PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dermatitis atopik adalah penyakit peradangan kulit yang kronik-residif dapat
mulai sejak usia dini, umumnya bersifat familiar dengan gejala klinis yang khas
dan disertai rasa gatal. Selain gejala pada kulit juga dijumpai gejala lainnya
seperti gangguan sekresi kelenjar keringat, rentan terhadap infeksi bakteri dan
gangguan vaskuler. Dermatitis atopik merupakan penyakit multifaktorial dengan
mekanisme hipersensivitas kulit yang dapat dipicu oleh paparan alergen
lingkungan seperti alergen makanan, alergen hirup (aeroalergen), bahan iritan,
eksotoksin dari Streptococcus, stresor fisik dan stresor psikologis.1
Penyakit ini cukup banyak dijumpai di masyarakat, prevalensi di Indoneisia
sekitar 5-10%. Di masyarakat diduga 2-3% dari penyakit ini terjadi pada anak
dan dewasa muda dan berkurang setelah bertambahnya usia. 1
B. Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai tugas laporan kasus pada
kepaniteraan klinik departemen kulit dan kelamin RSUD Kota Banjar, sekaligus
sebagai pertemuan ilmiah dan diskusi tentang penyakit Dermatitis Atopik.
BAB II
STATUS PASIEN
A. IDENTITAS PASIEN
Nama
: Ny. O
Umur
: 37 tahun
Jenis Kelamin
: Perempuan
Agama
: Islam
Pekerjaan
: Ibu Rumah Tangga
Alamat
: Tarikolot, Banjar
Tanggal Berobat
: 8 Juni 2015
B. ANAMNESIS (Autoanamnesa) :
Keluhan Utama :
Bercak merah dan bruntus-bruntus disertai gatal yang semakin
bertambah ketika malam dan keringat di bagian lipatan siku kiri sejak 1
hari yang lalu.
ketika berpergian dan ketika dirumah pasien sering memakai baju longgar
namun jarang mengganti baju ketika berkeringat. Pasien mengaku baju
pasien hampir semua berbahan kaos, jarang baju pasien dari bahan wol
dan berbahan sintetik. Pasien mengaku tinggal dirumah yang ventilasi
udara yang kurang bagus, dimana pasien merasakan rumah terasa begitu
lembab. Pasien juga mengaku dirumahnya sangat terasa panas. Pasien
mengaku dirumah tidak mempunyai hewan peliharaan. Pasien mengaku 2
x sehari membersihkan dan menyapu rumah. Pasien mengaku dirumah
tidak terdapat karpet dan sering mengganti sarung bantal dan sprei 2
minggu-1 bulan sekali. Pasien mengatakan jika mencuci baju, pasiem
membilas baju sebanyak 2 kali sebelum dikeringkan. Pasien menyangkal
pernah menderita kulit kering di salah satu bagian tubuh, menyangkal
terdapat bercak putih di bagian muka, menyangkal pernah mempunyai
kelainan kulit dibagian payudara. Pasien juga menyangkal terkena sakit
mata yang berulang.
Pasien mengatakan sebelumnya tidak pernah menderita penyakit
seperti ini. Namun pasien mengatakan sebelumnya sekitar 1 tahun yang
lalu pernah terkena Dermatitis kontak alergi karena rinso. Pasien juga
mengaku mempunyai riwayat alergi dingin, jika cuaca dingin maka tubuh
pasien akan timbul bintik-bintik diseluruh tubuh namun beberapa jam
akan hilang dengan sendirinya. Pasien juga mengaku mempunyai riwayat
alergi obat antalgin dan antibiotik golongan sulfat. Pasien juga mengaku
alergi dengan makanan seafood seperti udang dan kepiting. Pasien
menyangkal adanya penyakit asma, dan diabetes melitus. Pasien
mengatakan adik pasien mempunyai riwayat asma.
Pasien mengaku ibu pasien mempunyai riwayat asma, dan ayah
pasien mempunyai riwayat alergi makanan seafood seperti pasien. Pasien
mengatakan waktu kecil hanya terkena sakit seperti batuk dan pilek,
namun sering.
C. PEMERIKSAAN FISIK
Kesadaran
: Composmentis
Keadaan umum : Tampak sakit ringan
Vital Sign
o Nadi : 84 x/menit
o RR
: 18 x/menit
o Suhu : 36C
Status Generalisata:
o Kepala
: Normochepal, rambut hitam distribusi merata
o Mata
: Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-)
o Hidung
: Septum deviasi (-), sekret (-/-)
o Mulut
: Mukosa bibir kering (-), stomatitis (-)
o Leher
: Pembesaran KGB (-)
o Thorax
: Paru : Pergerakan dada simetris, vesikuler (-/-)
o Jantung
: Ictus cordis teraba di ICS 5, BJ I dan II reguler
o Abdomen
: Tampak datar, supel, BU normal, organomegali (-)
o Ekstremitas : Akral hangat (+/+), edema (-/-), pitting nails (-/-)
D. STATUS DERMATOLOGIKUS
Distribusi
Regional
A/R
Lesi
tegas, tidak timbul dari permukaan kulit, ukuran 4x2 cm. Kering.
Lipatan siku kiri : Multiple, bulat, berbatas tegas, tidak timbul dari
permukaan kulit, ukuran diameter 0,5mm sampai 1mm. Basah.
Efloresensi
E. RESUME
Seorang perempuan berusia 37 tahun datang berobat ke Poli Kulit RSUD
kota Banjar dengan keluhan bercak merah dan bruntus-bruntus disertai gatal
yang semakin bertambah ketika malam dan keringat di bagian lipatan siku kiri
sejak 1 hari yang lalu. Karena gatal yang sangat mengganggu, sehingga pasien
tidak dapat tidur pada malam hari, dan pasien tidak memberikan apa-apa untuk
keluhan gatal ini. Keluha ini sudah dirasakan sejak 1 bulan yang lalu yang
pertama kali muncul di lipatak siku kiri, dan 3 hri yang lalu muncul bercak merah
dan bruntus pada lipatan siku kanan. Pasien mengatakan sudah mengobati namun
keluhan
tidak
membaik.
Jika
gatal
terus-terusan
pasien
mengatakan
mengkompres luka dengan air hangat dan keluhan gatal akan menghilang sedikit.
2 bulan terakhir pasien mengkonsusmsi pil KB. Pasien mandi menggunakan
sabun antisepsik. Pasien mengaku stress 2 minggu terakhir karena penyakit kulit
yang tidak kunjung sembuh. Pasien mengaku sering memakai pakaian yang ketat
ketika berpergian dan ketika dirumah pasien sering memakai baju longgar namun
jarang mengganti baju ketika berkeringat. Pasien mengatakan mempunyai
riwayat DKA, riwayat alergi dingin, alergi obat, dan alergi makanan. Pasien
mengaku ibu pasien mempunyai riwayat asma, dan ayah pasien mempunyai
riwayat alergi makanan seafood seperti pasien. Pasien mengatakan waktu kecil
hanya terkena sakit seperti batuk dan pilek, namun sering. Adik pasien
mempunyai riwayat asma.
Regional
A/R
Efloresensi
tegas, tidak timbul dari permukaan kulit, ukuran 4x2 cm. Kering.
Lipatan siku kiri : Multiple, bulat, berbatas tegas, tidak timbul dari
permukaan kulit, ukuran diameter 0,5mm sampai 1mm. Basah.
Lipatan siku kanan : Makula eritematosa, erosi
Lipatan siku kiri : Makula vesikel, krusta.
F. DIAGNOSA BANDING
a. Dermatits Atopi
b. Dermatitis kontak alergi
G. DIAGNOSA KERJA
Dermatitis Atopi
H. RENCANA PEMERIKSAAN PENUNJANG
I. PENATALAKSANAAN
Non-Medikamentosa :
Jangan menggaruk luka, karena bisa menjadi infeksi baru.
Mencegah untuk memakai baju ketat dan untuk sering mengganti baju
ketika berkeringat
Mengganti sabun dengan sabun bayi.
Medikamentosa :
Oral : Prednison tablet 1x5mg. Doxepin 1x25 mg
Topikal : krim hidrofilik urea 10%, krim kortikosteroid. Pada lesi akut
yang basah dikompres dengan larutan burrowi. terlebih dahulu
sebelum digunakan steroid.
J. PROGNOSIS
a. Quo Ad Vitam
: Ad Bonam
b. Quo Ad Functionam : Ad Bonam
c. Quo Ad Sanationam : Ad Bonam
BAB III
ANALISA KASUS
A. Dasar Diagnosis Dermatitis atopik pada kasus ini ?
Diagnosis dermatitis atopik didasarkan kriteria berdasarkan Hanifin dan
Lobitz, yaitu2 :
1. Kriteria mayor
- Pruritus
- Dermatitis dimuka atau ekstensor pada bayi dan anak
- Dermatitis di fleksura pada dewasa
- Dermatitis kronis atau residif
- Riwayat atopi pada penderita atau keluarganya.
2. Kriteria minor
- Xerosis
- Infeksi kulit (khususnya oleh S.aureus dan virus herpes simpleks)
- Dermatitis nonspesifik pada tangan atau kaki
- Iktiosis/hiperliniar palmaris/keratosis pilaris
- Pitiriasis alba
- Dermatitis di papila mame
- White demographism dan delayed blanch response
- Keilitis
- Lipatan infra orbital Dennie-Morgan
- Konjungtivitis berulang
- Keratokonus
- Katarak subkapsular anterior
- Orbita menjadi gelap
- Muka pucat atau eritem
- Gatal bila berkeringat
- Intolerans terhadap wol atau pelarut lemak
- Aksentuasi perfolikular
- Hipersensifitas terhadap makanan
- Perjalanan penyakit dipengaruhi oleh faktor lingkungan dan atau emosi
- Tes kulit alergi tipe dadakan positif
- Kadar IgE di dalam serum meningkat
- Awitan pada usia dini
Diagnosis harus mempunyai 3 kriteria mayor dan 3 kriteria minor.
10
Berdarsarkan dari teori yang telah disebutkan, pada kasus ini terdapat 3
kriteria mayor yaitu : pruritus (gatal yang hilang timbul dan bertambah ketika
malam dan berkeringat), dermatitis flexural pada dewasa (bercak merah dan
bruntus di lipatan siku kiri dan bercak merah pada lipatan siku kanan), riwayat
atopi pada penderita (+). Dan memenuhi 3 kriteria minor yaitu : gatal bila
berkeringat, hipersensifitas terhadap makanan,
tangan dan kaki (pasien pernah menderita DKA 1 tahun yang lalu pada tangan
karena akibat rinso).
Dermatitis
Atopik
ditemukan
lebih
banyak
sel-sel
yang
mengekspresikan mRNA IL-4 dan IL-13, tetapi bukan IL-5, IL-12, atau IFN- .
11
Pada lesi akut dan kronis yang tidak ada lesinya penderita Dermatitis Atopik,
menunjukan jumlah yang lebih besar sel-sel yang mengekspresikan mRA IFN-
atau IL-12. Lesi kronis D.A mengandung sangat sedikit sel yang mengekspresikan
mRNA IL-4 dan IL-13, tetapi jumlah sel yang mengekspresikan mRNA IL-5,
GM-CSF, IL-12, dan IFN- , meningkat bila dibandingkan dengan yang akut.
Peningkatan IL-12 pada lesi kronis D.A berperan dalam perkembangan TH1. 2
Salah satu faktor yang berperan pada DA adalah faktor imunologik. Di dalam
kompartemen dermo-epidermal dapat berlangsung respon imun yang melibatkan
sel Langerhans (SL) epidermis, limfosit, eosinofil dan sel mas.4
Bila suatu antigen(bisa berupa alergen hirup, alergen makanan, autoantigen
ataupun super antigen) terpajan ke kulit individu dengan kecenderungan atopi,
makan antigen tersebut akan mengalami proses : ditangkap IgE yang ada pada
permukaan sel mas atau IgE yang ada di membran SL epidermis.2,4
Bila antigen ditangkap IgE sel mas (melalui reseptor FcRI), IgE akan
mengadakan cross lingking dengan FcRI, menyebabkan degranulasi sel mas dan
akan keluar histamin dan faktor kemotaktik lainnya. Reaksi ini disebut reaksi
hipersensivitas tipe cepat (immediate type hypersensivity).2,4
Selanjutnya antigen juga ditangkapa IgE, sel Langerhans (melalui reseptor
FcRI, FcRII dan IgE-binding protein), kemudian diproses untuk selanjutnya
dengan bekerjasama dengan MHC II akan dipresentasikan ke nodus limfa perifer
(sel Tnaive) yang mengakibatkan reaksi berkesinambungan terhadap sel T di
kulit, akan terjadi diferensiasi sel T pada tahap awal aktivasi yang menentukan
perkembangan sel T ke arah TH1 atau TH2. Sel TH1 akan mengeluarkan sitokin
IFN- , TNF, IL-2 dan IL-17, sedangkan sel TH2 memproduksi IL-4, IL-5 dan IL13. Meskipun infiltrasi fase akut DA didominasi oleh sel TH2 namun kemudian
sel TH1 ikut berpartisipasi.2,4
Jejas yang terjadi mirip dengan respons alergi tipe IV tetapi dengan perantara
IgE sehingga respons ini disebut IgE mediated-delayed type hypersensivity. Selain
dengan SL dan sel mas, IgE juga berafinitas tinggi dengan FcRI yang terdapat
pada sel basofil dan terjadi pengeluaran histamin secara spontan oleh sel basofil.2,4
12
Sawar kulit
Penderita Dermatitis Atopik pada umumnya memiliki kulit yang relatif kering
baik daerah lesi maupun non lesi, dengan mekanisme yang kompleks dan terkait
erat dengan kerusakan sawar kulit. Hilangnya ceramide di kulit, yang berfungsi
sebagai molekulutama pengikat air di ruang ekstraseluler stratum korneum,
dianggap sebagai penyebab kelainan fungsi sawar kulit mengakibatkan
13
meingkatan transepidermal water loss 2-5 kali normal, kulit akan makin kering
dan merupakan port dentry untuk terjadinya penetrasi allergen, iritasi, bakteri
dan virus. Bakteri pada pasien dermatitis atopik mensekresi ceramidase yang
menyebabkan metabolisme ceramide menjadi sphingosine dan asam lemak,
selanjutnya semakin mengurangi ceramide di startum korneum, sehingga
menyebabkan kulit making kering.3
Selain itu, faktor luar (eksogen) yang dapat memperberat keringnya kulit
adalah suhu panas, kelembaban yang tinggi, serta keringat berlebih. Demikian
pula penggunaan sabun yang berifat alkalis dapat mengakibatkan gangguan sawar
kulit. Gangguan sawar kulit tersebut meningkatkan rasa gatal, terjadilah garukan
berulang (siklus gatal-garuk-gatal) yang menyebabkan kerusakan sawar kulit.
Dengan demikian penetrasi alergen, iritasi, dan infeksi menjadi lebih mudah.1,5
Dermatitis atopik disebut juga Th2 mediated disease Umumnya penderita DA
mengalami kekeringan kulit. Hal ini diduga terjadi akibat kadar lipid epidermis
yang menurun, trans epidermal water loss meningkat, skin capacitance
(kemampuan stratum korneum meingka air) menurun. Kekeringan kulit ini
mengakibatkan ambang rangsang gatal menjadi relatif rendah dan menimbulkan
sensai untuk menggaruk. Garukan ini menyebabkan kerusakan sawar kulit
sehingga memudahkan mikroorganisme dan bahan iritan atau alergen lain untuk
melalui kulit dnegan segala aktivitasnya dengan segala akibat-akibatnya.6
Faktor lingkungan
Tungau debu rumah (TDR) serta serbuk sari merupakan alergen hirup yang
berkaitan erat dengan asma bronkiale pada atopi dapat menjadi faktor pencetus
DA> 95% penderita DA mempunyai IgE spesifik terhadap TDR. Derajat
sensitisasi terhadap aeroalergen berhubungan langsung dengan tingkat keparahan
DA. Suhu dan kelembaban udara juga merupakan faktor pencetus DA, suhu udara
yang terlampau panas/dingin, keringat dan perubahan udara tiba-tiba dapat
menjadi masalah bagi penderita DA. Hubungan psikis dan penyakit DA dapat
14
timbul balik. Penyakit yang kronik residif dapat mengakibatkan gangguan emosi.
Sebaliknya stress akan merangsang pengeluaran substansi tertentu melalui jalur
imunoendokrinologi yang menimbulkan rasa gatal. Kerusakan sawar kulit akan
mengakibatkan lebih mudahnya mikroorganisme dan bahan iritan (seperti sabun,
detergen, antiseptik, pemutih, pengawet) memasuki kulit.
2,
segala akibat-akibatnya.
Hubungan psikis dan penyakit DA dapat timbul balik. Penyakit yang kronik
residif dapat mengakibatkan gangguan emosi. Sebaliknya stress akan
merangsang pengeluaran substansi tertentu melalui jalur imunoendokrinologi
yang menimbulkan rasa gatal. Dimana pada pasien merasakan stress akibat
15
penyakit kulit yang tidak sembuh sehingga, gatal yang dirasakan pasien
6.
7.
bahan antiseptik ini salah satu bahan iritan untuk terjadinya dermatitis atopik.
Pada pasien juga ditambah dengan berbagai faktor pemicu terjadinya
dermatitis atopik seperti pasien yang suka memakai baju ketat, suhu, dan
jarang mengganti baju ketika berkeringat yang dapat menjadi lembab
sehingga dapat memicu suatu dermatitis atopik.
16
DAFTAR PUSTAKA
1. Leung DYM, Eicheenfield LF and Bogunieicz. 2008. Atopic Dermatitis. In Wolff
K. et al. Eds. Fitzpatricks Dermatology in General Medicine. McGraw Hill. 7th
Ed. New York: 146-158.
2. Djuanda. A. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi kelima. Jakarta: FKUI.
2008. Hal 138-146
3. Widowati, Retno Soebaryo. 2009. Imunopatogenesis Dermatitis Atopik , Dalam
Dermatitis Atopik. Jakarta: FKUI pp. 1-11
4. Boediardja SA, Sugito TL, Wisesa TW, Soebaryo RW, Siregar SP, editor. 2009.
Dermatitis atopi pada bayi dan anak, diagnosis dan penatalaksanaan.
Jakarta:KSDAI,p 13-20)
5. Bieber T. 2008. Mechanism of Disease Atopic Dermatitis. NEJM; 358[14]: 14831494.
17