dan gangguan kepribadian. Pertama kali diakui secara klinis oleh Waters
pada tahun 1842 dan di deskripsikan kembali dengan lengkap oleh George Huntington
pada tahun 1872.1
Penyakit Huntington adalah penyakit dominan autosomal ditandai dengan
gangguan gerak yang progresif yang dihubungkan dengan penurunan fungsi psikiatrik
dan kognitif, dan hasil akhirnya berupa demensia fase terminal dan imobilitas. 2
Gejala-gejala penyakit ini biasanya muncul antara umur 35 dan 40 tahun. Jarak
umur pada perjalanan penyakit adalah lebar, bagaimanapun juga, ada kasus yang
pernah dilaporkan terjadi paling awal pada umur 5 tahun dan pada usia yang sudah
lanjut sekitar umur 70 tahun. Tiga bentuk karakteristik sebagai manifestasi dari penyakit
ini adalah gangguan gerak, gangguan kepribadian dan kemunduran mental. Ketiganya
dapat muncul secara bersamaan saat serangan atau saling mendahului dalam jangka
waktu tahunan.
Secara

umum,

perjalanan

penyakit

ini

tersembunyi,

diawali

dengan

kecanggungan, sering menjatuhkan barang, gelisah, iritabilitas, kejorokan dan sering


lalai menjalankan tugas, gerakan korea yang berangsur-angsur mulai terlihat jelas dan
demensia. Episode-episode psikotik yang jelas, depresi, tingkah laku yang tidak
bertanggung jawab bisa muncul. Penyakit ini cenderung berjalan dalam suatu periode
sekitar 15 tahun dan lebih sering terjadi pada mereka yang terkena serangan pada usia
muda.3
Gejala-gejala awal dari penyakit ini bisa muncul pada masa kanak-kanak,
sebelum pubertas (bahkan di bawah umur 4 tahun), dan beberapa kejadian terjadi pada
1

awal onset telah dilaporkan. Kemunduran mental pada umur muda sering disertai
dengan ataksia serebelar, gangguan kebiasaan, kejang-kejang, baradikinesia, rigiditas
dan distonia, dibandingkan dengan kemunculan korea. Bagaimanapun juga rigiditas
dari penyakit ini juga muncul pada umur dewasa tetapi sekali-kali saja terjadi.
Penurunan fungsi terjadi lebih cepat pada anak-anak daripada orang dewasa.
Korea adalah ciri utama pada penyakit Huntington (herediter maupun kronik
korea), dimana setiap gerakan cenderung koreoatetosis. Kombinasi atetosis dan korea
pada keempat ekstrimitas adalah gambaran utama dari penyakit ini dan dikenal dengan
istilah double atetosis, yang mulanya terjadi di masa kanak-kanak. Atetosis muncul
pada 5 tahun pertama kehidupan, biasanya sebagai hasil dari kondisi kongenital atau
kejadian saat postnatal seperti hipoksia atau kernikterus.
Neuron-neuron menghilang dan terjadi gliosis di globus palidus dan thalamus;
sementara itu serebelum mengalami atrofi. Terdapat kelebihan aktivitas sistem
dopaminergik dan berkurangnya enzim yang berhubungan dengan pembentukan
asetilkolin dan GABA.1

TINJAUAN PUSTAKA
Pengertian
Penyakit Huntington (korea Huntington) adalah suatu penyakit keturunan dimana
sentakan atau kejang dan hilangnya sel-sel otak secara bertahap mulai timbul pada
usia pertengahan dan berkembang menjadi korea, atetosis serta kemunduran mental.
Penyakit Huntington adalah kelainan otak degenerative dari basal ganglia. Ini
merupakan penyakit warisan dan menghasilkan fisik, mental dan emosional perubahan.
Ini menghasilkan gerakan tersentak-sentak tak sadar sebagai penyakit berkembang.
Gangguan ini diberi nama setelah dokter Amerika George Huntington yang
menggambarkannya pada 1872.

Gambar 1. Perbandingan Basal Ganglia Normal dan Basal Ganglia HD

Epidemiologi
Kejadian penyakit Huntington terjadi secara menyeluruh di seluruh dunia dan
pada semua kelompok etnik, khususnya pada orang kulit putih. Laju prevalensi di
Amerika Serikat dan Eropa berkisar antara 4 sampai 8 setiap 100.000, sedangkan di
Jepang sekitar 10 % dari angka tersebut. Insiden tertinggi dilaporkan terjadi di daerah
dengan geografis yang agak terisolasi, dimana keluarga yang terkena penyakit ini
tinggal untuk beberapa generasi (misalnya wilayah sekitar Danau Maracaibo di
Venezuela).2
Penyakit Huntington jarang ditemukan tetapi menyebar ke seluruh dunia, hal ini
ditunjukkan dengan didapatinya kasus-kasus di Eropa, Amerika Utara, Amerika selatan
dan Australia, terbanyak terjadi pada populasi orang Kauskasian. Nilai prevalensi paling
tinggi terdapat di daerah Danau Maracaibo di Venezuela dan region Moray Firth di
Skotlandia, dan sangat jarang ditemukan pada ras kulit hitam Afrika dan hamper tidak
ada di Asia (Harper, 2002; Hayden, 1980). Keseluruhan eropa rata-rata prevalensi
diantara

5 sampai 10 per 100.000 (Harper, 2002). Heterogenitas genetik dicurigai

terjadi pada kasus penyakit Huntington dengan proporsi kecil, 5 % sampai 10%. Gen
penyakit Huntingtonmerupakan penyebab lebih dari 90% kasusu pada populasi orang
Kaukasian. Dan gen yang lain (JPH3 atu HDL2) bertanggung jawab untuk 40% kasus
klinis penyakit Huntington di Afrika Selatan. Di Jepang, kasus penyakit ini sangat jarang
terjadi, dengan rata-rata kejadian 0,11 dan 0,45 per 100.000. Mutasi pada penyakit
Huntington terbangun dengan sendirinya pada lokasi yang multiple dan distribusinya
tidak merata karena efek founder.3
Penyakit Huntington biasanya mulai terjadi antara umur 30 sampai 55 tahun,
meskipun ada laporan kejadian pada umur 2 tahun dan ada juga baru mendapat
penyakit ini pada umur 92 tahun. Sekitar 5% kasus terjadi pada pasien dibawah 21
tahun.2

Patologi dan Patogenesis


Atrofi pada kepala nucleus kaudatus dan putamen bilateral menunjukkan adanya
abnormalitas, hal ini disertai dengan atrofi girus yang moderat pada regio frontal dan
temporal. Atrofi kaudatal merubah konfigurasi dari ventrikel lateral. Sebagai tambahan,
ventrikel juga membesar. CT scan menunjukkan rasio bicaudate-cranial meningkat
pada sebagian besar pasien, dan hasil ini menguatkan diagnosis klinis pada kasus
yang moderat lanjut.1
Pada pemeriksaan postmortem, jaringan otak mengisut dan atrofi; nucleus
kaudatus adalah bagian yang paling dipengaruhi. Secara histologis, korteks serebral
menunjukkan adanya kehilangan neuron-neuron, khususnya pada lapisan 3. Nucleus
kaudatus dan putamen adalah yang paling parah terpengaruh, dengan kehilangan
neuron-neuron, terutama spiny neurons ukuran menengah, dan efferen striatal
GABAergik. Awalnya yang hilang adalah efferen yang memproyeksikan globus pallidus
lateral (mengandung GABA dan enkephalin), hal ini dipikirkan sebagai penyebab korea.
Seiring dengan perlangsungan penyakit, terjadi kehilangan efferent striatal yang
diproyeksikan ke pallidum medial; kehilangan tersebut dapat dipikirkan berkembang
menjadi rigiditas dan distonia. Demensia berkontribusi terhadap perubahan di korteks
serebral dan deep nuclei (misalnya demensia subkortikal).
Terdapat tanda-tanda perubahan minimal pada bagian otak yang lain, seperti
thalamus dan batang otak. Gliosis reaktif terlihat nyata pada daerah yang terkena. Pada
kasus-kasus lanjutan striatum kemungkinan merupakan sel-sel yang menghilang dan
diganti dengan proses gliotik, sehingga gerakan korea saat itu berganti distonia dan
akinetic-rigid yang tetap. Atrofi striatal yang progresif adalah dasar penentuan tingkatan
keparahan penyakit. Umur serangan hubungannya berkebalikan dengan degenerasi
striatal yang parah.3
Dari perspektif molekuler, patogenesis dari penyakit ini adalah tepat, tetapi masih
sulit untuk dimengerti, sebagai hasil dari perluasan regio polyglutamine dari huntingtin
(protein hasil dari gen Huntington). Terlihat adanya protein Huntingtin yang bermutasi
berkumpul pada nuklei dari neuron. Selain itu, protein tersebut terakumulasi khususnya
5

pada sel-sel striatum dan bagian dari korteks yang yang terpengaruh khususnya pada
penyakit Huntington.1

Genetika
Temuan yang utama adalah identifikasi dan karakteristik dari gen penyakit
Huntington yang dekat dengan ujung lengan pendek kromosom 4. Beberapa studi pada
keluarga dengan penyakit Huntington dengan asal etnik bangsa yang berbeda dan
negara tidak didapati heterogeneity genetik walaupun ditandai ekpresi fenotipik yang
bervariasi. Gen yang abnormal mengandung ekstra salinan dari trinukleotid ulangan
dari CAG (cytosine-adenine-guanine). Pada individu normal terdapat 11 sampai 34
ulangan; mereka dengan penyakit Huntington mempunyai 37 sampat 86 ulangan.
Ulangan trinukleotid ini bersifat tidak stabil pada gamet; perubahan jumlah ulangan
diteruskan pada generasi berikutnya, kadang-kandang disertai dengan penurunan tapi
lebih sering disertai dengan peningkatan. Mutasi spontan terjadi karena adanya
ekspansi ulangan dari orang tua yang mempunyai ulangan dengan panjang 34 sampai
38 unit, yang mana akan merentangkan jarak antara normal dan distribusi penyakit
Huntington, alel-alel yang disebut intermediate alel. Kasus-kasus mutasi spontan
awalnya diperkirakan jarang terjadi, tapi pandangan ini telah berubah menjadi
gambaran yang lebih sporadik (simpleks) yang dievaluasi dengan analisis DNA. 2
Ibu yang menjadi karier cenderung meneruskan gen yang abnormal kepada
keturunannya dengan jumlah ulangan trinukleotida yang kurang lebih sama, plus
maupun minus 3 ulangan. Ayah yang menjadi karier sering meneruskan peningkatan
yang besar dari panjang ulangan trinukleotida pada keturunannya, hal ini menghasilkan
lebih banyak kasus-kasus juvenile dari penyakit ini apabila individu tersebut diwariskan
gen dari ayah. Ciri-ciri ini menunjukkan adanya peningkatan sekali-kali dari jumlah
ulangan trinukleotid pada keturunan dari ayah yang menjadi karier, rasionya 10:1 kasus
penyakit Huntington juvenile bila yang membawa gen adalah ayah. Hal ini disebabkan
adanya korelasi terbalik yang muncul antara jumlah ulangan trinukleotida dan umur
awal perjalanan penyakit. Dengan mengetahui jumlah ulangan pada keturunan yang

mempunyai resiko maka dapat dipreddiksi umur munculnya gejala-gejala awal. Nilai
patologis dari degenerasi juga berhubungan dengan jumlah ulangan.
Penyakit

Huntington

adalah

penyakit

dominan

autosomal

nyata,

yang

homozigotnya tidak berbeda secara klinis dari heterozygote. Tanda yang berlebihan dari
protein normal dapat menjelaskan mengapa seorang individu dengan dosis ganda dari
gen tidak terlalu berbeda sifat fenotipnya dari heterozigot yang hanya mempunyai satu
gen abnormal.
Gen HD adalah gen utama yang diasosiasikan dengan penyakit Huntington.
Translated trinucleotide CAG yang berulang adalah satu-satunya mutasi yang
diperhatikan pada gen HD. Masih ada juga gen-gen yang jarang terjadi yang
diasosiasikan dengan klinis dari penyakit Huntington, dengan fenotip yang mirip,
khususnya pada kasus HDL2.3

Tabel. 1 Gen-gen dan Mutasinya pada Penyakit Huntington. 5


7

Biokimia
Kehilangan striatal dan nigral GABA dan kemudian mepersatukan enzim
glutamic acid decarboxylase, mengingat bahwa kolinergik dan somatostatin striatal
interneurons secara relatif bertahan. Reseptor untuk dopamine dan asetilkolin menurun
pada striatum. Reseptor N-methyl-D-aspartat berkurang di striatum dan korteks
serebral. Perubahan neurokemikal belum dapat diwujudkan untuk terapi yang efektif
karena percobaan dengan menggunakan GABA dan asetilkolin agonis belum bisa
menunjukkan hasil yang baik. Kerusakan pada metabolism energy mitokondrial
dipertimbangkan muncul pada penyakit Huntington. Hal-hal ini dapat mengarah kepada
stress oksidatif, dimana dapat dinilai pada regio otak yang rentan dari caudate dan
putamen.3

Gejala
Gejala penyakit ini dapat dimulai pada usia berapa pun tetapi usia rata-rata onset
penyakit adalah 35-44 tahun usia. Sebelumnya, mereka sehat dan tidak terdeteksi
adanya kelainan pada diri mereka. Penyakit ini mempengaruhi tubuh, pikiran dan
emosi.
Pada stadium awal penyakit ini, gerakan abnormal bercampur dengan gerakan
yang sedang dilakukan oleh penderita sehingga gerakan abnormal tersebut hampir
tidak diperhatikan. Tetapi lama-lama gerakan abnormal ini semakin jelas.
Pada akhirnya gerakan abnormal yang terjadi akan mempengaruhi seluruh tubuh
sehingga hampir tidak mungkin penderita melakukan kegiatan makan, berpakaian dan
bahkan duduk terdiam.
Perubahan mental pada awalnya samar-samar. Penderita secara bertahap
menjadi mudah tersinggung dan mudah gembira, mereka bisa kehilangan minat
terhadap

aktivitas

sehari-harinya.

Selanjutnya

penderita

menjadi

tidak

bertanggungjawab dan seringkali bepergian tanpa tujuan yang pasti.


Penderita kehilangan kendali terhadap hasratnya dan menjadi promiskuitas
(melakukan hubungan seksual dengan siapa saja).

Bertahun-tahun

kemudian,

penderita

akan

kehilangan

ingatannya

dan

kehilangan kemampuannya untuk berfikir secara rasional. Lalu, biasanya penderita


mengalami depresi berat dan melakukan usaha bunuh diri.
Pada stadium lanjut, hampir semua fungsi penderita mengalami gangguan dan
penderita memerlukan bantuan orang lain untuk melakukan fungsinya. Kematian
seringkali dipicu oleh pneumonia atau karena terjatuh, yang biasanya terjadi 13-15
tahun setelah timbulnya gejala pertama.
Tabel 2. Gejala dan Tanda Penyakit Huntington. 4
Awal

Pertengahan

Lanjut

Kikuk

Tidak tenang

Penurunan berat badan

Korea

Sering menjatuhkan barang

Gangguan berbicara

Iritabilitas

Gangguan Gait

Inkontinensia urine

Kesedihan

Gangguan tidur

Inkontinensia alvi

Depresi

Penurunan kemampuan
mengingat

Kurang motivasi
Disfungsi seksual

Penyakit ini diwariskan dominan maka anak memiliki risiko 50 persen mewarisi
itu. Tidak ada obat untuk penyakit ini tetapi perawatan yang tersedia untuk
menyediakan beberapa lega. Komplikasi yang mengembangkan dengan penyakit
mengurangi harapan hidup sampai 20 tahun setelah diagnosis.
Sebuah huntingtin mutan protein yang diproduksi dan ini menyebabkan
perubahan dalam otak. Proses ini irreversibel. Hampir 7 orang dalam populasi 100.000
yang dapat dipengaruhi oleh penyakit ini. 1

Tanda Klinis
Gangguan mental
Pada kira-kira setengah dari kasus, gangguan karakter adalah yang pertama
muncul. Pasien mulai mencari-cari kesalahan, mengeluh terus-menerus, dan mengomel
kepada anggota keluarganya, mudah curiga, mudah marah, impulsif, eksentrik, tidak
rapi, atau terlalu religius, atau mungkin menunjukkan rasa superioritas palsu. Kontrol
diri yang buruk dicerminkan dengan adanya ledakan amarah, sedih berlebihan,
alkoholisme,

atau

promiskuitas

seksual.

Gangguan

mood,

terutama

depresi,

terjadi pada hampir semua kasus dan mungkin merupakan gejala yang paling menonjol
pada awal penyakit. Cepat atau lambat, kemampuan intelektual mulai gagal. Pasien
menjadi kurang komunikatif dan penarikan diri terhadap kehidupan sosial.
Gangguan emosi dan perubahan kepribadian ini dapat membentuk suatu
psikosis virtual (dengan delusi atau halusinasi). etos kerja yang berkurang,
ketidakmampuan untuk mengelola rumah tangga tanggung jawab, dan gangguan tidur
mungkin akan meminta konsultasi medis. Ada kesulitan dalam mempertahankan
perhatian, konsentrasi, dan penyerapan materi baru. fleksibilitas mental berkurang.
hilangnya keterampilan manual halus. Seringkali proses ini sangat lambat, terutama
dalam kasus-kasus dengan onset yang lama, ada beberapa derajat kapasitas
intelektual yang tampaknya tertahan selama bertahun-tahun.1

Kelainan gerak
Kelainan gerak ini pada awalnya paling jelas tampak di tangan dan wajah, sering
pasien hanya dianggap gelisah, gelisah, atau gugup. Gerakan melambat pada jari dan
tangan, dan kesulitan dalam melakukan beberapa bentuk gerakan tangan adalah
tanda-tanda awal kelainan motorik. Secara bertahap kelainan ini menjadi lebih jelas
sampai seluruh otot-otot yang berimplikasi dengan korea.

Frekuensi berkedip

meningkat (kebalikan dari parkinson). Gerakan korea terjadi lebih lambat dibandingkan
dengan brusque jerks dan penyimpangan postural dari Sydenham chorea, dan mereka
10

melibatkan banyak otot. Dalam kasus yang lebih lanjut, gerakan tersebut menjadi
seperti atetosis dan distonia. Tonus otot biasanya menurun sampai tahap akhir
penyakit, bisa juga disertai dengan rigiditas, tremor dan bradikinesia. Refleks tendon
meningkat pada sepertiga pasien, tetapi hanya beberapa dengan tanda Babinski positif.
Gerakan volunter dilakukan lebih lambat dari gerakan normal, tetapi tidak ada
kelemahan dan tidak ada ataxia, meskipun cara berbicara yang menjadi dysarthric dan
eksplosif karena tidak adanya koordinasi antara lidah dan diafragma. Hal ini
menunjukkan kesan adanya gangguan cerebellum. 1
Ciri-ciri diagnostik dari penyakit ini adalah munculnya gerakan-gerakan involunter
yang terlihat tanpa tujuan dan mendadak tapi lebih jarang muncul dan terjadi secepat
kilat dan kesemuanya itu terlihat pada myoclonus. Otot-otot somatic terpengaruh sikap
yang terjadi secara acak, dan gerakan korea mengalir dari salah satu bagian tubuh
menuju ke bagian yang lainnya. Otot-otot proksimal, distal, dan aksial terlibat
didalamnya. Pada tahap awal dan pada bentuk serangan yang tidak terlalu berat,
terlihat sekilas wajah meringis, gerakan intermiten dari alis dan dahi, bahu terangkat,
dan gerakan-gerakan menghentak dari ekstremitas. Parakinesia terjadi secara umum
untuk menyembunyikan hentakan-hentakan involunter. Seiring dengan perkembangan
penyakit, gaya berjalan degan gerakan yang lebih kuat pada tangan dan kaki, yang
menyebabkan tarian, berjingkrak-jingkrak, gait tipe stuttering, adalah abnormalitas yang
menjadi akrakteristik dari penyakit ini.
Impersisten motorik atau penghambatan saat terjadi kontraksi volunteer mungkin
menunjukkan milkmaid grips, sering menjatuhkan benda, ketidak mampuan untuk
membuat lidah menjulur keluar.
Gerakan korea meningkat oleh rangsangan emosional, hilang saat tidur dan
menjadi superimposed pada gerakan volunter. Dengan peningkatan tingkat keparahan,
aktivitas rutin sehari-hari menjadi lebih sulit dilakukan, seperti berbicara dan menelan.
Pada akhirnya, gerakan korea akan menghilang dan digantikan oleh kekakuan otot dan
distonia.3

11

Manifestasi neurologik lainnya


Nervus cranial tetap intak kecuali rapid eye movement, dimana pada sebagian
besar pasien terjadi kelemahan. Pasien sering berkedip selama terjadinya saccadic eye
movement. Sensibilitas biasanya tidak terpengaruh. Reflex tendon biasanya normal tapi
cenderung hiperaktif; respons plantar mungkin abnormal. Tonus otot pada sebagian
besar pasien adalah hipotonus, kecuali bagi mereka dengan akinetik-rigid (varian
Westphal). Dengan onset pada usia muda, maka keadaan akinetik-rigid biasanya
muncul daripada korea dan berhubungan dengan gangguan mental dan kejang
konvulsif. Nbentuk dari penyakit ini secara bertahap menjadi progresif dan dengan hasil
akhir yang fatal kurang dari 10 tahun. Pada tahap akhir penyakit ini, kekakuan otot dan
distonia cenderung menggantikan korea, dan serangan kejang tidak terjadi seerangan
hebat.4

Diagnosis
Bila penyakit ini diobservasi pada bentuk yang sudah berkembang lengkap,
maka akan sangat mudah menentukan diagnosisnya. Kesulitan timbul apabila pada
pasien yang tidak mempunyai riwayat keluarga berupa korea yang progresif, gangguan
emosi, dan demensia. Tapi kesulitan saat menentukan diagnosis bisa diatasi saat
diketahui adanya mutasi. Saat ini, sangat mungkin untuk menentukan maupun
menyingkirkan diagnosis dengan pemeriksaan analisis DNA lewat pemeriksaan darah.
Munculnya CAG berulang lebih dari 39 pada lokus Huntington sangat penting untuk
memastikan penyakit dan menunjukkan indikasi waktu perjalanan penyakit. 1
Kondisi lain dimana terdapat gerakan koreik yang menjadi manifestasi utama
bisa dimasukan dalam penilaian klinis. Choreic disorder dengan onset usia dewasa
adalah neuroacanthocytosis. Dimana terdapat korea ringan, tic, menggigit lidah,
neuropati perifer, feeding distonia, peningkatan serum kreatinin kinase, dan akansitosis
sel merah. Pada penderita ini juga umumnya terjadi beberapa episode kejang.
Dentatorubral-pallidoluysian atrofi bisa meniru penderita Huntington. Selain korea, bisa

12

terjadi juga myoclonus, ataksia, kejang dan demensia. Untuk membedakannya adalah
dengan test gen.
Sydenham chorea mempunyai onset umur muda, dapat membatasi diri sendiri,
dan ciri-ciri gangguan mentalnya kurang.
Korea dan gangguan mental yang timbul pada lupus eritematosus biasanya
muncul lebih akut, gerakan korea lebh terlokalisasi dan sering muncul periodic, dan
terdapat karakteristik serologic dan tanda-tanda klinis yang abnormal.
Gerakan-gerakan involunter yang tampak pada pasien-pasien psikiatrik dengan
perawatan yang lama dengan neuroleptik agen kadang-kadang menunjukkan masalahmasalah diagnostic. Seperti gerkan-gerakan, tetapi, biasanya berulang-ulang, berbeda
dengan nonrepetitif dan sifat acak yang dimiliki korea.
Gait biasanya normal pada diskinesia Tardif dan abnormal pada Huntington.
Demensia presenil (Alzheimer dan Penyakit Pick) terlihat mirip pada retardasi mental,
tapi cara berbahasa lebih banyak terlibat; afasia abnormal tidak muncul lebih awal pad
Huntington.
Myoclonus, lebih sering muncul daripada korea. Keanehan pada penyakit pada
masa kanak-kanak dengan rigiditas, kejang konvulsi, dan retardasi mental memerlukan
diferensiasi dari gangguan herediter, seperti leukodistrofi dan gangliosidosis.
Tics, terutama pada syndrome Gilles de la Tourette, biasanya menunjukkan
sedikit masalah pada sudut pandang gerakan involunter. Nonprogresif herediter korea
dimulai saat masa anak-anak, tidak menjadi lebih buruk, dan tidak dihubungkan dengan
demensia atau gangguan kepribadian.3

13

Gambar 2. Life cycle of Huntington Disease.6

Diferensial diagnosis
Pada kasus yang lain termasuk thyreotoxicosis, penyakit serebrovaskuler, lupus
eritematosus, dan polisitemia rubra vera. Infeksi HIV bisa juga menyebabkan korea,
dan AIDS-related disease bisa dijadikan pertimbangan pada pasien umur muda yang
mempunyai riwayat keluarga dengan gangguan gerak. Tidak satupun serupa dengan
penyakit Huntington karena tidak adanya perubahan kebiasaan diri dan gangguan
kognitif. Beberapa penyakit dengan resesif autosomal, seperti ataksia sereberal dengan
apraksia tipe 1, juga menunjukkan korea. 5

14

Penyakit-penyakit berikut dapat dijadikan diferensial diagnosis pada fenotip seperti HD


familial.5
-

HDL1 dengan epilepsy


HDL2 gen, Junctophilin 3
Dentatorubro-Pallidoluysian Atrophy
SCA 17 Spinocerebellar Ataxia 17

Tabel 3. Diferensial Diagnosis Penyakit Huntington. 7


Pemeriksaan penunjang
15

Pengkajian rutin dari darah, urine dan cairan cerebrospinal menunjukkan tidak
adanya

nilai

abnormal.

Penyebaran

nilai-nilai

abnormal

terlihat

pada

electroencephalogram. Gambaran radiologic pada tengkorak adalah normal, tetapi


computed tomography dan MRI menunjukkan pembesaran ventrikel dengan gambaran
seperti kupu-kupu pada ventrikel lateral, sebagai akibat dari degenerasi nucleus
kaudatus.
Pasien dengan bentuk akinetic-rigid sepertinya memperlihatkan hiperintensitas
striatal pada T2-weighted magnetic resonance imaging. Positron emission tomography
menggunakan fluodeoxyglucose memperlihatkan hipometabolisme pada kaudatus dan
putamen. Metabolisme striatal abnormal mungkin mendahului atrofi kaudatus, tapi pada
PET tidak terlalu sensitive untuk mendeteksi penyakit pada penderita yang
presimptomatik.3

16

Gambar. 3. Gambaran CT scan dari seorang wanita berumur 54 tahun dengan riwayat
penyakit Huntington selama 10 tahun dan demensia ringan. Tonjolan pada
inferolateral border pada ventrikel lateral, yang pada kondisi normal
dibentuk oleh kepala dari nucleus kaudatus, tampak lenyap. Hal ini terlihat
nyata pada gambaran CT scan dibawah (sebagai perbandingan pada
pasien dengan umur yang sama). Pada kasus ini terlihat juga pembesaran
ventrikel lateral.
Sumber: Ropper AH, Samuels MA. Adams and Victors Principles of Neurology 9 th
Edition1
17

Penanganan
Saat ini belum diketahui cara untuk mengubah proses dan hasil akhir penyakit
yang fatal. Percobaan untuk mengganti defisiensi pada GABA dengan menggunakan
GABA-mimetic agent atau inhibitor dari metabolism GABA menunjukkan kegagalan.
Pengobatan simptomatik dari depresi dan psikosis bisa menggunakan antidepresan
dan tipikal atau atipikal antipsikotik (misalnya clonazepin dan quetiapine). Gerakan
korea bisa dikontrol dengan menggunakan neuroleptik agen, termasuk didalamnya
dopamine receptor blocker, seperti haloperidol dan perphenazine, dan presinaptik
dopamine depleters seperti reserpine dan tetrabenazine. Dengan menggunakan
pengobatan kombinasi dengan supervisi ketat kegiatan harian pasien memungkinkan
penanganan di rumah saat tahap awal perjalanan penyakit.

Dopamine antagonis haloperidol, dosis harian 2 sampai 10 mg, sangat efektif


untuk menekan gangguan gerak. Karena adanya bahaya dari superimpose diskinesia
tardive yang kronik, korea harus dirawat sebagai gangguan fungsional, dengan sebisa
mungkin menggunakan dosis minimal. Haloperidol juga bisa membantu meringankan
abnormalitas kepribadian atau emosional yang labil, tetapi tidak merubah perjalanan
penyakit.
Levodopa dan agonis dopamine lainnya dapat membuat korea menjadi lebih
buruk dan, kekakuan dapat memicu terjadinya korea. Obat yang menghabiskan
dopamine atau menghalangi reseptor dopamine seperti reserpin, clozapine, dan
terutama tetrabenazine, menekan terjadinya korea pada beberapa tingakatan, tetapi
efek samping (pusing, akathisia, dan diskinesia tardive) dipertimbangkan efeknya.
Bentuk kekakuan dari penyakit ini mungkin paling baik diobati dengan obat
antiparkinson.1

18

Akibat sosial dan psikologik dari penderita ini membutuhkan terapi suportif, dan
konseling genetik sangat diperlukan. Obat anti depresan secara luas digunakan karena
adanya tingginya insiden depresi dan keinginan untuk bunuh diri, tapi kemanjurannya
tidak jelas.4 Seiring dengan keberlanjutan penyakit, bagaimanapun juga penderita
dipindahkan di rumah sakit jiwa seringkali diperlukan. 5

Tabel. 4. Anjuran perawatan pada penyakit Huntington menurut perjalanan penyakit. 5

19

PENUTUP

Penyakit Huntington adalah gangguan herediter progresif basal ganglia dominan


autosomal ditandai dengan gangguan gerak yang progresif yang dihubungkan dengan
penurunan fungsi psikiatrik dan kognitif. biasanya mulai terjadi antara umur 30 sampai
55 tahun.
Penegakan diagnosis dilakukan apabila penyakit berkembang secara lengkap.
Pada stadium awal penyakit ini, gerakan abnormal bercampur dengan gerakan yang
sedang dilakukan oleh penderita sehingga gerakan abnormal tersebut hampir tidak
diperhatikan. Tetapi lama-lama gerakan abnormal ini semakin jelas.
Pada akhirnya gerakan abnormal yang terjadi akan mempengaruhi seluruh
tubuh.Perubahan mental pada awalnya samar-samar, selanjutnya penderita menjadi
tidak bertanggungjawab dan seringkali bepergian tanpa tujuan yang pasti. Pada
stadium lanjut, hampir semua fungsi penderita mengalami gangguan dan penderita
memerlukan bantuan orang lain untuk melakukan fungsinya.

20

Gambar 4. Huntington Disease.8

Saat ini belum diketahui cara untuk mengubah proses dan hasil akhir penyakit
yang fatal. Pengobatan simptomatik dari depresi dan psikosis bisa menggunakan
antidepresan dan tipikal atau atipikal antipsikotik (misalnya clonazepin dan quetiapine).
Gerakan korea bisa dikontrol dengan menggunakan neuroleptik agen, termasuk
21

didalamnya dopamine receptor blocker, seperti haloperidol dan perphenazine, dan


presinaptik dopamine depleters seperti reserpine dan tetrabenazine.
Dengan menggunakan pengobatan kombinasi dengan supervisi ketat kegiatan
harian pasien memungkinkan penanganan di rumah saat tahap awal perjalanan
penyakit. Akibat sosial dan psikologik dari penderita ini membutuhkan terapi suportif,
dan konseling genetik sangat diperlukan.

22

DAFTAR PUSTAKA
1. Ropper A, Brown R. Adams and Victors Principles of Neurology 8 th edition. New
York. McGraw Hill, 2005.
2. Bradley WG, Daroff RB, et all. Neurology in Clinical Practice. Principles of Diagnosis
and Management 4th Edition. Utterworth Heinemann. 2004: 690-691.
3. Fahn S. Huntingtons Disease. In Merritts Neurology Textbook of Neurology 10 th
Edition. Lipincot Williams & Wilkins Publisher. 2000.
4. Kremer B. Clinical Neurology of Huntingtons Disease. In Bates G. Huntingtons
Disease 3rd edition. Oxford University Press. 2002.
5. Alexandra Durr. Huntington Disease. In Parkinson Disease and Movement disorder
5th edition. Lippincott Williams & Wilkins.2007.
6. Walker F. Huntington Disease. Lancet. 2007; 369: 21828
7. Gilman S. Oxford American Handbook of Neurology. New York. Oxford University
Press. 2010.
8. Rohkamm R. Color Atlas of Neurology. New York. Thieme. 2004.
9. Purdon SE, Mohr E, et all. Huntington's Disease: Pathogenesis, Diagnosis and
Treatment. J Psychiatr Neurosci, VoL 19, No. 5, 1994.

23

Anda mungkin juga menyukai