Anda di halaman 1dari 70

LAPORAN

PRAKTIK KERJA LAPANGAN (PKL)


DI RSUD DR.H.SOEMARNO SOSROATMODJO

DISUSUN OLEH :

Desita Rosalinda

(723901S.12.007)

Fitriya Andani

(723901S.12.067)

M. Arif Fadillah

(723901S.12.023)

M. Hasan Sadikin

(723901S.12.077)

Rahman Vahleva

(723901S.12.029)

AKADEMI FARMASI SAMARINDA


KALIMANTAN TIMUR
2015

ii

KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat
rahmat dan kasih-Nya penyusun dapat menyelesaikan Laporan Praktek Kerja
Lapangan (PKL) di BLUD RSUD dr.H.Soemarno Sosroatmodjo Kabupaten
Bulungan tepat pada waktunya. Laporan ini disusun berdasarkan hasil
pengamatan dan pengumpulan data selama mahasiswa melakukan kegiatan
Praktek Kerja Lapangan di BLUD RSUD dr.H.Soemarno Sosroatmodjo
Kabupaten Bulungan.
Tujuan dari PKL ini adalah diharapkan agar mahasiswa/i Akademi
Farmasi Samarinda mampu menerapkan teori yang telah diperoleh pada saat
kuliah, sehingga diharapkan mahasiswa/i terampil dalam bidang pelayanan di
bidang kefarmasian khususnya di BLUD RSUD dr.H.Soemarno Sosroatmodjo
Kabupaten Bulungan.
Penyusun menyadari bahwa laporan ini dapat disusun dan diselesaikan
berkat bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis ingin
menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. dr. H. Surya Tan, M.Sc., Sp.S selaku Direktur RSUD dr.H.Soemarno
Sosroatmodjo.
2. Ibu Nuur Hanifah, S.Si., Apt, Sp.FRS selaku Kepala Instalasi Farmasi
Rumah Sakit dr.H.Soeamarno Sosroatmodjo.
3. Ibu Syafrida Harahap,S.Si., M.Sc., Apt selaku Kepala Unit Rawat Inap.
4. Ibu Rini Purwandari, S.Far., Apt selaku Kepala Unit Rawat Jalan.
5. Ibu Herawati Bunga Batara, S.Farm., Apt.
6. Achmad Fauzi AlAmrie, S.Farm., Apt selaku pembimbing lahan PKL
RSUD dr.H.Soemarno Sosroatmodjo.
7. Yenny, Fitrian, Dedi, Adrian, Sari, Irma, Depri, Riska, Hasnah, Suwardi,
Tarno selaku Asisten Apoteker. Desi, Jannah, Ilham, Yuli selaku Admin.
8. Bapak Soepomo, S.Si, M.Si., Apt selaku Direktur Akademi Farmasi
Samarinda.

iii

9. Bapak Heri Wijaya, S.Farm, M.Si., Apt selaku Dosen Pembimbing PKL
Akademi Farmasi Samarinda.
10. Seluruh

staf

Instalasi

Farmasi

Rumah

Sakit

Umum

Soemarno

Sosroatmodjo Kabupaten Bulungan atas bantuan dan kerjasamanya selama


penyusun melaksanakan Praktek Kerja Lapangan.
11. Secara khusus orang tua serta saudara-saudari tercinta yang banyak
memberikan dukungan material terlebih lagi senantiasa mendukung dalam
Doa kepada Tuhan Yang Maha Esa.
12. Segenap rekan-rekan dan semua pihak yang telah membantu dalam
penyusunan laporan ini.
Akhirnya, Penyusun menyadari bahwa laporan Praktek Kerja Lapangan di
BLUD RSD Dr. H. Soemarno Sasroatmodjo Kabupaten Bulungan ini masih jauh
dari sempurna, mengingat keterbatasan waktu, kemampuan, pengetahuan dan
pengalaman yang dimiliki oleh penyusun. Oleh karena itu, kritik dan saran yang
membangun sangat kami harapkan untuk kesempurnaan laporan ini. Semoga
laporan Praktek Kerja Lapangan ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Samarinda, April 2015

Tim Penyusun

iv

DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ......................................................................................... i
LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................. ii
KATA PENGANTAR ...................................................................................... iii
DAFTAR ISI ..................................................................................................... v
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... vii
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ viii
BAB I

PENDAHULUAN ............................................................................. 1
A. Latar belakang ............................................................................. 1
B. Tujuan Praktek Kerja Lapangan (PKL) ...................................... 2
C. Manfaat Praktek Kerja Lapangan (PKL) .................................... 3

BAB II

GAMBARAN UMUM RUMAH SAKIT & INSTALASI FARMASI


RUMAH SAKIT DR.H.SOEMARNO SOSROATMODJO ........ 4
A. RSUD dr.H.Soemarno Sosroatmodjo ......................................... 4
1. Sejarah RSUD dr.H.Soemarno Sosroatmodjo ....................... 5
2. Visi & Misi RSUD dr.H.Soemarno Sosroatmodjo ................ 7
3. Tugas Rumah Sakit ................................................................ 8
4. Fungsi Rumah Sakit ............................................................... 9
5. Klasifikasi Rumah Sakit ........................................................ 9
B. IFRS dr.H.Soemarno Sosroatmodjo ........................................... 13
1. Pengertian Instalasi Farmasi Rumah Sakit ............................ 13
2. Tugas dan Tanggung Jawab IFRS ......................................... 15
C. Struktur Organisasi IFRS dr.H.Soemarno Sosroatmodjo ........... 18

BAB III KEGIATAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN .......................... 20


A. Pelayanan Farmasi di Instalasi Farmasi Rawat Jalan (IRJ) ........ 21
1. Gambaran Umun .................................................................... 21
2. Tujuan Praktek Kerja Lapangan ............................................ 24
3. Kegiatan Praktek Kerja Lapangan ......................................... 25
B. Pelayanan Farmasi di Instalasi Rawat Inap (IRNA) ................... 29
1. Gambaran Umun .................................................................... 29
2. Tujuan Praktek Kerja Lapangan ............................................ 30
3. Kegiatan Praktek Kerja Lapangan ......................................... 31
C. Pelayanan Farmasi di Gudang Farmasi ...................................... 35
1. Gambaran Umun .................................................................... 35
2. Tujuan Praktek Kerja Lapangan ............................................ 37
3. Kegiatan Praktek Kerja Lapangan ......................................... 37
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................ 42
A. Kesimpulan ................................................................................. 42
B. Saran ........................................................................................... 42
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 43
LAMPIRAN ...................................................................................................... 44
DOKUMENTASI GAMBAR .......................................................................... 45

vi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Denah Apotek Instalasi Farmasi Rumah Sakit ............................. 53


Lampiran 2 Resep ............................................................................................. 59
Lampiran 3 Copy Resep ................................................................................... 60
Lampiran 4 Etiket Obat .................................................................................... 61
Lampiran 5 Pemesanan Obat Khusus ............................................................... 62
Lampiran 6 Laporan Narkotik .......................................................................... 63
Lampiran 7 Laporan Psikotropik ...................................................................... 64
Lampiran 8 Laporan Prekusor .......................................................................... 65

vii

DAFTAR GAMBAR
Lampiran 1 Apotek Rawat Jalan / Apotek 24 Jam ........................................... 58
Lampiran 2 Apotek Rawat Inap ....................................................................... 60
Lampiran 3 Gudang Instalasi Farmasi Rumah Sakit ........................................ 61

viii

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Kesehatan merupakan salah satu kesejahteraan umum yang harus dapat
diwujudkan melalui pembangunan yang berkisanambungan. Pembangunan
kesehatan merupakan salah satu upaya pembangunan nasional diarahkan guna
tercapainya kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap
orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal (Depkes RI,
1992).
Rumah sakit merupakan sarana pelayanan kesehatan yang mempunyai
misi untuk memberikan pelayanan kesehatan yang bermutu dan terjangkau
oleh seluruh lapisan masyarakat, juga sebagai tempat pendidikan dan
pelatihan tenaga kesehatan serta tempat penelitian dan pengembangan
kesehatan. Salah satu bentuk pelayanan kesehatan yang diselenggarakan di
rumah sakit adalah pelayanan farmasi (Siregar & Amalia, 2004).
Pelayanan rumah sakit merupakan salah satu kegiatan di rumah sakit
yang menunjang pelayanan kesehatan yang bermutu. Pelayanan rumah sakit
merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari sistem pelayanan kesehatan
rumah sakit yang berorientasi kepada pelayanan pasien, penyediaan obat yang
bermutu termasuk pelayanan farmasi klinik yang terjangkau bagi semua
lapisan masyarakat. Bentuk kegiatan yang dilakukan IFRS meliputi
pengelolaan

perbekalan

farmasi

dan

pelayanan

kefarmasian

dalam

penggunaan obat dan alat kesehatan. Pengelolaan perbekalan farmasi meliputi


1

pemilihan,

perencanaan,

pengadaan,

penerimaan,

penyimpanan

dan

pendistribusian.
Dalam upaya meningkatkan wawasan, pengetahuan, keterampilan dan
kemampuan bekerja sama dengan profesi kesehatan lainnya di rumah sakit,
maka Akademi Farmasi Samarinda menyelanggarakan Praktek Kerja
Lapangan (PKL) bagi mahasiswa D-III Farmasi. Kegiatan Praktek Kerja
Lapangan bekerja sama dengan Rumah Sakit Umum Daerah dr.H.Soemarno
Sosroatmodjo diharapkan dapat membantu mahasiswa untuk memahami
bidang studi yang ditekuninya guna mendapat gambaran nyata penerapan
ilmu di lapangan kerja. Kegiatan Praktek Kerja Lapangan memungkinkan
mahasiswa dapat berkiprah, mempraktekan dan mendapatkan ilmu yang dapat
diterapkan di dunia kerja maupun masyarakat. Kegiatan yang sangat positif
ini diharapkan dapat melatih dan mendidik mahasiswa sehingga tercipta insan
unggul dan maju dengan ilmu yang dimilikinya.

B. Tujuan Praktek Kerja Lapangan


Praktek kerja lapangan ini bertujuan untuk :
1. Melaksanakan salah satu peran, fungsi dan kompetensi Ahli Madya
Farmasi yaitu pelayanan kefarmasian di Rumah Sakit meliputi identifikasi
resep, merencanakan dan melaksanakan peracikan obat yang tepat.
2. Memberikan kesempatan untuk beradaptasi langsung pada iklim kerja
kefarmasian sebenarnya, khususnya di Rumah Sakit.

3. Melaksanakan pelayanan informasi obat kepada pelanggan, mampu


melaksanakan administrasi dan manajemen penyimpanan serta perawatan
alat kesehatan.
4. Untuk menciptakan tenaga Ahli Madya Farmasi yang handal, professional
dan berkompeten dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya
sebagai tenaga profesionalisme dalam bidang kesehatan.

C. Manfaat Praktek Kerja Lapangan


Praktek kerja lapangan ini bermanfaat untuk :
1. Menerapkan ilmu yang telah diperoleh di Akademi Farmasi Samarinda
secara langsung di lahan PKL dalam hal ini di RSUD dr.H.Soemarno
Sosroatmodjo.
2. Memperoleh pengalaman mengenai kegiatan kefarmasian di RSUD
dr.H.Soemarno Sosroatmodjo.
3. Menambah pengetahuan mahasiswa mengenai pengelolaan obat dan
perbekalan kesehatan di Rumah Sakit.

BAB II
GAMBARAN UMUM RUMAH SAKIT & INSTALASI FARMASI RUMAH
SAKIT (IFRS) RSUD DR. H. SOEMARNO SOSROATMODJO

A. RSUD dr.H.Soemarno Sosroatmodjo


Rumah

sakit

adalah

salah

satu

sarana

kesehatan

tempat

menyelenggarakan upaya kesehatan dengan memperdayakan berbagai


kesatuan personil terlatih dan terdidik dalam menghadapi dan menangani
masalah medik untuk pemulihan dan pemeliharaan kesehatan yang baik.
Upaya

kesehatan

peningkatan

diselenggarakan

kesehatan

(promotif),

dengan

pendekatan

pencegahan

pemeliharaan,

penyakit

(preventif),

penyembuhan penyakit (kuratif), dan pemulihan kesehatan (rehabilitatif)


yang dilaksanakan secara menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan
(Siregar & Amalia, 2004).
Secara

umum

rumah

sakit

adalah

suatu

organisasi

yang

kompleks/menggunakan gabungan alat ilmiah khusus dan rumit serta


difungsikan oleh berbagai kesatuan personel terlatih dan terdidik dalam
menghadapi dan menangani masalah medik modern yang semuanya terkait
bersama-sama dalam maksud yang sama yaitu pemeliharaan dan pemulihan
kesehatan yang baik.
Rumah sakit sebagai salah satu fasilitas pelayanan kesehatan
merupakan bagian dari sumber daya kesehatan yang sangat diperlukan dalam
mendukung penyelenggaraan upaya kesehatan. Penyelenggaraan pelayanan
kesehatan di rumah sakit mempunyai karakteristik dan organisasi yang sangat

kompleks. Berbagai jenis tenaga kesehatan dengan perangkat keilmuan


masing-masing berinteraksi satu sama lain. Ilmu pengetahuan dan teknologi
kedokteran yang berkembang sangat pesat yang harus diikuti oleh tenaga
kesehatan dalam rangka pemberian pelayanan yang bermutu, membuat
semakin kompleksnya permasalahan dalam rumah sakit (Depkes RI, 2009).

1. Sejarah RSUD dr.H.Soemarno Sosroatmodjo


Berawal pada zaman pra kemerdekaan RI, tepatnya tahun 1938,
berdirilah sebuah balai pengobatan yang berlokasi di Jalan Soetoyo,
Tanjung Selor. Belum ada catatan yang pasti, siapa pendiri balai
pengobatan tersebut. Yang jelas dalam catatan sejara, cikal bakal rumah
sakit satu-satunya di Kabupaten Bulungan itu dipimpin oleh dr. Soemarno
Sosroatmodjo. Saat masa kemerdekaan tahun 1945, balai pengobatan itu
kemudian berubah menjadi Rumah Sakit Umum (RSU) Harapan Waluyo,
Tanjung Selor pada tahun 1962.
Pada masa-masa transisi dari Balai Pengobatan menjadi rumah sakit
tipe D itu, dr. Soemarno Sosroatmodjo masih didaulat untuk memimpin
pelayanan kesehatan di Bumi Tenguyun sebutan lain Kabupaten
Bulungan. Setelah lima tahun mengawal pelayanan kesehatan tahun 1967,
dr. Soemarno Sosroatmodjo diganti dr. Sofyan Agus yang menjadi
pemimpin rumah saki. Dokter Sofyan hanya menjabat selama setahun.
Pasca kepergian dr. Soemarno Sosroatmodjo, kepergian RSU Harapan
Waluyo sering berganti. Mulai dari dr. Prayugo tahun (1968-1970), lalu dr.
Istianto Sp.Og (1970-1972), dr. Bagio (1972-1975), dr. Andi Wibisono
5

(1975-1978), dr. Garsono (1978-1981), dr johan Gani (1981-1983), lalu dr


Oswald Simatupang (1983-1987). Sementara itu pada kepemimpinan dr.
Oswald Simatupan, tepatnya tahun 1984, RSU Harapan Waluyo Tanjung
Selor berpindah lokasi ke jalan Cendrawasih, dan bertahan hingga saat ini.
Tongkat kepemimpinan RSU Harapan Waluyo pun kembali
berganti, yakni dr. Heri Anggara Soesila (1987-1993), lalu dilanjutkan dr.
Burhanuddin (1993-1998), dan dr. Idewan Budi Santoso (1998-2006).
Dimasa kepemimpinan dr. Idewan Budi Santoso yang sekarang menjabat
sebagai kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Bulungan, RSU Harapan
Waluyo dinaikkan statusnya menjadi rumah sakit tipe C sesuai Keputusan
Menteri Kesehatan tertanggal 21 Desember 1998, dan ditindak lanjuti
dengan Peraturan Daerah (Perda) Kabupaten Bulungan Nomor 08 Tahun
2000. Tak hanya itu, nama rumah sakit itu juga diusulkan diganti menjadi
RSU dr. Soemarno Sosroatmodjo Tanjung Selor. Pergantian nama itu
ditetapkan

dalam

Keputusan

Menteri

Kesehatan

RI

Nomor

H.K.07.06/III/580/08 tertanggal 22 Februari 2008. Pergantian dan


pemilihan nama dr. Soemarno Sosroatmodjo menjadi nama rumah sakit itu
didasarkan pada pengabdianya sebagai tenaga medis di Bulungan.
Kala itu, dokter Soemarno Sosroatmodjo harus melakukan pelayanan
hingga ke pelosok dan pedalaman Bulungan. Dokter Soemarno
Sosroatmodjo cukup lama mengabdi di Bulungan, dan juga sering
melakukan pelayanan kesehatan hingga ke pedalaman. Mengenai
perjalanan dr. Soemarno Sosroatmodjo di Bulungan, Sejatinya tertulis

dalam sebuah buku biografi yang ditulis sendiri oleh dr. Soemarno
Sosroatmodjo yang berjudul Dari Rimba Raya ke Jakarta Raya. Namun
sayangnya, buku sejarah perjalanan itu saat ini sangat sulit ditemukan di
Bulungan, namun ada beberapa rekam sejarah dalam gambar yang
dipajang di dinding di bagian luar ruang bagian tata usaha rumah sakit.
Dalam gambar sejarah itu ruang bagian tata usaha rumah sakit. Dalam
gambar sejarah itu setidaknya ada 30 foto berwarna putih berukuran
sekitar 10 X 16 cm yang menggambarkan perjalanan dr. Soemarno
Sosroatmodjo dalam melayani masyarakat di bidang kesehatan. Rumah
sakit memiliki luas sekitar 6 hektar ini berubah menjadi status Badan
Layanan Umum Daerah (BLUD) melalui surat Keputusan Bupati
Bulungan Nomor 617, tertanggal 25 Agustus 2009 dengan status menjadi
badan itu, nama rumah sakit yang memiliki luas bangunan sekitar 12 ribu
persegi itu juga cukup panjang, yakni BLUD RSD dr. Soemarno
Sosroatmodjo Tanjung Selor.

2. Visi & Misi RSUD dr.H.Soemarno Sosroatmodjo


Agar suatu rumah sakit berhasil dalam pelayanannya secara
menyeluruh, pimpinan rumah sakit perlu melakukan perencanaan strategi.
Perencanaan strategi adalah proses yang dilakukan rumah sakit
mengembangkan visi dan misi menetapkan tujuan jangka panjang,
pengembangan program strategi, penetapan prioritas, rencana tindakan
terpadu, dan penerapan.

a. Pengembangan Visi
Rumah sakit perlu mengembangkan visinya. Visi itu merupakan
kekuatan memandu rumah sakit untuk mencapai status masa depan
rumah sakit, seperti lingkup dan posisi pasar, penerimaan masyarakat,
reputasi, mutu produk dan atau pelayanan serta keterampilan tenaga
kerja.
b. Pengembangan Misi
Misi merupakan suatu pernyataan singkat dan jelas tentang
keberadaan rumah sakit, maksud atau fungsi yang diinginkan untuk
memenuhi pengharapan dan kepuasan konsumen dan metode utama
untuk memenuhi maksud tersebut. Misi ini menentukan arena
persaingan rumah sakit dan menetapkan pola umum pertumbuhan dan
arah masa depan.
3. Tugas Rumah Sakit
Berdasarkan Undang-Undang RI No. 44 tahun 2009 tentang Rumah
Sakit, rumah sakit mempunyai tugas memberikan pelayanan kesehatan
perorangan secara paripurna. Pelayanan kesehatan perorangan adalah
setiap kegiatan pelayanan kesehatan yang diberikan oleh tenaga kesehatan
untuk

memelihara

menyembuhkan

dan

penyakit,

meningkatkan
dan

kesehatan,

memulihkan

mencegah

kesehatan.

dan

Pelayanan

kesehatan paripurna adalah pelayanan kesehatan yang meliputi promotif,


preventif, dan kuratif.

4. Fungsi Rumah Sakit


Rumah sakit mempunyai beberapa fungsi, diantaranya:
a. Penyelenggaraan pelayanan pengobatan dan pemulihan kesehatan
sesuai dengan Standar Pelayanan Rumah Sakit.
b. Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan perorangan melalui pelayanan
kesehatan yang paripurna tingkat kedua dan ketiga sesuai kebutuhan
medis. Yang dimaksud dengan pelayanan kesehatan paripurna tingkat
kedua adalah upaya kesehatan perorangan tingkat lanjut dengan
mendayagunakan pengetahuan dan teknologi kesehatan spesialistik.
Sedangkan pelayanan kesehatan paripurna tingkat ketiga adalah upaya
kesehatan

perorangan

tingkat

lanjut

dengan

mendayagunakan

pengetahuan dan teknologi kesehatan sub spesialistik.


c. Penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia dalam
rangka peningkatan kemampuan dalam pemberian pelayanan kesehatan.
d. Penyelenggaraan penelitian dan pengembangan serta penapisan
teknologi bidang kesehatan dalam rangka peningkatan pelayanan
kesehatan dengan memperhatikan etika ilmu pengetahuan bidang
kesehatan.

Penapisan

teknologi

dimaksudkan

dalam

rangka

perlindungan terhadap keamanan dan keselamatan pasien (Depkes RI,


2009).
5. Klasifikasi Rumah Sakit
Dalam Undang-Undang RI No. 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit,
dalam rangka penyelenggaraaan pelayanan kesehatan secara berjenjang
dan fungsi rujukan, rumah sakit umum dan rumah sakit khusus

diklasifikasikan berdasarkan fasilitas dan kemampuan pelayanan rumah


sakit.
Klasifikasi rumah sakit umum terdiri atas:
a.

Rumah Sakit Umum Kelas A


Rumah Sakit Umum kelas A

adalah rumah sakit umum yang

mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan paling sedikit empat


spesialis dasar, lima spesialis penunjang, 12 spesialis lain dan 13
subspesialis.
b.

Rumah Sakit Umum Kelas B


Rumah sakit Umum kelas B adalah rumah sakit umum yang
mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan paling sedikit empat
spesialis dasar, empat spesialis penunjang, delapan spesialis lain dan
dua subspesialis.

c.

Rumah Sakit Umum Kelas C


Rumah Sakit umun kelas C adalah rumah sakit umum yang
mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan paling sedikit empat
spesialistik dasar dan empat spesialistik penunjang.

d.

Rumah Sakit Umum Kelas D


Rumah sakit umum kelas D adalah rumah sakit umum yang
mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan paling sedikit dua
spesialis dasar.

10

Klasifikasi rumah sakit Khusus terdiri atas:


a.

Rumah Sakit Khusus Kelas A


Rumah sakit khusus kelas A adalah rumah sakit khusus yang
mempunyai fasilitas dan kemampuan paling sedikit pelayanan
spesialis dan dan pelayanan sub spesialis sesuai kekhususan yang
lengkap.

b.

Rumah Sakit Khusus Kelas B


Rumah sakit khusus kelas B adalah rumah sakit khusus yang
mempunyai fasilitas dan kemampuan paling sedikit pelayanan
spesialis dan dan pelayanan subspesialis sesuai kekhususan yang
terbatas.

c.

Rumah Sakit Khusus Kelas C


Rumah sakit khusus kelas C adalah rumah sakit khusus yang
mempunyai fasilitas dan kemampuan paling sedikit pelayanan
spesialis dan dan pelayanan subspesialis sesuai kekhususan yang
minimal (Depkes RI, 2009).
Klasifikasi berdasarkan kepemilikan terdiri atas rumah sakit
pemerintah. Di rumah sakit pemerintah terdiri atas rumah sakit yang
langsung dikelola oleh Departemen

Kesehatan; rumah

sakit

pemerintah daerah, rumah sakit militer dan rumah sakit BUMN.


Rumah sakit lain berdasarkan kepemilikan ialah rumah sakit
yang dikelola oleh masyarakat atau yang sering disebut rumah sakit
sukarela. Rumah sakit sukarela ini terdiri dari rumah sakit hak milik

11

dan rumah sakit nirlaba.Rumah sakit hak milik adalah rumah sakit
bisnis yang tujuan utamanya adalah mencari laba (profit).
Rumah

sakit yang berafiliasi dengan organisasi keagamaan

pada umumnya beroperasi bukan untuk maksud membuat laba, tetapi


nirlaba.Rumah sakit nirlaba mencari laba sewajarnya saja, dan laba
yang diperoleh rumah sakit ini digunakan sebagai modal peningkatan
sarana fisik, perluasan, dan penyempurnaan mutu pelayanan untuk
kepentingan penderita (Siregar & Amalia, 2004).
Berdasarkan afiliasi pendidikan, rumah sakit terdiri atas rumah
sakit pendidikan dan rumah sakit nonpendidikan. Rumah sakit
pendidikan adalah rumah sakit yang melaksanakan program pelatihan
residensi dalam infus, bedah dan bidang spesialis lain di bawah
pengawasan staf rumah sakit. Rumah sakit yang tidak memiliki
program pelatihan residensi dan tidak ada afiliasi rumah sakit dengan
universitas disebut rumah sakit non pendidikan (Siregar & Amalia,
2004).
Berdasarkan status akreditasi, terdiri atas rumah sakit yang telah
diakreditasi dan rumah sakit yang belum diakreditasi.Rumah sakit
yang telah diakreditasi adalah rumah sakit yang telah diakui secara
formal oleh suatu badan sertifikasi yang diakui, yang menyatakan
bahwa suatu rumah sakit telah memenuhi persyaratan untuk
melakukan kegiatan tertentu (Siregar & Amalia, 2004).

12

B. Instalasi Farmasi Rumah Sakit dr.H.Soemarno Sosroatmodjo


1. Pengertian Instalasi Farmasi Rumah Sakit
Instalasi Farmasi Rumah Sakit (IFRS) adalah suatu unit atau bagian
di suatu rumah sakit di bawah pimpinan seorang apoteker dan dibantu oleh
beberapa

orang

apoteker

yang

memenuhi

persyaratan

peraturan

perundang-undangan yang berlaku dan kompeten secara, tempat atau


fasilitas penyelenggaraan yang bertanggung jawab atas seluruh pekerjaan
serta pelayanan kefarmasian, yang ditujukan untuk keperluan rumah sakit
itu sendiri (Siregar & Amalia, 2004).
Instalasi adalah fasilitas penyelenggaraan pelayanan kefarmasian,
pelayanan penunjang, kegiatan penelitian, pemgembangan, pendidikan,
pelatihan, dan pemeliharaan sarana rumah sakit. Farmasi rumah sakit
adalah seluruh aspek kefarmasian yang dilakukan disuatu rumah sakit.
Instalasi Farmasi Rumah Sakit harus dipimpin oleh seorang apoteker
yang profesional secara kompeten dan memenuhi persyaratan.
Adapun tugas dan tanggung jawab pimpinan IFRS yaitu:
a.

Bertugas dan bertanggung jawab memimpin semua kegiatan, baik


fungsi non klinik maupun fungsi klinik.

b.

Mengelola dan mengendalikan semua perbekalan kesehatan yang


beredar dan digunakan di rumah sakit, menjamin keamanan,
kemanfaatan dan mutu yang paling baik.

c.

Bertanggung jawab dalam penetapan sasaran jangka pendek dan


jangka panjang didasarkan pada visi, misi dan pengembangan serta

13

kecenderungan dalam pelayanan kesehatan farmasi yang diperlukan


dan kebutuhan khusus rumah sakit.
d.

Mengembangkan suatu rencana strategis dan jadwal untuk mencapai


sasaran, mengawasi penerapan rencana dan kegiatan harian berkaitan
dengan rencana itu, menetapkan sasaran dan jadwal yang telah
dipenuhi dan mengadakan tindakan koreksi bila perlu.

e.

Memastikan jadwal kerja, prosedur dan penugasan personel dalam


cara yang seefisien mungkin.

f.

Menyiapkan pelaporan berkala untuk pimpinan rumah sakit.

g.

IFRS harus mempunyai sasaran jangka panjang yang menjadi arah


dari kegaitan sehari-hari dilakukan. Oleh karena itu, tujuan kegiatan
IFRS antara lain:
1) Memberi manfaat kepada penderita, rumah sakit, sejawat profesi
kesehatan dan kepada profesi farmasi oleh apoteker rumah sakit
yang kompeten dan memenuhi syarat.
2) Membantu dalam menyediakan perbekalan yang memadai oleh
apoteker rumah sakit yang memenuhi syarat.
3) Meningkatkan penelitian dalam praktek farmasi rumah sakit dan
dalam ilmu farmasetik pada umumnya.
4) Menyebarkan

pengetahuan

farmasi

dengan

mengadakan

pertukaran informasi antara para apoteker rumah sakit, anggota


profesi dan spesialis yang serumpun.

14

5) Memperluas dan memperkuat kemampuan apoteker rumah sakit


untuk mengembangkan dan memberikan pelayanan klinik, secara
efektif mengelola suatu pelayan farmasi yang terorganisasi.
6) Meningkatkan pengetahuan dan pengertian praktek farmasi rumah
sakit kontemporer bagi masyarakat, pemerintah, farmasi dan
kesehatan lainnya.
7) Membantu dalam mengembangkan dan kemajuan profesi
kefarmasian.
2. Tugas dan Tanggung Jawab IFRS
Tugas utama IFRS adalah pengelolaan obat mulai dari perencanaan,
pengadaan dan penyimpanan, penyiapan, peracikan, pelayanan langsung
kepada penderita sampai dengan pengendalian semua perbekalan
kesehatan yang beredar dan digunakan dalam rumah sakit baik untuk
penderita rawat tinggal, rawat jalan maupun untuk semua unit termasuk
poliklinik rumah sakit.
Tugas IFRS antara lain:
a. Melangsungkan pelayanan farmasi yang optimal.
b. Menyelenggarakan kegiatan pelayanan farmasi yang berdasarkan
prosedur kefarmasian dan etik profesi.
c. Melaksanakan Komunikasi, Informasi, dan Edukasi (KIE).
d. Memberi pelayanan bermutu melalui analisa dan evaluasi untuk
meningkatkan mutu pelayanan farmasi.
e. Melakukan pengawasan berdasarkan aturan-aturan yang berlaku.

15

f. Menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan di bidang farmasi.


g. Mengadakan penelitian dan pengembangan di bidang farmasi.
h. Memfasilitasi dan mendorong tersusunya standar pengobatan dan
formularium rumah sakit.
Fungsi IFRS antara lain:
a. Pengelolaan Perbekalan Farmasi
1) Memilih perbekalan farmasi sesuai kebutuhan pelayanan rumah sakit
yang merupakan proses kegiatan sejak dari meninjau masalah
kesehatan yang terjadi di rumah sakit, identifikasi pemilihan terapi,
bentuk dan dosis, menentukan pemilihan dengan memprioritaskan
obat esensial. Standarisasi sampai menjaga dan memperbaharui
standar obat.
2) Merencanakan kebutuhan perbekalan farmasi secara optimal yang
merupakan proses kegiatan dalam pemilihan jenis, jumlah, dan harga
perbekalan farmasi yang sesuai dengan kebutuhan dan anggaran,
untuk menghindari kekosongan obat dengan menggunakan metode
yang dapat dipertanggungjawabkan dan dasar dasar perencanaan
yang telah ditentukan antara lain konsumsi, epidemiologi, kombinasi
metode konsumsi dan epidemiologi disesuaikan dengan anggaran
yang tersedia.
3) Mengadakan perbekalan farmasi berpedoman pada perencanaan
yang telah dibuat sesuai kebutuhan yang berlaku melalui pembelian
(tender dan langsung), produksi sediaan farmasi (Produksi steril dan

16

non steril), serta sumbangan/droping/hibah.


4) Memproduksi perbekalan farmasi untuk memenuhi kebutuhan
pelayanan kesehatan di rumah sakit yang merupakan kegiatan
membuat, mengubah bentuk, dan pengemasan kembali sediaan
farmasi steril dan nonsteril untuk memenuhi kebutuhan pelayanan
kesehatan di rumah sakit.
5) Menerima perbekalan farmasi sesuai dengan spesifikasi dan
persyaratan kefarmasian.
6) Menyimpan perbekalan farmasi ke unit-unit pelayanan di rumah
sakit yang dibedakan menurut bentuk sediaan dan jenisnya, suhu,
kestabilan, mudah tidaknya terbakar, tahan / tidaknya terhadap
cahaya disertai sistem informasi yang selalu menjamin ketersediaan
perbekalan farmasi sesuai kebutuhan.
7) Mendistribusikan perbekalan farmasi ke unit pelayanan di rumah
sakit untuk pasien rawat inap (sentralisasi dan atau desentralisasi
dengan sistem persediaan lengkap di ruangan, sistem resep
perseorangan, sistem unit dose, dan sistem kombinasi oleh satelit
farmasi), pasien rawat jalan (sentralisasi dan atau desentralisasi
dengan sistem resep perseorangan oleh apotek rumah sakit), dan
untuk pendistribusian perbekalan farmasi di luar jam kerja (Apotek
rumah sakit/satelit farmasi yang dibuka 24 jam dan ruang rawat yang
menyediakan perbekalan farmasi emergensi).

17

b. Pelayanan Kefarmasian dalam Penggunaan Obat dan Alat Kesehatan


1) Mengkaji instruksi pengobatan/resep pasien meliputi seleksi
persyaratan administrasi, persyaratan farmasi, dan persyaratan
klinis.
2) Mengidentifikasi masalah yang berkaitan dengan penggunaan obat
dan alat kesehatan (Alkes).
3) Mencegah dan mengatasi masalah yang berkaitan dengan obat dan
alkes.
4) Memantau efektifitas dan keamanan penggunaan obat dan alkes.
5) Memberikan informasi kepada petugas kesehatan, pasien/keluarga.
6) Memberi konseling kepada pasien/keluarga.
7) Melakukan pencampuran obat suntik.
8) Melakukan penyiapan nutrisi parenteral.
9) Melakukan penanganan obat kanker
10) Melakukan vpenentuan kadar obat dalam darah.
11) Melakukan pencatatan setiap kegiatan.
12) Melaporkan seluruh kegiatan (Depkes RI, 2006)

C. Struktur

Organisasi

Instalasi

Farmasi

RSUD

dr.H.Soemarno

Sosroatmodjo
Struktur organisasi dasar (segementasi utama) dari IFRS adalah
pengadaan, pelayanan dan pengembangan. Struktur organisasi dasar ini juga
disebut kumpulan berbagi pekerjaan karena dalam struktur organisasi dasar

18

itu berkumpul berbagai kegiatan atau pekerjaan. Struktur organisasi dapat


dikembangkan dalam tiga tingkat, yaitu (Siregar, 2003) :
a.

Tingkat puncak, bertanggung jawab untuk perencanaan, penerapan,


pemfungsian yang efektif dari sistem mutu secara menyeluruh.

b.

Tingkat menengah, bertanggung jawab untuk mendesain dan menerapkan


berbagai kegiatan yang berkaitan dengan mutu dalam daerah / bidang
fungsional mereka untuk mencapai mutu produk dan / atau pelayanan
yang diinginkan.

c.

Garis depan, terdiri atas personel pengawas yang secara langsung


memantau dan mengendalikan kegiatan yang berkaitan dengan mutu
selama berbagai tahap memproses produk dan / atau pelayanan.

d.

Struktur organisasi instalasi farmasi rumah sakit disesuaikan dengan


situasi.

Gambar 1. Struktur Organisasi Instalasi Farmasi Rumah Sakit

19

BAB III
KEGIATAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN DAN PEMBAHASAN

Praktek Kerja Lapangan (PKL) yang dilaksanakan di RSUD dr. H.


Soemarno Sosroatmodjo bertujuan agar mahasiswa dapat mengaplikasikan ilmu
yang diperoleh selama perkuliahan di tempat kerja (rumah sakit) dan agar
mahasiswa memahami peran Ahli Madya Farmasi di rumah sakit dalam
menunjang pelayanan kesehatan kepada masyarakat di rumah sakit serta
memahami peran Ahli Madya Farmasi dalam pengelolaan berbagai kelompok
kerja dan depo farmasi dari instalasi farmasi di rumah sakit.
Praktek kerja lapangan ini dilaksanakan mulai dari tanggal 30 Maret 2015
sampai dengan tanggal 30 April 2015 yakni selama 31 hari kerja, dimana dalam 5
minggu tersebut praktikan melakukan kegiatan yang meliputi kegiatan teknis
pelayanan kefarmasian dan kegiatan managerial. Praktek dilakukan sesuai dengan
jadwal yang telah dibagi yaitu shift pagi pada jam 08.00 14.00 di apotek rawat
jalan, apotek rawat inap, dan Unit Perbekalan Farmasi (Gudang), pada shift sore
pada jam 14.30 19.30 di apotek rawat jalan, dan dinas minggu. Praktek kerja
lapangan dilaksanakan di RSUD dr. H. Soemarno Sosroatmodjo yang berlokasi di
Jalan Cenderawasih, Tanjung Selor, Kabupaten Bulungan, Kalimantan Utara.
Praktek kerja lapangan ini dilakukan dengan teknis pelaksanaan pembagian
kelompok, yakni 5 orang mahasiswa dibagi untuk setiap ruangan. Tiap-tiap
kelompok secara bergiliran akan menempati setiap unit IFRS yakni :

20

a.

Instalasi rawat jalan;

b.

Instalasi rawat inap; dan

c.

Unit Perbekalan Farmasi (Gudang).

A. Pelayanan Farmasi di Instalasi Farmasi Rawat Jalan (IRJ)


1. Gambaran Umum
Apotek Rawat Jalan adalah apotek yang melayani resep poli rawat
jalan, resep Instalasi Gawat Darurat (IGD), dan resep luar. Tujuan
pelayanan Apotek Rawat Jalan ini sebagai apotek yang melayani pasien
rawat jalan agar pelayanan bisa maksimal.
Apotek Rawat Jalan merupakan salah satu unit pelayanan dari IFRS
yang ada di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) dr.H.Soemarno
Sosroatmodjo. Apotek rawat jalan melayani pasien umum yaitu dengan
pembayaran cash dan jaminan kesehatan, yaitu :
a. BPJS (Badan Penyelenggara Jaminan Sosial);
b. Jamkesmas (Jaminan Kesehatan Masyarakat);
c. SKTM (Surat Keterangan Tidak Mampu);
d. Inhealth;
e. Prudential;
f. Jamsostek; dan
g. Jaminan perusahaan rekanan.
Apotek Rawat Jalan melayani resep pasien dari pukul 08.00-14.00
WITA, Apotek Rawat Jalan terdapat 2 orang Apoteker, 5 orang Asisten
Apoteker dengan pendidikan D-III Farmasi, dan 1 orang Admin.

21

Apotek rawat jalan melayani resep dari pasien yang telah berobat di
poliklinik RSUD dr.H.Soemarno Sosroatmodjo diantaranya Klinik Anak,
Klinik Bedah, Klinik THT (Telinga Hidung Tenggorokan), Klinik Penyakit
Dalam, Klinik Umum, Klinik Gigi, Klinik KIA (Kesehatan Ibu & Anak),
Klinik Mata, Klinik Kandungan, Klinik Syaraf, Klinik Jantung, Klinik Kulit
dan Kelamin, Klinik Jiwa, Klinik Paru, dan melayani IGD (Instalasi Gawat
Darurat) dengan pelayanan resep yang harus diutamakan.
Pada pengadaan apotek rawat jalan, apabila stok barang yaitu obat
obat dan alat kesehatan mendekati habis, maka penanggung jawab / petugas
dari apotek rawat jalan yang bertanggung jawab melakukan permintaan ke
gudang lewat buku permintaan perbekalan farmasi. Maka petugas gudang
akan menyiapkannya dan dimutasikan lewat komputer sesuai dengan
permintaan barang, dan petugas gudang akan mencatatnya pada kartu stok.
Apotek Rawat Jalan memiliki sistem penyimpanan obat dan alat
kesehatan yang sesuai dengan prosedur. Penerimaan barang disesuaikan
dengan obat atau alat kesehatan yang diminta dalam buku permintaan obat
dan laporan permintaan. Sesudah obat disiapkan bisa diserahkan kepada
apoteker penanggung jawab gudang. Jika obat dan alat kesehatan sesuai
dengan yang diminta di buku permintaan, maka obat atau alat kesehatan bisa
langsung diserahkan di bagian Apotek Rawat Jalan. Penanggung jawab akan
melakukan pengecekan barang-barang seperti obat dan alat kesehatan yang
diminta apakah sesuai dengan catatan permintaan barang yang diserahkan
ke gudang.

22

Obat-obatan Narkotik seperti codein, fentanyl, clopedin; Psikotropika


seperti braxidin, analsik, alprazolam; dan Prekusor seperti tremenza, trifed
dan lain-lan disimpan di lemari khusus, dilengkapi dengan kunci sehingga
dapat menjamin pengendalian. Obat jenis High Alert diletakkan ditempat
yang khusus seperti lemari dengan diberikan label Peringatan pada tutup
luar tempat penyimpanan dan diberi label yang jelas. Untuk permintaan
obat-obat khusus seperti obat Narkotik, Psikotropik, dan Prekusor
dipisahkan dengan buku permintaan, sehingga permintaan obat-obat khusus
mempunyai buku tersendiri.
Terdapat tempat peracikan dan disediakan pula beberapa perlengkapan
antara lain pembuatan kapsul dan peracikan yaitu mortir dan stamper untuk
pembuatan obat racikan wadah pengemas pembungkus obat berupa klip,
kertas perkamen, cangkang kapsul. Dilengkapi dengan seperangkat printer
untuk menunjang kegiatannya dan alat-alat administrasi (copy resep, kartu
stok obat, buku amprahan, alat tulis dan penunjang lainya).

23

Alur Pelayanan Rawat Jalan


Tempat penerimaan
pasien

RM baru
No. RM
KTB RJ

Belum/sudah ada no.


RM

Rekam Medis

Apotek

Poli klinik /IGD

Pemeriksaan/
penunjang

Pulang/dirawat

Tempat
penerimaan
pasien rawat
inap/RM
inap
Instalasi
rawat inap

2. Tujuan Praktek Kerja Lapangan


a)

Agar mahasiswa mengetahui dan memahami bagaimana pengelolaan


perbekalan farmasi di apotek Instalasi Rawat Jalan (IRJ).

b) Agar mahasiswa mengetahui bagaimana alur pelayanan apotek Instalasi


Rawat Jalan (IRJ).
c)

Meningkatkan dan melatih mahasiswa bersosialisasi dengan masyarakat


dalam pelayanan farmasi di apotek Instalasi Rawat Jalan (IRJ).

24

3. Kegiatan Praktek Kerja Lapangan


Adapun kegiatankegiatan yang dilakukan di Apotek Rawat jalan
sebagai berikut:
a. Penerimaan Perbekalan Farmasi
Penerimaan perbekalan farmasi berasal Gudang Farmasi IFRS.
Permintaan perbekalan farmasi dilakukan dengan mengisi buku
amprahan obat, yang kemudian diserahkan kepada tugas gudang
farmasi, petugas gudang farmasi mengeluarkan perbekalan farmasi
sesuai dengan permintaan di buku amprahan. Data perbekalan farmasi
yang diterima, dicatat dan untuk obat OKT di tulis di kartu stok.
b. Penyimpanan Perbekalan Farmasi
Penyimpanan merupakan kegiatan pengamanan dengan cara
menempatkan obat-obatan yang diterima pada tempat yang dinilai aman
dan memenuhi persyaratan dengan tujuan untuk menjaga kualitas obat dan
perbekalan farmasi. Obat dan perbekalan farmasi yang sudah diterima
diletakkan pada tempat yang telah ditentukan berdasarkan jenis dan
macam sediaan, yaitu :
1) Berdasarkan bentuk sediaan, misalnya sediaan tablet, kapsul, sediaan
sirup, sediaan topikal, juga alat kesehatan dan cairan infus diletakkan
secara terpisah agar mempermudah penjangkauan dan pengingatan
letak.
2) Sesuai dengan Alfabetis dan FIFO (First In First Out) atau FEFO
(First Exp First Out)

25

3) Obat jenis Thermolabil diletakkan sesuai dengan suhu masing-masing


obat yaitu suhu dingin tidak lebih dari 8oC, lemari pendingin memiliki
suhu antara 2 8oC; sejuk antara 8 15oC; dan suhu kamar antara 15
30oC
4) Untuk obat golongan narkotika dan psikotropika disimpan dalam
lemari khusus terkunci dengan double door & kunci disimpan oleh
Asisten Apoteker penanggung jawab.
5) Obat yang memiliki jenis High Alert dan Bahan Berbahaya & Beracun
diletakkan ditempat khusus untuk pemakaian penanganan darurat dan
segera atau CITO
Obat disimpan dengan menggunakan sistem FIFO (First In First Out)
yaitu obat yang masuk lebih awal harus digunakan terlebih dahulu, serta
FEFO (First Expired First Out) yaitu obat yang mendekati tanggal
kadaluarsa harus terlebih dahulu digunakan. Setiap akhir bulan dilakukan
stock opname yang berfungsi untuk :
1) Inventarisasi perbekalan farmasi di Instalasi Farmasi Rumah Sakit
2) Mengontrol obat untuk mencegah obat hilang, obat rusak, obat tidak
sesuai dengan Depo, dan obat kadaluarsa.
3) Menyesuaikan antara fisik obat dengan kartu stok & data di komputer.
4) Untuk mengetahui sisa perbekalan farmasi setelah satu bulan
melakukan transaksi dan mengontrol perbekalan farmasi yang sudah
kadaluarsa.
5) Laporan evaluasi penggunaan obat.

26

Hal ini berarti, nilai-nilai penjualan atau barang yang terjual dapat
diketahui dengan melihat stok akhir dikurangi dengan stok awal.
c. Pelayanan Resep
Pelayanan resep di Apotek Rawat Jalan ini dibuka mulai pukul 08.00
sampai dengan 14.00 WITA. Apotek Rawat Jalan hanya melayani resepresep yang berasal dari poli-poli, maupun pasien langsung. Jika diluar jam
kerja Apotek Rawat Jalan, resep dilayani di Apotek Depo 24 jam. Berikut
alur pelayanan resep di Apotek Rawat Jalan:
1) Petugas menerima resep dari pasien.
2) Petugas memeriksa kelengkapan resep.
3) Pemberian nomor antrian.
4) Jika resep racikan maka petugas apotek akan memberi tahu terlebih
dahulu kepada pasien jika obat yang disiapkan sedikit lama & sesuai
antrian racikan.
5) Obat dikemas dan diberi aturan pakai.
6) Obat yang akan diserahkan diperiksa kembali oleh apoteker dan
dipastikan obat telah sesuai dengan resep. Kemudian obat diserahkan
oleh Apoteker atau Asisten Apoteker senior kepada pasien disertai
dengan pemberian informasi penggunaan obat. Ada lima hal dalam
pelayanan informasi obat, yaitu :
a. Indikasi obat / fungsinya;
b. Cara pemakaian obat;
c. Aturan pakai;

27

d. Perhatian / efek samping; dan


e. Penyimpanannya.
7) Pasien yang memiliki resep racikan didahulukan sesuai dengan antrian
racikan. Pasien yang memiliki resep obat jadi dan diberi nomor
antrian dipanggil sesuai dengan nomor antrian dengan alat pemanggil
nomor antrian.
8) Pasien / keluarga pasien yang membayar cash akan diberi daftar
rincian harga obat untuk dibayar dikasir, jika pasien jamkesda atau
perusahaan akan langsung dilayani tetapi tetap sesuai urutan antrian.
d. Pencatatan atau Pelaporan
Resep yang diterima dimasukan datanya kekomputer. Apotek
Rawat Jalan setiap bulanya membuat laporan seperti :
1) Laporan penggunaan obat ASKES (Asuransi Kesehatan) / BPJS;
2) Laporan penggunaan obat Jamkesmas;
3) Laporan penggunaan perbekalan farmasi Depo IGD; dan
4) Pencatatan penggunaan obat OKT.

B. Pelayanan Farmasi di Instalasi Rawat Inap (IRNA)


1. Gambaran Umum
Apotek Rawat Inap merupakan salah satu unit pelayanan IFRS yang
ada di rumah sakit dr.H.Soemarno Sosroatmodjo. Unit pelayanan Apotek
Rawat Inap adalah Apotek yang melayani resep dari ruangan-ruangan rawat

28

inap. Tujuan pelayanan Apotek Rawat Inap ini sebagai apotek yang
melayani pasien rawat inap agar pelayanan bisa maksimal.
Apotek Rawat Inap merupakan salah satu unit pelayanan dari IFRS
yang ada di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) dr.H.Soemarno
Sosroatmodjo. Apotek rawat inap jalan melayani pasien umum yaitu dengan
pembayaran cash dan jaminan kesehatan, yaitu :
a.

BPJS (Badan Penyelenggara Jaminan Sosial);

b.

Jamkesmas (Jaminan Kesehatan Masyarakat);

c.

SKTM (Surat Keterangan Tidak Mampu);

d.

Inhealth;

e.

Prudential;

f.

Jamsostek; dan

g.

Jaminan perusahaan lainnya.


Apotek Rawat Inap melayani resep pasien dari pukul 08.00-14.00

WITA, selanjutnya di Instalasi Apotek 24 jam. Apotek Rawat Inap memiliki


tenaga kerja dengan 2 orang Apoteker, 3 orang Asisten Apoteker dengan
pendidikan D-III Farmasi dan 2 orang Sekolah Menengah Kejuruan
Farmasi.
Apotek Rawat Inap melayani resep ruangan dari pasien rawat inap
diantaranya ruang ICU, ruang VIP, Anggrek, Anyelir, Bougenville, Mawar,
Flamboyan, VK, dan Perinatologi.
Pada pengadaan apotek rawat inap, apabila stok barang yaitu obat
obat dan alat kesehatan sudah tipis atau mendekati habis, maka penanggung

29

jawab / petugas dari apotek rawat inap yang bertanggung jawab melakukan
amprahan ke gudang. Maka petugas gudang akan menyiapkannya dan
dimutasikan lewat komputer sesuai dengan amprahan barang yang diminta,
dan petugas gudang akan mencatatnya pada kartu stok.
Terdapat tempat peracikan dan disediakan pula beberapa perlengkapan
antara lain pembuatan kapsul dan peracikan yaitu mortar dan stamper untuk
pembuatan obat racikan wadah pengemas pembungkus obat berupa klip,
kertas perkamen, cangkang kapsul. Dilengkapi dengan seperangkat printer
dan komputer untuk menunjang kegiatannya dan alat-alat administrasi (copy
resep, kartu stok obat, buku amprahan, alat tulis dan penunjang lainya).

2. Tujuan Praktek Kerja Lapangan


a) Agar mahasiswa mengetahui dan memahami bagaimana pengelolaan
perbekalan farmasi di apotek Instalasi Rawat Inap (IRNA).
b) Agar mahasiswa mengetahui bagaimana alur pelayanan apotek
Instalasi Rawat Inap.
c) Meningkatkan dan melatih mahasiswa dan bersosialisasi dengan
masyarakat dalam pelayanan farmasi di apotek Instalasi Rawat Inap.

3. Kegiatan Praktek Kerja Lapangan


Kegiatan yang dilakukan di Apotek Rawat Inap di RSUD
dr.H.Soemarno Sosroatmodjo sebagai berikut:

30

a. Pengadaan Perbekalan Farmasi


Pengadaan perbekalan farmasi di Apotek Rawat Inap berasal dari
gudang farmasi. Permintaan perbekalan farmasi kepada gudang farmasi
dilakukan dengan mengisi buku permintaan atau buku amprahan. Di
dalam buku amprahan tersebut ditulis nama obat yang diminta dan
jumlah yang diminta. Buku tersebut dibuat berdasarkan stok obat yang
tersedia di Apotek Rawat Inap. Petugas gudang farmasi mengeluarkan
perbekalan farmasi sesuai dengan permintaan dibuku amprahan. Data
perbekalan farmasi yang diterima, dicatat dalam kartu stok.
b. Penyimpanan Perbekalan Farmasi
Apotek Rawat Inap memiliki sistem penyimpanan obat dan alat
kesehatan yang sesuai dengan prosedur. Penerimaan barang disesuaikan
dengan obat atau alat kesehatan yang diminta dalam buku permintaan
obat dan laporan permintaan. Sesudah obat disiapkan bisa diserahkan
kepada apoteker penanggung jawab gudang. Jika obat dan alat
kesehatan sesuai dengan yang diminta di buku permintaan, maka obat
atau alat kesehatan bisa langsung diserahkan di bagian Apotek Rawat
Jalan. Penanggung jawab akan melakukan pengecekan barang-barang
seperti obat dan alat kesehatan yang diminta apakah sesuai dengan
catatan permintaan barang yang diserahkan ke gudang.
Obat obatan disusun secara Alfabetis dan sesuai dengan FIFO
(First In First Out) atau FEFO (First Exp First Out), dan dibedakan
berdasarkan

bentuk

sediaan

31

dan

suhu

penyimpanan,

agar

mempermudah dalam penjangkauan dan pengingatan letak, serta


penyusunan obat-obatan lebih rapi dan bersih. Untuk obat dalam bentuk
tablet dan kapsul diletakkan di rak yang terpisah dengan obat dalam
bentuk sirup dan sediaan topikal. Sedangkan untuk obat-obatan yang
harus disimpan pada temperatur rendah diletakkan dalam lemari
pendingin.
Obat-obatan

Narkotik

seperti

codein,

fentanyl,

clopedin;

Psikotropika seperti braxidin, analsik, alprazolam; dan Prekusor seperti


tremenza, trifed dan lain-lan disimpan di lemari khusus, dilengkapi
dengan kunci

sehingga dapat

menjamin pengendalian.

Untuk

permintaan obat-obat khusus seperti obat Narkotik, Psikotropik, dan


Prekusor dipisahkan dengan buku permintaan, sehingga permintaan
obat-obat khusus mempunyai buku tersendiri
Obat jenis High Alert diletakkan ditempat yang khusus seperti
lemari dengan diberikan label Peringatan pada tutup luar tempat
penyimpanan dan diberi label yang jelas.
c. Pelayanan Resep
Resep yang dilayani oleh Apotek Rawat Inap dapat Berasal dari:
1) Ruang Anggrek
2) Ruang Anyelir (Ruang Penyakit Dalam)
3) Ruang Bougenville (Ruang Bedah)
4) Ruang Mawar (Ruang Bersalin / Nifas)
5) Ruang Flamboyan (Ruang Anak)

32

6) Ruang VK & Perinatologi


7) Ruang VIP
8) Ruang ICU
9) Ruang OK
Adapun prosedur pelayanan Apotek Rawat Inap sebagai berikut:
1.

Pasien setelah diperiksa / visit dokter, dokter / perawat akan


menulis permintaan obat diresep.

2.

Permintaan obat dilakukan dan disiapkan untuk 1 3 hari untuk


pasien IGD yang dirawat inap.

3.

Petugas ruangan atau keluarga pasien mengantarkan resep /


permintaan obat untuk rawat inap ke apotek

4.

Petugas apotek rawat inap menyiapkan permintaan obat atau alat


kesehatan berdasarkan dilembar permintaan obat untuk pasien
rawat inap.

5.

Petugas apotek rawat inap mengentri barang dan nota ditempelkan


dilembar resep, serta menjumlahkan jumlah piutang.

6.

Petugas ruangan akan mengambil obat setelah semua proses


selesai.

7.

Nota akan diarsipkan setiap harinya oleh petugas apotek rawat


inap.

33

Alur Distribusi Apotek Rawat Inap

Setiap pasien yang akan pulang, keluarga pasien akan diberi


tahukan untuk melihat obat / alkes yang mungkin tersisa di ruang
perawatan, obat / alkes yang mungkin masih tersisa dapat dikembalikan
atau di retur ke Apotek Rawat Inap, pasien pulang yang mendapatkan
resep untuk obat pulang maka akan dibuatkan rincian obat dan biayanya
terlebih dahulu kemudin disiapkan obatnya, kemudian obat diserahkan
dan diberikan aturan pemakaian sesuai yang tertera pada resep, untuk
pasien cash selanjutnya membayar diloket rawat inap.
Untuk pasien ASKES maupun jamkesmas pelayanan resep rawat
inap juga dilakukan sama halnya pasien umum atau cash, perbedaanya
obat-obat yang dilayani oleh apotek rawat inap hanya alat kesehatan
sedangkan obat-obatanya akan dipishkan oleh apotek askes dan
jamkesmas sendiri sesuai DPHO (Daftar Plafond Harga Obat).

34

d. Pengarsipan dan Pelaporan


Resep yang diterima dimasukkan datanya ke komputer. Untuk
resep narkotik dan psikotropik disimpan terpisah dari resep lain
kemudian dicatat dalam buku yang selanjutnya akan dilaporkan setiap
bulan sekali kepada kepala IFRS RSUD dr.H.Soemarno Sosroatmodjo
terlebih dahlu untuk tindak lanjuti.
Resep ruangan yang telah diarsipkan, akan dilaporkan ke kepala
Apotek IFRS untuk dijadikan laporan, yang dibuat seperti :
1) Laporan penggunaan obat ASKES (Asuransi Kesehatan) / BPJS;
2) Laporan penggunaan obat Jamkesmas;
3) Laporan penggunaan perbekalan farmasi Depo IGD; dan
4) Pencatatan penggunaan obat OKT.

C. Pelayanan Farmasi di Gudang Farmasi


1. Gambaran Umum
Gudang farmasi RSUD dr.H.Soemarno Sosroatmodjo memiliki
sarana dan prasarana penunjang dalam penyimpanan perbekalan farmasi,
seperti gudang cairan yang berfungsi menyimpan berbagai macam
cairan-cairan, gudang alat kesehatan yang berfungsi menyimpan seluruh
alat kesehatan serta bahan habis pakai (BHP) serta sebagai ruang bagi
kepala gudang farmasi dan gudang obat yang menyimpan semua sediaan
obat seperti tablet, kapsul, salep, sirup, aerosol, tetes mata, tetes telinga,
dan lain-lain. Gudang juga dilengkapi lemari pendingin untuk

35

menyimpan

sediaan

injeksi,

vaksin,

suppositoria,

serta

rak-rak

penyimpanan obat-obatan dan alat kesehatan untuk menjaga agar mutu


obat tetap baik maka suhu ruangan gudang diatur juga dengan
menggunakan pendingin ruangan, untuk

sediaan

psikotropika

Penyimpanan

diletakan

dilemari

khusus.

narkotika dan
narkotika

dilakukan sebagai berikut


a. Rumah sakit harus memiliki tempat khusus untuk menyimpan
narkotik yang terkunci dengan baik.
b. Tempat khusus tersebut harus memenuhi syarat-syarat sebagai
berikut:
1) Harus terbuat dari kayu dan bahan lain yang kuat.
2) Harus mempunyai kunci yang kuat.
3) Tempat tersebut terbagi menjadi dua bagian yang satu dipakai
untuk menyimpan morfin, petidin dan garam-garam lainnya
sedangkan yang lainya untuk menyimpan persedian narkotik
sehari-hari.
4) Jika tempat tersebut tidak berupa lemari berukuran 40-80 x 100 cm
maka lemari tersebut harus terbuat dari tembok atau lantai.
5) Lemari khusus tidak boleh digunakan untuk selain narkotika
terkecuali ditentukan oleh Menteri Kesehatan.
6) Anak kunci harus dipegang oleh penanggung jawab atau pegawai
yang dikuasakan.

36

7) Lemari khusus tersebut disimpan di tempat yang aman dan tidak


terlihat oleh umum.
Bagian pengelolaan perbekalan farmasi RSUD dr.H.Soemarno
Sosroatmodjo memiliki tenaga kerja dengan 2 orang bagian
Administrasi, Apoteker sebagai penanggung jawab gudang Instalasi
Farmasi Rumah Sakit, 1 orang Apoteker, dan 1 orang Asisten
Apoteker.

2. Tujuan Praktek Kerja Lapangan


a. Agar mahasiswa mengetahui dan memahami bagaimana pengelolaan
perbekalan

farmasi

di

gudang

farmasi

RSUD

dr.H.Soemarno

Sosroatmodjo.
b. Agar

mahasiswa

pengelolaan

mengetahui

perbekalan

dan

farmasi

memahami
di

gudang

bagaimana
farmasi

alur

RSUD

dr.H.Soemarno Sosroatmodjo.

3. Kegiatan Praktek Kerja Lapangan


Kegiatan pengelolaan perbekalan farmasi digudang farmasi meliputi:
a. Perencanaan dan Pengadaan Perbekalan Farmasi
Salah satu kegiatan penting di RSUD dr.H.Soemarno Sosroatmodjo
adalah pengadaan perbekalan farmasi, karena sangat terkait dengan
obat-obatan, alkes dan bahan lainya yang digunakan langsung oleh
RSUD dr.H.Soemarno Sosroatmodjo. Oleh karena itu, diperlukan

37

perencanaan yang baik dan akurat dalam menentukan jenis dan jumlah
Obat maupun Alkes yang diadakan.
Pengadaan

perbekalan

farmasi

di

RSUD

dr.H.Soemarno

Sosroatmodjo dilakukan setiap minggu dengan cara pembeliaan


langsung, perencanaan berdasarkan yang telah dilakukan guna
menetapkan perbekalan farmasi yang diadakan, perencanaan dan
pemilihan obat yang diadakan harus mengacu pada formularium rumah
sakit yang telah dibuat oleh komite farmasi dan terapi (KFT) RSUD
dr.H.Soemarno

Sosroatmodjo,

perbekalan

yang

akan

dibeli

direncanakan dahulu sesuai kebutuhan berdasarkan permintaan dari


berbagai unit-unit di Rumah sakit serta Apotek / Depo yang masingmasingnya menyerahkan buku amprahan atau buku permintaan dan sisa
persediaan di gudang farmasi tetapi tidak semua obat diadakan hanya
beberapa obat yang perputarannya cepat atau Fast Moving yang
diadakan untuk obat-obat yang Slow Moving atau perputarannya lambat
bukan berarti tidak dipesan, obat-obat slow moving hanya dipesan jika
dirasa memang dibutuhkan atau stoknya sudah habis serta untuk obatobat emergency selalu diadakan walaupun tidak terjadi kasus dirumah
sakit, pemesanan dilakukan sesuai kebutuhan dengan menambahkan
buffer atau persediaan tambahan sebagai langkah antisipatif agar
nantinya tidak terjadi kekosongan persediaan yang mungkin terjadi jika
dalam pengiriman terjadi keterlambatan, pemesanan dilakukan dengan
menggunakan surat pesananan khusus dari Rumah sakit umum, surat

38

pesanan dibuat oleh kepala gudang farmasi atau dengan menggunakan


sistem komputerisasi atau SIM (Sistem Informasi Manajemen) surat
pesanan yang dibuat ditunjukan untuk pemesanan rutin. Pemesanan
obat askes / e-katalog dibuat terpisah dengan pesanan rutin, pesanan
dilakukan kepada PBF (Perusahaan Besar Farmasi) selaku penyedia
perbekalan farmasi yang disetujui dan ditanda tangani oleh kepala
gudang farmasi, kepala instalasi farmasi dan direktur/ kepala rumah
sakit, surat pesanan terdiri dari tiga rangkap, surat pesanan yang asli
atau rangkap pertama untuk PBF, yang kedua sebagai arsip rumah sakit
dan yang ketiga digunakan untuk pemeriksaan, surat pesanan diberikan
kepada sales PBF yang biasanya seminggu sekali mendatangi rumah
sakit.
Adapun Alur pengadaan Perbekalan Farmasi (Obat-obatan dan
Alkes) adalah sebagai berikut :
1. Petugas Gudang Farmasi melakukan perencanaan dengan memeriksa
atau mengecek jumlah persediaan perbekalan farmasi yang terdapat
di Gudang Farmasi setiap hari serta melihat buku permintaan dari
masing-masing unit di rumah sakit.
2. Apabila stok perbekalan farmasi tersebut akan habis, maka petugas
gudang farmasi melaporkan kepada kepala IFRS. Kemudian atas
persetujuan kepala IFRS maka petugas gudang farmasi akan
memesan perbekalan farmasi yang dimaksud melalui Surat Pesanan

39

(SP) kepada Pedagang Besar Farmasi (PBF) yang menyediakan


perbekalan farmasi tersebut.
3. PBF akan mengantar perbekalan farmasi yang dimaksud ke IFRS,
yang dilengkapi dengan faktur pembeliaan.

b. Penerimaan dan Penyimpanan Perbekalan Farmasi


Perbekalan farmasi yang telah ke rumah sakit kemudiaan diperiksa
terlebih dahulu dikantor oleh petugas pemeriksa, perbekalan farmasi
diperiksa dan dicocokan sesuai pesanan rumah sakit dan juga faktur dari
PBF, perbekalan farmasi diperiksa apakah jumlahnya sesuai pesanan
serta tanggal kadaluarsanya jika mengalami kelebihan atau tanggal
kadaluarsanya sudah terlalu dekat maka dilakukan retur atau
dikembalikan kembali kepada PBF, jika sudah sesuai dan telah selesai
diperiksa petugas rumah sakit akan mengizinkan barang masuk yang
disertakan berupa BAP (Berita Acara Pemeriksaan) yang dijadikan satu
bersama faktur yang sudah ditanda tangani oleh kepala gudang farmasi.
Digudang farrmasi IFRS dr.H.Soemarno Sosroatmodjo, terdapat 3
(tiga) ruang penyimpanan untuk perbekalan farmasi, yaitu :
1. Gudang Obat
Prosedur penyimpanan obat pada gudang obat adalah, yaitu :
a. Penyimpanan perbekalan farmasi berdasarkan bentuk sediaan
obat (seperti tablet, kaplet, kapsul, sirup, salep, obat tetes, injeksi,
dan lain-lain).
b. Narkotik dan Psikotropika di letakan pada lemari khusus.
40

c. Obat paten dan obat dipisahkan di susun secara alfabetis dengan


menggunakan sistem FIFO (First In First Out) yaitu obat yang
masuk lebih awal harus digunakan terlebih dahulu, serta FEFO
(First Expired First Out) yaitu obat yang mendekati tanggal
kadaluarsa harus terlebih dahulu digunakan.
d. Untuk suppositoria, reagen dan bahan lainnya yang perlu suhu
dingin, disimpan dikulkas yang umumnya bersuhu 2-100C.
e. Petugas farmasi memasukan data perbekalan farmasi ke dalam
kartu stok, dan dimasukan ke komputer.
f. Dilakukan stok opname setiap akhir bulan.
2. Gudang Alkes dan Bahan Habis Pakai (BHP)
Pada gudang BHP dan Alkes. Prosedur penyimpanan, yaitu :
a. Penyimpanan BHP dan Alkes disusun berdasarkan jenisnya.
b. Petugas penyimpanan dan penyusunan alkes dengan sistem FIFO
dan tetap terjamin, aman, mudah dicari dan mudah diambil.
c. Petugas memasukan data kedalam kartu stok dan dimasukan
kedalam komputer sebagai data.
d. Dilakukan stok opname setiap akhir bulan.
3. Gudang Cairan
Prosedur penyimpanan perbekalan farmasi pada gudang cairan
sama seperti pada gudang Alkes dan BHP. Gudang cairan digunakan
untuk meletakan cairan, reagen-reagen dan serum.Didalam gudang
cairan terdapat lemari pendingin (kulkas) sehingga selain untuk

41

menetapkan cairan, gudang cairan juga dimanfaatkan untuk


menyimpan sediaan

yang memerlukan suhu dingin

seperti

suppositoria dan serum.


Setiap jenis persediaan farmasi (obat maupun Alkes) memiliki
kartu stok tersendiri dan kartu stok digunakan untuk mengontrol
jumlah persediaan farmasi yang tersimpan.

42

BAB IV
KESIMPULAN & SARAN

A. Kesimpulan
1. Dapat melaksanakan tugas dan peran sebagai Ahli Madya Farmasi yaitu
pelayanan kefarmasian di rumah sakot meliputi identifikasi resep,
merencanakan dan melaksanakan peracikan obat yang tepat sesuai
prosedur.
2. Dapat beradaptasi langsung pada iklim kerja kefarmasian sebenarnya,
khususnya di RSUD dr.H.Soemarno Sosroatmodjo.
3. Dapat melaksanakan pelayanan informasi obat kepada pasien, mampu
melaksanakan administrasi dan manajemen penyimpanan serta alat
kesehatan sesuai dengan prosedur.
4. Dapat

bertanggung

jawab

dan

berkompeten

sebagai

tenaga

profesionalisme dalam bidang kesehatan, khususnya kefarmasian.

B. Saran
1. Mempertahankan sistem kefarmasian yang telah dilaksanakan dengan baik
agar pasien tetap mendapat kepuasan dalam pelayanan kefarmasian.
2. Perlu adanya perbaikan standar pelayanan yang baik agar pelayanan
kepada pasien lebih maksimal.

43

DAFTAR PUSTAKA

Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 1992. Undang-Undang Kesehatan


No. 23 Tahun 1992 Tentang Kesehatan. Jakarta
Siregar, Charles J.P. 2003. Farmasi Rumah Sakit. Penerbit Buku Kedokteran
EGC. Jakarta
Siregar, Charles J.P., dan Amalia, L. 2004. Farmasi Rumah Sakit, Teori dan
Penerapan. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2009. Sistem Kesehatan Nasional.
Jakarta
Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
Kefarmasian di Rumah Sakit. Jakarta

44

2006. Pedoman

Pelayanan

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Lampiran 1. Denah Apotek


a. Apotek Rawat Jalan

45

Keterangan :
1.

Meja komputer

2.

Meja komputer

3.

Lemari alat kesehatan

4.

Lemari OKT

5.

Lemari sediaan topikal, obat tetes, dan sediaan steril injeksi.

6.

Lemari sediaan kapsul dan tablet dalam kemasan botol.

7.

Lemari sediaan kapsul, tablet, tablet bersalut dan lain-lain baik generik
maupun paten.

8.

Lemari penyimpanan alat-alat racikan.

9.

Lemari penyimpanan sediaan sirup atau suspense & cairan infus.

10. Lemari buffer.


11. Lemari pendingin.
12. Toilet.
13. Pintu

46

b. Apotek Rawat Inap

47

Keterangan :
1. Pantry/Dapur;
2. Lemari alat kesehatan;
3. Lemari pendingin;
4. Lemari untuk sediaan tablet, kapsul, tablet bersalut dan lain-lain;
5. Lemari OKT;
6. Meja penyiapan;
7. Meja untuk sediaan steril injeksi;
8. Meja kasir;
9. Meja racikan;
10. Lemari untuk sediaan steril cairan infus;

48

c. Unit Perbekalan Farmasi (Gudang)

49

Keterangan :
1. Tempat penyimpanan barang baru
2. Injeksi
3. Alkes
4. Obat Narkotika/ Pisikotropika
5. Obat Tetes & Salep
6. Emulsi dan Suspensi
7. Tablet
8. WC
9. Meja Karyawan
10. Kulkas
11. Alat Tulis/Berkas

50

Lampiran 2. Resep

51

Lampiran 3. Copy Resep (Turunan Resep)

52

Lampiran 4. Etiket
1. Etiket Putih untuk sediaan Tablet, Serbuk, dan Kapsul

2. Etiket Putih untuk sediaan Sirup atau Suspensi

3. Etiket Biru untuk sediaan Topikal, Suppositoria, dan Obat Tetes

53

Lampiran 5. Surat Pemesanan Obat Khusus

54

Lampiran 6. Laporan Narkotika

55

Lampiran 7. Laporan Psikotropika

56

Lampiran 8. Laporan Prekusor

57

GAMBAR-GAMBAR
Lampiran 1. Apotek Rawat Jalan / Apotek 24 Jam

58

59

Lampiran 2. Apotek Rawat Inap

60

Lampiran 4. Gudang Instalasi Farmasi Rumah Sakit

61

62

Anda mungkin juga menyukai