Disusun Oleh:
1. Luthfia Shofa Assyahidah
2. Anita Rahmawati
(07140100276)
(07140100291)
3. Anita Agustin
(07140100292)
4. Novi Triyanti
(07140100)
5. Sari Safitri
(07140100)
6. Rachmi Novarini
(07140100)
7. Nurlaela Septiani
(07140100311)
8. Delly Handayani
(07140100)
9. Wulan Ambarsari
(07140100)
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui defenisi penyakit jantung pada usia lanjut
2. Untuk mengetahui perubahan anatomis yang terjadi pada jantung di usia lanjut
3. Untuk mengetahui perubahan fisiologis yang terjadi pada jantung di usia lanjut
4. Untuk mengetahui perubahan patologi anatomis yang terjadi pada jantung di usia
lanjut
5. Untuk mengetahui tanda dan gejala penyakit jantung di usia lanjut
6. Untuk mengetahui jenis penyakit jantung pada usia lanjut
7. Untuk mengetahui bagaimana pencegahan penyakit jantung pada lansia
8. Untuk mengetahui program pengendalian penyakit jantung dan pembuluh darah
1.4 Manfaat
Sebagai sumber ilmu dalam menerapkan asuhan keperawatan penyakit jantung pada
lansia.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Konsep Medis
1. Defenisi
terjadi pula fibrilasi atrium, sebagaimana sangat sering dikeluhkan para lansia. Masih
berhubungan dengan diastol, akibat ketidak mampuan kontraksi atrium secara
optimal, akan terjadi penurunan komplians ventrikel ketika menerima darah yang
dapat menyebabkan peningkatan tekanan diastolik ventrikel ketika istirahat dan
exercise. Hasilnya, akan terjadi edema paru dan kongesti sistemik vena yang sering
menjadi gejala klinis utama pasien lansia. Secara umum, yang sering terjadi dan
memberikan
efek
nyata
secara
klinis
ialah
gangguan
fungsi
diastol.
Pemeriksaan EKG perlu dilakukan untuk melihat adanya penyakit jantung koroner,
gangguan konduksi dan irama jantung, serta hipertrofi bagian-bagian jantung.
Beberapa macam aritmia yang sering ditemui pada lansia berupa ventricular
extrasystole (VES), supraventricular extrasystole (SVES), atrial flutter/fibrilation,
bradycardia sinus, sinus block, A-V junctional. Gambaran EKG pada lansia yang
tidak memiliki kelainan jantung biasanya hanya akan menunjukkan perubahan
segmen ST dan T yang tidak khas. Untuk menegakkan diagnosis, perlu dilakukan
ekokardiografi sebagaimana prosedur standar bagi para penderita penyakit jantung
lainnya.
4. Perubahan Patologi Anatomis
Perubahan-perubahan patologi anatomis pada jantung degeneratif umumnya
berupa degeneratif dan atrofi. Perubahan ini dapat mengenai semua lapisan jantung
terutama endokard, miokard, dan pembuluh darah. Umumnya perubahan patologi
anatomis
merupakan
perubahan
mendasar
yang
menyebabkan
perubahan
CHF terjadi ketika jantung tidak lagi kuat untuk memompa darah yang cukup untuk
memenuhi kebutuhan jaringan.
Penyebab yang sering adalah menurunnya kontraktilitas miokard akibat
Penyakit Jantung Koroner, Kardiomiopati, beban kerja jantung yang meningkat
seperti pada penyakit stenosis aorta atau hipertensi, Kelainan katup seperti regurfitasi
mitral. Selain itu ada pula faktor presipitasi lain yang dapat memicu terjadinya gagal
jantung,yaitu kelebihan Na dalam makanan,kelebihan intake cairan, tidak patuh
minum obat, aritmia, flutter, aritmia, obat-obatan, sepsis, hiper/hipotiroid, anemia,
gagal ginjal, defisiensi vitamin B, emboli paru.
c. Kelainan Katup
Bising sistolik dapat ditemukan pada sekitar 60% lansia, dan ini jarang sekali
diakibatkan oleh kelainan katup yang parah. Pada katup aorta, stenosis akibat
kalsifikasi lebih sering ditemukan daripada regurgitasi aorta. Tapi pada katup mitral,
regurgitasi sangat sering dijumpai dan lebih banyak terdapat pada wanita daripada
pria. Pada lansia sering terdapat bising sistolik yang tidak mempunyai arti klinis yang
berarti. Tapi harus hati-hati membedakan fisiologis dengan yang patologis. Bising
patologis menandakan adanya kelainan katup yang berat, yang bila tidak ditangani
dengan benar akan mengakibatkan hipertrofi ventrikel dan pada akhirnya berakhir
dengan gagal jantung.
Stenosis katup aorta etiologinya adalah akibat kalsifikasi/degeneratif. Stenosis
aorta akan berakibat pada pembesaran ventrikel kiri. Dapat terjadi tanpa disertai
gejala selama beberapa tahun. Tapi pada akhirnya kondisi ini akan berakhir dengan
kerusakan ventrikel permanen yang akhirnya mengakibatkan komplikasi-komplikasi
seperti pulmonary vascular congestion (dengan sesak nafas), aritmia ventrikel dan
heart block. Sedangkan kelainan pada katup mitral juga dapat mengakibatkan
terjadinya Atrial fibrillation dan gagal jantung.
d. Hipertensi Dan Penyakit Jantung Hipertensif
Semakin tua, tekanan darah akan bertambah tinggi. Prevalensi hipertensi pada
orang-orang lanjut usia adalah sebesar 30-65%.
Hipertensi pada lansia sangat penting untuk diketahui karena patogenesis,
perjalanan penyakit dan penatalaksanaannya tidak seluruhnya sama dengan hipertensi
pada usia dewasa muda. Pada pasien lansia, aspek diagnostik yang dilakukan harus
lebih mengarah kepada hipertensi dan komplikasinya serta terhadap pengenalan
berbagai penyakit komorbid pada orang itu karena penyakit komorbid sangat erat
kaitannya dengan penatalaksanaan keseluruhan.
Seperti penyakit degeneratif pada lanjut usia lainnya,hipertensi sering tidak
memberikan gejala apapun atau gejala yang timbul tersamar (insidious) atau
tersembunyi (occult). Peningkatan tekanan darah sering merupakan satu-satunya
tanda klinis hipertensi yang esensial, sehingga diperlukan pengukuran tekanan darah
secara akurat.
7. Pencegahan Penyakit Jantung pada Lanjut Usia
a. Pencegahan Primer
Pencegahan primer adalah berbagai upaya yang dilakukan untuk menghindari
atau menunda munculnya penyakit atau gangguan kesehatan. Pencegahan primer
penyakit jantung yang dapat dilakukan antara lain :
1) Stop merokok
2) Turunkan kolesterol
3) Obati tekanan darah tinggi
4) Latihan jasmani
5) Pelihara berat badan ideal
6) Konsumsi aspirin dosis rendah untuk pencegahan
7) Kelola dan kurangi stres.
b. Pencegahan Sekunder
Pencegahan sekunder adalah berbagai upaya yang dilakukan untuk deteksi dini
adanya penyakit atau gangguan kesehatan agar dapat dilakukan tatalaksana sedini
mungkin pula. Pencegahan sekunder yang dapat dilakukan :
1) Pemeriksaan kolesterol tiap 3-5 tahun.
2) Pemeriksaan elektrokardiogram (EKG)
3) Pemeriksaan tekanan darah setiap 3 tahun sebelum usia 40 tahun dan setiap tahun
setelah berusia 40 tahun.
c. Pencegahan Tersier
Pengelolaan penyakit atau gangguan kesehatan secara seksama harus
dilakukan. Diperlukan kerjasama yang baik antara tenaga kesehatan dan pasien serta
keluarganya agar penyakit atau gangguan kesehatan yang diderita pasien dapat
terkelola dan terkendali dengan baik. Untuk itu amat dibutuhkan kepatuhan pasien
dalam mengontrol penyakit-penyakit yang diderita agar tidak timbul komplikasi atau
penyulit. Pada umumnya berbagai penyakit kronik degeneratif memerlukan
kedisiplinan dan ketekunan dalam diet atau latihan jasmani, demikian pula di dalam
pengobatan yang umumnya membutuhkan waktu bertahun-tahun bahkan bisa seumur
hidup.
8.
1.
Kebijakan Surveilans
Surveilans penyakit jantung dan pembuluh darah terdiri surveilans faktor risiko
penyakit dan registrasi kematian. Dengan surveilans akan diperoleh informasi
yang esensial yang digunakan untuk pengambilan keputusan dalam upaya
pencegahan dan penanggulangan penyakit jantung dan pembuluh darah dengan
biaya efektif. Secara garis besar surveilans yang telah dilakukan Direktorat
Pengendalian Penyakit Tidak Menular (Dit PPTM) adalah survei faktor resiko
melalui Susenas, SKRT, SDKI dan Sukerti (Survei Kesehatan Rumah Tangga
Indonesia).
2.
Kesehatan
Republik
Indonesia
khusunya
Direktorat
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Penyakit jantung pada lansia mempunyai penyebab yang multifaktorial yang
saling tumpang tindih. Penyakit degeneratif adalah suatu penyakit yang mempunyai
penyebab dan selalu berhubungan dengan satu faktor resiko atau lebih, di mana
faktor-faktor resiko tersebut bekerja sama menimbulkan penyakit degeneratif itu.
PJK merupakan penyakit yang paling sering ditemukan pada lansia.
Penyakit
jantung koroner (PJK) bertanggung jawab untuk morbiditas dan mortalitas yang
signifikan
pada
pasien
usia
lanjut
(yaitu,
65
tahun
dan
lebih
tua).
Gagal jantung adalah sindrom klinis (sekumpulan tanda dan gejala), ditandai oleh
sesak napas dan fatik (saat istirahat atau saat aktifitas) yang disebabkan oleh kelainan
struktur atau fungsi jantung.
didasarkan pada konsep bahwa penyakit jantung dan pembuluh darah adalah
kelompok penyakit yang disebabkan oleh banyak faktor risiko. Di antara faktor risiko
tersebut terdapat faktor yang sama untuk penyakit tidak menular utama yaitu Jantung
iskemia, stroke, diabetes mellitus dan penyakit paru obstruktif menahun.
Promosi dan pencegahan penyakit jantung dan pembuluh darah dilakukan
melalui pemberdayaan berbagai komponen di masyarakat seperti organisasi profesi,
LSM, media massa, dunia usaha dan lain-lain untuk memacu kemandirian masyarakat
dalam pencegahan dan penaggulangan penyakit jantung dan pembuluh darah.
Keberhasilan yang telah dicapai adalah terbentuknya yayasan/LSM dan organisasi
profesi pengendalian penyakit jantung dan pembuluh darah antar lain : Yayasan
Jantung Indonesia, Yayasan Stroke Indonesia (Yastroki), Lembaga Menanggulangi
Masalah Merokok, Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskuler Indonesia (PERKI),
Ikatan Dokter Indonesia, Persatuan Ahli Penyakit Dalam Indonesia, INA-SH
(Perhimpunan Hipertensi Indonesia). Promosi yang telah dilakukan : Gerakan Jantung
Sehat, Hari Kesehatan Nasional, Gerakan PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan Sehat),
Hari Bebas Tembakau, pemasangan label peringatan pada bungkus rokok, dan lainlain.
Manajemen pelayanan kesehatan penyakit jantung dan pembuluh darah
meliputi keseluruhan aspek pelayanan baik secara preventif, promotif, kuratif, dan
rehabilitative yang professional.
3.2 SARAN
Mengingat betapa pentingnya kesehatan bagi lansia, maka disarankan agar
para tenaga kesehatan memberikan program yang tepat dan sesuai kepada lansia
seperti pencegahan dan penanggulangan penyakit jantung dan pembuluh darah
diprioritaskan pada prevensi primer faktor risiko bersama dan prevensi sekunder
penyakit jantung dan pembuluh darah sehingga diharapkan agar angka harapan hidup
lansia meningkat.
DAFTAR PUSTAKA
http://www.majalah-farmacia.com/rubrik/one_news.asp?IDNews=150
http://majalahkasih.pantiwilasa.com/index.php?
option=com_content&task=view&id=62&Itemid=74
http://www.smallcrab.com/jantung/455-penyakit-jantung-yang-sering-terdapat-padalansia
Kushariyadi,2010.Asuhan Keperawatan Klien Lanjut Usia.Jakarta : Salemba Medika
Pusat pendidikan tenaga kesehatan departemen kesehatan,1993.Proses Keperawatan
Pada
Pasien Dengan Gangguan sIstem Kardiovaskuler.Jakarta: EGC
http://kuliahiskandar.blogspot.com/2012/05/makalah-penyakit-jantung-padalansia.html