Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH KESEHATAN REPRODUKSI USIA LANJUT

PROGRAM PENANGANAN MASALAH PENYAKIT KARDIOVASKULER PADA


LANSIA

Disusun Oleh:
1. Luthfia Shofa Assyahidah
2. Anita Rahmawati

(07140100276)

(07140100291)

3. Anita Agustin

(07140100292)

4. Novi Triyanti

(07140100)

5. Sari Safitri

(07140100)

6. Rachmi Novarini

(07140100)

7. Nurlaela Septiani

(07140100311)

8. Delly Handayani

(07140100)

9. Wulan Ambarsari

(07140100)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN INDONESIA MAJU


PROGRAM STUDI DIPLOMA IV KEBIDANAN
JAKARTA
2014

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Penuaan adalah sebuah proses yang pasti dialami semua orang, hal ini berarti
perubahan pada fisiologi dan anatomi jantung juga akan terjadi pada semua orang. Dengan
bertambahnya usia, wajar saja bila kondisi dan fungsi tubuh pun makin menurun. Usia lanjut
adalah usia yang sangat rentan terhadap berbagai penyakit. Pada umumnya yang mendasari
penyakit disaat lanjut usia adalah akibat dari sisa penyakit yang pernah diderita di usia muda,
penyakit karena akibat kebiasaan dimasa lalu (seperti: merokok, minum alkohol dan
sebagainya) dan juga penyakit tertentu yang mudah sekali menyerang saat usia lanjut. Tak
heran bila pada usia lanjut, semakin banyak keluhan yang dilontarkan karena tubuh tak lagi
mau bekerja sama dengan baik seperti kala muda dulu.
Penyakit jantung pada lansia mempunyai penyebab yang multifaktorial yang saling
tumpang tindih. Untuk itu kita harus terlebih dahulu memahami mengenai konsep faktor
risiko dan penyakit degeneratif. Faktor risiko adalah suatu kebiasaan, kelainan dan faktor
lain yang bila ditemukan/dimiliki seseorang akan menyebabkan orang tersebut secara
bermakna lebih berpeluang menderita penyakit degeneratif tertentu. Penyakit degeneratif
adalah suatu penyakit yang mempunyai penyebab dan selalu berhubungan dengan satu faktor
risiko atau lebih, di mana faktor-faktor risiko tersebut bekerja sama menimbulkan penyakit
degeneratif itu. Penyakit degeneratif itu sendiri dapat menjadi faktor resiko untuk penyakit
degeneratif lain. Misalnya: penyakit jantung dan hipertensi merupakan faktor resiko stroke.
Inilah yang menyebabkan pembahasan mengenai penyakit jantung pada lansia dapat
berkembang sangat luas, yaitu karena adanya keterkaitan yang sangat erat antara penyakit
yang satu dengan penyakit yang lain.
Berdasarkan data yang didapat dari penelitian di USA pada tahun 2001, penyakit
jantung yang sering ditemukan adalah Penyakit Jantung Koroner 13%, Infark Miokard Akut
8%, Kelainan Katup 4%, Gagal Jantung 2%, Penyakit Jantung Hipertensif dan Hipertensi
1%.

1.2 Rumusan Masalah


1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

Apa defenisi penyakit jantung pada usia lanjut ?


Apa perubahan anatomis yang terjadi pada jantung di usia lanjut ?
Apa perubahan fisiologis yang terjadi pada jantung di usia lanjut ?
Apa perubahan patologi anatomis yang terjadi pada jantung di usia lanjut ?
Bagaimana tanda dan gejala penyakit jantung di usia lanjut ?
Berapa jenis penyakit jantung pada usia lanjut ?
Bagaimana pencegahan penyakit jantung pada lansia?
Bagaimana Program Pengendalian penyakit jantung dan pembuluh darah?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui defenisi penyakit jantung pada usia lanjut
2. Untuk mengetahui perubahan anatomis yang terjadi pada jantung di usia lanjut
3. Untuk mengetahui perubahan fisiologis yang terjadi pada jantung di usia lanjut
4. Untuk mengetahui perubahan patologi anatomis yang terjadi pada jantung di usia
lanjut
5. Untuk mengetahui tanda dan gejala penyakit jantung di usia lanjut
6. Untuk mengetahui jenis penyakit jantung pada usia lanjut
7. Untuk mengetahui bagaimana pencegahan penyakit jantung pada lansia
8. Untuk mengetahui program pengendalian penyakit jantung dan pembuluh darah
1.4 Manfaat
Sebagai sumber ilmu dalam menerapkan asuhan keperawatan penyakit jantung pada
lansia.

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Konsep Medis
1. Defenisi

Merupakan penyebab kematian terbesar pada usia 65 tahun ke atas di seluruh


dunia. Pada lansia penyakit ini merupakan salah satu penyakit yang banyak ditemui,
malah mungkin yang terbanyak diderita.
2. Perubahan Anatomis
Penebalan dinding ventrikel kiri jantung kerap terjadi, meski tekanan darah
relatif normal. Begitupun fibrosis dan kalsifikasi katup jantung terutama pada anulus
mitral dan katup aorta. Selain itu terdapat pengurangan jumlah sel pada nodus
sinoatrial (SA Node) yang menyebabkan hantaran listrik jantung mengalami
gangguan. Hanya sekitar 10% sel yang tersisa ketika manusia berusia 75 tahun
ketimbang jumlahnya pada usia 20 tahun lalu. Bisa dibayangkan, bagaimana
terganggunya kerja jantung, apalagi jika disertai penyakit jantung lain, seperti
penyakit jantung koroner. Sementara itu, pada pembuluh darah terjadi kekakuan arteri
sentral dan perifer akibat proliferasi kolagen, hipertrofi otot polos, kalsifikasi, serta
kehilangan jaringan elastik. Meski seringkali terdapat aterosklerosis pada manula,
secara normal pembuluh darah akan mengalami penurunan debit aliran akibat
peningkatan situs deposisi lipid pada endotel. Lebih jauh, terdapat pula perubahan
arteri koroner difus yang pada awalnya terjadi di arteri koroner kiri ketika muda,
kemudian berlanjut pada arteri koroner kanan dan posterior di atas usia 60 tahun.
3. Perubahan Fisiologis
Perubahan fisiologis yang paling umum terjadi seiring bertambahnya usia
adalah perubahan pada fungsi sistol ventrikel. Sebagai pemompa utama aliran darah
sistemik manusia, perubahan sistol ventrikel akan sangat mempengaruhi keadaan
umum pasien. Parameter utama yang terlihat ialah detak jantung, preload dan
afterload, performa otot jantung, serta regulasi neurohormonal kardiovaskular.
Oleh karenanya, orang-orang tua menjadi mudah deg-degan. Akibat terlalu sensitif
terhadap respon tersebut, isi sekuncup menjadi bertambah menurut kurva FrankStarling. Efeknya, volume akhir diastolik menjadi bertambah dan menyebabkan kerja
jantung yang terlalu berat dan lemah jantung. Awalnya, efek ini diduga terjadi akibat
efek blokade reseptor -adrenergik, namun setelah diberi -agonis ternyata tidak
memberikan perbaikan efek.
Di lain sisi, terjadi perubahan kerja diastolik terutama pada pengisian awal
diastol lantaran otot-otot jantung sudah mengalami penurunan kerja. Secara otomatis,
akibat kurangnya kerja otot atrium untuk melakukan pengisian diastolik awal, akan

terjadi pula fibrilasi atrium, sebagaimana sangat sering dikeluhkan para lansia. Masih
berhubungan dengan diastol, akibat ketidak mampuan kontraksi atrium secara
optimal, akan terjadi penurunan komplians ventrikel ketika menerima darah yang
dapat menyebabkan peningkatan tekanan diastolik ventrikel ketika istirahat dan
exercise. Hasilnya, akan terjadi edema paru dan kongesti sistemik vena yang sering
menjadi gejala klinis utama pasien lansia. Secara umum, yang sering terjadi dan
memberikan

efek

nyata

secara

klinis

ialah

gangguan

fungsi

diastol.

Pemeriksaan EKG perlu dilakukan untuk melihat adanya penyakit jantung koroner,
gangguan konduksi dan irama jantung, serta hipertrofi bagian-bagian jantung.
Beberapa macam aritmia yang sering ditemui pada lansia berupa ventricular
extrasystole (VES), supraventricular extrasystole (SVES), atrial flutter/fibrilation,
bradycardia sinus, sinus block, A-V junctional. Gambaran EKG pada lansia yang
tidak memiliki kelainan jantung biasanya hanya akan menunjukkan perubahan
segmen ST dan T yang tidak khas. Untuk menegakkan diagnosis, perlu dilakukan
ekokardiografi sebagaimana prosedur standar bagi para penderita penyakit jantung
lainnya.
4. Perubahan Patologi Anatomis
Perubahan-perubahan patologi anatomis pada jantung degeneratif umumnya
berupa degeneratif dan atrofi. Perubahan ini dapat mengenai semua lapisan jantung
terutama endokard, miokard, dan pembuluh darah. Umumnya perubahan patologi
anatomis

merupakan

perubahan

mendasar

yang

menyebabkan

perubahan

makroskopis, meskipun tidak berhubungan langsung dengan fisiologis.


Seperti halnya di organ-organ lain, akan terjadi akumulasi pigmen lipofuksin
di dalam sel-sel otot jantung sehingga otot berwarna coklat dan disebut brown
atrophy. Begitu juga terjadi degenerasi amiloid alias amiloidosis, biasa disebut senile
cardiac amiloidosis. Perubahan demikian yang cukup luas dan akan dapat
mengganggu faal pompa jantung.
Terdapat pula kalsifikasi pada tempat-tempat tertentu, terutama mengenai
lapisan dalam jantung dan aorta. Kalsifikasi ini secara umum mengakibatkan
gangguan aliran darah sentral dan perifer. Ditambah lagi dengan adanya aterosklerosis
pada dinding pembuluh darah besar dan degenerasi mukoid terutama mengenai daun
katup jantung, menyebabkan seringnya terjadi kelainan aliran jantung dan pembuluh
darah. Akibat perubahan anatomis pada otot-otot dan katup-katup jantung
menyebabkan pertambahan sel-sel jaringan ikat (fibrosis) menggantikan sel yang

mengalami degenerasi, terutama mengenai lapisan endokard termasuk daun katup.


Tidak heran, akibat berbagai perubahan-perubahan mikroskopis seperti tersebut di
atas,keseluruhan kerja jantung menjadi rusak.
5. Tanda dan Gejala Penyakit Jantung pada Lanjut Usia
Nyeri pada daerah prekordial dan sesak napas seringkali dirasakan pada
penderita penyakit jantung di usia lanjut. Rasa cepat lelah yang berlebihan seringkali
ditemukan sebagai dampak dari sesak napas yang biasanya terjadi di tengah malam.
Gejala lainnya adalah kebingungan, muntah-muntah dan nyeri pada perut karena
pengaruh dari bendungan hepar atau keluhan insomnia.
Bising sistolik banyak dijumpai pada penderita lanjut usia, sekitar 60% dari
jumlah penderita. Dalam penemuan lain juga dilaporkan bahwa bising sistolik tanpa
keluhan ditemukan pada 26% penderita yang berusia 65 tahun keatas.
Pada jantung dapat dijumpai kekakuan pada arteria koroner, cincin katup mitral, katup
aorta, miokardium dan perikardium. Kelainan-kelainan tersebut selalu merupakan
keadaan yang abnormal.
6. Jenis Penyakit Jantung pada Lanjut Usia
a. Penyakit Jantung Koroner Dan Infark Miokard
Akibat yang besar dari penyakit jantung koroner adalah kehilangan oksigen
dan makanan ke jantung karena aliran darah ke jantung melalui arteri koroner
berkurang. PJK adalah manifestasi umum dari keadaaan pembuluh darah yang
mengalami pengerasan dan penebalan dinding,disebut juga aterosklerosis. Tapi selain
itu stenosis aorta, kardiomiopati hipertrofi dan kelainan arteri koronaria kongenital
juga dapat menyebabkan PJK.
Faktor risiko PJK antaralain hipertensi sistolik,dislipidemia,intoleransi glukosa
dan fibrinogen,obesitas dan kurang bergerak.
b. Gagal Jantung
Gagal jantung adalah merupakan suatu sindrom, bukan diagnosa penyakit.
Sindrom gagal jantung kongestif (Chronic Heart Failure/ CHF) juga mempunyai
prevalensi yang cukup tinggi pada lansia dengan prognosis yang buruk. Prevalensi
CHF adalah tergantung umur atau age-dependent. Menurut penelitian,gagal jantung
jarang pada usia di bawah 45 tahun, tapi menanjak tajam pada usia 75 84 tahun.

CHF terjadi ketika jantung tidak lagi kuat untuk memompa darah yang cukup untuk
memenuhi kebutuhan jaringan.
Penyebab yang sering adalah menurunnya kontraktilitas miokard akibat
Penyakit Jantung Koroner, Kardiomiopati, beban kerja jantung yang meningkat
seperti pada penyakit stenosis aorta atau hipertensi, Kelainan katup seperti regurfitasi
mitral. Selain itu ada pula faktor presipitasi lain yang dapat memicu terjadinya gagal
jantung,yaitu kelebihan Na dalam makanan,kelebihan intake cairan, tidak patuh
minum obat, aritmia, flutter, aritmia, obat-obatan, sepsis, hiper/hipotiroid, anemia,
gagal ginjal, defisiensi vitamin B, emboli paru.
c. Kelainan Katup
Bising sistolik dapat ditemukan pada sekitar 60% lansia, dan ini jarang sekali
diakibatkan oleh kelainan katup yang parah. Pada katup aorta, stenosis akibat
kalsifikasi lebih sering ditemukan daripada regurgitasi aorta. Tapi pada katup mitral,
regurgitasi sangat sering dijumpai dan lebih banyak terdapat pada wanita daripada
pria. Pada lansia sering terdapat bising sistolik yang tidak mempunyai arti klinis yang
berarti. Tapi harus hati-hati membedakan fisiologis dengan yang patologis. Bising
patologis menandakan adanya kelainan katup yang berat, yang bila tidak ditangani
dengan benar akan mengakibatkan hipertrofi ventrikel dan pada akhirnya berakhir
dengan gagal jantung.
Stenosis katup aorta etiologinya adalah akibat kalsifikasi/degeneratif. Stenosis
aorta akan berakibat pada pembesaran ventrikel kiri. Dapat terjadi tanpa disertai
gejala selama beberapa tahun. Tapi pada akhirnya kondisi ini akan berakhir dengan
kerusakan ventrikel permanen yang akhirnya mengakibatkan komplikasi-komplikasi
seperti pulmonary vascular congestion (dengan sesak nafas), aritmia ventrikel dan
heart block. Sedangkan kelainan pada katup mitral juga dapat mengakibatkan
terjadinya Atrial fibrillation dan gagal jantung.
d. Hipertensi Dan Penyakit Jantung Hipertensif
Semakin tua, tekanan darah akan bertambah tinggi. Prevalensi hipertensi pada
orang-orang lanjut usia adalah sebesar 30-65%.
Hipertensi pada lansia sangat penting untuk diketahui karena patogenesis,
perjalanan penyakit dan penatalaksanaannya tidak seluruhnya sama dengan hipertensi
pada usia dewasa muda. Pada pasien lansia, aspek diagnostik yang dilakukan harus
lebih mengarah kepada hipertensi dan komplikasinya serta terhadap pengenalan

berbagai penyakit komorbid pada orang itu karena penyakit komorbid sangat erat
kaitannya dengan penatalaksanaan keseluruhan.
Seperti penyakit degeneratif pada lanjut usia lainnya,hipertensi sering tidak
memberikan gejala apapun atau gejala yang timbul tersamar (insidious) atau
tersembunyi (occult). Peningkatan tekanan darah sering merupakan satu-satunya
tanda klinis hipertensi yang esensial, sehingga diperlukan pengukuran tekanan darah
secara akurat.
7. Pencegahan Penyakit Jantung pada Lanjut Usia
a. Pencegahan Primer
Pencegahan primer adalah berbagai upaya yang dilakukan untuk menghindari
atau menunda munculnya penyakit atau gangguan kesehatan. Pencegahan primer
penyakit jantung yang dapat dilakukan antara lain :
1) Stop merokok
2) Turunkan kolesterol
3) Obati tekanan darah tinggi
4) Latihan jasmani
5) Pelihara berat badan ideal
6) Konsumsi aspirin dosis rendah untuk pencegahan
7) Kelola dan kurangi stres.
b. Pencegahan Sekunder
Pencegahan sekunder adalah berbagai upaya yang dilakukan untuk deteksi dini
adanya penyakit atau gangguan kesehatan agar dapat dilakukan tatalaksana sedini
mungkin pula. Pencegahan sekunder yang dapat dilakukan :
1) Pemeriksaan kolesterol tiap 3-5 tahun.
2) Pemeriksaan elektrokardiogram (EKG)

3) Pemeriksaan tekanan darah setiap 3 tahun sebelum usia 40 tahun dan setiap tahun
setelah berusia 40 tahun.
c. Pencegahan Tersier
Pengelolaan penyakit atau gangguan kesehatan secara seksama harus
dilakukan. Diperlukan kerjasama yang baik antara tenaga kesehatan dan pasien serta
keluarganya agar penyakit atau gangguan kesehatan yang diderita pasien dapat
terkelola dan terkendali dengan baik. Untuk itu amat dibutuhkan kepatuhan pasien
dalam mengontrol penyakit-penyakit yang diderita agar tidak timbul komplikasi atau
penyulit. Pada umumnya berbagai penyakit kronik degeneratif memerlukan
kedisiplinan dan ketekunan dalam diet atau latihan jasmani, demikian pula di dalam
pengobatan yang umumnya membutuhkan waktu bertahun-tahun bahkan bisa seumur
hidup.
8.

Program Pengendalian penyakit jantung dan pembuluh darah


didasarkan pada konsep bahwa penyakit jantung dan pembuluh darah adalah
kelompok penyakit yang disebabkan oleh banyak faktor risiko. Di antara faktor risiko
tersebut terdapat faktor yang sama untuk penyakit tidak menular utama yaitu Jantung
iskemia, stroke, diabetes mellitus dan penyakit paru obstruktif menahun.
Oleh karena itu pencegahan dan penanggulangan penyakit jantung dan
pembuluh darah diprioritaskan pada prevensi primer faktor risiko bersama dan
prevensi sekunder penyakit jantung dan pembuluh darah. Kebijakan pencegahan
primordial untuk menurunkan faktor risiko penyakit jantung dan pembuluh darah
pada kelompok populasi yang mempunyai risiko tinggi berpotensi
8.1 Kebijakan Pengendalian Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah
pencegahan dan prevensi sekunder penyakit jantung dan pembuluh darah
merupakan cara yang utama. Kebijakan tersebut secara global ditujukan kepada faktor
yang mempengaruhi derajat kesehatan secara komprehensif dan terintegrasi.
Kebijakan pencegahan dan penanggulangan penyakit jantung dan pembuluh darah
mencakup kebijakan dalam peningkatan surveilans faktor risiko penyakit, registri
kematian, kebijakan dalam promosi dan pencegahan penyakit serta kebijakan dalam
manajemen pelayanan kesehatan bagi penyakit jantung dan pembuluh darah.

1.

Kebijakan Surveilans
Surveilans penyakit jantung dan pembuluh darah terdiri surveilans faktor risiko
penyakit dan registrasi kematian. Dengan surveilans akan diperoleh informasi
yang esensial yang digunakan untuk pengambilan keputusan dalam upaya
pencegahan dan penanggulangan penyakit jantung dan pembuluh darah dengan
biaya efektif. Secara garis besar surveilans yang telah dilakukan Direktorat
Pengendalian Penyakit Tidak Menular (Dit PPTM) adalah survei faktor resiko
melalui Susenas, SKRT, SDKI dan Sukerti (Survei Kesehatan Rumah Tangga
Indonesia).

2.

Kebijakan promosi dan pencegahan penyakit


Promosi dan pencegahan penyakit jantung dan pembuluh darah dilakukan melalui
pemberdayaan berbagai komponen di masyarakat seperti organisasi profesi, LSM,
media massa, dunia usaha dan lain-lain untuk memacu kemandirian masyarakat
dalam pencegahan dan penaggulangan penyakit jantung dan pembuluh darah.
Keberhasilan yang telah dicapai adalah terbentuknya yayasan/LSM dan organisasi
profesi pengendalian penyakit jantung dan pembuluh darah antar lain : Yayasan
Jantung Indonesia, Yayasan Stroke Indonesia (Yastroki), Lembaga Menanggulangi
Masalah Merokok, Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskuler Indonesia
(PERKI), Ikatan Dokter Indonesia, Persatuan Ahli Penyakit Dalam Indonesia,
INA-SH (Perhimpunan Hipertensi Indonesia). Promosi yang telah dilakukan :
Gerakan Jantung Sehat, Hari Kesehatan Nasional, Gerakan PHBS (Perilaku Hidup
Bersih dan Sehat), Hari Bebas Tembakau, pemasangan label peringatan pada
bungkus rokok, dan lain-lain.
3. Kebijakan Manajemen Pelayanan Kesehatan
Manajemen pelayanan kesehatan penyakit jantung dan pembuluh darah
meliputi keseluruhan aspek pelayanan baik secara preventif, promotif, kuratif, dab
rehabilitative yang professional.

8.2 Pihak-Pihak Terkait Penyuksesan Program


1. Kementrian

Kesehatan

Republik

Indonesia

Pengendalian Penyakit Tidak Menular (Dit PPTM)

khusunya

Direktorat

Membuat dan mengatur pedoman kebijakan dan arah strategi penanggulangan


penyakit jantung dan pembuluh darah. Menggerakan organisasi profesi, LSM,
media massa, dunia usaha untuk promosi kesehatan kepada masyarakat
mengenai perubahan pola hidup sebagai upaya pemenuhan target jangka
panjang
2. Perguruan Tinggi dan Lembaga Penelitian
Meneliti efek penyebab penyakit jantung dan pembuluh darah dan solusi
penaggulanganya. Mengembangkan metode baru untuk penanganan kasus
penyakit jantung dan pembuluh darah dan secara spesifik memformulasikan
bahan obat baru untuk penanggulangan terbentuk dan berkembangnya plak
pembuluh darah sebagai transisi pemenuhan target jangka panjang
3. Industri farmasi
Memproduksi, pengembangan, komersialisasi, promosi, dan distribusi bahan
obat yang dapat mengurangi faktor risiko penyakit jantung dan pembuluh
darah dalam rangka mengurangi faktor risiko.
4. Badan POM
Bertanggung jawab terhadap peredaran obat dan pengaturan proses
pengembangan obat baru.

BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Penyakit jantung pada lansia mempunyai penyebab yang multifaktorial yang
saling tumpang tindih. Penyakit degeneratif adalah suatu penyakit yang mempunyai
penyebab dan selalu berhubungan dengan satu faktor resiko atau lebih, di mana
faktor-faktor resiko tersebut bekerja sama menimbulkan penyakit degeneratif itu.
PJK merupakan penyakit yang paling sering ditemukan pada lansia.

Penyakit

jantung koroner (PJK) bertanggung jawab untuk morbiditas dan mortalitas yang
signifikan

pada

pasien

usia

lanjut

(yaitu,

65

tahun

dan

lebih

tua).

Gagal jantung adalah sindrom klinis (sekumpulan tanda dan gejala), ditandai oleh

sesak napas dan fatik (saat istirahat atau saat aktifitas) yang disebabkan oleh kelainan
struktur atau fungsi jantung.
didasarkan pada konsep bahwa penyakit jantung dan pembuluh darah adalah
kelompok penyakit yang disebabkan oleh banyak faktor risiko. Di antara faktor risiko
tersebut terdapat faktor yang sama untuk penyakit tidak menular utama yaitu Jantung
iskemia, stroke, diabetes mellitus dan penyakit paru obstruktif menahun.
Promosi dan pencegahan penyakit jantung dan pembuluh darah dilakukan
melalui pemberdayaan berbagai komponen di masyarakat seperti organisasi profesi,
LSM, media massa, dunia usaha dan lain-lain untuk memacu kemandirian masyarakat
dalam pencegahan dan penaggulangan penyakit jantung dan pembuluh darah.
Keberhasilan yang telah dicapai adalah terbentuknya yayasan/LSM dan organisasi
profesi pengendalian penyakit jantung dan pembuluh darah antar lain : Yayasan
Jantung Indonesia, Yayasan Stroke Indonesia (Yastroki), Lembaga Menanggulangi
Masalah Merokok, Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskuler Indonesia (PERKI),
Ikatan Dokter Indonesia, Persatuan Ahli Penyakit Dalam Indonesia, INA-SH
(Perhimpunan Hipertensi Indonesia). Promosi yang telah dilakukan : Gerakan Jantung
Sehat, Hari Kesehatan Nasional, Gerakan PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan Sehat),
Hari Bebas Tembakau, pemasangan label peringatan pada bungkus rokok, dan lainlain.
Manajemen pelayanan kesehatan penyakit jantung dan pembuluh darah
meliputi keseluruhan aspek pelayanan baik secara preventif, promotif, kuratif, dan
rehabilitative yang professional.
3.2 SARAN
Mengingat betapa pentingnya kesehatan bagi lansia, maka disarankan agar
para tenaga kesehatan memberikan program yang tepat dan sesuai kepada lansia
seperti pencegahan dan penanggulangan penyakit jantung dan pembuluh darah
diprioritaskan pada prevensi primer faktor risiko bersama dan prevensi sekunder
penyakit jantung dan pembuluh darah sehingga diharapkan agar angka harapan hidup
lansia meningkat.

DAFTAR PUSTAKA
http://www.majalah-farmacia.com/rubrik/one_news.asp?IDNews=150
http://majalahkasih.pantiwilasa.com/index.php?
option=com_content&task=view&id=62&Itemid=74
http://www.smallcrab.com/jantung/455-penyakit-jantung-yang-sering-terdapat-padalansia
Kushariyadi,2010.Asuhan Keperawatan Klien Lanjut Usia.Jakarta : Salemba Medika
Pusat pendidikan tenaga kesehatan departemen kesehatan,1993.Proses Keperawatan
Pada
Pasien Dengan Gangguan sIstem Kardiovaskuler.Jakarta: EGC
http://kuliahiskandar.blogspot.com/2012/05/makalah-penyakit-jantung-padalansia.html

Anda mungkin juga menyukai

  • Soal TKB
    Soal TKB
    Dokumen16 halaman
    Soal TKB
    Anita Rahmawati
    Belum ada peringkat
  • Daftar Obat Poned
    Daftar Obat Poned
    Dokumen4 halaman
    Daftar Obat Poned
    Anita Rahmawati
    Belum ada peringkat
  • Soal Kebidanan
    Soal Kebidanan
    Dokumen14 halaman
    Soal Kebidanan
    Anita Rahmawati
    100% (1)
  • Job Sheet Imunisasi
    Job Sheet Imunisasi
    Dokumen7 halaman
    Job Sheet Imunisasi
    ardhini kepriana
    Belum ada peringkat
  • Anc Tilik
    Anc Tilik
    Dokumen8 halaman
    Anc Tilik
    Anita Rahmawati
    Belum ada peringkat
  • Tugas Semester 2
    Tugas Semester 2
    Dokumen2 halaman
    Tugas Semester 2
    Anita Rahmawati
    Belum ada peringkat
  • Pa Catur
    Pa Catur
    Dokumen2 halaman
    Pa Catur
    Anita Rahmawati
    Belum ada peringkat
  • KONSUL
    KONSUL
    Dokumen4 halaman
    KONSUL
    Anita Rahmawati
    Belum ada peringkat
  • Six Simple Rules Translate
    Six Simple Rules Translate
    Dokumen7 halaman
    Six Simple Rules Translate
    Anita Rahmawati
    Belum ada peringkat
  • Kuis GDM Kel 23
    Kuis GDM Kel 23
    Dokumen34 halaman
    Kuis GDM Kel 23
    Anita Rahmawati
    Belum ada peringkat
  • Analis Swot
    Analis Swot
    Dokumen2 halaman
    Analis Swot
    Anita Rahmawati
    Belum ada peringkat
  • Ibi
    Ibi
    Dokumen2 halaman
    Ibi
    Anita Rahmawati
    Belum ada peringkat
  • Pengelolaan Vaksin
    Pengelolaan Vaksin
    Dokumen12 halaman
    Pengelolaan Vaksin
    Anita Rahmawati
    Belum ada peringkat
  • Blangko Pemakaian Hbo
    Blangko Pemakaian Hbo
    Dokumen2 halaman
    Blangko Pemakaian Hbo
    Anita Rahmawati
    Belum ada peringkat
  • Mual
    Mual
    Dokumen1 halaman
    Mual
    Anita Rahmawati
    Belum ada peringkat
  • PAKET HPP Dan Label Obat
    PAKET HPP Dan Label Obat
    Dokumen4 halaman
    PAKET HPP Dan Label Obat
    Anita Rahmawati
    Belum ada peringkat
  • Anita Rahmawati 07140100291
    Anita Rahmawati 07140100291
    Dokumen4 halaman
    Anita Rahmawati 07140100291
    Anita Rahmawati
    Belum ada peringkat
  • CPD Makalah
    CPD Makalah
    Dokumen3 halaman
    CPD Makalah
    Anita Rahmawati
    Belum ada peringkat
  • Kuis GDM Kel 23
    Kuis GDM Kel 23
    Dokumen34 halaman
    Kuis GDM Kel 23
    Anita Rahmawati
    Belum ada peringkat
  • Kasus
    Kasus
    Dokumen5 halaman
    Kasus
    Anita Rahmawati
    Belum ada peringkat
  • Kerangka Teori
    Kerangka Teori
    Dokumen1 halaman
    Kerangka Teori
    Anita Rahmawati
    Belum ada peringkat
  • Tgs Humanioraa
    Tgs Humanioraa
    Dokumen25 halaman
    Tgs Humanioraa
    Anita Rahmawati
    Belum ada peringkat
  • Materi Pelaporan
    Materi Pelaporan
    Dokumen8 halaman
    Materi Pelaporan
    Anita Rahmawati
    Belum ada peringkat
  • Makalah Masase Bayi
    Makalah Masase Bayi
    Dokumen13 halaman
    Makalah Masase Bayi
    Anita Rahmawati
    Belum ada peringkat
  • Document 2
    Document 2
    Dokumen8 halaman
    Document 2
    Anita Rahmawati
    Belum ada peringkat
  • Contoh LPT
    Contoh LPT
    Dokumen11 halaman
    Contoh LPT
    Anita Rahmawati
    Belum ada peringkat
  • VAKSINASI
    VAKSINASI
    Dokumen71 halaman
    VAKSINASI
    Anita Rahmawati
    Belum ada peringkat
  • SP 2 TP
    SP 2 TP
    Dokumen14 halaman
    SP 2 TP
    Anita Rahmawati
    Belum ada peringkat
  • LPT Pencatatan Pelaporan
    LPT Pencatatan Pelaporan
    Dokumen21 halaman
    LPT Pencatatan Pelaporan
    Anita Rahmawati
    Belum ada peringkat