Anda di halaman 1dari 36

PROPOSAL TUGAS AKHIR

DESAIN LAYOUT STASIUN KERETA API DAN INTEGRASINYA


DENGAN BANDAR UDARA
Studi Kasus Stasiun Kereta Api Bandara, Kabupaten Kulonprogo, Yogyakarta
Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Sarjana S1
pada Program Studi Teknik Sipil Jurusan Teknik Sipil dan Lingkungan

Disusun Oleh :
AROOF TITO ANGGORO
11 / 320110 / TK / 38972

JURUSAN TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2015

PROPOSAL TUGAS AKHIR


DESAIN LAYOUT STASIUN KERETA API DAN INTEGRASINYA
DENGAN BANDAR UDARA
Studi Kasus Stasiun Kereta Api Bandara, Kabupaten Kulonprogo, Yogyakarta

Dipersiapkan dan disusun oleh:

AROOF TITO ANGGORO


11 / 320110 / TK / 38972

Proposal Tugas Akhir ini telah diterima sebagai salah satu persyaratan
untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik
Telah diperiksa dan disetujui Dosen Pembimbing

Dosen Pembimbing

Prof. Dr. Tech. Ir. Danang Parikesit, M.Sc.


NIP. 196506031990031002

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kereta api saat ini merupakan salah satu moda transportasi pilihan utama sebagian
masyarakat di Indonesia untuk berpergian. Dengan sistem yang dibangun saat ini
oleh PT. Kereta Api Indonesia (persero) membuat perjalanan darat antar kota
menjadi semakin maju. Untuk lebih memajukan transportasi antar kota ini sudah
selayaknya dilakukan peningkatan di sisi fasilitas yang memadai serta kualitas
pelayanan yang semakin baik.
Pembangunan salah satu terminal moda transportasi yang juga vital di Provinsi
Yogyakarta yaitu Bandar Udara yang berlokasi di Kecamatan Temon, Kabupaten
KulonProgo merupakan dampak dari kondisi bandara eksisting yang ada saat ini
yaitu bandara Adisutcipto sudah tidak memenuhi lagi untuk menampung
pergerakan para pengguna jasa penerbangan. Hal ini dapat kita lihat secara kasat
mana terjadi overcapacity dari sisi bangunan fasilitas penunjang darat maupun
fasilitas penunjang udara. Keadaan bandara yang kurang tertata dan cenderung
berantakan, lalu para calon penumpang yang tidak mendapat ruang tunggu yang
layak , terjadinya kemacetan di jalan akses menuju bandara serta hal lainnya yang
mengganggu kenyamanan penumpang.
Maka dari itu dengan keputusan Menteri Perhubungan Nomor : KP 1164 Tahun
2013, Dengan berbagai pertimbangan, akhirnya ditetapkan lokasi Bandara Baru di
Palihan, Temon, Kabupaten Kulonprogo. Lokasi persisnya bandara ini ada di
koordinat 7o5439,20 Lintang Selatan dan 110o421,11 Bujur Timur.
Masalah yang terjadi dari pembangunan bandar udara tersebut adalah lokasi
bandar udara yang cukup jauh dari pusat kota di Yogyakarta. Setidaknya
membutuhkan waktu 1 Jam untuk mencapai Ibu Kota Provinsi Yogyakarta
tersebut yang berjarak hingga sekitar 45 Km menurut data dari google maps. Hal
ini tentu memberikan dampak negatif bagi para pengguna jasa pesawat yang

datang dan pergi melalui Bandar Udara baru tersebut. Dengan tidak adanya
pilihan transportasi yang layak dari Kecamatan Temon sebagai lokasi bandar
udara dengan Kota Yogyakarta sebagai Ibu Kota Provinsi menjadi salah satu
permasalahan utama.
Oleh sebab itu dalam hal ini Kementerian Perhubungan dengan PM Nomor 43
Tahun 2011 tentang Rencana Induk Kereta Api Nasional, berisi Penyelenggaraan
transportasi perkeretaapian nasional yang terintegrasi dengan moda transportasi
lainnya dapat meningkatkan efisiensi penyelenggaraan perekonomian nasional.
salah satunya dengan moda transportasi pesawat terbang. Meneruskan hal ini
maka pihak terkait merencanakan pembangunan jalur kereta api baru ke kawasan
bandar udara yang berlokasi di Kecamatan Temon. Nantinya akan menjadi
penghubung dari Kecamatan Temon sebagai lokasi bandar udara dengan Kota
Yogyakarta sebagai Ibu Kota Provinsi sebagai salah satu pilihan moda utama bagi
penumpang dan barang yang akan memasuki Provinsi Yogyakarta.

1.2 Rumusan Masalah


Rumusan masalah yang terdapat dalam penyusunan tugas akhir adalah sebagai
berikut.
1.

Apa yang ingin dibahas dari permasalahan desain stasiun yang


berintegrasi dengan bandara?
a.

Desain layout yang berintegrasi dengan bandar udara.

b.

Fasilitas stasiun yang memadai sesuai kelas dan standar.

c.

Perhitungan kebutuhan ruang stasiun yang nyaman dan


mencukupi.

d.

Sirkulasi dalam ruang stasiun yang nantinya akan menuju


ke bandara.

2.

Berada dimana lokasi pembangunan stasiun tersebut?

a.

Lokasi stasiun yang ingin dirancang berada di Kecamatan


Temon, Kabupaten Kulon Progo, Provinsi Daerah Istimewa
Yogyakarta. (sumber : KP 1164 Tahun 2013)

b.

Koordinat lokasi tepatnya berada di 7o5439,20 Lintang


Selatan dan 110o421,11 Bujur Timur. (sumber : KP 1164
Tahun 2013)

c.

Jarak lokasi dari titik 0 km Provinsi Yogyakarta mencapai


44.6 km dengan waktu tempuh sekitar 1 jam. (sumber :
maps.google.com)

3.

Siapa saja pihak yang terkait dari desain stasiun tersebut?


a.

PT KAI sebagai penyelenggara stasiun terkait

b.

PT Angkasa Pura I sebagai penyelenggara bandara

c.

BAPPEDA Daerah Istimewa Yogyakarta sebagai pelaksana


pembangunan daerah

d.

Kementerian Perhubungan sebagai lembaga negara dalam


bidang transportasi.

4.

Kapan rencananya bandara serta stasiun tersebut dioperasikan?


a.

Bandara tersebut rencananya mulai dioperasikan pada tahun


2019. (sumber : dephub.go.id)

5.

Kenapa diperlukan pembangunan stasiun di lokasi tersebut?


a.

Pembangunan stasiun diadakan selaras dengan lebih


dulunya

dibangun

bandar

udara.

Jadi

transportasi

perkeretaapian kedepan diharapkan dapat berperan sebagai


penghubung antara simpul - simpul transportasi seperti
bandara. (sumber : PM 43 Tahun 2011)

1.3 Tujuan
Tujuan dilakukan desain layout stasiun kereta yang berintegrasi dengan bandara
antara lain adalah sebagai berikut:
1.

Merancang layout bangunan stasiun sebagai fasilitas naik turun


penumpang dan barang yang sesuai peraturan yang ada layak
dijadikan pedoman bagi pembangunan stasiun lainnya.

2.

Memiliki fasilitas utama dan pendukung yang representatif dan


kebutuhan ruang yang cukup menampung penumpang sehingga
memberi kenyamanan pengguna layanan kereta api.

3.

Menciptakan sistem intermoda yang baik dari peralihan moda pesawat


udara menuju kereta api dan sebaliknya.

1.4 Manfaat
Manfaat yang diperoleh dari studi ini antara lain sebagai berikut.
1.

Hasil desain stasiun kereta api dengan bentuk layout disertai luasan
ruangan yang dibutuhkan, fasilitas utama dan pendukungnya yang
sesuai dengan klasifikasi stasiun serta standar yang ada di indonesia

2.

Perencanaan sistem sirkulasi penumpang dalam aktifitas di stasiun


yang baik sesuai dengan layout yang direncanakan.

3.

Memberikan informasi mengenai rencana perpindahan intermoda


yang baik antara kedua moda transportasi.

1.5 Batasan Masalah


1.

Desain dilakukan di bandara pengganti bandara Adisutcipto


Yogyakarta.

2.

Desain yang dimaksud adalah layout stasiun beserta fasilitas,

kebutuhan ruang, serta sirkulasinya.


3.

Klasifikasi stasiun ditentukan hanya dengan berlandaskan jumlah


penumpang per hari serta fasilitas lalu lintas kereta api per hari/ 2
arah. Sesuai dengan PM 33 Tahun 2011.

4.

Ketentuan lain tentang klasifikasi stasiun akan dirancang mengikuti


kelas stasiun yang sebelumnya ditetapkan dalam poin 3.

5.

Fasilitas stasiun yang akan ditetapkan akan berpedoman kepada PM


47 Tahun 2014. Ketentuan lain yang menyangkut fasilitas akan
ditambahkan dari desain stasiun yang dilakukan oleh JICA.

6.

Kebutuhan ruang di stasiun akan mengikuti standar yang ditetapkan


dalam buku

pedoman standarisasi stasiun kereta api tahun 2012.

Untuk perhitungan luasan akan mengikuti pedoman dari desain


stasiun yang dilakukan oleh JICA.
7.

Sirkulasi penumpang dari stasiun menuju bandara dan sebaliknya


akan mengikuti buku pedoman standarisasi stasiun kereta api tahun
2012 juga dari studi literatur terkait.

8.

Desain layout ini hanya mencakup kebutuhan dari sisi penumpang.


Sedangkan untuk barang serta parkir tidak dicantumkan dalam
pembuatan tugas akhir ini.

9.

Desain layout stasiun yang dibatasi sampai bangunan stasiun yang


mencakup komponen berupa gedung, instalasi pendukung serta peron.
Sedangkan bagian Emplasmen stasiun sendiri terdiri dari jalan rel,
fasilitas pengoperasian kereta api dan sistem drainasenya tidak
dibahas.

1.6 Keaslian Penulisan


1.

Kurniawan (2012) dengan Tugas Akhir berjudul Analisis Klasifikasi

Stasiun dan Variasi Penggunaan Moda Transportasinya : Studi Kasus


Stasiun Jenar - Stasiun Solo Balapan memberikan informasi tata cara
pengklasifikasian stasiun kereta api dan parameter apa saja yang
digunakan dengan beracuan pada PM 33 Tahun 2011.
2.

Sari (2012) dengan Tesis berjudul Evaluasi Kinerja Stasiun Kereta


Api Berdasarkan Standar Pelayanan Minimum (Studi Kasus: Stasiun
Tugu dan Stasiun Lempuyangan Yogyakarta memberikan gambaran
tentang penerapan fasilitas bagi penumpang dalam stasiun yang baik
sesuai dengan PM 9 Tahun 2011. Tetapi dalam laporan ini digunakan
peraturan terbaru yaitu PM 47 Tahun 2014.

3.

Sudarisman (2008) dengan Tesis yang berjudul Perancangan Ruang


Publik Dengan Dasar Pendekatan Perilaku. Studi Kasus: Kawasan
Stasiun Kereta Api Bandung Bagian Selatan memiliki penjabaran
tentang perancangan ruang publik dalam stasiun yang cukup jelas dan
baik. Dari sirkulasi dan juga zoning kawasan.

4.

Baskara (2008) dengan Laporan Tugas Akhir berjudul Stasiun


Interchange Dukuh Atas, Jakarta memberi gambaran tentang proses
intermoda yang baik serta sirkulasi yang ada di wilayah stasiun dalam
hal perpindahan moda.

5.

Nisya (2013) dengan Laporan Tugas Akhir berjudul Perencanaan


Stasiun Kereta Api di Bandara Internasional Kuala Namu, Medan,
Sumatra Utara menjadi salah satu acuan dalam melihat perencanaan
sebuah stasiun dari sisi arsiktektur, yaitu sirkulasi yang baik serta
pembagian zona yang sesuai dengan intermoda yang ada.

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Perkeretaapian
Perkeretaapian menurut pasal 1 UU 23 Tahun 2007 adalah satu kesatuan sistem
yang terdiri atas prasarana, sarana, dan sumber daya manusia, serta norma,
kriteria, persyaratan, dan prosedur untuk penyelenggaraan transportasi kereta api.
Sedangkan kereta api sendiri adalah sarana perkeretaapian dengan tenaga gerak,
baik berjalan sendiri maupun dirangkaikan dengan sarana perkeretaapian lainnya,
yang akan ataupun sedang bergerak di jalan rel yang terkait dengan perjalanan
kereta api. Bagian - bagian prasarana kereta api terdiri dari jalur kereta api, stasiun
kereta api, dan fasilitas operasi kereta api agar kereta api dapat dioperasikan.

2.2 Stasiun Kereta Api


Menurut UU 23 Tahun 2007 pada pasal 35, Prasarana perkeretaapian umum dan
perkeretaapian khusus meliputi jalur kereta api, stasiun kereta api dan fasilitas
operasi kereta api. Pada ayat 3 di pasal dan undang-undang yang sama dijelaskan
bahwa Stasiun kereta api berfungsi sebagai tempat kereta api berangkat atau
berhenti untuk melayani naik turun penumpang, bongkar muat barang serta
keperluan operasi kereta api.
Dijelaskan dalam PM 29 Tahun 2011 tentang persyaratan teknis bangunan kereta
api, Bangunan stasiun kereta api adalah bangunan untuk keperluan operasional
kereta api yang terdiri dari gedung, instalasi pendukung dan peron. Gedung
stasiun kereta api adalah gedung untuk operasional kereta api yang terdiri dari
gedung untuk kegiatan pokok, gedung untuk kegiatan penunjang dan gedung
untuk kegiatan jasa pelayanan khusus. Instalasi pendukung bangunan stasiun
kereta api adalah instalasi yang mendukung kegiatan operasional kereta api. Peron
adalah bangunan yang terletak di samping jalur kereta api yang berfungsi untuk
naik turun penumpang.

10

2.3 Klasifikasi Stasiun


Klasifikasi stasiun penumpang

menurut PM 33 Tahun 2011 dikelompokkan

dalam 3 kelas yaitu


1.

Kelas Besar

2.

Kelas Sedang

3.

Kelas Kecil

Pengelompokan kelas stasiun kereta api dalam PM 33 Tahun 2011, dihitung


berdasarkan perkalian bobot setiap kriteria dan nilai komponen. Kriteria yang
dimaksud adalah:
1.

Fasilitas operasi dengan maksimum 25 angka kredit

2.

Jumlah jalur dengan maksimum 20 angka kredit

3.

Fasilitas penunjang dengan maksimum 15 angka kredit

4.

Frekuensi lalu lintas dengan maksimum 15 angka kredit

5.

Jumlah penumpang dengan maksimum 20 angka kredit

6.

Jumlah barang dengan maksimum 5 angka kredit

Penetapan klasifikasi stasiun kereta api didasarkan pada jumlah angka kredit yang
diperoleh stasiun yang bersangkutan. Jumlah angka kredit untuk menetapkan
klasifikasi stasiun adalah sebagai berikut :
1.

kelas besar, jumlah angka kredit lebih dari 70;

2.

kelas sedang jumlah angka kredit lebih dari 50 sd 70; dan

3.

kelas kecil jumlah angka kredit kurang dari 50.

11

2.4 Fasilitas Stasiun


Standar Pelayanan Minimum menurut PM 47 Tahun 2014 adalah ukuran
minimum pelayanan yang harus dipenuhi oleh penyedia layanan dalam
memberikan pelayanan kepada pengguna jasa. Pengoperasian kereta api harus
memenuhi standar pelayanan minimum. Standar pelayanan minimum merupakan
acuan bagi Penyelenggara Prasarana perkeretaapian yang mengoperasikan stasiun
kereta api dalam memberikan pelayanan kepada pengguna jasa stasiun kereta api
dan Penyelenggara Sarana perkeretaapian yang dalam melaksanakan kegiatan
angkutan orang dengan kereta api. Standar pelayanan minimum meliputi:
1.

Standar pelayanan minimum di stasiun kereta api; dan

2.

Standar pelayanan minimum dalam perjalanan.

2.5 Kebutuhan Ruang Stasiun


Menurut Pedoman Standardisasi Stasiun Kereta Api Indonesia (2012), Ruangruang di stasiun adalah tempat untuk berbagai aktifitas dan fasilitas pelayanan jasa
angkutan kereta api yang berada di stasiun. Ruang-ruang ini merupakan bagian
dari bangunan stasiun yang berupa ruangan kerja, ruangan pelayanan, hall, teras,
area terbuka, jalur kereta api, peron, jalur pejalan kaki, pelataran parkir dan lainlain.

2.5.1

Ruang untuk Kegiatan Pokok

Dijelaskan lengkap dalam Pedoman Standardisasi Stasiun Kereta Api (2012),


Ruang untuk kegiatan pokok adalah ruang yang diperuntukan bagi kegiatankegiatan yang berkaitan langsung dengan penyelenggaraan jasa angkutan kereta
api di stasiun.

12

2.5.2

Ruang Untuk Kegiatan Penunjang Dan Jasa Pelayanan Khusus

Menurut Pedoman Standardisasi Stasiun Kereta Api (2012), ruang ini adalah
ruang yang diperuntukan bagi kegiatan-kegiatan komersial yang secara langsung
maupun tidak langsung menunjang kegiatan penyelenggaraan jasa angkutan
kereta api di stasiun.

2.6 Sirkulasi
Kita mengalami suatu ruang dalam kaitannya dengan dari mana asal kita bergerak
dan akan kemana arah kita mengantisipasi tujuan kita.Sirkulasi menjadi suatu
wadah untuk memfasilitasi hal tersebut, dimana kita bergerak dari suatu tempat ke
sebuah tempat lain yang berbeda,sehingga fungsi dari sirkulasi adalah untuk
menghubungkan ruangan yang satu dengan ruangan lainnya. Kita dapat juga
menggunakan ruangan-ruangan yang ada sebagai sirkulasi atau membuat suatu
ruangan khusus sebagai sarana sirkulasi tersebut.

2.7 Kereta Api Sebagai Angkutan Akses Bandara (Airport Rail Link)
Airport Rail Link adalah kereta penumpang yang menghubungkan antara bandara
dengan pusat kota yang dilayani oleh bandara tersebut. Biasanya stasiun kereta
bandara juga menyediakan layanan perhubungan dengan kota lainnya dalam suatu
wilayah yang masih menjadi jangkauan pelayanan bandara tersebut. Tipe - tipe
koneksi antara pusat kota dengan bandara yang menggunakan moda transportasi
kereta api antara lain (wikipedia, 2007) :

2.7.1

One seat ride via main line train

Di Asia, bentuk koneksi ini diterapkan pada Narita Express di Tokyo Narita
International Airport dan KLIA Express di KLIA.

13

2.7.2

One seat ride via local public transport

Di beberapa bandara, seperti OHare di Chicago dan Hartfield-Jackson di Atlanta,


LRT hanya berhenti di satu terminal bandara. Untuk menuju terminal lainnya,
penumpang harus berganti moda ke alat transportasi internal bandara.

2.7.3

Rail to airport people mover

Beberapa bandara yang menggunakan sistem ini antara lain Paris Orly Airport
dengan Orlyval, dan JFK International Airport-New York dengan AirTrain JFK.
23

2.7.4

Rail to bus to airport

Contoh penerapannya berada di Oakland International Airport via AirBART dan


BART, serta Los Angeles International Airport dengan Metro Green Line atau
Amtrak California dan shuttle bus.

2.8 Japan Internasional Cooperation Agency


Badan Kerjasama Internasional Jepang atau yang lebih sering dikenal sebagai
JICA (Japan Internasional Cooperation Agency) adalah sebuah lembaga yang
didirikan pemerintah Jepang untuk membantu pembangunan negara-negara
berkembang. Salah satu proyek yang JICA lakukan bagi pembangunan berbagai
negara berkembang adalah desain stasiun kereta api di berbagai negara. Thailand,
Vietnam, dan India merupakan sebagian kecil negara yang sudah mendapat
bantuan desain stasiun kereta api dengan standar dari JICA. Sebagian besar hasil
rancangan stasiun dari JICA berkonsep berintegrasi dengan bandar udara. Dari
sisi kebutuhan, keragaman penduduk serta topografi negara-negara Asia. Dilihat
dari hal itu maka pedoman desain JICA dari luar Indonesia sebagai patokan
standar internasional dirasa tepat. Nantinya dalam penyusunan laporan tugas akhir
akan ditambahkan masukan dari peraturan yang sudah ada di Indonesia dengan
contoh hasil rancangan dari JICA.

14

BAB 3
LANDASAN TEORI

3.1 Analisis Kriteria Klasifikasi Stasiun (PM 33 Tahun 2011)

3.1.1

Analisis Kriteria Fasilitas Operasi KA


1.

Persinyalan (bobot poin 60%)


Peralatan

persinyalan

perkeretaapian

merupakan

fasilitas

pengoperasian kereta api yang berfungsi memberi petunjuk atau


isyarat
2.

Telekomunikasi (bobot poin 20%)


Peralatan

telekomunikasi

perkeretaapian

merupakan

fasilitas

pengoperasian kereta api yang berfungsi menyampaikan informasi


dan/atau komunikasi.
3.

Listrik (bobot poin 20%)


Instalasi listrik merupakan peralatan, komponen dan instalasi
kelistrikan yang berfungsi untuk mensuplai dan mendistribusi tenaga
Iistrik.

3.1.2

Analisis Kriteria Jumlah Jalur KA


Jalur kereta api adalah bagian prasarana kereta api yang penting untuk
memberikan layanan angkutan baik untuk penumpang maupun barang.
Dijelaskan dalam PM 33 Tahun 2011, komponen jalur dikelompokkan
untuk klasifikasi stasiun dengan bobot yang berbeda. Terdiri atas:
1.

Lebih dari 10 jalur (bobot poin 100%)

2.

6 sampai 10 jalur (bobot poin 70%)

15

3.

3.1.3

Kurang dari 6 jalur (bobot poin 20%)

Analisis Kriteria Fasilitas Penunjang


Fasilitas penunjang yang dimaksud dalam peraturan menteri adalah segala
sesuatu yang melengkapi penyelenggaraan angkutan kereta api, Fasilitas
penunjang seperti yang tertulis dalam PM 33 tahun 2011 memiliki kriteria
sebagai berikut:
1.

2.

3.1.4

Penunjang (bobot poin 80%)


a.

Perparkiran (bobot poin 30%)

b.

Restoran (bobot poin 20%)

c.

Pertokoan (bobot poin 20%)

d.

Perkantoran (bobot poin 20%)

e.

Perhotelan (bobot poin 10%)

Khusus (bobot poin 20%)


a.

Ruang tunggu penumpang (bobot poin 30%)

b.

Parkir kendaraan (bobot poin 20%)

c.

Penitipan barang (bobot poin 15%)

d.

Pergudangan (bobot poin 15%)

e.

Bongkar muat barang (bobot poin 10%)

Analisis Frekuensi Lalu Lintas Kereta Api


Arus lalu lintas penumpang dalam suatu stasiun sangat terkait erat dengan
frekuensi lalu lintas kereta api. Komponen frekuensi lalu lintas yang

16

menjadi perhatian disini merupakan frekuensi kereta api per hari yang
melintasi stasiun tersebut. Terdiri atas berbagai point:
1.

2.

3.1.5

KA berhenti (bobot poin 90%)


a.

Lebih dari 60 KA (bobot poin 100%)

b.

40 sampai 60 KA (bobot poin 70%)

c.

Kurang dari 60 KA (bobot poin 20%)

KA langsung (bobot poin 10%)


a.

Lebih dari 80 KA (bobot poin 100%)

b.

50 sampai 80 KA (bobot poin 70%)

c.

Kurang dari 50 KA (bobot poin 20%)

Analisis Jumlah Penumpang


Jumlah penumpang disini adalah jumlah pengguna transportasi kereta api
dalam satu hari dan beraktivitas di stasiun. Komponen jumlah penumpang
yang dimaksud dalam peraturan menteri ini merupakan jumlah pergerakan
penumpang kereta api per hari yang terdiri atas:

3.1.6

1.

Lebih dari 50,000 (bobot poin 100%)

2.

10,000 sampai dengan 50,000 (bobot poin 70%)

3.

Kurang dari 10,000 (bobot poin 20%)

Analisis Jumlah Barang


Pengangkutan

barang

dalam

analisis

ini

mencakup

penggunaan

perpindahan barang selain penumpang dari dan menuju stasiun Barang


disini merupakan jumlah pergerakan barang dan bagasi kereta dihitung

17

dalam per hari dan satuan per ton yang memiliki pembobotan sebagai
berikut:
1.

Lebih dari 150 ton (bobot poin 100%)

2.

100 sampai dengan 150 ton (bobot poin 70%)

3.

Kurang dari 100 ton (bobot poin 20%)

3.2 Standar Pelayanan Minimum Di Stasiun (PM 47 Tahun 2014)

3.2.1

Informasi Yang Jelas Dan Mudah Dibaca


Pelayanan Informasi adalah pelayanan stasiun yang fungsinya memberikan
informasi kepada calon penumpang, penumpang dan atau pengantar yang
berkaitan dengan operasional/perjalanan kereta api dan fasilitas yang ada
di stasiun. (Pedoman Standardisasi Stasiun Kereta Api, 2012)

3.2.2

Fasilitas Layanan Penumpang


Fasilitas layanan penumpang disediakan untuk memberikan informasi
perjalanan kereta api dan layanan menerima pengaduan. Untuk Stasiun
besar harus menyediakan tempat atau ruangan khusus pelayanan informasi
(Information Centre) yang dapat dimanfaatkan oleh penumpang.

3.2.3

Loket
Menurut Pedoman Standardisasi Stasiun Kereta Api (2012), pelayanan
ticketing dapat dilayani di ruang/loket ticketing di dalam stasiun atau di
drive thru ticketing yang telah disediakan untuk kemudahan penumpang
dalam memperoleh tiket kereta api.

18

3.2.4

Ruang Tunggu
Yang dimaksud ruang tunggu disini menurut PM 47 Tahun 2014 adalah
ruang atau tempat yang disediakan untuk penumpang dan calon
penumpang sebelum melakukan check in (ruang tertutup dan / atau
ruangan terbuka.

3.2.5

Ruang Boarding
Menurut Pedoman Standardisasi Stasiun Kereta Api (2012) Pelayanan
ruang tunggu (Boarding) merupakan pelayanan umum yang dipakai
penumpang untuk menunggu kedatangan kereta api.

3.2.6

Tempat Ibadah
Menurut Pedoman Standardisasi Stasiun Kereta Api (2012), Pelayanan
mushola yaitu pelayanan tempat untuk beribadah bagi yang beragama
islam dengan ketentuan minimal harus tersedia tempat wudhu untuk pria
dan wanita.

3.2.7

Ruang Ibu Menyusui


Menurut Pedoman Standardisasi Stasiun Kereta Api (2012) Pelayanan
yang disediakan di stasiun untuk ibu menyusui adalah ruangan khusus
sehingga ibu yang menyusui merasa nyaman.

3.2.8

Toilet
Pelayanan toilet merupakan pelayanan umum yang harus ada di stasiun
tanpa dipungut biaya/jasa atas penggunaan pelayanan tersebut yang dapat
dipakai untuk buang air kecil dan air besar dimana terpisah antara toilet
pria dan wanita.

19

3.2.9

Fasilitas Kemudahan Naik/ Turun Penumpang


Fasilitas kemudahan naik dan turun disini adalah peron kereta api, dengan
memberikan kemudahan penumpang untuk naik turun dari kereta. Peron
berfungsi sebagai tempat untuk aktifitas naik turun penumpang kereta api
yang terbagi menjadi 3 jenis, yaitu peron tinggi, peron sedang dan peron
rendah. Peron ditempatkan di tepi jalur kereta api (side platform) dan di
antara dua jalur (island platform).

3.2.10 Fasilitas Penyandang Disabilitas


Pelayanan untuk penyandang cacat dan lansia yaitu pelayanan yang dapat
dimanfaatkan bagi penyandang cacat (difabel) dan orang usia lanjut untuk
kemudahan atau aksesibilitasnya didalam stasiun yang tentunya sampai
orang penyandang cacat dan lansia tersebut mendapatkan pelayanan yang
diperlukan di dalam stasiun atau sampai masuk ke dalam kereta.

3.2.11 Fasilitas Kesehatan


Pelayanan kesehatan adalah pelayanan yang diberikan oleh petugas
kesehatan untuk penumpang dan pegawai operasional kereta api yang
menyangkut masalah kesehatan yang sifatnya darurat.

3.2.12 Fasilitas Keselamatan dan Keamanan


Pelayanan Keselamatan adalah pelayanan wajib yang ada di stasiun yang
berupa peringatan yang disampaikan kepada penumpang agar keselamatan
terjamin Pelayanan keamanan adalah pelayanan keamanan dari petugas
keamanan yang ada di stasiun disamping kamera CCTV yang beroperasi
selama 24 jam (Pedoman Standardisasi Stasiun Kereta Api, 2012)

20

3.3 Pembagian Fungsi Ruang Di Stasiun

3.3.1

Ruang Untuk Kegiatan Pokok


Seperti yang dijelaskan dalam Pedoman Standardisasi Stasiun Kereta Api
(2012), Ruang untuk kegiatan pokok adalah ruang yang diperuntukan bagi
kegiatan-kegiatan yang berkaitan langsung dengan penyelenggaraan jasa
angkutan kereta api di stasiun. Ruang untuk kegiatan pokok terbagi
menjadi dua bagian utama, yaitu:
1.

2.

Ruang Petugas Operasional


a.

Ruang Kepala Stasiun (KS)

b.

Ruang Wakil Kepala Stasiun (WKS)

c.

Ruang Pemimpin Perjalanan Kereta API (PPKA)

d.

Ruang Pengawas Peron (PAP)

e.

Ruang Keuangan

f.

Ruang Serbaguna

g.

Ruang Peralatan

h.

Ruang UPT Kru KA

i.

Ruang Istirahat Kru KA

j.

Ruang Petugas Keamanan

k.

Ruang Petugas Kebersihan

Ruang Pelayanan dan Publik


a.

Ruang Hall

b.

Ruang Loket

21

3.3.2

c.

Ruang Pelayanan Informasi

d.

Ruang Tunggu VIP

e.

Ruang Tunggu Eksekutif

f.

Ruang Tunggu Umum

g.

Ruang Peron

h.

Ruang Pelayanan Kesehatan

i.

Ruang Toilet Umum

j.

Ruang Mushola

k.

Ruang untuk Ibu Menyusui

Ruang Untuk Kegiatan Penunjang


Pedoman Standardisasi Stasiun Kereta Api (2012), Ruang ini adalah ruang
yang diperuntukan bagi kegiatan-kegiatan komersial yang secara langsung
maupun tidak langsung menunjang kegiatan penyelenggaraan jasa
angkutan kereta api di stasiun. Ruang ini meliputi:
1.

Ruang Pertokoan,

2.

Ruang Restoran,

3.

Ruang Parkir Kendaraan,

4.

Ruang Gudang,

5.

Ruang Penitipan Barang,

6.

Ruang Bongkar Muat Barang,

7.

Ruang ATM,

8.

Ruang Reservasi Hotel dan Travel

22

3.4 Luas Dan Kapasitas Ruang Di Stasiun

3.4.1

Ruang Untuk Kegiatan Pokok


Sehubungan dengan kapasitas ruang, luas ruang pelayanan dan publik
dapat dihitung dengan formulasi sebagai berikut:
L = 0,64 m2/orang x V x LF
L = luas ruang pelayanan dan publik (m2)
V = jumlah rata-rata penumpang per jam sibuk dalam 1 tahun (orang)
LF = load factor (100%) = 1
Menurut Pedoman Standardisasi Stasiun Kereta Api (2012), Standar
minimum untuk luas ruang kegiatan pokok di stasiun adalah sebagai
berikut.

23

Tabel 3-1 Standar Luas Minimum Ruang Untuk Kegiatan Pokok Di Stasiun
Sumber : Pedoman Standardisasi Stasiun Kereta Api (2012)

Dikarenakan kurang detailnya rumusan yang disediakan dalam peraturan


di Indonesia, maka digunakan standar perhitungan luas stasiun yang
didapat dari Japan Internasional Cooperation Agency (2012). Rumus
perhitungannya ditampilkan di tabel dibawah.

24

Tabel 3-2 Standar Perhitungan Luas Stasiun


Sumber : Japan Internasional Cooperation Agency (2012)

3.4.2

Ruang Untuk Peron


Diambil menurut PM 29 Tahun 2011, Berikut tabel dibawah akan
menunjukkan ukuran teknis peron.

25

Tabel 3-3 Ukuran Teknis Peron


Sumber : PM 29 Tahun 2011

Dengan mempertimbangkan kapasitas penumpang, lebar peron dapat


dihitung dengan menggunakan formula sebagai berikut:

2
0.64

b = lebar peron (meter)


V = jumlah rata-rata penumpang per jam sibuk dalam 1 tahun (orang)
LF = load factor (80%)
l = panjang peron sesuai dengan rangkaian terpanjang KA penumpang
yang beroperasi (meter)

3.5 Sirkulasi Di Dalam Stasiun

3.5.1

Pengaturan Zona Pelayanan Stasiun

Pembagian zona pelayanan stasiun ini dimaksudkan agar pengaturan orang di


stasiun lebih mudah dan lebih teratur karena akan berdampak langsung terhadap
kenyamanan penumpang. (Pedoman Standardisasi Stasiun Kereta Api, 2012).
Zona pelayanan stasiun dibagi menjadi 3.

26

3.5.2

1.

Zona Penumpang Bertiket atau Zona I

2.

Zona Calon Penumpang Bertiket atau Zona II

3.

Zona Umum atau Zona III

Pengaturan Sirkulasi Penumpang Di Stasiun


1.

Pengaturan Arah Sirkulasi Penumpang

2.

Pengaturan Arah Sirkulasi Kendaraan Maupun Pejalan Kaki di Area


Parkir atau Depan Stasiun

27

BAB 4
METODE PENELITIAN

4.1 Bagan Alir Penelitian


Bagan alir penelitian dibuat agar penelitian dapan berjalan dengan baik dan
sistematik, sehingga tidak terdapat bagian yang terlewat.Bagan alir penelitian ini
dapat dilihat pada gambar 4.1.
Mulai
Perumusan Masalah
Penelitian Terkait

Tinjauan Pustaka
Batasan Masalah

Pengumpulan Data
a.

Layout dan luasan stasiun kelas A DAOP 6

b.

Fasilitas stasiun kelas A DAOP 6

c.

Jumlah penumpang menunggu di stasiun Tugu, Yogyakarta

d.

Kapasitas pemesanan loket di stasiun Tugu, Yogyakarta

e.

Rencana Jumlah penumpang bandara baru, Yogyakarta

f.

Frekuensi lalu lintas kereta api stasiun Kuala Namu

g.

Spesifikasi teknologi kereta api Kuala Namu

h.

Master Plan Bandara Baru Yogyakarta

i.

Lokasi Bandara Baru Yogyakarta

j.

Jumlah Pengguna Kereta Api di Stasiun Tugu, Yogyakarta

28

Penentuan Kelas Stasiun


(PM 33 Tahun 2011)

Standar Pelayanan

Pembagian Fungsi Ruang

Minimum

Stasiun
(Pedoman Standardisasi

( PM 47 Tahun 2014)

Stasiun KA, 2012)

Luas Dan Kapasitas Stasiun


(Pedoman Standardisasi Stasiun KA, 2012)
(Japan Internasional Cooperation Agency, 2012)

Sirkulasi Dan Proses Intermoda


(Pedoman Standardisasi Stasiun

Penggambaran Layout

KA, 2012)

(Referensi Stasiun Integrasi

(Japan Internasional Cooperation

Negara Lain)

Agency, 2012)

Selesai

Gambar 4-1 Bagan alir penelitian

29

4.2 Bahan Penelitian


Dalam Desain Layout stasiun yang berintegrasi dengan bandara baru yogyakarta
diperlukan berbagai data baik data primer maupun sekunder. Berbagai data
tersebut seperti data primer didapatkan dengan survey langsung ke tempat terkait.
Sedangkan data sekunder didapat dari instansi atau badan terkait. Berikut ini
kebutuhan data sebagai berikut:
1.

Data Primer
a.

Layout dan luasan stasiun kelas A yang berada di DAOP 6


Data ini berfungsi sebagai referensi kebutuhan luasan
ruangan, serta desain layout untuk pembuatan tugas akhir.
Data berupa jenis dan luasan ruangan, sirkulasi, serta
jumlah petugas yang menggunakan ruangan tersebut. Data
didapat dengan survey langsung ke stasiun terkait dan
menyusuri setiap ruang yang ada di stasiun.

b.

Fasilitas stasiun kelas A yang berada di DAOP 6


Data ini untuk melihat kebutuhan fasilitas langsung yang
ada di lapangan. Lalu menjadi pertimbangan dalam
pengerjaan tugas akhir.

c.

Jumlah penumpang menunggu di stasiun Tugu, Yogyakarta


Asumsi yang diambil dari stasiun Tugu, dikarenakan
beberapa hal yaitu untuk melihat pola pengguna kereta api
sebelum menaiki moda kereta api dengan ketersediaannya
menunggu kereta api.

d.

Kapasitas pemesanan loket di stasiun Tugu, Yogyakarta


Pola dan lamanya para pengguna kereta api di tiap wilayah
memiliki karakteristik masing-masing. Hal ini yang

30

menjadi dasar bagi stasiun bandara baru Yogyakarta


dengan mengambil kapasitas tiket dari stasiun Tugu,
Yogyakarta.
2.

Data Sekunder
a.

Prediksi Jumlah penumpang bandara baru, Yogyakarta


Data ini didapat dari Pustral UGM dengan maksud untuk
memprediksi

pertumbuhan penumpang bandara serta

memprediksi jumlah penumpang pengguna kereta dari dan


ke bandara. Hasil data ini digunakan sebagai parameter
klasifikasi stasiun yang mempengaruhi desain nantinya.
b.

Frekuensi lalu lintas kereta api stasiun Kuala Namu


Data ini untuk mengetahui berapa banyak pergerakan
kereta api yang singgah dan berangkat dari stasiun Kuala
Namu. Nantinya data ini dijadikan asumsi dasar untuk
klasifikasi stasiun kereta api bandara Yogyakarta.

c.

Spesifikasi teknologi kereta ARS Kuala Namu serta KRD


Sriwedari Yogyakarta
Pengetahuan spesifikasi kereta api bandara Kuala Namu
dari sisi panjang kereta dan kapasitas kereta per sekali
angkut dapat membantu penyusunan ruang kereta api
kedepannya di kebutuhan fasilitas naik dan turun.
Kedepannya data ini akan dijadikan asumsi penggunaan
kereta yang akan dioperasikan di stasiun kereta api bandara
baru Yogyakarta. Data ARS bisa didapat dari PT Railink
yang berkantor di Medan, Sumatra Utara. Sedangkan untuk
KRD bisa didapat dari DAOP 6 Yogyakarta.

d.

Master Plan Bandara Baru Yogyakarta

31

Data Master Plan memberi gambaran rancangan bandar


udara kedepannya yang nanti memberi andil dalam desain
layout terutama dari sisi sirkulasi serta proses intermoda
yang baik. Data ini diperoleh dari lembaga ugm Pustral
UGM .
e.

Lokasi Bandara Baru Yogyakarta


Data ini untuk memudahkan dalam menilai lokasi stasiun
nanti yang rencananya berintegrasi dengan bandara. Data
ini didapat dari Dinas Perhubungan Provinsi Yogyakarta.

f.

Jumlah Pengguna Kereta Api di Stasiun Tugu, Yogyakarta


Stasiun Tugu sebagai stasiun utama yang besar dan
mengakomodasi pergerakan utama kereta ke luar kota
Yogyakarta. Hal ini menjadi asumsi bagi desain layout
stasiun dalam merancang kebutuhan ruang dalam stasiun.
Data ini bisa didapat di DAOP 6 Yogyakarta.

g.

Data layout dan Detail Engginering Design stasiun kelas A


di DAOP 6 Yogyakarta dan Stasiun Kuala Namu, Medan
Data digunakan sebagai referensi untuk perbandingan
dengan peraturan terkait. Untuk stasiun di Yogyakarta lebih
kearah stasiun yang lebih sering digunakan masyarakat
Yogyakarta nantinya sebagai penumpang. Sedangkan untuk
stasiun Kuala Namu untuk kearah pedoman intermoda yang
baik antara kereta api dan bandara di Indonesia saat ini.

4.3 Alat Penelitian


Peralatan yang dipakai lebih mengacu pada software yang digunakan untuk
melakukan pengolahan data dan penggambaran. Sedangkan folmulir hanya

32

digunakan dalam survey yang berisi data eksisting stasiun yang ditinjau. Peralatan
yang digunakan dalam pengerjaan tugas akhir ini, antara lain:
1.

Microsoft Word

2.

Micoroft Excel

3.

Autocad 2012

4.

Google Sketchup

5.

Folmulir Survey

6.

Alat counting

7.

Alat Ukur

4.4 Tahapan Penelitian


Pada penelitian ini dilakukan serangkaian pelaksanaan dalam beberapa tahap
yang meliputi:

4.4.1

Perumusan Masalah

Pada tahapan ini penulis menyusun latar belakang dan perumusan masalah dari
tugas akhir ini yang bertema desain layout stasiun bandara udara baru Yogyakarta.

4.4.2

Tinjauan Pustaka dan Penelitian Terkait

Pada tahap ini penulis mencari sumber dari berbagai literatur yang ada. Mulai dari
peraturan serta perundang-undangan yang berlaku di Indonesia yang menyangkut
penyusunan tugas akhir, ditambah peraturan dan perundang-undangan dari
berbagai negara lain sebagai bahan pertimbangan

33

4.4.3

Batasan Masalah

Pada tahap ini penulis menetapkan pembatasan dalam tugas akhir ini. dengan
terus memperkecil scoop penelitian agar lebih fokus dan lebih akurat dalam
penyusunannya nanti.

4.4.4

Pengumpulan Data

Setelah studi sebelumnya penulis mengetahui langkah desain layout serta


mengetahui penggunaan data yang mempengaruhi desain layout serta kebutuhan
lainnya. Kebutuhan data primer dan sekunder dapat dilihat di sub bab
sebelumnya.

4.4.5

Desain Layout Beserta Fasilitas dan Kebutuhan Ruang

Setelah semua data terkumpul dilakukan desain layout dengan berbagai sumber
yang sudah disebutkan pada bab sebelumnya. Dimulai dari penentuan klasifikasi
stasiun, setelah didapat kelas stasiun, dilanjutkan penerapan standar pelayanan
minimum dan pembagian fungsi ruang stasiun. Setelah mengetahui kebutuhan
ruang beserta fasilitasnya, masuk ke perhitungan luas dan kapasitas stasiun.
Dengan didapatnya luasan dan kapasitas, layout bisa dirancang

4.4.6

Sirkulasi Dan Proses Intrermoda

Di saat yang bersamaan dengan desain layout, dibarengi pula dengan penentuan
sirkulasi dan proses intermoda dari pengguna kereta api ke pengguna pesawat. Di
tahap ini desain dirancang berdasarkan referensi dari berbagai stasiun di Indonesia
maupun luar negri. Setelah proses ini selesai, maka selesai lah pengerjaan tugas
akhir ini ditutup dengan gambar desain layout dan kesimpulan.

34

BAB 5
JADWAL PENELITIAN
Jadwal penelitian dikaitkan dengan ketersediaan waktu dan dana penelitian
dengan tetap memperhitungkan kemungkinan adanya faktor luar, seperti
kemudahan memperoleh data, ketersediaan alat, ketersediaan pustaka, maupun
perangkat lunak. Berikut tabel jadwal penelitian yang dapat dilihat pada tabel 5.1
Tabel 5-1 Jadwal Penelitian

No

1
2

5
6
7
8

Tahapan

Maret
April
Mei
Juni
Juli
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

Penyusunan
Tugas Akhir
Pengajuan Judul
Penyusunan
Proposal
Penyusunan
Naskah TA
Bab 1-5 (revisi/
update proposal)
Penyusunan Bab 6 (Hasil Penelitian dan Pembahasan)
a) Detail desain
penelitian
(data primer
dan sekunder)
b) Pelaksaan
penelitian
(data primer
dan sekunder)
c) Input dan
reduksi data
d) Analisa data
dan pembahasan
Penyusunan Bab 7
(Kesimpulan dan
Saran)
Seminar Hasil TA
Ujian pendadaran
Revisi/ Finalisasi
naskah TA

35

Daftar Pustaka
Givoni, M, Banister, D. (2006). Airline and Railway Integration. Transport
Policy, Volume 13, Issue 5, pp 386-397.
Japan International Cooperation Agency (JICA). 2012 Socialist Republic Of
Vietnam Preparatory Survey On Ben Thanh Central Station Project.
Nippon Koei Co., LTD. Tokyo.
Kandee and Kandee, 2004 Kandee, Kandee, S (2001. Intermodal Concept in
Railway Station Design.
www.bu.ac.th/knowledgecenter/epaper/jan_june2004/somruedee.pdf
Karlen, Mark. 2008. Dasar-Dasar Perencanaan Ruang. Erlangga. Jakarta
PT Kereta Api Indonesia (Persero). 2013. Pedoman Standardisasi Stasiun Kereta
Api Indonesia. PT Kereta Api Indonesia. Bandung
Republik Indonesia. 2007. Undang-Undang No. 23 Tahun 2007 tentang
Perkeretaapian. Lembaran Negara RI Tahun 2007, No. 23. Sekretariat
Negara. Jakarta.
Republik Indonesia. 2009. Peraturan Pemerintah No. 56 Tahun 2009 tentang
Penyelenggaraan Perkeretaapian. Lembaran Negara RI Tahun 2009, No.
56. Sekretariat Negara. Jakarta.
Republik Indonesia. 2011. Peraturan Menteri Perhubungan No. 10 Tahun 2011
tentang Persyaratan Teknis Peralatan Telekomunikasi Perkeretaapian.
Lembaran Negara RI Tahun 2011, No. 10. Sekretariat Negara. Jakarta.
Republik Indonesia. 2011. Peraturan Menteri Perhubungan No. 11 Tahun 2011
tentang Persyaratan Teknis Peralatan Persinyalan Perkeretaapian.
Lembaran Negara RI Tahun 2011, No. 11. Sekretariat Negara. Jakarta.

36

Republik Indonesia. 2011. Peraturan Menteri Perhubungan No. 29 Tahun 2011


tentang Persyaratan Teknis Bangunan Stasiun Kereta Api. Lembaran
Negara RI Tahun 2011, No. 23. Sekretariat Negara. Jakarta.
Republik Indonesia. 2011. Peraturan Menteri Perhubungan No. 33 Tahun 2011
tentang Jenis, Kelas Dan Kegiatan Stasiun Kereta Api. Lembaran Negara
RI Tahun 2011, No. 33. Sekretariat Negara. Jakarta.
Republik Indonesia. 2011. Peraturan Menteri Perhubungan No. 43 Tahun 2011
tentang Rencana Induk Perkeretaapian Nasional. Lembaran Negara RI
Tahun 2011, No. 43. Sekretariat Negara. Jakarta.
Republik Indonesia. 2013. Keputusan Menteri Perhubungan No. KP 1164 Tahun
2013 tentang Penetapan Lokasi dan Rencana Induk Bandara Baru
Yogyakarta. Lembaran Negara RI Tahun 2013, No. 1164. Sekretariat
Negara. Jakarta.
Republik Indonesia. 2014. Peraturan Menteri Perhubungan No. 47 Tahun 2014
tentang Standar Pelayanan Minimum Untuk Angkutan Orang Dengan
Kereta Api. Lembaran Negara RI Tahun 2014, No. 47. Sekretariat Negara.
Jakarta.
Republik Indonesia. 2014. Peraturan Menteri Perhubungan No. 47 Tahun 2014
tentang Standar Pelayanan Minimum Untuk Angkutan Orang Dengan
Kereta Api. Lembaran Negara RI Tahun 2014, No. 47. Sekretariat Negara.
Jakarta.
Utomo, Suryo Hapsoro T. 2009. Jalan Rel. Beta Offset. Yogyakarta

Anda mungkin juga menyukai