Anda di halaman 1dari 115

HUBUNGAN ANTARA MINAT DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA

DALAM BIDAN STUDI SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM


(Studi Kasus Di Madrasah Tsanawiyah Nurussalam Pondok Pinang Jakarta Selatan)

Oleh:
Nurhidayati
202011000966

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1427 H / 2006 M

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur dilimpahkan hanya kepada Allah SWT, Tuhan
pemelihara semesta alam yang dengan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis
dapat menyusun skripsi yang berjudul Hubungan Antara Minat dengan Prestasi
Belajar Siswa dalam Bidang Studi Sejarah Kebudayaan Islam di MTs Nurussalam
Pondok Pinang. Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam
memperoleh gelar Sarjana Program Studi Pendidikan Agama Islam, Fakultas Ilmu
Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Penulisan skripsi ini terdapat hambatan dan rintangan tetapi atas bantuan
beberapa pihak, maka hambatan dan rintangan tersebut dapat diatasi. Oleh karena itu
pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih dan
penghargaan yang setinggi-tingginya kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Dede Rosyada, Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Bapak Drs. Abdul Fatah Wibisono, M.Ag, Ketua Jurusan PAI UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
3. Bapak Drs. Sapiudin Shidiq, M.Ag, Sekretaris Jurusan PAI UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
4. Dosen Pembimbing Skripsi Ibu Dra. Hj. Djunaidatul Munawarah, M.Ag, yang
telah banyak meluangkan waktu, pikiran dan tenaga dengan sabar dan ikhlas
membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

5. Ayahanda H. Muslih dan Ibunda Hj. Hiluyah yang telah banyak memberikan
cinta dan kasih sayang serta dukungan baik moril maupun materil kepada penulis.
6. Para Dosen di Jurusan PAI yang telah banyak memberikan ilmunya kepada
penulis selama masa perkuliahan.
7. Pimpinan dan Staf Perpustakaan Utama dan Perpustakaan Fakultas Ilmu Tarbiyah
dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Yang dalam penulisan skripsi ini
memberikan andil besar dalam hal penyediaan bahan pustakaan dan sumbersumber bacaan untuk kelancaran penulisan skripsi ini.
8. Keluarga H. Sanusi yang telah memberikan semangat untuk dapat menyelesaikan
skripsi ini.
9. Sahabat-sahabatku Ezha, Ela, Erna, Hana, Marifah, Zalfah, Tita, Rini dan masih
banyak lagi yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang telah membantu dan
selalu memberikan dorongan untuk terselesainya skripsi ini. Khususnya angkatan
2002 Program Ekstensi, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Jurusan PAI.
Untuk semua itu penulis tidak dapat membalas jasa dan memberi penghargaan
sebagaimana mestinya selain memohon kehadirat Allah SWT semoga amal dan jasa
yang penulis terima dari mereka diterima oleh Allah SWT sebagai amal saleh disisiNya. Akhirnya dengan ketulusan hati penulis juga mengharapkan kritik dan saran
yang baik dari para pembaca guna menyempurnakan skripsi ini.
Jakarta,

November 2006

Penulis

ii

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Setiap orang tua yang menyekolahkan anaknya menginginkan anaknya
berprestasi yang baik. Namun untuk mencapai hal itu bukanlah suatu hal yang
mudah. Karena keberhasilan belajar sangat dipengaruhi oleh banyak faktor antara
lain, Faktor internal, ialah faktor yang timbul dari dalam diri anak itu sendiri,
seperti kesehatan, mental, tingkat kecerdasan, minat dan sebagainya. Faktor itu
berwujud juga sebagai kebutuhan dari anak. Faktor eksternal, ialah faktor yang
datang dari luar diri anak, seperti kebersihan rumah, udara, lingkungan, keluarga,
masyarakat, teman, guru, media, sarana dan prasarana belajar.
Sudah disadari baik oleh guru, siswa dan orang tua bahwa dalam belajar di
sekolah, inteligensi (kemampuan intelektual) memerankan peranan yang penting,
khususnya berpengaruh kuat terhadap tinggi rendahnya prestasi belajar siswa. Ini
bermakna, semakin tinggi kemampuan inteligensi seorang siswa, maka semakin
besar peluangnya untuk berprestasi. Sebaliknya, semakin rendah kemampuan
inteligensi seorang siswa, maka semakin kecil peluangnya untuk memperoleh
prestasi.1 Meskipun peranan inteligensi sedemikian besar namun perlu diingat

Muhibin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Bandung: Remaja


Rosdakarya, 1997), h. 57

bahwa faktor-faktor lain pun tetap berpengaruh. Di antara faktor tersebut adalah
Minat.
Dalam hal ini minat merupakan landasan penting bagi seseorang untuk
melakukan kegiatan dengan baik. Sebagai suatu aspek kejiwaan minat bukan saja
dapat mempengaruhi tingkah laku seseorang, tapi juga dapat mendorong orang
untuk tetap melakukan dan memperoleh sesuatu. Hal itu sejalan dengan yang
dikatakan oleh S. Nasution bahwa pelajaran akan berjalan lancar apabila ada
minat. Anak-anak malas, tidak belajar, gagal karena tidak ada minat.2
Dalam kegiatan belajar, minat mempunyai peranan yang sangat penting.
Bila seorang siswa tidak memiliki minat dan perhatian yang besar terhadap objek
yang dipelajari maka sulit diharapkan siswa tersebut akan tekun dan memperoleh
hasil yang baik dari belajarnya. Sebaliknya, apabila siswa tersebut belajar dengan
minat dan perhatian besar terhadap objek yang dipelajari, maka hasil yang
diperoleh lebih baik. Seperti yang diungkapkan oleh Usman Efendi dan Juhaya S
Praja bahwa belajar dengan minat akan lebih baik daripada belajar tanpa
minat.3
Dari keterangan di atas, dapat dijelaskan bahwa siswa yang memiliki
minat dengan siswa yang tidak memiliki minat dalam belajar akan terdapat
perbedaan. Perbedaan tersebut tampak jelas dengan ketekunan yang terus
menerus. Siswa yang memiliki minat maka ia akan terus tekun ketika belajar

2
3

S. Nasution, Didaktik Azas-Azas Mengajar, (Bandung; Jemmars, 1998) h. 58


Usman Efendi dan Juhaya S Praja, Pengantar Psikologi, (Bandung: Angkasa, 1993) h. 122

sedangkan siswa yang tidak memiliki minat walau pun ia mau untuk belajar akan
tetapi ia tidak terus untuk tekun dalam belajar.
Begitu pula dalam proses belajar mengajar dalam mata pelajaran Sejarah
Kebudayaan Islam. Tinggi rendahnya minat belajar siswa dalam mata pelajaran
Sejarah Kebudayaan Islam tentunya akan memberikan pengaruh terhadap prestasi
belajar yang akan dicapai oleh siswa.
Mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) merupakan mata
pelajaran yang materinya berisikan peristiwa sejarah masa lalu, sehingga di
sekolah guru sering terjebak menggunakan metode pengajaran yang digunakan
lebih mengarah kepada metode ceramah atau bercerita saja. Padahal kedua
metode tersebut dapat mendatangkan kebosanan

siswa apabila guru yang

memberikan materi tersebut tidak dapat menyesuaikan dengan kondisi atau


keadaan siswa selain itu metode tersebut membuat siswa kurang kreatif
menggunakan semua aspek kecerdasannya. Karena itu jika terjadi kebosanan pada
siswa maka akan berpengaruh kepada minat siswa

untuk mengikuti proses

belajar. Demikian juga pembelajaran SKI yang seperti ini cukup kontektual dari
sisi kebutuhan siswa untuk belajar mengembangkan dirinya sementara belajar
berangkat dari kebutuhan siswa akan mudah membangkitkan minat siswa
terhadap mata pelajaran tersebut, sehingga mereka dapat meraih prestasi yang
lebih optimal ketika siswa tidak lagi merasa berminat untuk mengikuti pelajaran
ini, tentunya hal ini akan memberikan dampak pada tinggi rendahnya prestasi
pembelajaran siswa di bidang mata pelajaran SKI.

Sehubungan dengan masalah tersebut dalam kesempatan ini penulis


bermaksud mengkajinya dalam skripsi dengan judul :
HUBUNGAN ANTARA MINAT DENGAN PRESTASI BELAJAR
SISWA DALAM BIDANG STUDI SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM DI
MADRASAH

TSANAWIYAH

NURUSSALAM

PONDOK

PINANG

JAKARTA SELATAN.

B. Identifikasi, Pembatasan dan Perumusan Masalah


1. Identifikasi Masalah
Kajian tentang minat belajar dan prestasi belajar Sejarah Kebudayaan
Islam terkait dengan aspek atau variabel yang akan diteliti sebagai berikut:
a. Minat belajar siswa terhadap mata pelajaran SKI
b. Peran guru dalam membangkitkan minat belajar SKI
c. Langkah-langkah strategis membangkitkan minat belajar SKI
d. Aspek-aspek kompetensi yang perlu dicapai dalam pembelajaran SKI
e. Macam-macam penilaian terhadap prestasi belajar SKI
2. Pembatasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah dalam skripsi ini, melihat luasnya
ruang lingkup permasalahan yang akan dibahas dalam skripsi ini,
membutuhkan spesifikasi kajian hal-hal yang dilakukan agar pembahasan
lebih terfokus, penulis membatasi permasalahan sebagai berikut:

a. Minat belajar yang dimaksud adalah arahan perhatian, perasaan senang,


perasaan tertarik, untuk mempelajari SKI timbul karena dorongan rasa
ingin tahu akan apa yang terkandung dalam mata pelajaran tersebut.
b. Prestasi belajar

yang dimaksud adalah prestasi belajar Sejarah

Kebudayaan Islam siswa Madrasah Tsanawiyah kelas II semester II, yang


dibuktikan nilai raport.
3. Perumusan Masalah
Dari

pembatasan

masalah

di

atas,

maka

penulis

merumuskan

permasalahan sebagai berikut: apakah terdapat hubungan secara signifikan antara


minat belajar Sejarah Kebudayaan Islam dengan prestasi belajar siswa Madrasah
Tsanawiyah Nurussalam Pondok Pinang.
C. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Dari perumusan masalah di atas, maka tujuan yang hendak dicapai
melalui penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan minat belajar
Sejarah Kebudayaan islam dengan prestasi siswa Madrasah Tsanawiyah
Nurussalam Pondok Pinang.
2. Manfaat Penelitian
Dalam penelitian ini penulis berharap ada manfaat yang dapat diambil
oleh pihak terkait seperti penulis sendiri, orang tua dan bagi para pendidik
dalam hal ini khususnya guru. Dari hasil penelitian nantinya akan diketahui

apakah ada hubungan antar minat dan prestasi belajar, maka bagi penulis
sebagai calon guru dan guru harus berusaha menumbuh kembangkan minat
yang ada pada siswa. Sedangkan bagi orang tua hendaknya mengetahui dan
mengarahkan minat anaknya, dan bagi sekolah sendiri berusaha melengkapi
sarana dan prasarana yang ada karena hal ini dapat menimbulkan minat siswa
untuk belajar.

D. Sistematika penulisan
Dalam penulisan karya tulis ini, penyusun menggunakan sistematika
penulisan sebagai berikut:
Bab I

Pendahuluan : menguraikan tentang latar belakang masalah, pembatasan


dan perumusan masalah, dan sistematika penulisan.

Bab II

Kajian teoritis yang membahas tentang pengertian minat belajar, aspek


minat belajar, indikator minat belajar dan faktor yang mempengaruhi
minat, dan hakekat prestasi belajar yang terdiri dari pengertian prestasi
belajar, faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar, juga
membahas tentang Sejarah Kebudayaan Islam sebagai mata pelajaran
yang terdiri dari pengertian Sejarah kebudayaan Islam, kompetensi, jenis
mata pelajaran, strategi pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam secara
efektif, selanjutnya tentang kerangka berfikir dan terakhir tentang
pengajuan hipotesis.

Bab III Metodologi penelitian yang meliputi tujuan penelitian, tempat dan waktu
penelitian, desain penelitian, populasi dan sampel, metode penelitian,
instrumen pengumpulan data, teknik pengolahan data serta teknik anlisis
data.
Bab IV Hasil penelitian yang menguraikan mengenai gambaran umum lokasi
sekolah madrasah Tsanawiyah Nurussalam Pondok pinang, gambaran
umum responden, minat belajar siswa pada mata pelajaran Sejarah
Kebudayaan Islam, hasil belajar Sejarah Kebudayaan Islam, analisis
korelasional, interprestasi dan alternatif strategi pembelajaran Sejarah
Kebudayaan Islam secara efektif untuk meningkatkan minat belajar
siswa.
Bab V

Penutup yang berisi kesimpulan dan saran-saran.

BAB II
KAJIAN TEORITIS, KERANGKA BERFIKIR, DAN PENGAJUAN
HIPOTESIS

A. Kajian teoritis
1. Minat Belajar Siswa
a. Pengertian Minat Belajar
Untuk dapat melihat keberhasilan proses kegiatan belajar
mengajar, seluruh faktor-fakor yang berhubungan dengan guru dan murid
harus dapat diperhatikan. Mulai dari perilaku guru dalam mengajar sampai
dengan tingkah laku siswa sebagai timabal balik dari hasil sebuah
pengajaran.
Tingkah laku siswa ketika mengikuti proses belajar mengajar dapat
mengindikasikan akan ketertarikan siswa tersebut terhadap pelajaran itu
atau sebaliknya, ia merasa tidak tertarik dengan pelajaran tersebut.
Ketertarikan siswa inilah yang merupakan salah satu tanda-tanda minat.
Lebih lanjut terdapat beberapa pengertian minat diantaranya adalah:
Menurut M. Alisuf Sabri Minat adalah kecenderungan untuk
selalu memperhatikan dan mengingat sesuatu secara terus menerus, minat
ini erat kaitannya dengan perasaan senang, karena itu dapat dikatakan

minat itu terjadi karena sikap senang kepada sesuatu, orang yang berminat
kepada sesuatu berarti ia sikapnya senang kepada sesuatu.1
Menurut Muhibbin Syah Minat adalah kecenderungan dan
kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu.2
Menurut Ahmad D. Marimba Minat adalah kecenderungan jiwa
kepada sesuatu, karena kita merasa ada kepentingan dengan sesuatu itu,
pada umumnya disertai dengan perasaan senang akan sesuatu itu.3
Menurut Drs. Mahfudh Shalahuddin Minat adalah perhatian yang
mengandung unsur-unsur perasaan. Dengan begitu minat, tambah
Mahfudh, sangat menentukan sikap yang menyebabkan seseorang aktif
dalam suatu pekerjaan, atau dengan kata lain, minat dapat menjadi sebab
dari suatu kegiatan.4
Menurut Crow dan Crow bahwa minat atau interest bisa
berhubungan dengan daya gerak yang mendorong kita untuk cendrung
atau merasa tertarik pada orang, benda, kegiatan, ataupun bisa berupa
pengalaman yang efektif yang dirangsang oleh kegiatan itu sendiri.5

M. Alisuf Sabri, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1995), Cet. Ke-11, h. 84
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan pendekatan Baru, (Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2001), Cet. Ke-6, h. 136
3
Ahmad D. Marimba, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, (Bandung: PT. Almaarif, 1980),
Cet. Ke-4, h. 79
4
Mahfudh Shahuddin, Pengantar Psikologi Pendidikan, (Surabaya: Bina Ilmu, 1990), Cet. Ke1, h. 95
5
Abd. Rachman Abror, Psykologi Pendidikan, (Yogyakarta: PT. Tiara Wacana, 1993), Cet. Ke4, h. 112
2

Dari kelima pengertian tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa


minat akan timbul apabila mendapatkan rangsangan dari luar. Dan
kecenderungan untuk merasa tertarik pada suatu bidang bersifat menetap
dan merasakan perasaan yang senang apabila ia terlibat aktif didalamnya.
Dan perasaan senang ini timbul dari lingkungan atau berasal dari objek
yang menarik.
Dengan penjelasan ini, apabila seorang guru ingin berhasil dalam
melakukan kegiatan belajar mengajar harus dapat memberikan rangsangan
kepada murid agar ia berminat dalam mengikuti proses belajar mengajar
tersebut. Apabila murid sudah merasa berminat mengikuti pelajaran, maka
ia akan dapat mengerti dengan mudah dan sebaliknya apabila murid
merasakan tidak berminat dalam melakukan proses pembelajaran ia akan
merasa tersiksa mengikuti pelajaran tersebut.
b. Aspek-aspek Minat Belajar
Seperti yang telah di kemukakan bahwa minat dapat diartikan
sebagai suatu ketertarikan terhadap suatu objek yang kemudian
mendorong individu untuk mempelajari dan menekuni segala hal yang
berkaitan dengan minatnya tersebut.
Minat yang diperoleh melalui adanya suatu proses belajar
dikembangkan melalui proses menilai suatu objek yang kemudian
menghasilkan suatu penilaian penilaian tertentu terhadap objek yang
menimbulkan minat seseorang .

Penilaian-penilaian terhadap objek yang diperoleh melalui proses


belajar itulah yang kemudian menghasilkan suatu keputusan mengenal
adanya ketertarikan atau ketidaktertarikan seseorang terhadap objek yang
dihadapinya.
Hurlock (1978) mengatakan minat merupakan hasil dari pengalaman
atau proses belajar.6 Lebih jauh ia mengemukakan bahwa minat memiliki
dua aspek yaitu:
1. Aspek kognitif
Aspek ini didasarkan atas konsep yang dikembangkan seseorang
mengenai bidang yang berkaitan dengan minat. Konsep yang
membangun aspek kognitif di dasarkan atas pengalaman dan apa yang
dipelajari dari lingkungan.
2. Aspek afektif
Aspek afektif ini adalah konsep yang membangun konsep kognitif dan
dinyatakan dalam sikap terhadap kegiatan atau objek

yang

menimbulkan minat. Aspek ini mempunyai peranan yang besar dalam


memotivasikan tindakan seseorang.
Berdasarkan uraian tersebut, maka mint terhadap mata pelajaran
SKI yang dimiliki seseorang bukan bawaan sejak lahir, tetapi dipelajari
melalui proses penilaian kognitif dan penilaian afektif seseorang yang
dinyatakan dalam sikap. Dengan kata lain, jika proses penilaian kognitif
6

Hurlock, Psikologi Perkembangan, (Jakarta: Erlangga, 1990), h. 422

dan afektif seseorang terhadap objek minat adalah positif maka akan
menghasilkan sikap yang positif dan dapat menimbulkan minat.
c. Indikator Minat Belajar
Dalam kamus besar Bahasa Indonesia indikator adalah Alat
pemantau (sesuatu)

yang dapat memberikan petunjuk / keterangan.7

Kaitannya dengan minat siswa maka indikator adalah sebagai alat


pemantau yang dapat memberikan petunjuk ke arah minat. Ada beberapa
indikator siswa yang memiliki minat belajar yang tinggi hal ini dapat
dikenali melalui proses belajar dikelas maupun dirumah.
a. Perasaan Senang
Seorang siswa yang memiliki perasaan senang atau suka
terhadap pelajaran SKI misalnya, maka ia harus terus mempelajari
ilmu yang berhubungan dengan SKI. Sama sekali tidak ada perasaan
terpaksa untuk mempelajari bidang tersebut.
b. Perhatian dalam Belajar
Adanya perhatian juga menjadi salah satu indikator minat.
Perhatian merupakan konsentrasi atau aktifitas jiwa kita terhadap
pengamatan, pengertian, dan sebagainya dengan mengesampingkan
yang lain dari pada itu. Seseorang yang memiliki minat pada objek
tertentu maka dengan sendirinya dia akan memperhatikan objek

329

Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1991), Cet. Ke-10, h.

tersebut. Misalnya, seorang siswa menaruh minat terhadap pelajaran


SKI, maka ia berusaha untuk memperhatikan penjelasan dari gurunya.
c. Bahan Pelajaran dan Sikap Guru yang Menarik
Tidak semua siswa menyukai suatu bidang studi pelajaran
karena faktor minatnya sendiri. Ada yang mengembangkan minatnya
terhadap bidang pelajaran tersebut karena pengaruh dari gurunya,
teman sekelas, bahan pelajaran yang menarik.
Walaupun demikian lama-kelamaan jika siswa mampu
mengembangkan minatnya yang kuat terhadap mata pelajaran niscaya
ia bisa memperoleh prestasi yang berhasil sekalipun ia tergolong siswa
yang berkemampuan rata-rata.
Sebagaimana dikemukakan oleh Brown yang dikutip oleh Ali Imran
sebagai berikut:
Tertarik kepada guru, artinya tidak membenci atau bersikap
acuh tak acuh, tertarik kepada mata pelajaran yang diajarkan,
mempunyai antusias yang tinggi serta mengendalikan perhatiannya
terutama kepada gur, ingin selalu bergabung dalam kelompok kelas,
ingin identitas dirinya diketahui oleh orng lain, tindakan kebiasaan dan
moralnya selalu dalam kontroldiri, selalu mengingat pelajaran dan
mempelajarinya kembali, dan selalu terkontrol oleh lingkungannya.8
d. Manfaat dan Fungsi Mata Pelajaran
Selain adanya perasaan senang, perhatian dalam belajar dan
juga bahan pelajaran serta sikap guru yang menarik. Adanya manfaat

88

Ali Imran, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: PT Dunia Pustaka Jaya, 1996), Cet, Ke-1, h.

dan fungsi pelajaran (dalam hal ini pelajaran SKI) juga merupakan
salah satu indikator minat. Karena setiap pelajaran mempunyai
manfaat dan fungsinya. Seperti contoh misalnya pelajaran SKI banyak
memberikan manfaat kepada siswa bila SKI tidak hanya dipelajari di
sekolah tetapi juga dipelajari sebaliknya bila siswa tidak membaca
pelajaran SKI maka siswa tidak dapat merasakan manfaat yang
terdapat dalam pelajaran SKI tersebut.
d. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Minat Belajar
Salah satu pendorong dalam keberhasilan belajar adalah minat
terutama minat yang tinggi. Minat itu tidak muncul dengan sendirinya
akan tetapi banyak faktor yang dapat mempengaruhi munculnya minat.
Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi minat belajar siswa antara
lain:
1) Motivasi
Minat seseorang akan semakin tinggi bila disertai motivasi,
baik yang bersifat internal ataupun eksternal. Menurut D.P.
Tampubolon minat merupakan perpaduan antara keinginan dan
kemampuan yang dapat berkembang jika ada motivasi.9 seorang
siswa yang ingin memperdalam Ilmu Pengetahuan tentang tafsir

D.P. Tampubolon, Mengembangkan Minat Membaca Pada Anak, (Bandung: Angkasa, 1993),
Cet, Ke-1, h.41

misalnya, tentu akan terarah minatnya untuk membaca buku-buku


tentang tafsir, mendiskusikannya, dan sebagainya.

2) Belajar
Minat dapat diperoleh melalui belajar, karena dengan belajar
siswa yang semula tidak menyenangi suatu pelajaran tertentu, lama
kelamaan lantaran bertambahnya pengetahuan mengenai pelajaran
tersebut, minat pun tumbuh sehingga ia akan lebih giat lagi
mempelajari pelajaran tersebut. Hal ini sesuai dengan pendapatnya
Singgih D. Gunarsa dan Ny. Singgih D.G bahwa minat akan timbul
dari sesuatu yang diketahui dan kita dapat mengetahui sesuatu dengan
belajar, karena itu semakin banyak belajar semakin luas pula bidang
minat.10
3) Bahan Pelajaran dan Sikap Guru
Faktor yang dapat membangkitkan dan merangsang minat
adalah faktor bahan pelajaran yang akan diajarkan kepada siswa.
Bahan pelajaran yang menarik minat siswa, akan sering dipelajari oleh
siswa yang bersangkutan. Dan sebaliknya bahan pelajaran yang tidak
menarik minat siswa tentu akan dikesampingkan oleh siswa,
sebagaimana telah disinyalir oleh Slameto bahwa Minat mempunyai

10

Singgih D.G. dan Ny. SDG, Psikologi Perawatan, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1989), Cet.
Ke-3, h 68

pengaruh yang sangat besar terhadap belajar, karena bila bahan


pelajaran yang dipelajari tidak sesuai dengan minat siswa, maka siswa
tidak akan belajar dengan sebaik-baiknya, karena tidak ada daya tarik
baginya.11
Guru juga salah satu obyek yang dapat merangsang dan
membangkitkan minat belajar siswa. Menurut Kurt Singer bahwa
Guru yang berhasil membina kesediaan belajar murid-muridnya,
berarti telah melakukan hal-hal yang terpenting yang dapat dilakukan
demi kepentingan murid-muridnya.12
Guru yang pandai, baik, ramah , disiplin, serta disenangi murid
sangat besar pengaruhnya dalam membangkitkan minat murid.
Sebaliknya guru yang memiliki sikap buruk dan tidak disukai oleh
murid, akan sukar dapat merangsang timbulnya minat dan perhatian
murid.
Bentuk-bentuk kepribadian gurulah yang dapat mempengaruhi
timbulnya minat siswa. Oleh karena itu dalam proses belajar mengajar
guru harus peka terhadap situasi kelas. Ia harus mengetahui dan
memperhatikan akan metode-metode mengajar yang cocok dan sesuai
denga tingkatan kecerdasan para siswanya, artinya guru harus
memahami kebutuhan dan perkembangan jiwa siswanya.
11

Slameto, op.cit, (Jakarta: Rineka Cipta, 1991), Cet. Ke-2, h.187


Kurt Singer, Membina Hasrat Belajar di Sekolah, (Terj. Bergman Sitorus), (Bandung:
Remaja Rosda Karya, 1987), h. 93
12

4) Keluarga
Orang tua adalah orang yang terdekat dalam keluarga, oleh
karenanya keluarga sangat berpengaruh dalam menentukan minat
seorang siswa terhadap pelajaran. Apa yang diberikan oleh keluarga
sangat berpengaruhnya bagi perkembangan jiwa anak. Dalam proses
perkembangan minat diperlukan dukungan perhatian dan bimbingan
dari keluarga khususnya orang tua.
5) Teman Pergaulan
Melalui pergaulan seseorang akan dapat terpengaruh arah
minatnya oleh teman-temannya, khususnya teman akrabnya. Khusus
bagi remaja, pengaruh teman ini sangat besar karena dalam pergaulan
itulah mereka memupuk pribadi dan melakukan aktifitas bersamasama untuk mengurangi ketegangan dan kegoncangan yang mereka
alami.
6) Lingkungan
Melalui pergaulan seseorang akan terpengaruh minatnya. Hal
ini ditegaskan oleh pendapat yang dikemukakan oleh Crow& Crow

bahwa minat dapat diperoleh dari kemudian sebagai dari pengalaman


mereka dari lingkungan di mana mereka tinggal.13
Lingkungan

sangat

berperan

dalam

pertumbuhan

dan

perkembangan anak. Lingkungan adalah keluarga yang mengasuh dan


membesarkan anak, sekolah tempat mendidik, masyarakat tempat
bergaul, juga tempat bermain sehari-hari dengan keadaan alam dan
iklimnya, flora serta faunanya
Besar kecilnya pengaruh lingkungan terhadap pertumbuhan
dan perkembangan bergantung kepada keadaan lingkungan anak itu
sendiri serta jasmani dan rohaninya.14
7) Cita-cita
Setiap manusia memiliki cita-cita di dalam hidupnya, termasuk
para siswa. Cita-cita juga mempengaruhi minat belajar siswa, bahkan
cita-cita juga dapat dikatakan sebagai perwujudan dari minat
seseorang dalam prospek kehidupan di masa yang akan datang. Citacita ini senantiasa dikejar dan diperjuangkan, bahkan tidak jarang
meskipun mendapat rintangan, seseorang tetap beruaha untuk
mencapainya.

13
14

L. Crow dan A. Crow, op.cit., (Surabaya: Bina Ilmu, 1988), h. 352


M. Dalyono, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 1997), h. 130

8) Bakat
Melalui bakat seseorang akan memiliki minat. Ini dapat
dibuktikan dengan contoh: bila seseorang sejak kecil memiliki bakat
menyanyi, secara tidak langsung ia akan memiliki minat dalam hal
menyanyi. Jika ia dipaksakan untuk menyukai sesuatu yang lain,
kemungkinan ia akan membencinya atau merupakan suatu beban bagi
dirinya. Oleh karena itu, dalam memberikan pilihan baik sekolah
maupun aktivitas lainnya sebaiknya disesuaikan dengan bakat dimiliki.
9) Hobi
Bagi setiap orang hobi merupakan salah satu hal yang
menyebabkan timbulnya minat. Sebagai contoh, seseorang yang
memiliki hobi terhadap matematika maka secara tidak langsung dalam
dirinya timbul minat untuk menekuni ilmu matematika, begitupun
dengan hobi yang lainnya. Dengan demikian, faktor hobi tidak bisa
dipisahkan dari faktor minat.
10) Media Massa
Apa yang ditampilkan di media massa, baik media cetak atau
pun media elektronik, dapat menarik dan merangsang khalayak untuk
memperhatikan dan menirunya. Pengaruh tersebut menyangkut istilah,
gaya hidup, nilai-nilai, dan juga perilaku sehari-hari. Minat khalayak
dapat terarah pada apa yang dilihat, didengar, atau diperoleh dari
media massa.

11) Fasilitas
Berbagai fasilitas berupa sarana dan prasarana, baik yang
berada di rumah, di sekolah, dan di masyarakat memberikan pengaruh
yang positif dan negatif. Sebagai contoh, bila fasilitas yang
mendukung upaya pendidikan lengkap tersedia, maka timbul minat
anak untuk menambah wawasannya. Tetapi apabila fasilitas yang ada
justru mengikis minat pendidikannya, seperti merebaknya tempattempat hiburan yang ada di kota-kota besar, tentu hal ini berdampak
negatif bagi pertumbuhan minat tersebut.

2. Prestasi Belajar
a. Pengertian Prestasi Belajar
Prestasi belajar merupakan istilah yang tidak asing lagi dalam
dunia pendidikan. Istilah tersebut lazim digunakan sebagai sebutan dari
penilaian dari hasil belajar. Dimana penilaian tersebut bertujuan melihat
kemajuan belajar peserta didik dalam hal penguasaan materi pengajaran
yang telah dipelajarinya sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan.
Prestasi belajar terdiri dari dua kata, yakni prestasi dan belajar. Prestasi
belajar digunakan untuk menunjukkan hasil yang optimal dari suatu
aktivitas belajar sehingga artinya pun tidak dapat dipisahkan dari
pengertian belajar .

Prestasi merupakan hasil yang telah dicapai dari usaha yang


telah dilakukan dan dikerjakan.15 atau dalam definisi yang lebih singkat
bahwa prestasi adalah hasil yang telah di capai (dilakukan dan
dikerjakan).16 Senada dengan pengertian di atas, prestasi adalah hasil
yang telah di capai dari apa yang dikerjakan/ yang sudah diusahakan.17
Menurut Masud Khasan Abdul Qahar, prestasi adalah apa
yang telah dapat diciptakan, hasil pekerjaan, hasil yang menyenangkan
hati yang diperoleh dengan jalan keuletan kerja.18 Tidak jauh dari
pengertian yang dikemukakan oleh Masud, Syaiful Bahri Djamarah
menyatakan bahwa prestasi adalah hasil dari suatu kegiatan yang telah
dikerjakan, diciptakan, yang menyenangkan hati yang diperoleh dengan
keuletan kerja, baik secara individual maupun kelompok dalam bidang
kegiatan tertentu.19
Dengan demikian, dapat dinyatakan beberapa rumusan dari
pengertian prestasi belajar, diantaranya bahwa prestasi belajar adalah
penguasaan pengetahuan atau materi yang dikembangkan oleh mata

15

Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa
Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1997), Edisi II, Cet. Ke-10, h. 787
16
W.J.S. Purdamimta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1987), Cet.
Ke-10, h. 768
17
J.S. Badudu dan Sultan M. Zein, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: Pustaka Sinar
Harapan, 1994), Cet. Ke-2, h. 1088
18
Syaiful Bahri Djamarah, Prestasi Belajar dan Kompetensi Guru, (Surabaya: Usaha Nasional,
1994), h. 20
19
Ibid., h. 21

pelajaran.20 Hasil belajar menurut Nana Sudjana adalah kemampuan


yang dimiliki siswa, setelah ia menerima pengalaman belajarnya.21
Sedangkan menurut Hadari Nawawi prestasi belajar adalah tingkat
keberhasilan murid untuk mempelajari materi pelajaran di sekolah yang
dinyatakan dalam bentuk skor yang diperoleh dari hasil tes mengenai
sejumlah materi.22
Dalam dunia pendidikan, bentuk penilaian dari suatu prestasi
biasanya dapat dilihat atau dinyatakan dalam bentuk simbol huruf atau
angka-angka. Jadi, prestasi belajar adalah hasil yang diraih oleh peserta
didik dari aktivitas belajarnya yang ditempuh untuk memperoleh
pengetahuan dan keterampilan yang dapat diwujudkan dengan adanya
perubahan sikap dan tingkah laku dan pada umumnya dinyatakan dalam
bentuk simbol huruf atau angka-angka.
Prestasi belajar yang didapatkan oleh seorang siswa bersifat
sementara kadang kala dalam suatu tahapan belajar, siswa yang berhasil
secara gemilang dalam belajar, sering pula dijumpai adanya siswa yang
gagal. Seperti angka raport rendah, tidak naik kelas, tidak lulus ujian akhir
dan sebagainya.

20

Habeyh, Kamus Populer, (Jakarta: Centre, 1974), h. 139


Nana Sudjana, Penilaian Hasil Belajar Mengajar, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1992),
Cet. Ke-4, h. 22
22
Hadari Nawawi, Pengaruh Hubungan Manusia dikalangan Murid terhadap Prestasi Belajar
di SD, (Jakarta: Analisa Pendidikan, 1981), h. 100
21

b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar


Menurut Muhibbin Syah, secara global faktor-faktor yang
mempengaruhi prestasi belajar siswa dapat dibedakan menjadi tiga
macam, yaitu Faktor internal, faktor eksternal dan faktor pendekatan
belajar.23
1) Faktor Internal
Faktor internal (faktor dari dalam siswa), yakni keadaan /
kondisi jasmani dan rohani siswa. Faktor ini meliputi 2 aspek, yakni :
a) Aspek fisiologis (yang bersifat jasmaniah)
Kondisi umum jasmani dan tonus (tegangan otot) yang
menandai tingkat kebugaran organ-organ tubuh dan sendisendinya, dapat mempengaruhi semangat dan intensitas siswa
dalam

mengikuti

pelajaran.

Kondisi

jasmani

yang

tidak

mendukung kegiatan belajar, seperti gangguan kesehatan, cacat


tubuh, gangguan penglihatan, gangguan pendengaran dan lain
sebagainya sangat mempengaruhi kemampuan siswa dalam
menyerap informasi dan pengetahuan, khususnya yang disajikan di
kelas.
b) Aspek psikologis (yang bersifat rohaniah)
Banyak faktor yang termasuk aspek psikologis yang dapat
mempengaruhi kualitas dan kuantitas perolehan pembelajaran
23

Muhibbin Syah, op.cit., h 132

siswa. Diantaranya adalah tingkat intelegensi siswa, sikap siswa,


bakat siswa, minat siswa dan motivasi siswa.
Intelegensi Siswa
Tingkat kecerdasan merupakan wadah bagi kemungkinan
tercapainya hasil belajar yang diharapkan. Jika tingkat kecerdasan
rendah, maka hasil belajar yang dicapai akan rendah pula. Clark
mengemukakan bahwa hasil belajar siswa di sekolah 70%
dipengaruhi oleh kemampuan siswa dan 30% dipengaruhi oleh
lingkungan.24 Sehingga tidak diragukan lagi bahwa tingkat
kecerdasan siswa sangat menentukan tingkat keberhasilan belajar
siswa.
Sikap Siswa
Sikap merupakan gejala internal yang berdimensi afektif
berupa kecenderungan untuk mereaksi dengan cara relatif tetap
terhadap objek, baik secara positif maupun negatif. Sikap siswa
yang positif terutama kepada guru dan mata pelajaran yang
diterima merupakan tanda yang baik bagi proses belajar siswa.
Sebaliknya, sikap negatif yang diiringi dengan kebencian terhadap
guru dan mata pelajarannya menimbulkan kesulitan belajar siswa
tersebut, sehingga prestasi belajar yang di capai siswa akan kurang
memuaskan.
24

Hlen, Bimbingan dan Konseling, (Jakarta: Ciputat Pers, 2002), Cet. Ke-1, h. 130

Bakat Siswa
Sebagaimana halnya intelegensi, bakat juga merupakan
wadah untuk mencapai hasil belajar tertentu. Secara umum bakat
merupakan kemampuan potensial yang dimiliki seseorang untuk
mencapai keberhasilan pada masa yang akan datang. Bakat juga
diartikan sebagai kemampuan individu untuk melakukan tugas
tertentu tanpa banyak bergantung pada upaya pendidikan dan
latihan. Peserta didik yang kurang atau tidak berbakat untuk suatu
kegiatan belajar tertentu akan mengalami kesulitan dalam belajar.
Minat Siswa
Minat berarti kecenderungan dan kegairahan yang tinggi
atau keinginan yang besar terhadap sesuatu. Minat dapat
mempengaruhi kualitas pencapaian hasil belajar siswa. Siswa yang
menaruh minat besar terhadap bidang studi tertentu akan
memusatkan perhatiannya lebih banyak dari pada siswa lain,
sehingga memungkinkan siswa tersebut untuk belajar lebih giat
dan pada akhirnya mencapai prestasi yang diinginkan.
Motivasi Siswa
Tanpa motivasi yang besar, peserta didik akan banyak
mengalami kesulitan dalam belajar, karena motivasi merupakan
faktor pendorong kegiatan belajar. Motivasi dapat dibedakan
menjadi dua macam, yaitu motivasi intrinsik dan motivasi

ekstrinsik. Motivasi intrinsik adalah hal dan keadaan yang berasal


dari dalam diri siswa sendiri yang dapat mendorongnya melakukan
tindakan belajar. Adapun motivasi ekstrinsik adalah hal keadaan
yang datang dari luar individu siswa yang mendorongnya untuk
melakukan kegiatan belajar. Motivasi yang dipandang lebih
esensial adalah motivasi intrinsik karena lebih murni dan langgeng
serta tidak bergantung pada dorongan atau pengaruh orang lain.
2) Faktor Eksternal
Faktor eksternal (faktor dari luar siswa), yakni kondisi/keadaan
lingkungan di sekitar siswa. Adapun faktor eksteren yang dapat
mempengaruhi hasil belajar siswa adalah :
a) Lingkungan sosial
Lingkungan sosial siswa di sekolah adalah para guru, staf
administrasi

dan

teman-teman

sekelasnya,

yanf

dapat

mempengaruhi semangat belajar siswa. Masyarakat, tetangga dan


teman-teman sepermainan di sekitar perkmpungan siswa juga
termasuk lingkungan sosial bagi siswa. Namun lingkungan social
yang lebih banyak mempengaruhi kegiatan belajar sisa ialah orang
tua dan keluarga siswa itu sendiri. Sifat-sifat orang tua, praktik
pengelolaan keluarga, ketegangan keluarga dan letak rumah,
semuanya dapat memberi dampak baik dan buruk terhadap
kegiatan belajar dan hasil yang di capai siswa.

b) Lingkungan non sosial


Lingkungan non social ialah gedung sekolah dan letaknya,
rumah tempat tinggal keluarga siswa dan letaknya, alat alat belajar,
keadaan cuaca dan waktu belajar yang digunakan siswa.

3) Faktor Pendekatan Belajar


Tercapainya hasil belajar yang baik dipengaruhi oleh
bagaimana aktivitas siswa dalam belajar. Faktor pendekatan belajar
adalah jenis upaya belajar siswa yang meliputi strategi dan metode
yang digunakan siswa untuk melakukan kegiatan pembelajaran materimateri pelajaran. Faktor pendekata belajar sangat mempengaruhi hasil
belajar siswa, sehingga smakin mendalam cara belajar siswa maka
semakin baik hasilnya.

3. Sejarah Kebudayaan Islam sebagai Mata Pelajaran


a. Pengertian Sejarah Kebudayaan Islam
Pengertian Sejarah kebudayaan Islam yang terdapat di dalam
kurikulum Madrasah Tsanawiyah adalah:
Salah satu bagian mata pelajaran Pendidikan Agama Islam yang
diarahkan untuk menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami,
menghayati Sejarah Kebudayaan Islam, yang kemudian menjadi dasar

pandangan hidupnya (way of life) melalui kegiatan bimbingan, pengajaran,


latihan, penggunaan pengalaman dan pembiasaan.25
Mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam mempunyai fungsi yang
dapat menjelaskan ketercapaian yang tercantum dalam Kurikulum
Berbasis Kompetensi yang diterapkan di madrasah. Fungsi dasar mata
pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam meliputi:
1) Fungsi edukatif
Sejarah menegaskan kepada peserta didik tentang keharusan
menegakkan nilai, prinsip, sikap hidup yang luhur dan islami dalam
menjalankan kehidupan sehari-hari.
2) Fungsi keilmuan
Melalui sejarah peserta didik memperoleh pengetahuan yang memadai
tentang masa lalu Islam dan kebudayaannya.
3) Fungsi transformasi
Sejarah merupakan salah satu sumber yang sangat penting dalam
merancang transformasi masyarakat.26
Mata

pelajaran

Sejarah

kebudayaan

Islam

di

Madrasah

Tsanawiyah memiliki tujuan sebagai berikut:

25

Departemen Pendidikan Nasional, Kurikulum 2004 Kerangka Dasar, (Jakarta: Departemen


Pendidikan nasional, 2004), h. 68
26
Departemen Pendidikan Agama RI, Pedoman Khusus Sejarah Kebudayaan Islam, (Jakarta:
Departemen Pendidikan Agama RI, 2004), h 2

1) Memberikan pengetahuan tentang Sejarah Agama Islam dan


Kebudayaan Islam pada masa Nabi Muhammad saw. Dan khulafaur
Rasyidin kepada peserta didik, agar ia memiliki konsep yang obyektif
dan sistematis dalam perspektif histories.
2) Mengambil hikmah, nilai dan makna yang terdapat dalam sejarah.
3) Menanamkan

penghayatan

dan

kemauan

yang

kuat

untuk

mengamalkan akhlak yang baik dan menjauhi akhlak yang buruk,


berdasarkan cermatnya atas fakta sejarah yang ada.
4) Membekali

peserta

didik

untuk

membentuk

kepribadiannya

berdasarkan tokoh-tokoh teladan sehingga terbentuk kepribadian yang


luhur.27
b. Kompetensi Mata Pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam
Acuan yang diperlukan untuk melaksanakan pembelajaran dan
memantau perkembangan mutu pendidikan adalah standar kompetensi.
Standar kompetensi dapat didefinisikan sebagai seperangkat pengetahuan,
keterampilan, dan sikap yang harus dikuasai peserta didik serta tingkat
penguasaan yang diharapkan dicapai dalam mempelajari suatu mata
pelajaran.
Standar Kompetensi mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam
MTs berisi mata pelajaran yang harus dikuasai peserta didik selama
menempuh Sejarah Kebudayaan Islam di MTs. Kemampuan ini
27

Ibid, h 3

berorientasi pada perilaku aspek afektif , peserta didik memiliki: keimanan


dan ketaqwaan kepada Allah SWt. Sesuai ajaran Agama Islam yang
tercermin dalam perilaku sehari-hari memiliki nilai-nilai demokrasi,
toleransi, dan humaniora, serta menerapkannya dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara baik lingkup nasional maupun
global. Berkenaan dengan aspek kognitif, menguasai ilmu, teknologi, dan
kemampuan akademik untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang
lebih

tinggi.

Berkenaan

dengan

aspek

psikomotorik,

memiliki

keterampilan berkomunikasi, kecakapan hidup, mampu beradaptasi


dengan perkembangan lingkungan sosial, budaya dan lingkungan alam
baik lokal, regional, maupun global, memiliki kesehatan jasmani dan
rohani yang bermanfaat untuk melaksanakan tugas / kegiatan sehari-hari.
Standar kompetensi mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam
juga mengacu pada struktur keilmuan mata pelajaran Sejarah kebudayaan
Islam. Berdasarkan pokok-pokok pikiran tersebut, standar kompetensi
mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam MTs adalah sebagai berikut:
1) Kemampuan membiasakan untuk mencari, menyerap, menyampaikan,
dan menggunakan informasi tentang sjarah pembentukan dinasti
Umayah, biografi dan kebijakan khalifah-khalifah dinasti Umayah
(Muawiyah bin Abi Sofyan, Abdul Malik bin Marwan, Walid bin
Abdul Malik, Umar bin Abdul Azis dan Hisyam bin Abdul Malik),
kemajuan dinasti Umayah (bidang politik dan militer).

2) Kemampuan membiasakan untuk mencari, menyerap, menyampaikan,


dan menggunakan informasi tentang kemajuan dinasti Umayah bidang
(ilmu agama islam) dan mengkaji sebab-sebab keruntuhannya, sejarah
terbentuknya dinasti Abbasiyah, geografi dan kebijakan khalifahkhalifah

Abbasiyah,

geografi

dan

kebijakan

khalifah-khalifah

Abbasiyah yang terkenal (Abu Jafar al Mansur, Harun al Rasyid dan


Abdullah al Makmun), kemajuan dinasti Abbasiyah (bidang sosial
budaya, politik dan militer).
3) Kemampuan

membiasakan

diri

untuk

mencari,

menyerap,

menyampaikan dan menggunakan informasi tentang kemajuankemajuan dinasti Abbasiyah (bidang ilmu pengetahuan dan bidang
ilmu agama islam), dan mengkaji sebab-sebab keruntuhannya serta
kemajuan-kemajuan dinasti Al Ayubiyah.28
c. Strategi Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam Secara Efektif
Sejarah Kebudayaan Islam secara substansial memberikan
motivasi kepada peserta didik untuk memperaktekan nilai-nilai keyakinan
keagamaan (tauhid) dan akhlakul karimah dalam kehidupan sehari-hari.
Kenyataannya, setelah ditelusuri, pendidikan Sejarah Kebudayaan
Islam menghadapi beberapa kendala, antara lain: waktu yang disediakan
terbatas sedangkan materi begitu padat dan memang penting, yakni
menuntut
28

pemantapan

pengetahuan

Departemen Agama RI, op.cit., h. 3-4

hingga

terbentuk

watak

dan

kepribadian yang berbeda jauh dengan tuntunan terhadap mata pelajaran


lainnya. Kelemahan lain, materi Sejarah Kebudayaan Islam, lebih terfokus
pada pengayaan pengetahuan (kognitif) dan minim dalam pembentukan
sikap (afektif). Dalam implementasinya juga lebih didominasi pencapaian
kemampuan kognitif, kurang mengakomodasikan kebutuhan afektif.
Kendala lain adalah lemahnya sumber daya guru Sejarah
Kebudayaan Islam dalam pengembangan pendekatan, metode yang lebih
variatif serta dalam mengusahakan media yang digunakan untuk
mengefektifkan kegiatan belajar mengajar (KBM) dan minimnya berbagai
sarana pelatihan dan pengembangan bagi guru Sejarah Kebudayaan Islam.
Padahal guru Sejarah Kebudayaan Islam merupakan tenaga kependidikan
dan salah satu komponen dalam kegiatan belajar mengajar (KBM) yang
mempunyai

kedudukan

strategis

dan

menentukan

keberhasilan

pembelajaran di sekolah. Untuk itu, guru Sejarah Kebudayaan Islam harus


senantiasa meningkatkan pengetahuan dan keterampilannya agar dapat
mengelola kegiatan pembelajaran secar efektif dan efisien.
Strategi pembelajaran baru dapat berlangsung secara efektif dan
efisien, jika Guru harus dapat mengetahui keadaan yang tepat untuk
memulai proses belajar mengajar. Keadaan siswa yang memiliki
konsentrasi atau perhatian yang penuh tentu akan dapat dengan mudah
menerima pelajaran yang diberikan kepadanya. Siswa yang memiliki

konsentrasi penuh akan belajar lebih cepat dan lebih mudah. Selain itu,
mereka mengingat informasi lebih lama.

B. Kerangka Berfikir
Minat adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan
mengenang beberapa kegiatan. Kegiatan yang diminati seseorang, diperhatikan
terus menerus yang disertai dengan rasa senang.
Minat besar pengaruhnya terhadap belajar, karena bila bahan pelajaran
yang dipelajari tidak sesuai dengan minat, siswa tidak akan belajar dengan sebaikbaiknya, karena tidak ada daya tarik baginya. Ia segan-segan untuk belajar, ia
tidak memperoleh kepuasan dari pelajaran itu. Bahan pelajaran yang menarik
minat siswa, lebih mudah dihafalkan dan disimpan, karena minat menambah
kegiatan belajar.
Minat merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi belajar dan
hasilnya maka minat dapat mempengaruhi kwalitas pencapaian hasil belajar siswa
dalam bidang-bidang tertentu. Minat belajar yang besar cenderung menghasilkan
prestasi yang tinggi, sebaliknya minat belajar yang kurang akan menghasilkan
prestasi yang rendah. Maka apabila seorang siswa mempunyai minat yang besar
terhadap suatu bidang studi ia akan memusatkan perhatian lebih banyak dari
temannya, kemudian karena pemusatan perhatian yang intensif terhadap materi
itulah yang memungkinkan siswa tadi untuk belajar lebih giat, dan akhirnya
mencapai prestasi yang tinggi dalam bidang studi tersebut. Demikian pula halnya

dengan minat siswa terhadap bidang studi SKI, apabila seorang siswa mempunyai
minat yang besar terhadap bidang studi SKI maka siswa tersebut akan
memusatkan perhatiannya terhadap bidang studi SKI dan lebih giat dalam
mempelajari bidang studi ini dan prestasinya pun akan memuaskan.
Tujuan mempelajari sejarah Kebudayaan Islam adalah agar siswa siswi
siswi mengetahui Sejarah Islam lalu mencontoh keteladanan sifat-sifat dari tokoh
Islam masa lalu itu dengan mengambil hikmah dari nilai dan makna sejarah,
menanamkan penghayatan dan kemauan yang kuat untuk mengamalkan akhlak
yang baik dan menjauhi akhlak yang buruk berdasarkan pengetahuannya atas
fakta sejarah yang ada, dan juga untuk menggugah semangat untuk mendalami
Islam yang lebih baik.

C. Pengajuan Hipotesis
Untuk memudahkan jalan bagi penelitian ini, Penulis mengajukan hipotesa yang
nantinya akan diuji kebenarannya. Hipotesa terebut adalah sebagai berikut:
Ho

: Tidak ada hubungan antara minat dengan prestasi belajar siswa kelas II
dalam bidang studi SKI

Ha

: Ada hubungan antara minat dengan prestasi belajar siswa kelas II dalam
bidang studi SKI

BAB II
KAJIAN TEORITIS, KERANGKA BERFIKIR, DAN PENGAJUAN
HIPOTESIS

A. Kajian teoritis
1. Minat Belajar Siswa
a. Pengertian Minat Belajar
Untuk dapat melihat keberhasilan proses kegiatan belajar
mengajar, seluruh faktor-fakor yang berhubungan dengan guru dan murid
harus dapat diperhatikan. Mulai dari perilaku guru dalam mengajar sampai
dengan tingkah laku siswa sebagai timabal balik dari hasil sebuah
pengajaran.
Tingkah laku siswa ketika mengikuti proses belajar mengajar dapat
mengindikasikan akan ketertarikan siswa tersebut terhadap pelajaran itu
atau sebaliknya, ia merasa tidak tertarik dengan pelajaran tersebut.
Ketertarikan siswa inilah yang merupakan salah satu tanda-tanda minat.
Lebih lanjut terdapat beberapa pengertian minat diantaranya adalah:
Menurut M. Alisuf Sabri Minat adalah kecenderungan untuk
selalu memperhatikan dan mengingat sesuatu secara terus menerus, minat
ini erat kaitannya dengan perasaan senang, karena itu dapat dikatakan

minat itu terjadi karena sikap senang kepada sesuatu, orang yang berminat
kepada sesuatu berarti ia sikapnya senang kepada sesuatu.1
Menurut Muhibbin Syah Minat adalah kecenderungan dan
kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu.2
Menurut Ahmad D. Marimba Minat adalah kecenderungan jiwa
kepada sesuatu, karena kita merasa ada kepentingan dengan sesuatu itu,
pada umumnya disertai dengan perasaan senang akan sesuatu itu.3
Menurut Drs. Mahfudh Shalahuddin Minat adalah perhatian yang
mengandung unsur-unsur perasaan. Dengan begitu minat, tambah
Mahfudh, sangat menentukan sikap yang menyebabkan seseorang aktif
dalam suatu pekerjaan, atau dengan kata lain, minat dapat menjadi sebab
dari suatu kegiatan.4
Menurut Crow dan Crow bahwa minat atau interest bisa
berhubungan dengan daya gerak yang mendorong kita untuk cendrung
atau merasa tertarik pada orang, benda, kegiatan, ataupun bisa berupa
pengalaman yang efektif yang dirangsang oleh kegiatan itu sendiri.5

M. Alisuf Sabri, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1995), Cet. Ke-11, h. 84
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan pendekatan Baru, (Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2001), Cet. Ke-6, h. 136
3
Ahmad D. Marimba, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, (Bandung: PT. Almaarif, 1980),
Cet. Ke-4, h. 79
4
Mahfudh Shahuddin, Pengantar Psikologi Pendidikan, (Surabaya: Bina Ilmu, 1990), Cet. Ke1, h. 95
5
Abd. Rachman Abror, Psykologi Pendidikan, (Yogyakarta: PT. Tiara Wacana, 1993), Cet. Ke4, h. 112
2

Dari kelima pengertian tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa


minat akan timbul apabila mendapatkan rangsangan dari luar. Dan
kecenderungan untuk merasa tertarik pada suatu bidang bersifat menetap
dan merasakan perasaan yang senang apabila ia terlibat aktif didalamnya.
Dan perasaan senang ini timbul dari lingkungan atau berasal dari objek
yang menarik.
Dengan penjelasan ini, apabila seorang guru ingin berhasil dalam
melakukan kegiatan belajar mengajar harus dapat memberikan rangsangan
kepada murid agar ia berminat dalam mengikuti proses belajar mengajar
tersebut. Apabila murid sudah merasa berminat mengikuti pelajaran, maka
ia akan dapat mengerti dengan mudah dan sebaliknya apabila murid
merasakan tidak berminat dalam melakukan proses pembelajaran ia akan
merasa tersiksa mengikuti pelajaran tersebut.
b. Aspek-aspek Minat Belajar
Seperti yang telah di kemukakan bahwa minat dapat diartikan
sebagai suatu ketertarikan terhadap suatu objek yang kemudian
mendorong individu untuk mempelajari dan menekuni segala hal yang
berkaitan dengan minatnya tersebut.
Minat yang diperoleh melalui adanya suatu proses belajar
dikembangkan melalui proses menilai suatu objek yang kemudian
menghasilkan suatu penilaian penilaian tertentu terhadap objek yang
menimbulkan minat seseorang .

Penilaian-penilaian terhadap objek yang diperoleh melalui proses


belajar itulah yang kemudian menghasilkan suatu keputusan mengenal
adanya ketertarikan atau ketidaktertarikan seseorang terhadap objek yang
dihadapinya.
Hurlock (1978) mengatakan minat merupakan hasil dari pengalaman
atau proses belajar.6 Lebih jauh ia mengemukakan bahwa minat memiliki
dua aspek yaitu:
1. Aspek kognitif
Aspek ini didasarkan atas konsep yang dikembangkan seseorang
mengenai bidang yang berkaitan dengan minat. Konsep yang
membangun aspek kognitif di dasarkan atas pengalaman dan apa yang
dipelajari dari lingkungan.
2. Aspek afektif
Aspek afektif ini adalah konsep yang membangun konsep kognitif dan
dinyatakan dalam sikap terhadap kegiatan atau objek

yang

menimbulkan minat. Aspek ini mempunyai peranan yang besar dalam


memotivasikan tindakan seseorang.
Berdasarkan uraian tersebut, maka mint terhadap mata pelajaran
SKI yang dimiliki seseorang bukan bawaan sejak lahir, tetapi dipelajari
melalui proses penilaian kognitif dan penilaian afektif seseorang yang
dinyatakan dalam sikap. Dengan kata lain, jika proses penilaian kognitif
6

Hurlock, Psikologi Perkembangan, (Jakarta: Erlangga, 1990), h. 422

dan afektif seseorang terhadap objek minat adalah positif maka akan
menghasilkan sikap yang positif dan dapat menimbulkan minat.
c. Indikator Minat Belajar
Dalam kamus besar Bahasa Indonesia indikator adalah Alat
pemantau (sesuatu)

yang dapat memberikan petunjuk / keterangan.7

Kaitannya dengan minat siswa maka indikator adalah sebagai alat


pemantau yang dapat memberikan petunjuk ke arah minat. Ada beberapa
indikator siswa yang memiliki minat belajar yang tinggi hal ini dapat
dikenali melalui proses belajar dikelas maupun dirumah.
a. Perasaan Senang
Seorang siswa yang memiliki perasaan senang atau suka
terhadap pelajaran SKI misalnya, maka ia harus terus mempelajari
ilmu yang berhubungan dengan SKI. Sama sekali tidak ada perasaan
terpaksa untuk mempelajari bidang tersebut.
b. Perhatian dalam Belajar
Adanya perhatian juga menjadi salah satu indikator minat.
Perhatian merupakan konsentrasi atau aktifitas jiwa kita terhadap
pengamatan, pengertian, dan sebagainya dengan mengesampingkan
yang lain dari pada itu. Seseorang yang memiliki minat pada objek
tertentu maka dengan sendirinya dia akan memperhatikan objek

329

Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1991), Cet. Ke-10, h.

tersebut. Misalnya, seorang siswa menaruh minat terhadap pelajaran


SKI, maka ia berusaha untuk memperhatikan penjelasan dari gurunya.
c. Bahan Pelajaran dan Sikap Guru yang Menarik
Tidak semua siswa menyukai suatu bidang studi pelajaran
karena faktor minatnya sendiri. Ada yang mengembangkan minatnya
terhadap bidang pelajaran tersebut karena pengaruh dari gurunya,
teman sekelas, bahan pelajaran yang menarik.
Walaupun demikian lama-kelamaan jika siswa mampu
mengembangkan minatnya yang kuat terhadap mata pelajaran niscaya
ia bisa memperoleh prestasi yang berhasil sekalipun ia tergolong siswa
yang berkemampuan rata-rata.
Sebagaimana dikemukakan oleh Brown yang dikutip oleh Ali Imran
sebagai berikut:
Tertarik kepada guru, artinya tidak membenci atau bersikap
acuh tak acuh, tertarik kepada mata pelajaran yang diajarkan,
mempunyai antusias yang tinggi serta mengendalikan perhatiannya
terutama kepada gur, ingin selalu bergabung dalam kelompok kelas,
ingin identitas dirinya diketahui oleh orng lain, tindakan kebiasaan dan
moralnya selalu dalam kontroldiri, selalu mengingat pelajaran dan
mempelajarinya kembali, dan selalu terkontrol oleh lingkungannya.8
d. Manfaat dan Fungsi Mata Pelajaran
Selain adanya perasaan senang, perhatian dalam belajar dan
juga bahan pelajaran serta sikap guru yang menarik. Adanya manfaat

88

Ali Imran, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: PT Dunia Pustaka Jaya, 1996), Cet, Ke-1, h.

dan fungsi pelajaran (dalam hal ini pelajaran SKI) juga merupakan
salah satu indikator minat. Karena setiap pelajaran mempunyai
manfaat dan fungsinya. Seperti contoh misalnya pelajaran SKI banyak
memberikan manfaat kepada siswa bila SKI tidak hanya dipelajari di
sekolah tetapi juga dipelajari sebaliknya bila siswa tidak membaca
pelajaran SKI maka siswa tidak dapat merasakan manfaat yang
terdapat dalam pelajaran SKI tersebut.
d. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Minat Belajar
Salah satu pendorong dalam keberhasilan belajar adalah minat
terutama minat yang tinggi. Minat itu tidak muncul dengan sendirinya
akan tetapi banyak faktor yang dapat mempengaruhi munculnya minat.
Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi minat belajar siswa antara
lain:
1) Motivasi
Minat seseorang akan semakin tinggi bila disertai motivasi,
baik yang bersifat internal ataupun eksternal. Menurut D.P.
Tampubolon minat merupakan perpaduan antara keinginan dan
kemampuan yang dapat berkembang jika ada motivasi.9 seorang
siswa yang ingin memperdalam Ilmu Pengetahuan tentang tafsir

D.P. Tampubolon, Mengembangkan Minat Membaca Pada Anak, (Bandung: Angkasa, 1993),
Cet, Ke-1, h.41

misalnya, tentu akan terarah minatnya untuk membaca buku-buku


tentang tafsir, mendiskusikannya, dan sebagainya.

2) Belajar
Minat dapat diperoleh melalui belajar, karena dengan belajar
siswa yang semula tidak menyenangi suatu pelajaran tertentu, lama
kelamaan lantaran bertambahnya pengetahuan mengenai pelajaran
tersebut, minat pun tumbuh sehingga ia akan lebih giat lagi
mempelajari pelajaran tersebut. Hal ini sesuai dengan pendapatnya
Singgih D. Gunarsa dan Ny. Singgih D.G bahwa minat akan timbul
dari sesuatu yang diketahui dan kita dapat mengetahui sesuatu dengan
belajar, karena itu semakin banyak belajar semakin luas pula bidang
minat.10
3) Bahan Pelajaran dan Sikap Guru
Faktor yang dapat membangkitkan dan merangsang minat
adalah faktor bahan pelajaran yang akan diajarkan kepada siswa.
Bahan pelajaran yang menarik minat siswa, akan sering dipelajari oleh
siswa yang bersangkutan. Dan sebaliknya bahan pelajaran yang tidak
menarik minat siswa tentu akan dikesampingkan oleh siswa,
sebagaimana telah disinyalir oleh Slameto bahwa Minat mempunyai

10

Singgih D.G. dan Ny. SDG, Psikologi Perawatan, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1989), Cet.
Ke-3, h 68

pengaruh yang sangat besar terhadap belajar, karena bila bahan


pelajaran yang dipelajari tidak sesuai dengan minat siswa, maka siswa
tidak akan belajar dengan sebaik-baiknya, karena tidak ada daya tarik
baginya.11
Guru juga salah satu obyek yang dapat merangsang dan
membangkitkan minat belajar siswa. Menurut Kurt Singer bahwa
Guru yang berhasil membina kesediaan belajar murid-muridnya,
berarti telah melakukan hal-hal yang terpenting yang dapat dilakukan
demi kepentingan murid-muridnya.12
Guru yang pandai, baik, ramah , disiplin, serta disenangi murid
sangat besar pengaruhnya dalam membangkitkan minat murid.
Sebaliknya guru yang memiliki sikap buruk dan tidak disukai oleh
murid, akan sukar dapat merangsang timbulnya minat dan perhatian
murid.
Bentuk-bentuk kepribadian gurulah yang dapat mempengaruhi
timbulnya minat siswa. Oleh karena itu dalam proses belajar mengajar
guru harus peka terhadap situasi kelas. Ia harus mengetahui dan
memperhatikan akan metode-metode mengajar yang cocok dan sesuai
denga tingkatan kecerdasan para siswanya, artinya guru harus
memahami kebutuhan dan perkembangan jiwa siswanya.
11

Slameto, op.cit, (Jakarta: Rineka Cipta, 1991), Cet. Ke-2, h.187


Kurt Singer, Membina Hasrat Belajar di Sekolah, (Terj. Bergman Sitorus), (Bandung:
Remaja Rosda Karya, 1987), h. 93
12

4) Keluarga
Orang tua adalah orang yang terdekat dalam keluarga, oleh
karenanya keluarga sangat berpengaruh dalam menentukan minat
seorang siswa terhadap pelajaran. Apa yang diberikan oleh keluarga
sangat berpengaruhnya bagi perkembangan jiwa anak. Dalam proses
perkembangan minat diperlukan dukungan perhatian dan bimbingan
dari keluarga khususnya orang tua.
5) Teman Pergaulan
Melalui pergaulan seseorang akan dapat terpengaruh arah
minatnya oleh teman-temannya, khususnya teman akrabnya. Khusus
bagi remaja, pengaruh teman ini sangat besar karena dalam pergaulan
itulah mereka memupuk pribadi dan melakukan aktifitas bersamasama untuk mengurangi ketegangan dan kegoncangan yang mereka
alami.
6) Lingkungan
Melalui pergaulan seseorang akan terpengaruh minatnya. Hal
ini ditegaskan oleh pendapat yang dikemukakan oleh Crow& Crow

bahwa minat dapat diperoleh dari kemudian sebagai dari pengalaman


mereka dari lingkungan di mana mereka tinggal.13
Lingkungan

sangat

berperan

dalam

pertumbuhan

dan

perkembangan anak. Lingkungan adalah keluarga yang mengasuh dan


membesarkan anak, sekolah tempat mendidik, masyarakat tempat
bergaul, juga tempat bermain sehari-hari dengan keadaan alam dan
iklimnya, flora serta faunanya
Besar kecilnya pengaruh lingkungan terhadap pertumbuhan
dan perkembangan bergantung kepada keadaan lingkungan anak itu
sendiri serta jasmani dan rohaninya.14
7) Cita-cita
Setiap manusia memiliki cita-cita di dalam hidupnya, termasuk
para siswa. Cita-cita juga mempengaruhi minat belajar siswa, bahkan
cita-cita juga dapat dikatakan sebagai perwujudan dari minat
seseorang dalam prospek kehidupan di masa yang akan datang. Citacita ini senantiasa dikejar dan diperjuangkan, bahkan tidak jarang
meskipun mendapat rintangan, seseorang tetap beruaha untuk
mencapainya.

13
14

L. Crow dan A. Crow, op.cit., (Surabaya: Bina Ilmu, 1988), h. 352


M. Dalyono, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 1997), h. 130

8) Bakat
Melalui bakat seseorang akan memiliki minat. Ini dapat
dibuktikan dengan contoh: bila seseorang sejak kecil memiliki bakat
menyanyi, secara tidak langsung ia akan memiliki minat dalam hal
menyanyi. Jika ia dipaksakan untuk menyukai sesuatu yang lain,
kemungkinan ia akan membencinya atau merupakan suatu beban bagi
dirinya. Oleh karena itu, dalam memberikan pilihan baik sekolah
maupun aktivitas lainnya sebaiknya disesuaikan dengan bakat dimiliki.
9) Hobi
Bagi setiap orang hobi merupakan salah satu hal yang
menyebabkan timbulnya minat. Sebagai contoh, seseorang yang
memiliki hobi terhadap matematika maka secara tidak langsung dalam
dirinya timbul minat untuk menekuni ilmu matematika, begitupun
dengan hobi yang lainnya. Dengan demikian, faktor hobi tidak bisa
dipisahkan dari faktor minat.
10) Media Massa
Apa yang ditampilkan di media massa, baik media cetak atau
pun media elektronik, dapat menarik dan merangsang khalayak untuk
memperhatikan dan menirunya. Pengaruh tersebut menyangkut istilah,
gaya hidup, nilai-nilai, dan juga perilaku sehari-hari. Minat khalayak
dapat terarah pada apa yang dilihat, didengar, atau diperoleh dari
media massa.

11) Fasilitas
Berbagai fasilitas berupa sarana dan prasarana, baik yang
berada di rumah, di sekolah, dan di masyarakat memberikan pengaruh
yang positif dan negatif. Sebagai contoh, bila fasilitas yang
mendukung upaya pendidikan lengkap tersedia, maka timbul minat
anak untuk menambah wawasannya. Tetapi apabila fasilitas yang ada
justru mengikis minat pendidikannya, seperti merebaknya tempattempat hiburan yang ada di kota-kota besar, tentu hal ini berdampak
negatif bagi pertumbuhan minat tersebut.

2. Prestasi Belajar
a. Pengertian Prestasi Belajar
Prestasi belajar merupakan istilah yang tidak asing lagi dalam
dunia pendidikan. Istilah tersebut lazim digunakan sebagai sebutan dari
penilaian dari hasil belajar. Dimana penilaian tersebut bertujuan melihat
kemajuan belajar peserta didik dalam hal penguasaan materi pengajaran
yang telah dipelajarinya sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan.
Prestasi belajar terdiri dari dua kata, yakni prestasi dan belajar. Prestasi
belajar digunakan untuk menunjukkan hasil yang optimal dari suatu
aktivitas belajar sehingga artinya pun tidak dapat dipisahkan dari
pengertian belajar .

Prestasi merupakan hasil yang telah dicapai dari usaha yang


telah dilakukan dan dikerjakan.15 atau dalam definisi yang lebih singkat
bahwa prestasi adalah hasil yang telah di capai (dilakukan dan
dikerjakan).16 Senada dengan pengertian di atas, prestasi adalah hasil
yang telah di capai dari apa yang dikerjakan/ yang sudah diusahakan.17
Menurut Masud Khasan Abdul Qahar, prestasi adalah apa
yang telah dapat diciptakan, hasil pekerjaan, hasil yang menyenangkan
hati yang diperoleh dengan jalan keuletan kerja.18 Tidak jauh dari
pengertian yang dikemukakan oleh Masud, Syaiful Bahri Djamarah
menyatakan bahwa prestasi adalah hasil dari suatu kegiatan yang telah
dikerjakan, diciptakan, yang menyenangkan hati yang diperoleh dengan
keuletan kerja, baik secara individual maupun kelompok dalam bidang
kegiatan tertentu.19
Dengan demikian, dapat dinyatakan beberapa rumusan dari
pengertian prestasi belajar, diantaranya bahwa prestasi belajar adalah
penguasaan pengetahuan atau materi yang dikembangkan oleh mata

15

Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa
Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1997), Edisi II, Cet. Ke-10, h. 787
16
W.J.S. Purdamimta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1987), Cet.
Ke-10, h. 768
17
J.S. Badudu dan Sultan M. Zein, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: Pustaka Sinar
Harapan, 1994), Cet. Ke-2, h. 1088
18
Syaiful Bahri Djamarah, Prestasi Belajar dan Kompetensi Guru, (Surabaya: Usaha Nasional,
1994), h. 20
19
Ibid., h. 21

pelajaran.20 Hasil belajar menurut Nana Sudjana adalah kemampuan


yang dimiliki siswa, setelah ia menerima pengalaman belajarnya.21
Sedangkan menurut Hadari Nawawi prestasi belajar adalah tingkat
keberhasilan murid untuk mempelajari materi pelajaran di sekolah yang
dinyatakan dalam bentuk skor yang diperoleh dari hasil tes mengenai
sejumlah materi.22
Dalam dunia pendidikan, bentuk penilaian dari suatu prestasi
biasanya dapat dilihat atau dinyatakan dalam bentuk simbol huruf atau
angka-angka. Jadi, prestasi belajar adalah hasil yang diraih oleh peserta
didik dari aktivitas belajarnya yang ditempuh untuk memperoleh
pengetahuan dan keterampilan yang dapat diwujudkan dengan adanya
perubahan sikap dan tingkah laku dan pada umumnya dinyatakan dalam
bentuk simbol huruf atau angka-angka.
Prestasi belajar yang didapatkan oleh seorang siswa bersifat
sementara kadang kala dalam suatu tahapan belajar, siswa yang berhasil
secara gemilang dalam belajar, sering pula dijumpai adanya siswa yang
gagal. Seperti angka raport rendah, tidak naik kelas, tidak lulus ujian akhir
dan sebagainya.

20

Habeyh, Kamus Populer, (Jakarta: Centre, 1974), h. 139


Nana Sudjana, Penilaian Hasil Belajar Mengajar, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1992),
Cet. Ke-4, h. 22
22
Hadari Nawawi, Pengaruh Hubungan Manusia dikalangan Murid terhadap Prestasi Belajar
di SD, (Jakarta: Analisa Pendidikan, 1981), h. 100
21

b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar


Menurut Muhibbin Syah, secara global faktor-faktor yang
mempengaruhi prestasi belajar siswa dapat dibedakan menjadi tiga
macam, yaitu Faktor internal, faktor eksternal dan faktor pendekatan
belajar.23
1) Faktor Internal
Faktor internal (faktor dari dalam siswa), yakni keadaan /
kondisi jasmani dan rohani siswa. Faktor ini meliputi 2 aspek, yakni :
a) Aspek fisiologis (yang bersifat jasmaniah)
Kondisi umum jasmani dan tonus (tegangan otot) yang
menandai tingkat kebugaran organ-organ tubuh dan sendisendinya, dapat mempengaruhi semangat dan intensitas siswa
dalam

mengikuti

pelajaran.

Kondisi

jasmani

yang

tidak

mendukung kegiatan belajar, seperti gangguan kesehatan, cacat


tubuh, gangguan penglihatan, gangguan pendengaran dan lain
sebagainya sangat mempengaruhi kemampuan siswa dalam
menyerap informasi dan pengetahuan, khususnya yang disajikan di
kelas.
b) Aspek psikologis (yang bersifat rohaniah)
Banyak faktor yang termasuk aspek psikologis yang dapat
mempengaruhi kualitas dan kuantitas perolehan pembelajaran
23

Muhibbin Syah, op.cit., h 132

siswa. Diantaranya adalah tingkat intelegensi siswa, sikap siswa,


bakat siswa, minat siswa dan motivasi siswa.
Intelegensi Siswa
Tingkat kecerdasan merupakan wadah bagi kemungkinan
tercapainya hasil belajar yang diharapkan. Jika tingkat kecerdasan
rendah, maka hasil belajar yang dicapai akan rendah pula. Clark
mengemukakan bahwa hasil belajar siswa di sekolah 70%
dipengaruhi oleh kemampuan siswa dan 30% dipengaruhi oleh
lingkungan.24 Sehingga tidak diragukan lagi bahwa tingkat
kecerdasan siswa sangat menentukan tingkat keberhasilan belajar
siswa.
Sikap Siswa
Sikap merupakan gejala internal yang berdimensi afektif
berupa kecenderungan untuk mereaksi dengan cara relatif tetap
terhadap objek, baik secara positif maupun negatif. Sikap siswa
yang positif terutama kepada guru dan mata pelajaran yang
diterima merupakan tanda yang baik bagi proses belajar siswa.
Sebaliknya, sikap negatif yang diiringi dengan kebencian terhadap
guru dan mata pelajarannya menimbulkan kesulitan belajar siswa
tersebut, sehingga prestasi belajar yang di capai siswa akan kurang
memuaskan.
24

Hlen, Bimbingan dan Konseling, (Jakarta: Ciputat Pers, 2002), Cet. Ke-1, h. 130

Bakat Siswa
Sebagaimana halnya intelegensi, bakat juga merupakan
wadah untuk mencapai hasil belajar tertentu. Secara umum bakat
merupakan kemampuan potensial yang dimiliki seseorang untuk
mencapai keberhasilan pada masa yang akan datang. Bakat juga
diartikan sebagai kemampuan individu untuk melakukan tugas
tertentu tanpa banyak bergantung pada upaya pendidikan dan
latihan. Peserta didik yang kurang atau tidak berbakat untuk suatu
kegiatan belajar tertentu akan mengalami kesulitan dalam belajar.
Minat Siswa
Minat berarti kecenderungan dan kegairahan yang tinggi
atau keinginan yang besar terhadap sesuatu. Minat dapat
mempengaruhi kualitas pencapaian hasil belajar siswa. Siswa yang
menaruh minat besar terhadap bidang studi tertentu akan
memusatkan perhatiannya lebih banyak dari pada siswa lain,
sehingga memungkinkan siswa tersebut untuk belajar lebih giat
dan pada akhirnya mencapai prestasi yang diinginkan.
Motivasi Siswa
Tanpa motivasi yang besar, peserta didik akan banyak
mengalami kesulitan dalam belajar, karena motivasi merupakan
faktor pendorong kegiatan belajar. Motivasi dapat dibedakan
menjadi dua macam, yaitu motivasi intrinsik dan motivasi

ekstrinsik. Motivasi intrinsik adalah hal dan keadaan yang berasal


dari dalam diri siswa sendiri yang dapat mendorongnya melakukan
tindakan belajar. Adapun motivasi ekstrinsik adalah hal keadaan
yang datang dari luar individu siswa yang mendorongnya untuk
melakukan kegiatan belajar. Motivasi yang dipandang lebih
esensial adalah motivasi intrinsik karena lebih murni dan langgeng
serta tidak bergantung pada dorongan atau pengaruh orang lain.
2) Faktor Eksternal
Faktor eksternal (faktor dari luar siswa), yakni kondisi/keadaan
lingkungan di sekitar siswa. Adapun faktor eksteren yang dapat
mempengaruhi hasil belajar siswa adalah :
a) Lingkungan sosial
Lingkungan sosial siswa di sekolah adalah para guru, staf
administrasi

dan

teman-teman

sekelasnya,

yanf

dapat

mempengaruhi semangat belajar siswa. Masyarakat, tetangga dan


teman-teman sepermainan di sekitar perkmpungan siswa juga
termasuk lingkungan sosial bagi siswa. Namun lingkungan social
yang lebih banyak mempengaruhi kegiatan belajar sisa ialah orang
tua dan keluarga siswa itu sendiri. Sifat-sifat orang tua, praktik
pengelolaan keluarga, ketegangan keluarga dan letak rumah,
semuanya dapat memberi dampak baik dan buruk terhadap
kegiatan belajar dan hasil yang di capai siswa.

b) Lingkungan non sosial


Lingkungan non social ialah gedung sekolah dan letaknya,
rumah tempat tinggal keluarga siswa dan letaknya, alat alat belajar,
keadaan cuaca dan waktu belajar yang digunakan siswa.

3) Faktor Pendekatan Belajar


Tercapainya hasil belajar yang baik dipengaruhi oleh
bagaimana aktivitas siswa dalam belajar. Faktor pendekatan belajar
adalah jenis upaya belajar siswa yang meliputi strategi dan metode
yang digunakan siswa untuk melakukan kegiatan pembelajaran materimateri pelajaran. Faktor pendekata belajar sangat mempengaruhi hasil
belajar siswa, sehingga smakin mendalam cara belajar siswa maka
semakin baik hasilnya.

3. Sejarah Kebudayaan Islam sebagai Mata Pelajaran


a. Pengertian Sejarah Kebudayaan Islam
Pengertian Sejarah kebudayaan Islam yang terdapat di dalam
kurikulum Madrasah Tsanawiyah adalah:
Salah satu bagian mata pelajaran Pendidikan Agama Islam yang
diarahkan untuk menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami,
menghayati Sejarah Kebudayaan Islam, yang kemudian menjadi dasar

pandangan hidupnya (way of life) melalui kegiatan bimbingan, pengajaran,


latihan, penggunaan pengalaman dan pembiasaan.25
Mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam mempunyai fungsi yang
dapat menjelaskan ketercapaian yang tercantum dalam Kurikulum
Berbasis Kompetensi yang diterapkan di madrasah. Fungsi dasar mata
pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam meliputi:
1) Fungsi edukatif
Sejarah menegaskan kepada peserta didik tentang keharusan
menegakkan nilai, prinsip, sikap hidup yang luhur dan islami dalam
menjalankan kehidupan sehari-hari.
2) Fungsi keilmuan
Melalui sejarah peserta didik memperoleh pengetahuan yang memadai
tentang masa lalu Islam dan kebudayaannya.
3) Fungsi transformasi
Sejarah merupakan salah satu sumber yang sangat penting dalam
merancang transformasi masyarakat.26
Mata

pelajaran

Sejarah

kebudayaan

Islam

di

Madrasah

Tsanawiyah memiliki tujuan sebagai berikut:

25

Departemen Pendidikan Nasional, Kurikulum 2004 Kerangka Dasar, (Jakarta: Departemen


Pendidikan nasional, 2004), h. 68
26
Departemen Pendidikan Agama RI, Pedoman Khusus Sejarah Kebudayaan Islam, (Jakarta:
Departemen Pendidikan Agama RI, 2004), h 2

1) Memberikan pengetahuan tentang Sejarah Agama Islam dan


Kebudayaan Islam pada masa Nabi Muhammad saw. Dan khulafaur
Rasyidin kepada peserta didik, agar ia memiliki konsep yang obyektif
dan sistematis dalam perspektif histories.
2) Mengambil hikmah, nilai dan makna yang terdapat dalam sejarah.
3) Menanamkan

penghayatan

dan

kemauan

yang

kuat

untuk

mengamalkan akhlak yang baik dan menjauhi akhlak yang buruk,


berdasarkan cermatnya atas fakta sejarah yang ada.
4) Membekali

peserta

didik

untuk

membentuk

kepribadiannya

berdasarkan tokoh-tokoh teladan sehingga terbentuk kepribadian yang


luhur.27
b. Kompetensi Mata Pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam
Acuan yang diperlukan untuk melaksanakan pembelajaran dan
memantau perkembangan mutu pendidikan adalah standar kompetensi.
Standar kompetensi dapat didefinisikan sebagai seperangkat pengetahuan,
keterampilan, dan sikap yang harus dikuasai peserta didik serta tingkat
penguasaan yang diharapkan dicapai dalam mempelajari suatu mata
pelajaran.
Standar Kompetensi mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam
MTs berisi mata pelajaran yang harus dikuasai peserta didik selama
menempuh Sejarah Kebudayaan Islam di MTs. Kemampuan ini
27

Ibid, h 3

berorientasi pada perilaku aspek afektif , peserta didik memiliki: keimanan


dan ketaqwaan kepada Allah SWt. Sesuai ajaran Agama Islam yang
tercermin dalam perilaku sehari-hari memiliki nilai-nilai demokrasi,
toleransi, dan humaniora, serta menerapkannya dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara baik lingkup nasional maupun
global. Berkenaan dengan aspek kognitif, menguasai ilmu, teknologi, dan
kemampuan akademik untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang
lebih

tinggi.

Berkenaan

dengan

aspek

psikomotorik,

memiliki

keterampilan berkomunikasi, kecakapan hidup, mampu beradaptasi


dengan perkembangan lingkungan sosial, budaya dan lingkungan alam
baik lokal, regional, maupun global, memiliki kesehatan jasmani dan
rohani yang bermanfaat untuk melaksanakan tugas / kegiatan sehari-hari.
Standar kompetensi mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam
juga mengacu pada struktur keilmuan mata pelajaran Sejarah kebudayaan
Islam. Berdasarkan pokok-pokok pikiran tersebut, standar kompetensi
mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam MTs adalah sebagai berikut:
1) Kemampuan membiasakan untuk mencari, menyerap, menyampaikan,
dan menggunakan informasi tentang sjarah pembentukan dinasti
Umayah, biografi dan kebijakan khalifah-khalifah dinasti Umayah
(Muawiyah bin Abi Sofyan, Abdul Malik bin Marwan, Walid bin
Abdul Malik, Umar bin Abdul Azis dan Hisyam bin Abdul Malik),
kemajuan dinasti Umayah (bidang politik dan militer).

2) Kemampuan membiasakan untuk mencari, menyerap, menyampaikan,


dan menggunakan informasi tentang kemajuan dinasti Umayah bidang
(ilmu agama islam) dan mengkaji sebab-sebab keruntuhannya, sejarah
terbentuknya dinasti Abbasiyah, geografi dan kebijakan khalifahkhalifah

Abbasiyah,

geografi

dan

kebijakan

khalifah-khalifah

Abbasiyah yang terkenal (Abu Jafar al Mansur, Harun al Rasyid dan


Abdullah al Makmun), kemajuan dinasti Abbasiyah (bidang sosial
budaya, politik dan militer).
3) Kemampuan

membiasakan

diri

untuk

mencari,

menyerap,

menyampaikan dan menggunakan informasi tentang kemajuankemajuan dinasti Abbasiyah (bidang ilmu pengetahuan dan bidang
ilmu agama islam), dan mengkaji sebab-sebab keruntuhannya serta
kemajuan-kemajuan dinasti Al Ayubiyah.28
c. Strategi Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam Secara Efektif
Sejarah Kebudayaan Islam secara substansial memberikan
motivasi kepada peserta didik untuk memperaktekan nilai-nilai keyakinan
keagamaan (tauhid) dan akhlakul karimah dalam kehidupan sehari-hari.
Kenyataannya, setelah ditelusuri, pendidikan Sejarah Kebudayaan
Islam menghadapi beberapa kendala, antara lain: waktu yang disediakan
terbatas sedangkan materi begitu padat dan memang penting, yakni
menuntut
28

pemantapan

pengetahuan

Departemen Agama RI, op.cit., h. 3-4

hingga

terbentuk

watak

dan

kepribadian yang berbeda jauh dengan tuntunan terhadap mata pelajaran


lainnya. Kelemahan lain, materi Sejarah Kebudayaan Islam, lebih terfokus
pada pengayaan pengetahuan (kognitif) dan minim dalam pembentukan
sikap (afektif). Dalam implementasinya juga lebih didominasi pencapaian
kemampuan kognitif, kurang mengakomodasikan kebutuhan afektif.
Kendala lain adalah lemahnya sumber daya guru Sejarah
Kebudayaan Islam dalam pengembangan pendekatan, metode yang lebih
variatif serta dalam mengusahakan media yang digunakan untuk
mengefektifkan kegiatan belajar mengajar (KBM) dan minimnya berbagai
sarana pelatihan dan pengembangan bagi guru Sejarah Kebudayaan Islam.
Padahal guru Sejarah Kebudayaan Islam merupakan tenaga kependidikan
dan salah satu komponen dalam kegiatan belajar mengajar (KBM) yang
mempunyai

kedudukan

strategis

dan

menentukan

keberhasilan

pembelajaran di sekolah. Untuk itu, guru Sejarah Kebudayaan Islam harus


senantiasa meningkatkan pengetahuan dan keterampilannya agar dapat
mengelola kegiatan pembelajaran secar efektif dan efisien.
Strategi pembelajaran baru dapat berlangsung secara efektif dan
efisien, jika Guru harus dapat mengetahui keadaan yang tepat untuk
memulai proses belajar mengajar. Keadaan siswa yang memiliki
konsentrasi atau perhatian yang penuh tentu akan dapat dengan mudah
menerima pelajaran yang diberikan kepadanya. Siswa yang memiliki

konsentrasi penuh akan belajar lebih cepat dan lebih mudah. Selain itu,
mereka mengingat informasi lebih lama.

B. Kerangka Berfikir
Minat adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan
mengenang beberapa kegiatan. Kegiatan yang diminati seseorang, diperhatikan
terus menerus yang disertai dengan rasa senang.
Minat besar pengaruhnya terhadap belajar, karena bila bahan pelajaran
yang dipelajari tidak sesuai dengan minat, siswa tidak akan belajar dengan sebaikbaiknya, karena tidak ada daya tarik baginya. Ia segan-segan untuk belajar, ia
tidak memperoleh kepuasan dari pelajaran itu. Bahan pelajaran yang menarik
minat siswa, lebih mudah dihafalkan dan disimpan, karena minat menambah
kegiatan belajar.
Minat merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi belajar dan
hasilnya maka minat dapat mempengaruhi kwalitas pencapaian hasil belajar siswa
dalam bidang-bidang tertentu. Minat belajar yang besar cenderung menghasilkan
prestasi yang tinggi, sebaliknya minat belajar yang kurang akan menghasilkan
prestasi yang rendah. Maka apabila seorang siswa mempunyai minat yang besar
terhadap suatu bidang studi ia akan memusatkan perhatian lebih banyak dari
temannya, kemudian karena pemusatan perhatian yang intensif terhadap materi
itulah yang memungkinkan siswa tadi untuk belajar lebih giat, dan akhirnya
mencapai prestasi yang tinggi dalam bidang studi tersebut. Demikian pula halnya

dengan minat siswa terhadap bidang studi SKI, apabila seorang siswa mempunyai
minat yang besar terhadap bidang studi SKI maka siswa tersebut akan
memusatkan perhatiannya terhadap bidang studi SKI dan lebih giat dalam
mempelajari bidang studi ini dan prestasinya pun akan memuaskan.
Tujuan mempelajari sejarah Kebudayaan Islam adalah agar siswa siswi
siswi mengetahui Sejarah Islam lalu mencontoh keteladanan sifat-sifat dari tokoh
Islam masa lalu itu dengan mengambil hikmah dari nilai dan makna sejarah,
menanamkan penghayatan dan kemauan yang kuat untuk mengamalkan akhlak
yang baik dan menjauhi akhlak yang buruk berdasarkan pengetahuannya atas
fakta sejarah yang ada, dan juga untuk menggugah semangat untuk mendalami
Islam yang lebih baik.

C. Pengajuan Hipotesis
Untuk memudahkan jalan bagi penelitian ini, Penulis mengajukan hipotesa yang
nantinya akan diuji kebenarannya. Hipotesa terebut adalah sebagai berikut:
Ho

: Tidak ada hubungan antara minat dengan prestasi belajar siswa kelas II
dalam bidang studi SKI

Ha

: Ada hubungan antara minat dengan prestasi belajar siswa kelas II dalam
bidang studi SKI

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A. Tujuan Penelitian
Dalam penulisan skripsi ini tujuan yang ingin penulis capai adalah ingin
mengetahui apakah ada hubungan antara minat belajar SKI dengan prestasi
belajar siswa, dan bagaimana prestasi belajar siswa dalam mata pelajaran SKI
ditinjau dari nilai raport dan hasil tes penelitian.

B. Tempat dan Waktu Penelitian


Penelitian yang dilakukan penulis bertempat di MTS Nurussalam Pondok
Pinang Jakarta Selatan. Waktu penelitian dilakukan pada bulan Mei sampai Juni
2006.

C. Desain Penelitian
Desain penelitian adalah semua proses

yang diperlukan dalam

perencanaan dan pelaksanaan penelitian.1 Desain yang digunakan dalam


penelitian ini adalah penelitian deskriptif, desain ini digunakan untuk
mendapatkan deskriptif tentang suatu kenyataan yaitu tentang minat belajar siswa
terhadap mata pelajaran SKI.

Mohammad Nasiri, Metode Penelitian, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1998), h. 99

34

35

D. Populasi dan Sampel


Populasi
Yang dimaksud dengan populasi adalah Keseluruhan objek penelitian
yang terdiri dari manusia, benda, hewan, tumbuh-tumbuhan, peristiwa sebagai
sumber data yang menilai karakteristik tertentu dalam sebuah penelitian.2
Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah siswa kelas II
Madrasah Tsanawiyah Nurussalam Pondok Pinang Jakarta Selatan yang
berjumlah 40.
Sampel
Untuk menyederhanakan proses pengumpulan data dan pengolaahan data,
maka penulis mengambil teknik sampling. Yaitu mengambil sampel sebanyak
lebih kurang 50% dari seluruh jumlah populasi. Pengambilan sampel penelitian
ini berdasarkan pendapat Suharsimi Arikunto, yaitu:
Apabila subyeknya kurang dari 100, lebih baik diambil semua sehingga
penelitiannya merupakan penelitian populasi. Selanjutnya jika jumlah subyeknya
lebih besar, dapat diambil 10-15%, atau 20-25%, atau lebih.3
Berikut ini adalah banyak sampel yang diambil dari jumlah populasi
yang ada:

Herman wasito, Pengantar Metodologi Penelitian, (Jakarta, PT. Gramedia Pustaka Utama,
1992), h. 49
3
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian, (Jakarta: Rineka Cipta, 1993), h. 107

36

TABEL I
SAMPEL PENELITIAN
NO

KELAS

JUMLAH RESPONDEN

KETERANGAN

II A

20

Riset pada Madrasah

II B

20

Tsanawiyah Nurussalam

E. Metode Penelitian
Metode penelitian yang penulis gunakan adalah metode deskriptif yaitu
penelitian yang bertujuan untuk menggambarkan keadaan atau status fenomena,
untuk memperoleh data yang obyektif maka digunakan beberapa penelitian:
1. Penelitian kepustakaan (Library Research) yaitu penelitian yang dilakukan
dengan cara mengumpulkan, membaca dan menganalisa buku yang ada
relevansinya dengan masalah yang dibahas di dalam skripsi ini.
2. Penelitian lapangan (Field Research) yaitu penelitian untuk memperoleh datadata lapangan.
Adapun teknik penulisan skripsi ini, penulis berpegang pada buku
Pedoman Penulisan Skripsi, Tesis dan Disertai UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
2003.

F. Teknik Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian


Adapun dalam pengumpulan data, digunakan alat pengumpulan data
sebagai berikut:

37

1. Observasi
Observasi yaitu pengamatan dan pencatatan secara langsung ke objek
penelitian dengan sistematika fenomena-fenomena yang diselidiki, dalam arti
luas observasi sebenarnya merupakan pengamatan yang dilakukan baik secara
langsung maupun tidak langsung.4 Teknik ini dilakukan untuk memperoleh
data tentang kondisi objektif sebagai berikut:
a. Siswa (sebagai objek) meliputi jenis kelamin dan jumlah siswa.
b. Guru (sebagai pendidik sekaligus motivator) meliputi jenis kelamin,
pendidikan dan jabatan serta guru bidang studi.
c. Sarana dan prasarana yang meliputi jumlah dan kondisi.
d. Struktur organisasi.
2. Wawancara
Wawancara dilakukan dalam bentuk dialog langsung dengan Kepala
Madrasah Tsanawiyah untuk melengkapi data-data yang diperlukan dalam
penelitian dan dialog dengan guru mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam
untuk mengetahui hal-hal yang berhubungan dengan kegiatan blajar mengajar
Sejarah Kebudayaan Islam yang dihadapi.
3. Dokumentasi
Yaitu dengan cara mengambil data nilai raport semester II yang
diambil dari ujian umum semester II tahun pelajaran 2005-2006

Sutrisno Hadi, Metodologi Research, (Andi Offit, Yogyakarta, 1991). Cet. X. h. 136

38

4. Angket
Angket yaitu daftar pertanyaan yang diberikan kepada responden
dalam hal ini adalah siswa-siswi kelas II semester II yang berjumlah 40
responden mengenai masalah yang diteliti. Dengan teknik tersebut, penulis
mempersiapkan pertanyaan sejumlah 25 item pertanyaan dan kemudian
disebarkan kepada 40 responden, yaitu siswa-siswi kelas II semester II untuk
memperoleh jawaban yang diperlukan secara langsung.
Angket yang akan disebarkan untuk variabel minat terdiri dari 25 item,
yang tertera pada tabel berikut:
TABEL 2
KISI-KISI INSTRUMEN VARIABEL MINAT
NO
1

Variabel
Minat Belajar
Sejarah Kebudayaan

Dimensi

Indikator

Perasaan

Menerima

Senang

pelajaran

Islam

No

Jumlah

Item

Item

dengan

senang
Terus-menerus
belajar
Tidak

terpaksa 3, 4

dengan belajar
Tidak

merasa 5

bosan
Perhatian

Memberikan

39

dalam Belajar

perhatian lebih
Mau

9,

10, 4

berkonsentrasi
Mengikuti
penjelasan guru
Mengerjakan
tugas dari guru
Ketertarikan

11, 12

Isi

pada Materi

pelajaran 13
menantang untuk

dan Guru

di kaji
Pelajaran

berisi 14

contoh

sesuai

dengan

keadaan

sekarang
Pelajaran

berisi 15

sesuai

dengan

kebutuhan siswa
Materi

pelajaran 16, 17, 3

Sejarah

18

Kebudayaan Islam
kurang menarik
Penjelasan

guru 19, 20, 3

mudah diikuti
Kesadaran
akan adanya
Manfaat

Bisa

21

Mengambil 22, 23

Pelajaran Sejarah
Kebudayaan Islam

40

Pelajaran SKI

dari

Peristiwa

masa lalu
Tahu akan adanya 24

contoh-contoh
keteladanan
pembelajaran
Sejarah
Kebudayaan Islam
Membuang-buang

25

waktu
2

Prestasi Belajar

Nilai Raport

Dokumentasi Data 1

Siswa

nilai raport kelas II


semester II tahun
pelajaran

2005-

2006

G. Teknik Pengolahan Data


Dalam pengolahan data penulis menggunakan teknik-teknik sebagai berikut:
a. Editing, yaitu memeriksa kelengkapan dan kejelasan angket/ kuisioner yang
berhasil dikumpulkan.
b. Skoring, yaitu memberikan nilai pada setiap jawaban angket, yaitu sebagai
berikut:
Skor
Alternatif Jawaban

Sangat Setuju

Positif

Negatif

41

Setuju

Tidak setuju

Sangat Tidak Setuju

c. Tabulating, yaitu mentabulasi data jawaban yang berhasil dikumpulkan ke


dalam tabel-tabel yang telah disediakan.

H. Teknik Analisa Data


1. Untuk

menganalisa

data-data

yang

berhasil

dikumpulkan,

penulis

menggunakan rumus persentase sebagai berikut:


P

F
x 100 %
N

Keterangan:
P = Presentase
F = Frekuensi Jawaban Responden
N = Jumlah Responden

2. Teknik analisa korelasional adalah teknik analisa statistik mengenai hubungan


antara dua variable.5 Adapun rumus yang digunakan untuk mengolah data
tersebut adalah rumus Product Moment.

Anas Sudijono, Pengantar Statistik pendidikan, (Jakarta: Rajawali Press, 1995) h. 179

42

Rumus tersebut adalah:


Rxy

N . X

Keterangan: rxy
N

N . XY - X . Y

- X . N . Y 2 - Y
2

: Angka Indeks Korelasi r product moment


: Number of Cases

xy : Jumlah hasil perkalian antara skor x dan y


x

: Jumlah keseluruhan skor x

: Jumlah keseluruhan skor y

BAB IV
HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum Madrasah Tsanawiyah Nurussalam


1. Sejarah Berdirinya
Sekolah Madrasah Tsanawiyah Nurussalam Pondok Pinang Jakarta
Selatan merupakan sebuah lembaga pendidikan swasta yang bernaung di bawah
sebuah yayasan. Dalam yayasan tersebut terdapat sekolah-sekolah lain yaitu
Taman kanak-kanak dan Madrasah Ibtidaiyah.
Yang pertama kali didirikan Yayasan Nurussalam adalah taman kanakkanak yang didirikan pada tahun 1983, setelah itu barulah didirikannya Madrasah
Tsanawiyah Nurussalam yang dipelopori oleh remaja masjid An-Nur yang
dipimpin oleh Ust.Baihaqi, Tirmidzi, Hasan Basri dengan donatur tetap H. Mian
yang bertempat dirumah guru bedus kemudian dibeli oleh H.Mian. Awal
berdirinya sekolah Madrasah Tsanawiyah Nurussalam yaitu bermula dengan tiga
kelas untuk Madrasah Tsanawiyah Nurussalam kecamatan kebayoran lama
pondok-pinang ini didirikan pada tahun 1986 sesuai dengan akte notaris pada
tahun 1986, berjalan dengan waktu ada penambahan tiga kelas lagi sampai saat
ini, alumni perdana Madrasah Tsanawiyah Nurussalam adalah pada tahun 1989.
Tujuan

didirikannya

Madrasah

Tsanawiyah

Nurussalam

pondok-

pinang ini selain sebagai amanah perserikatan, juga didasari oleh kepedulian

43

44

remaja masjid An-Nur dan tokoh masyarakat sekitar terhadap pendidikan Islam
dan juga terhadap masyarakat ekonomi lemah dalam hal berkesinambungan
pendidikan terhadap putra-putrinya. Hal ini terlihat pada salah satu tujuan
didirikannya Madrasah Tsanawiyah

Nurussalam pondok-pinang, yaitu:

menolong masyarakat kecil (yang berkehidupan ekonominya lemah) agar dapat


melanjutkan pendidikan putra-putrinya ke sekolah lanjutan tingkat pertama.
Adapun Visi Madrasah Tsanawiyah Nurussalam Pondok-Pinang yaitu :
1. Meningkatkan generasi bangsa yang siap terjun ke masyarakat
2. Menyiapkan generasi cendekiawan muslim
3. Mengupayakan terbentuknya sumber daya manusia yang islami,
berperilaku sopan, sholeh dan sholehah, insan yang komunikatif, dan
intelek yang baik.
Sedangkan Misi Madrasah Tsanawiyah Nurussalam Pondok-Pinang yaitu :
1. Menciptakan sebuah bimbingan pendidikan keislaman yang berkualitas
2. Mengembangkan

pembelajaran

dan

bimbingan

yang

mampu

mengembangkan bakat dan potensi yang ada pada diri anak


3. Mengantarkan anak didik lulus dan masuk ke sekolah yang lebih tinggi
4. Mengupayakan pembelajaran bahasa asing (Arabic dan English) ke arah
kemampuan bahasa aktif.
5. Menanamkan dan menumbuhkan sikap cinta tanah air dan peduli sosial

45

2. Keadaan Guru dan Siswa


Madrasah Tsanawiyah. Nurussalam pondok-pinang memiliki guru dan
tenaga kependidikan yang bervariatif dilihat dari jenis kelamin, jabatan
maupun pendidikan seperti pada tabel berikut:

Tabel 3
Keadaan Guru dan Tenaga Kependidikan dilihat dari Jenjang
Pendidikan, Jabatan dan Bidang Studi

No

Nama guru

Jenjang

Jabatan

1.

H. Syatiri

SI

Kepala Sekolah

2.

Hasan Basri

Amd

Wakil

Bidang Studi

Kepala Geografi

Sekolah
3.

Hanafi

SI

Guru

Bahasa Arab

4.

Tirmidzi

PGA

Guru

Quran

Hadits

dan Imla
5.

Fauzani

SI

Guru

SKI

6.

Ahmad Darda

MA

Guru

Quran Hadits

7.

Hamzah

SI

Guru

Bahasa Arab dan


Fiqh

8.

Tajudin Hasan

SI

Guru

Matematika dan
Fisika

46

9.

Muhammad

SI

Guru

Bahasa Inggris

Munir
10.

Fahrurrozi

SI

Guru

Bahasa Inggris

11.

Saidil Hudri

SI

Guru

Matematika

12.

Muhammad Nur

SI

Guru

Ekonomi

13.

Mulyati

SI

Guru

KTK

14.

Fadliyah

SI

Guru

Biologi

15.

Sri Sulitiawati

SI

Guru

Fisika

16.

Sofiah

SI

Guru

Bahasa
Indonesia

17.

Yusnelly

SI

Guru

Bahasa
Indonesia

18.

Dudun Ubaidilah

SI

Guru

Komputer

19.

Rusli

PGA

Guru

Olah Raga

20.

Rosyada

SMA

Kepala TU

21.

H. Hamzah

SI

Administrasi

Kesiswaan
22.

Sanif

SMA

Karyawan

23.

Sri Utami

SMA

Karyawan

47

Keadaan siswa-siswi yang ada di Madrasah Tsanawiyah Nurussalam PondokPinang sangat bervariatif artinya sekolah tersebut memiliki beberapa kelas yang
cukup dari kelas I a dan I b, kelas II a dan II b, dan kelas III a dan III b, seperti
terlihat pada tabel berikut:
Tabel 4
Keadaan siswa-siswi MTS Nurussalam Pondok Pinang
Kelas

Jumlah

Kelas I

28

17

45

Kelas II

17

23

40

Kelas III

27

25

52

Jumlah

72

65

137

3. Keadaan Sarana dan Prasarana


Sekolah Madrasah Tsanawiyah Nurussalam Pondok-Pinang memiliki sarana
dan prasarana yang dapat menunjang kegiatan belajar mengajar mulai dari ruang
sekolah yang memadai maupun sarana yang lain seperti pada tabel berikut ini:

48

Tabel 5
Keadaan Sarana dan Prasarana MTS Nurussalam Pondok Pinang
No
1

Sarana / Prasarana
Ruang Kepala Sekolah

Jumlah
1

Kondisi
Baik

Ruang Guru

Baik

Ruang TU

Baik

Ruang Yayasan

Baik

Ruang Belajar

Baik

Ruang Kamar mandi Guru

Baik

Ruang Kamar mandi siswa

Baik

Ruang Komputer

Baik

Ruang Perpustakaan

Baik

10

Ruang BP

Baik

11

Ruang UKS

Baik

12

Ruang Koperasi

Baik

13

Kantin

Baik

14

Musholla

Baik

15

Lapangan Upacara

Baik

4. Struktur Organisasi
Dalam

setiap

organisasi

diperlukan

adanya

suatu

struktur

yang

menggambarkan suatu kejelasan garis intruksi dan koordinsi antar pemimpin dan

49

anggota. Begitu pula dengan Madrasah Tsanawiyah Nurussalam, berikut ini adalah
struktur organisasi Madrasah Tsanawiyah Nurussalam:

Tabel 6
STRUKTUR ORGANISASI MTS NURUSSALAM

YAYASAN

KEPALA MADRASAH

TATA USAHA

WKL. BID. KURIKULUM

WKL. BID. KESISWAAN

WL. KELAS DAN


DEWAN GURU

PEMBINA OSIS

SISWA

50

B. Deskripsi Data
Data utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Minat belajar Sejarah Kebudayaan Islam
Untuk memperoleh data minat belajar Sejarah Kebudayaan Islam penulis
membuat angket yang terdiri dari 25 Pernyataan yang harus dijawab oleh siswa. Yang
berisi mengenai indikator-indikator minat.
Angket yang disebarkan kepada siswa MTs Nurussalam, dianggap telah
memiliki konstruksi validitas yang memadai. Kemudian diuji cobakan kepada 40
orang siswa, ternyata hasilnya memuaskan dan dianggap tidak perlu diadakan revisi.
Selanjutnya penelitian dilakukan pada sample sebanyak 40 orang siswa yang
terdiri dari siswa kelas IIa dan kelas IIb MTs Nurussalam pondok-pinang sebagai
responden dalam waktu 45 menit responden dapat mengisi angket tersebut dengan
baik. Mengingat tugas responden hanya memberikan tanda silang pada tanda SS
untuk pertanyaan sangat setuju, S untuk pertanyaan setuju, TS untuk pertanyaan
tidak setuju dan STS untuk pertanyaan sangat tidak setuju.
Data-data tersebut diolah dalam bentuk tabel dan kemudian dianalisis sebagai
berikut:
a. Perasaan Senang
Ada atau tidaknya minat siswa dalam mempelajari mata pelajaran Sejarah
Kebudayaan Islam dapat dilihat dari indikator-indikator minat. Petunjuk yang

51

pertama adalah perasaan yang timbul dari diri siswa ketika mempelajari mata
pelajaran ini. Perasaan senang merupakan ekspresi dari adanya minat maka
sebaliknya perasaan tidak senang menandakan tidak ada minat.
Tabel 7
Senang Mengikuti Mata Pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam
NO ALTERNATIF JAWABAN

JUMLAH PORSENTASE

b. Sangat Setuju (SS)

10%

c. Setuju (S)

15%

d. Tidak Setuju (TS)

19

47,5%

e. Sangat Tidak Setuju (STS)

11

27,5%

Dapat dilihat bahwa jumlah porsentase siswa yang menyatakan tidak


senang terhadap mata pelajaran ini lebih banyak dari pada siswa yang menyatakan
senang mengikuti mata pelajaran ini. Dengan porsentase sebagian besar siswa
tidak senang mengikuti mata pelajaran ini sebanyak (75%) dan sebagian kecil
siswa merasa senang dengan mata pelajaran ini (25%).
Tabel 8
Tetap Belajar Walaupun Tidak Ada Guru
NO ALTERNATIF JAWABAN
2

a. Sangat Setuju (SS)

JUMLAH
6

PORSENTASE
15%

52

b. Setuju (S)

20%

c. Tidak Setuju (TS)

15

37,5%

d. Sangat Tidak Setuju (STS)

11

27,5%

Sikap siswa yang menyatakan masih belajar walaupun tidak ada guru
yang mengajar, ternyata lebih banyak siswa tidak melakukan belajar walau tidak
ada guru (65%). Sedangkan sebagian kecil siswa menyatakan tetap belajar walau
pun tidak ada guru (35%).
Tabel 9
Mengikuti Mata Pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam
Dengan Kemauan Sendiri
No

ALTERNATIF JAWABAN

JUMLAH PORSENTASE

a. Sangat Setuju (SS)

7,5%

b. Setuju (S)

22,5%

c. Tidak Setuju (TS)

17

42,5%

d. Sangat Tidak Setuju (STS)

11

27,5%

Dalam mengikuti mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam, tidak pula


mendapatkan hasil yang baik. Sebagian besar siswa menyatakan tidak setuju
mengikuti mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam atas kemauan sendiri dengan
porsentase sebesar (70%). Sedangkan sebagian kecil siswa menyatakan setuju
(30%).
Tabel 10

53

Terpaksa Mengikuti Mata Pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam Karena


Diwajibkan Oleh Sekolah
No

ALTERNATIF JAWABAN JUMLAH

PORSENTASE

a. Sangat Setuju (SS)

13

32,5%

b. Setuju (S)

17

42,5%

c. Tidak Setuju (TS)

15%

d. Sangat Tidak Setuju (STS)

10%

Pendapat siswa mengenai alas an mengikuti mata pelajaran ini hanya karena
diwajibkan yang ditentukan oleh sekolah, sebagian besar responden menyatakan
setuju dengan pendapat ini (75%). Sedangkan sebagian kecil siswa menyatakan
tidak setuju (25%).

Tabel 11
Selalu Hadir Mengikuti Pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam
NO

ALTERNATIF JAWABAN

JUMLAH PORSENTASE

a. Sangat Setuju (SS)

7,5%

b. Setuju (S)

21

52,5%

c. Tidak Setuju (TS)

22,5%

d. Sangat Tidak Setuju (STS)

17,5%

54

Akan tetapi, ketika ditanya mengenai kehadiran dalam mengikuti pelajaran,


lebih dari setengah siswa menyatakan setuju dalam menghadiri pelajaran tersebut
(60%). Dan sebagian kecil siswa menyatakan tidak setuju (40%). Ini
menunjukkan bahwa siswa memiliki kehadiran yang baik dalam mengikuti mata
pelajaran ini.
b. Perhatian dalam Belajar
Perhatian siswa dalam belajar tentu saja dapat dijadikan sebagai
indikator akan ada atau tidaknya minat. Siswa yang memiliki minat yang tinggi
tentu saja akan memiliki perhatian yang tinggi ketika pelajaran sedang
berlangsung, begitu pula sebaliknya siswa yang memiliki minat yang rendah tidak
akan memiliki perhatian yang tinggi.

Tabel 12
Mengikuti Pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam Dengan Penuh Perhatian
NO ALTERNATIF JAWABAN

JUMLAH

PORSENTASE

a. Sangat Setuju (SS)

12,5%

b. Setuju (S)

17,5%

c. Tidak Setuju (TS)

17

42,5%

d. Sangat Tidak Setuju (STS)

11

27,5%

55

Sikap siswa dalam mengikuti pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam sebagian


besar tidak setuju memiliki penuh perhatian yang tinggi dengan porsentase
sebesar (70%). Dan sebagian kecil siswa menyatakan setuju (30%).
Tabel 13
Aktif Bila Ada Kesempatan Bertanya
NO ALTERNATIF JAWABAN

JUMLAH

PORSENTASE

a. Sangat Setuju (SS)

5%

b. Setuju (S)

15%

c. Tidak Setuju (TS)

23

57,5%

d. Sangat Tidak Setuju (STS)

22,5%

Pernyataan mengenai keaktifan siswa ketika berlangsungnya pelajaran, tidak


menunjukkan adanya respon positif. Hal ini ditunjukkan dengan lebih dari
setengah siswa menjawab tidak setuju (80%). Dan sebagian kecil siswa
menyatakan setuju (20%).
Tabel 14
Mengikuti Penjelasan Guru Dalam Setiap Pembelajaran Sejarah
Kebudayaan Islam
NO ALTERNATIF JAWABAN
3

JUMLAH PORSENTASE

a. Sangat Setuju (SS)

10%

b. Setuju (S)

17

42,5%

56

c. Tidak Setuju (TS)

13

32,5%

d. Sangat Tidak Setuju (STS)

15%

Akan tetapi, ketika ditanya mengenai sikap mengikuti penjelasan guru dalam
setiap pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam, lebih dari setengah siswa
menyatakan setuju dalam mengikuti penjelasan guru dalam pembelajaran tersebut
(52,5%). Dan sebagian kecil siswa menyatakan tidak setuju (47,5%).

Tabel 15
Sering Mencatat Materi-materi Yang Diberikan Guru
NO ALTERNATIF JAWABAN

JUMLAH PORSENTASE

a. Sangat Setuju (SS)

12,5%

b. Setuju (S)

19

47,5%

c. Tidak Setuju (TS)

22,5%

d. Sangat Tidak Setuju (STS)

17,5%

Karena metode ceramah yang digunakan oleh guru maka banyak siswa hanya ikut
berpartisipasi dengan mencatat pelajaran yang disampaikan oleh guru. Dengan
demikian ketika pernyataan ini disampaikan, lebih dari setengan siswa menjawab
setuju (60%). Dan sebagian kecil siswa menyatakan tidak setuju (40%).

57

Tabel 16
Selalu Mengerjakan Tugas-tugas
NO ALTERNATIF JAWABAN
5

JUMLAH

PORSENTASE

a. Sangat Setuju (SS)

12,5

b. Setuju (S)

21

52,5%

c. Tidak Setuju (TS)

20%

d. Sangat Tidak Setuju (STS)

15%

Akan tetapi dalam mengerjakan tugas-tugas yang diberikan oleh guru, masih
banyak siswa yang mengerjakan tugas-tugas yang diberikan oleh guru. Sebagian
besar siswa mengerjakan tugas-tugas yang diberikan guru (67,5%). Dan sebagian
kecil siswa menyatakan tidak setuju dengan pernyataan tersebut (35%).
Tabel 17
Mencatat Pelajaran Dari Teman Bila Saya Berhalangan Hadir
NO ALTERNATIF JAWABAN
6

JUMLAH PORSENTASE

a. Sangat Setuju (SS)

5%

b. Setuju (S)

20%

c. Tidak Setuju (TS)

19

47,5%

d. Sangat Tidak Setuju (STS)

11

27,5%

Kerajinan siswa dalam mencatat pelajaran yang diberikan guru ketika


berhalangan hadir, tidak pula mendapatkan hasil yang baik. Sebagian besar siswa

58

menyatakan tidak pernah mencatat materi pelajaran yang terlewat karena


berhalangan hadir dengan porsentase sebesar (75%). Hanya (25%) Siswa yang
menyatakan tetap mencatat materi pelajaran apabila berhalangan hadir.
Tabel 18
Tidak Akan Mengerjakan Tugas Yang Diberikan Guru
Jika Tidak Diperiksa
NO ALTERNATIF JAWABAN
7

JUMLAH PORSENTASE

a. Sangat Setuju (SS)

11

27,5%

b. Setuju (S)

21

52,5%

c. Tidak Setuju (TS)

12,5%

d. Sangat Tidak Setuju (STS)

7,5%

Sikap siswa yang menyatakan mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru jika
tidak diperiksa, ternyata lebih banyak siswa tidak melakukannya dari pada siswa
yang mengerjakan tugas jika tidak diperiksa oleh guru (80%). Sedangkan
sebagian kecil siswa menyatakan tetap mengerjakan tugas walaupun tidak
diperiksa oleh guru (20%).
6. Ketertarikan pada Materi dan Guru
Tidak semua siswa menyukai suatu bidang studi pelajaran karena faktor minatnya
sendiri. Ada yang mengembangkan minatnya terhadap bidang pelajaran tersebut
karena pengaruh dari gurunya, teman sekelas, bahan pelajaran yang menarik.

59

Tabel 19
Bahan Pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam Menantang Untuk Dikaji
NO ALTERNATIF JAWABAN
1

JUMLAH PORSENTASE

a. Sangat Setuju (SS)

5%

b. Setuju (S)

15%

c. Tidak Setuju (TS)

19

47,5%

d. Sangat Tidak Setuju (STS)

13

32,5%

Ternyata alasan sebagian siswa mengenai bahan pelajaran Sejarah Kebudayaan


Islam tidak menantang untuk dikaji karena materi pelajaran ini kurang menarik,
sehingga sebagian besar menyatakan materi pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam
tidak menantang untu dikaji ( 80%). Dan sebagian kecil siswa menyatakan bahan
pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam menantang untuk dikaji (20%).
Tabel 20
Pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam Berisi Kisah-kisah Para Tokoh Yang
Dapat Saya Contoh Dan Saya Terapkan Pada Zaman Sekarang
NO ALTERNATIF JAWABAN
2

JUMLAH

PORSENTASE

a. Sangat Setuju (SS)

12,5%

b. Setuju (S)

21

52,5%

c. Tidak Setuju (TS)

11

27,5%

d. Sangat Tidak Setuju (STS)

7,5%

60

Akan tetapi masih banyak diantara siswa yang meneladani sikap para tokoh
tokoh yang baik dan menerapkan pada zaman sekarang sebanyak (65%). Siswa
menyatakan tidak setuju berjumlah (35%).
Tabel 21
Pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam Yang Disampaikan Oleh Guru Sesuai
Dengan Kebutuhan Siswa Sehingga Tertarik Dengan Mempelajarinya
NO ALTERNATIF JAWABAN
3

JUMLAH

PORSENTASE

a. Sangat Setuju (SS)

7,5%

b. Setuju (S)

13

32,5%

c. Tidak Setuju (TS)

17

42,5%

d. Sangat Tidak Setuju (STS)

17,5%

Akan tetapi banyak siswa yang tidak menyadari pelajaran Sejarah Kebudayaan
Islam akan manfaat yang mereka dapatkan sesuai dengan kebutuhan siswa.
Sebagian besar siswa menyatakan tidak setuju berjumlah (60%). Sedangkan siswa
yang berpendapat setuju (40%).
Tabel 22
Materi Pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam Yang Disampaikan Oleh Guru
Sangat Menarik
NO ALTERNATIF JAWABAN
4

JUMLAH PORSENTASE

a. Sangat Setuju (SS)

10%

b. Setuju (S)

22,5%

61

c. Tidak Setuju (TS)

19

47,5%

d. Sangat Tidak Setuju (STS)

20%

Kurangnya metode yang digunakan oleh guru, membuat materi pelajaran yang
diberikan oleh guru kurang menarik. Hal ini tampak dalam tabel 20 mengenai
menarik atau tidaknya penyampaian mata pelajaran ini.sebagian besar siswa
menyatakan bahwa penyampaian materi pelajaran ini kurang menarik ( 67,5%)
dan sebagian kecil siswa menyatakan bahwa penyampaian mata pelajaran ini
menarik (32,5%).
Tabel 23
Materi Pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam Bisa Dipelajari Dari Buku,
Karena Itu Siswa Boleh Mengobrol Dikelas
NO ALTERNATIF JAWABAN
5

JUMLAH PORSENTASE

a. Sangat Setuju (SS)

11

27,5%

b. Setuju (S)

19

47,5%

c. Tidak Setuju (TS)

15%

d. Sangat Tidak Setuju (STS)

10%

Sebagian besar siswa berpendapat materi Sejarah Kebuyaan Islam sangat mudah,
dan bisa mempelajari dari buku hal ini siswa lebih banyak mengobrol dari pada

62

ikut mendengarkan materi Sejarah Kebudayaan Islam yang disampaikan oleh


guru (75%). Sedangkan sebagian kecil siswa berpendapat tidak setuju (25%).
Tabel 24
Materi Pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam Sangat Membosankan
NO ALTERNATIF JAWABAN
6

JUMLAH PORSENTASE

a. Sangat Setuju (SS)

11

27,5%

b. Setuju (S)

17

42,5%

c. Tidak Setuju (TS)

20%

d. Sangat Tidak Setuju (STS)

10%

Begitu pula ketika ditanya perasaan siswa mengenai bosan atau tidak, sebagian
besar siswa menyatakan bosan dengan pelajaran ini yakni sebanyak (70%). Dan
sebagian kecil siswa menyatakan tidak bosan mengikuti pelajaran ini (30%).
Faktor kebosanan siswa dalam mengikuti mata pelajaran ini bisa saja sebagai
akibat dari kurang variatifnya metode yang digunakan oleh guru sewaktu
mengajar.
Tabel 25
Penjelasan Guru Mudah Diikuti
NO ALTERNATIF JAWABAN
7

JUMLAH PORSENTASE

a. Sangat Setuju (SS)

22,5%

b. Setuju (S)

17

42,5%

63

c. Tidak Setuju (TS)

11

27,5%

d. Sangat Tidak Setuju (STS)

7,5%

Alasan yang dikemukakan oleh siswa mengenai penyampaian guru dalam


memberikan materi pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam mudah diikuti sebanyak
(65%). Sedangkan sebagian kecil siswa berpendapat tidak setuju (35%).
Tabel 26
Sering Mengantuk Waktu Guru Menerangkan
NO ALTERNATIF JAWABAN
8

JUMLAH PORSENTASE

a. Sangat Setuju (SS)

7,5%

b. Setuju (S)

22.5%

c. Tidak Setuju (TS)

21

52,5%

d. Sangat Tidak Setuju (STS)

17,5%

Akan tetapi, ketika ditanya apakah mereka setuju kalau mereka sering mengantuk
karena kebosanan belajar mata pelajaran ini, (30%) menyatakan setuju dan
sebagian besar siswa tidak setuju dengan porsentase sebesar (70%). Jadi ternyata
walaupun mereka merasa bosan mengikuti pelajaran ini, mereka tidak mengantuk
dalam menerima materi pelajaran tersebut.

64

Tabel 27
Guru Mata Pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam Guru Favorit Saya
NO ALTERNATIF JAWABAN
9

JUMLAH PORSENTASE

a. Sangat Setuju (SS)

7,5%

b. Setuju (S)

11

27,5%

c. Tidak Setuju (TS)

21

52,5%

d. Sangat Tidak Setuju (STS)

12,5%

Indikator minat yang lainnya adalah sikap dan perilaku guru ketika mengajar.
Pada table 25 ditanyakan mengenai apakah guru mata pelajaran Sejarah
Kebudayaan Islam adalah guru favorit siswa? Ternyata sebagian besar siswa
berpendapat tidak setuju (65%) sedangkan sebagian kecil siswa menyatakan
bahwa guru mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam adalah guru favorit mereka
(35%).
d. kesadaran akan adanya Manfaat
Indikator minat yang terakhir adalah adanya manfaat dan fungsi pelajaran dalam
hal ini pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam. Salah satu manfaat yang diambil
siswa dari mata pelajaran ini adalah banyaknya contoh baik yang dapat diambil
dari kisah yang lalu.

65

Tabel 28
Pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam Memberikan Manfaat Mengenai
Perkembangan Ilmu Pengetahuan Pada Masa Lalu
NO ALTERNATIF JAWABAN
1

JUMLAH PORSENTASE

a. Sangat Setuju (SS)

11

27,5%

b. Setuju (S)

17

42,5%

c. Tidak Setuju (TS)

17,5%

d. Sangat Tidak Setuju (STS)

12,5%

Pertanyaan ini diperoleh berdasarkan tabel 26 dengan porsentase siswa yang


menjawab setuju sebesar (70%). Sedangkan siswa yang berpendapat tidak setuju
sebesar (30%).
Tabel 29
Mempelajari Sejarah Kebudayaan Islam Bisa Saya Bisa Mengambil Peristiwa
Dari Masa Lalu Dan Saya Terapkan Dalam Kehidupan Sehari-hari
NO ALTERNATIF JAWABAN
2

JUMLAH PORSENTASE

a. Sangat Setuju (SS)

11

27,5%

b. Setuju (S)

19

47,5%

c. Tidak Setuju (TS)

15%

d. Sangat Tidak Setuju (STS)

10%

66

Pernyataan ini diperoleh berdasarkan tabel 27 dengan porsentase siswa yang


menjawab setuju sebesar (75%). Sedangkan siswa yang berpendapat tidak setuju
(25%).
Tabel 30
Setelah Mempelajari Sejarah Kebudayaan Islam Saya Meneladani Kisah
Para Tokoh Yang Mempunyai Sifat Yang Baik
NO ALTERNATIF JAWABAN
3

JUMLAH PORSENTASE

a. Sangat Setuju (SS)

11

27,5%

b. Setuju (S)

19

47,5%

c. Tidak Setuju (TS)

15%

d. Sangat Tidak Setuju (STS)

10%

Salah satu manfaat yang diambil siswa dari mata pelajaran ini adalah banyaknya
contoh baik yang dapat diambil dari kisah para tokoh yang baik tabel 28 sebanyak
(75%) siswa menyatakn setuju. Sedangkan siswa yang berpendapat tidak setuju
berjumlah (25%).
Tabel 31
Mata Pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam Banyak Membuang Waktu
NO ALTERNATIF JAWABAN
4

JUMLAH PORSENTASE

a. Sangat Setuju (SS)

12,5%

b. Setuju (S)

21

52,5%

67

c. Tidak Setuju (TS)

20%

d. Sangat Tidak Setuju (STS)

15%

Ketika ditanya lebih lanjut, apakah siswa setuju bahwa mata pelajaran ini banyak
membuang waktu, sebagian besar siswa menyatakan pelajaran ini membuang
waktu (65%) dan sebagian kecil siswa menyatakan tidak setuju (35%). Pelajaran
ini dirasakan membuang waktu karena siswa sendiri tidak menyukai mata
pelajaran ini.
Selanjutnya tabel mengenai perhitungan analisis butir soal yang diperoleh
melalui hasil perhitungan angket, masing-masing jawaban diberi skor, kemudian
skor-skor tersebut dijumlahkan. Adapun skornya sebagai berikut:
Untuk jawaban yang pernyataannya cenderung positif skornya
Sangat setuju

(SS) : 4

Setuju

(S) : 3

Tidak setuju

(TS) : 2

Sangat tidak setuju (STS) : 1


Untuk jawaban yang pernyataannya cenderung negatif skornya
Sangat setuju

(SS)

:1

Setuju

(S)

: 2

Tidak setuju

(TS) : 3

Sangat tidak setuju (STS) : 4


Setelah melakukan tabulasi data angket minat maka perlu dilakukan
analisa item untuk skor angket minat (X) yaitu:

TABEL 32
Analisa Item Untuk Skor Angket Minat Siswa Terhadap Bidang Studi SKI
Nomor

Skor

Nomor Item

Res

10

11

12

13

14

15

16

17

18

19

20

21

22

23

24

25

60

46

53

47

47

70

95

62

61

10

60

11

72

12

72

13

69

14

98

15

65

16

61

17

31

18

90

19

65

20

68

43

21

77

22

63

23

56

24

48

25

42

26

39

27

46

28

38

29

42

30

39

31

62

32

47

33

88

34

44

35

40

36

56

37

46

38

85

39

64

40

51

43

Dengan melakukan penjumlahan skor jawaban terhadap beberapa pertanyaan


yang diajukan kepada siswa kelas dua tersebut, maka diperoleh nilai yang paling
rendah adalah 31 dan nilai yang paling tinggi adalah 98.
Tabel distribusi frekuensi tentang skor minat siswa terhadap bidang studi
Sejarah Kebudayaan Islam dengan cara membuat tabel distribusi data tunggal. Hal ini
dilakukan karena penyebaran skor atau nilai yang akan penulis sajikan tidak terlalu
luas.
Untuk membuat tabel distribusi frekuensi, penulis menggunakan tabel
distribusi frekuensi data tunggal yang sebagian atau seluruh skornya berfrekuensi
lebih dari satu.
Adapun langkah yang perlu ditempuh adalah sebagai berikut:
1.

Mencari nilai tertinggi (Highest Score=H) dan nilai terendah (Lowest

Score=L) dari nilai yang diperoleh dapat dilihat bahwa H=98 dan L=31. setelah
diketahui H dan L, maka kita dapat menyusun nilai atau skor tentang minat siswa
tersebut dari atas ke bawah, mulai dari nilai yang tertinggi 98 berturut-turut ke bawah
sampai nilai yang terendah 31 pada kolom 1 dari tabel distribusi frekuensi.
2.

Menghitung frekuensimasing-masing nilai atau skor yang diperoleh,

kemudian hasilnya dimasukkan dalam kolom 2 dari tabel distribusi frekuensi yang
telah kita persiapkan, kemudian nilai yang diperoleh dijumlahkan, sehingga diperoleh
jumlah frekuensi ( F) atau (N).

43

44

Untuk lebih jelasnya penyebaran data minat siswa kelas II dapat dilihat
melalui tabel berikut ini:
Tabel 33
Distribusi Frekuensi Tentang Minat Siswa Kelas II dari Sejumlah 40
Orang Siswa Terhadap Bidang Studi SKI
Skor

Frekuensi

Porsentase

98

2,5%

95

2,5%

90

2,5%

88

2,5%

85

2,5%

77

2,5%

72

5%

70

2,5%

69

2,5%

68

2,5%

65

5%

64

2,5%

63

2,5%

62

5%

61

5%

45

60

5%

56

5%

53

2,5%

51

2,5%

48

2,5%

47

7,5%

46

7,5%

44

2,5%

42

5%

40

2,5%

39

5%

38

2,5%

31

2,5%

N=40

100%

= 1722

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa siswa kelas II MTs Nurusalam
Pondok-pinang yang memperoleh nilai tertinggi 98 hanya 1 orang atau 2,5% dan
yang memperoleh nilai terendah 31 juga sama yaitu hanya 1 orang atau 2,5%,
sedangkan selebihnya yang memperoleh nilai 95, 90, 88, 85, 77, 70, 69, 68, 64, 63,
53, 51, 48, 44, 40, 38, 31 berjumlah 1 orang atau 2,5%, yang mendapat nilai 72, 65,
62, 61, 60, 56, 42, 39 masing-masing berjumlah 2 orang atau 5%, yang memperoleh
nilai 47, 46 masing-masing sebanyak 3 orang atau 7,5%.

46

2. Prestasi Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam


Sedangkan untuk mengetahui data mengenai prestasi belajar siswa, penulis
mengambil nilai raport kelas II a dan II b semester II tahun pelajaran 2005-2006.
Adapun nilai raport yang dicapai siswa kelas II semester II dalam hal
belajarnya pada bidang studi Sejarah Kebudayaan Islam berada antara 50-90,
diperoleh nilai terendah 50 sampai nilai tertinggi 90.

Berikut ini adalah tabel

distribusi frekuensinya.
Tabel 34
Distribusi Frekuensi Tentang Hasil Belajar yang Dicapai oleh 40 Orang Siswa
Kelas II Semester II
Nilai Prestasi
Frekuensi

Persentase

90

2,5 %

80

5%

70

15

37,5 %

60

18

45 %

50

10 %

Jumlah

40

100 %

Belajar

Dari tabel diatas kita lihat yang terbanyak siswa kelas II pada semester II
memperoleh nilai prestasi belajar 60 (18 orang atau 45%), dan nilai 70 sebanyak 15

47

orang (37,5%), 2 orang memperoleh nilai 80 (5%). Nilai 90 diperoleh 1 orang


(2,5%). Serta nilai 50 diperoleh 4 orang (10%).

C. Analisis Korelasional
Data statistik yang akan dianalisa adalah nilai-nilai dari penyebaran angket
mengenai minat siswa kelas II terhadap bidang studi Sejarah Kebudayaan Islam di
MTs. Nurussalam Pondok-pinang dan terhadap nilai hasil belajar siswa kelas II
semester II.
Untuk itu dibawah ini akan dijelaskan perhitungan untuk memperoleh
koefisien korelasi antara minat siswa pada bidang studi Sejarah Kebudayaan
Islam dengan nilai hasil belajar siswa kelas II semester II, sehingga dapat diambil
interpretasi data.
Tabel 35
Analisis Korelasi antara Variabel X (minat terhadap bidang studi SKI)
dengan variabel Y (nilai hasil belajar SKI)
Subjek

X2

Y2

XY

60

70

3600

4900

4200

46

60

2116

3600

2760

53

50

2809

2500

2650

47

50

2209

2500

2350

47

50

2209

2500

2350

48

70

70

4900

4900

4900

95

80

9025

6400

7600

62

70

3844

4900

4340

61

60

3721

3600

3660

10

60

60

3600

3600

3600

11

72

60

5184

3600

4320

12

72

70

5184

4900

5040

13

69

70

4761

4900

4830

14

98

80

9604

6400

7840

15

65

70

4225

4900

4550

16

61

70

3721

4900

4270

17

31

50

961

2500

1550

18

90

70

8100

4900

6300

19

65

70

4225

4900

4550

20

68

70

4624

4900

4760

21

77

70

5929

4900

5390

22

63

60

3969

3600

3780

23

56

60

3136

3600

3360

24

48

60

2304

3600

2880

25

42

60

1764

3600

2520

26

39

60

1521

3600

2340

49

27

46

60

2116

3600

2760

28

38

60

1444

3600

2280

29

42

60

1764

3600

2520

30

39

60

1521

3600

2340

31

62

70

3844

4900

4340

32

47

60

2209

3600

2820

33

88

90

7744

8100

7920

34

44

60

1936

3600

2640

35

40

60

1600

3600

2400

36

56

70

3136

4900

3920

37

46

60

2116

3600

2760

38

85

70

7225

4900

5950

39

64

70

4096

4900

4480

40

51

60

2601

3600

3060

2365

2580

150597

169200

156880

Dari hasil perhitungan diperoleh nilai


X =2365
Y = 2580
X2 = 150597
Y2 = 169200

50

XY = 156880
Nilai-nilai tersebut kemudian dimasukkan kedalam rumus korelasi product moment
r person :
= N. xy (x). (y)

R xy

D. Interpretasi Data
Berdasarkan hasil dari data perhitungan dan analisia data yang telah
dilakukan,

penulis

menginterpretasikan

hasil

perhitungan

diatas

dengan

menggunakan dua cara yang akan ditempuh sebagai berikut:


1. Interpretasi Secara Kasar / Sederhana
Dari hasil perhitungan di atas diperoleh nilai koefisien korelasi r xy yaitu
0,252. Jika diperhatikan maka angka indeks korelasi yang diperoleh tidak bertanda
negatif, ini berarti korelasi antara variabel X (minat dalam bidang studi SKI) dan
variabel Y (prestasi belajar SKI) terdapat hubungan yang searah, dengan istilah lain
terdapat korelasi yang positif. Kemudian nilai tersebut diinterpretasikan dengan cara
sederhana yaitu dengan memberikan interpretasi terhadap angka koefisien Korelasi
Product Moment.
Adapun pedoman yang umumnya digunakan dalam memberikan interpretasi
secara sederhana terhadap angka koefisien Korelasi Product Moment adalah sebagai
berikut:

51

Besarnya r
Product

Interpretasi
Moment

(rxy)
0,00-0,20

Antara variabel X dan variable Y memang terdapat


korelasi, akan tetapi korelasi itu sangat lemah atau
sangat rendah sehingga korelasi itu diabaikan (dianggap
tidak ada korelasi antara variabel X dan variabel Y).

0,20-0,40

Antara variabel X dan variabel Y terdapat korelasi yang


lemah atau rendah

0,40-0,70

Antara variabel X dan variabel Y terdapat korelasi yang


sedang atau cukup

0,70-0,90

Antara variabel X dan variabel Y terdapat korelasi yang


kuat atau tinggi

0,90-1,00

Antara variabel X dan variabel Y terdapat korelasi yang


sanat kuat atau sangat tinggi

Apabila diperhatikan besarnya r xy yang telah diperoleh (0,252) ternyata terletak


antara 0,20-0,40, berarti antara variabel X dan variabel Y terdapat korelasi, akan
tetapi korelasi yang lemah.
2.

Interpretasi dengan menggunakan tabel nilai r Product Moment


Pertama : merumuskan hipotesa alternatif (Ha) dengan hipotesa nihil (Ho)
Ha= Ada atau terdapat korelasi positif atau terdapat korelasi negatif yang
signifikan atau meyakinkan antara variabel X dan variabel Y.

52

Ho= Tidak ada atau tidak terdapat korelasi positif atau korelasi negatif yang
signifikan antara variable X dan variable Y.
Kedua : mencari degree of freedom (df) atau derajat bebas (db) adapun
rumusnya sebagai berikut:
df=N-nr
keterangan : df : degree of freedom
N : Number of cases
nr : Banyaknya variable yang dikorelasikan
penelitian ini mengambil sample 40 orang siswa kelas II. Variabel yang dikorelasikan
sebanyak dua buah yaitu minat siswa mempelajari bidang studi SKI dengan hasil
belajar SKI. Jadi nr=2 dengan rumus diatas, maka diperoleh nilai df= 40-2=38.
Ketiga : berkonsultasi pada tabel r Product Moment pada taraf signifikansi.
Apabila rxy sama besar atau lebih besar dari pada rtabel atau rt, maka hipotesa
alternatif (Ha) diterima, karena teruji kebenarannya dan hipotesa nihil (Ho) ditolak.
Namun apabila rxy lebih kecil dari pada rtabel atau rt, maka hipotesa alternatif (Ha)
ditolak dan hipotesa nihil (Ho) diterima, karena teruji kebenarannya.
Dengan melihat table r Product Moment, maka dapat diketahui bahwa
bahwa dengan df sebesar 38 diperoleh r Product Moment pada taraf signifikansi
5%= 0,304 dan pada taraf signifikansi 1%= 0,393.
Keempat : membandingkan besarnya rxy dengan rt. Nilai rxy yang diperoleh
adalah 0,252, sedangkan nilai rt masing-masing pada taraf signifikansi 5%= 0,304
dan pada taraf signifikansi 1%= 0,393. ternyata nilai r hasil perhitungan 0,252 lebih

53

kecil daripada nilai rt, baik pada taraf signifikansi 5% maupun pada taraf signifikansi
1%. Maka hipotesa alternatif (Ha) ditolak dan hipotesa nihil (Ho) diterima.
Kesimpulan yang dapat kita tarik ialah tinggi rendahnya prestasi belajar siswa
dalam bidang studi SKI tidak ada hubungannya / tidak dipengaruhi oleh tinggi
rendahnya minat siswa dalam bidang studi SKI tersebut, karena terbukti hubungan itu
berada pada hubungan yang sangat lemah.

BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan dari hasil penelitian dan analisa yang telah penulis uraikan dalam
bab IV mengenai hubungan antara minat dengan prestasi belajar siswa dalam bidang
studi SKI, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Sebagaimana ditunjukkan oleh nilai raport, prestasi belajar siswa dalam
bidang studi SKI yaitu berkisar antara 50-90 tidak menunjukkan pengaruh
yang signifikan dengan minat belajar siswa. Itu berarti prestasi belajar siswa
yang tinggi berkisar 50-90 pada bidang studi SKI tidak menentukan siswa
untuk rajin dalam minat belajar SKI.
2. Berdasarkan hasil perhitungan penelitian yang penulis lakukan yaitu
melakukan interpretasi sederhana dan melakukan interpretasi dengan
membandingkan nilai rxy dengan r tabel ternyata tidak terdapat korelasi
antara minat dengan prestasi belajar siswa dalam bidang studi SKI yaitu
korelasi yang tidak signifikan. Pada interpretasi sederhana hasil perhitungan
dari sebesar 0,252 ini berada pada kisaran 0,20-0,40, sifat hubungan antara
variabel X dan variabel Y terdapat korelasi lemah atau rendah, sedangkan
hasil perhitungan rxy dibandingkan dengan r tabel ternyata rxy adalah lebih
kecil daripada r tabel, baik pada taraf signifikan 5% maupun 1%. Karena
perolehan rxy 0,252 sedangkan r tabel pada taraf signifikan 5%= 0,304 dan
pada taraf signifikan 1%=0,393. Dari sini dapat diketahui terdapat korelasi

lemah atau rendah dalam hubungan minat dengan prestasi belajar siswa
dalam bidang studi SKI.
Karena rxy lebih kecil daripada r table baik pada taraf signifikan 5%
maupun signifikan 1%, maka hipotesis alternatif ditolak, sedang hipotesis
nihil diterima atau disetujui. Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa
tinggi rendahnya prestasi belajar siswa dalam bidang studi SKI tidak
mempengaruhi minat belajar siswa .

B. Saran-saran
Saran-saran ini penulis tujukan kepada :
Guru Bidang Studi SKI khususnya dan para guru umumnya untuk lebih
menumbuhkan dan meningkatkan minat belajar kepada siswa dengan cara :
1. Mengemas materi SKI dengan sebaik-baiknya agar tidak membosankan
karena materi SKI hanya berisi tentang cerita-cerita sejarah saja,
menggunakan metode yang menarik seperti metode bervariasi ceramah-tanya
jawab, diskusi-tanya jawab, metode bermain peran dan sosiodrama,
selanjutnya dapat mengajak siswa melihat film-film Sejarah Islam, dan
membuat kliping.
2. Bagi orang tua harus menyadari bahwa anak membutuhkan perhatian dan
support dalam belajar. Bagi para orang tua disarankan mau mendengarkan apa
yang diminati anak dan apa yang tidak, sehingga orang tua bisa memberikan
arahan positif bagi kemajuan anak dalam belajar.

DAFTAR PUSTAKA

Abror, Abd. Rachman, Psikologi Pendidikan, Yogyakarta: Pt. Tiara Wacana, 1993.
Alisuf Sabri, M., Drs., Psikologi Pendidikan, Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1995.
Anas Sudijono, Pengantar Statistik Pendidikan, Jakarta: Rajawali Press, 1995.
Arikunto, Suharsimi, Dr., Prosedur Penelitian, Jakarta: Rineka Cipta, 1993.
Badudu, J.S, dan Sultan M. Zein, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta: Pustaka
Sinar Harapan, 1994.
Crow, L. & A. Crow, Psikologi Pendidikan, Surabaya: Bina Ilmu. 1988.
D.G, Singgih, dan Ny. Yulia Singgih, D.G., Psikologi Perawatan, Jakarta: BPK
Gunung Mulia, 1989
Dalyono, M, Psikologi Pendidikan, Jakarta: Rineka Cipta, 1997
Departemen Pendidikan Agama RI, Pedoman Khusus Sejarah Kebudayaan Islam,
Jakarta: Departemen Pendidikan Agama RI, 2004.
Departemen Pendidikan Nasional, Kurikulum 2004 Kerangka Dasar, Jakarta:
Departemen Pendidikan Nasional, 2004.
Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1991
Djamarah, Syaiful Bahri Prestasi Belajar dan Kompetensi Guru, Surabaya: Usaha
Nasional, 1994.
Herman Wasito, Pengantar Metodologi Penelitian, Jakarta: PT. Gramedia Pustaka
Utama, 1992.
Hallen A., Dra., Bimbingan dan Konseling, Jakarta: Ciputat Pers, 2002.

Hurlock, Elizabeth, Psikologi Perkembangan, Jakarta: Erlangga, 1990.


Imran, Ali, Belajar dan Pembelajaran, Jakarta: PT. Dunia Pustaka Jaya, 1996.
Marimba, Ahmad, D, Drs., Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, Bandung: PT.
Almaarif, 1980.
Naziri, Mohamad, Ph.D., Metode Penelitian, Jakarta: Ghalia Indonesia, 1998.
Nasution, S. Didaktik Azas-Azas Mengajar, Bandung: Jemmars, 1998.
Poerwadarminta, W.J.S, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka,
1987.
Shalahuddin, Mahfudh, Drs., Pengantar Psikologi Pendidikan, Surabaya: Bina Ilmu,
1990.
Singer, Kurt, Membina Hasrat Belajar di Sekolah, (Terj. Bergman Sitorus), Bandung:
Remaja Rosda Karya, 1987
Sutrisno Hadi, Metodologi Research, Yogyakarta: Andi Offset, 1991.
Syah, Muhibin, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2001.
Tampubolon, D.P, Mengembangkan Minat Membaca Pada Anak, Bandung: Angkasa,
1993.
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar
Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1997
Tuu, Tulus, MM.Pd., Peran Disiplin pada Perilaku dan Prestasi Siswa, Jakarta: PT.
Gramedia Widiasarana Indonesia, 2004.
Usman Effendi dan Juhaya S. Praja, Pengantar Psikologi, Bandung: Angkasa, 1993.

Anda mungkin juga menyukai