Anda di halaman 1dari 21

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahhirrobbilaalamiin,
Kehadirat Allah

SWT

berkat

rahmat

puji

dan

serta

syukur saya panjatkan

hidayah-Nya

saya

dapat

menyelesaikan salah satu tugas pada mata kuliahEtika dan Hukum


Keperawatan ini.
Makalah ini berisikan tentang konsep etik dan dilema etik. Selain itu
didalamnya juga terdapat contoh kasus dilema etik keperawatan beserta
dengan cara penyelesainnya.
Penyusunan makalah ini tidak terlepas dari adanya dukungan dan
bantuan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini saya mengucapkan
banyak terima kasih kepada:
Penyusunan makalah ini masih jauh dari sempurna, untuk itu saran
dan masukan yang membangun sangat diharapkan untuk perbaikan baik
dari segi isi materi maupun sistematika penulisannya.
Akhir

kata

semoga makalah ini

dapat

bermanfaat

dan

dapat

dipergunakan sebagaimana mestinya.


Mataram, rabu 8 april
2015

kelompok 1

BAB I
PENDAHULUAN

A.

LATAR BELAKANG
Keperawatan

merupakan

salah

satu

profesi

yang berkecimpung untukkesejahteraan manusia yaitu dengan memberikan


bantuan kepada individu yang sehat maupun yang sakit untuk dapat
menjalankan fungsi hidup sehari-harinya. Salah satu yang mengatur
hubungan antara perawat pasien adalah etika. Istilah etika dan moral sering
digunakan secara bergantian. Sehingga perawat perlu mengetahui dan
memahami tentang etik itu sendiri termasuk didalamnya prinsip etik dan
kode etik.
Hubungan antara perawat dengan pasien atau tim medis yang lain
tidaklah selalu bebas dari masalah. Perawat profesional harus menghadapi
tanggung jawab etik dan konflik yang mungkin meraka alami sebagai akibat
dari hubungan mereka dalam praktik profesional. Kemajuan dalam bidang
kedokteran, hak klien, perubahan sosial dan hukum telah berperan dalam
peningkatan perhatian terhadap etik. Standart perilaku perawat ditetapkan
dalam kode etik yang disusun oleh asosiasi keperawatan internasional,
nasional,

dan

negara

bagian

atau

provinsi.

Perawat

harus

mampu

menerapkan prinsip etik dalam pengambilan keputusan dan mencakup nilai


dan keyakinan dari klien, profesi, perawat, dan semua pihak yang terlibat.
Perawat memiliki tanggung jawab untuk melindungi hak klien dengan
bertindak sebagai advokat klien. Para perawat juga harus tahu berbagai
konsep hukum yang berkaitan dengan praktik keperawatan karena mereka

mempunyai akuntabilitas terhadap keputusan dan tindakan profesional yang


mereka lakukan (Ismaini, 2001)
Dalam berjalannya proses semua profesi termasuk profesi keperawatan
didalamnya tidak lepas dari suatu permasalahan yang membutuhkan
berbagai alternative jawaban yang belum tentu jawaban-jawaban tersebut
bersifat memuaskan semua pihak. Hal itulah yang sering dikatakan sebagai
sebuah dilema etik. Dalam dunia keperawatan sering kali dijumpai banyak
adanya kasus dilema etik sehingga seorang perawat harus benar-benar tahu
tentang etik dan dilema etik serta cara penyelesaian dilema etik supaya
didapatkan keputusan yang terbaik. Oleh karena itu penulis menyusun suatu
makalah tentang etik dan dilema etik supaya bisa dipahami oleh para
mahasiswa yang nantinya akan berguna ketika bekerja di klinik atau institusi
yang lain.
B.
1.

TUJUAN
Tujuan Umum
Mahasiswa mampu mengetahui konsep tentang etik dan dilema etik
khususnya dibidang keperawatan

2.

Tujuan Khusus

a.

Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami definisi etik

b.

Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami tipe-tipe etika

c.

Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami teori etik

d. Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami prinsip-prinsip etik


e.

Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami definisi dan kode etik


keperawatan

f.

Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami dilema etik dan cara


penyelesainnya

g.

Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami contoh kasus dilema etik


dan penyelesainnya

BAB II
ISI
A

DEFINISI ETIK
Etik adalah norma-norma yang menentukan baik-buruknya tingkah laku
manusia, baik secara sendirian maupun bersama-sama dan mengatur hidup
ke arah tujuannya ( Pastur scalia, 1971 ). Etika juga berasal dari bahasa
yunani, yaitu Ethos, yang menurut Araskar dan David (1978) berarti
kebiasaaan . model prilaku atau standar yang diharapkan dan kriteria
tertentu untuk suatu tindakan. Penggunaan istilah etika sekarang ini banyak
diartikan sebagai motif atau dorongan yang mempengaruhi prilaku. (Mimin.
2002).
Dari pengertian di atas, etika adalah ilmu tentang kesusilaan yang
menentukan bagaimana sepatutnya manusia hidup di dalam masyarakat
yang menyangkut aturan-aturan atau prinsip-prinsip yang menentukan

tingkah laku yang benar, yaitu : baik dan buruk serta kewajiban dan
tanggung jawab
Etik juga dapat digunakan untuk mendeskripsikan suatu pola atau cara
hidup, sehingga etik merefleksikan sifat, prinsip dan standar seseorang yang
mempengaruhi perilaku profesional. Berdasarkan uraian diatas, dapat
disimpulkan

bahwa

etik

merupakan

istilah

yang

merefleksikan bagaimana seharusnya manusia

digunakan

untuk

berperilaku, apa yang

seharusnya dilakukan seseorang terhadap orang lain. Sehingga juga dapat


disimpulkan bahwa etika mengandung 3 pengertian pokok yaitu : nilai-nilai
atau norma moral yang menjadi pegangan seseorang atau suatu kelompok
dalam mengatur tingkah laku, kumpulan azas atau nilai moral, misalnya
kode etik dan ilmu tentang yang baik atau yang buruk (Ismaini, 2001)
B
1.

TIPE-TIPE ETIKA
Bioetik
Bioetika merupakan studi filosofi yang mempelajari tentang kontroversi
dalam etik, menyangkut masalah biologi dan pengobatan. Lebih lanjut,
bioetika difokuskan pada pertanyaan etik yang muncul tentang hubungan
antara ilmu kehidupan, bioteknologi, pengobatan, politik, hukum, dan
theology. Pada lingkup yang lebih sempit, bioetik merupakan evaluasi etika
pada moralitas treatment atau inovasi teknologi, dan waktu pelaksanaan
pengobatan

pada

manusia.

Pada

lingkup

yang

lebih

luas,

bioetik

mengevaluasi pada semua tindakan moral yang mungkin membantu atau


bahkan membahayakan kemampuan organisme terhadap perasaan takut
dan nyeri, yang meliputi semua tindakan yang berhubungan dengan
pengobatan dan biologi. Isu dalam bioetik antara lain : peningkatan mutu
genetik, etika lingkungan, pemberian pelayanan kesehatan.
2. Clinical

ethics/Etik

klinik

Etik klinik merupakan bagian dari bioetik yang lebih memperhatikan pada
masalah etik selama pemberian pelayanan pada klien. Contoh clinical

ethics : adanya persetujuan atau penolakan, dan bagaimana seseorang


sebaiknya merespon permintaan medis yang kurang bermanfaat (sia-sia).
3.

Nursing ethics/Etik Perawatan


Bagian dari bioetik, yang merupakan studi formal tentang isu etik dan
dikembangkan

dalam

tindakan

keperawatan

serta

dianalisis

untuk

mendapatkan keputusan etik. Etika keperawatan dapat diartikan sebagai


filsafat

yang

mengarahkan

tanggung

jawab

moral

yang

mendasari

pelaksanaan praktek keperawatan. Inti falsafah keperawatan adalah hak


dan martabat manusia, sedangkan fokus etika keperawatan adalah sifat
manusia yang unik (k2-nurse, 2009)
C

TEORI ETIK
Dalam

etika

masih

dijumpai

banyak

teori

yang

mencoba

untuk

menjelaskan suatu tindakan, sifat, atau objek perilaku yang sama dari sudut
pandang atau perspektif yang berlainan. Beberapa teori etik adalah sebagai
berikut :
1.

Utilitarisme
Sesuai

dengan

namanya Utilitarisme berasal

dari

kata utility dengan

bahasa latinnya utilis yang artinya bermanfaat. Teori ini menekankan pada
perbuatan yang menghasilkan manfaat, tentu bukan sembarang manfaat
tetapi manfaat yang banyak memberikan kebahagiaan kepada banyak
orang. Teori ini sebelum melakukan perbuatan harus sudah memikirkan
konsekuensinya terlebih dahulu.
2.

Deontologi
Deontology berasal dari kata deon dari bahasa yunani yang artinya
kewajiban. Teori ini menekankan pada pelaksanaan kewajiban. Suatu
perbuatan akan baik jika didasari atas pelaksanaan kewajiban, jadi selama
melakukan kewajiban sudah melakukan kebaikan. Teori ini tidak terpatok
pada konsekuensi perbuatan dengan kata lain teori ini melaksanakan
terlebih dahulu tanpa memikirkan akibatnya. (Aprilins, 2010)

D
1.

PRINSIP-PRINSIP ETIK
Otonomi (Autonomy)
Prinsip otonomi didasarkan pada keyakinan bahwa individu mampu
berpikir logis dan mampu membuat keputusan sendiri. Orang dewasa
dianggap kompeten dan memiliki kekuatan membuat sendiri, memilih dan
memiliki berbagai keputusan atau pilihan yang harus dihargai oleh orang
lain. Otonomi merupakan hak kemandirian dan kebebasan individu yang
menuntut pembedaan diri. Praktek profesional merefleksikan otonomi saat
perawat menghargai hak-hak klien dalam membuat keputusan tentang
perawatan dirinya.

2.

Berbuat baik (Beneficience)


Beneficience berarti, hanya melakukan sesuatu yang baik. Kebaikan,
memerlukan pencegahan dari kesalahan atau kejahatan, penghapusan
kesalahan atau kejahatan dan peningkatan kebaikan oleh diri dan orang lain.
Terkadang, dalam situasi pelayanan kesehatan, terjadi konflik antara prinsip
ini dengan otonomi

3.

Keadilan (Justice)
Prinsip keadilan dibutuhkan untuk terpai yang sama dan adil terhadap
orang lain yang menjunjung prinsip-prinsip moral, legal dan kemanusiaan.
Nilai ini direfleksikan dalam prkatek profesional ketika perawat bekerja untuk
terapi yang benar sesuai hukum, standar praktek dan keyakinan yang benar
untuk memperoleh kualitas pelayanan kesehatan.

4.

Tidak merugikan (Nonmaleficience)


Prinsip ini berarti tidak menimbulkan bahaya/cedera fisik dan psikologis
pada klien.

5.

Kejujuran (Veracity)
Prinsip veracity berarti penuh dengan kebenaran. Nilai ini diperlukan oleh
pemberi pelayanan kesehatan untuk menyampaikan kebenaran pada setiap
klien

dan

untuk

meyakinkan

Prinsip veracity berhubungan


mengatakan

kebenaran.

bahwa

dengan

Informasi

klien

sangat

kemampuan

harus

ada

agar

mengerti.

seseorang

untuk

menjadi

akurat,

komprensensif,

dan

objektif

untuk

memfasilitasi

pemahaman

dan

penerimaan materi yang ada, dan mengatakan yang sebenarnya kepada


klien tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan keadaan dirinya
selama menjalani perawatan.
6.

Menepati janji (Fidelity)


Prinsip fidelity dibutuhkan

individu

untuk

menghargai

janji

dan

komitmennya terhadap orang lain. Perawat setia pada komitmennya dan


menepati janji serta menyimpan rahasia klien. Ketaatan, kesetiaan, adalah
kewajiban seseorang perawat untuk mempertahankan komitmen yang
dibuatnya kepada pasien.
7.

Karahasiaan (Confidentiality)
Aturan dalam prinsip kerahasiaan adalah informasi tentang klien harus
dijaga privasinya. Segala sesuatu yang terdapat dalam dokumen catatan
kesehatan klien hanya boleh dibaca dalam rangka pengobatan klien. Tidak
ada seorangpun dapat memperoleh informasi tersebut kecuali jika diijinkan
oleh klien dengan bukti persetujuan. (Geoffry hunt. 1994)

DEFINISI DAN KODE ETIK KEPERAWATAN


Etik keperawatan adalah norma-norma yang di anut oleh perawat dalam
bertingkah laku dengan pasien, keluarga, kolega, atau tenaga kesehatan
lainnya di suatu pelayanan keperawatan yang bersifat professional. Perilaku
etik akan dibentuk oleh nilai-nilai dari pasien, perawat dan interaksi sosial
dalam lingkungan. Tujuan dari etika keperawatan adalah :

1.

Mengidentifikasi,

mengorganisasikan,

memeriksa

dan

membenarkan

tindakan-tindakan kemanusiaan dengan menerapkan prinsip-prinsip tertentu


2. Menegaskan tentang kewajiban-kewajiban yang diemban oleh perawat dan
mencari informasi mengenai dampak-dampak dari keputusan perawat.
Sedangkan

Kode

etik

keperawatan

merupakan

suatu

pernyataan

komprehensif dari profesi yang memberikan tuntutan bagi anggotanya


dalam melaksanakan praktek keperawatan, baik yang berhubungan dengan

pasien, keluarga masyarakat, teman sejawat, diri sendiri dan tim kesehatan
lain. Pada dasarnya, tujuan kode etik keperawatan adalah upaya agar
perawat, dalam menjalankan setiap tugas dan fungsinya, dapat menghargai
dan menghormati martabat manusia. Tujuan kode etik keperawatan tersebut
adalah sebagai berikut :
1. Merupakan dasar dalam mengatur hubungan antar perawat, klien
atau pasien, teman sebaya, masyarakat, dan unsur profesi, baik
dalam profesi keperawatan maupun dengan profesi lain di luar
profesi keperawatan.
2. Merupakan standar untuk mengatasi masalah yang silakukan oleh
praktisi keperawatan yang tidak mengindahkan dedikasi moral
dalam pelaksanaan tugasnya.
3. Untuk mempertahankan bila praktisi yang dalam menjalankan
tugasnya diperlakukan secara tidak adil oleh institusi maupun
masyarakat.
4. Merupakan

dasar

dalam

menyusun

kurikulum

pendidikan

kepoerawatan agar dapat menghasilkan lulusan yang berorientasi


pada sikap profesional keperawatan.
5. Memberikan pemahaman kepada masyarakat pemakai / pengguna
tenaga keperawatan akan pentingnya sikap profesional dalam
melaksanakan tugas praktek keperawatan. ( PPNI, 2000 )

DILEMA ETIK
Dilema etika adalah situasi yang dihadapi seseorang dimana keputusan
mengenai perilaku yang layak harus di buat. (Arens dan Loebbecke, 1991:
77). Untuk itu diperlukan pengambilan keputusan untuk menghadapi dilema
etika tersebut. Enam pendekatan dapat dilakukan orang yang sedang
menghadapi dilema tersebut, yaitu:

1.

Mendapatkan fakta-fakta yang relevan

2.

Menentukan isu-isu etika dari fakta-fakta

3.

Menentukan siap dan bagaimana orang atau kelompok yang dipengaruhi


dilemma

4.

Menentukan alternatif yang tersedia dalam memecahkan dilema

5.

Menentukan konsekwensi yang mungkin dari setiap alternative

6.

Menetapkan tindakan yang tepat.


Dengan menerapkan enam pendekatan tersebut maka dapat meminimalisasi
atau menghindari rasionalisasi perilaku etis yang meliputi: (1) semua orang
melakukannya, (2) jika legal maka disana terdapat keetisan dan (3)
kemungkinan ketahuan dan konsekwensinya.
Pada dilema etik ini sukar untuk menentukan yang benar atau salah dan
dapat menimbulkan stress pada perawat karena dia tahu apa yang harus
dilakukan, tetapi banyak rintangan untuk melakukannya. Dilema etik biasa
timbul akibat nilai-nilai perawat, klien atau lingkungan tidak lagi menjadi
kohesif sehingga timbul pertentangan dalam mengambil keputusan. Menurut
Thompson & Thompson (1981 ) dilema etik merupakan suatu masalah yang
sulit dimana tidak ada alternatif yang memuaskan atau situasi dimana
alternatif yang memuaskan atau tidak memuaskan sebanding. Kerangka
pemecahan dilema etik banyak diutarakan oleh para ahli dan pada dasarnya
menggunakan kerangka proses keperawatan / Pemecahan masalah secara
ilmiah, antara lain:

1.

Model Pemecahan masalah ( Megan, 1989 )


Ada lima langkah-langkah dalam pemecahan masalah dalam dilema etik.

a.

Mengkaji situasi

b.

Mendiagnosa masalah etik moral

c.

Membuat tujuan dan rencana pemecahan

d.

Melaksanakan rencana

e.

Mengevaluasi hasil

2. Kerangka pemecahan dilema etik (kozier & erb, 2004 )


a.

Mengembangkan data dasar.

Untuk melakukan ini perawat memerukan pengumpulan informasi sebanyak


mungkin meliputi :
1) Siapa yang terlibat dalam situasi tersebut dan bagaimana keterlibatannya
2) Apa tindakan yang diusulkan
3) Apa maksud dari tindakan yang diusulkan
4) Apa konsekuensi-konsekuensi yang mungkin timbul dari tindakan yang
diusulkan.
b.

Mengidentifikasi konflik yang terjadi berdasarkan situasi tersebut

c. Membuat tindakan alternatif tentang rangkaian tindakan yang direncanakan


dan mempertimbangkan hasil akhir atau konsekuensi tindakan tersebut
d.

Menentukan siapa yang terlibat dalam masalah tersebut dan siapa


pengambil keputusan yang tepat

e.

Mengidentifikasi kewajiban perawat

f.

Membuat keputusan

3. Model Murphy dan Murphy


a.

Mengidentifikasi masalah kesehatan

b.

Mengidentifikasi masalah etik

c.

Siapa yang terlibat dalam pengambilan keputusan

d.

Mengidentifikasi peran perawat

e.

Mempertimbangkan

berbagai

alternatif-alternatif

yang

mungkin

dilaksanakan
f.

Mempertimbangkan besar kecilnya konsekuensi untuk setiap alternatif


keputusan

g.

Memberi keputusan

h.

Mempertimbangkan bagaimanan keputusan tersebut hingga sesuai


dengan falsafah umum untuk perawatan klien

i.

Analisa situasi hingga hasil aktual dari keputusan telah tampak dan
menggunakan informasi tersebut untuk membantu membuat keputusan
berikutnya.

4. Langkah-langkah menurut Purtilo dan Cassel ( 1981)

Purtilo dan cassel menyarankan 4 langkah dalam membuat keputusan


etik
a.

Mengumpulkan data yang relevan

b.

Mengidentifikasi dilema

c.

Memutuskan apa yang harus dilakukan

d.

Melengkapi tindakan

5. Langkah-langkah menurut Thompson & Thompson ( 1981)


a.

Meninjau situasi untuk menentukan masalah kesehatan, keputusan yang


diperlukan, komponen etis dan petunjuk individual.

b.

Mengumpulkan informasi tambahan untuk mengklasifikasi situasi

c.

Mengidentifikasi Issue etik

d.

Menentukan posisi moral pribadi dan professional

e.

Mengidentifikasi posisi moral dari petunjuk individual yang terkait.

f.

Mengidentifikasi konflik nilai yang ada

Prinsip Etik
1. Respect (Hak untuk dihormati)
Perawat harus menghargai hak-hak pasien/klien
2. Autonomy (hak pasien memilih)
Hak pasien untuk memilih treatment terbaik untuk dirinya
3. Beneficence (Bertindak untuk keuntungan orang lain/pasien)
Kewajiban untuk melakukan hal tidak membahayakan pasien/ orang lain dan
secara aktif berkontribusi bagi kesehatan dan kesejahteraan pasiennya
Hak-hak Pasien :
1.Hak untuk diinformasikan
2.Hak untuk didengarkan
3.Hak untuk memilih
4.Hak untuk diselamatkan
Informed Consent
Informed consent adalah dokumen yang legal dalam pemberian persetujuan

prosedur tindakan medik dan atau invasif, bertujuan untuk perlindungan


terhadap tenaga medik jika terjadi sesuatu yang tidak diharapakan yang
diakibatkan oleh tindakan tersebut. Selain itu dapat melindungi pasien
terhadap intervensi / tindakan yang akan dilakukan kepadanya.
Dasar dasar Informed consent UU N0 23 / 1992 tentang kesehatan Pasal 53
ayat ( 2) dan Peraturan Menteri Kesehatan RI NO 585 tentang persetujuan
tindakan medik.
Akuntabilitas Legal
- Aturan legal yang mengatur praktik perawat
- Pedoman untuk menghindari malpraktik dan tuntutan malpraktik
- Hubungan perawat- Dokter/keluarga/institusi pelayanan kesehatan
Potensial Area Tuntutan
a. Malpraktik
Kelalaian bertindak yang dilakukan seseorang terkait profesi/pekerjaannya
yang membutuhkan ketrampilan profesional dan tehnikal yang tinggi
b. Dokumentasi
- Medical Record adalah dokumen legal dan dapat digunakan di pengadilan
sebagai bukti.
c. Informed consent
Persetujuan yang dibuat oleh klien untuk menerima serangkaian prosedur
sesudah diberikan informasi yang lengkap termasuk resiko pengobatan dan
fakta-fakta yang berkaitan dengan itu, telah dijelaskan oleh dokter
d. Accident and Incident report
incident Report laporan terjadinya suatu insiden atau kecelakaan
- Perawat perlu menjamin kelengkapan dan keakuratan pelaporan askep
Wills
Pernyataan yang dibuat oleh seseorang mengenai bagaimana hak milik
seseorang dibuang sesudah kematiannya

DNRs (Do Not Rescucitate Orders)


Perintah dokter Tanpa Kode atau DNRs bagi klien dengan penyakit
terminal, penyakit kompleks, dan yang diharapkan untuk mati.
Euthanasia
Tindakan tanpa rasa sakit dengan mematikan penderitaan seseorang dari
tekanan penyakit atau dari penyakit yang tidak dapat disembuhkan
Kematian dan isu yang berhubungan
Sertifikat kematian, otopsi, donor organ, dsb.
Isu etik dan legal pada keperawatan kritis
Kritis adalah penilaian dan evaluasi secara cermat dan hati-hati terhadap
suatu kondisi krusial dalam rangka mencari penyelesaian/jalan keluar.
Keperawatan kritis merupakan salah satu spesialisasi di bidang keperawatan
yang secara khusus menangani respon manusia terhadap masalah yang
mengancam hidup. Seorang perawat kritis adalah perawat profesional yang
bertanggung jawab untuk menjamin pasien yang kritis dan akut beserta
keluarganya mendapatkan pelayanan keperawatan yang optimal.
Konsep pelayanan kritis
1.

Tujuan

Untuk mempertahankan hidup (maintaining life).


2.

Pengkajian

Dilakukan pada semua sistem tubuh untuk menopang dan mempertahankan


sistem-sistem tersebut tetap sehat dan tidak terjadi kegagalan.
3.

Diagnosa keperawatan

Ditegakkan untuk mencari perbedaan serta mencari tanda dan gejala yang
sulit diketahui untuk mencegah kerusakan/ gangguan yang lebih luas.
4.

Perencanaan keperawatan

Ditujukan pada penerimaan dan adaptasi pasien secara konstan terhadap


status yang selalu berubah.
5.

Intervensi

Ditujukan terapi gejala-gejala yang muncul pertama kali untuk pencegahan


krisis dan secara terus-menerus dalam jangka waktu yang lama sampai
dapat beradaptasi dengan tercapainya tingkat kesembuhan yang lebih tinggi
atau terjadi kematian.
6.

Evaluasi

Dilakukan secara cepat, terus menerus dan dalam waktu yang lama untuk
mencapai keefektifan masing-masing tindakan/ terapi, secara terus-menerus
menilai kriteria hasil untuk mengetahui perubahan status pasien.
Dalam melaksanakan asuhan keperawatan pasien kritis prioritas pemenuhan
kebutuhan tetap mengacu pada hirarki kebutuhan dasar Maslow dengan
tidak meninggalkan prinsip holistik.
Respon individu dan keluarga terhadap pengalaman keperawatan kritis
Penyakit kritis adalah kejadian dramatis emosional yang dialami pasien dan
keluarganya. Untuk beberapa situasi tertentu persiapan dari segi psikologis
perlu dilakukan. Perawat kritis berada di posisi yang paling tepat untuk
memahami kondisi yang dialami pasien dan keluarganya dan membantu
mereka untuk beradaptasi dengan situasi yang ada. Gejala fisik dari penyakit
kritis yang mengancam jiwa, seperti nyeri tingkat akhir atau perdarahan
biasanya disertai dengan respon psikologis dari pasien dan keluarganya,
seperti:
1.

Cemas

2.

Takut

3.

Panik

4.

Marah

5.

Perasaan bersalah

6.

Distres spiritual

Respon psikologis tersebut dapat memperburuk gejala-gejala fisik yang


diderita pasien.
Perawat ruang intensif/kritis harus memberikan pelayanan
keperawatan yang mencerminkan pemahaman akan aspek etika dan legal
keperawatan yang mencerminkan pemahaman akan aspek etika dan legal
kesehatan. Perawat ruang kritis harus bekerja sesuai dengan aturan yang
ada (standar rumah sakit/standar pelayanan maupun asuhan keperawatan).
Etik ditujukan untuk mengukur perilaku yang diharapkan dari manusia
sehingga jika manusia tersebut merupakan suatu kelompok tertentu atau
profesi tertentu seperti profesi keperawatan, maka aturannya merupakan
suatu kesepakatan dari kelompok tersebut yang disebut kode etik.
Status pekerjaan sebagai seorang perawat rumah sakit ataupun bagian
dari staf paramedik tidak membuat perawat bisa menghindari tanggung
jawab dan kewajiban mematuhi hukum dalam setiap tindakan/pelayanan
keperawatan yang dilakukan. Kumpulan hukum/peraturan keperawatan yang
telah dikembangkan dikenal sebagai standar pelayanan keperawatan.
Standar pelayanan keperawatan ditentukan dengan pengambilan keputusan
atas tindakan profesional yang paling tepat dilakukan untuk mengatasi
masalah yang ada.
Kecenderungan trend dan isu keperawatan kritis
Perkembangan yang pesat di bidang teknologi dan pelayanan kesehatan
cukup berkontribusi dalam membuat orang tidak lagi dirawat dalam jangka
waktu lama di rumah sakit. Pasien yang berada di unit perawatan kritis
dikatakan lebih sakit dibanding sebelumnya. Sekarang ini banyak pasien

yang dirawat di unit kritis untuk waktu 5 tahun sudah dapat menjalani rawat
jalan di rumah masing-masing. Pasien unit kritis yang ada sekarang ini tidak
mungkin bertahan hidup di masa lalu dikarenakan buruknya sistem
perawatan kritis yang ada. Sudah direncanakan di beberapa rumah sakit
akan adanya unit kritis yang lebih besar dan kemungkinan mendapatkan
pelayanan perawatan kritis di rumah atau tempat-tempat alternatif lainnya.
Perawat kritis harus tetap memantau informasi terbaru dan mengembangkan
kemampuan yang dimiliki untuk mengelola metode dan teknologi perawatan
terbaru. Seiring dengan perkembangan perawatan yang dilakukan pada
pasien semakin kompleks dan banyaknya metode ataupun teknologi
perawatan baru yang diperkenalkan, perawat kritis dipandang perlu untuk
selalu meningkatkan pengetahuannya.

1. Kode Etik Keperawatan


Kode etik keperawatan mejadi kerangka dasar bagi profesi perawat
untuk bersikap , bertindak , mengembangkan fungsi dan peranya ,
tanggung jawab kepada individu , keluarga dan masyarakat , tanggung
jawab terhadap tugas , tanggung jawab terhadap profesi serta tanggung
jawab kepada bangsa dan tanah air . pasal pasal Kode etik keperwatan
yang berhubungan dengan dokumentasi keperawatan secara implisit diatur
pada :
Pasal 1 .
Perawat dalam melaksanakan pengabdiannya senantiasa berpedoman pada
tanggung jawab yang bersumber dari adanya kebutuhan akan perawatan ,
Individu , keluarga dan masyarakat.
Pasal 5.
Perawat senantiasa memelihara mutu pelayanan keperawatan nyang tinggi
disertai kejujuran profesional dalam menerapkan pengetahuan serta

keterampilan keperawatan sesuai dengan kebutuhan individu , keluarga dan


masyarakat.
Pasal 6.
Perawat wajib merahasiakan segala sesuatu yang diketahui sehubungan
dengan tugas yang dipercayakan kepadanya kecuali jika diperlukan oleh
yang berwenang sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Pasal 10.
Perawat senantiasa memelihara hubungan baik antar sesama perawat dan
tenaga kesehatan lainnya, baik dalam memelihara keserasian suasana
lingkungan kerja maupun dalam mencapai tujuan pelayanan kesehatan
secara menyeluruh.
2. Undang Undang Kesehatan .
Dalam UU No.23 tahun 1992 diatur secara garis besar tanggung
jawab tenaga kesehatan ( termasuk perawat ) yang berhubungan
pendokumentasian tenaga kesehatan . Secara implisit sebenarnya diatur
pada semua pasal pasal yang ada namun lebih jelas diatur pada :
Pasal 11 ayat 2.
Penyelenggaraan upaya kesehatan sebagaimana dimaksud dalam ayat ( 1 )
didukung oleh sumber daya kesehatan .
Pasal 32 ayat 2.
Penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan dilakukan dengan
pengobatan dan atau perawatan .
Pasal 32 ayat 3.
Pengobatan dan atau perawatan dapat dilakukan berdasarkan ilmu
edokteran dan ilmu keperwatan dan atau cara lain yang dapat
dipertanggung jawabkan .
Pasal 32 ayat 4.

Pelaksanaan pengobatan dan atau perawatan berdasarkan ilmu kedokteran


dan ilmu keperawatan hanya dapat dilakukan tenaga kesehatan yang
mempunyai keahlian dan kewenangan untuk itu .
Pasal 49 .
Suber daya kesehatan merupakan semua perangkat keras dan perangkat
lunak yang diperlukan sebagai pendukung penyelenggaraan upaya
kesehatan meliputi
a. tenaga kesehatan ;
b. sarana kesehatan ;
c. perbekalan kesehatan ;
d. pembiayaan kesehatan ;
e. pengelolaan kesehatan ;
f. penelitian dan pengembangan kesehatan.
Pasal 53 ayat 1.
Tenaga kesehatan berhak memperoleh perlindungan hukum dalam
melaksanakan tugas sesuai dengan profesinya.
Pasal 53 ayat 2.
Tenaga kesehatan dalam melakukan tugasnya berkewajiban untuk mematuhi
standar profesi dan menghormati hak pasien.
Pasal 54 ayat 1
Terhadap tenaga kesehatan yang melakukan kesalahan atau kelalaian dalam
melaksanakan profesinyadapat dikenakan tindakan disiplin.
Pasal 55 ayat 1.
Setiap orang berhak atas ganti rugi akibat kesalahan atau kelalaian yang
dilakukan tenaga kesehatan .
Dalam pasal pasal yang disebutkan diatas , tidak ada yang mengatur
secara jelas tentang pemdokumentasian , namun pelaskanaan pasal pasal
tersebut dan termasuk pasal pasal tentang ketentuan pidana serta sanksi
dalam UU No.23 tahun 1992 memerlukan perangkat dokumentasi sebagai
perangkat lunak .

3. Kepustusan Menteri Kesehatan : KepMenkes No. 1239 / Meskes/ SK /


XI/2001
Hal hal yang prinsip mengatur tentang aspeg legal etik praktek
keperawatan dan dokumentasi keperawatan diatur dalam keputusan Menteri
Kesehatan No. 1239 / Menkes / Sk /XI/2001, pada pasal pasal :
Pasal 15
Perawat dalam melaksanakan praktik keperawatan berwenang untuk
a. Melaksankan asuhan keperawatan yang meliputi pengkajian , penetapan
diagnosa keperawatan , perencanaan , melaksanakan tindakan keperaatan
dan evaluasi keperawatan ;
b. Tindakan keperawatan sebagai mana yang dimaksud pada butir a) meliputi
Intervensi keperawatan , observasi keperawatan , pendidikan dan konseling ;
c. Dalam melaksanakan asuhan keperawatan sebagai mana yang dimaksud
pada hurup a) dan b) harus sesuai dengan standar asuhan keperawatan
yang ditetapkan oleh organisasi profesi ;
d. Pelayanan tindakan medik hanya dapat dilakukan berdasarkan permintaan
tertulis dari dokter.
Pasal 16
Dalam melaksanakan kewenangan sebagai mana dimaksud pada pasal 15
perawat berkewajiban untuk :
a. Menghormati hak pasien ;
b. Merujuk kasus yang tidak dapat ditangani ;
c. Menyimpan rahasia sesuai dengan perundang undangan yang
berlaku ;
d. Memberikan informasi ;
e. Meminta persetujuan tindakan yang akan dilakukan ;
f. Melakukan catatan keperawatan dengan baik.

Anda mungkin juga menyukai