PENDAHULUAN
Mata merupakan salah satu indra yang sangat penting untuk kehidupan manusia.
Terlebih lagi dengan majunya teknologi, indra penglihatan yang baik merupakan kebutuhan
yang tidak diabaikan. Mata merupakan bagian yang sangat peka. Meskipun mata telah
mendapat perlindungan dari tulang orbita, bantalan lemak retrobulber, kelopak mata dengan
bulu matanya, juga dengan telah dibuatnya macam-macam alat untuk melindungi mata, tetapi
frekuensi kecelakaan masih sangat tinggi.
Kemajuan teknologi dan bertambah banyaknya kawasan industri meningkatkan
kecelakaan akibat perkejaan, kecelakaan akibat kepadatan lalu lintas, belum terhitung
kecelakaan akibat perkelahian, yang kesemuanya dapat mengenai mata. Pada anak-anak
kecelakaan mata biasanya terjadi akibat alat dari permainan yang biasa dimainkan seperti
panahan, ketapel, senapan angin, tusukan dari gagng mainan dan lain-lain.
Trauma tajam matasering merupakan penyebab kebutaan unilateral pada dewasa
muda. Kelompok usia ini mengalami sebagian besar cedera mata yang parah. Dewasa muda,
terutama pria, merupakan kelompok yang kemungkinan besar mengalami cedera tembus
mata. Kecelakaan dirumah, kekerasan, ledakan api, cedera akibat olahraga, dan kecelakaan
lalu lintas merupakan keadaan-keadaan yang paling sering menyebabkan trauma.
Struktur wajah dan mata sangat sesuai untuk melindungi mata dari cedera, bola mata
terdapat di dalam sebuah rongga yang dikelilingi oleh hubungan tulang yang kuat. Kelopak
mata bisa segera menutup untuk membentuk pengahalang bagi benda asing dan mata bisa
mengatasi benturan yang ringan tanpa mengalami kerusakan. Trauma tajam dapat
mengakibatkan kerusakan pada bola mata dan kelopak, saraf mata dan rongga orbita. Trauma
pada mata memerlukan perawatan yang tepat untuk mencegah terjadinya penyulit yang lebih
berat ataupun kebutaan.
Perforasi bola mata merupakan keadaan yang gawat untuk bola mata karena pada
keadaan ini kuman mudah masuk ke dalam bola mata selain dapat menyebabkan kerusakan
susunan anatomi dan fungsional jaringan intraokuler. Trauma tembus dapat berbentuk
perforasi sklera, prolaps badan kaca maupun prolaps badan siliar.
BAB II
LAPORAN KASUS
1. IDENTITAS PASIEN
Nama
: Tn. b
Umur
: 23 tahun
Jenis kelamin
: laki-laki
Agama
: Islam
Bangsa
: Indonesia
Pekerjaan
: Pemahat besi
Alamat
: Pondok Kopi
Kunjungan
: 23 Januari 2015
2. ANAMNESIS
A. Keluhan Utama:
Mata kiri terkena pahatan besi
B. Riwayat Penyakit Sekarang:
Pasien datang dengan keluhan mata kiri terkena serbukan alat pahatan besi
sejak 1,5 jam yang lalu. Ketika os sedang memahat besi, tiba-tiba alat pahatan besi
patah dan serbunya terlempar ke mata kiri os dan os tidak menggunakan kaca mata.
Menurut orang sekitar saat kejadian mata kiri os keluar darah namun hanya sedikit.
Ketika didalam perjalanan menuju rumah sakit mata kiri os sudah tidak
mengeluarkan darah. Os mengeluh mata kiri langsung menjadi kabur. Os juga
mengeluh mata kiri terasa nyeri, dan juga mata kiri terasa berair. Os juga mengaku
mata kiri terasa perih, dan menurut os pada saat os menutup mata seperti ada sesuatu
yang mengganjal didalam mata kiri.
C. Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat penyakit mata
Pasien menyangkal belum pernah mengalami penyakit seperti ini sebelumnya dan
B. Status ophtalmology
OD
OS
6/6
Visus
1/300
Ortoforia
Ortoforia
Palpebra
hordeolum(-), kalazion(-),
hordeolum(-), kalazion(-),
Konjungtiva Tarsalis
folikel (-)
Superior
(-)
Konjungtiva Bulbi
Hiperemis (-),
papil(-), folikel (-)
jernih, infiltrat (-), edema (-),
Konjungtiva Tarsalis
Inferior
Hiperemis (-),
Papil(-),folikel(-)
Kornea
Ruptur kornea
COA
Hifema COA
Iris
Pupil
Jernih
Lensa
Tidak dilakukan
Vitreous Humor
Tidak dilakukan
Funduskopi
Tidak dilakukan
4. RESUME
Laki-laki usia 23 tahun Pasien datang dengan keluhan mata kiri terkena serbukan alat
pahatan besi sejak 1,5 jam yang lalu. mata kiri os keluar darah namun hanya sedikit.
mata kiri langsung menjadi kabur, nyeri, dan berair. Os juga mengaku mata kiri terasa
perih, dan mengganjal didalam mata kiri.
Dari hasil pemeriksaan fisik didapatkan
Visus
: OD : 6/6
OS : 1/300
Kornea
: OS : ruptur kornea
COA
: OS : Hifema COA
5. DIAGNOSIS KERJA
Trauma okuli e.c benda tajam
6. PEMERIKSAAN ANJURAN
a. Slitlamp
b. Foto polos orbita
c. USG
7. PENATALAKSANAAN
a. Pengobatan
- antibiotik topikal dan oral
- antitetanus
- analgetik
- mata ditutup
- dirujuk kedokter mata
b. Edukasi
- Memberitahukan pasien bahwa karena trauma ini dapat menyebabkan mata kiri
-
terjadi penurunan penglihatan akibat benda yang masuk kedalam mata pasien.
Memberitahukan pasien bahwa akibat dari benda besi tersebut masuk kedalam
mata kiri pasien makan telah terjadi perdarahan pada mata pasien sehingga
pasien harus melakukan tindakan selanjutnya yaitu pembedahan untuk
pembedahan
Meminta pasien untuk tetap tenang
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
A. DEFINISI
Trauma tajam adalah suatu trauma akibat benda tajam yang merusak sebagian atau
seluruh ketebalan dinding luar bola mata dapat berupa titik sampai laserasi dan juga
menembus isi atau bagian-bagian mata. Trauma tembus dapat mengenai dinding mata
hingga bola mata atau trauma yang menyebabkan kerusakan pada keseluruhan ketebalan
dinding bola mata. Sedangkan perforasi ditujukan pada luka dimana terdapat luka masuk
dan keluar.
Trauma tembus pada mata dapat diakibatkan oleh benda tajam atau benda asing
lainnya yang mengakibatkan terjadinya robekan jaringan-jaringan mata secara berurutan,
misalnya mulai dari palpebra, kornea,uvea sampai mengenai lensa.
B. EPIDEMIOLOGI
C. ETIOLOGI
- Bekerja, bermain dan berolahraga
- Luas cedera ditentukan ukuran benda yang mempenetrasi, kecepatan saat impaksi,
-
D. PATOFISIOLOGI
Penyebab trauma tembus adalah penyerangan, kecelakaan domestik, dan olahraga.
Trauma tembus pada kecelakaan domestik sering terjadi akibat partikel kecil dengan
kecepatan tinggi yang berasal dari menggiling atau memukul suatu benda. Beratnya
trauma yang terjadi ditentukan oleh ukuran benda, komposisi dan kecepatan pada saat
bertumbukan.
Benda tajam seperti pisau akan menimbulkan luka laserasi yang jelas pada bla mata,
berbeda dengan kerusakan akibat benda asing yang terbang beratnya kerusakan
ditentukan oleh energi kinetik yang dimiliki. Contohnya pada peluru pistol angin yang
besar dan memiliki kecepatan yang tidak terlalu besar memiliki energi kinetik yang
tinggi dan menyebabkan kerusakan mata yang cukup parah. Kontras dengan pecahan
benda tajam yang memiliki massa yang kecil dengan kecepatan tinggi akan
menimbulkan laserasi dengan batas yang jelas dan beratnya kerusakan lebih ringan
dibandingkan kersuakan akibat peluru pistol angin.
Ablasio retina akibat traksi yang mengikuti trauma tembus merupakan hasil dari
penahanan vitreous dalam luka dan adanya dalah dalam vitreus yang menjadi stimulus
terjdainya proliferasi firbroplastik pada bidang yang menahan vitreous. Kontraksi yang
terjadi menyebabkan membran memendek dan berlanjut pada retina bagian perifer...
Trauma tembus bola mata dapat dengan atau tanpa masuknya benda asing intraocular.
Trauma tembus dapat berbentuk perforasi sclera dengan prolaps badan kaca disertai
dengan perdarahan badan kaca, dapat juga perforasi sclera ini disertai dengan prolaps
badan siliar.
Trauma tembus bola mata dapat mengenai organ mata dari yang terdepan sampai yang
terdalam. Trauma tembus bola mata biasa mengenai :
1. Palpebra mengenai sebagian atau seluruhnya jika mengenai levator apaneurosis dapat
menyebabkan suatu ptosis yang permanen.
2. Saluran lakrimasi dapat merusak sistem pengaliran air mata dari pungtum lakrimasi
sampaike rongga hidung, hal ini dapat menyebabkan kekurangan air mata.
3. Conjungtiva dapat merusak dan ruptur pembuluh darah menyebabkan perdarahan
subkonjungtiva.
4. Kornea, trauma kornea dapat terjadi laserasi sampai ruptur kornea
5. Bilik mata depan
Hifema adalah terkumpulnya darah dalam bilik mata depan. Darah berasal dari
pembuluh darah corpus ciliare dan sebagian kecil dari pembuluh darah iris, sedang
penyerapan darahnya sebagian besar akan diserap melalui trabekular meshwork dan
selanjutnya ke kanal schlemm, sisalnya diabsorbsi melalui permukaan iris.
Rakusin membagi hifema menjadi :
a. Hifema tingkat I
: perdarahan mengisi bagian bilik mata depan
b. Hifema tingkat II
: perdarahan mengisi bagian bilik mata depan
c. Hifema tingkat III
: perdarahan mengisi bagian bilik mata depan
d. Hifema tingkat IV
: perdarahan mengisi penuh bilik mata depan.
6. Lensa : ruptur lensa, kekeruhan pada lensa
7. Uvea : laserasi iris, iris ireguer, pupil ireguler
8. Vitreus : terisinya vitreus oleh darah
retina.
Konjungtiva kemotis
Adanya hifema pada bilik mata depan
F. DIAGNOSIS
1. Anamnesis
Pada anamnesa, informasi yang diperoleh dapat berupa mekanisme dan onset
terjadinya trauma, bahan/benda penyebab trauma dan pekerjaan untuk mengetahui
penyebabnya. Anamnesis harus mencakup perkiraan ketajaman penglihatan sebelum
dan segera sesudah cedera. Harus dicatat apakah gangguan penglihatan berisfat
progresif lambat atau berawitan mendadak. Harus dicurigai adanya benda asing
intraokuler apabila terdapat kegiatan memahat, mengasah atau adanya ledakan.
Cedera pada anak dengan riwayat yang tidak sesuai dengan cedera yang diderita,
harus dicurigai adanya penganiayaan pada anak. Riwayat kejadian harus daiarah
secara khusus pada detail terjadinya trauma, riwayat pembedahan okuler sebelumnya,
dan riwayat penyakit sebelumnya.
2. Pemeriksaan fisik
pemeriksaan fisik dimulai dengan pengukuran dan pencatatan ketajam
penglihatan. Apabila gangguan penglihatannya parah, makan periksa proyeksi
cahaya, diskriminasi dua titik, dan adanya defek pupil aferen. Periksa motilitas mata
dan sensai kulit preorbita dan lakukan palpasi untuk mencari defek ada bagian tepi
tulang orbita.
Pemeriksaan slit lamp juga dapat dilakukan untuk melihat kedalam cedera di
segmen anterior bola mata. Tes fluoresein dapat digunakan untuk mewarnai kornea,
sehingga cedera kelihatan dengan jelas. Pemeriksaan tonometri perlu dilakukan
untuk mengetahui tekanan bola mata. Pemeriksaan fundus yang dilatasikan dengan
oftalmoskop indirek penting untuk dilakukan untuk mengetahui adanya benda asing
intraokuler. Bila benda asing yang masuk cukup dalam, dapat dilakukan tes seidel
untu kengetahui adanya cairan yang kelaur dari mata. Tes ini dilakukan dengan cara
memberi anestesi pada mata yang akan diperiksa, kemudian diuji pada strip
fluorescein steril. Penguji menggunakan slit lamp dengan filte kobalt biru, sehingga
akan terlihat perubahan warna strip akibat perubahan pH bila ada pengeluaran
caiaran mata.
3. Pemeriksaan penunjang
Foto polos orbita untuk mencari benda asing radioopak
USG orbita pada keadaan media refraksi lemah keruh untuk mendapatkan informasi
tentang status dari struktur intraokuler, lokalisasi dari benda asing intraokuler, deteksi
benda asing non metalik, deteksi perdarahan koroid, ruptur sklera posterior, ablasio
retina, dan perdarahan subretina.
CT-Scan untuk evaluasi struktur ontraokuler preorbita, deteksi adanya benda
asing intraokuler metalik dan menentukan terdapatnya atau derajatnya kerusakan
periokuler, keikutsertaan trauma intrakranial misalnya perdarahan subdural.
G. PENATALAKSANAAN
Bila dicurigai adanya perforasi bola mata maka secepatnya dilakukan pemberian
antiobiotika topikal dan mata ditutup dan segera dikirim kedokter mata untuk dilakukan
pembedahan.
Pada setiap terlihatnya kemungkinan trauma perforasi sebaiknya dipastikan apakah
ada benda asing yang masuk ke dalam mata dengan membuat foto.
Pada pasien dengan luka tembus bola mata selamanya diberikan antibiotika sistemik
atau intravena dan pasien dipuasakan untuk tindakan pembedahan. Pasien juga diberik
anti tetanus profilaktik, analgetika, dan kalau perlu penenang. Sebelum dirujuk mata
tidak diberi salep, karena salep dapat masuk kedalam mata. Pasien tidak boleh diberikan
steroid lokal, dan beban yang diberikan pada mata tidak menekan bola mata.
Benda asing didalam bola mata pada dasarnya perlu dikeluarkan. Benda asing yang
berisfat magnetik dapat dikeluarkan dengan alat magnit raksasa. Benda yang tidak
magnetik dikeluarkan dengan viterktomi.
H. KOMPLIKASI
Endoftalmitis, panoftalmitis, ablasi retina, perdarahan intraokular, dan fitisi bulbi.
Endoftalmitis dapat terjadi dalam beberapa minggu tergantung jenis mikroorganisme
yang terlibat. Endoftalmitis dapat berlanjut menjadi panoftalmitis.
I. PROGNOSIS
Prognosis berhubungan dengan sejumlah faktor seperti visual awal, tipe, dan luasnya
luka, adanya atau tidak adanya ablasio retina, atau benda asing.
Secara umum, semakin posterior penetrasi dan semakin besar laserasi atau ruptur,
prognosis semakin buruk. Trauma yang disebabkan oleh objek besar yang menyebabkan
laserasi kornea tapi menyisakan badan vitreus, sklera dan retina yang tidak luka
mempunyai prognosis penglihatan yang baik dibandingkan laserasi kecil yang
melibatkan bagian posterior. Trauma tembus akibat benda asing yang bersifat inert pun
mempunyai prognosis yang baik.
Trauma tembus akibat benda asing yang sifatnya reaktif magnetik lebih mudah
dikeluarkan dan prognosisnya lebih baik. Pada luka penetrasi, 50-75% mata akan
mencapai visus akhir 5/200 atau lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA
Asbury, Taylor. Trauma mata. Dalam : Vaughan. Oftalmologi Umum Edisi XVII.
Jakarta:Widya Medika.2013
Wijana, Nana. Ilmu Penyakit Mata. Jakarta:EGC.1993
Ilyas, Sidarta. Ilmu Penyakit Mata edisi Keempat. FK-UI. Jakarta:2012