tanpa bantuan dari teman sejawat yang mengikuti kuliah anfisman tahun 2015 di Jurusan
Biologi FMIPA Unesa
Surabaya, 8 Mei 2015
a). Mekanisme mengenai ATP yang dihasilkan terminal presinaps terkadang masih
menjadi pokok penelitian dewasa ini. Pada sinanps sentral, kerja ATP berhubungan
dengan neurotransmitter atau bisa juga dihasilkan secara mandiri lalu berperan sebagai
satu-satunya transmiter eksitator seperti pada medula habenula. Selain melalui cara
eksositosis, ATP di sarah pusat dapat dilepaskan melalui berbagai jalur termasuk jalur
yang berkaitan dengan gap junction, hemikanal, kanal klorin, atau reseptor P2X7
terdilatasi. Transmisi saraf yang dimediasi ATP pada saraf pusat berperan sangat penting
karena dapat mengaktifkan reseptor postsinapsis P2X yang dapat menyuplai kalsium
sehingga tidak perlu ada tahap predepolarisasi. Selain itu, transmisi saraf yang dimediasi
ATP juga
sinaps, bahkan perkembangan saraf pusat. Effek dari transmisi saraf yang dimediasi ATP
ini bergantung pada kuantitas ATP yang dikeluarkan, misalnya: pengeluaran ATP dengan
kuantitas yang rendah bersamaan dengan pengeluaran transmitter yang lain mampu
mendesak modulator yang lain.
Sumber: Pankratof, Y. et al. 2006. Vesicular Release of ATP at Central Synapses.
Pflungers Arch Eur J Physiol. Vol. 452: pp. 589-597.
b). Terdapat akumulasi data bahwa ekstraseluler ATP dapat berperan sebagai transmitter
dan modulator pada sistem saraf. Permukaan sel dengan kanal P2X yang ditempeli ATP
memiliki peremabilitas yang lebih tinggi. Hal tersebut dimungkinkan terjadi karena ATP
terdapat banyak di sitosol yang kemudian dikeluarkan dengan berbagai cara termasuk
untuk mediasi eksitasi sinaps pada beberapa saraf. ATP yang dihasilkan sel dapat
mengaktifkan kanal P2X presinaps.
Sumber: Khakh, B. J. et al. 2003. ATP Modulation of Excitatory Synapses onto
Interneurons. The Journal of Nuroscience. Vol. 23(19): pp. 7426-7437.
c). Aktivitas sel-sel glia ditentukan oleh aktivitas saraf sehingga sel-sel glia dapat
mengirim signal tidak hanya kepada sel glia saja namun juga ke sel saraf. Mayoritas sel
glia pada grey matter maerupakan astrosit protoplasmik. Astrosit menjalankan berbagai
peran penting termasuk meregulasi konsntrasi ion, metabolit dan neurotransmitter, serta
mendukung fungsi sinaps. Astrosit protoplasmik mampu melapisi sinaps terminal
sehingga membuat koneksi yang lebih ekstensif sel endotelia dan mampu menjadi
jembatan dengan gap junction lain. Oligodendrosit di mielin, merupakan substansi yang
memfasilitasi perkembangan saraf pusat. Sel mikroglia lainnya mampu mempengaruhi
aktivitas pembuluh darah, aktivitas sel glia yang lain, dan elemen-elemen saraf, sehingga
sel-sel mampu meregulasi konsentrasi ion, asam amino, memperbaiki diri, dan
menghasilkan molekul signal lain.
Sumber: Hansson, Elisabeth and Rnnbck, Lars. 2003. Glial Neuronal Signaling in
The Central Nerveous System. The FASEB Journal. Vol. 17(3): pp. 341-348.
2.
Sekresi saliva merupakan kontrol saraf otonom dan terjadi secara reflek. Reflek tersebut
diaktifkan oleh stimulasi dari mekanorespetor dan kemoreseptor di kuncup pengecap.
Impuls pada reseptor ini kemudian dibawa ke pusat saliva di medula oblogata melalui
saraf trigeminal (n. IV), saraf fasial (n. VII), dan saraf glosofaringela (n. IX). Reflek ini
terjadi saat seseorang melihat, mendengar, dan atau membayangkan makanan yang
kemudian menstimulasi kerja hipotalamus. Dua saraf yang paling berperan dalam inisiasi
saliva adalah saraf fasial dan glosofaringeal. Saraf pada pusat saliva yang melalui dua
saraf ini adalah serabut preganglionic dan sinaps di ganglia yang keduanya berada di
daerah kepala. Serabut parasimpatik dari sinaps saraf fasial ada di ganglion
pterygopalatine yang berhubungan kelenjar submandibula dan kelenjar sblingualis.
Sementara serabut parasimpatik dari sinaps saraf glossofaringeal ada di ganglion otic,
yang berhubungan kelenjar parotis.
Sumber: - Pedersen, A. M. Lynge. 2007. Saliva. Zendium.
- Anatomy and Physiology Volume 2 of
3.
Diakses
melalui
https://books.google.co.id/books?
id=XlxkBgAAQBAJ&pg=PA664&lpg=PA664&dq=relation+between+gloss
opharyngeal+nerve+and+saliva+initiation&source=bl&ots=AVGxxrwQL&sig=6HMLfqiUZ4FH3TxvF1sJ141sJNY&hl=en&sa=X&ei=2KZMVe_
3KIrjuQSp4oCIBQ&ved=0CFwQ6AEwCA#v=onepage&q=relation
%20between%20glossopharyngeal%20nerve%20and%20saliva
%20initiation&f=false pada tanggal 8 Mei 2015.
3.
Balance is achieved and maintained by a complex set of sensorimotor control systems. Source:
http://vestibular.org/understanding-vestibular-disorder/human-balance-system#sthash.fbJfaWQQ.dpuf
Sumber: - Watson, Marry Ann. The Human Balance System. Vestibular Disorder
Association. Diakses melalui http://vestibular.org/understanding-vestibulardisorder/human-balance-system pada tanggal 8 Mei 2015.
- Knierim, James. Chapter 5: Cerebellum. Texas: Departement of Neurobiolgy
and Anatomy at The University of Texas Medical School at Houston. Diakses
melalui http://neuroscience.uth.tmc.edu/s3/chapter05.html pada tanggal 8 Mei
2015.