Pendahuluan
Diare merupakan keluhan yang sering ditemukan pada orang dewasa. Berdasarkan
waktu, diare dapat dibagi menjadi akut dan kronik. Diare yaitu buang air besar (defekasi)
dengan tinja berbentuk cairan atau setengah cair, kandungan air tinja lebih banyak dari
biasanyalebih dari 200gram atau 200ml/24 jam atau buang air besar encer lebih dari 3 kali
perhari yang dapat disertai atau tanpa lendir dan darah.
Menurut World Gastroenterology Organisation global guidelines, diare akut
didefinisikan sebagai pasase tinja yang cair/lembek dengan jumlah lebih banyak dari normal
dan berlangsung kurang dari 14 hari sedangkan diare kronik adalah diare yang berlangsung
lebih dari 15 hari.
Diare didefinisikan sebagai buang air besar yang tidak berbentuk atau dalam
konsistensi cair dengan frekwensi yang meningkat, umumnya frekwensi > 3 kali/hari, atau
dengan perkiraan volume tinja > 200 gr/hari.1- 3 Durasi diare sangat menentukan diagnosis,
diare akut jika durasinya kurang dari 2 minggu, diare persistent jika durasinya antara 2-4
minggu, dan diare kronis jika durasi lebih dari 4 minggu.
1. Diare akut
Diare akut didefinisikan sebagai pasase tinja yang cair/lembek dengan jumlah lebih
banyak dari normal dan berlangsung kurang dari 14 hari.
a. Klasifikasi
Dibuat berdasarkan : 1). Lama waktu diare; 2). Mekanisme patologis; 3). Berat
ringan diare; 4). Penyebabnya infeksi atau bukan; 5). Penyebabnya organik atau
fungsional.
b. Etiologi
Menurut World Gastroenterology Organisation global guidelines penyebab diare
dibagi atas bakteri, virus, parasit dan non infeksi.
Berikut adalah keadaan dimana orang memiliki resiko tinggi untuk menderita diare
infeksi :
1. Baru saja bepergian/melancong ke negara berkembang, daerah tropis.
2. Keadaan makanan yang tida biasanya atau yang tiadak pernah dikonsumsi
sebelumnya. Makanan laut (mentah), fast food.
3. Homoseksual, pekerja sex resiko infeksi HIV tinggi.
4. Konsumsi obat-obatan tertentu seperti obat untuk kejiwaan / mental.
c. Patofisiologi
1. Diare osmotik
Disebabkan karena peningkatan tekanan osmotik intralumen dari usus halus yang
disebabkan oleh obat-obatan atau makanan.
2. Diare sekretorik
Dikarenakan meningkatnya sekresi air dan elektrolit dari usus dan menurunnya
absorbsi. Khasnya volume tinja banyak sekali, dan akan terus menerus diare
walaupun sudah dilakukan puasa makan dan minum.
3. Malabsorbsi lemak/ asam empedu
4. Defek pertukaran anion/ transpor elektrolit aktif di enterosit, ini dikarenakan
adanya hambatan mekanisme transpor aktif Na+K+ ATPase di enterosit dan
absorbsi Na+ dan air yang abnormal.
5. Motilitas dan waktu transit usus yang abnormal
d. Patogenesis
Berdasarkan karena infeksi bakteri/parasit di usus:
a. Enterotoksigenik/
V.cholerae Eltor, ETEC, C. Perfringens mengeluarkan toksin yang terikat pada
permukaan mukosa usus halus peningkatan aktivitas nikotinamid adenin
dinukleotid pada dinding sel usus kadar siklik AMP dalam sel meningkat
terjadi sekresi aktif anion klorida kedalam lumen usus yang diikuti oleh air, ion
bikarbonat, kation natrium dan kalium.
b. Enterovasif
Bakteri EIEC, salmonella, shigella yersinia nekrosis dan ulserasi mukosa.
e. Diagnosis
1. Anamnesis
Pasien biasanya datang dengan keluhan buang air besar yang cair/encer, bisa
berampas, bercampur lendir atau darah.
Pada pasien yang datang dengan diare akut infektif datang dengan keluhan khas
yaitu nausea, muntah, nyeri abdomen, demam, frekuensi buang air besar yang
sering, bisa air atau berdarah tergantung patogen penyebabnya.
Pasien juga bisa mengalami dehidrasi biasa pada pasien yang kurang asupan oral
dan yang mengalami nause dan muntah., gejala yang dikeluhkan ataupun yang
bisa kita tanyakan antara lain, apakah pasien merasakan rasa haus yang lebih
sering? Bagaimana dengan buang air kencingnya,apakah banyak atau sedikit?
Pekat atau tidak? Warnanya bagaimana?
Menurut klinisnya dehidrasi dibagi menjadi 3 tingkatan, yaitu :
a. Dehidrasi ringan (hilangnya cairan 2-5% BB) : turgor kurang, suara serak,
belum presyok.
b. Dehidrasi sedang (hilang cairan 5-8%) : turgor buruk, suara serak, pasien
presyok atau syok, napas cepat, nadi cepat.
c. Dehidrasi berat (8-10% BB) : tandadehidrasi sedang ditambah kesadaran
menurun, sianosis.
2. Pemeriksaan Fisik dan Penunjang
Hal utama yang perlu diperhatikan adalahakeadaan umum pasien saat datang
bagaimana apakah lemas, presyok atau syok. Tanda-tanda vital perlu
diperhatikan.
Pemeriksaan turgor kulit untuk menentukan derajat dehidrasi pasien. Pemeriksaan
abdomenm kualitas bunyi usus, distensi atau tidak, nyeri tekan atau tidak.
Pemeriksaan penunjang :
a. Darah tepi
Infeksi virus : leukosit normal atau leukopenia, infeksi bakteri akan terjadi
leukositosis.
b. Kadar elektrolit pasien
c. Ureum kreatinin
d. Pemeriksaan tinja.
Algoritma untuk evaluasi pasein dengan diare akut.
2. Diare Kronik
Kemungkinan penyebab diare kronik sangat beragam, dan tidak selalu
disebabkan kelainan pada usus.Di negara maju, sindrom usus iritatif dan penyakit
radang usus non spesifik (inflamatory bowel disease) merupakan penyebab utama diare
kronik. Dinegara berkembang infeksi dan parasit masih menjadi penyebab tersering.
Diare kronis dapat terjadi pada kelainan endokrin, kelainan pankreas, kelainan hati,
infeksi, keganasan, dan sebagainya.Berdasarkan mekanisme patofisiologi yang
mendasari terjadinya, diare kronis diklasifikasikan menjadi 3 golongan yaitu: diare
sekretorik, diare osmotik dan diare inflamasi.
Klasifikasi lain ada juga yang membagi menjadi 3 jenis yaitu diare cair
(watery diarrhea), yang mencakup diare sekretorik dan diare osmotik, diare imflamasi
dan diare berlemak (fatty diarrhea). Diare sekretorik terjadi karena gangguan
transportasi cairan dan elektrolit melewati mukosa enterokolik. Ditandai diare cair,
dengan volume feses yang besar, tanpa rasa nyeri dan menetap dengan puasa. Diare
osmotik terjadi bila ada asupan makanan, penyerapan yang berkurang, solute osmotik
aktif dalam lumen yang melampaui kapasitas resorpsi kolon. Kandungan air feses
meningkat sebanding dengan jumlah solut. Diare osmotik ditandai keluhan yang
berkurang saat puasa dan menghentikan agen penyebab. Diare inflamasi umumnya
disertai dengan nyeri, demam, perdarahan, atau tanda inflamasi yang lainnya.
Mekanismenya tidak hanya melalui eksudasi saja, tergantung lokasi lesi, dapat melalui
malabsorpsi lemak, gangguan absorpsi air dan atau elektrolit dan hipersekresi atau
hipermotilitas karena pelepasan cytokines dan mediator inflamasi yang lain. Ditandai
dengan adanya leukosit atau protein yang berasal dari leukosit seperti calpotrectin pada
analisa feses. Proses inflamasi yang berat dapat menyebabkan terjadi kehilangan
protein eksudatif yang memicu terjadinya edema anasarka. Berdasarkan mekanisme
patofisiologi yang mendasari terjadinya diare kronis, maka penyebab utama diare
kronis adalah sebagai berikut :
Diare cair (watery diarrhea): Diare osmotik: osmotik laxative, malabsorpsi karbohidrat.
Diare sekretorik: Sindrom kongenital, misalnya congenital chloridorhea. Toksin
bakterial, ileal malabsorpsi asam empedu ileum. Inflamatory bowel disease (IBD)
terdiri dari kolotis ulseratif, dan penyakit Chrons, kolitis mikroskopis, dan
divertikulitis. Vaskulitis, keracunan dan obat. Penyalahgunaan laxative (stimulant
laxative).
Gangguan
motilitas
atau
regulasi
berupa
diare
postvagotomy,
Inflamatory
diverticulitis,
bowel
ulcerative
disease:
colitis
jejunoileitis.
ulserative,
Penyakit
penyakit
Chrons,
infeksi:
Kolitis
citomegalo,
herpes
simplek
Iinfeksi
parasit
invasif:
amebiasis,
Pemeriksaan fisik lebih berguna untuk menentukan keparahan diare dari pada
menemukan
penyebabnya. Status volume dapat dicari dengan dengan mencari perubahan
ortostatik tekanan darah dan nadi. Demam dan tanda lain toksisitas perlu dicari dan
dicatat. Pemeriksaan fisik abdomen dengan melihat dan meraba distensi usus, nyeri
terlokalisir atau merata, pembesaran hati atau massa, dan mendengarkan bising usus.
Perubahan kulit dapat dilihat pada mastositosis (urtikaria pigmentosa), amiloidosis
berupa papula berminyak dan purpura pinch. Tanda limfadenopati menandakan
AIDS atau limfoma. Tanda-tanda arthritis mungkin dijumpai pada inflammatory
bowel disease. Pemeriksaan rektum dapat memperjelas adanya inkontinensia feses.
c. Pemeriksaan awal (initial investigation)
a. Tes darah
Abnormalitas pada penapisan awal seperti laju endap darah yang tinggi, anemia,
albumin darah yang rendah memperkuat dugaan adanya penyakit organik. Penapisan
dasar untuk dugaan malabsorpsi meliputi hitung darah lengkap, urea dan elektrolit,
tes fungsi hati, vitamin B12, folat, calsium, feritin, laju endap darah, c- reaktif
protein, tes fungsi tiroid.6,9
Tes serologi untuk penyakit Celiac Penyakit Celiac merupakan penyebab enteropati
usus kecil terbanyak dinegara barat, yang ditandai dengan diare karena steatore dan
malabsorpsi. Penapisan serologi menggunakan Ig A antiendomysium antibody
(EMA) atau anti retikulin
antibody.
b. Pemeriksaan tinja
Sulit untuk menilai diare hanya berdasarkan anamnesis saja. Inspeksi feses
merupakan pemeriksaan yang sangat membantu. Pemeriksaan feses dibedakan
menjadi tes spesifik dan tes nonspesifik. Pemeriksaan spesifik diantaranya tes untuk
enzim pankreas seperti elastase feses. Pemeriksaan non spesifik diantaranya
osmolalitas tinja dan perhitungan osmotik gap mempunyai nilai dalam membedakan
diare osmotik, sekretorik dan diare factitious.