Bab 2 Tinjauan Pustaka: Universitas Sumatera Utara
Bab 2 Tinjauan Pustaka: Universitas Sumatera Utara
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.2. Etiologi
Demam dengue dan demam berdarah dengue disebabkan oleh virus dengue,
yang termasuk dalam genus Flavivirus, keluarga Flaviviridae. Flavivirus merupakan
virus dengan diameter 30 nm terdiri dari asam ribonukleat rantai tunggal dengan berat
molekul 4x10 6 (Suhendro, 2006).
Terdapat paling tidak 4 tipe serotipe virus dengue, yaitu DEN-1, DEN-2, DEN3 dan DEN-4 yang semuanya dapat menyebabkan demam dengue atau demam
berdarah dengue. Keempat serotipe ditemukan di Indonesia dengan DEN-3 merupakan
serotipe terbanyak.
Sebagai tambahan, terdapat 3 virus yang ditulari oleh artropoda (arbovirus)
lainnya yang menyebabkan penyakit mirip dengue (Halstead, 2007).
Chikungunya
Aedes aegepty
Afrika, India,
Aedes africanus
Asia Tenggara
Togavirus
Onyong-nyong
Anopheles funestus
Afrika Timur
Flavivirus
Culex molestus
Eropa, Afrika,
Culex univittatus
(Halstead, 2007).
2.1.4. Patogenesis
Patogenesis terjadinya demam berdarah dengue hingga saat ini masih
diperdebatkan (Suhendro, 2006).
Berdasarkan data yang ada, terdapat bukti yang kuat bahwa mekanisme
imunopatologis berperan dalam terjadinya demam berdarah dengue dan sindroma syok
dengue (dengue shock syndrome).
Virus dengue masuk ke dalam tubuh melalui gigitan nyamuk dan infeksi
pertama kali mungkin memberi gejala demam dengue. Reaksi tubuh merupakan reaksi
yang biasa terlihat pada infeksi virus. Reaksi yang amat berbeda tampak, bila
seseorang mendapat infeksi berulang dengan tipe virus yang berlainan. Berdasarkan
hal ini Halstead pada tahun 1973 mengajukan hipotesis yang disebut secondary
heterologous infection atau sequential infection hypothesis. Hipotesis ini telah diakui
oleh sebagian besar para ahli saat ini (Hendarwanto, 1996).
Infeksi dengue heterolog sekunder
Replikasi virus
Respons antibodi
Agregasi
trombosit
Eliminasi
trombosit oleh
sistem
retikuloendotel
(RES)
Ketidakseimbangan
fungsi trombosit
Pengeluar
an faktor
III
trombosit
Aktivasi
kaskade
koagulasi
Konsumtifitas
faktor-faktor
pembekuan
Aktivasi
faktor
Hageman
Kinin
Penurunan
jumlah faktor
pembekuan
Aktivasi
komplemen
Reaksi
anafilaksis
Peningkatan
permeabilitas
vaskular
Syok
Trombositopenia
Gambar 2.1. Hipotesis secondary heterologous infection (Suhendro, 2006).
Respon imun yang diketahui berperan dalam patogenesis DBD adalah respon
imun humoral. Respon humoral berupa pembentukan antibodi yang berperan dalam
proses netralisasi virus, sitolisis yang dimediasi komplemen dan sitotoksisitas yang
dimediasi antibodi. Antibodi terhadap virus dengue berperan dalam mempercepat
replikasi virus pada monosit atau makrofag. Hipotesis ini disebut antibody dependent
enhancement (ADE). Limfosit T, baik T-helper (CD4) dan T-sitotoksik
(CD8)
berperan dalam respon imun seluler terhadap virus dengue. Diferensiasi T-helper yaitu
Asimtomatik
Demam dengue
Tanpa perdarahan
Simtomatik
Dengan perdarahan yang tidak biasa
Demam berdarah
Dengue
Gambar 2.2. Manifestasi infeksi virus dengue (WHO, 1999).
1. Demam Dengue
Periode inkubasi adalah 1-7 hari. Manifestasi klinis bervariasi dan dipengaruhi
usia pasien. Pada bayi dan anak-anak, penyakit ini dapat tidak terbedakan atau
dikarakteristikkan sebagai demam selama 1-5 hari, peradangan faring, rinitis, dan
batuk ringan.
Kebanyakan remaja dan orang dewasa yang terinfeksi mengalami demam
secara mendadak, dengan suhu meningkat cepat hingga 39,4-41,1oC, biasanya disertai
nyeri frontal atau retro-orbital, khususnya ketika mata ditekan. Kadang-kadang nyeri
punggung hebat mendahului demam. Suatu ruam transien dapat terlihat selama 24-48
jam pertama demam. Denyut nadi dapat relatif melambat sesuai derajat demam.
Mialgia dan artalgia segera terjadi setelah demam.
Dari hari kedua sampai hari keenam demam, mual dan muntah terjadi, dan
limfadenopati
generalisata,
hiperestesia
atau
hiperalgesia
kutan,
gangguan
pengecapan, dan anoreksia dapat berkembang. Sekitar 1-2 hari kemudian, ruam
makulopapular terlihat, terutama di telapak kaki dan telapak tangan, kemudian
menghilang selama 1-5 hari. Kemudian ruam kedua terlihat, suhu tubuh, yang
sebelumnya sudah menurun ke normal, sedikit meningkat dan mendemonstrasikan
karakteristik pola suhu bifasik.
melelahkan. Denyut nadi lemah dan cepat, suara jantung melemah. Hati dapat
membesar 4-6 dan biasanya keras dan sulit digerakkan.
Sekitar 20-30% kasus demam berdarah dengue berkomplikasi syok (sindrom
syok dengue). Kurang dari 10% pasien mengalami ekimosis hebat atau perdarahan
gastrointestinal, biasanya sesudah periode syok yang tidak diobati. Setelah krisis 2436 jam, pemulihan terjadi dengan cepat pada anak yang diobati. Temperatur dapat
kembali normal sebelum atau selama syok. Bradikardia dan ektrasistol ventrikular
umumnya terjadi saat pemulihan (Halstead, 2007).
Leukosit
5.000-11.000/l
Neutrofil
45-75
4000-6000/l
Monosit
5-10
500-1000/l
Eosinofil
0-5
<450/l
Basofil
0-1
<50/l
Limfosit
10-45
2000-5000/l
(Hillman, 2005).
b. Trombosit
Umumnya terdapat trombositopenia (jumlah trombosit < 100.000/l) pada hari ke
3-8.
c. Hematokrit
Kebocoran plasma dibuktikan dengan ditemukannya peningkatan hematokrit
20% dari hematokrit awal, umumnya dimulai pada hari ke-3 demam.
Tabel 2.3. Nilai normal hemoglobin/ hematokrit.
Usia/Jenis Kelamin
Hemoglobin (g/dl)
Hematokrit (%)
Saat lahir
17
52
Anak-anak
12
36
Remaja
13
40
Pria Dewasa
16 (2)
47 (6)
13 (2)
40 (6)
14 (2)
42 (6)
Selama Kehamilan
12 (2)
37 (6)
(Hillman, 2005)
d. Hemostasis
Dilakukan pemeriksaan prothrombin time (PT), partial thromboplastin time
(aPTT), thrombin time (TT) atau fibrinogen pada keadaan yang dicurigai terjadi
perdarahan atau kelainan pembekuan darah.
Nilai Normal
Hitung trombosit
150.000-350.000/l
3-7 menit
10-14 detik
25-38 detik
Fibrinogen
Orang sehat
200-400 mg/dl
Orang sakit
400-800 mg/dl
(Hillman, 2005).
e. Protein/albumin
Dapat terjadi hipoproteinemia akibat kebocoran plasma. Nilai normal albumin
adalah 3-5,5 g/dl, nilai normal protein total adalah 5-8 g/dl (Price, 2003).
f. SGOT/SGPT (serum alanin aminotransferase)
Dapat meningkat. Nilai normal alanin aminotransferase adalah 0-40 IU/l.
Menurut Kalayanarooj (1997) anak dengan level enzim hati yang meningkat
sepertinya lebih rentan mengalami dengue yang parah dibandingkan dengan
yang memiliki level enzim hati yang normal saat didiagnosis.
g. Elektrolit
Sebagai parameter pemantauan pemberian cairan. Jumlah kalium normal
serum adalah 3,5-5,2 mEq/l, sedangkan natrium 135-145 mEq/l.
h. Golongan darah dan cross match
Bila akan diberikan transfusi darah dan komponen darah.
i.
Imunoserologi
Dilakukan pemeriksaan IgM dan IgG terhadap dengue. IgM terdeteksi mulai
hari ke 3-5, meningkat sampai minggu ke-3, menghilang setelah 60-90 hari.
IgG pada infeksi primer mulai terdeteksi pada hari ke-14, pada infeksi
sekunder IgG mulai terdeteksi pada hari ke-2.
2. Radiologis
Pada foto dada didapatkan efusi pleura, terutama pada hemitoraks kanan.
Tetapi apabila terjadi perembesan plasma hebat, efusi pleura dapat dijumpai pada
kedua hemitoraks. Asites dan efusi pleura dapat pula dideteksi dengan pemeriksaan
USG.
2.1.7. Diagnosis
Belum ada panduan yang dapat diterima untuk mengenal awal infeksi virus
dengue (WHO Scientific Working Group, 2006). Perbedaan utama antara demam
dengue dan DBD adalah pada DBD ditemukan adanya kebocoran plasma (Suhendro,
2006).
1. Demam Dengue
Ditegakkan bila terdapat dua atau lebih manifestasi klinis (nyeri kepala, nyeri
retro-orbital, mialgia/artralgia, ruam kulit, manifestasi perdarahan, leukopenia)
ditambah pemeriksaan serologis dengue positif; atau ditemukan pasien demam
dengue/ demam berdarah dengue yang sudah dikonfirmasi pada lokasi dan waktu yang
sama.
2. Demam Berdarah Dengue
Berdasarkan kriteria WHO 1999 diagnosis DBD ditegakkan bila semua hal di
bawah ini terpenuhi.
a. Demam atau riwayat demam akut, antara 2-7 hari, biasanya bifasik.
b. Terdapat minimal satu dari manifestasi perdarahan berikut:
-
Penurunan
hematokrit
>20%
setelah
mendapat
terapi
cairan,
retro-orbital, tidak
DBD
II
bukti
kebocoran plasma
mialgia, artralgia
DBD
ada
<100.000,Ht
Serologi
meningkat 20%
dengue
positif
<100.000,Ht
meningkat 20%
DBD
III
DBD
IV
Syok
berat
disertai trombositopenia
meningkat 20%
(Suhendro, 2006).
2.1.8. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pasien DBD umumnya berorientasi kepada pemberian cairan.
Harris et al. (2003) mendemonstrasikan bahwa meminum cairan seperti air atau jus
buah dalam 24 jam sebelum pergi ke dokter merupakan faktor protektif melawan
kemungkinan dirawat inap di rumah sakit.
Setiap pasien tersangka demam dengue atau DBD sebaiknya dirawat di tempat
terpisah dengan pasien penyakit lain, sebaiknya pada kamar yang bebas nyamuk
(berkelambu). Penatalaksanaan pada demam dengue atau DBD tanpa penyulit adalah:
1. Tirah baring.
2. Pemberian cairan.
Bila belum ada nafsu makan dianjurkan untuk minum banyak 1,5-2 liter dalam
24 jam (susu, air dengan gula/sirup, atau air tawar ditambah dengan garam
saja).
3. Medikamentosa yang bersifat simtomatis.
Untuk hiperpireksia dapat diberikan kompres kepala, ketiak atau inguinal.
Antipiretik sebaiknya dari golongan asetaminofen, eukinin atau dipiron.
Hindari pemakaian asetosal karena bahaya perdarahan.
4. Antibiotik diberikan bila terdapat kekuatiran infeksi sekunder.
Pasien DHF perlu diobservasi teliti terhadap penemuan dini tanda syok, yaitu:
1. Keadaan umum memburuk.
2. Terjadi pembesaran hati.
3. Masa perdarahan memanjang karena trombositopenia.
4. Hematokrit meninggi pada pemeriksaan berkala.
Jika ditemukan tanda-tanda dini tersebut, infus harus segera dipersiapkan dan
terpasang pada pasien. Observasi meliput pemeriksaan tiap jam terhadap keadaan
umum, nadi, tekanan darah, suhu dan pernafasan; serta Hb dan Ht setiap 4-6 jam pada
hari-hari pertama pengamatan, selanjutnya setiap 24 jam.
Terapi untuk sindrom syok dengue bertujuan utama untuk mengembalikan volume
cairan intravaskular ke tingkat yang normal, dan hal ini dapat tercapai dengan
pemberian segera cairan intravena. Jenis cairan dapat berupa NaCl 0,9%, Ringers
lactate (RL) atau bila terdapat syok berat dapat dipakai plasma atau ekspander plasma.
Jumlah cairan disesuaikan dengan perkembangan klinis.
Kecepatan permulaan infus ialah 20 ml/kg berat badan/ jam, dan bila syok telah
diatasi, kecepatan infus dikurangi menjadi 10 ml/kg berat badan/ jam.
Pada kasus syok berat, cairan diberikan dengan diguyur, dan bila tak tampak
perbaikan, diusahakan pemberian plasma atau ekspander plasma atau dekstran atau
preparat hemasel dengan jumlah 15-29 ml/kg berat badan. Dalam hal ini perlu
diperhatikan keadaan asidosis yang harus dikoreksi dengan Na-bikarbonat. Pada
umumnya untuk menjaga keseimbangan volume intravaskular, pemberian cairan
intravena baik dalam bentuk elektrolit maupun plasma dipertahankan 12-48 jam
setelah syok selesai.
Pada tahun 1997, WHO merekomendasikan jenis larutan infus yang dapat
diberikan pada pasien demam dengue/DBD:
1. Kristaloid.
a. Larutan ringer laktat (RL) atau dekstrosa 5% dalam larutan ringer laktat
(D5/RL).
b. Larutan ringer asetat (RA) atau dekstrosa 5% dalam larutan ringer
asetat (D5/RA).
c. Larutan NaCl 0,9% (garam faali/GF) atau dekstrosa 5% dalam larutan
faali (D5/GF).
2. Koloid (plasma).
Tersangka DBD
Kedaruratan
Rawat inap
Jumlah
trombosit
<100.000/l
Jumlah
trombosit
>100.000/l
Rawat jalan
Segera bawa ke rumah sakit
1. Rawat jalan
2. Antipiretik
3. Kontrol setiap hari
sampai demam hilang
2.1.9. Komplikasi
Infeksi primer pada demam dengue dan penyakit mirip dengue biasanya ringan
dan dapat sembuh sendirinya. Kehilangan cairan dan elektrolit, hiperpireksia, dan
kejang demam adalah komplikasi paling sering pada bayi dan anak-anak. Epistaksis,
petekie, dan lesi purpura tidak umum tetapi dapat terjadi pada derajat manapun.
Keluarnya darah dari epistaksis, muntah atau keluar dari rektum, dapat memberi kesan
keliru perdarahan gastrointestinal. Pada dewasa dan mungkin pada anak-anak, keadaan
yang mendasari dapat berakibat pada perdarahan signifikan. Kejang dapat terjadi saat
temperatur tinggi, khususnya pada demam chikungunya. Lebih jarang lagi, setelah
2.1.10. Prognosis
Prognosis demam dengue dapat beragam, dipengaruhi oleh adanya antibodi
yang didapat secara pasif atau infeksi sebelumnya. Pada DBD, kematian telah terjadi
pada 40-50% pasien dengan syok, tetapi dengan penanganan intensif yang adekuat
kematian dapat ditekan <1% kasus. Keselamatan secara langsung berhubungan dengan
penatalaksanaan awal dan intensif. Pada kasus yang jarang, terdapat kerusakan otak
yang disebabkan syok berkepanjangan atau perdarahan intrakranial (Halstead, 2007).
2.1.12. Pencegahan
Belum ada vaksin yang tersedia melawan dengue, dan tidak ada pengobatan
spesifik untuk menangani infeksi dengue. Hal ini membuat pencegahan adalah
langkah terpenting, dan pencegahan berarti menghindari gigitan nyamuk jika kita
tinggal di atau bepergian ke area endemik (CDC, 2010).
Jalan terbaik untuk mengurangi nyamuk adalah menghilangkan tempat
nyamuk bertelur, seperti bejana/ wadah yang dapat menampung air. Nyamuk dewasa
menggigit pada siang hari dan malam hari saat penerangan menyala.
Untuk
2.2.Trombosit
Trombosit (platelet) adalah elemen terkecil darah. Sel ini tidak berinti, berbentuk
bulat atau oval, gepeng, memberikan struktur mirip piringan. Aktivitas trombosit
penting untuk pembekuan darah, integritas vaskular dan vasokonstriksi, serta aktivitas
adhesi dan agregasi yang terjadi saat pembekuan plak platelet terjadi di sumsum
tulang (bone marrow). Masa hidup trombosit sekitar 7,5 hari. Normalnya, dua pertiga
total trombosit berada di sirkulasi darah, sementara sepertiga lainnya berada di organ
spleen (Fisbach, 2003).
2.2.2.
Interaksi
trombin
dengan
reseptornya
merangsang
aktivitas
fosfolipase-C. Enzim ini menghidrolisis membran fosfolipid fosfadilinositol 4,5bifosfat (PIP2). Diasilgliserol merangsang protein kinase C, yang memfosforilasi
protein pleckstrin (47 kDa). Hal ini mengakibatkan agregasi dan pelepasan isi granul.
ADP yang dikeluarkan granul tersebut juga merangsang trombosit beragregasi.
IP3 menyebabkan pengeluaran Ca2+, menyebabkan pembebasan asam arakidonat dari
2.2.3.
Hitung Trombosit
Cara pemeriksaan:
a. Sampel darah yang diperlukan darah EDTA atau darah kapiler.
b. Isi pipet dengan darah sampai garis 0,5, bila diketahui ada trombositopenia
darah diisi sampai garis 1.
c. Sambil menahan dengan ujung jari, isi pipet dengan Rees Ecker sampai garis
101, kemudian letakkan horizontal.
d. Sambil menekan kedua ujung pipet, pipet digoyang selama 3-5 menit.
e. Isi kamar hitung yang telah ditutup dengan larutan tersebut setelah terlebih
dahulu membuang 3 tetes larutan tersebut.
f. Biarkan kamar hitung selama 2 menit, kemudian trombosit dihitung di bawah
mikroskop dengan pembesaran 45 kali. Bidang yang dihitung adalah semua
bidang kecil (Aman et. Al,, 2008).
Penghitungan jumlah trombosit:
Jumlah trombosit x 2000/mm3
4.
Interpretasi hasil:
Nilai normal pada dewasa adalah 140-400 x 103/ mm3, anak-anak 150-450 x
103/mm3.
2.2.4.
Trombositopenia
Trombositopenia didefinisikan sebagai jumlah trombosit kurang dari 100.000/
Petugas
Instalasi
Rawat
Jalan
(IRJ)/
Instalasi
Gawat
Darurat
(IGD)
menginformasikan ke ruangan.
2. Petugas rawat inap menyiapkan tempat sesuai penyakit pasien.
3. Pasien dikirim dari IRJ/ IGD dengan membawa rekam medis.
4. Kepala ruangan/ kepala grup menerima pasien dan memeriksa kelengkapan rekam
medis.
5. Kepala ruangan/ kepala grup menempatkan pasien sesuai dengan penyakitnya.
6. Kepala ruangan/ kepala grup/pelaksana memeriksa keadaan umum pasien,
mengukur vital sign dan mencatat di RM 72.
7. Kepala ruangan/ kepala grup/ pelaksana melaporkan keberadaan pasien ke dokter
ahli.
8. Kurang dari 15 menit pasien sudah diperiksa oleh dokter ahli/ residen.
Fasilitas ruang rawat inap secara umum dapat dibedakan menjadi lima kelas:
Super Utama, Utama I, Utama II, kelas I, dan kelas II. Akan tetapi, beberapa rumah
sakit dapat memiliki kelas dan fasilitas yang berbeda.
Sebagai contoh, harga tiap-tiap kelas kamar rawat inap di RSUP Haji Adam
Malik, Medan pada tahun 2009 adalah sebagai berikut:
1. Super Utama: Rp 400.000/ hari.
2. Utama I: Rp 300.000/ hari.
3. Utama II: Rp 250.000/ hari.
4. Kelas I: Rp 200.000/ hari.
5. Kelas II: Rp 120.000/ hari.