Kanker paru-paru adalah kanker yang mematikan dan merupakan tumor ganas
terutama di dunia Barat, dan juga menjadi salah satu masalah kesehatan utama di
negara-negara berkembang. Kanker yang banyak menimbulkan kematian di seluruh
belahan dunia adalah kanker paru.
Kanker paru dibagi menjadi 2 jenis secara garis besar berdasarkan histologi,
yakni kanker paru karsinoma bukan sel kecil (KPKBSK) dan kanker paru karsinoma sel
kecil (KPKSK). 75-85% dari pasien kanker paru termasuk jenis kanker paru karsinoma
bukan sel kecil (KPKBSK) yang mana terdiri dari beberapa sub tipe dan yang paling sering
dijumpai adalah karsinoma skuamosa, adenokarsinoma dan karsinoma sel besar. Jenis
karsinoma bronkoalveolar merupakan subtipe dari adenokarsinoma juga sering ditemukan.
Jenis kanker paru karsinoma sel kecil terdapat pada 15-25% penderita kanker paru.
Dari tahun ke tahun jumlahnya meningkat baik di negara maju seperti Amerika
Serikat, Eropa dan Jepang maupun di negara berkembang termasuk Indonesia. Tahun
2010 di Amerika Serikat kematian karena kanker paru mencapai 29% dari seluruh kematian
kanker pada laki-laki, merupakan urutan pertama penyebab kematian pada laki-laki.
Dan terdapat 26% kematian pada perempuan. 15% kasus baru kanker paru pada laki-laki
dan 14% kasus baru kanker paru pada perempuan pada tahun 2010 di Amerika Serikat.
Tahun 2004 di RS Persahabatan di Indonesia dilaporkan bahwa keganasan di rongga
toraks tercatat 448 kasus, 262 kasus diantaranya didiagnosis kanker paru. Ada 93.4% kanker
paru karsinoma bukan sel kecil (KPKBSK) yang terdiri dari 80% adenokarsinoma, 14.7%
karsinoma sel skuamosa, 3.3% karsinoma sel besar dan 2% jenis lainnya dan kanker paru
karsinoma sel kecil (KPKSK) sangat jarang ditemukan di Indonesia. Panderita kanker paru
ketika datang berobat ke RS Persahabatan sebahagian besar telah berada pada stadium III dan
IV dan hampir 90% penderita meninggal dalam 2 tahun.
10.5%
adalah
karsinoma
sel
skuamous
dan
adenokarsinoma. Pada Januari 2007-2010 terdata ada 210 pasien yang didiagnosis kanker paru
secara defenitif (sitologi/histopatologi) yang dirawat di RA3 RSUP HAM Medan.
Penelitian terbaru tahun 2011 oleh Kasuma D dilaporkan bahwa dari 100 penderita
kanker paru yang telah dilakukan bronkoskopi di Instalasi Diagnostik Terpadu (IDT) RSUP
H.Adam Malik Medan, berdasarkan sitologi bronkus, adenokarsinoma menempati urutan
pertama sebanyak 45%, yang kedua adalah karsinoma sel skuamous sebanyak 33%. Saat ini
pengujian biokimia laboratorik sangat membantu penatalaksanaan pasien kanker, termasuk di
dalamnya penatalaksanaan pasien kanker paru. Beberapa
kanker
dihubungkan
dengan
abnormalitas produksi enzim, protein, dan hormon yang dapat diukur di dalam plasma atau
serum. Semua molekul ini dikenal sebagai penanda tumor (tumor marker).
Petanda ganas atau tumor marker merupakan substansi yang dapat digunakan untuk
mendeteksi perubahan-perubahan yang terjadi akibat kanker. Dewasa ini banyak diteliti dan
dikembangkan pemeriksaan petanda ganas ideal yang dapat memberikan petunjuk tentang
perkembangan kanker, baik di tingkat ekstraseluler, seluler maupun molekuler.
Selama terapi aktif, penanda tumor dapat memberikan perkiraan yang akurat dari
efektivitas pengobatan. Deteksi dini kekambuhan memungkinkan modifikasi terapi pada waktu
yang mungkin mendahului klinis normal dari kekambuhan dalam beberapa minggu.
Kombinasi kemoterapi telah menjadi standar perawatan untuk pasien dengan
stadium lanjut pada kanker paru, karena telah terbukti efektif untuk meningkatkan
kelangsungan hidup dan kualitas hidup. Dalam memantau efek dari kemoterapi digunakanlah
penilaian CEA dan CYFRA 21-1 pada penelitian Ardizzoni dkk, yang mana dari 107 pasien
kanker paru yang diberi 2 siklus kemoterapi terdapat pengurangan 20% dari nilai awal
CEA dan cyfra 21-1. CEA dibandingkan dengan CYFRA 21-1, CYFRA 21-1 memiliki
sensitivitas 81% dan CEA 55%.
Data WHO menunjukkan kanker paru merupakan penyebab utama kematian akibat
keganasan baik pada laki-laki maupun perempuan. Setiap tahun sekitar enam juta orang di dunia
meninggal akibat kanker, dimana satu juta di antaranya disebabkan oleh kanker paru.
Karsinoma paru di Indonesia menduduki peringkat ke-4 dari seluruh kanker yang sering
ditemukan di rumah sakit.
Sebagai tolak ukur keberhasilan pengobatan kanker adalah angka ketahanan hidup
(survival rate). Ketahanan hidup pada penyakit kanker dengan keganasan yang tinggi seperti
kanker paru adalah ketahanan hidup 1 tahun (one year survival) dan ketahanan hidup 2 tahun
(two year survival) serta ketahanan hidup 3 tahun (three year survival). Angka ketahanan hidup 5
tahun penderita kanker paru di Amerika Serikat mencapai 15 %, Eropa 10 % dan di negara
berkembang hanya 8,9%.
Beberapa faktor yang mempengaruhi ketahanan hidup dan prognosis penderita kanker
paru antara lain adalah jenis kelamin, umur, stadium kanker, status tampilan (performance
status), jenis histologi tumor, efusi pleura, kadar albumin, kadar hemoglobin dan jenis terapi
penderita kanker paru. Penelitian tentang faktor faktor yang berhubungan dengan ketahanan
hidup penderita kanker paru masih jarang dilakukan, khususnya di Indonesia. Penelitian ini
diharapkan untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang berpengaruh terhadap ketahanan
penderita kanker paru tersebut.
TINJAUAN PUSTAKA
Kanker paru dalam arti luas adalah semua penyakit keganasan di paru,
mencakup keganasan yang berasal dari paru sendiri maupun keganasan dari luar paru
(metastasis tumor di paru). Namun dalam penelitian ini, yang dimaksud dengan kanker
paru adalah kanker paru primer, yaitu tumor ganas yang berasal dari epitel bronkus
atau karsinoma bronkus (bronchogenic carcinoma).
Kanker paru masih menjadi salah satu keganasan yang paling sering, berkisar
20% dari seluruh kasus kanker pada laki-laki dengan risiko terkena 1 dari 13 orang
dan 12% dari semua kasus kanker pada perempuan dengan risiko terkena 1 dari
23 orang. Di Inggris rata-rata 40.000 kasus baru dilaporkan setiap tahun. Perkiraan
insidensi kanker paru pada laki-laki tahun 2005 di Amerika Serikat adalah 92.305
dengan rata-rata 91.537 orang meninggal karena kanker. American Cancer Society
mengestimasikan kanker paru di Amerika Serikat pada tahun 2010 sebagai berikut:
Sekitar 222.520 kasus baru kanker paru akan terdiagnosa (116.750 orang laki-laki
dan 105.770 orang perempuan).
Estimasi kematian karena kanker paru sekitar 157.300 kasus (86.220 pada laki-laki
dan 71.080 pada perempuan), berkisar 28% dari semua kasus kematian karena
kanker. Risiko terjadinya kanker paru sekitar 4 kali lebih besar pada laki-laki
dibandingkan perempuan dan risiko meningkat sesuai dengan usia: di Eropa
insidensi kanker paru 7 dari 100.000 laki-laki dan 3 dari 100.000 perempuan pada
usia 35 tahun, tetapi pada pasien >75 tahun, insidensi 440 pada laki-laki dan 72
pada perempuan. Variasi insidensi kanker paru secara geografik yang luas juga
dilaporkan dan hal ini terutama berhubungan dengan kebiasaan merokok yang
bervariasi di seluruh dunia.
Kanker paru merupakan kanker penyebab kematian nomor satu di dunia. Kanker paru
sudah menjadi penyebab paling banyak kanker penyebab kematian pada pria sejak
awal tahun 1950-an, dan pada tahun 1987, kanker payudara menjadi kanker yang
paling banyak menyebabkan kematian nomor satu pada wanita. Pada tahun 2006,
Kanker paru-paru memiliki tingkat kematian berdasarkan usia yaitu 51,5 per 100.000
penduduk di AS dan menyumbang 31 dan 26 persen dari kanker penyebab kematian
pada laki-laki dan wanita.
Di seluruh dunia selama tahun 2002, 5% dari kasus kanker paru-paru didiagnosis pada
kelompok usia 0-44 tahun, 14% pada kelompok usia 45 hingga 54 tahun, 25% pada
kelompok usia 55-64, dan 55% pada kelompok usia 65 tahun atau lebih. Proporsi ini
cukup seragam untuk laki-laki dan wanita. Tingkat kejadian kanker paru-paru-usia
tertentu adalah antara 1,5-2,3 kali lebih tinggi bagi negara-negara yang lebih maju
dibandingkan dengan negara-negara berkembang untuk setiap kelompok usia.
Terdapat juga proporsi yang lebih tinggi secara segnifikan dari pasien kanker paruparu yang berusia 65 tahun ke atas di diagnosis di negara-negara yang lebih maju
(62% dibandingkan dengan 49% di negara-negara berkembang). Ini mencerminkan
bahwa terdapat angka harapan hidup dan perbedaan distribusi usia yang lebih tinggi
pada negara yang lebih maju dibandingkan dengan negara-negara berkembang.
Kanker paru-paru dapat dibagi menjadi dua jenis utama: small cell lung cancer
(SCLC) dan non-small cell lung cancer (NSCLC). SCLC adalah bentuk paling agresif
dari penyakit ini, memiliki potensi lebih besar untuk metastasis daripada jenis lain dari
kanker paru-paru. Hampir semua pasien (lebih dari 95%) didiagnosis dengan SCLC
adalah perokok atau mantan perokok.
Tabel berikut merupakan distribusi kanker paru berdasarkan tipe histologis dan jenis
kelamin pada beberapa Negara pada tahun 1998-2002 yang dilakukan oleh Cancer
Incidents in Five Continents.
Penyebab lain dari kanker paru adalah polusi udara, paparan terhadap arsen,
asbestos, radon, chloromethyl ethers, chromium, mustard gas, penghalusan nikel,
hidrokarbon polisiklik, beryllium, cadmium, dan vinyl chloride. Insidensi kanker
paru yang lebih tinggi juga ditemukan pada industri-industri gas-batu bara, proses
penghalusan
kanker paru.
Manifestasi klinis baik tanda maupun gejala kanker paru sangat bervariasi.
Faktor-faktor seperti lokasi tumor, keterlibatan kelenjar getah bening di berbagai
lokasi, dan keterlibatan berbagai organ jauh dapat mempengaruhi manifestasi klinis
kanker paru.
Manifestasi klinis kanker paru dapat dikategorikan menjadi:
2.4.1.1. Manifestasi Lokal Kanker Paru (Intrapulmonal Intratorakal)
Gejala yang paling sering adalah batuk kronis dengan/tanpa produksi sputum.
Produksi sputum yang berlebih merupakan gejala dari karsinoma sel bronkoalveolar
(bronchoalveolar cell carcinoma). Hemoptisis (batuk darah) merupakan gejala pada
hampir 50% kasus. Nyeri dada juga umum terjadi dan bervariasi mulai dari nyeri
pada lokasi tumor atau nyeri yang lebih berat oleh karena adanya invasi ke dinding
dada atau mediastinum. Susah bernafas (dyspnea) dan penurunan berat badan juga
sering dikeluhkan oleh pasien kanker paru. Pneumonia fokal rekuren dan
pneumonia segmental mungkin terjadi karena lesi obstruktif dalam saluran nafas.
Mengi unilateral dan monofonik jarang terjadi karena adanya tumor bronkial
obstruksi. Stridor dapat ditemukan bila trakea sudah terlibat.
10
peptide-peptida ini tinggi pada pasien-pasien kanker paru, namun hanya sekitar
5% pasien yang menunjukkan sindroma klinisnya. Jari tabuh (clubbing finger) dan
hypertrophic pulmonary osteo-arthropathy (HPOA) juga termasuk manifestasi non
metastasis dari kanker paru.
12
Pada pemeriksaan foto toraks PA/lateral, kelainan dapat dilihat bila massa tumor
berukuran >1cm. Tanda yang mendukung keganasan adalah tepi yang ireguler, disertai
indentasi pleura, tumor satelit, dan lain-lain. Pada foto toraks juga dapat ditemukan
invasi ke dinding dada, efusi pleura, efusi perikard dan metastasis intrapulmoner.
13
MRI tidak rutin digunakan untuk penjajakan pasien kanker paru. Pada
keadaan khusus, MRI dapat digunakan untuk mendeteksi area yang sulit
diinterpretasikan pada CT scan toraks seperti diafragma atau bagian apeks paru
(untuk mengevaluasi keterlibatan pleksus brakial atau invasi ke vertebra).
PET scan merupakan teknologi yang relatif baru. Molekul glukosa yang memiliki
komponen radioaktif diinjeksikan ke dalam tubuh kemudian scan diambil.
Banyaknya radiasi yang digunakan sangat kecil. Sel-sel kanker mengambil lebih
banyak glukosa daripada sel yang normal karena sel-sel kanker bertumbuh dan
bermultiplikasi dengan cepat. Oleh karena itu, jaringan dengan sel kanker tampak
lebih terang daripada jaringan yang normal. Tumor primer, kelenjar getah bening
dengan sel-sel keganasan, dan tumor metastasis tampak sebagai spot yang terang pada
PET scan.
PET scan tidak rutin digunakan sebagai tes diagnostik lini pertama untuk
kanker paru, kadang digunakan setelah foto toraks atau CT scan toraks untuk
membedakan antara tumor jinak dan ganas. PET scan khusus digunakan untuk
mendeteksi penyebaran tumor ke kelenjar getah bening regional dan metastasis jauh.
Bagaimanapun, terdapat beberapa kondisi yang lain dari kanker yang juga dapat
menyebabkan gambaran positif PET scan. Gambaran PET scan sebaiknya
14
Karsinoma sel skuamosa merupakan tipe histologi kanker paru yang paling
sering pada laki-laki. Insidensinya pada laki-laki menurun sejak awal tahun 1980-an,
berbeda dengan adenokarsinoma, insidensinya semakin meningkat sampai tahun
1990-an. Pada pertengahan tahun 1990-an adenokarsinoma menjadi tipe histologi
kanker paru yang paling banyak pada laki-laki di Amerika Serikat. Di negara-negara
barat lainnya, karsinoma sel skuamosa masih menjadi tipe yang paling banyak pada
laki-laki. Pada perempuan, adenokarsinoma menjadi tipe yang paling sering ( 1/3
kasus), demikian juga insidensinya semakin meningkat. Adenokarsinoma terutama
banyak ditemukan pada perempuan-perempuan Asia (72% dari kasus kanker di
Jepang, 65% di Korea, 61% di Cina Singapura). Perbedaan tipe histologi tersebut
sangat dipengaruhi oleh perubahan kebiasaan merokok secara epidemi.
2.6. Sitologi Kanker Paru
Karsinoma sel skuamosa adalah suatu tumor epitel ganas yang menunjukkan
keratinisasi skuamosa dan keratinisasi intraselular dengan/tanpa intercellular
16
Manifestasi sitologi dari karsinoma sel skuamosa bergantung pada derajat diferensiasi
histologi dan jenis sampelnya. Pada latar belakang nekrosis dan debris seluler, sel
tumor yang besar menunjukkan inti (nukleus) hiperkromatik yang ireguler dan
terletak di tengah, dengan satu atau lebih anak inti (nukleolus) dan sitoplasma
yang sedikit. Sel tumor biasanya terisolasi dan dapat menunjukkan bentuk bizarre,
seperti bentuk spindle dan tadpole. Sel-sel tampak dalam bentuk agregat yang
kohesif, biasanya bentuk datar dengan nukleus yang panjang atau spindel. Pada
karsinoma sel skuamosa yang berdiferensiasi baik, sitoplasma yang berkeratin tampak
seperti robins egg blue pada pewarnaan Romanowsky, sedangkan dengan pewarnaan
Papanicolaou, tampak berwarna orange atau kuning. Pada sampel yang eksfoliatif,
lebih dominan sel-sel berasal dari permukaan tumor dan tampak sebagai sel yang
mengalami keratinisasi sitoplasma prominen dan nukleus piknotik yang gelap.
Sebaliknya, pada sikatan bronkus, sel-sel berasal dari lapisan yang lebih dalam,
menunjukkan jauh lebih banyak agregat yang kohesif.
17
2.6.2. Adenokarsinoma
Adenokarsinoma adalah suatu tumor epitel ganas dengan diferensiasi glandular atau
produksi
mukus,
menunjukkan
bentuk
pertumbuhan
asinar,
papiler,
Klasifikasi WHO membagi tumor ini menjadi tipe asinar atau papilar, walaupun
dalam
prakteknya kedua tipe ini bisa didapatkan bersamaan dalam satu tumor.
Keduanya cenderung
tumor ini berasal dari sel epitel pada atau lebih distal dari bronkiolus terminalis.
Secara inspeksi, batas tumor tampak kurang tegas dibandingkan dengan jenis lainnya,
sering tampak sebagai nodul pulmoner multipel atau sebagai konsolidasi pneumonia
perifer. Sel tumor sering mengalami eksfoliasi dan dapat dideteksi pada sputum.
Pada umumnya sitoplasma bersifat homogen atau granular dan sebagian bersifat
foamy oleh karena adanya vakuola-vakuola kecil. Vakuola besar, tunggal, yang
berisi mukus banyak ditemukan, dan pada beberapa kasus, dapat meregangkan
sitoplasma dan menekan nukleus ke satu arah, membentuk yang disebut signet-ring
cell. Nukleus biasanya tunggal, eksentrik, berbentuk bulat sampai oval dengan kontur
yang relatif halus dan sedikit ireguler. Kromatin cenderung bergranular halus dan
tersebar pada tumor yang berdiferensiasi baik tetapi terdistribusi kasar dan ireguler
atau hiperkromatik pada tumor yang berdiferensiasi buruk. Pada kebanyakan tumor,
nukleolus prominen dan secara khas bersifat tunggal, makronukleolus, bervariasi
mulai dari halus sampai bulat ireguler.
19
Gambar 6A
Gambar 6B
Gambar 6C
6A. Tiga dimensi, kelompok besar sel-sel ganas, dengan struktur nukleus yang tidak
jelas,
nukleolus,
dan
sitoplasma
yang
bervakuola
halus
(pewarnaan
Papanicolaou).
6B. Kelompok kohesif 3-dimensi dengan bentuk papilar (pewarnaan Papanicolaou).
6C. Kelompok sel-sel ganas dengan batas sitoplasma yang kurang jelas, tetapi
menunjukkan vakuolisasi (pewarnaan Papanicolaou).
20