Anda di halaman 1dari 11

Katarak

1 Definisi
Katarak adalah setiap keadaan kekeruhan pada lensa yang dapat terjadi akibat hidrasi
(penambahan cairan) lensa, denaturasi protein lensa terjadi akibat kedua-duanya. Biasanya
kekeruhan mengenai kedua mata dan berjalan progresif ataupun dapat tidak mengalami
perubahan dalam waktu yang lama.
2 Etiologi
Katarak umumnya merupakan penyakit pada usia lanjut, akan tetapi dapat juga akibat
kelainan kongenital, atau penyulit mata lokal menahun. Bermacam-macam penyakit mata
dapat menyebabkan katarak, seperti glaukoma, ablasi, uveitis dan retinitis pigmentosa.
Katarak dapat berhubungan dengan penyakit intraokular lainnya. Katarak dapat disebabkan
bahan toksik khusus (kimia dan fisik).
Keracunan beberapa jenis obat dapat menimbulkan katarak, seperti eserin (0.250.5%), kortikosteroid, ergot, dan antikolinerasi topikal.
Kelainan sistemik atau metabolic yang dapat menimbulkan katarak adalah diabetes mellitus,
galakosemi, dan distrofi miotonik.
Katarak dapat ditemukan dalam keadaan tanpa adanya kelainan mata atau sistemik (katarak
senile, juvenil, herediter) atau kelainan congenital mata.
Katarak disebabkan oleh berbagai faktor, seperti:
Fisik
Kimia
Penyakit predisposisi
Genetik dan gangguan perkembangan
Infeksi virus dimasa pertumbuhan janin
Usia
3 Epidemiologi
Lebih dari 90% kejadian katarak merupakan katarak senilis. 20-40% orang usia 60
tahun keatas mengalami penurunan ketajaman pengelihatan akibat kekeruhan lensa.
Sedangkan pada usia 80 tahun keats insidensinya mencapai 60-80%. Prevalensi katarak
kongenital pada negara maju berkisar 2-4 setiap 10000 kelahiran. Frekuensi katarak laki-laki
dan perempuan sama besar. Di seluruh dunia, 20 juta orang mengalami kebutaan akibat
katarak.
4 Patogenesis
Lensa normal adalah lensa yang jernih, transparan, dan kekuatan refraksinya besar.
Patogenesis katarak belum sepenunya dimengerti, walaupun demikian, pada lensa
katarak secara karakteristik terdapat agregat-agregat protein yang menghamburkan berkas
cahaya dan mengurangi transparansinya, menghambat jalan cahaya ke retina, sehingga
mengabutkan pemandangan.
Seiring dengan bertambahnya usia, perubahan protein lainnya akan mengakibatkan
warna lensa menjadi kuning atau coklat. Nukleus berubah menjadi berwarna coklat
kekuningan.

Terdapat enzim yang melindungi lensa, jumlah enzim tersebut menurun dengan
bertambahnya usia.
Perubahan kimia dapat menyebabkan koagulasi protein, mengaburkan pandangan
karena menghambat jalan cahaya ke retina, sehingga mengabutkan pemandangan.
Katarak biasanya bilateral, tetapi kecepatannya berbeda karena dipengaruhi trauma
dan sistemik. Faktor yang paling berperan adalah sinar UVB, obat-obatan, alcohol, diabetes
mellitus, dan oksidan.
5 Klasifikasi
Berdasarkan usia katarak dapat diklasifikasikan dalam:
1. Katarak kongenital, katarak yang sudah terlihat dibawah usia satu tahun
2. Katarak juvenil, katarak yang terjadi setelah usia satu tahun
3. Katarak senile, katarak setelah usia 50 tahun
Berdasarkan anatomi:
1.
Katarak kortikal
2.
Katarak nuklear
3.
Posterior subkapsular
Berdasarkan etiologi:
1. Katarak traumatik
2. Katarak sekunder akibat penyakit intraokular (komplikata)
3. Katarak akibat penyakit sistemik
4. Katarak terinduksi obat
5. Katarak ikutan (membran sekunder)
Berdasarkan maturitas:
1. Immatur
2. Matur
3. Hipermatur
4. Morgagnian

6 Gambaran klinis
Pasien dengan katarak mengeluh pengelihatan seperti berasap dan tajam pengelihatan
turun secara progresif. Kekeruhan lensa ini mengakibatkan lensa tidak transparan, sehingga
pupil akan berwarna putih atau abu-abu. Pada mata akan tampak kekeruhan lensa dalam
berbagai macam bentuk dan tingkat. Kekeruhan ini juga dapat ditemukan pada berbagai
lokalisasi di lensa seperti korteks dan nukleus.
Berdasarkan usia:
1. Katarak kongenital, katarak yang sudah terlihat dibawah usia satu tahun
Katarak congenital adalah katarak yang mulai terjadi sebelum atau segera sesudah lahir dan
bayi berusia dibawah 1 tahun. Katarak congenital merupakan penyebab kebutaan pada bayi
yang cukup berat terutama akibat penanganannya yang kurang tepat.

Dalam kategori ini termasuk kekeruhan lensa yang timbul sebagai kejadian primer atau
berhubungan dengan penyakit ibu dan janin lokal atau umum.
Untuk mengetahui penyebab katarak kongenital diperlukan pemeriksaan riwayat prenatal
infeksi ibu, seperti rubella pada kehamilan trimester pertama dan pemakaian obat selama
kehamilan. Sering katarak pada bayi premature.
Kekeruhan parsial atau kekeruhan di luar sumbu pengelihatan, atau tidak cukup padat untuk
transmisi cahaya tidak memerlukan terapi selain observasi untuk melihat progresivitasnya.
Katarak kongenital sentral yang padat memerlukan tindakan bedah.
Katarak kongenital yang menyebabkan gangguan pengelihatan yang bermakna harus
dideteksi secara dini. Katarak infantilis unilateral yang padat, terletak di tengah dan garis
tengahnya lebih dari 2 mm akan menimbulkan ambliopia deprivasi permanen bila tidak
diterapi dalam dua bulan pertama kehidupan sehingga memerlukan tindakan bedah segera.
Bahkan setelah itu diperlukan perhatian khusus untuk menghindari terjadinya ambliopia
akibat anisometropia pascaoperasi. Apabila dilakukan pembedahan, jarak waktu antara
pembedahan mata yang satu dengan mata yang lain haruslah sedekat mungkin.

2. Katarak juvenil, katarak yang terjadi setelah usia satu tahun


Katarak yang lembek dan terdapat pada orang muda, yang mulai terbentuknya pada usia
kurang dari 9 tahun dan lebih dari 3 bulan. Katarak juvenil biasanya merupakan lanjutan dari
katarak kongenital.
Katarak juvenil biasanya merupakan penyulit penyakit sistemik ataupun metabolik lainnya.
3. Katarak senile, katarak setelah usia 50 tahun
Katarak senile adalah semua kekeruhan lensa yang terdapat pada usia diatas 50 tahun.
Penyebabnya sampai sekarang tidak diketahui secara pasti. Kekeruhan lensa dengan nukleus
yang mengeras akibat usia lanjut biasanya mulai terjadi pada usia lebih dari 60 tahun.
Pada katarak senile sebaiknya disingkirkan penyakit mata lokal dan penyakit sistemik seperti
diabetes melitus yang dapat menimbulkan katarak komplikata.
Katarak senile secara klinik dikenal dalam 4 stadium yaitu insipien, imatur, matur,
hipermatur.

Insipien

Imatur

Matur

Hipermatur

Kekeruhan

ringan

sebagian

seluruh

Masif

Cairan lensa

normal

Bertambah

normal

Berkurang

(air masuk)
Iris

normal

(air + masa
lensa keluar)

terdorong

normal

tremulans

dangkal

normal

terbuka

Sudut
bilik normal
mata depan

sempit

normal

terbuka

Shadow test

negatif

positif

negatif

pseudopositif

Penyulit

glaukoma

Uveitis
glaukoma

Bilik
depan

mata normal

1. Katarak Insipien
Pada stadium terlihat kekeruhan mulai dari tepi ekuator berbentuk jeriji menuju korteks
anterior dan posterior (katarak kortikal).Vakuol mulai terlihat di dalam korteks.
Katarak subkapsular posterior, kekeruhan mulai terlihat anterior subkapsular posterior, celah
terbentuk antara serat lensa dan korteks berisi jaringan degeneratif.

2. Katarak Intumesen
Kekeruhan lensa disertai pembengkakan lensa akibat lensa yang degeneratif menyerap air.
Masuknya air ke dalam celah lensa mengakibatkan lensa menjadi bengkak dan besar yang
akan mendorong iris sehingga bilik mata menjadi dangkal dibandingkan keadaan normal.
Pencembungan lensa ini akan dapat memberikan penyulit glaukoma. Katarak intumesen
biasanya terjadi pada katarak yang berjalan cepat.

3. Katarak Immatur
Sebagian lensa keruh. Kekeruhan belum mengenai seluruh lapisan lensa. Pada katarak
imatur volume lensa dapat bertambah akibat meningkatnya tekanan osmotic bahan lensa
yang degeneratif. Pada keadaan lensa mencembung akan dapat menimbulkan hambatan
pupil, sehingga terjadi glaukoma sekunder.

4. Katarak Matur

Pada katarak matur kekeruhan telah mengenai seluruh masa lensa. Kekeruhan ini bisa terjadi
akibat deposisi ion Ca yang menyeluruh. Bila katarak imatur atau intumesen tidak
dikeluarkan maka cairan lensa akan keluar, sehingga lensa kembali pada ukuran normal.
Akan terjadi kekeruhan seluruh lensa yang bila lama akan mengakibatkan kalsifikasi lensa.
Bilik mata depan akan berukuran kedalaman normal kembali, tidak terdapat bayangan iris
pada lensa yang keruh. Sehingga uji bayangan iris (shadow test) negatif.

5. Katarak Hipermatur
Katarak hipermatur, katarak yang mengalami degenerasi lanjut, dapatmenjadi keras atau
lembek dan mencair. Masa lensa yang berdegenerasi keluar dari kapsul lensa sehingga lensa
menjadi mengecil, berwarna kuning dan kering.
Pada pemeriksaan terlihat bilik mata dalam dan lipatan kapsul lensa. Kadang-kadang
pengkerutan berjalan terus sehingga hubungan dengan zonula zinn menjadi kendor. Bila
proses katarak berjalan lanjut disertai dengan kapsul yang tebal maka korteks yang
berdegenerasi dan cair tidak dapat keluar, maka korteks akan memperlihatkan bentuk sebagai
sekantong susu disertai dengan nucleus yang terbenam dalam korteks lensa karena lebih berat
(katarak morgagni)

6. Katarak Brunesen
Katarak yang berwarna coklat sampai hitam (katarak nigra) terutama pada nucleus lensa, juga
dapat terjadi pada katarak pasien diabetes mellitus dan miopia tinggi.
Berdasarkan anatomi:
1. Katarak kortikal
Kekeruhan pada korteks lensa. Perubahan hidrasi serat lensa menyebabkan terbentuknya
celah-celah dalam pola radial di sekeliling daerah ekuator.
2. Katarak nuklear
Gejala yang paling dini mungkin berupa membaiknya pengelihatan dekat tanpa kacamata. Ini
merupakan akibat meningkatnya kekuatan fokus lensa bagian sentral. Menyebabkan refraksi
bergeser ke myopia (pengelihatan dekat).
3. Posterior subkapsular posterior
Terdapat pada korteks di dekat kapsul posterior bagian sentral. Di awal pengelihatannya
katarak ini menyebabkan gangguan pengelihatan karena adanya keterlibatan sumbu
pengelihatan. Gejala umumnya antara lain menurunnya pengelihatan pada kondisi
pencahayaan yang terang. Kekeruhan lensa ini biasanya timbul karena trauma, penggunaan
kortikosteroid, peradangan, atau radiasi.
Berdasarkan etiologi:
1. Katarak traumatik
Katarak traumatik paling sering disebabkan oleh trauma benda asing pada lensa atau
trauma tumpul pada bola mata. Peluru senapan angin dan petasan merupakan penyebab
tersering. Penyebab lain yang lebih jarang adalah batu, pajanan berlebih terhadap panas
(glassblowers cataract) dan radiasi. Di dunia industri, pengamanan terbaik adalah sepasang
kacamata pelindung yang bermutu baik.
Lensa menjadi putih segera setelah masuknya benda asing karena lubang pada kapsul
lensa menyebabkan humor aqueus dan terkadang vitreus masuk ke dalam struktur lensa.
Pasien seringkali adalah pekerja industri yang pekerjaannya memukul baja. Sebagai contoh,
potongan kecil palu baja dapat menembus kornea dan lensa dengan kecepatan yang sangat
tinggi lalu tersangkut di vitreus dan retina.
2. Katarak sekunder akibat penyakit intraokular (komplikata)

Katarak komplikata merupakan katarak akibat penyakit mata lain yang mempengaruhi
fisiologi lensa. Katarak biasanya berawal di daerah subkapsular posterior dan akhirnya
mengenai seluruh struktur lensa. Penyakit-penyakt intraocular yang sering berkaitan dengan
pembentukan katarak adalah uveitis kronik atau rekuren, glaucoma, renitis pigmentosa, dan
ablatio retinae. Prognosis visual tidak sebaik katarak terkait usia biasa.
3. Katarak akibat penyakit sistemik
Katarak bilateral dapat terjadi karena berbagai gangguan sistemik berikut ini; diabetes
mellitus, hipokalsemia, distrofi miotoni, dermatitis atopic, galaktosemia, sindroma lowe,
Werner, serta Down.
Katarak diabetik merupakan katarak yang terjadi akibat adanya penyakit diabetes
mellitus. Katarak pada pasien diabetes mellitus dapat terjadi dalam 3 bentuk:
Pasien dengan dehidrasi berat, asidois dan hiperglikemia nyata, pada lensa akan
terlihat kekeruhan berupa garis akibat kapsul lensa berkerut. Bila dehidrasi lama
akan terjadi kekruhan pada lensa, kekeruhan akan hilang bila terjadi rehidrasi dan
kadar gula normal kembali.
Pasien diabetes juvenil dan tua tidak terkontrol, dimana terjadi katarak serentak
pada kedua mata dalam 48 jam, bentuk dapat snow flake atau bentuk piring
subkapsular
Katarak pada pasien diabetes dewasa dimana gambaran secara histologik dan
biokimia sama dengan pasien non-diabetik.
Beberapa pendapat menyatakan bahwa pada keadaan hiperglikemia terdapat
penimbunan sorbitol dan fruktosa di dalam lensa.
Pada mata terlihat meningkatkan insidens maturasi yang lebih pada pasien diabetes.
Jarang ditemukan true diabetic katarak. Pada lensa akan terlihat kekeruhan tebaran salju
subkapsular yang sebagian jernih dengan pengobatan. Diperlukan pemeriksaan tes urin dan
pengukuran gula darah puasa.
4. Katarak terinduksi obat
Kortikosteroid yang diberikan dalam waktu yang lama, baik secara sistemik maupun
topikal dalam bentuk obat tetes, dapat menyebabkan kekeruhan lensa. Obat-obat lain yang
diduga menyebabka katarak antara lain; phenotiazine, amiodarone, obat tetes miotik kuat
seperti phospoline iodide.
5. Katarak ikutan (membran sekunder)
Katarak sekunder merupakan kekeruhan kapsuk posterior yang terjadi setelah ekstraksi
katarak ekstrakapsular. Katarak sekunder terjadi akibat terbentuknya jaringan fibrosis pada
sisa lensa yang tertinggal, Paling cepat munculnya keadaan ini adalah 2 hari setelah EKEK.
Epitel lensa subkapsular yang tersisa menginduksi regenerasi serat-serat lensa. Lapisan epitel
yang berproliferasi tersebut dapat membentuk banyak lapisan dan menimbulkan kekeruhan
yang jelas. Kontraksi serat-serat tersebut menimbulkan banyak kerutan kecil di kapsul
posterior, yang dapat menimbulkan distorsi pengelihatan. Semua faktor ini dapat
menyebabkan penurunan ketajaman pengelihatan setelah ekstraksi katarak ekstrakapsular.
Bentuk lain yang merupakan proliferasi epitel lensa pada katarak sekunder berupa
mutiara Elsching dan cincin Soemmering.
Cincin soemerring mungkin akan bertambah besar oleh karena regenerasi epitel yang
terdapat di dalamnya. Cincin soemmering terjadi akibat kapsul anterior pecah dan traksi

kearah pinggir-pingir, melekat pada kapsula posterior meninggalkan daerah yang jernih di
tengah, dan membenuk gambaran cincin.
Mutiara Elsching adalah epitel subkapsular yang berproliferasi dan membesar sehingga
tampak sebagai busa sabun. Mungkin akan menghilang dalam beberapa tahun karena
dindingnya pecah.
Katarak ikutan merupakan suatu masalah besar pada hampir semua pasien pediatrik,
kecuali bila kapsuk posterior dan vitreus anterior diangkat pada saat operasi. Dulu, hingga
setengah dari semua pasien dewasa mengalami kekeruhan kapsul posterior setelah menjalani
eksraksi katarak ekstrakapsular. Namun, teknik bedah yang semakin berkembang dan materi
lensa intraocular yang baru mampu menurunkan insiden kekeruhan kapsul posterior secara
nyata.
Laser YAG merupakan metode non-invasif untuk melakukan disisi kapsul posterior.
Pulsasi energi laser menimbulkan ledakan-ledakan kecil di jaringan sasaran, membentuk
sebuah lubang kecil pada kapsul posterior di sumbu pupil.
Komplikasi tekik ini antara lain, naiknya tekanan intraokular untuk sementara waktu,
kerusakan lensa intraokular, ruptur sisi hialoid anteriod dengan pergeseran vitreus ke dalam
bilik mata depan, yang berpotensi menimbulkan ablatio retina regmatogenosa atau edema
makula kistoid.
Kenaikan tekanan intraokular biasanya dapat diketahui dalam 3 jam setelah terapi dan
menghilang selama beberapa hari. Jarang, tekanan tidak turun normal selama beberapa
minggu. Lubang atau retakan kecil dapat terjadi pada lensa intraocular, tetapi biasanya tidak
mengganggu ketajaman pengelihatan.
II.9. Penatalaksanaan
Indikasi operasi yaitu jika katarak menurunkan fungsi pengelihatan sehingga
mengganggu kualitas hidup dan kegiatan sehari-hari.
Indikasi operasi biasanya sesuai dengan tingkat visus ( ketajaman pengelihatan) kurang dari
6/12.
a. Operasi Katarak Intrakapsular (EKIK) / Intra Capsular Cataract Extraction (ICCE)
Pembedahan dengan mengeluarkan seluruh lensa berikut kapsulnya. Dapat dilakukan
pada zonula zinn yang telah rapuh atau bergenerasi dan mudah putus.
Katarak ekstraksi intrakapsular tidak akan terjadi katarak sekunder. Kontraiindikasi pada
pasien berusia 40 tahun yang masih mempunyai ligamen hialoidea kapsular.
Penyulit yang dapat terjadi astigmat, glaucoma, uveitis, endoftalmitis, dan pendarahan.
Ekstraksi katarak intrakapsular saat ini jarang dilakukan. Insiden terjadinya ablasio
retina pascaoperasi jauh lebih tinggi dengan tindakan ini dibandingkan dengan pascabedah
ekstrakapsular. Namun, bedah intrakapsular tetap merupakan suatu prosedur yang berguna,
khususnya bila tidak tersedia fasilitas untuk melakukan bedah ekstrakapsular.
b. Operasi Katarak Ekstrakapsular (EKEK) / Extra Capsular Cataract Extraction
(ECCE)
Metode operasi yang umum dipilih untuk katarak dewasa atau anak-anak. Tindakan
pembedahan pada lensa dimana dilakukan pengeluaran isi lensa dengan memecah atau
merobek kapsul anterior sehingga masa lensa dan korteks lensa dapat keluar melalui robekan
tersebut. Insisi dibuat pada limbus atau kornea perifer, bagian superior atau temporal
berukuran 9-10 mm. Dibuat sebuah saluran pada kapsul anterior, dan nukleus serta korteks
lensanya diangkat. Kemudian lensa intraokular ditempatkan pada kantung kapsular yang
sudah kosong, disangga oleh kapsul posterior yang masih utuh. Pada ekstraksi katarak

ekstrakapsular, nukleus dikeluarkan dalam keadaan utuh. Korteks lensa disingkirkan dengan
penghisapan manual. lensa intraokular diletakkan di kapsul posterior.
Termasuk ke dalam golongan ini ekstraksi linear, aspirasi, dan irigasi. Pembedahan
ini dilakukan pada pasien dengan katarak imatur, kelainan endotel, keratoplasti, implantasi
lensa intra okuler posterior, implantasi sekunder lensa intraokular.
c. Small Incision Cataract Surgery (SICS)
Merupakan teknik operasi yang biasa dilakukan di Negara berkembang, teknik ini
menghasilkan pengelihatan yang baik.
d. Fakoemulsi
Pembedahan dengan menggunakan vibrator ultrasonik untuk menghancurkan nukleus
yang kemudian diaspirasi melalui insisi 2.5-3 mm dan kemudian dimasukan lensa intraokular
yang dapat dilipat (foldable intraocular lens).
Keuntungan yang didapat dari tindakan insisi kecil ini adalah pemulihan visus lebih cepat,
induksi astigmatis akibat operasi minimal, komplikasi dan inflamasi pasca bedah minimal.
Penyulit yang dapat timbul pada pembedahan katarak ekstrakapsular dapat terjadi
katarak sekunder yang dapat dihilangkan atau dikurangi dengan Yag laser.
Jika menggunakan teknik insisi kecil, masa penyembuhan pasca operasi biasanya lebih
pendek. Pasien umumnya boleh pulang pada hari operasi, tetapi dianjurkan untuk bergerak
hati-hati dan menghindari peregangan atau mengangka beban berat selama sekitar satu bulan.
Mata pasien dibalut pada hari operasi. Perlindungan pada malam hari dengan pelindung
sering kali disarankan selama beberapa hari pasca operasi. Kacamata sementara dapat
digunakan beberapa hari setelah operasi, tetapi kebanyakan pasien dapat melihan cukup baik
melalui lensa intraokular sambil menunggu kacamata permanen (biasanya 4-8 minggu setelah
operasi)
Perawatan pasca operasi
Jika digunakan teknik insisi kecil, masa penyembuhan pascaoperasi biasanya lebih pendek.
Pasien umumnya boleh pulang pada hari operasi, tetapi dianjurkan untuk bergerak hati-hati
dan menghindari peregangan atau mengangkat beban berat selama sekitar satu bulan.
Perlindungan dengan pelindung mata disarankan selama beberapa hari setelah operasi.
Kacamata sementara dapat digunakan beberapa hari setelah opearasi, tetapi kebanyakan
pasien dapat melihat cukup baik melalui lensa intraokular sambil menunggu

kacamata

permanen (4-8 minggu setelah operasi).


II.10 Komplikasi
Terkadang ada bagian dari katarak yang jatoh ke dalan vitreus sehingga harus
dilakukanoperasi ulang untuk mengambilnya. Pendarahan didalam vitreus saat operasi dapat
menyebabkan hilangnya pengelihatan permanen. Infeksi dapat terjadi beberapa hari sampai
beberap minggu setelah operasi. Berikan antibiotik untuk mencegahnya. Udem kornea sering
terjadi akibat operasi katarak.

II.11 Prognosis
Operasi katarak umumnya aman. Tetapi bagaimanapun hasil dan komplikasi operasi
tidak dapat dipastikan. Pengelihatan setelah operasi tergantung dengan kondisi kesehatan
mata.
Umunya pasien merasa puas karena pengelihatan membaik, tetapi sebagian kecil
pasien merasa terganggu dengan adanya efek samping pada lensa intraocular yang ditanam
karena adanya halo, merasa ada benda yang berterbangan, atau bayangan.

Anda mungkin juga menyukai