Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN HASIL DISKUSI KELOMPOK KECIL

BLOK 2 SISTEM RESPIRASI


MODUL 1 PERTAHANAN SALURAN NAPAS

Disusun oleh : Kelompok 4


Chrisna Wahyu Hardian

NIM. 1210015027

Azlansa Abdul Karim

NIM. 1210015062

Izzati Nurmaya Sari

NIM. 1210015006

Nurdiana Oktavia

NIM. 1210015014

Desy Ekamadayani Ahmad

NIM. 1210015021

Dhita Cindyati

NIM. 1210015030

Retno Yuliati

NIM. 1210015040

Dwiana Sri Palupi

NIM. 1210015047

Firma Luluk Laalik

NIM. 1210015057

Efi Marinda

NIM. 1210015072

Riandi Yanuarsa

NIM. 1110015026

Yoice Aquarista Micibaroe

NIM. 1210015067
Tutor : drg. Mahsyudi

Tutor pengganti : drg. Silvia Anita Sari, M. Si


SAMARINDA
2012

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena terselesaikannya
laporan DKK (Diskusi Kelompok Kecil) mengenai konsep sehat dan sakit.
Laporan ini dibuat sesuai dengan gambaran jalannya proses DKK kami, lengkap dengan
pertanyaan-pertanyaan dan jawaban yang disepakati oleh kelompok kami. Dengan demikian,
kami berterima kasih kepada drg. Mahsyudi dan drg. Silvia Anita Sari, M. Si. selaku tutor kami
yang telah dengan sabar menuntun kami selama proses DKK.. Tak lupa kami juga berterima
kasih kepada dr. Mona Zubaidah, M. Kes. selaku koordinator pembimbing DKK blok 2. Tidak
lupa juga kami berterima kasih kepada semua pihak yang telah membantu kami dalam mencari
informasi maupun membuat laporan DKK.
Akhir kata, kami sadar bahwa tiada gading yang tak retak. Oleh sebab itu, kami mohon
kritik dan saran dari pembaca untuk perbaikan di kemudian hari. Semoga laporan ini bermanfaat
bagi pembaca, baik sebagai referensi atau perkembangan pengetahuan.

Hormat Kami,

Kelompok 4

DAFTAR ISI

Halaman judul................................................................................................ 1
Kata pengantar .............................................................................................. 2
Daftar isi......................................................................................................... 3

Pendahuluan
Latar belakang .............................................................................. 4
Tujuan............................................................................................ 4

Pembahasan
Identifikasi istilah...........................................................................
Identifikasi masalah.......................................................................
Brainstorming................................................................................ .
Mindmap.........................................................................................
Learning objective

5
6
6
9

.
9
Sintesis
10
Penutup
Kesimpulan ..................................................................................... 18
Saran............................................................................................. 18

Daftar pustaka ............................................................................................... 19

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Udara merupakan hal yang sangat penting dalam proses kelangsungan makhluk hidup
terutama manusia. Tanpa udara kita tidak akan bisa hidup di dunia ini. Di udara bebas ini, ada
banyak partikel-pertikel asing yang bisa saja ikut masuk ke dalam saluran pernapasan kita.
Jika partikel-partikel tersebut masuk, maka dapat menimbulkan gangguan pada saluran
pernapasan kita. Sistem pernapasan kita memiliki mekanisme pertahanan untuk melindungi
dari serangan partikel-partikel asing yang ikut masuk bersama dengan udara yang kita hirup.
Oleh karena itu, kami menyusun laporan ini untuk mengetahui anatomi dan fisiologi sistem
pernapasan atas dan bawah, mekanisme pertahanan saluran pernapasan atas dan bawah, serta
cara pengobatan dan pencegahan pilek.

B. Tujuan
Tujuan kami adalah agar laporan ini berguna dalam pembelajaran dan sebagai
referensi bagi mahasiswa pada khususnya dan bagi pembaca pada umumnya. Dan
semoga kami dapat mengerti mengenai anatomi dan fisiologi sistem pernapasan atas dan
bawah, mekanisme pertahanan saluran pernapasan atas dan bawah, serta cara pengobatan
dan pencegahan pilek.

BAB II

PEMBAHASAN

Skenario
BLOG MBAK META TENTANG PILEK
Kamu pernah pilek ?
Pasti pernah. . . dan jangan Tanya ke saya, soalnya saya juga lagi menderita
penyakit ini sekarang. . .
Huahh,, rasanya gak enak banget.. Saya paling tidak suka kena pilek..
Kemaren gejala awalnya Cuma bersin-bersin kecil, eh tiba-tiba hidung mulai
Terseumbat, napas terganggu, kepala sedikit pening, badan mulai hangat, suara
serak
dan komplit deh karena batuk juga melanda. Makin parah lagi karena fungsi
indera penciuman juga ikut berkurang.
Saya coba menghalau si virus pilek dengan minum jus jeruk tapi masih juga si
Pilek tak kunjung pergi. Hiks..hiks.. nyerah deh, maka sayapun lebih memilih
Istirahat sebentar dan berbaring. Tapi rupanya tidak bias, ingin istirahat tapi si kecil
dengan manjanya
Mengajak bermain, padahal saya mencoba menghindari kontak dengannya karena
takut dia juga tertular.

Sambil menuliskan ini, hidung saya masih tetap meler,, tissue persediaan dari
Rumah tadi sudah habis.. Dan sangat menyiksa ketika kamu sedang pilek dan
Kondisi wajah menghadap layar computer, artinya hidung tegak lurus ke bawah
Mengalirkan rhinorrhea yang tidak kunjung berhenti.. sementara persediaan tissue
Sudah habis untuk mengganjal maupun mengelap si cairan ini, terpaksa satu
satunya cara ya hidung
Menyedotnya balik (jorok yaahiii)
Iya deh, daripada di bilangin jorok, saya lari dulu ke kantin beli tissue

Step 1
1) Rhinorrhea : sekret bebas yang berupa cairan lender yang keluar dari hidung.
2) Bersin : refleksi atau mekanisme pertahanan tubuh yang dilakukan oleh pernafasan ketika
udara mengandung benda asing lalu di deteksi oleh saraf-saraf hidung kemudian saraf
mengirim impuls ke otak untuk mengeluarkan benda asing.
3) Pilek : suatu keadaan sakit dimana tubuh mengeluarkan mukosa lebih banyak dari
biasanya dan kelainan saluran pernafasan akibat alergi dan infeksi virus.
4) Virus : salah satu antara agen infeksi yang sangat kecil dengan beberapa perkecualian
(tidak dapat dilihat dengan mikroskop cahaya, tidak dapat melakukan metabolisme
sendiri, hanya bisa bereplikasi pada sel hidup, tubuhnya terdiri dari DNA atau RNA saja,
dan diselubungi oleh selubung protein).
5) Batuk : refleks yang dilakukan oleh tenggorokan untuk mengeluarkan benda asing yang
mengiritasi diri.
6) Serak : gangguan pita suara berupa kualitas suara yang kasar dan berisik yang disebabkan
adanya peradangan dan penumpukan mukus.
7) Pening : keadaan seperti pusing atau sakit kepala dan hanya menyerang bagian tertentu.
8) Gejala : hal-hal yang muncul saat penyakit menyerang dan merupakan keadaan tidak
biasa yang patut diperhatikan.
9) Hidung tersumbat : suatu keadaan dimana sulit untuk melakukan inspirasi dan ekspirasi
disebabkan oleh mukosa berlebih karena rusaknya silia.
Step 2
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.

Apa penyebab pilek?


Apa saja gejala-gejala pilek?
Bagaimana mekanisme batuk, pilek, dan bersin?
Apa saja bagian tubuh yang terganggu saat pilek?
Bagaimana cara pencegahan pilek serta media penularannya?
Apa pengaruh pilek terhadap suhu tubuh?
Mengapa fungsi indra penciuman ikut menurun ketika pilek?
Bagaimana cara mengobati pilek?
Apa benar tindakan minum jus jeruk untuk mengatasi pilek?

Step 3
1. Penyebab pilek antara lain :
a. Mikroba
b. Virus
c. Suhu
d. Cuaca

e.
f.
g.
h.
i.

Imunitas
Lingkungan
Pola hidup (lifestyle)
Allergen
Aktivitas

2. Gejala-gejala pilek antara lain bersin-bersin, hidung tersumbat akibat adanya


penumpukan sekret dalam hidung, badan lemas, kurang berstamina, kenaikan suhu tubuh,
pening, dan suara serak serta sengau.
3. a. Mekanisme Bersin
Partikel asing masuk impuls aferen medulla oblongata memerintahkan
melakukan inspirasi sebanyak 2,5 liter pita suara dan epiglotis tertutup otot
diafragma dan intercostals internus berkontraksi tekanan paru-paru lebih besar hingga
100 mmHg pita suara dan epiglotis terbuka mengeluarkan partikel dengan tekanan
udara yang besar
b. Mekanisme Batuk
Mekanismenya sama seperti pada bersin, yang berbeda hanyalah jika batuk, benda asing
keluar melalui mulut
c. Mekanisme Pilek
Karena iritasi atau infeksi, membran mukosa bersilia mengeluarkan sekret berlebih.
4. Bagian-bagian tubuh yang terganggu saat pilek adalah cavitas nasalis, cavitas oris,
epiglottis, saluran yang menghubungkan ke telinga, dan tenggorokan.
5. Cara pencegahan (upaya preventif) pilek :
a. Meningkatkan imunitas tubuh.
b. Istirahat yang cukup.
c. Mengenakan masker atau alat perlindungan diri lainnya saat berinteraksi dengan
penderita pilek atau sedang menderita pilek.
d. Melakukan cuci tangan.
e. Pola hidup sehat.
f. Menjaga kebersihan lingkungan.
6. Hipotalamus termostat
Suhu badan naik karena untuk mengaktifkan system kekebalan tubuh untuk membuat
lebih banyak leukosit, antibody, dan zat-zat lain untuk melawan infeksi dan untuk
membuat tubuh kita menjadi tempat yang tidak nyaman bagi virus.
7. Fungsi indra penciuman menurun saat sedang pilek karena terdapat sumbatan mucus di
hidung sehingga rangsangan tidak dapat mencapai saraf olfaktori pada hidung.
8. Cara mengobati pilek dapat dengan minum obat antihistamine dan antibiotic, istirahat
yang cukup, makan makanan bergizi, minum obat-obatan herbal, dan berolahraga.

9. Jeruk mengandung vitamin C yang berfungsi menambah imunitas tubuh. Dengan


mengonsumsi jeruk diharapkan daya tahan tubuh bertambah. Tetapi seharusnya minum
jus jeruk dilakukan sebagai upaya preventif.
Step 4
Saluran
Pernafasan

Anatomi

Fisiologi

Mekanisme
Pertahanan

Atas

Pernafasa
n

Biologis

Bawah

Pernafasa
n Internal

Mekanis

Imunitas

Gangguan
Saluran

Step 5
Learning Objective
1. Anatomi dan fisiologi pernafasan.
2. Mekanisme pertahanan tubuh.
3. Pencegahan dan pengobatan pilek.
Step 6
Belajar mandiri untuk DKK 2 dilakukan sejak tanggal 15 Oktober 2012 hingga 17 Oktober 2012.
Step 7

1. Anatomi Sistem Respirasi


A. Saluran Pernafasan Atas
Hidung bagian luar terdiri dari bagian-bagian yaitu :
} Apex terletak di pangkal
} Radix terletak di dahi
} Dorsum yang menghubungkan antara apex dan radix
} Nares yaitu cuping hidung yang di bentuk oleh
} Kerangka tulang :
-Os nasalis
-Os maxilla
-Os frontal
} Kerangka tulang rawan :
-Sepasang cartilago nasalis lateralis superior
-Sepasang cartilage nasalis lateralis inferior

Cavum nasi ialah suatu ruangan yang terdapat di nasus yang dimana kearah luar
menuju nares dank e dalam kea rah choane dan menghubungkan nasopharynx
Vestibulum nasal terdapat vibrissae , kelenjar sebasea
Regio respiratoria dalam nya terdapat conca yang terbuat dari turbinate bone conca
terbagi menjadi 3 yaitu conca superior , medial, dan inferior
Region olfaktorius berada di conca superior, terdapat n. olfaktori yang berfungsi
mencium bau untuk dikirim ke otak
Septum nasi merupakan sekat yang membagi hidung
Sinus
Sinus paranasalis
Sinus maxillaris
Sinus frontalis
Sinus etmoidalis
Sinus spenoidalis

Pharynx

Pharynx terbagi menjadi 3 bagian ; nasopharinx, oropharinx, laringipharinx


Musculuis pharynx bagian dalam
-

M. stylopharinx
M. palatopharinx
M. salphynopharinx
M. stalylopharinx

Musculus pharynx bagian luar


-

M. constrictor pharynx superior

M. constrictor pharynx medius

M. constrictor pharynx inferior

Laring
Plica Vestibularis
Plica Vocalis
Ventriculus Laryngis
Recessus Piriformis
Tuberculum Curniculatum
Tuberculum Curneiforme
Cartilago Thyroideus
Cartilago Cricoideus
Cartilago Arytenoid
Cartilago Corniculatum
Cartilago Epiglottis
Os Hyoid

B. Sistem Pernafasan Bawah

Trakea
M. Trachealis
Carina
Bronkus Primer
Bronchus Principalis Pulmo Dextra
Bronchus Principalis Pulmo Sinistra
Bronkus Sekunder
Bronchus Lobaris Superior Pulmo Dextra
Bronchus Lobaris Medius Pulmo Dextra
Bronchus Lobaris Inferior Pulmo Dextra
Bronchus Lobaris Superior Pulmo Sinistra
Bronchus Lobaris Inferior Pulmo Sinistra
Bronkus Tersier (Bronkiolus)
Bronchus Segmentalis Apicalis Lobus Superior Pulmo Dextra
Bronchus Segmentalis Anterior Lobus Superior Pulmo Dextra
Bronchus Segmentalis Posterior Lobus Superior Pulmo Dextra
Bronchus Segmentalis Medialis Lobus Medius Pulmo Dextra
Bronchus Segmentalis Lateralis Lobus Medius Pulmo Dextra
Bronchus Segmentalis Apicobasalis Lobus Inferior Pulmo Dextra
Bronchus Segmentalis Anterobasalis Lobus Inferior Pulmo Dextra

Bronchus Segmentalis Posterobasalis Lobus Inferior Pulmo Dextra


Bronchus Segmentalis Mediobasalis Lobus Inferior Pulmo Dextra
Bronchus Segmentalis Laterobasalis Lobus Inferior Pulmo Dextra
Bronchus Segmentalis Apicoposterior r. asc. Lobus Superior Pulmo Sinistra
Bronchus Segmentalis Anterior r. asc. Lobus Superior Pulmo Sinistra
Bronchus Segmentalis Lingularis Sup. r. desc Lobus Superior Pulmo Sinistra
Bronchus Segmentalis Lingularis Inf. r. desc Lobus Superior Pulmo Sinistra
Bronchus Segmentalis Apicobasalis Lobus Inferior Pulmo Sinistra
Bronchus Segmentalis Anteromediobasalis Lobus Inferior Pulmo Sinistra
Bronchus Segmentalis Laterobasalis Lobus Inferior Pulmo Sinistra
Bronchus Segmentalis Posterobasalis Lobus Inferior Pulmo Sinistra
Bronkus Terminal atau Bronkus yang Lebih Kecil
Alveoli
Pulmo
Apex Pulmonis (setara Intercosta 2)
Basis Pulmonis
Margo
Fissura Obliqua Pulmonis Dextra
Fissura Horizontalis Pulmonis Dextra
Fissura Obliqua Pulmonis Sinistra
Lingulla Pulmonis Sinistra
Impressio Cardiaca Pulmo Sinistra
Otot Penunjang (sistem pernafasan atas dan bawah)
M. digastricus
M. sternocleidomastoideus
M. intercostalis externus
M. intercostalis internus
M. rectus abdominis
M. sternohyoideus
M. thyrohyoideus
M. obliquus externus abdominis
M. obliquus internus abdominis
M. constrictor pharyngis
M. palatopharynx
M. salphyngopharynx
M. stylopharynx
Pada laring terdapat beberapa otot yang membantu pergerakan seperti:
M. extrinsic larynx
Depressor: m. thyrohyoideus
Levator: m. sternohyoid
M. intrinsic larynx
Adductor:

-Externa: m. cricothyroid
-Interna: m. thyroarytenoid
Abductor: m. cricoarytenoid posterior
Menurut buku Introduction to functional histology 2nd edition, Respiratory system
berdasarkan morfologi dan fungsional subdivisinya ada 3, yaitu:
a) Air conducting part or zone
Rangkaian saluran(tubes) ekspirasi dan inspirasi. Adapun yang termasuk bagian
ini adalah nasal cavities, pharynx, larynx, trachea, bronchi, dan bronchioles.
b) Respiratory portion
Tempat pertukaran CO2 dan O2, dinding tipis alveoli
c) Musculoelastic ventilation apparatus
Terdiri dari otot-otot seperti m. intercostalis dan diaphragma

Fisiologi Saluran Pernafasan


Otot yang mempengaruhi dalam proses bernapas adalah diafragma dan otot intercostalis
external.

Inspirasi
Adalah proses memasukkan udara ke paru-paru.
1.

Diafragma menekan ke bawah dan menjadi mendatar. Hal ini menyebabkan


peningkatan volume di cavitas toraks.

2.

Pada saat bersamaan, terjadi kontraksi otot intercostalis external yang menyebabkan
costae mengembang. Hal ini menyebabkan peningkatan volume di cavitas toraks.

3.

Tekanan intrapleural menyebabkan paru-paru tertekan ke dinding toraks, sehingga


paru-paru ikut mengembang bersamaan dengan mengembangnya costae.

4.

Berkembangnya cavitas toraks menyebabkan peningkatan volume paru-paru yang


menyebabkan penurunan tekanan intraalveolar.

5.

Tekanan di atmosfer yang tinggi memaksa udara melewati saluran pernapasan


hingga ke paru-paru sampai tekanan atmosfer dan tekanan intraalveolar sama
besarnya.

Ekspirasi
1.

Ketika diafragma dan otot intercostalis external berelaksasi membuat costae dan
paru-paru kembali ke ukuran semula. Hal ini menyebabkan penurunan volume
cavitas toraks dan paru-paru.

2.

Penurunan volume paru-paru menyebabkan peningkatan tekanan intraalveolar lebih


tinggi daripada tekanan atmosfer.

3.

Tekanan intraalveolar yang tinggi memaksa keluar dari paru-paru sampai tekanan
atmosfer dan tekanan intraalveolar sama besarnya.

Peradangan ditandai oleh :


1.

Vasodilatasi pembuluh darah local yang mengakibatkan terjadinya aliran darah


setempat yang berlebihan.

2.

Peningkatan permeabilitas kapiler, memungkinkan kebocoran banyak sekali


cairan ke dalam ruang interstisial.

3.

Seringkali terjadinya pembekuan jaringan di dalam ruang interstisial yang


disebabkan oleh fibrinogen dan protein lainnya yang bocor dari kapiler dalam
jumlah besar.

4.

Migrasi sejumlah besar granulosit sel jaringan

5.

Pembengkakan sel jaringan

VOLUME DAN KAPASITAS PARU

Volume Paru

1.

Volume tidal

volume udara yang diinspirasi atau


diekspirasi setiap kali bernapas
laki-laki dewasa sekitar 500 ml.

volume udara ekstra yang dapat diinspirasi


setelah dan di atas volume tidal,
mencapai 3000 ml.

normal, pada
2.

Volume cadangan inspirasi


biasanya

3.

Volume cadangan ekspirasi

volume udara ekstra maksimal yang dapat


diekspirasi melalui ekspirasi kuat
respirasi tidal, sekitar 1100 ml.

volume udara yang masih tetap barada


dalam paru-paru setelah ekspirasi
kuat, sekitar 1200 ml.

pada akhir
4.

Volume residu
paling

Kapasitas Paru

1.

Kapasitas inspirasi

:sama dengan volume tidal ditambah volume


cadangan inspirasi, kira-kira 3500 ml.

2.

Kapasitas residu fungsional

:sama dengan volume cadangan ekspirasi ditambah


volume residu, sekitar 2300 ml.

3.

Kapasitas vital

:sama dengan volume cadangan inspirasi ditambah


volume tidal dan volume cadangan ekspirasi, kirakira 4600 ml.

4.

Kapasitas paru total

:volume maksimum yang dapat mengembangkan


paru sebesar mungkin dengan inspirasi
mungkin, kira-kira 5800 ml.

sekuat

2. Mekanisme pertahanan sistem pernafasan pada manusia digolongkan menjadi tiga, yaitu
pertahanan secara mekanik, biologi dan imunitas.
A. Pertahanan Mekanik
1. Batuk
Batuk terjadi di saluran pernafasan bagian bawah. Pada saat kita mengirup udara
(inspirasi) secara cepat epiglotis menutup dan pita suara juga menutup erat untuk
menjerat udara dalam paru-paru. Kemudian terjadi konstraksi kuat dari otot-otot
abdomen dan mendorong diafragma. Otot ekspirasi lainnya seperti muskulus intercostalis
internus juga berkontraksi sehingga tekanan dalam paru-paru meningkat dan pita suara
tiba-tiba terbuka lebar. Udara bertekanan tinggi dalam paru-paru tersebut seperti meledak

keluar melalui celah-celah bronkus dan trakea. Udara yang mengalir keluar tersebut
membawa benda asing yang terdapat dalam saluran nafas keluar.
2. Bersin
Mekanisme bersin kurang lebih sama dengan mekanisme refleks batuk, namun bersin
hanya terjadi di saluran nafas atas khususnya hidung. Refleks bersin ini bermula ketika
terjadi iritasi dalam saluran hidung, impuls aferen berjalan dalam nervus kelima yaitu
Trigeminus menuju medula, dimana tempat refleks tersebut di cetuskan kemudian terjadi
serangkaian reaksi yang mirip dengan refleks batuk. Tetapi pada hal ini uvula ditekan,
sehingga sejumlah besar udara dengan cepat melalui hidung dan membersihkan saluran
hidung dari benda asing.
3. Mukus dan Silia
Mukus melapisi seluruh permukaan saluran nafas dari hidung hingga bronkiolus
terminalis untuk mempertahankan kelembapan, menangkap partikel-partikel kecil dari
udara inspirasi dan menahannya agar tidak sampai ke aveoli. Mukus diproduksi oleh Sel
Goblet mukosa dalam lapisan epitel saluran napas, dan sebagian oleh kelenjar submukosa
kecil.
Silia melapisi seluruh permukaan saluran napas dari hidung hingga ke bronkiolus
terminalis. Silia berjumlah 200 pada setiap sel epitel. Silia tersebut bergerak terus
menerus dengan gerakan seperti memukul dengan kecepatan 10 hingga 20 kali per detik.
Pada paru-paru silia bergerak memukul ke arah atas, sedangkan pada hidung memukul ke
arah bawah. Gerakan-gerakan silia ini menyebabkan mucus dan menjerat partikel-partkel
asing untuk kemudian di batukkan keluar.
4. Deposisi Partikel
Partikel yang masuk kedalam sistem pernafasan ukurannya sangat heterogen. Parikel
berukuran lebih dari 10 mikro meter tertangkap didalam rongga hidung, yang berukuran
diantara 5 sampai 10 mikro meter tertangkap di bronkus dan percabangannya, sedangkan
yang berukuran kurang dari 3 mikro meter dapat masuk kedalam alveoli. Tertangkapnya

partikel disebabkan karena partikel tersebut menabrak dinding saluran pernafasan dan
adanya kecenderungan partikel untuk mengendap.
B. Pertahan Biologis
Pertahanan biologis dilakukan oleh flora mikroba yang terdapat di tubuh kita. Flora
mikroba tersebut dibagi menjadi flora menetap dan flora sementara. Flora menetap terdiri
atas mikroorganisme yang jenisnya relatif tetap dan biasa ditemukan di daerah-daerah
tertentu pada umur tertentu; bila terganggu, mikrorganisme itu tumbuh kembali dengan
segera. Flora sementara yang terdiri atas mikroorganisme non pathogen at potensial
pathogen yang mendiami kulit atau selaput mukosa selama beberapa jam, hari, atau
minggu; mikroorganisme ini berasal dari lingkungan sekitar, tidak menimbulkan
penyakit, dan tidak menetap secara permanen pada permukaan kulit. Anggota flora
sementara umumnya kurang berarti apabila flora penghuni normal tetap utuh. Akan
tetapi, bila flora yang menetap terganggu, mikroorganisme sementara dapat berkoloni,
berproliferasi dan menimbulkan penyakit. Mikroorganisme utama dalam saluran
pernafasan bagian atas, khususnya faring adlah streptococcus nonhemolitik dan alfahemolitik, serta neiseria. Stafilococcus, difteroid, Haemophilus, pneumokokus,
mikoplasma, dan Prevotella juga ditemukan.
C. Pertahanan Imunitas
1.

Fagositosik dan Inflamasi


Partikel yang terdeposisikan difagositosis oleh sel pertahanan tubuh. Sel pertahanan
tubuh tersebut diantaranya adalah sel-sel makrofag dan sel polimorfonuklear (PMN). Sel
makrofag alveolar (pulmonary alveolar macrophage) dalam sitoplasma makrofag
terdapat

macam-macam

granula

berisi

enzim

untuk

mencerna

partikel

dan

mokroorganisme dan difagositosis. Jika mikroorganisme yang masuk tidak dapat diatasi
oleh makrofag, maka mikroorganisme tersebut akan berkembang biak di alveoli dan
menyebabkan pneumonia dan proses inflamasi. Berbagai macam komponen inflamasi
yang dikeluarkan oleh makrofag, seperti komplemen aktivatif dan faktor kemotaktik.
Setelah makrofag mengeluarkan zat, sel polimorfonuklear tertarik datang untuk
membantu makrofag memfagositosis serta membunuhmikroorganisme. Ketika makrofag

bersentuhan dengan partikel atau mikroorganisme, materi asing partikel atau


mikrorganisme tersebut akan menempel pada dinding makrofag yang berupa membrane.
Membran ini akan melakukan invaginasi dan membentuk cekungan untuk menelan benda
asing. Benda asing ditelan melalui pembentukan fagosom sitoplasmik. Pada beberapa
keadaan, terdapat suatu protein yang disebut opsonin yang terlebih dahulu membungkus
benda asing sebelum menempel pada sel yang memfagositosis benda asing ini. Opsonin
menyebabkan benda asing lebih adhesive terhadap makrofag. IgG merupakan salah satu
bentuk opsonin.

2.

Mekanisme Respon Imun


Mekanisme respon ini di bagi ke dalam dua komponen, yaitu :

Mekanisme respon imun humoral yang melibatkan Limfosit B

Mekanisme respon imun seluler yang melibatkan Limfosit T

Mekanisme respon imun humoral memerlukan aktivitas Limfosit B dan antibodi yang
diproduksi oleh sel plasma hasil perkembangan dari Limfosit B. Mekanisme ini tampak
dalam dua bentuk antibodi yaitu immunoglobulin IgA dan IgB. IgA berperan dalam
pertahan di nasofaring dan saluran nafas atas. IgG terdapat di distal paru-paru yang
berperan dalam mengumpulkan partikel, menetralkan toksin dan melisiskan bakteri gram
positif.
Mekanisme respon imun seluler merupakan aktivitas Limfosit T yang mampu
mengeluarkan limfokin yang merupakan suatu mediator yang dapat larut, ini merupakan
suatu zat yang dapat menarik dan mengaktifkan sel pertahanan tubuh yang lain, terutama
makrofag. Limfosit T dibedakan menjadi limfosit CD4+ (sel T helper) dan limfosit CD8+
(sel T sepresor dan sel T sitotoksik).
3.

Pencegahan dan Pengobatan Pilek

Menurut buku Medical Microbiology and Immunology: Examination and Board Review,
tidak ada terapi yang cocok untuk mengobati pilek karena rhinovirus yang merupakan

penyebab pilek memiliki jenis yang sangat banyak, sehingga tidak ada terapi yang
dianjurkan untuk mengobati pilek. Pemberian vaksin juga tidak efektif karena jumlah
serotype yang banyak. Pemberian dosis vitamin C yang tinggi memberikan efek yang
kecil dalam mencegah demam yang disebabkan oleh rhinovirus. Selain itu, pencegahan
yang dapat dilakukan adalah membatasi kontak dengan penderita pilek.
Menurut buku Disease of The Ear, Nose, and Throat karangan Hall dan Colman halaman
99, cara terbaik pengobatan pilek adalah dengan mengisolasi pasien dengan suhu sekitar
210C dengan kelembaban 40-50%. Hal ini dilakukan agar pasien dapat memulihkan diri
dan menghindari penularan penyakit pada orang lain. Pemberian antihistamin digunakan
untuk membantu kerja dekongestan hidung dan mengurangi sekresi air. Selain itu,
kemoterapi walaupun tidak secara normal dibutuhkan, tetapi dilihat dari menfaatnya
dalam pencegahan komplikasi bakteri seperti sinusitis, otitis media, dan infeksi saluran
pernapasan bawah pada pasien.
Menurut buku Disease of The Ear, Nose, and Throat karangan P. L. Dhingra halaman
188, istirahat merupakan cara yang paling pokok untuk mengurangi perjalanan penyakit
pokok untuk mengurangi perjalanan penyakit. Pilek dapat diatasi atau dikontrol dengan
antihistamin dan dekongestan hidung. Penggunaan analgesic sangat berguna untuk
menyembuhkan sakit kepala, demam, dan myalgia (nyeri otot).

BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN

3.1.

Kesimpulan

Dari hasil diskusi kelompok kecil dapat kami simpulkan bahwa definisi kesehatan adalah
suatu patokan untuk mengukur kesehatan masyarakat. Indikator derajat kesehatan dapat di
tinjau dari 3 hal yaitu, mortalitas (angka kematian), morbiditas (angka kesakitan), status gizi,
dan lingkungan. Lingkungan, perilaku, pelayanan masyarakat, dan heredity (keturunan)
merupakan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi derajat kesehatan.
Upaya untuk meningkatkan derajat kesehatan dapat dilakukan dengan meningkatkan
pendidikan kesehatan dan perilaku individu pencegahan penyakit dapat dilakukan dengan
cara preventif baik primer, sekunder, maupun tersier.
3.2 Saran
Demikian laporan diskusi kelompok kami, kami berharap hasil diskusi kami mengenai
konsep sehat dan sakit ini dapat meningkatkan derajat kesehatan dengan melakukan berbagai
upaya pencegahan baik primer, sekunder dan tersier. Semoga laporan ini dapat bermanfaat
bagi para pembaca.

DAFTAR PUSTAKA
Dhingra, P L. 2004. Diseases of The Ear, Nose and Throat 3rd Edition. Elsevier: New
Delhi.
Djojodibroto, dr. R. Darmanto. 2009. Respirology (Respiratory Medicine). Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Grays Anatomy. 2005. The Anatomical Basis of Clinical Practice 39th edition.
Churchill Livingston. Page 945- 968.
Grays Anatomy. 2005. The Anatomical Basis of Clinical Practice 39th edition.
Churchill Livingstone . Page 1057- 1092.
Gunstream, Stanley E.2010 anatomy and fhysiology with integrated study guide
fourth edition. Mcgraw hill. Newyork.
Guyton AC. 1994. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Jawetz E, Melnick JL, Adelberg EA, Books GF, Butel JS, Ornoston Ln. 1996. Flora
Mikroba Normal Tubuh. Mikrobiologi Kedokteran. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
EGC. Hal. 11: 188- 190.
Hall and Colmans. 2000. Diseases of The Ear, Nose and Throat 15th Edition. Churcill
Livingstone.

Sherwood. 2001. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Sobotta. Atlas of Human Anatomy 1st Edition Volume 2. Page 112- 129.
Stewart J, Weir DM. Infection, Immunity and Protection. In: Immunology. 8th Edition.
London: Churchill Livingstone. Page 147- 197.
Telford IR, Bridgman CF. 1995. Introduction to Functional Histology 2nd Edition.
Harper Collins College publishers. Page 273- 279.
Young B, Heath JW. 2005. Weathers Functional Histology 4th Edition. Churchill
Livingstone. Page: 222-225.

Anda mungkin juga menyukai