Anda di halaman 1dari 21

TINJAUAN PUSTAKA

DIARE AKUT
I.

PENDAHULUAN
Diare akut adalah buang air besar lembek atau bahkan dapat berupa air saja, dengan atau

tanpa darah dan lendir, dengan frekuensi tiga kali atau lebih sering dari biasanya dalam 24 jam, dan
berlangsung kurang dari 14 hari.1
Diare masih merupakan penyebab utama kesakitan dan kematian anak terutama di negara
berkembang. Menurut laporan Departemen Kesehatan, di Indonesia setiap anak mengalami episode
diare sebanyak 1,6 2 kali setahun. Dalam berbagai hasil Survei kesehatan Rumah Tangga diare
menempati kisaran urutan ke-2 dan ke-3 berbagai penyebab kematian bayi di Indonesia 3.
Sebagian besar diare akut disebabkan oleh infeksi. Banyak dampak yang terjadi karena
infeksi seluran cerna antara lain pengeluaran toksin yang dapat menimbulkan gangguan sekresi dan
reabsorpsi cairan dan elektrolit dengan akibat dehidrasi, gangguan keseimbangan elektrolit dan
keseimbangan asam basa. Invasi dan destruksi sel epitel, penetrasi ke lamina propria serta kerusakan
mikrovili dapat menimbulkan keadaan maldiges dan malabsorpsi 4.
Di Indonesia, diare masih merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat utama. Hal ini
disebabkan masih tingginya angka kesakitan dan menimbulkan banyak kematian terutama pada bayi
dan balita, serta sering menimbulkan Kejadian Luar Biasa (KLB) 5.
II.

EPIDEMIOLOGI
Setiap tahun diperkirakan lebih dari satu milyar kasus diare di dunia dengan 3,3 juta kasus

kematian sebagai akibatnya. Diperkirakan angka kejadian di negara berkembang berkisar 3,5 7
episode per anak pertahun dalam 2 tahun pertama kehidupan dan 2 5 episode per anak per tahun
dalam 5 tahun pertama kehidupan. Data dari profil kesehatan Indonesia tahun 2002 menunjukkan
bahwa angka kesakitan diare berdasarkan propinsi terjadi penurunan dari tahun 1999-2001. Pada
tahun 1999 angka kesakitan diare sebesar 25,63 per 1000 penduduk menurun menjadi 22,69 per 1000
penduduk pada tahun 2000 dan 12,00 per 1000 penduduk pada tahun 2001.6 Sedangkan berdasarkan
profil kesehatan Indonesia 2003, penyakit diare menempati urutan kelima dari 10 penyakit utama
pada pasien rawat jalan di Rumah Sakit dan menempati urutan pertama pada pasien rawat inap di
Rumah Sakit. Berdasarkan data tahun 2003 terlihat frekuensi kejadian luar biasa (KLB) penyakit
diare sebanyak 92 kasus dengan 3865 orang penderita, 113 orang meninggal, dan Case Fatality
Rate(CFR) 2,92%.7 Kasus diare akut yang ditangani di praktek sehari-hari berkisar 20% dari total
kunjungan untuk usia di bawah 2 tahun dan 10% untuk usia di bawah 3 tahun 5.
1

III.

ETIOLOGI
Sebagian besar penyebab infeksi diare adalah Rotavirus, disamping virus lainnya seperti

Norwalk Like Virus, Enteric Adenovirus, Astovirus, dan Calicivirus. Beberapa patogen bakteri
seperti Salmonella, Shigella, Yersinia, Campylobacter, dan beberapa strain khusus E.Coli. Beberapa
parasit yang sering menyebabkan diare meliputi Giardia, Crytosporidium, dan Entamoeba
Histolytica6.
Etiologi diare dapat dibagi dalam beberapa faktor, yaitu :
1. Faktor infeksi
a) Infeksi enteral yaitu : infeksi saluran pencernaan yang merupakan penyebab utama pada
anak. Infeksi enteral meliputi :

Infeksi bakteri : Vibrio, E coli, Salmonela, Shigella, Campylobacter, Yersinia,


aeromonas dan sebagainya.

Infeksi Virus : Enterovirus, Adenovirus, Rotavirus, astovirus dan lain-lain.

Infestasi parasit : Cacing (ascaris, Trichiuris, Oxyuris), Protozoa ( E. Histolytica,


Giardia lambia, Trichomonas hominis), Jamur (Candida albicans).

b) Infeksi paraenteral yaitu : infeksi dibagian tubuh lain diluar alat pencernaan seperti Otitis
media akut (OMA), Tonsilofaringitis, Bronkopneumonia, Encephalitis dan sebagainya.
2. Faktor Malabsopsi
a. Malabsobsi karbohidrat
b. Malabsobsi lemak
c. Malabsobsi protein
3. Faktor makanan : makanan basi, beracun, alergi terhadap makanan.
4. Faktor Psikologis : rasa takut dan cemas, walaupun jarang menimbulkan diare terutama
pada anak besar.6
IV.

PATOGENESIS

Mekanisme dasar yang menyebabkan timbulnya diare adalah :


1. Gangguan Osmotik
Akibat terdapatnya makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan menyebabkan tekanan
osmotik dalam rongga usus meninggi, sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit dalam rongga

usus. Isi rongga usus yang berlebihan ini akan merangsang usus untuk mengeluarkannya sehingga
timbul diare.
2. Gangguan sekresi
Akibat rangsangan tertentu ( misal oleh toksin) pada dinding usus akan terjadi peningkatan
sekresi air dan elektrolit ke dalam rongga usus dan selanjutnya diare timbul karena terdapat
peningkatan isi rongga usus.
3. Gangguan motilitas usus
Hiperperistaltik akan mengakibatkan kesempatan usus untuk menyerap makanan, sehingga
timbul diare, sebaliknya bila peristaltik usus menurun akan mengakibatkan bakteri tumbuh
berlebihan yang selanjutnya dapat menimbulakan diare pula 6.
V.

PATOFISIOLOGI

Ada beberapa mekanisme patofisiologis yang terjadi, sesuai dengan penyebab diare.
Virus dapat secara langsung merusak vili usus halus sehingga mengurangi luas permukaan
usus halus dan mempengaruhi mekanisme enzimatik yang mengakibatkan terhambatnya
perkembangan normal vili enterocytes dari usus kecil dan perubahan dalam struktur dan fungsi
epitel. Perubahan ini menyebabkan malabsorbsi dan motilitas abnormal dari usus selama infeksi
rotavirus 7.
Bakteri mengakibatkan diare melalui beberapa mekanisme yang berbeda. Bakteri non
invasive (vibrio cholera, E.coli patogen) masuk dan dapat melekat pada usus, berkembang baik
disitu, dan kemudian akan mengeluarkan enzim mucinase (mencairkan lapisan lendir), kemudian
bakteri akan masuk ke membran, dan mengeluarkan sub unit A dan B, lalu mengeluarkan cAMP
yang akan merangsang sekresi cairan usus dan menghambat absorpsi tanpa menimbulkan kerusakan
sel epitel. Tekanan usus akan meningkat, dinding usus teregang, kemudian terjadilah diare 8.
Bakteri invasive (salmonella spp, shigella sp, E.coli invasive, campylobacter) mengakibatkan
ulserasi mukosa dan pembentukan abses yang diikuti oleh respon inflamasi. Toksin bakteri dapat
mempengaruhi proses selular baik di dalam usus maupun di dalam usus. Enterotoksin Escherichia
coli yang tahan panas akan mengaktifkan adenilat siklase, sedangkan toksin yang tidak tahan panas
mengaktifkan guanilat siklase. E.coli enterohemoragik dan Shigella menghasilkan verotoksin yang
menyebabkan kelainan sistemik seperti kejang dan sindrom hemolitik uremik 8.
Sebagai akibat diare akut maupun kronik akan terjadi :
1. Kehilangan air (dehidrasi)
Dehidrasi terjadi karena kehilangan air (output) lebih banyak daripada pemasukan air (input),
merupakan penyebab terjadinya kematian pada diare.
3

2. Gangguan keseimbangan asam-basa (Metabolik asidosis)


Metabolik asidosis ini terjadi karena :
a. Kehilangan Na-bikarbonat bersama tinja
b. Adanya ketosis kelaparan. Metabolisme lemak tidak sempurna sehingga benda keton
tertimbun dalam tubuh
c. Terjadi penimbunan asam laktat karena adanya anoksia jaringan
d. Produk metabolisme yang bersifat asam meningkat karena tidak dapat dikeluarkan oleh ginjal
(terjadi oliguria/anuria)
e. Pemindahan ion Na dari cairan ekstraseluler ke dalam cairan intraseluler
Secara klnis asidosis dapat diketahui dengan memperhatikan pernafasan. Pernafasan
bersifat cepat, teratur dan dalam yang disebut pernafasan Kuszmaull. Menurut penelitian Sutoto
(1974), kehilangan komponen basa ini (base defisit) pada penderita dehidrasi berat mencapai
17,7 mEq/L
Pernafasan Kussmaull
Pernafasan Kussmaull ini merupakan homeostatis respiratorik, adalah usaha tubuh untuk
mempertahankan pH darah
Mekanisme terjadinya pernafasan Kussmaull ini dapat diterangkan dengan Ekwasi
Henderson-Hasselbach.
HCO3
H 2 CO3
pH = pK +
Untuk sistem bikarbonat, nilai pK ini konstant, yaitu 6.1. Hal ini berarti pH tergantung
pada ratio Bikarbonas dan karbonat, tidak tergantung dari konsentrasi mutlak bikarbonat dan
karbonat.
Dalam keadaan normal, NaHCO3 = 27 mEq/L (= 60 vol%) dan kadar H2CO3 = 1.35
mEq/L (= 3 vol%). Selama ratio 20 : 1 ini konstant maka pH pun akan tetap 7.4.
Bila kadar bikarbonat turun, maka kadar karbonatpun harus turun pula supaya ratio
bikarbonat : karbonat akan diubah menjadi H 2O dan CO2 dan kelebihan CO2 akan dikeluarkan
dengan bernafas lebih cepat dan dalam (pernafasan Kuszmaull)
3. Hipoglikemia
4

Hipoglikemia terjadi pada 2-3% dari anak-anak yang menderita diare. Pada anak-anak
dengan gizi cukup/baik, hipoglikemia ini jarang terjadi, lebih sering terjadi pada anak yang
sebelumnya sudah menderia KKP
Hal in terjadi karena :
a. Penyimpanan/persediaan glikogen dalam hati terganggu
b. Adanya gangguan absorbsi glukosa (Walaupun jarang terjadi)
Gejala hipoglikemia akan muncul jika kadar glukosa darah menurun sampai 40 mg% pada bayi
dan 50 mg% pada anak-anak
Gejala : lemah, apatis, peka rangsang, tremor, berkeringat, pucat, syok, kejang sampai koma
Terjadinya hipoglikemia ini perlu dipertimbangkan jika terjadi kejang yang tiba-tiba tanpa
adanya panas atau penyakit lain yang disertai kejang atau penderita dipuasakan dalamw aktu
yang lama.
4. Gangguan gizi
Sewaktu anak menderita diare, sering terjadi gangguan gizi dengan akibat terjadinya
penurunan berat badan dalam waktu yang singkat.
Hal ini disebabkan :
a. Makanan sering dihentikan oleh orang tua karena takut diare dan/atau muntahnya akan
bertambah hebat. Orangtua sering hanya memberikan air teh saja (teh diit)
b. Walaupun susu diteruskan, sering diberikan dengan pengenceran dan susu yang encer ini
diberikan terlalu lama.
c. Makanan yang diberikan sering tidak dicerna dan diabsorbsi dengan baik dengan adanya
hiperperistaltik
5. Gangguan sirkulasi
Sebagai akibat diare dengan/disertai muntah, dapat terjadi gangguan sirkulasi darah berupa
renjatan (syok) hipovolemik. Akibatnya perfusi jaringan berkurang dan terjadi hipoksia, asidosis
bertambah hebat, dapat mengakibatkan perdarahan dalam otak, kesadaran menurun
(soporokomateus) dan bila tidak segera ditolong penderita dapat meninggal.

Semua akibat diare cair diakibatkan karena kehilangan air dan elektrolit tubuh melalui tinja.
Dehidrasi adalah keadaan yang paling berbahaya karena dapat menyebabkan volume darah
5

(hipovolemia), kolaps kardiovaskular dan kematian bila tidak diobati dengan tepat. Ada tiga macam
dehidrasi :
1. Dehidrasi isotonik
Ini adalah dehidrasi yang sering terjadi karena diare. Hal ini terjadi bila kehilangan air dan
natrium dalam proporsi yang sama dengan keadaan normal dan ditemui dalam cairan ekstraseluler.
2. Dehidrasi Hipertonik
Beberapa anak yang diare, terutama bayi sering menderita dehidrasi hipernatremik. Pada
keadaan ini didapatkan kekurangan cairan dan kelebihan natrium. Bila dibandingkan dengan
proporsi yang biasa ditemukan dalam cairan ekstraseluler dan darah. Ini biasanya akibat dari
pemasukan cairan hipertonik pada saat diare yang tidak di absopsi secara efisien dan pemasukan air
yang tidak cukup.
3. Dehidrasi Hipotonik
Anak dengan diare yang minum air dalam jumlah besar atau yang mendapat infus 5 %
glukosa dalam air, mungkin bisa menderita hiponatremik. Hal ini terjadi karena air diabsopsi dari
usus sementara kehilangan garam (NaCl ) tetap berlangsung dan menyebabkan kekurangan natrium
dan kelebihan air.6
VI.

GEJALA KLINIS
Mula-mula bayi/anak menjadi cengeng, gelisah, suhu badan mungkin meningkat, nafsu

makan berkurang atau tidak ada kemudian timbul diare. Tinja makin cair, mungkin mengandung
darah dan/ atau lendir, warna tinja berubah menjadi kehijau-hijauan karena tercampur empedu.
Karena seringnya defekasi, anus dan sekitarnya lecet karena tinja makin lama makin menjadi asam
akibat banyaknya asam laktat, yang terjadi dari pemecahan laktosa yang tidak dapat diabsorpsi oleh
usus.
Gejala muntah dapat terjadi sebelum atau sesudah diare. Bila penderita telah banyak
kehilangan air dan elektrolit terjadilah gejala dehidrasi. Berat badan turun, pada bayi ubun-ubun
besar cekung, tonus dan turgor kulit berkurang, selaput lendir mulut dan bibir terlihat kering.1,3

Gambar 1 : Tanda dehidrasi


Menurut banyaknya cairan yang hilang, derajat dehidrasi dapat dibagi berdasarkan :
a. Kehilangan berat badan 9
a. Tidak ada dehidrasi, bila terjadi penurunan berat badan 2 %.
b. Dehidrasi ringan, bila terjadi penurunan berat badan 2 - 5 %.
c. Dehidrasi sedang, bila terjadi penurunan berat badan 5 10 %.
d. Dehidrasi berat, bila terjadi penurunan berat badan 10 %.
b.Skor Maurice king 9
Tabel I. Penentuan derajat dehidrasi berdasarkan sistem Maurice king
Bagian tubuh yang
0

diperiksa
Keadaan umum

Nilai Untuk gejala yang ditemukan


1

Sehat

Gelisah,

cengeng, Mengigau,

apatis, ngantuk

atau syok

koma

Kekenyalan kulit

Normal

Sedikit kurang

Sangat kurang

Mata

Normal

Sedikit cekung

Sangat cekung

Ubun-ubun besar

Normal

Sedikit cekung

Sangat cekung

Mulut

Normal

Kering

Kering dan sianosis

Sedang (120-140)

Lemah > 140

Denyut

nadi

Kuat < 120

menit
Catatan :
1. Untuk menentukan kekenyalan kulit, kulit perut dicubit selama 30 60 detik, kemudian
dilepas
Jika kulit kembali normal dalam waktu :

2 5 detik : turgor agak kurang dehidrasi ringan)

5 10 detik : turgor kurang (dehidrasi sedang)

> 10 detik : turgor sangat kurang (dehidrasi berat)

2. Berdasarkan skor yang ditemukan pada penderita, dapat ditentukan derajat dehidrasi :

Skor 0 2 : dehidrasi ringan

Skor 3 6 : dehidrasi sedang

Skor > 7 : dehidrasi berat

c. Menurut WHO (1980)


Tabel II. Modifikasi petunjuk dalam menentukan derajat dehidrasi menurut WHO (1980).
Tanda dan Gejala
1.Keadaan umum

Dehidrasi ringan

Dehidrasi sedang

Dehidrasi berat

Haus, sadar, gelisah

Haus, gelisah, atau

Mengantuk, lemas,

letargi tetapi iritabel

ektremitas dingin,

dan kondisi :
- Bayi dan anak
Kecil

berkeringat,
sianotik, mungkin
koma
- Anak lebih besar

Haus, sadar, gelisah

dan dewasa

Haus, sadar, merasa

Biasanya sadar,

pusing pada

gelisah, ektremitas

perubahan

dingin, berkeringat
dan sianotik, kulit
jari-jari tangan dan
kaki berkeriput,
kejang otot.

2.Nadi radialis

Normal

Cepat dan lemah

Cepat, halus,
kadang-kadang
8

tidak teraba
3.Pernafasan

Normal

Dalam,mungkin

Dalam dan cepat

cepat
4.Ubun-ubun besar

Normal

Cekung

Sangat cekung

5.Elastisitas kulit

Pada pencubitan,

Lambat

Sangat lambat ( >2

elsatisitas kembali

detik)

segera
6.Mata

Normal

Cekung

Sangat cekung

7.Air mata

Ada

Kering

Sangat kering

8.Selaput lendir

Lembab

Kering

Sangat kering

9.Pengeluaran urin

Normal

Berkurang dan

Tidak ada urin

warna tua

untuk beberapa jam,


kandung kencing
kosong

10.Tekanan darah

Normal

Normal-rendah

sistolik

< 80 mmHg,
mungkin tidak
teratur

11. % kehilangan

45%

6-9%

berat

10 % atau lebih

12. Prakiraan

40 50 ml/kg

60 90 ml/kg

kehilangan cairan

100 110 ml/kg

Pembagian dehidrasi menurut Modul Pelatihan Diare. UKK Gastro-Hepatologi IDAI. 2009
Kategori
Dehidrasi Berat

Dehidrasi Tak Berat

Tanda dan Gejala


Dua atau lebih tanda berikut:

Letargi atau penurunan kesadaran

Mata cowong

Tidak bisa minum atau malas minum

Cubitan perut kembali dengan sangat lambat ( 2 detik)


Dua atau lebih tanda berikut:

Gelisah

Mata Cowong

Kehausan atau sangat haus


9

Tanpa Dehidrasi

Cubitan kulit perut kembali dengan lambat


Tidak ada tanda gejala yang cukup untuk mengelompokkan dalam dehidrasi
berat atau tidak berat

Gambar 2 : Turgor kulit pada anak yang turun

Gambar 3 : Mata Cekung


Menurut tonisitas darah, dehidrasi dapat dibagi atas :
1. Dehidrasi isotonik, bila kadar Na dalam plasma antara 131 150 mEq/L
2. Dehidrasi hipotonik, bila kadar Na < 131 mEq/L
3. Dehidrasi hipertonik, bila kadar Na > 150 mEq/L
VII.

PEMERIKSAAN LABORATORIUM

Pemeriksaan laboratorium penting artinya dalam menegakkan diagnosis (kausal) yang tepat
sehingga kita dapat memberikan obat yang tepat pula. Pemeriksaan yang perlu dikerjakan :
1. Pemeriksaam tinja
a. Makroskopis dan mikroskopis.
b. Biakan kuman untuk mencari kumam penyebab.
c. Tes resistensi terhadap berbagai antibiotika.
10

d. pH dan kadar gula dalam tinja dengan kertas lakmus dan tablet clinitest, bila diduga terdapat
intoleransi glukosa.
2. Pemeriksaan darah
a. Darah lengkap.
b. pH, cadangan alkali dan elektrolit untuk menentukan gangguan keseimbangan asam basa.
c. Kadar ureum untuk mengetahui adanya gangguan faal ginjal.
3. Pemeriksaan Elektrolit
Terutama kadar natrium, kalium, kalsium dan fosfor dalam serum (terutama pada penderita yang
disertai kejang).
4. Pemeriksaan intubasi duodenal
Untuk mengetahui jenis jasad renik atau parasit secara kualitatif dan kuantitatif, terutama
dilakukan pada penderita diare kronik.6,9,10
VIII. KOMPLIKASI
Kebanyakan penderita diare sembuh tanpa mengalami komplikasi, tetapi sebagian kecil mengalami
komplikasi dari dehidrasi, kelainan elektrolit atau pengobatan yang diberikan
Komplikasi paling penting (walaupun jarang)
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Hipernatremia
Hiponatremia
demam
Edema/overhidrasi
Asidosis
Hipokalemia

7.
8.
9.
10.
11.
12.

Ileus parlaitikus
Kejang
intoleransi laktosa
Malabsorpsi glukosa
Muntah
gagal ginjal

1. Hipernatremia
Sering terjadi pada bayi baru lahir sampai umur 1 tahun (khususnya bayi berumur < 6 bulan).
Biasanya terjadi pada diare yang disertai muntah dengan intake cairan/makanan kurang, atau
cairan yang diminum mengandung terlalu banyak Na. Pada bayi juga dapat terjadi jika setelah
diare sembuh diberi oralit dalam jumlah berlebihan
2. Hiponatremia
Dapat terjadi pada penderita diare yang minum cairan yang sedikit/tidak mengandung Na.
Penderita gizi buruk mempunyai kecenderungan mengalami hiponatremia.
Pengobatan : beri oralit dalam jumlah yang cukup
Gejala-gejala dehidrasi
11

Isotonik, hipotonik dan hipertonik


Gejala

Hipotonik

Isotonik

Hipertonik

Rasa haus

Berat badan

Menurun sekali

Menurun

Menurun

Turgor kulit

Menurun sekali

Menurun

Tidak jelas

Kulit/selaput lendir

Basah

Kering

Kering sekali

Gejala SSP

Irritabel,

apatis

hiperrefleksi

Apatis

Koma

Sirkulasi

Jelek sekali

Jelek

Relatif masih baik

Nadi

Sangat lemah

Cepat dan lemah

Cepat dan keras

Tekanan darah

Sangat rendah

Rendah

Rendah

Banyaknya kasus

20-30%

70%

10-20%

3. Demam
Demam sering terjadi pada infeksi Shigella disentriae dan Rotavirus. Pada umumnya demam
akan timbul jika penyebab diare mengadakan invasi ke dalam sel epitel usus. Demam juga dapat
terjadi karena dehidrasi. Demam yang timbul akibat dehidrasi pada umumnya tidak tinggi dan
akan menurun setelah mendapat hidrasi yang cukup.
Demam yang tinggi mungkin diikuti kejang demam
Pengobatan : kompres dan/atau antipiretika. Antibiotika jika ada infeksi
4. Edema/overhidrasi
Terjadi bila penderita mendapat cairan terlalu banyak
Tanda/gejala : edema kelopak mata, kejang-kejang jika terjadi edema otak. Edema paru-paru
dapat terjadi pada penderita dehidrasi berat yang diberi larutan Garam Faali.
Pengobatan :

pemberian cairan intravena dan/atau oral dihentikan

12

Kortikosteroid (jika ada kejang )


5. Asidosis metabolik
Asidosis metabolik ditandai dengan bertambahnya asam atau hilangnya basa cairan pernafasan
yang dalam dan cepat (Kuszmaull)
Pemberianoralit yang cukup mengandung bikarbonas atau sitras dapat memperbaiki asidosis
6. Hipokalemia (serum K < 3.0 mMol/L)
Jika penggantian K selama dehidrasi tidak cukup, akan terjadi kekurangan K yang ditandai
dengan kelemahan pada tungkai, ileus, kerusakan ginjal, dan aritmia jantung. Kekurangan K
dapat diperbaiki dengan pemberian oralit (mengandung 20 mMol/K/L) dan dengan meneruskan
pemberian makanan yang banyak mengandung K selama dan sesudah diare.
Komplikasi yang penting dan sering fatal, terutama terjadi pada anak kecil sebagai akibat
penggunaan obat antimotilitas
Tanda/gejala : perut gembung, muntah, peristaltik usus berkurang atau tidak ada
Pengobatan : cairan per oral dihentikan, beri caiaran parenteral yang mengandung banyak K
7. Kejang
a. Hipoglikemia : terjadi kalau anak dipuasakan terlalu lama. Bila penderita dalam keadaan
koma, glukosa 20% harus diberikan iv, dengan dosis 2,5 mg/kgBB, diberikan dalam waktu 5
menit. Jika koma tersebut disebabkan oleh hipoglikemia, dengan pemberian glukosa
intravena, kesadaran akan cepat pulih kembali
b. Kejang demam
c. Hipernatremia dan hiponatremia
d. Penyakit pada susunan syaraf pusat, yang tidak ada hubungannya dengan diare
8. Malabsorpsi dan intoleransi laktosa
Pada penderita malabsorpsi atau intoleransi laktosa, pemberian susu formula selama diare dapat
menyebabkan :
-

Volume tinja bertambah

Berat badan tidak bertambah atau gejala/tanda dehidrasi memburuk

Dalam tinja terdapat reduksi dalam jumlah cukup banyak

Tindakan :

13

a. Mencampur susu dalam makanan lain untuk menurunkan kadar laktosa dan menghindrasi
efek bolus
b. Mengencerkan susu jadi - 1/3 selama 24 48 jam. Untuk mengatasi kekurangan gizi akibat
pengenceran ini, sumber nutrient lain seperti makanan padat perlu diberikan
c. Pemberian yoghurt atau susu yang telah mengalami fermentasi untuk mengurangi laktosa
dan membantu pencernaan oleh bakteri usus
d. Berikan suus formula yang tidak mengandung/rendah laktosa, atau ganti dengan susu kedelai
9. Malabsorpsi glukosa
Jarang terjadi. Dapat terjadi pada penderita diare yang disebabkan oleh infeksi, atau penderita
dengan gizi buruk
Tindakan : pemberian oralit dihentikan. Berikan cairan intravena
10. Muntah
Muntah dapat disebabkan oleh dehidrasi, iritasi usus atau gastritis karena infeksi, ileus yang
menyebabkan gangguan fungsi usus atau mual yang berhubungan dengan infeksi sistemik.
Muntah dapat juga disebabkan karena pemberian cairan oral terlalu cepat. Tindakan: berikan
oralit sedikit-sedikit tetapi sering (1 sendok makan tiap 2-3 menit). Antiemetik sebaiknya tidak
diberikan karena sering menyebabkan penurunan kesadaran.
11. Gagal ginjal akut (GGA)
Mungkin terjadi pada penderita diare dengan dehidrasi berat dan syok.
Didiagnosis sebagai GGA bila pengeluaran urine belum terjadi dalam waktu 12 jam setelah
hidrasi cukup
Tindakan: sama dengan GGA yang disebabkan oleh penyakit lain.

IX.

PENATALAKSANAAN 1.

Terdapat lima lintas tatalaksana, yaitu :


1.

Rehidrasi

2.

Dukungan nutrisi

3.

Suplementasi Zinc

4.

Antibiotik selektif

5.

Edukasi orang tua

14

A. REHIDRASI
1) Rencana Terapi A : Diare Tanpa Dehidrasi
Terapi dilakukan di rumah. Menerangkan 4 cara terapi diare di rumah :
a) Berikan anak lebih banyak cairan daripada biasanya untuk mencegah dehidrasi
b) Berikan tablet Zinc. Dosis yang digunakan untuk anak-anak :

Anak dibawah usia 6 bulan : 10 mg ( tablet) per hari

Anak diatas usia 6 bulan

: 20 mg (1 tablet) per hari

Zinc diberikan selama 10-14 hari berturut-turut, walaupun anak sudah sembuh. Cara
pemberian tablet zinc pada bayi, dapat dilarutkan dengan air matang, ASI, atau oralit.
Untuk anak-anak yang lebih besar, zinc dapat dikunyah atau dilarutkan dalam air matang
atau oralit.
c) Beri anak makanan untuk mencegah kurang gizi.

Teruskan ASI / berikan susu PASI

Bila anak 6 bulan / lebih, atau telah mendapatkan makanan padat :


-

Berikan bubur, bila mungkin campur dengan kacang-kacangan, sayur, daging /


ikan. Tambahkan 1-2 sendok teh minyak sayur sop tiap porsi

Berikan sari buah / pisang halus untuk menambah kalium

Berikan makanan segar, masak dan haluskan / tumbuk dengan baik

Bujuklah anak untuk makan

Berikan makanan yang sama setelah diare berhenti, dan berikan makanan
tambahan setiap hari selama 2 minggu

d) Bawa anak kepada petugas kesehatan bila anak tidak membaik dalam 3 hari atau
menderita sebagai berikut :

Buang air besar cair lebih sering

Muntah terus menerus

Rasa haus yang nyata

Makan atau minum sedikit

Demam

Tinja berdarah

Anak harus diberi oralit dirumah apabila :

Setelah mendapat Rencana Terapi B atau C

Tidak dapat kembali ke petugas kesehatan bila diare memburuk

15

Memberikan oralit kepada semua anak dengan diare yang datang ke petugas kesehatan
merupakan kebijakan pemerintah.

Berikan oralit formula baru sesuai ketentuan yang benar.


Formula oralit baru yang berasal dari WHO dengan komposisi sbb :
Natrium

: 75 mmol/L

Klorida

: 65 mmol/L

Glukosa, anhidrous

: 75 mmol/L

Kalium

: 20 mmol/L

Sitrat

: 10 mmol/L

Total Osmolaritas

: 245 mmol/L

Ketentuan pemberian oralit formula baru :

Beri ibu 2 bungkus oralit formula baru.

Larutkan 1 bungkus oralit formula baru dalam 1 L air matang, untuk persediaan 24 jam.

Berikan larutan oralit pada anak setiap kali BAB, dengan ketentuan sebagai berikut :

Untuk anak usia < 2 tahun

berikan 50-100 mL tiap kali buang air.

Untuk anak usia > 2 tahun

berikan 100-200 mL tiap kali buang air.

Jika dalam waktu 24 jam persediaan larutan oralit masih tersisa, maka sisa larutan itu harus
dibuang.

2) Rencana Terapi B : Diare Dengan Dehidrasi Tidak Berat


Pada dehidrasi tidak berat, cairan rehidrasi oral diberikan dengan pemantauan yang dilakukan
di Pojok Upaya Rehidrasi Oral selama 4-6 jam. Ukur jumlah rehidrasi oral yang akan
diberikan selama 4 jam pertama.
Usia < 4 bln

4 11 bln

BB

< 5 kg

5 7,9 kg

200 400
ml

Jmlh

12 23 bln

2 - 4 thn

5 14 thn

15 thn

8 10,9 kg 11 15,9 kg

16 29,9 kg

30 kg

400 600

600 800

800 1200

1200 2200

2200

ml

ml

ml

ml

4000 ml

Jika anak minta minum lagi, berikan.


a. Tunjukkan kepada orang tua bagaimana cara memberikan rehidrasi oral
o Berikan minum sedikit demi sedikit.
16

o Jika anak muntah, tunggu 10 menit lalu lanjutkan kembali rehidrasi oral perlahan.
o Lanjutkan ASI kapanpun anak minta.
b. Setelah 4 jam :
o Nilai ulang derajat dehidrasi anak.
o Tentukan tatalaksana yang tepat unuk melanjutkan terapi.
o Mulai beri makan anak di klinik.
c. Bila ibu harus pulang sebelum rencana terapi B :
o Tunjukkan jumlah oralit yang harus dihabiskan dalam 3 jam dirumah.
o Berikan oralit untuk rehidrasi selama 2 hari lagi seperti dijelaskan dalam Rencana Terapi
A.
o Jelaskan 4 cara dalam Rencana Terapi A untuk mengobati anak di rumah
-

Berikan anak lebih banyak cairan daripada biasanya.

Beri tablet zinc.

Beri anak makanan untuk mencegah kurang gizi.

Kapan anak harus dibawa kembali ke petugas kesehatan.

17

3) Rencana Terapi C : Diare Dengan Dehidrasi Berat


Ikuti arah anak panah berikut sesuai keadaan pasien :

cairan IV segera. Bila penderita bisa minum, berikan oralit, sewaktu cairan IV dimulai. Berikan 100 mL/kgBB cairan RL
erian 1Kemudian
Apakah saudara dapat menggunakan
cairan IV segera?
BB70 mL/kgBB
:1 jam5 jam
Ya
hn :30 menit2 jam
denyut nadi lemah atau tidak teraba.
ali penderita tiap 1-2 jam. Bila rehidrasi belum tercapai, percepat tetesan IV.
n oralit (5 mg/kgBB/jam) bila penderita masih bisa minum, biasanya setelah 3-4 jam (bayi) atau 1-2 jam (anak).
am (bayi) atau 3 jam (anak), nilai ulang penderita menggunakan tabel penilaian. Lalu pilihlah rencana terapi yang sesu

Tidak

Apakah ada terapi IV terdekat


(dalam
30 terapi
menit)intravena.
?
Kirim penderita
untuk
Ya
Bila penderita bisa minum, sediakan oralit dan tunjukkan cara memberikannya selama perjala

Tidak
Mulai rehidrasi mulut
dengan oralit melalui pipa nasogastrik atas mulut. Berikan 20 mL/kgBB/jam selama 6 jam
Nilailah penderita tiap 1-2 jam :
Bila muntah / perut kembung, berikan cairan perlahan.
h saudaraBila
dapat
menggunakan
pipa nasogastrik
untuk
rehidrasi
? untuk terapi IV.
rehidrasi
tidak tercapai
selama 3 jam,
rujuk
penderita
Setelah 6 jam, nilai kembali penderita dan pilih rencana terapi yang sesuai.

Tidak

Catatan
Segera rujuk anak untuk rehidrasi melalui NGT
atau:IV

Bila mungkin, amati penderita sedikitnya 6 jam setelah


rehidrasi untuk memastikan bahwa ibu dapat mengembalikan
cairan yang hilang dengan memberi oralit.
Bila usia > 2 thn, pikirkan kemungkinan kolera dan berikan
antibiotik yang tepat secara oral setelah anak sadar.
18

B. DUKUNGAN NUTRISI
Makanan tetap diteruskan sesuai usia anak dengan menu yang sama pada aktu anak sehat
sebagai pengganti nutrisi yang hilang, serta mencegah tidak terjadi gizi buruk. ASI tetap
diberikan pada diare cair akut (maupun pada diare akut berdarah) dan diberikan dengan
frekuensi lebih sering dari biasanya.
C. SUPLEMENTASI ZINC
Pemakaian zinc sebagai obat pada diare didasarkan pada alasa ilmiah bahwa zinc
mempunyai efek pada fungsi kekebalan saluran cerna dan berpengaruh pada fungsi dan struktur
saluran cerna serta mempercepat proses penyembuhan epiel selama diare. Kekurangan zinc
ternyata sudah pandemik pada anak anak di negara sedang berkembang. Zinc telah diketahui
berperan dalam metallo-enzymes, polyribosomes, membran sel, fungsi sel, dimana hal ini akan
memacu pertumbuhan sel dan meningkatkan fungsi sel dalam sistem kekebalan. Perlu diketahui
juga bahwa selama diare berlangsung zinc hilang bersama diare sehingga hal ini bisa memacu
kekurangan zinc ditubuh.
Bukti bukti yang telah disebar luaskan dari hasil penelitian bahwa zinc bisa mengurangi
lama diare sampai 20% dan juga bisa mengurangai angka kekambuhan sampai 20%. Bukti lain
mengatakan dengan pemakaian zinc bisa mengurangi jumlah tinja sampai 18-59%. Dari buktibukti juga dikatakan tidak ada efek samping pada penggunaan zinc, jika ada ditemukan hanya
gejala muntah.
Pada penelitian selanjutkan didapatkan bahwa zinc bisa digunakan sebagai obat pada
diare akut, diare persisten, sebagai pencegahan diare akut dan persisten serta diare berdarah.
Dalam penelitian biaya untuk diare dengan menggunakan zinc dikatakan zinc bisa menekan
biaya untuk diare. Pemberian zinc untuk pengobatan diare bisa menekan penggunaan antibiotik
yang tidak rasional. 11
Efek zinc antara lain sebagai berikut :

Zinc merupakan kofaktor enzim superoxide dismutase (SOD). SOD akan merubah anion
superoksida (merupakan radikal bebas hasil sampingan dari proses sintesis ATP yang sangat
kuat dan dapat merusak semua struktur dalam sel) menjadi H2O2, yang selanjutnya diubah
menjadi H2O dan O2 oleh enzim katalase.

Jadi SOD sangat berperan dalam menjaga

integritas epitel usus.


19

Zinc berperan sebagai anti-oksidan, berkompetisi dengan tembaga (Cu) dan besi (Fe) yang
dapat menimbulkan radikal bebas.

Zinc menghambat sintesis Nitric Oxide (NO). Dengan pemberian zinc, diharapkan NO tidak
disintesis secara berlebihan sehingga tidak terjadi kerusaan jaringan dan tidak terjadi
hipersekresi.

Zinc berperan dalam penguatan sistem imun.

Zinc berperan dalam menjaga keutuhan epitel usus, berperan sebagai kofaktor berbagai faktor
transkripsi sehingga transkripsi dalam sel usus dapat terjaga.

D. ANTIBIOTIK SELEKTIF
Antibiotik tidak diberikan pada kasus diare cair akut, kecuali dengan indikasi yaitu pada diare
berdarah dan kolera.
E. EDUKASI ORANG TUA
Nasihat pada ibu atau pengasuh untuk kembali segera jika ada demam, tinja berdarah, muntah
berulang, makan / minum sedikit, sangat haus, diare semakin sering, atau belum membaik dalam
tiga hari. Indikasi rawat inap pada penderita diare akut berdarah adalah malnutrisi, usia kurang
dari satu tahun, menderita campak pada 6 bulan terakhir, adanya dehidrasi dan disentri yang
datang sudah dengan komplikasi.
X.

PENCEGAHAN

Tujuh intervensi pencegahan diare yang efektif adalah :


1. Pemberian ASI : Feachem dan koblinsky (1983) telah mengumoulkan data penelitian dari 14
negara mengenai dampak pemberian ASI terhadap morbiditas dan mortalitas dan menyimpulkan
bahwa peningkatan penggunaan ASI akan menurunkan morbiditas sebesar 6-20 % dan mortalitas
24 27 % selama 6 bulan pertama kehidupan. Untuk bayi dan anak balita penurunan morbiditas
sebesar 1-4 % dan mortalitas 8 9 %.
2. Memperbaiki makanan sapihan : Hal ini disebabkan karena (1) tercemarnya makanan dan
minuman oleh bakteri, (2) rendahnya kadar kalori dan protein, (3) tidak tepatnya pemberian
makanan, (4) kurang sabarnya ibu memberikan makanan secara sedikit-sedikit tetapi sering.
3. Menggunakan air bersih yang cukup banyak
4. Mencucui tangan
5. Menggunakan jamban keluarga
6. Cara membuang tinja yang baik dan benar

20

7. Pemberian imunisasi campak : Program imunisasi campak mencakup 60 % bayi berumur 9 11


bulan, dengan efektivitas sebesar 85 %, dapat menurun morbiditas diare sebesar 1,8 % dan
mortalitas diare sebesar 13 % pada bayi dan anaki balita.
DAFTAR PUSTAKA
1. Juffire M, Mulyani NS. Modul Pelatihan Diare. UKK Gastro-Hepatologi IDAI. 2009
2. Field, M. 2003. Intestinal ion transport and the pathophysiology of diarrhea. J. Clin. Investig.
931-943
3. Latief,Abdul et al. Buku Kuliah Ilmu Kesehatan Anak. Jilid 1.Cetakan X. FKUI. Jakarta : 2002.
Hlm 283-294.
4. Behram,Kliegman,Arvin. Dalam Nelsom Ilmu Kesehatan Anak. vol2. ed15. EGC: Jakarta,
2000.hlm 889-93.
5. WHO,.UNICEF.,USAID.,John Hopkins Bloomberg Scholl of Public Health. Implementing the
New Recommendations on the Clinical Management of Diarrhoea: Guidelines for Policy Makers
and Programme Managers. 2006. WHO, Library Cataloguing in Publication Data.

21

Anda mungkin juga menyukai