Pendahuluan
Keluhan-keluhan pasien dengan penyakit pada traktus respiratorius dapat beragam mulai dari
keluhan batuk dan sesak nafas, bisa juga dengan keluhan nyeri dada, sakit saat menelan, dan lain
sebagainya. Untuk batuk saja terdapat berbagai kemungkinan penyakit yang bisa menjadi
penyebabnya. Keluhan batuk saja tidak spesifik dalam menentukan penyakit pasien tersebut,
oleh karena itu dibutuhkan data yang lebih untuk memastikan penyakit pasien. Untuk
menentukannya harus dilakukan anamnesis lebih lanjut tentang batuknya tersebut, dan keluhankeluhan lain yang menyertai. Setelah melakukan anamnesis harus pula dilakukan pemeriksaan
fisik untuk mempersempit kemungkinan-kemungkinan penyakit. Bila dengan pemeriksaan fisik
belum ada tanda yang spesifik maka bisa dilanjutkan dengan pemeriksaan penunjang untuk
memperkuat dugaan penyakit yang diderita pasien. Dari scenario 2 diketahui seorang laki-laki 56
tahun datang ke poliklinik RS dengan keluhan batuk darah sekitar setengah gelas air mineral
sejak 1 hari lalu, dengan batuk yang dialami sejak 4 bulan terakhir, terdapat sedikit dahak, tidak
ada sesak dan nyeri dada. Pasien merasa semakin kurus dalam 3 bulan terakhir. Pasien belum
pernah berobat sebelumnya untuk keluhan tersebut. Pasien juga sering merasa badannya terasa
hangat hilang-timbul selama 1 bulan terakhir. Riwayat keluarga dengan penyakit serupa tidak
ada. Dari scenario tersebut ditentukan kemungkinan penyakit yang menderita pasien tersebut
antara lain tuberculosis paru, karsinoma paru, pneumonia, bronchitis kronis. Berikut akan di
jelaskan mengenai penyakit-penyakit tersebut.
1
Isi
Hasil yang didapat dari scenario:
KU tampak sakit ringan, compos mentis, TD 130/90, Nadi 78x/menit, RR 20x/menit, Suhu 37,5o
C
Konjungtiva anemis, KGB membesar
Hb : 10g/dL, Leukosit 9.900/L, Trombosit 158.000/L, LED : 70mm/jam
Anamnesis
1. Identifikasi pasien
Mengidentifikasi data seperti usia, jenis kelamin, pekerjaan, tempat tinggal, status
pernikahan
2. Keluhan utama
Satu atau lebih gejala atau kekhawatiran pasien yang menyebabkan pasien mencari
perawatan.
3. Riwayat penyakit sekarang
Menjelaskan keluhan utama yang dirasa pasien, hal ini mencakup lokasi, onset,
durasi, factor-faktor yang memperburuk,
4. Riwayat penyakit dahulu
Riwayat penyakit yang pernah diderita pasien saat masa kanak-kanak sampai saat
dewasa, mencakup pengobatan yang dilakukan, sembuh tidaknya, apakah ada alergi,
atau pernah sakit yang sama sebelumnya.
5. Riwayat keluarga
Mencari penyakit yang ada pada keluarga, karena beberapa penyakit memiliki
factor resiko bila terdapat keluarga yang memiliki sakit yang sama.
6. Riwayat pribadi dan sosial
Menanyakan tentang tingkat pendidikan, suku bangsa keluarga, keadaan rumah
tangga saat ini, minat individu, dan gaya hidup.
Pemeriksaan fisik
1. Inspeksi
a. Keadaan umum : sakit ringan atau sakit berat
b. Bentuk dada:
2
Differential diagnosis yang telah disusun adalah tuberculosis paru, ca paru, pneumonia,
bronchitis kronis
Tuberkulosis
Tuberkulosis adalah penyakit infeksi menular yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis
yang merupakan kuman batang aerobic tahan asam.
Epidemiologi
Indonesia adalah negeri dengan prevalensi TB ke-3 tertinggi di dunia setelah China dan India.
Perkiraan kejadian BTA di sputum yang positif di Indonesia adalah 266.000 tahun 1998.
Berdasarkan survey kesehatan rumah tangga 1985 dan survey kesehatan nasional 2001, TB
menempati ranking nomor 3 sebagai penyebab kematian tertinggi di Indonesia. Prevalensi
nasional terakhir TB paru diperkirakan 0,24%. Sampai sekarang angka kejadian TB di Indonesia
relative terlepas dari angka pandemic infeksi HIV karena masih relative rendahnya infeksi HIV,
tapi hal ini mungkin akan berubah dimasa datang melihat semakin meningkatnya laporan infeksi
HIV dari tahun ketahun. 2
Patogenesis
Tuberkulosis Primer
M. tuberculosis ditularkan dari orang ke orang melalui jalan pernafasan. Basilus tuberkel
di sekret pernafasan membentuk nuklei droplet cairan yang dikeluarkan selama batuk, bersin
dan berbicara. Basilus yang dikeluarkan dapat tetap berada di udara untuk waktu yang lama.
jumlah basilus yang dikeluarkan oleh kebanyakan orang yang terinfeksi tidak banyak, diperlukan
kontak rumah tangga selama beberapa bulan untuk penularannya. 2,3
Mikobakterium rentan terhadap penyinaran ultraviolet, dan penularan infeksi di luar
rumah jarang terjadi pada siang hari. Ventilasi yang memadai merupakan tindakan yang
terpenting untuk mengurangi tingkat infeksi lingkungan. Penularan infeksi M. bovis terkait
dengan konsumsi susu sapi yang tercemar. Organisme ini bukan lagi penyebab penyakit pada
manusia yang utama di kebanyakan daerah dunia. 2,3
Jalan masuk awal bagi basilus tuberkel ke dalam paru atau tempat lainnya pada individu
yang sehat menimbukkan respons peradangan akut nonspesifik dengan sedikit atau tanpa gejala.
Basilus mula-mula akan dihadapi oleh neutrofil kemudian oleh makrofag. Kebanyakan partikel
ini akan mati atau dibersihkan oleh makrofag keluar dari percabangan trakeobronkial bersama
gerakan silia dan sekretnya. Bila kuman menetap di jaringan paru akan berkembang biak dalam
sitoplasma makrofag. Dari sini basilus dapat terbawa masuk ke organ tubuh lainnya. Kuman
yang bersarang di paru akan berbentuk sarang tuberkulosis pneumonia kecil yang disebut fokus
primer. Dari fokus primer akan timbul peradangan saluran getah bening menuju hilus
(limfangitis lokal) dan diikuti pembesaran kelenjar getah bening hilus (limfadenitis regional).
Fokus primer disertai dengan limfangitis lokal dan limfadenitis regional disebut kompleks
primer. Semua proses ini memakan waktu 3-8 minggu. Kompleks primer selanjutnya dapat
menjadi sebagai berikut. 2,3
Sembuh tanpa meninggalkan cacat sama sekali. Ini yang banyak terjadi.
Sembuh dengan meninggalkan sedikit bekas berupa garis-garis fibrotik,
kalsifikasi di hilus. 10% di antaranya dapat terjadi reaktivasi lagi karena
Tuberkulosis sebagai penyakit klinis timbul pada sebagian kecil individu yang tidak
mengalami infeksi primer. Pada kebanyakan orang, organisme tetap dorman selama bertahuntahun setelah infeksi infeksi primer kemudian memasuki fase multiplikasi eksponensial yang
menyebabkan penyakit. Pada bayi, infeksi tuberkulosis sering cepat berkembang menjadi
penyakit dan berisiko tinggi menderita penyakit diseminata seperti meningitis dan tuberkulosis
miliaris. Pada anak di atas usia 1 atau 2 tahun sampai sekitar usia pubertas, lesi tuberkulosis
primer hampir selalu sembuh, sebagian besar akan menjadi tuberkulosis pada masa akil balik
atau dewasa muda. Individu yang terinfeksi pada masa dewasa memiliki resiko untuk terjadinya
tuberkulosis dalam waktu sekitar 3 tahun setelah infeksi. 2,3
Nyeri dada : jarang ditemukan. Nyeri dada timbul bila infiltrasi radang sudah sampai ke pleura
sehingga menimbulkan pleuritis. Terjadi gesekan pleura sewaktu pasien menarik/melepaskan
napasnya2
Malaise : gejala malaise sering ditemukan berupa anoreksia tidak ada nafsu makan, badan makin
kurus (berat badan turun), sakit kepala, meriang, nyrei otot, keringat malam dll. Gejala malaise
ini makin lama makin berat dan terjadi hilang timbul secara tidak teratur.2
Pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan konjungtiva atau kulit yang pucat karena anemia, suhu
demam (subfebris), badan kurus atau berat badan menurun. Pada pemeriksaan fisis pasien sering
tidak menunjukkan suatu kelainan pun terutama pada kasus-kasus dini atau yang sudah
terinfiltrasi secara asimtomatik. Demikian juga bila sarang penyakit terletak di dalam, akan sulit
menemukan kelainan pada pemeriksaan fisis, karena hantaran getaran/suara yang lebih dari 4 cm
ke dalam paru sulit dinilai secara palpasi, perkusi, dan auskultasi. Secara anamnesis dan
pemeriksaan fisis, TB paru sulit dibedakan dengan pneumonia biasa.2
Kelainan lesi TB paru paling dicurigai adalah bagian apeks paru. Bila dicurigai adanya infiltrate
yang agak luas, maka didapatkan perkusi redup dan auskultasi suara napas bronkial. Akan
didapatkan juga suara napas tambahan berupa ronki basah, kasar, nyaring. Tetapi bila infiltrate
ini diliputi oleh penebalan pleura, suara napasnya menjadi vesicular melemah.
Pada tuberculosis paru yang lanjut juga dapat ditemukan atrofi dan retraksi otot-otot intercostal.
Pemeriksaan penunjang
a. Tes Tuberkulin
Pemeriksaan ini masih banyak dipakai untuk membantu menegakkan diagnosis
tuberkulosis terutama pada anak-anak. Biasanya dipaka tes Mantoux yaitu dengan
menyuntikan 0,1 cc tuberkulin P.P.D. (Purified Protein Derivative) intrakutan
berkekuatan 5 T.U (intermediate strength). Bila ditakutkan reaksi hebat dapat diberikan
dulu 1 atau 2 T.U (first strength). Kadang-kadang bila dengan 5 T.U masih memberikan
hasil negatif dapat diulangi dengan 250 T.U. bila dengan 250 T.U hasil masih negatif
berarti tuberkulosis dapat disingkirkan. 2
Tes tuberkulin hanya menyatakan apakah seseorang individu sedang atau pernah
mengalami infeksi M. tuberculosis, M. bovis, vaksinasi BCG dan Mycobacteria patogen
lainnya. Dasar reaksinya adalah reaksi alergi tipe lambat. Pada penularan dengan kuman
patogen baik yang virulen ataupun tidak tubuh manusia akan mengadakan reaksi
imunologi dengan dibentuknya antibodi selular pada permulaan dan diikuti pembentukan
antibodi humoral yang dalam perannya akan menekankan antibodi selular. 2
Setelah 48-72 jam tuberkulin disuntikkan, akan timbul reaksi berupa indurasi
kemerahan yang terdiri dari infiltrat limfosit yaitu reaksi antara antibodi selular dan
antigen tuberkulin. Banyak sedikitnya reaksi antibodi selular dan antigen tuberkulin
sangat dipengaruhi oleh antibodi humoral, makin besar pengaruh antibodi humoral,
makin kecil indurasi yang ditimbulkan. 2
Hasil dari Tes Mantoux:
a. Indurasi 0-5 mm: Mantoux negatif. Golongan no sensitivity. Peran antibodi
humoral masih menonjol.
b. Indurasi 6-9 mm: hasil meragukan. Golongan low grade sensitivity. Peran
antibodi humoral masih menonjol.
c. Indurasi 10-15 mm: Mantoux positif. Golongan normal sensitivity. Peran kedua
antibodi seimbang.
d. Indurasi lebih dari 15 mm: Mantoux positif kuat. Golongan hypersensitivity. Peran
antibodi selular paling menonjol.
Biasanya hampir seluruh pasien tuberkulosis memberikan hasil yang positif
(99,8%). Pada pasien dengan HIV positif. Tes Mantoux 5 mm dinilai positif. Hal-hal yang
memberikan reaksi negatif palsu yaitu. 2
poliomielitis.
Reaksi hipersensitivitas menurun pada penyakit limforetikular (Hodgkin).
Pemberian kortikosteroid yang lama, pemberian obat imunosupresi lainnya.
Usia tua, malnutrisi, uremia, penyakit keganasan.
b. Pemeriksaan Laboratorium
a. Darah
Peroksida (PAP TB) dengan nilai sensitivitas dan spesifisitas cukup tinggi (8585%). Prinsip pemeriksaan ini adalah dengan menentukan adanya antibodi IgG
spesifik terhadap antigen M. tuberculosis (menggunakan antigen M. tuberculin
var bovis BCG). Namun pemeriksaan ini kurang bermanfaat bila digunakan
sebagai sarana tunggal untuk diagnosis. Hasil uji dinyatakan patologis bila ada
titer 1: 10.000 didapatkan hasil uji PAP-TB positif. Hasil positif palsu masih
didapatkan pada pasien reumatik, kehamilan, dan masa 3 bulan revaksinasi BCG.
Uji serologis lainnya yang digunakan adalah uji Mycodot. Menggunakan antigen
LAM (lipoarabinomannan) yang dilekatkan pada suatu alat berbentuk sisir plastik
kemudian dicelupkan ke dalam serum pasien. Hasil akan tedeteksi sebagai
perubahan warna pada sisir yang intensitasnya sesuai jumlah antibody. 2
b. Sputum
Tuberkulosis sering secara sementara didiagnosis dengan melihat basil
tahan-asam pada apusan sputum atau spesimen klinis lainnya dengan memakai
pewarnaan Ziehl-Neelsen. Bahan masih harus dibiak karena perwarnaan tahan
asam relatif tidak sensitif dalam mendeteksi tuberkulosis dan perlu untuk
menumbuhkan organisme sehingga bisa dikenali, terutama dalam hal kepekaan
terhadap obat. Kultur konvensional membutuhkan waktu 3-4 minggu untuk
pertumbuhan yang dapat dideteksi. 2
Dianjurkan satu hari sebelum pemeriksaan sputum, pasien minum air
sebanyak 2 liter dan diajarkan melakukan refleks batuk. Dapat juga dengan
9
10
Cara terjadinya penularan berkaitan pula dengan jenis kuman, misalnya infeksi melalui droplet
sering disebabkan Streptococcus pneumonia, melalui selang infus oleh Staphylococcus aureus
sedangkan infeksi pada pemakaian ventilator oleh P.aeruginosa dan Enterobacter.2
Etiologi pneumoni komunitas
Diketahui berbagai pathogen yang cenderung dijumpai pada factor resiko tertentu misalnya H.
influenza pada pasien perokok, pathogen atipikal pada lansia, gram negative pada pasien jompo.
Ps. Aeruginosa pada pasien dengan bronkiektasis, terapi steroid (>10mg/hari), malnutrisi dan
imunosupresi dengan disertai leukopeni. Streptococcus pneumonia dijumpai pada 20-60% kasus,
H. influenzae (3-10%), dan oleh S. aureus, M. pneumoniae, C. pneumonia, Legionella dan virus
sebesar 10%.2
Pneumonia dibagi menjadi Pneumonia bacterial dan pneumonia atipikal
Pneumonia bacterial
Community acquired pneumonia atau pneumonia komunitas (PK)
Pneumonia yang sering diderita oleh anggota masyarakat umumnya disebabkan oleh
Streptococcus pneumonia (suatu pneumokokus) dan biasanya menimbulkan pneumonia lobar.
Pneumonia yang disebabkan oleh pneumokokus terjadinya akut, sering disertasi dengan gejala
menggigil dan diikuti demam yang tinggi. Pada foto toraks sering ditemukan konsolidasi.
Sputum biasanya purulent dan berwarna seperti karat besi. Pada preparat apusan sputum, dengan
pewarnaan Gram serign dijumpai diplokokus gram positif dengan laukosit polimorfonuklear.
Kultur sputum mungkin akan mendapatkan Streptococcus pneumonia, tetapi jika negative tidak
berarti diagnosisnya bukan pneumonia komunitas. 2,5
Mikroorganisme lain penyebab pneumonia komunitas walau jarang adalah Haemophilus
influenza, Klebsiella pneumonia, Legionella pneumophila dan bakteri gram negative meskipun
tidak terlalu banyak.
Pada aspirasi muntahan akibat mabuk karena alcohol, serangan epilepsy atau akibat tidak sadar,
mikroorganisme penyebab yang terbanyak adalah bakteri anaerob. Staphylococcus jarang
menyebabkan pneumonia pada orang yang sebelumnya sehat, tetapi sering sebagai penyebab
11
pneumonia pada penderita influenza saat epidemic dan pada pecandu narkoba secara intravena.
Legionella pneumophila menyebabkan penyakit Legionnaires, yaitu suatu bentuk pneumonia
yang juga dapat bersifat hospital acquired. Kumannya sering masuk melalui inhalasi droplet
aerosol yang mengandung organisme ini. Droplet aerosol biasanya berasal dari mesin penyejuk
udara (air conditioning).2,5
Pneumonia nosocomial
Penyakit ini adalah pneumonia yang kejadiannya bermula di rumah sakit. Penyakit ini
merupakan penyebab kematian yang terbanyak pada pasien rumah sakit. Mikroorganisme
penyebab biasanya bakteri gram negative dan stafilokokus.2
Pneumonia atipikal
Yang termasuk dalam grup ini adalah pneumonia yang disebabkan Mycoplasma pneumonia,
Chlamydia, Legionella pneumophila. Beberapa buku memasukkan pneumonia yang disebabkan
virus ke dalam golongan pneumonia atipikal.
Pneumonia atipikal ditandai dengan demam antara 38,3-40oC, batuk nonproduktif, sesak napas,
malaise dan biasanya myalgia. Sakit kepala biasanya menyertai pneumonia yang disebabkan
virus influenza.
Pneumonia yang disebabkan Mycoplasma pneumonia menimbulkan ronkhi terbatas dan gejala
proses konsolidasi, tetapi pada foto paru, gambaran prosesnya menyebar (diffuse). Terkadang
juga terdengar bising gesek pleura.2,5
Patogenesis
Proses petogenesis pneumoni terkait dengan 3 faktor yaitu keadaan (imunitas) inang,
mikroorganisme yang menyerang pasien dan lingkungan yang berinteraksi satu sama lain.
Interaksi ini akan menentukan klasifikasi dan bentuk manifestasi dari pneumonia, berat
ringannya penyakit, diagnosis empiric, rencana terapi secara empiris serta prognosis dari pasien.
Cara terjadinya penularan berkaitan dengan jenis kuman, misalnya infeksi melalui droplet sering
disebabkan Streptococcus pneumonia, melalui selang infus oleh Staphylococcus aureus
sedangkan infeksi pada pemakaian ventilator oleh P. aeruginosa dan Enterobacter. 2
12
Penegakan diagnosis
Anamnesis ditujukan untuk mengetahui kemungkinan kuman penyebab yang berhubungan
dengan factor infeksi:
a.
13
Pemeriksaan penunjang
Gambaran efusi pleura dengan pneumonia sering ditimbulkan oleh S. pneumoniae. Pada
pemeriksaan darah dapat ditemukan peningkatan jumlah leukosit hingga 30.000/L pada infeksi
bakteri, sedangkan pada infeksi yang disebabkan virus, peningkatan leukositnya tidak terlalu
tinggi, bahkan ada yang menurun.5
Pemeriksaan kultur kuman dari bahan sputum atau darah merupakan pemeriksaan yang utama
dilakukan untuk menentukan pilihan terapi yang sesuai dengan penyebab.
Penatalaksanaan
Pada pasien ini diketahui tidak pernah mendapat antimikroba sebelumnya dan belum pernah
sakit sebelumya, jadi jika dicurigai terkena pneumonia sebaiknya diberikan terapi
makrolid(eritromisin, azitromisin, klaritromisin)/doksisiklin atau fluorokuinolon, atau
amoksisilin dosis tinggi, atau amoksisilin-klafulanat.2
Keganasan paru
Anamnesis
Anamnesis terdiri dari identitas, keluhan utama, riwayat penyakit sekarang, riwayat penyakit
dahulu dan riwayat penyakit keluarga. Dari anamnesis akan didapatkan keluhan utama dan
perjalanan penyakit, serta faktor-faktor lain yang sering membantu tegaknya diagnosis.
Identitas Pasien
Identitas pasien meliputi nama, tanggal lahir, umur, suku, agama, alamat, pendidikan,
dan pekerjaan
Keluhan utama
Batuk darah sejak 1 hari yang lalu, batuk sejak 4 bulan terakhir.
14
3. Ada tidaknya demam ? sejak kapan, intensitas demam bagaimana, demam tinggi
4.
5.
6.
7.
8.
9.
atau ringan ?
Adakah hemoptisis ? berapa banyak ?
Ada tidaknya nyeri dada ?
Ada tidaknya sesak napas ? perubahan suara menjadi serak ?
Ada tidaknya benjolan bagian leher (pembesaran KGB) ?
Adak tidaknya penurunan nafsu makan, penurunan berat badan yang drastis ?
Ada tidaknya ikterus ?
rokok ?
5. Adakah riwayat minum alcohol?
6. Ada tidaknya riwayat pengobatan ?
7. Ada tidaknya alergi ?
Riwayat Penyakit Keluarga6
1. Apakah ada dalam keluarga yang merokok ?
2. Apakah ada dalam keluarga yang menderita penyakit infeksi seperti tuberkulosis ?
3. Apakah ada dalam keluarga yang mengalami kelainan alergi seperti asma bronkhial
?
4. Apah ada yang menderita bronkitis kronis ?
Pemeriksaan fisik
Keadaan umum pasien bagaimana, apakah tampak sakit berat, sedang atau ringan. Lalu
bagaimana kesadaraan apakah kompos mentis, apatik, samnolen sopor, koma, derilium. Dan
pastinya juga dilakukan pemeriksaan tanda-tanda vital: suhu, memeriksa tekanan darah, berat
badan, tinggi badan, frekuensi pernafasan, frekuensi nadi. 2
1.
Inspeksi
Menilai bagaiamana bentuk thoraks, warna kulit, ada tidaknya lesi atau luka bekas
operasi. Kemudian melihat pergerakan dada simetris tidaknya, dan melihat ada tidaknya
retraksi intercostal. Kemudian melihat adak tidanya masa, atau pembekakan.
2. Palpasi
15
maupun wanita. Sebagian besar kanker paru berasal dari sel-sel dalam paru, tetapi bisa juga
berasal dari kanker di bagian tubuh lain yang menyebar ke paru. Terdapat empat jenis umum
kanker paru: tiga karsinoma sel besar dan satu karsinoma sel kecil.2
18
Merokok
Tak diragukan lagi merupakan faktor utama. Suatu hubungan statistik yang defenitif telah
ditegakkan antara perokok berat (lebih dari dua puluh batang sehari) dari kanker paru
(karsinoma bronkogenik). Perokok seperti ini mempunyai kecenderung sepuluh kali lebih
besar dari pada perokok ringan. Selanjutnya orang perokok berat yang sebelumnya dan
telah meninggalkan kebiasaannya akan kembali ke pola resiko bukan perokok dalam
waktu sekitar 10 tahun. Hidrokarbon karsinogenik telah ditemukan dalam ter dari
tembakau rokok yang jika dikenakan pada kulit hewan, menimbulkan tumor.2
2.
Kontak industrial
Asbestos, arsen, uranum, nikel, kronium, adalah faktor resiko penyebab karsinoma paru.
3.
Polusi udara
Mereka yang tinggal di kota mempunyai angka kanker paru yang lebih tinggi dari pada
mereka yang tinggal di desa dan walaupun telah diketahui adanya karsinogen dari
industri dan uap diesel dalam atmosfer di kota.2
4.
Genetik
Terdapat bukti bahwa anggota keluarga pasien kanker paru berisiko lebih besar terkena
penyakit ini. Penelitian sitogenik dan genetik molekuler memperlihatkan bahwa mutasi
pada protoonkogen dan gen-gen penekan tumor memiliki arti penting dalam timbul dan
berkembangnya kanker paru. Tujuan khususnya adalah pengaktifan onkogen (termasuk
juga gen-gen K-ras dan myc) dan menonaktifkan gen-gen penekan tumor (termasuk gen
rb, p53, dan CDKN2). 2
7. Teori onkogenesis
19
Terjadinya kanker paru didasari oleh tampilnya gen suppresor tumor dalam genom
(onkogen). Adanya inisiator mengubah gen supresor tumor dengan cara menghilangkan
(delesi/del) atau penyisipan (insersi/ inS) sebagian susunan pasangan basanya, tampilnya
gen erbB1 dan atau neu/erbB2 berperan dalam anti apoptosis (mekanisme sel untuk mati
secara alamiah- programmed cell death). Perubahan tampilan gen kasus ini menyebabkan
sel sasaran dalam hal ini sel paru berubah menjadi sel kanker dengan sifat pertumbuhan
yang otonom.2
6.
Diet
Dilaporkan bahwa rendahnya konsumsi betakaroten, selenium dan vitamin A
menyebabkan tingginya resiko terkena kanker paru.2
Manisfestasi klinis
Pada fase awal kebanyakan kanker paru tidak menunjukan gejala klinis. Bila sudah
menampakan gejala berarti pasie dalam stadium lanjut. gejala-gejala dapat bersifat :
20
Penatalaksanaan
Terapi kanker paru harus berdasarkan kondisi fisik pasien, klasifikasi hasil pencitraan, tipe
patologik dan stadium TNM untuk mempertimbangkan secara menyeluruh, diberikan terapi
gabungan multidisiplin. Pada umumnya karsinoma paru NSCLC dilakukan operasi sebagai terapi
utama dalam terapi gabungan, sedangkan SCLC dengan kemoterapi sebagai utama dalam tergapi
gabungan. 7
1. Pembedahan
21
Pembedahan pada kanker paru bertujuan untuk mengangkat tumor secara total berikut
kelenjar getah bening disekitarnya. Hal ini biasanya dilakukan pada kanker paru yang
tumbuh terbatas pada paru yaitu stadium I (T1 N0 M0 atau T2 N0 M0), kecuali pada
kanker paru jenis SCLC. Luas reseksi atau pembedahan tergantung pada luasnya
pertumbuhan tumor di paru. Pembedahan dapat juga dilakukan pada stadium lanjut, akan
tetapi lebih bersifat paliatif. Pembedahan paliatif mereduksi tumor agar radioterapi dan
kemoterapi lebih efektif, dengan demikian kualitas hidup penderita kanker paru dapat
menjadi lebih baik. 7
Pembedahan untuk mengobati kanker paru dapat dilakukan dengan cara : 2,7
a. Wedge Resection, yaitu melakukan pengangkatan bagian paru yang berisi tumor,
bersamaan dengan margin jaringan normal.
b. Segmentectomy atau reseksi baji, yaitu pengangkatan bagian dari suatu lobus
c. Lobectomy, yaitu pengangkatan keseluruhan lobus dari satu paru.
d. Pneumonectomy, yaitu pengangkatan paru secara keseluruhan. Hal ini dilakukan
jika diperlukan dan jika pasien memang sanggup bernafas dengan satu paru.
2. Radioterapi
Radioterapi merupakan salah satu metode terapi penting karsinoma paru, terutama untuk
stadium klinis I, II, jika karena berbagi sebab pasien tidak dapat atau tidak menghendaki
untuk operasi, harus dipilih radioterapi. Radioterapi dilakukan sebagai pengobatan kuratif
dan bisa juga sebagai terapi adjuvan atau paliatif pada tumor dengan komplikasi seperti
mengurangi efek obstruksi atau penekanan terhadap pembuluh darah atau bronkus. Terapi
radiasi dilakukan dengan menggunakan sinar X untuk membunuh sel kanker. Pada
beberapa kasus, radiasi diberikan dari luar tubuh (eksternal). Tetapi ada juga radiasi yang
diberikan secara internal dengan cara meletakkan senyawa radioaktif di dalam jarum,
dengan menggunakan kateter dimasukkan ke dalam atau dekat paru-paru. Terapi radiasi
banyak dipergunakan sebagai kombinasi dengan pembedahan atau kemoterapi. 2
3. Kemoterapi
Kemoterapi pada kanker paru merupakan terapi yang paling umum diberikan pada SCLC
atau pada kanker paru stadium lanjut yang telah bermetastasis ke luar paru seperti otak,
ginjal, dan hati. Kemoterapi dapat digunakan untuk memperkecil sel kanker,
memperlambat pertumbuhan, dan mencegah penyebaran sel kanker ke organ lain.
22
Bronkitis Kronis
Bronkitis kronik didefinisikan sebagai adanya sekresi mucus yang berlebihan pada saluran
pernapasan secara terus-menerus dengan disertai batuk. Pengertian terus-menerus adalah terjadi
sepanjang hari selama tidak kurang dari tiga bulan dalam setahun dan telah berlangsung selama
dua tahun berturut-turut. Batasan ini tidak mencakup sekresi mucus berlebihan disebabkan oleh
kanker paru, tuberculosis dan penyakit gagal jantung kongestif. Batasan yang digunakan adalah
tiga bulan dalam setahun karena yang menyusung batasan ini adalah para ahli yang menangani
pasien di daerang empat musim. 5
Patologi
Bronchitis adalah suatu penyakit yang mempunyai gambaran histologi berupa hipertrofi kelenjar
mukosa bronkial dan peradangan peribronkial yang menyebabkan kerusakan lumen bronkus
berupa metaplasia skuamosa, silia menjadi abnormal, hyperplasia otot polos saluran pernapasan,
peradangan dan penebalan mukosa bronkus. Sel neutrophil banyak ditemukan pada lumen
bronkus dan infiltrate neutrophil pada submukosa. Pada bronkiolus respiratorius terjadi
peradangan, banyak ditemukan sel mononuclear, banyak sumbatan mucus, metaplasia sel goblet,
dan hyperplasia otot polos. Seluruh kelainan ini akan menyebabkan obstruksi saluran
pernapasan.5
Manifestasi klinis
Batuk terus-menerus yang disertai dahak dalam jumlah banyak dan batuk terbanyak terjadi pada
pagi hari. Sebagian besar penderita bronchitis kronik tidak mengalami obstruksi aliran
pernapasan, namun 10-15% perokok merupakan golongan yang mengalami penurunan aliran
napas. Penderita batuk produktif kronik yang mempunyai aliran napas normal disebut bronchitis
kronik simpleks, sedangkan yang disertai dengan penurunan aliran napas yang progresif disebut
penderita bronchitis kronik obstruktif.5
23
Pemeriksaan fisik tidak sensitive untuk bronchitis kronik yang ringan sampai sedang, tetapi pada
penderita yang mengalami obstruksi napas, gejalanya telah tampak pada saat inspeksi, yaitu
digunakannya otot pernapasan tambahan (accessory repiratory muscle).5
Bronkitis kronik merupakan penyakit yang digolongkan dalam Penyakit Paru Obstruktif Kronik
(PPOK). Oleh karena itu tanda-tanda klinisnya hampir sama dengan PPOK yaitu adanya batuk,
dengan produksi sputum berlebihan, dyspnea, dan obstruksi saluran napas yang prograsif
Penatalaksanaan
Walaupun tidak dapat disembuhkan dan seiring menjadi irreversible, dapat diupayakan agar
progresifitas perburukan fungsi pernapasan diperlambat dan exercise tolerance ditingkatkan.
Penatalaksanaannya mencakup penghentian merokok, vaksin pneumokokus, bronkodilatos, dan
kortikosteroid, terapi oksigen, pengontrolan sekresi, serta latihan fisik dan latihan napas. Upaya
mengontrol sekresi dilakukan dengan pencukupan asupan cairan dan kelembapan, drainase
postural, serta pemberian obat mukolitik untuk mengencerkan secret.5
Kesimpulan
Dari beberapa differential diagnosis diatas, jika dilihat dari gejala-gejala dan hasil pemeriksaan
yang didapat lebih mengarah ke suspek TB walaupun kemungkinan-kemungkinan lain juga
memiliki manifestasi yang hamper sama. Walaupun belum bisa menentukan diagnosis pasti tapi
ada dua diagnosis yang mendekati yaitu tuberculosis dan karsinoma paru, dan dari kedua
diagnosis tersebut yg paling mendekati adalah tuberculosis.
24
Daftar Pustaka
1. Bickley, Lynn S. Buku ajar pemeriksaan fisik & riwayat kesehatan Bates. Edisi ke-8.
Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2009.h.220-49.
2. Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia. Buku ajar ilmu penyakit
dalam. Edisi ke-6, Jilid 2. Jakarta: Internal Publishing; 2014
3. Price SA, Wilson LM. Patofisiologi konsep klinis proses-proses penyakit. Edisi ke-6
Volume ke-1. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2006.h.852-61.
4. Perkumpulan Pemberantasan Tuberkulosis Indonesia. Jurnal tuberculosis
Indonesia.2010.vol.7
5. Djojodibroto RD. Respirologi. Jakarta : EGC.2009.h.136-43
6. Gleadle J. At a glance anamnesis dan pemeriksaan fisik. Jakarta: Erlangga; 2005.h. 171
7. Desen W. Buku ajar onkologi klinis. Edisi 2. Jakarta. FKUI; 2008.h. 337-50.
25