Lapsus Ca Mammae
Lapsus Ca Mammae
FAKULTAS KEDOKTERAN
Long Case
UNIVERSITAS HASANUDDIN
Mei
2014
Ca Mammae
DI BAWAKAN OLEH :
Nahdhiah Zainuddin
1102090114
PEMBIMBING:
dr. Aris Abidin
SUPERVISOR :
dr. Septiman, Sp.B(K)Onk
MAKASSAR
2014
LEMBAR PENGESAHAN
Yang bertandatangan dibawah ini menyatakan bahwa :
Nama:
Nahdhiah Zainuddin
NIM
1102090114
Judul :
Ca Mammae
Makassar,
Mei
2014
Pembimbing,
Supervisor,
dr.
Septiman, Sp.B(K)Onk
BAB I
LAPORAN KASUS
IDENTITAS PASIEN
Nama
Jenis Kelamin
Umur
Status
Agama
Kebangsaan
Alamat
Pendidikan
Pekerjaan
Tanggal MRS
No. RM
: Ny. F
: Perempuan
: 47 Tahun
: Menikah
: Islam
: Indonesia
: Desa Tompe Sirenja Donggala
: S1
: Pegawai Negeri Sipil
: 12 mei 2014
: 643611
I. DIAGNOSIS
1.1. Anamnesis (16 Mei 2014)
Keluhan Utama
Benjolan pada payudara kanan
Riwayat Perjalanan Penyakit
Dialami sejak 2 tahun yang lalu sebelum masuk RS. Awalnya
benjolan sebesar kelereng lama kelamaan membesar hingga sebesar bola
tenis dalam waktu 6 bulan terakhir. Nyeri ada, dirasakan tidak terusmenerus. Pasien mengeluhkan puting dan kulit payudara tertarik kedalam
sejak 2 bulan terakhir, ada riwayat keluar cairan dari puting payudara kanan.
Riwayat demam tidak ada, batuk tidak ada, sesak tidak ada, mual dan
muntah tidak ada, sakit kepala tidak ada. Berat badan dirasakan turun dalam
3 bulan terakhir sebanyak 10 kg. BAB: biasa, warna kuning. BAK :
Lancar, warna kuning kesan cukup.
Riwayat haid pertama pada usia 13 tahun, siklus haid teratur tiap bulan,
sampai saat ini masih haid.
Riwayat menikah pada usia 24 tahun. Melahirkan 1 orang anak pada usia 30
tahun
Riwayat menyusui selama 2 tahun
Riwayat penggunaan alat kontrasepsi tidak pernah
Riwayat menderita penyakit yang sama dalam keluarga ada, yaitu tante (adik
ibu pasien)
Riwayat penyakit kandungan tidak ada
Riwayat terkena radiasi tidak ada
Riwayat hipertensi disangkal
Riwayat FNAB ada dengan kesan adenocarsinoma mammae
Riwayat kemoterapi sebelumnya ada, sebanyak 3 kali (februari,maret,april)
1.2. Pemeriksaan Fisik (16 Mei 2014)
Status Generalis
Keadaan Umum
: Compos mentis
Pernafasan
: 20 x/menit
Nadi
: 80 x/menit
Tekanan Darah
: 120/70 mmHg
Suhu
: 36,5C
Kepala
Pupil
Leher
Abdomen
teraba.
Ekstremitas Superior : Tidak ada kelainan
Ekstremitas Inferior : Tidak ada kelainan
Status Lokalis
Palpasi
Palpasi
Palpasi
Palpasi
Palpasi
Palpasi
Palpasi
Palpasi
Palpasi
Palpasi
: 12 g/dl
( 11,5 16 gr/dl )
Hematokrit
: 36,1 vol%
( 37 47 vol%)
Leukosit
: 8.700/mm3
( 4000 10000/mm3)
Trombosit
: 225.000/mm3
( 150.000 400.000/mm3 )
Eritrosit
: 4.240.000//mm3
(4.000.000-6.000.00//mm3)
: 96 mg/dl
Ureum
: 17 mg/dl
(10-50 mg/dl)
Creatinin
: 0,80 mg/dl
(0,6-1,3 mg/dl)
SGOT
: 42 U/L
(< 38 U/L)
SGPT
: 34 U/L
(<41 U/L)
Natrium
: 145 mmol/l
Kalium
: 4,1 mmol/l
Clorida
: 101 mmol/l
(97-111 mmol/l)
Status:
ER / PR NEGATIF/NEGATIF
Her 2 / Neu NEGATIF
Setelah
dilakukan
anamnesis,
pemeriksaan
fisis
dan
stadium
carcinoma
mammae
pada
pasien
ini
: dubia ad malam
Quo ad sanationam
: dubia ad malam
VI. RESUME
Wanita usia 47 tahun masuk Rumah Sakit dengan keluhan massa
pada mamma dextra. Nyeri ada dirasakan intermitten. Berat badan dirasakan
turun dalam 3 bulan terakhir sebanyak 10 kg. Riwayat nipple discharge
(+), Riwayat kemoterapi (+) sebanyak 3 kali pada bulan februari, maret dan
april. Pada Pemeriksaan fisis, status lokalis pada mamma dextra tampak
massa tumor pada kuadran lateral atas dan medial atas, terdapat dimpling
dan retraksi papil, dan pada palpasi teraba massa tumor quadran lateral atas
dan medial atas dengan ukuran 8x9x4 cm, permukaan rata, konsistensi
padat kenyal, mobile, batas tegas, nyeri tekan (+).
Pada Foto thorax dan USG abdomen tidak didapatkan tanda-tanda
metastasis. Pada pemeriksaan Fine Needle Aspiration Biopsy didapatkan
kesan adenocarsinoma mammae, pada pemeriksaan Biopsi Jaringan
didapatkan kesan invasive ductal carsunima mammae, moderate grade
malignancy, pada pemeriksaan imunohistokimia memberikan hasil
status ER / PR NEGATIF/NEGATIF, Her2/Neu NEGATIF.
Pasien ini didiagnosa dengan carcinoma mammae Dextra
cT4aN0M0, stadium III B, karnofsky 80%.
Rencana terapi pada pasien ini adalah Modified Radical
Mastectomy (MRM) dan kemoterapi adjuvant.
Diskusi
Diagnosis karsinoma mamma ditegakkan berdasarkan
anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang.
Dari anamnesis, penderita mengeluh adanya benjolan
pada payudara kanan yang dialami sejak 2 tahun sebelum
Masuk RS. Awalnya benjolan sebesar kelereng dan membesar
secara progresif dalam 3 bulan terakhir hingga menjadi
sebesar bola tenis. Nyeri ada dirasakan kadang-kadang.
Terdapat dimpling dan retraksi papil. Hal ini sesuai dengan
gambaran klinis dari karsinoma mamma. Perubahan papilla
mamma berupa retraksi, distorsi papilla mamma yang
umumnya
terjadi
akibat
tumor
menginvasi
jaringan
tekan
tidak
ada.
Kelenjar
aksilla
dan
kelenjar
Pada
PA
Adenocarcinoma
berupa
sitologi
mammae),
Biopsi
(FNA,
kesimpulan:
jaringan
memberikan
terjadi
melalui
ikatan
estrogen
pada
ER,
yang
pembelahan
sel
menimbulkan
mutasi,
dan
dan
replikasi
DNA
metabolisme
yang
estrogen
nucleus.
Fungsi
pengaturan
tersebut
menjadi
11
stadium
carcinoma
penunjang
dari
mammae
pada
pemeriksaan
pasien,
maka
pasien
fisik,
ini
dan
didiagnosis
12
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Payudara
Pada bagian
lateral atas kelenjar payudara, jaringan kelenjar ini keluar dari bulatannya ke arah
aksila, disebut penonjolan Spence atau ekor payudara. Setiap payudara terdiri atas
12-20 lobulus kelenjar yang masing-masing mempunyai saluran ke papilla
mamae, yang disebut duktus lactiferous. Di antara kelenjar susu dan fasia
pectoralis, juga di antara kulit dan kelenjar tersebut mungkin terdapat jaringan
lemak. Di antara lobules tersebut ada jaringan ikat yang disebut ligamentum
Cooper yang memberi rangka untuk payudara.1
13
terutama dari bagian yang sentral dan medial dan ada pula penyaliran yang ke
kelenjar interpektoralis. Pada aksila terdapat rata-rata 50 (berkisar dari 10-90)
buah kelenjar getah bening yang berada di sepanjang arteri dan vena brakialis.1
14
Gambar 2. Aliran pembuluh darah pada payudara, aksila, dan dinding dada
(Sumber: Schwartzs principle of surgery, 9th edition)
Saluran limfe dari seluruh payudara menyalir ke kelompok anterior aksila,
kelompok sentral aksila, kelenjar aksila bagian dalam, yang lewat sepanjang
v.aksilaris dan yang berlanjut langsung ke kelenjar servikal bagian kaudal dalam
fosa supraklavikuler. Jalur limfe lainnya berasal dari daerah sentral dan medial
yang selain menuju ke kelenjar sepanjang pembuluh mammaria interna, juga
menuju ke aksila kontralateral, ke m.rectus abdominis lewat ligamentum
falsiparum hepatis ke hati, pleura, dan payudara kontralateral.1
15
Kanker payudara
2.2.1 Definisi
Kanker adalah suatu kondisi dimana sel telah kehilangan pengendalian dan
mekanisme normalnya, sehingga mengalami pertumbuhan yang tidak normal,
cepat dan tidak terkendali. Kanker payudara (Carcinoma mammae) adalah suatu
penyakit neoplasma yang ganas berasal dari parenchyma. Karsinoma merupakan
keganasan pada payudara yang paling umum terjadi dan kanker payudara
merupakan jenis kanker non kulit yang paling sering terjadi pada wanita.2
2.2.2 Insidensi dan epidemiologi
Menurut WHO 8-9% wanita akan mengalami kanker payudara. Ini
menjadikan kanker payudara sebagai jenis kanker yang paling banyak ditemui
pada wanita. Kanker payudara merupakan penyebab kematian tertinggi pada
wanita usia 20-59 3. Setiap tahun lebih dari 250.000 kasus baru kanker payudara
terdiagnosa di Eropa dan kurang lebih 175.000 di Amerika Serikat. Tahun 2001,
sebanyak 240.000 wanita terdiagnosis kanker payudara, dan lebih dari 40.000
diantaranya meninggal akibat penyakit tersebut. Diperkirakan sepertiga dari
jumlah tersebut akan bertambah dalam 20 tahun kedepan. Insidensi kanker
payudara meningkat terutama pada wanita usia tua, namun tidak ditemukan
hubungan antara kejadian kanker payudara dengan lingkungan. Belum ada data
statistik yang akurat di Indonesia, namun data yang terkumpul dari rumah sakit
menunjukkan bahwa kanker payudara menduduki ranking pertama di antara
kanker lainnya pada wanita.2
2.2.3 Faktor resiko
Beberapa faktor risiko yang memegang peranan penting di dalam proses
kejadian kanker payudara berhasil diidentifikasi melalui penelitian epidemiologi.
a. Usia.
Kanker payudara jarang dijumpai pada wanita berusia < 25 tahun. Insidensi
meningkat seiring meningkatnya usia, tujuh puluh tujuh persen kasus terjadi
pada usia > 50 tahun. rata-rata usia terdiagnosis kanker payudara adalah 64
tahun.
16
17
4,5
saat mendiagnosis suatu penyakit kanker yang diderita pasiennya, sudah sejauh
manakah tingkat penyebaran kanker tersebut baik ke organ atau jaringan sekitar
18
maupun penyebaran ketempat jauh. Stadium hanya dikenal pada tumor ganas atau
kanker dan tidak ada pada tumor jinak. Untuk menentukan suatu stadium, harus
dilakukan pemeriksaan klinis dan ditunjang dengan pemeriksaan penunjang
lainnya yaitu histopatologi atau PA, rontgen , USG, dan bila memungkinkan
dengan CT Scan, scintigrafi dll. Banyak sekali cara untuk menentukan stadium,
namun yang paling banyak dianut saat ini adalah stadium kanker berdasarkan
klasifikasi sistim TNM yang direkomendasikan oleh UICC(International Union
Against Cancer dari WHO atau World Health Organization) / AJCC (American
Joint Committee On Cancer yang disponsori oleh American Cancer Society dan
American College of Surgeons).5,6
b.
Ukuran T secara klinis, radiologis, dan mikroskopis adalah sama. Nilai T dalam
cm, nilai paling kecil dibulatkan ke angka 0,1 cm.
Tx
To
Tis
: Karsinoma in situ.
Tis(DCIS)
Tis(LCIS)
Tis(Pagets)
T1mic
T1a
T1b
T1c
T2
sampai 5 cm.
T3
T4
T4a
T4b
T4c
T4d
: inflammatory carcinoma.
Nx
N0
N1
N2
N2a
N2b
N3
N3a
N3b
N3c
Catatan: Terdeteksi secara klinis; terdeteksi dengan pemeriksaan fisik atau secara
imaging (di luar limfoscintigrafi).
M = metastasis jauh.
Mx
M0
M1
Tis
T1
T0
T1
T2
T2
T3
T0
T1
T2
T3
T3
T4
T4
T4
T (semua)
T (semua)
Stage IIB
Stage IIIA
Stage IIIB
Stage IIIC
Stage IV
N0
N0
N1
N1
N0
N1
N0
N2
N2
N2
N1
N2
N0
N1
N2
N3
N (semua)
M0
M0
M0
M0
M0
M0
M0
M0
M0
M0
M0
M0
M0
M0
M0
M0
M1
Invasi lokal
Kanker mammae sebagian besar timbul dari epitel duktus kelenjar. Tumor
pada mulanya menjalar dalam duktus, lalu menginvasi dinding duktus dan ke
sekitarnya, ke anterior mengenai kulit, posterior ke otot pektoralis hingga ke
dinding toraks 2
b.
21
Metastasis hematogen
Sel kanker dapat melalui saluran limfatik akhirnya masuk ke pembuluh
darah, juga dapat langsung menginvasi masuk pembuluh darah (melalui vena kava
atau sistem vena interkostal-vertebral) hingga timbul metastasis hematogen. Hasil
autopsy menunjukkan lokasi tersering metastasis adalah paru, tulang, hati, pleura,
dan adrenal.6
2.2.8 Diagnosis kanker payudara
Sebanyak 33% kasus kanker payudara mengeluh terdapat benjolan pada
payudaranya. Tanda dan gejala lainnya meliputi, pembesaran payudara yang tidak
simetris, perubahan puting susu, retraksi, atau mengeluarkan sekret, ulkus atau
kemerahan pada kulit payudara, benjolan pada ketiak, dan nyeri pada otot sekitar
payudara. Nyeri adalah fisiologis kalau timbul sebelum atau sewaktu haid dan
dirasakan pada kedua payudara. Tumor-tumor jinak, seperti kista retensi atau
tumor jinak lain, hampir tidak menimbulkan nyeri. Kanker payudara dalam taraf
permulaan pun tidak menimbulkan rasa nyeri. Nyeri baru terasa kalau infiltrasi ke
sekitar sudah mulai 7.
a. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik payudara harus dikerjakan secara halus, tidak boleh kasar dan
keras. Tidak jarang palpasi yang keras menimbulkan perdarahan atau nyeri yang
22
hebat dari penderita, tumor ganas tidak boleh dilakukan pemeriksaan fisik yang
berulang-ulang karena kemungkinan dapat
mempercepat penyebaran.
1)Inspeksi
Pada inspeksi dapat dilihat dilatasi pembuluh-pembuluh balik di bawah kulit
akibat pembesaran tumor jinak atau ganas dibawah kulit. Edema kulit harus
diperthatikan pada tumor yang terletak tidak jauh di bawah kulit. Edema
kulit dapat tampak seperti gambaran kulit jeruk (peau doranges) pada
kanker payudara. Selain itu, Dapat dilihat Puting susu tertarik ke dalam,
eksem pada puting susu, edema, ulserasi, satelit tumor di kulit, atau nodul
pada axilla.6,7
2)Palpasi
Pemeriksaan dilakukan dengan tangan pasien di samping dan sesudah itu
tangan di atas dengan posisi pasien duduk. Palpasi harus meliputi seluruh
payudara, dari parasternal kearah garis aksila ke belakang, dari
subklavikular ke arah paling distal. Palpasi harus meliputi seluruh payudara,
mulai dari parasternal ke arah garis aksila ke belakang dan dari
subklavikular ke arah paling distal. Palpasi dilakukan dengan memakai 3-4
jari yang dirapatkan, palpasi payudara di antara dua jari harus dihindarkan
karena dengan cara ini kelenjar payudara normalpun teraba seperti massa
tumor. Palpasi dimulai dari bagian perifer sampai areola mammae dan
papilla mammae, apabila terdapat massa maka perlu dievaluasi tentang :
Besar atau diameter serta letak dan batas tumor dengan jaringan sekitarnya
Hubungan kulit dengan tumor apakah masih bebas atau ada perlengketan
Hubungan tumor dengan jaringan di bawahnya apakah bebas atau ada
perlengketan,
Kelenjar limfe di aksila, infraklavikular, dan supraklavikular.
Adanya tumor satelit 6,7
Pemeriksaan sitologi
Pemeriksan sitologi dapat diperoleh sediaan dari pungsi jarum halus serta
dapat menentukan apakah akan segera disiapkan pembedahan dengan sediaan
beku atau akan dilakukan pemeriksaan yang lain atau akan langsung dilakukan
23
ekstirpasi. Hasil positif pada pemeriksaan sitologi bukan indikasi untuk bedah
radikal sebab hasil negatif palsu sering terjadi 3. Dapat dipakai untuk menegakkan
diagnosa kanker payudara melalui tiga cara :
USG (Ultrasonografi)
USG ini sangat menguntungkan karena memiliki keuntungan yaitu tidak
mempergunakan sinar pengion sehingga tidak ada bahaya radiasi dan pemeriksaan
bersifat non invasif, relatif mudah dikerjakan, serta dapat dipakai berulang-ulang.
USG biasanya dapat untuk membedakan tumor padat dan kiste pada payudara
serta untuk menentukan metastasis di hati. USG ini berperan terutama untuk
payudara yang padat pada wanita muda, jenis payudara ini kadang-kadang sulit
dinilai dengan mammografi.6
Mammografi
Mammografi adalah foto roentgen payudara yang menggunakan peralatan
khusus yang tidak menyebabkan rasa sakit dan tidak memerlukan bahan kontras
serta dapat menemukan benjolan yang kecil sekalipun 2. Pemeriksaan mammografi
adalah pemeriksaan terpenting dalam diagnosa kelainan payudara. Mammografi
sampai saat ini masih menjadi pemeriksaan dasar dalam program deteksi dini
kanker payudara. Telah banyak penelitian yang menyatakan bahwa penggunaan
mammografi sebagai alat penapisan telah mampu menurunkan mortalitas akibat
kanker payudara pada wanita yang berusia lebih dari 50 tahun, dan banyak
penelitian terbaru didapatkan secara statistik terdapat keuntungan yang signifikan
pada wanita dengan usia 40-49 tahun.5
24
terdapat
pada
massa
stellate
atau
hanya
Terapi operatif
Pasien yang pada awal terapi termasuk stadium 0, I, II dan sebagian stadium
III disebut kanker mammae operable. Pola operasi yang sering dipakai adalah
sebagai berikut :
1) Mastektomi radikal
Tahun 1890 Halsted pertama kali merancang dan memopulerkan operasi radikal
kanker mammae, lingkup reseksinya mencakup kulit berjarak minimal 3 cm dari
tumor, seluruh kelenjar mammae, m.pectoralis mayor, m.pectoralis minor, dan
jaringan limfatik dan lemak subskapular, aksilar secara kontinyu enblok reseksi.
2) Mastektomi radikal modifikasi
Lingkup reseksi sama dengan teknik radikal, tapi mempertahankan m.pektoralis
mayor dan minor (model Auchincloss) atau mempertahankan m.pektoralis mayor,
mereseksi m.pektoralis minor (model Patey). Pola operasi ini memiliki kelebihan
antara lain memacu pemulihan fungsi pasca operasi, tapi sulit membersihkan
kelenjar limfe aksilar superior.
3) Mastektomi total
Hanya membuang seluruh kelenjar mammae tanpa membersihkan kelenjar limfe.
Model operasi ini terutama untuk karsinoma in situ atau pasien lanjut usia.
4) Mastektomi segmental plus diseksi kelenjar limfe aksilar
25
Secara umum ini disebut dengan operasi konservasi mammae. Biasanya dibuat
dua insisi terpisah di mammae dan aksila. Mastektomi segmental bertujuan
mereseksi sebagian jaringan kelenjar mammae normal di tepi tumor, di bawah
mikroskop tak ada invasi tumor tempat irisan. Lingkup diseksi kelenjar limfe
aksilar biasanya juga mencakup jaringan aksila dan kelenjar limfe aksilar
kelompok tengah.
5) Mastektomi segmental plus biopsy kelenjar limfe sentinel
Metode reseksi segmental sama dengan di atas. kelenjar limfe sentinel adalah
terminal pertama metastasis
dilakukan insisi kecil di aksila dan secara tepat mengangkat kelenjar limfe
sentinel, dibiopsi, bila patologik negative maka operasi dihentikan, bila positif
maka dilakukan diseksi kelenjar limfe aksilar. Untuk terapi kanker mammae
terdapat banyak pilihan pola operasi, yang mana yang terbaik masih kontroversial.
Secara umum dikatakan harus berdasarkan stadium penyakit dengan syarat dapat
mereseksi tuntas tumor, kemudian baru memikirkan sedapat mungkin konservasi
fungsi dan kontur mammae.6
b.
Radiasi
Penyinaran/radiasi adalah proses penyinaran pada daerah yang terkena
kanker dengan menggunakan sinar X dan sinar gamma yang bertujuan membunuh
sel kanker yang masih tersisa di payudara setelah operasi. Pada saat ini, radiasi
post mastektomi (postmastectomy radiation) dilakukan pada wanita dengan tumor
primer T3 atau T4, serta telah mengenai 4 atau lebih limfonodi . Efek pengobatan
ini tubuh menjadi lemah, nafsu makan berkurang, warna kulit di sekitar payudara
menjadi hitam, serta Hb dan leukosit cenderung menurun sebagai akibat dari
radiasi. 5,6
c.
Kemoterapi
Kemoterapi adalah proses pemberian obat-obatan anti kanker dalam bentuk
pil cair atau kapsul atau melalui infus yang bertujuan membunuh sel kanker. Tidak
hanya sel kanker pada payudara, tapi juga di seluruh tubuh. Efek dari kemoterapi
adalah pasien mengalami mual dan muntah serta rambut rontok karena pengaruh
obat-obatan yang diberikan pada saat kemoterapi 6. Kemoterapi menurunkan
26
Anthracycline-based.
Taxanes.
Cyclophosphamide, methotrexate and 5-fluorouracil (CMF)
Jika obat lini pertama menggunakan anthracycline-based atau CMF, obat lini
monoklonal
(humanized
monoclonal
antibody)
yang
berfungsi
d.
Terapi hormonal
Terapi hormonal diberikan jika penyakit telah sistemik berupa metastasis
jauh, biasanya diberikan secara paliatif sebelum kemoterapi karena efek terapinya
lebih lama. Terapi hormonal paliatif dilakukan pada penderita pramenopause. Hal
ini disebabkan adanya reseptor esterogen pada sel karsinoma mammae pada
sebagian besar wanita dengan ca mammae. Reseptor tersebut dapat dimasuki oleh
hormon esterogen yang diproduksi ovarium. Akibat pengaruh esterogen tersebut,
dapat memacu proliferasi sel tumor mammae, sehingga wanita pre menopause
dengan ca mamma mempunyai prognosis yang buruk. Esterogen dapat
menstimulasi pertumbuhan sel kanker payudara, namun dapat berefek sebaliknya
jika diberikan dengan dosis tinggi 8. Manipulasi hormonal dapat dilakukan dengan
cara :
a. Ovarektomy bilateral, disebut juga sebagai prophylactic oophorectomy telah
diketahui mampu menurunkan resiko terjadinya kanker payudara. Pada sebuah
penelitian prospektif, pemberian HRT (hormone replacement therapy) pada
pasien post ooforektomi bilateral tidak mampu menurunkan resiko kanker
payudara pada penderita yang memiliki gen mutasi BRCA1.8
b. Memberikan obat first line hormonal therapy berupa Tamoksifen 2 x 10 mg
selama 2 tahun. Tamoxifen merupakan obat anti kanker non steroid yang
memiliki efek anti-esterogen pada payudara. Obat ini bekerja menghambat
esterogen berikatan dengan reseptor esterogen pada sel kanker yang sensitif
esterogen. Obat ini digunakan pada ca mamma dengan reseptor esterogen
positif. Selain itu, obat ini juga diduga memiliki efek preventif pada wanita
yang memiliki resiko tinggi terkena ca mamma. Pemberian tamoxifen sebagai
terapi ajuvan pada terapi ca mamma telah dikemukakan oleh Early Breast
28
Usia
Ukuran tumor.
Adanya metastasis ke kelenjar limfe. Hal ini sangat panting dalam
memprediksi rekurensi penyakit dan harapan hidup. Dimana pasien tanpa
metastase ke kelenjar limfe angka harapan hidup 10 tahun mencapai 70%-80%,
dan prognosis akan mebih buruk pada pasien dengan metastase ke kelenjar
limfe.
Derajat kanker secara histologis.
Adanya reseptor estrogen (ER) dan reseptor progesterone (PR). Pasien dengan
tumor dengan reseptor positif memiliki resiko kekambuhan yang lebih rendah
dan harapan hidup yang lebih panjang dibandingkan dengan tumor reseptor
negatif.
HER2-neu (C-erb B2). 10
Namun Stadium klinis dari kanker payudara merupakan indikator terbaik
untuk menentukan prognosis penyakit ini. Menurut National Cancer Data Base,
berdasarkan jumlah penderita kanker payudara pada tahun 2001 dan 2002
didapatkan persentase harapan hidup pasien kanker payudara dalam lima tahun
digambarkan dalam tabel five-year survival rate berikut ini :
Stage
0
I
IIA
IIB
29
IIIA
IIIB
IIIC
IV
67%
41%
49%
15%
kepala dan leher, lengan kanan, dan sebagian thoraks memasuki duktus limfatikus
dekstra, yang kemudian bermuara ke dalam sistem vena pada pertemuan antara
vena subklavia kanan dan vena jugularis interna. Oleh karena itu, bila terjadi
pendesakan vena ataupun aliran limfe di bagian proksimal lengan akibat metastase
kanker pada limfonodi dapat menyebabkan terjadinya gangguan drainase limfe
yang kemudian menimbulkan penumpukan cairan di bagian distal yang kita sebut
sebagai edema. Ditambah lagi dengan menumpuknya molekul-molekul protein di
jaringan interstitial yang tidak bisa masuk kembali ke kapiler vena pembuluh
darah, sehingga memperberat edema akibat tekanan osmotik interstitial yang
meningkat 16.
Penelitian klinis dan patologis sudah banyak dilakukan mengenai
mekanisme penyebaran tumor, namun jalur metastase yang paling umum dari
kanker adalah melalui sistem limfatik via pembuluh darah aferen dan mengikuti
drainase limfatik. Sehingga pada saat ini, penyebaran kanker melalui mekanisme
limfatik dikatakan lebih banyak dikemukakan para peneliti dibandingkan
mekanisme angiogenesis (pembentukan pembuluh darah baru). Dimana
angiogenesis telah diterima secara luas berkaitan dengan pertumbuhan dan
penyebaran tumor yang bersifat padat (solid tumor). Seperti sebuah penelitian
yang dilakukan oleh Cunnick et al (2008) yang mengemukakan bahwa pada
kanker payudara pembentukan pembuluh limfe baru (limfangiogenesis) lebih
banyak terbentuk dibandingkan pada jaringan normal. Selain itu, pada kanker
payudara yang telah metastase ke kelenjar limfe regional mengekspresikan lebih
banyak marker pembentukan saluran limfatik (VEGF-C, VEGF-D) dibandingkan
kanker yang belum metastase. Dimana adanya ekspresi berlebih dari marker
tersebut juga menunjukkan prognosis yang lebih buruk 14.
2.3.2`Tatalaksana kanker payudara pada stadium T4, N0, N1, N2, Mx
Tatalaksana kanker payudara pada stadium IIIc (T4,N2,Mx) meliputi terapi
operatif, kemoterapi, dan radioterapi external.
2.3.2.1 Terapi operatif
31
1. Simple mastectomy
Simple mastectomy adalah operasi pengangkatan payudara, tanpa dilakukan
diseksi axilla. Operasi ini dapat merupakan tindakan paliatif, pada tumor stadium
T3 atau T4b. Terapi simple mastectomy harus dilanjutkan dengan kemoterapi dan
radioterapi. Biopsi eksisi dilaksanakan pada stadium inoperable T4a, T4c.
2.3.2.2 Kemoterapi
Kemoterapi diberikan sebagai terapi utama bersama sama terapi terapi
hormonal dan radioterapi. Tujuan pemberian kemoterapi adalah :
a. Mengeradikasi (menghancurkan) sel-sel tumor maligna yang sudah lepas
ke dalam sirkulasi darah, sehingga kemungkinan terjadinya metastasis
jauh berkurang.
b. Menambah sitotoksisitas pada tumor bed sehingga pada saat dilakukan
radiasi eksternal, lebih banyak residual disease di tumor bed yang dapat
dihancurkan oleh radiasi.
Kemoterapi diberikan dalam 6 siklus, dengan interval antara siklus 3-4
minggu. Regimen kemoterapi yang dapat diberikan bervariasi, yang menunjukkan
efektivitas paling baik adalah :
32
c. Untuk daerah axilla, oleh karena kedalaman melebihi 3 cm, perlu booster
dari lapangan posterior dengan dosis radiasi sekitar 600 cGy sampai
dengan 800 cGy dalam 3-4 fraksi radiasi 4.
2.3.3 Prognosis
Semakin banyak jumlah limfonodi yang terlibat maka semakin besar
kemungkinan
terjadinya
kekambuhan
dan
mortalitas.
Penelitian
terbaru
33
DAFTAR PUSTAKA
1. Lester SC. The Breast. In : Robins and Cotran Pathologic Basis of Disease,
Seventh Edition, W.B. Saunders Company. 2005. p.1129-1152
2. Sjamsuhidajat R, de Jong W (Editor). Payudara. Dalam : Buku Ajar Ilmu
Bedah. Edisi kedua. Jakarta : EGC, 2004. Hal. 388-402
3. Brunicardi CF. Schwartzs principles of surgery. Ninth edition. USA :
McGraw-Hills, 2010.
4. Tjokronagoro, M. Radioterapi pada carcinoma mammae. Buku ajar kuliah
radiasi onkologi volume II. Yogyakarta : Fakultas Kedokteran Universitas
Gadjah Mada, 2001. Hal. 4-5
5. Pass HA. Disease of the Breast. In : Norton JA (Editor). Essential practice
of surgery: basic science and clinical evidence. New York : Springer, 2002.
p. 655-68
6. Ashar
I.
Carcinoma
mammae.
2010.
Available
from
p.483-86
10. WHO-Regional Office for the Eastern Mediterranean. Treatment policy.
In: Guidelines for management of breast cancer. Egypt : EMRO Technical
Publications Series 31, 2006. p. 16-25.
11. Colantuoni G, Rossi A, Ferrara C, Nicolella D et al. (Review article)
Chemotherapy in elderly patients with advanced breast cancer. Cancer
Therapy 2003; 1: 71-79.
12. Ryan PD, Goss PE. Adjuvant hormonal therapy in peri- and
postmenopausal breast cancer. The oncologist 2006; 11:718-731
13. American Cancer Society. 2011. Breast cancer survival rates by stage.
Available
from
34
14. Cunnick GH, Jiang WG, Jones TD, Watkins G et al. Lymphangiogenesis
and lymph node metastasis in breast cancer. Molekular cancer 2008,
7:23.p 1-10.
15. Abe H, Naitoh H, Umeda T, Shiomi H et al. Occult breast cancer
presenting axillary nodal metastasis: a case report. Jpn J Clin Oncol 2000;
30(4).p 185-87
16. Setiawan I (editor). 1997. Mikrosirkulasi dan sistem limfatik. Dalam :
Guyton AC, Hall JE. Buku ajar fisiologi kedokteran. Edisi ke-9. EGC,
Jakarta. Hal. 243-247.
17. Colleoni M, Rotmensz N, Peruzzotti G, Maissonneuve P et al. Size of
breast cancer metastases in axillary lynph nodes: clinical relevance of
minimal lymph node involvement. Journal of clinical oncology 2005;
23(7). p. 1379-1388.
35