DIARE AKUT
I.
PENDAHULUAN
Diare akut adalah buang air besar lembek atau bahkan dapat berupa air saja, dengan atau
tanpa darah dan lendir, dengan frekuensi tiga kali atau lebih sering dari biasanya dalam 24 jam, dan
berlangsung kurang dari 14 hari.1
Diare masih merupakan penyebab utama kesakitan dan kematian anak terutama di negara
berkembang. Menurut laporan Departemen Kesehatan, di Indonesia setiap anak mengalami episode
diare sebanyak 1,6 2 kali setahun. Dalam berbagai hasil Survei kesehatan Rumah Tangga diare
menempati kisaran urutan ke-2 dan ke-3 berbagai penyebab kematian bayi di Indonesia 3.
Sebagian besar diare akut disebabkan oleh infeksi. Banyak dampak yang terjadi karena
infeksi seluran cerna antara lain pengeluaran toksin yang dapat menimbulkan gangguan sekresi dan
reabsorpsi cairan dan elektrolit dengan akibat dehidrasi, gangguan keseimbangan elektrolit dan
keseimbangan asam basa. Invasi dan destruksi sel epitel, penetrasi ke lamina propria serta kerusakan
mikrovili dapat menimbulkan keadaan maldiges dan malabsorpsi 4.
Di Indonesia, diare masih merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat utama. Hal ini
disebabkan masih tingginya angka kesakitan dan menimbulkan banyak kematian terutama pada bayi
dan balita, serta sering menimbulkan Kejadian Luar Biasa (KLB) 5.
II.
EPIDEMIOLOGI
Setiap tahun diperkirakan lebih dari satu milyar kasus diare di dunia dengan 3,3 juta kasus
kematian sebagai akibatnya. Diperkirakan angka kejadian di negara berkembang berkisar 3,5 7
episode per anak pertahun dalam 2 tahun pertama kehidupan dan 2 5 episode per anak per tahun
dalam 5 tahun pertama kehidupan. Data dari profil kesehatan Indonesia tahun 2002 menunjukkan
bahwa angka kesakitan diare berdasarkan propinsi terjadi penurunan dari tahun 1999-2001. Pada
tahun 1999 angka kesakitan diare sebesar 25,63 per 1000 penduduk menurun menjadi 22,69 per 1000
penduduk pada tahun 2000 dan 12,00 per 1000 penduduk pada tahun 2001.6 Sedangkan berdasarkan
profil kesehatan Indonesia 2003, penyakit diare menempati urutan kelima dari 10 penyakit utama
pada pasien rawat jalan di Rumah Sakit dan menempati urutan pertama pada pasien rawat inap di
Rumah Sakit. Berdasarkan data tahun 2003 terlihat frekuensi kejadian luar biasa (KLB) penyakit
diare sebanyak 92 kasus dengan 3865 orang penderita, 113 orang meninggal, dan Case Fatality
Rate(CFR) 2,92%.7 Kasus diare akut yang ditangani di praktek sehari-hari berkisar 20% dari total
kunjungan untuk usia di bawah 2 tahun dan 10% untuk usia di bawah 3 tahun 5.
1
III.
ETIOLOGI
Sebagian besar penyebab infeksi diare adalah Rotavirus, disamping virus lainnya seperti
Norwalk Like Virus, Enteric Adenovirus, Astovirus, dan Calicivirus. Beberapa patogen bakteri
seperti Salmonella, Shigella, Yersinia, Campylobacter, dan beberapa strain khusus E.Coli. Beberapa
parasit yang sering menyebabkan diare meliputi Giardia, Crytosporidium, dan Entamoeba
Histolytica6.
Etiologi diare dapat dibagi dalam beberapa faktor, yaitu :
1. Faktor infeksi
a) Infeksi enteral yaitu : infeksi saluran pencernaan yang merupakan penyebab utama pada
anak. Infeksi enteral meliputi :
b) Infeksi paraenteral yaitu : infeksi dibagian tubuh lain diluar alat pencernaan seperti Otitis
media akut (OMA), Tonsilofaringitis, Bronkopneumonia, Encephalitis dan sebagainya.
2. Faktor Malabsopsi
a. Malabsobsi karbohidrat
b. Malabsobsi lemak
c. Malabsobsi protein
3. Faktor makanan : makanan basi, beracun, alergi terhadap makanan.
4. Faktor Psikologis : rasa takut dan cemas, walaupun jarang menimbulkan diare terutama
pada anak besar.6
IV.
PATOGENESIS
usus. Isi rongga usus yang berlebihan ini akan merangsang usus untuk mengeluarkannya sehingga
timbul diare.
2. Gangguan sekresi
Akibat rangsangan tertentu ( misal oleh toksin) pada dinding usus akan terjadi peningkatan
sekresi air dan elektrolit ke dalam rongga usus dan selanjutnya diare timbul karena terdapat
peningkatan isi rongga usus.
3. Gangguan motilitas usus
Hiperperistaltik akan mengakibatkan kesempatan usus untuk menyerap makanan, sehingga
timbul diare, sebaliknya bila peristaltik usus menurun akan mengakibatkan bakteri tumbuh
berlebihan yang selanjutnya dapat menimbulakan diare pula 6.
V.
PATOFISIOLOGI
Ada beberapa mekanisme patofisiologis yang terjadi, sesuai dengan penyebab diare.
Virus dapat secara langsung merusak vili usus halus sehingga mengurangi luas permukaan
usus halus dan mempengaruhi mekanisme enzimatik yang mengakibatkan terhambatnya
perkembangan normal vili enterocytes dari usus kecil dan perubahan dalam struktur dan fungsi
epitel. Perubahan ini menyebabkan malabsorbsi dan motilitas abnormal dari usus selama infeksi
rotavirus 7.
Bakteri mengakibatkan diare melalui beberapa mekanisme yang berbeda. Bakteri non
invasive (vibrio cholera, E.coli patogen) masuk dan dapat melekat pada usus, berkembang baik
disitu, dan kemudian akan mengeluarkan enzim mucinase (mencairkan lapisan lendir), kemudian
bakteri akan masuk ke membran, dan mengeluarkan sub unit A dan B, lalu mengeluarkan cAMP
yang akan merangsang sekresi cairan usus dan menghambat absorpsi tanpa menimbulkan kerusakan
sel epitel. Tekanan usus akan meningkat, dinding usus teregang, kemudian terjadilah diare 8.
Bakteri invasive (salmonella spp, shigella sp, E.coli invasive, campylobacter) mengakibatkan
ulserasi mukosa dan pembentukan abses yang diikuti oleh respon inflamasi. Toksin bakteri dapat
mempengaruhi proses selular baik di dalam usus maupun di dalam usus. Enterotoksin Escherichia
coli yang tahan panas akan mengaktifkan adenilat siklase, sedangkan toksin yang tidak tahan panas
mengaktifkan guanilat siklase. E.coli enterohemoragik dan Shigella menghasilkan verotoksin yang
menyebabkan kelainan sistemik seperti kejang dan sindrom hemolitik uremik 8.
Sebagai akibat diare akut maupun kronik akan terjadi :
1. Kehilangan air (dehidrasi)
Dehidrasi terjadi karena kehilangan air (output) lebih banyak daripada pemasukan air (input),
merupakan penyebab terjadinya kematian pada diare.
3
Hipoglikemia terjadi pada 2-3% dari anak-anak yang menderita diare. Pada anak-anak
dengan gizi cukup/baik, hipoglikemia ini jarang terjadi, lebih sering terjadi pada anak yang
sebelumnya sudah menderia KKP
Hal in terjadi karena :
a. Penyimpanan/persediaan glikogen dalam hati terganggu
b. Adanya gangguan absorbsi glukosa (Walaupun jarang terjadi)
Gejala hipoglikemia akan muncul jika kadar glukosa darah menurun sampai 40 mg% pada bayi
dan 50 mg% pada anak-anak
Gejala : lemah, apatis, peka rangsang, tremor, berkeringat, pucat, syok, kejang sampai koma
Terjadinya hipoglikemia ini perlu dipertimbangkan jika terjadi kejang yang tiba-tiba tanpa
adanya panas atau penyakit lain yang disertai kejang atau penderita dipuasakan dalamw aktu
yang lama.
4. Gangguan gizi
Sewaktu anak menderita diare, sering terjadi gangguan gizi dengan akibat terjadinya
penurunan berat badan dalam waktu yang singkat.
Hal ini disebabkan :
a. Makanan sering dihentikan oleh orang tua karena takut diare dan/atau muntahnya akan
bertambah hebat. Orangtua sering hanya memberikan air teh saja (teh diit)
b. Walaupun susu diteruskan, sering diberikan dengan pengenceran dan susu yang encer ini
diberikan terlalu lama.
c. Makanan yang diberikan sering tidak dicerna dan diabsorbsi dengan baik dengan adanya
hiperperistaltik
5. Gangguan sirkulasi
Sebagai akibat diare dengan/disertai muntah, dapat terjadi gangguan sirkulasi darah berupa
renjatan (syok) hipovolemik. Akibatnya perfusi jaringan berkurang dan terjadi hipoksia, asidosis
bertambah hebat, dapat mengakibatkan perdarahan dalam otak, kesadaran menurun
(soporokomateus) dan bila tidak segera ditolong penderita dapat meninggal.
Semua akibat diare cair diakibatkan karena kehilangan air dan elektrolit tubuh melalui tinja.
Dehidrasi adalah keadaan yang paling berbahaya karena dapat menyebabkan volume darah
5
(hipovolemia), kolaps kardiovaskular dan kematian bila tidak diobati dengan tepat. Ada tiga macam
dehidrasi :
1. Dehidrasi isotonik
Ini adalah dehidrasi yang sering terjadi karena diare. Hal ini terjadi bila kehilangan air dan
natrium dalam proporsi yang sama dengan keadaan normal dan ditemui dalam cairan ekstraseluler.
2. Dehidrasi Hipertonik
Beberapa anak yang diare, terutama bayi sering menderita dehidrasi hipernatremik. Pada
keadaan ini didapatkan kekurangan cairan dan kelebihan natrium. Bila dibandingkan dengan
proporsi yang biasa ditemukan dalam cairan ekstraseluler dan darah. Ini biasanya akibat dari
pemasukan cairan hipertonik pada saat diare yang tidak di absopsi secara efisien dan pemasukan air
yang tidak cukup.
3. Dehidrasi Hipotonik
Anak dengan diare yang minum air dalam jumlah besar atau yang mendapat infus 5 %
glukosa dalam air, mungkin bisa menderita hiponatremik. Hal ini terjadi karena air diabsopsi dari
usus sementara kehilangan garam (NaCl ) tetap berlangsung dan menyebabkan kekurangan natrium
dan kelebihan air.6
VI.
GEJALA KLINIS
Mula-mula bayi/anak menjadi cengeng, gelisah, suhu badan mungkin meningkat, nafsu
makan berkurang atau tidak ada kemudian timbul diare. Tinja makin cair, mungkin mengandung
darah dan/ atau lendir, warna tinja berubah menjadi kehijau-hijauan karena tercampur empedu.
Karena seringnya defekasi, anus dan sekitarnya lecet karena tinja makin lama makin menjadi asam
akibat banyaknya asam laktat, yang terjadi dari pemecahan laktosa yang tidak dapat diabsorpsi oleh
usus.
Gejala muntah dapat terjadi sebelum atau sesudah diare. Bila penderita telah banyak
kehilangan air dan elektrolit terjadilah gejala dehidrasi. Berat badan turun, pada bayi ubun-ubun
besar cekung, tonus dan turgor kulit berkurang, selaput lendir mulut dan bibir terlihat kering.1,3
diperiksa
Keadaan umum
Sehat
Gelisah,
cengeng, Mengigau,
apatis, ngantuk
atau syok
koma
Kekenyalan kulit
Normal
Sedikit kurang
Sangat kurang
Mata
Normal
Sedikit cekung
Sangat cekung
Ubun-ubun besar
Normal
Sedikit cekung
Sangat cekung
Mulut
Normal
Kering
Sedang (120-140)
Denyut
nadi
menit
Catatan :
1. Untuk menentukan kekenyalan kulit, kulit perut dicubit selama 30 60 detik, kemudian
dilepas
Jika kulit kembali normal dalam waktu :
2. Berdasarkan skor yang ditemukan pada penderita, dapat ditentukan derajat dehidrasi :
Dehidrasi ringan
Dehidrasi sedang
Dehidrasi berat
Mengantuk, lemas,
ektremitas dingin,
dan kondisi :
- Bayi dan anak
Kecil
berkeringat,
sianotik, mungkin
koma
- Anak lebih besar
dan dewasa
Biasanya sadar,
pusing pada
gelisah, ektremitas
perubahan
dingin, berkeringat
dan sianotik, kulit
jari-jari tangan dan
kaki berkeriput,
kejang otot.
2.Nadi radialis
Normal
Cepat, halus,
kadang-kadang
8
tidak teraba
3.Pernafasan
Normal
Dalam,mungkin
cepat
4.Ubun-ubun besar
Normal
Cekung
Sangat cekung
5.Elastisitas kulit
Pada pencubitan,
Lambat
elsatisitas kembali
detik)
segera
6.Mata
Normal
Cekung
Sangat cekung
7.Air mata
Ada
Kering
Sangat kering
8.Selaput lendir
Lembab
Kering
Sangat kering
9.Pengeluaran urin
Normal
Berkurang dan
warna tua
10.Tekanan darah
Normal
Normal-rendah
sistolik
< 80 mmHg,
mungkin tidak
teratur
11. % kehilangan
45%
6-9%
berat
10 % atau lebih
12. Prakiraan
40 50 ml/kg
60 90 ml/kg
kehilangan cairan
Pembagian dehidrasi menurut Modul Pelatihan Diare. UKK Gastro-Hepatologi IDAI. 2009
Kategori
Dehidrasi Berat
Mata cowong
Gelisah
Mata Cowong
Tanpa Dehidrasi
PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Pemeriksaan laboratorium penting artinya dalam menegakkan diagnosis (kausal) yang tepat
sehingga kita dapat memberikan obat yang tepat pula. Pemeriksaan yang perlu dikerjakan :
1. Pemeriksaam tinja
a. Makroskopis dan mikroskopis.
b. Biakan kuman untuk mencari kumam penyebab.
c. Tes resistensi terhadap berbagai antibiotika.
10
d. pH dan kadar gula dalam tinja dengan kertas lakmus dan tablet clinitest, bila diduga terdapat
intoleransi glukosa.
2. Pemeriksaan darah
a. Darah lengkap.
b. pH, cadangan alkali dan elektrolit untuk menentukan gangguan keseimbangan asam basa.
c. Kadar ureum untuk mengetahui adanya gangguan faal ginjal.
3. Pemeriksaan Elektrolit
Terutama kadar natrium, kalium, kalsium dan fosfor dalam serum (terutama pada penderita yang
disertai kejang).
4. Pemeriksaan intubasi duodenal
Untuk mengetahui jenis jasad renik atau parasit secara kualitatif dan kuantitatif, terutama
dilakukan pada penderita diare kronik.6,9,10
VIII. KOMPLIKASI
Kebanyakan penderita diare sembuh tanpa mengalami komplikasi, tetapi sebagian kecil mengalami
komplikasi dari dehidrasi, kelainan elektrolit atau pengobatan yang diberikan
Komplikasi paling penting (walaupun jarang)
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Hipernatremia
Hiponatremia
demam
Edema/overhidrasi
Asidosis
Hipokalemia
7.
8.
9.
10.
11.
12.
Ileus parlaitikus
Kejang
intoleransi laktosa
Malabsorpsi glukosa
Muntah
gagal ginjal
1. Hipernatremia
Sering terjadi pada bayi baru lahir sampai umur 1 tahun (khususnya bayi berumur < 6 bulan).
Biasanya terjadi pada diare yang disertai muntah dengan intake cairan/makanan kurang, atau
cairan yang diminum mengandung terlalu banyak Na. Pada bayi juga dapat terjadi jika setelah
diare sembuh diberi oralit dalam jumlah berlebihan
2. Hiponatremia
Dapat terjadi pada penderita diare yang minum cairan yang sedikit/tidak mengandung Na.
Penderita gizi buruk mempunyai kecenderungan mengalami hiponatremia.
Pengobatan : beri oralit dalam jumlah yang cukup
Gejala-gejala dehidrasi
11
Hipotonik
Isotonik
Hipertonik
Rasa haus
Berat badan
Menurun sekali
Menurun
Menurun
Turgor kulit
Menurun sekali
Menurun
Tidak jelas
Kulit/selaput lendir
Basah
Kering
Kering sekali
Gejala SSP
Irritabel,
apatis
hiperrefleksi
Apatis
Koma
Sirkulasi
Jelek sekali
Jelek
Nadi
Sangat lemah
Tekanan darah
Sangat rendah
Rendah
Rendah
Banyaknya kasus
20-30%
70%
10-20%
3. Demam
Demam sering terjadi pada infeksi Shigella disentriae dan Rotavirus. Pada umumnya demam
akan timbul jika penyebab diare mengadakan invasi ke dalam sel epitel usus. Demam juga dapat
terjadi karena dehidrasi. Demam yang timbul akibat dehidrasi pada umumnya tidak tinggi dan
akan menurun setelah mendapat hidrasi yang cukup.
Demam yang tinggi mungkin diikuti kejang demam
Pengobatan : kompres dan/atau antipiretika. Antibiotika jika ada infeksi
4. Edema/overhidrasi
Terjadi bila penderita mendapat cairan terlalu banyak
Tanda/gejala : edema kelopak mata, kejang-kejang jika terjadi edema otak. Edema paru-paru
dapat terjadi pada penderita dehidrasi berat yang diberi larutan Garam Faali.
Pengobatan :
12
Tindakan :
13
a. Mencampur susu dalam makanan lain untuk menurunkan kadar laktosa dan menghindrasi
efek bolus
b. Mengencerkan susu jadi - 1/3 selama 24 48 jam. Untuk mengatasi kekurangan gizi akibat
pengenceran ini, sumber nutrient lain seperti makanan padat perlu diberikan
c. Pemberian yoghurt atau susu yang telah mengalami fermentasi untuk mengurangi laktosa
dan membantu pencernaan oleh bakteri usus
d. Berikan suus formula yang tidak mengandung/rendah laktosa, atau ganti dengan susu kedelai
9. Malabsorpsi glukosa
Jarang terjadi. Dapat terjadi pada penderita diare yang disebabkan oleh infeksi, atau penderita
dengan gizi buruk
Tindakan : pemberian oralit dihentikan. Berikan cairan intravena
10. Muntah
Muntah dapat disebabkan oleh dehidrasi, iritasi usus atau gastritis karena infeksi, ileus yang
menyebabkan gangguan fungsi usus atau mual yang berhubungan dengan infeksi sistemik.
Muntah dapat juga disebabkan karena pemberian cairan oral terlalu cepat. Tindakan: berikan
oralit sedikit-sedikit tetapi sering (1 sendok makan tiap 2-3 menit). Antiemetik sebaiknya tidak
diberikan karena sering menyebabkan penurunan kesadaran.
11. Gagal ginjal akut (GGA)
Mungkin terjadi pada penderita diare dengan dehidrasi berat dan syok.
Didiagnosis sebagai GGA bila pengeluaran urine belum terjadi dalam waktu 12 jam setelah
hidrasi cukup
Tindakan: sama dengan GGA yang disebabkan oleh penyakit lain.
IX.
PENATALAKSANAAN 1.
Rehidrasi
2.
Dukungan nutrisi
3.
Suplementasi Zinc
4.
Antibiotik selektif
5.
14
A. REHIDRASI
1) Rencana Terapi A : Diare Tanpa Dehidrasi
Terapi dilakukan di rumah. Menerangkan 4 cara terapi diare di rumah :
a) Berikan anak lebih banyak cairan daripada biasanya untuk mencegah dehidrasi
b) Berikan tablet Zinc. Dosis yang digunakan untuk anak-anak :
Zinc diberikan selama 10-14 hari berturut-turut, walaupun anak sudah sembuh. Cara
pemberian tablet zinc pada bayi, dapat dilarutkan dengan air matang, ASI, atau oralit.
Untuk anak-anak yang lebih besar, zinc dapat dikunyah atau dilarutkan dalam air matang
atau oralit.
c) Beri anak makanan untuk mencegah kurang gizi.
Berikan makanan yang sama setelah diare berhenti, dan berikan makanan
tambahan setiap hari selama 2 minggu
d) Bawa anak kepada petugas kesehatan bila anak tidak membaik dalam 3 hari atau
menderita sebagai berikut :
Demam
Tinja berdarah
15
Memberikan oralit kepada semua anak dengan diare yang datang ke petugas kesehatan
merupakan kebijakan pemerintah.
: 75 mmol/L
Klorida
: 65 mmol/L
Glukosa, anhidrous
: 75 mmol/L
Kalium
: 20 mmol/L
Sitrat
: 10 mmol/L
Total Osmolaritas
: 245 mmol/L
Larutkan 1 bungkus oralit formula baru dalam 1 L air matang, untuk persediaan 24 jam.
Berikan larutan oralit pada anak setiap kali BAB, dengan ketentuan sebagai berikut :
Jika dalam waktu 24 jam persediaan larutan oralit masih tersisa, maka sisa larutan itu harus
dibuang.
4 11 bln
BB
< 5 kg
5 7,9 kg
200 400
ml
Jmlh
12 23 bln
2 - 4 thn
5 14 thn
15 thn
8 10,9 kg 11 15,9 kg
16 29,9 kg
30 kg
400 600
600 800
800 1200
1200 2200
2200
ml
ml
ml
ml
4000 ml
o Jika anak muntah, tunggu 10 menit lalu lanjutkan kembali rehidrasi oral perlahan.
o Lanjutkan ASI kapanpun anak minta.
b. Setelah 4 jam :
o Nilai ulang derajat dehidrasi anak.
o Tentukan tatalaksana yang tepat unuk melanjutkan terapi.
o Mulai beri makan anak di klinik.
c. Bila ibu harus pulang sebelum rencana terapi B :
o Tunjukkan jumlah oralit yang harus dihabiskan dalam 3 jam dirumah.
o Berikan oralit untuk rehidrasi selama 2 hari lagi seperti dijelaskan dalam Rencana Terapi
A.
o Jelaskan 4 cara dalam Rencana Terapi A untuk mengobati anak di rumah
-
17
cairan IV segera. Bila penderita bisa minum, berikan oralit, sewaktu cairan IV dimulai. Berikan 100 mL/kgBB cairan RL
erian 1Kemudian
Apakah saudara dapat menggunakan
cairan IV segera?
BB70 mL/kgBB
:1 jam5 jam
Ya
hn :30 menit2 jam
denyut nadi lemah atau tidak teraba.
ali penderita tiap 1-2 jam. Bila rehidrasi belum tercapai, percepat tetesan IV.
n oralit (5 mg/kgBB/jam) bila penderita masih bisa minum, biasanya setelah 3-4 jam (bayi) atau 1-2 jam (anak).
am (bayi) atau 3 jam (anak), nilai ulang penderita menggunakan tabel penilaian. Lalu pilihlah rencana terapi yang sesu
Tidak
Tidak
Mulai rehidrasi mulut
dengan oralit melalui pipa nasogastrik atas mulut. Berikan 20 mL/kgBB/jam selama 6 jam
Nilailah penderita tiap 1-2 jam :
Bila muntah / perut kembung, berikan cairan perlahan.
h saudaraBila
dapat
menggunakan
pipa nasogastrik
untuk
rehidrasi
? untuk terapi IV.
rehidrasi
tidak tercapai
selama 3 jam,
rujuk
penderita
Setelah 6 jam, nilai kembali penderita dan pilih rencana terapi yang sesuai.
Tidak
Catatan
Segera rujuk anak untuk rehidrasi melalui NGT
atau:IV
B. DUKUNGAN NUTRISI
Makanan tetap diteruskan sesuai usia anak dengan menu yang sama pada aktu anak sehat
sebagai pengganti nutrisi yang hilang, serta mencegah tidak terjadi gizi buruk. ASI tetap
diberikan pada diare cair akut (maupun pada diare akut berdarah) dan diberikan dengan
frekuensi lebih sering dari biasanya.
C. SUPLEMENTASI ZINC
Pemakaian zinc sebagai obat pada diare didasarkan pada alasa ilmiah bahwa zinc
mempunyai efek pada fungsi kekebalan saluran cerna dan berpengaruh pada fungsi dan struktur
saluran cerna serta mempercepat proses penyembuhan epiel selama diare. Kekurangan zinc
ternyata sudah pandemik pada anak anak di negara sedang berkembang. Zinc telah diketahui
berperan dalam metallo-enzymes, polyribosomes, membran sel, fungsi sel, dimana hal ini akan
memacu pertumbuhan sel dan meningkatkan fungsi sel dalam sistem kekebalan. Perlu diketahui
juga bahwa selama diare berlangsung zinc hilang bersama diare sehingga hal ini bisa memacu
kekurangan zinc ditubuh.
Bukti bukti yang telah disebar luaskan dari hasil penelitian bahwa zinc bisa mengurangi
lama diare sampai 20% dan juga bisa mengurangai angka kekambuhan sampai 20%. Bukti lain
mengatakan dengan pemakaian zinc bisa mengurangi jumlah tinja sampai 18-59%. Dari buktibukti juga dikatakan tidak ada efek samping pada penggunaan zinc, jika ada ditemukan hanya
gejala muntah.
Pada penelitian selanjutkan didapatkan bahwa zinc bisa digunakan sebagai obat pada
diare akut, diare persisten, sebagai pencegahan diare akut dan persisten serta diare berdarah.
Dalam penelitian biaya untuk diare dengan menggunakan zinc dikatakan zinc bisa menekan
biaya untuk diare. Pemberian zinc untuk pengobatan diare bisa menekan penggunaan antibiotik
yang tidak rasional. 11
Efek zinc antara lain sebagai berikut :
Zinc merupakan kofaktor enzim superoxide dismutase (SOD). SOD akan merubah anion
superoksida (merupakan radikal bebas hasil sampingan dari proses sintesis ATP yang sangat
kuat dan dapat merusak semua struktur dalam sel) menjadi H2O2, yang selanjutnya diubah
menjadi H2O dan O2 oleh enzim katalase.
Zinc berperan sebagai anti-oksidan, berkompetisi dengan tembaga (Cu) dan besi (Fe) yang
dapat menimbulkan radikal bebas.
Zinc menghambat sintesis Nitric Oxide (NO). Dengan pemberian zinc, diharapkan NO tidak
disintesis secara berlebihan sehingga tidak terjadi kerusaan jaringan dan tidak terjadi
hipersekresi.
Zinc berperan dalam menjaga keutuhan epitel usus, berperan sebagai kofaktor berbagai faktor
transkripsi sehingga transkripsi dalam sel usus dapat terjaga.
D. ANTIBIOTIK SELEKTIF
Antibiotik tidak diberikan pada kasus diare cair akut, kecuali dengan indikasi yaitu pada diare
berdarah dan kolera.
E. EDUKASI ORANG TUA
Nasihat pada ibu atau pengasuh untuk kembali segera jika ada demam, tinja berdarah, muntah
berulang, makan / minum sedikit, sangat haus, diare semakin sering, atau belum membaik dalam
tiga hari. Indikasi rawat inap pada penderita diare akut berdarah adalah malnutrisi, usia kurang
dari satu tahun, menderita campak pada 6 bulan terakhir, adanya dehidrasi dan disentri yang
datang sudah dengan komplikasi.
X.
PENCEGAHAN
20
21