PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Chronic subdural hematoma (CSDH) adalah salah satu tipe
perdarahan intrakranial yang paling sering ditangani di bagian bedah
syaraf. Semakin tua usia serta didapatkannya berbagai masalah medis pada
beberapa
pasien,
menyebabkan
tindakan
bedah
dianggap
beresiko
1.2 Tujuan
Membuktikan efficacy dari tiga metode bedah primer (burr-hole drainage
without membranectomy, enlarged craniectomy with a diameter of about
BAB II
TELAAH JURNAL
(MRI).
Sebelum
operasi,
165
pasien
dilakukan
general
2.2 Hasil
Gejala
Tabel 4 menunjukkan bahwa trauma kepala merupakan penyebab
yang paling sering dari kasus CSDH pada 113 pasien (66 %). Kebanyakan
adalah trauma minor. Lama interval antara cedera kepala sampai dilakukan
CT scan pertama rata-rata 6 minggu (1 minggu sampai 6 bulan). Letak
hematoma yang berada di sisi kiri sebanyak 66 kasus, di sisi kanan
sebanyak 68 kasus, dan bilateral sebanyak 38 kasus. Gejala awal adalah
sakit kepala (n = 67), hemiparesis (n = 61), dan penurunan kesadaran (n =
50).
Pada sebagian besar pasien dengan coagulopathy, riwayat cedera
kepalanya tidak jelas.
Temuan CT
CSDH dibagi menjadi 4 group berdasarkan density dan appearance
pada CT scan (high, mixed, iso, dan low). Distribusinya pada 3 kelompok
hampir sama.. Pada semua kelompok, CT-density yang paling sering
ditemukan adalah mixed (52-61%) dan low (20-43%). Pada 85% kasus,
hasil CT-scan menunjukkan midline shift.
Pada pasien yang membutuhkan operasi ulang (n = 31), didapatkan
CT-density (perdarahan ulang) adalah low (46 %), mixed (39 %), dan high
(15 %), Mayoritas gambaran hyperdense dari CT scan (perdarahan ulang)
ditemukan pada pasien dengan coagulopathy, dimana rata-rata ketebalan
hematoma adalah 2 cm, sedangkan mayoritas gambaran hypodense lesion
ditemukan pada pasien tanpa coagulopathy, dimana rata-rata ketebalan
hematoma sebesar 1,3 cm.
Metode Operasi
Sebelum
operasi,
165
pasien
dilakukan
general
anesthesia,
semua
kasus,
closed-system
drainage
diletakkan
pada
hematoma cavity rata-rata 3 hari (range 1-8 hari) setelah dilakukan irigasi
dengan larutan normal salin.
Outcome
Status neurologi pada sebagian besar kasus dapat membaik setelah
dilakukan tindakan bedah. Secara umum hasilnya baik, dengan 82 pasien
(postoperative) menunjukkan sedikit defisit nerologi atau tanpa defisit
neurologi (grading neurologi 0-1). Subdural empyema sebagai komplikasi
postoperative ditemukan pada 2 kasus dari kelompok B. Tingkat mortalitas
pada operasi, yang didefinisikan sebagai kematian dalam 30 hari setelah
bedah, adalah 5 % (n = 8). Kematian ini berhubungan dengan penyakit,
dan bukan disebabkan cerebral decompensation.
Operasi Ulang
Indikasi untuk dilakukan operasi ulang adalah adanya rebleeding,
peningkatan volume dari residual subdural fluid di dalam hematoma
cavity, dan kompresi dari permukaan otak seperti yang ditunjukkan di CT
scan yang disertai defisit neurologi.
Terdapat 31 pasien yang melakukan operasi ulang pada rata-rata 12
hari (0-51 hari) setelah operasi pertama: 6 pasien (16 %) dari kelompok A,
22 pasien (18 %) dari kelompok B, dan 3 pasien (23 %) dari kelompok C.
Coagulopathy
Kasus coagulopathy (n = 43) pada penelitian ini, antara lain:
thrombocytopenia yang disebabkan oleh leukemia (n = 9), penggunaan
coumadin (n = 15) dan aspirin (n = 19). Pada kasus dengan coagulopathy,
tingkat operasi ulang jauh lebih tinggi dan interval to reoperation juga
jauh lebih pendek dibandingkan dengan pasien tanpa coagulopathy, 16 dari
43 pasien (41 %) menjalani operasi ulang pada rata-rata hari ke-4 setelah
dilakukan operasi (1-25 hari). CT scan menunjukkan high-density atau
mixeddensity dan ketebalan hematoma rata-rata sebesar 2,5 cm.
Terdapat 6 pasien yang diberi tindakan burr-hole drainage
(kelompok A), 22 pasien diberi tindakan enlarged craniectomy dengan
membranectomy (kelompok B), dan 3 pasien diberi tindakan large
craniotomy dengan membranectomy (kelompok C).
Rebleeding akut (dalam 24 jam pasca operasi) ditemukan pada 5
pasien dari kelompok B dan C.
BAB III
PEMBAHASAN
namun
(9,11,13,19,22,23)
tingkat
operasi
ulangnya
beragam
(sekitar
2,7-30%).
pada
gambar
neuroradiologi
dari
tiga
kelompok
tersebut
umum
hasilnya
baik.
Pada
69
pasien
(postoperative)
10
yang digunakan. Operasi ulang dilakukan pada rata-rata 12 hari (0-51 hari)
setelah operasi pertama. (4,6,9,11,13,17,19,22,23) Pada kelompok perlakuan dengan
burr-hole drainage without membranectomy (kelompok A, n = 38), tingkat
operasi ulang lebih rendah (16%) dibandingkan kelompok B dan C dengan
partial membranectomy (18% dan 23%). Sehingga, pendekatan ekstended
surgical dengan partial membranectomy tidak memberikan keuntungan
apapun (baik dari tingkat operasi ulang maupun hasil).
Local hyperfibrinolysis menyebabkan liquefaction dari subdural
blood clot dan micro-hemorrages dari sinusoidal vessels pada membran
parietal. (7,12,14) Oleh karena itu, pada penanganan awal CSDH, dilakukan
pengambilan cairan subdural yang mengandung fibrinolytic agents serta
dilakukan pembilasan pada hematoma cavity. Cara ini lebih penting
dibandingkan dengan partial resection of membrane.
Berdasarkan pengamatan klinis dari subdural hematomas dan
histologic study tentang hematoma membrane, CSDH berkembang dari
tahap proliferatif sampai tahap degeneratif , hal ini sesuai dengan yang
ditunjukkan pada CT-scan di beberapa kasus spontaneous resolution dari
CSDH. (25) Nakaguchi dkk melaporkan adanya tingkat rekurensi dan operasi
ulang yang lebih tinggi pada tahap proliferative dari CSDH. (14) Nomura
dkk menyimpulkan bahwa mixed-layered density hematomas memiliki
kecenderungan untuk terjadi perdarahan ulang. (15) Hal ini sesuai pada
penelitian ini, dimana kasus-kasus dengan tindakan operasi ulang memiliki
lama interval antara cedera kepala sampai dilakukan CT scan dan operasi
pertama rata-rata 4 minggu pada koresponden yang mengalami tahap
proliferatif, dan lama interval ini masih jauh lebih
pendek jika
11
BAB IV
12
KESIMPULAN
craniotomy
with
membranectomy
DAFTAR PUSTAKA
13
digunakan
untuk
kasus
14
15
16