Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN
Kelopak mata adalah lipatan jaringan yang mudah digerakkan dan berfungsi
melindungi mata. Merupakan kulit tubuh yang tertipis, longgar dan lentur sehingga mudah
mengalami pembengkakan hebat dan kemudian bisa normal kembali ke ukuran semula.
Lempeng tarsus terdiri atas jaringan fibrosa padat dan beberapa jaringan lentur.Dibagian
posterior ditutupi oleh konjungtiva.Sekat orbita adalah fasia yang terletak disebelah posterior
bagian otot orbikular di antara rima orbita dan tarsus, dan bertindak sebagai sawar orbita di
antara kelopak mata dan orbita.Otot otot praseptum dan pratarsus bertitik origo diatas fasia
kantong lakrimal.
Otot levator palpebra dipersarafi oleh saraf ketiga; aponeurosisnya berinsersi ke
permukaan anterior lempeng tarsus dan kulit, dan berfungsi mengangkat kelopak mata.Otot
tarsus superior dipersarafi oleh saraf simpatis, berorigo pada otot levator dan berinsersi pada
tarsus menuju ke bagian dalam aponeurosis levator.
Empat jenis kelenjar pada kelopak mata adalah kelenjar meibom, kelenjar Moll dan
Zeis, dan kelenjar lakrimal minor.Kelenjar meibom adalah kelenjar sebasea panjang didalam
tarsus yang tidak berhubungan dengan folikel bulu mata. Pada kelopak mata atas terdapat
kira-kira 25 dan kelopak mata bawah kira-kira 20 kelenjar, terlihat sebagai garis-garis kuning
vertikal agak dalam di konjungtiva. Kelenjar meibom menghasilkan substansi sebasea
membentuk lapisan berminyak pada permukaan lapisan air mata ( tear film ), yang mencegah
cepatnya penguapan air mata. Kelenjar zeis lebih kecil, merupakan modifikasi kelenjar
sebasea yang berhubungan dengan folikel-folikel bulu mata.Kelenjar Moll adalah ronggarongga berbentuk tabung kecil tak becabang dan permulaannya berbentuk tabung spiral biasa
dan bukan bentuk glomerulus seperti pada kelenjar keringat pada umumnya. Kelenjar
lakrimal aksesori ( krause dan Wolfring ) terdapat dibawah konjungtiva palpebra. Kelenjar ini
memasok cairan ke kantong konjungtiva dan kornae.
Terdapat garis abu-abu ( batas mukokutan ) pada pinggir kelopak mata atas dan
bawah. Jika dilakukan insisi sepanjang garis ini, kelopak mata bisa dipisahkan menjadi
bagian posterior yang berisi lempeng tarsus dan konjungtiva dan bagian anterior yang terdiri
atas otot orbikular okuli, kulit dan folikel bulu mata.
Kelainan kongenital yang terdapat pada palpebra antara lain Ptosis, Epichantus,
Kriptoftalmus, Koloboma Kelopak, Syndrome Horner.
1

1. Anatomi dan histologi


Secara garis besar palpebra superior terbagi menjadi 2 lapisan, yaitu lapisan
anterior (kulit dan otot orbikularis) dan lapisan posterior (tarsus, aponeurotik levator, otot
muller dan konjungtiva).7

Gambar 1. Potongan sagital mata


a.

Kulit

Palpebra memiliki kulit yang tipis 1 mm dan tidak memiliki lemak subkutan. Kulit
disini sangat halus dan mempunyai rambut vellus halus dengan kelenjar sebaseanya, juga
terdapat sejumlah kelenjar keringat antara lain, kelenjar meibom, kelenjar Moll dan Zeis.

Gambaran 2 histologik kulit palpebra yang terdiri dari empat lapis epidermis dan dermis.

b.

Otot orbikularis

Otot skelet yang berfungsi untuk menutup mata.Otot ini terdiri dari lempeng yang
tipis yang serat-seratnya berjalan konsentris. Otot ini dipersarafi oleh nervus fasialis yang
kontraksinya menyebabkan gerakan mengedip, disamping itu otot ini juga dipersarafi oleh
saraf somatik eferen yang tidak dibawah kesadaran.8

Gambar 3M. orbicularis oculi dan m. frontalis (a) bagian pretarsal, (b) bagian
preseptal, (c) bagian orbital, (d) m. frontalis

c.

Tarsus

Jaringan ikat fibrous 25 mm, merupakan rangka dari palpebra. Didalamnya terdapat
kelenjar meibom yang membentuk oily layer dari air mata.8
d.

Septum Orbita

Terletak di bawah otot orbikularis post septalis pada kelopak mata atas dan bawah.
Septum orbita ini adalah jaringan ikat yang tipis, merupakan perluasan dari rima orbita.8
e.

Otot levator dan aponeurotik levator palpebra

Merupakan major refractor untuk kelopak mata atas. M. levator palpebra, yang
berorigo pada anulis foramen orbita dan berinsersi pada tarsus atas dengan sebagian
menembus M. orbikularis okuli menuju kulit kelopak bagian tengah. M. levator palpebra
dipersarafi oleh nervus okulomotoris, yang berfungsi untuk mengangkat kelopak mata atau
membuka mata.7
Serabut otot muskulus orbikularis okuli pada kedua palpebra dipersarafi cabang
zigomatikum dari nervus fasialis sedangkan muskulus levator palpebra dan beberapa
muskulus ekstraokuli dipersarafi oleh nervus okulomotoris.Otot polos pada palpebra dan
okuler diaktivasi oleh saraf simpatis.Oleh sebab itu, sekresi adrenalin akibat rangsangan
simpatis dapat menyebabkan kontraksi otot polos tersebut (Encyclopdia Britannica, 2007).

Gambar 4. Potongan sagital palpebra superior


2. Fisiologi Mengedip
A. Refleks Mengedip
Banyak sekali ilmuan mengemukakan teori mengenai mekanisme refleks kedip
seperti adanya pacemaker atau pusat kedip yang diregulasi globus palidus atau adanya
hubungan dengan sirkuit dopamin di hipotalamus. Pada penelitian Taylor (1999) telah
dibuktikan adanya hubungan langsung antara jumlah dopamin di korteks dengan mengedip
spontan dimana pemberian agonis dopamin D1 menunjukkan peningkatan aktivitas mengedip
sedangkan penghambatannya menyebabkan penurunan refleks kedip mata. Refleks kedip
mata dapat disebabkan oleh hampir semua stimulus perifer, namun dua refleks fungsional
yang signifikan adalah:
(1) Stimulasi terhadap nervus trigeminus di kornea, palpebra dan konjungtiva yang disebut
refleks kedip sensoris atau refleks kornea. Refleks ini berlangsung cepat yaitu 0,1 detik.
(2) Stimulus yang berupa cahaya yang menyilaukan yang disebut refleks kedip optikus.
Refleks ini lebih lambat dibandingkan refleks kornea.
B. Ritme Normal Kedipan Mata
5

Pada keadaan terbangun, mata mengedip secara reguler dengan interval dua sampai
sepuluh detik dengan lama kedip selama 0,3-0,4 detik. Hal ini merupakan suatu mekanisme
untuk mempertahankan kontinuitas film prekorneal dengan cara menyebabkan sekresi air
mata ke kornea. Selain itu, mengedip dapat membersihkan debris dari permukaan okuler.
Sebagai tambahan, mengedip dapat mendistribusikan musin yang dihasilkan sel goblet dan
meningkatkan ketebalan lapisan lipid.
Frekuensi mengedip berhubungan dengan status mental dan juga diregulasi oleh
proses kognitif. Kara Wallace (2006) pada Biennial International Conference on Infant
Studies XVth di Jepang (Abelson, 2007) menyatakan bahwa berbicara, menghapal, dan
perhitungan mental (mental arithmatic) dihubungkan dengan peningkatan frekuensi
mengedip. Sedangkan melamun, mengarahkan perhatian dan mencari sumber stimulus
diasosiasikan dengan penurunan frekuensi mengedip mata. Namun, kedipan mata dapat
bervariasi pada setiap aktivitas seperti membaca, menggunakan komputer, menonton televisi,
mengendarai alat transportasi, dan memandang. Frekuensi mengedip juga dipengaruhi oleh
faktor-faktor internal seperti keletihan, pengaruh medikasi, stres dan keadaan afektif.
3. EMBRIOLOGI MATA
Mata berkembang dari 3 lapis embrional primitif :
1. Ectoderm permukaan, membentuk : lensa mata, glandula lacrimalis, epitel kornea,
konjungtiva, adneksa dan epidermis palpebra.
2. Krista Neuralis : keratosit kornea, endotel kornea, jalinan trabekulum, stroma iris dan
koroid, otot siliaris, fibroblas dari sklera, vitreus dan selaput meningen dari n.
optikus.
3. Ectoderm neural:menghasilkan vesikel optik dan mangkok optik. Mangkok optik :
retina, epitel pigmen retina, muskulus dilatator pupil, spingter pupil pada iris dan
serat n. optikus.
4. Mesoderm, membentuk otot extraokuler, endotel pembuluh darah orbita dan bola
mata.
TAHAPAN PERKEMBANGAN EMBRIOLOGIS BOLA MATA
1. Tahap Vesikel Optik.
Pada janin 2,5 mm (2 minggu) terbentuk plika neuralis, kemudian menyatu
membentuk tuba neuralis pada minggu ke3.Pada janin 9 mm (4 minggu), tuba neuralis
membentuk vesikel Optik berhubungan dengan otak depan melalui tangkai optik dan
6

penebalan ektoderm permukaan (lempeng lensa) yang berhadapan dengan ujung vesikel
optik.
2. Tahap Mangkok Optik.
Pada janin 5 mm, vesikel optik berinvaginasi membentuk mangkok optik. Tepi
mangkok optik mengitari fisura optik dan bersamaan dengan itu lempeng lensa invaginasi
membentuk mangkok, kemudian menjadi bola berongga yang dikenal dengan vesikel lensa.
Pada janin 9 mm (4 minggu) : vesikel lensa melepaskan diri dari ektoderm permukaan dan
terletak bebas dekat tepian mangkok optik.
PERKEMBANGAN EMBRIOLOGIS STRUKTUR SPESIFIK
1. Palpebra & Apparatus Lacrimalis.
Kuncup palpebra mulai terbentuk pada janin 16 mm (6 minggu), menyatu pada
janin 37 mm (8 minggu), kemudian memisah pada bulan ke5.Saluran lakrimalis :
dari korda epitel membentuk saluran sesaat sebelum lahir.
2. Sclera & Otot Extraoculer.
Terbentuk pada janin20 mm (7 minggu) dan selesai pada saat janin 5 bulan.
3. Lensa Mata.
Janin 13 mm (6 minggu) : sel-sel dinding posterior vesikel lensa memanjang dan
mengisi vesikel lensa, akhirnya penuh pada janin 26 mm (7 minggu),
Pembentukan lensa ini selesai pada bulan ke7.
4. Retina.
Lapisan luar mangkok optik menjadi lapisan pigmen epitelium retina pada janin
10 mm (5 minggu).Lapisan dalam mangkok optik membentuk 9 lapisan retina
yang lainnya.Pada bulan ke8, makula lebih tebal dari bagian lain retina dan
terjadi pencekungan makula lutea. Makula berkembang secara anatomis sampai
bayi berumur 6 bulan sesudah lahir.

BAB II
KELAINAN KONGENITAL PALPEBRA
II. 1. Ptosis
a. Definisi
Ptosis adalah istilah medis untuk suatu keadaan dimana kelopak mata atas (palpebra
superior) turun di bawah posisi normal saat membuka mata yang dapat terjadi unilateral atau
bilateral. Posisi normal palpebra superior adalah 2 mm dari tepi limbus atas dan palpebra
inferior berada tepat pada tepi limbus bawah.
Kelopak mata yang turun akan menutupi sebagian pupil sehingga penderita
mengkompensasi keadaan tersebut dengan cara menaikkan alis matanya atau menghiperekstensikan kepalanya. Bila ptosis menutupi pupil secara keseluruhan maka keadaan ini
akan mengakibatkan ambliopia. Pada ptosis kongenital, selain menyebabkan ambliopia, juga
dapat menimbulkan strabismus.
b. Etiologi
Secara garis besar ptosis dapat dibedakan atas 2, yaitu :
1.

Ptosis yang didapatkan (aquired); pada umumnya disebabkan oleh :10,11


a. Faktor mekanik

Akibat berat yang abnormal dari palpebra dapat menyulitkan otot levator palpebra
mengangkat palpebra.Hal ini dapat disebabkan oleh inflamasi akut atau kronik berupa edema,
tumor atau materi lemak yang keras, misalnya xanthelasma.
b. Faktor miogenik
Ptosis pada satu atau kedua kelopak mata sering merupakan tanda awal myasthenia
gravis dan kejadiannya diatas 95% dari kasus yang ada.
c. Faktor neurogenik (paralitik)
Terdapat intervensi pada jalur bagian saraf cranial III yang mempersarafi otot levator pada
tingkat manapun dari inti okulomotor ke myoneural junction.
Ptosis didapat (acquired) biasanya terjadi unilateral.
d. Faktor trauma
Trauma tumpul maupun tajam pada aponeurosis levator maupun otot levator sendiri juga
menyebabkan ptosis. Pada pemeriksaan histologik, defek terjadi karena adanya kombinasi
faktor miogenik, aponeurotik dan sikatriks. Perbaikan terkadang terjadi dalam 6 bulan atau
lebih, jika tidak ada perbaikan maka tindakan pembedahan dapat menjadi alternatif.

2.

Ptosis kongenital; akibat kegagalan perkembangan m.levator palpebra. Dapat terjadi

sendiri maupun bersama dengan kelainan otot rektus superior (paling sering) atau
kelumpuhan otot mata eksternal menyeluruh (jarang). Hal ini bersifat herediter.4
c. Insidens
Sampai saat ini insidens ptosis belum pernah dilaporkan. Ptosis kongenital dapat
mengenai seluruh ras, angka kejadian ptosis sama antara pria dan wanita. Ptosis kongenital
biasanya tampak segera setelah lahir maupun pada tahun pertama kelahiran.3
d. Klasifikasi
Berdasarkan kejadiannya, ptosis dibagi atas :
A.
1.

Kongenital
Unilateral : kegagalan perkembangan innervasi abnormal otot levator palpebra.

Bila cukup berat dapat menyebabkan ambliopia dan harus segera ditangani dengan
pembedahan.Dapat menyertai Marcus Gunn syndrome (kelainan nervus III dan nervus V),
dimana kontraksi m.levator palpebra terjadi bila rahang membuka ke samping pada sisi yang
berlawanan.
2.

Bilateral : infantile myastenia gravis atau anak dari ibu yang menderita MG.

3.

Ptosis yang menyertai Sturge Weber, von Recklinghausen syndrome dan alkohol fetal

syndrome.
B.

Didapat (acquired)

1.

Terkait dengan penyakit muskular, kelainan neurologis, faktor mekanik. Pada beberapa

kasus memerlukan penanganan secepatnya.


2.

Myastenia Gravis

3.

Botulinism

4.

Paralysis n. III akibat trauma, tumor, degenerative CNS disease, lesi vaskular.

5.

Distrofi miotonik.

6.

Tumor, trauma, jaringan sikatrik pada palpebra.

7.

Horner syndrom (ptosis, miosis dan dishidrosis ipsilateral).


Pada kepustakaan lain juga dibahas mengenai pseudoptosis dimana palpebra superior

jatuh tanpa adanya insufisiensi retraksi otot levator palpebra. Pseudoptosis dapat terlihat pada
kelainan

seperti

hordeolum,

kalazion,

tumor

palpebra,

atau

blefarokalasis

yang

mengakibatkan kelopak mata sukar diangkat. Pengobatan yang diberikan pada pseudoptosis
adalah dengan mengobati dan menghilangkan penyebab pseudoptosis tersebut.

Berdasarkan jarak jatuhnya palpebra superior, ptosis diklasifikasikan atas 3 derajat :13
Amount Ptosis
less than or equal to 2mm
3mm
greater than or equal to

Classification
Mild
Moderate
Severe

4mm
e. Gambaran Klinik
Pasien ptosis sering datang dengan keluhan utama jatuhnya kelopak mata atas dengan
atau tanpa riwayat trauma lahir, paralisis n. III, horner syndrom ataupun penyakit sistemik
lainnya. Keluhan tersebut biasanya disertai dengan ambliopia sekunder.3
Pada orang dewasa akan disertai dengan berkurangnya lapang pandang karena mata
bagian atas tertutup oleh palpebra superior. Pada kasus lain, beberapa orang (utamanya pada
anak-anak) keadaan ini akan dikompensasi dengan cara memiringkan kepalanya ke belakang
(hiperekstensi) sebagai usaha untuk dapat melihat dibalik palpebra superior yang
menghalangi pandangannya. Biasanya penderita juga mengatasinya dengan menaikkan alis
mata (mengerutkan dahi). Ini biasanya terjadi pada ptosis bilateral. Jika satu pupil tertutup
seluruhnya, dapat terjadi ambliopia.1,14,15
Ptosis yang disebabkan distrofi otot berlangsung secara perlahan-lahan tapi progresif
yang akhirnya menjadi komplit.15

Gambar 5. Jatuhnya kelopak mata atas adalah keluhan utama pasien ptosis16
Pada ptosis kongenital seringkali gejala muncul sejak penderita lahir, namun kadang
pula manifestasi klinik ptosis baru muncul pada tahun pertama kehidupan.Kebanyakan kasus
ptosis kongenital diakibatkan oleh suatu disgenesis miogenic lokal. Bila dibandingkan dengan
otot yang normal, terdapatserat dan jaringan adipose di dalam otot, sehingga akanmengurangi

10

kemampuan otot levator untuk berkontraksi dan relaksasi. Kondisi ini disebut
sebagai miogenic ptosis kongenital. 3
Pada kepustakaan lain digambarkan juga perbedaan klinik antara congenital myogenic
and neurogenic ptosis dan congenital aponeurotic ptosis. 3

congenital
Gejala

and
neurogenic ptosis
fissura Ringan sampai berat

Jarak
palpebra
Lipatan

myogenic

congenital

aponeurotic

ptosis.
Ringan sampai berat

Lemah atau tidak terdapatLebih tinggi dari posisi


kelopak lipatan

mata atas

pada

posisinormal

normal
Berkurang
Kelopak mata mengikutiNormal

Fungsi levator
Pandangan

arah pandangan

Kelopak mata jatuh

atas-

bawah
Cara Pemeriksaan
Pemeriksaan fisis pada pasien ptosis dimulai dengan empat pemeriksaan klinik :17
1.

Palpebra Fissure Height

2.

Margin-reflex distance

3.

Upper lid crease

4.

Levator function

5.

Bells Phenomenon

Palpebra

Fissure

Height
11

Margin-Reflex Distance
Upper Lid Crease
Levator Function
Example of ptosis data sheet
1.

9,5
+4
8
15

7,5
+2
11
14

Palpebra Fissure Height


Jarak ini diukur pada posisi celah terlebar antara kelopak bawah dan kelopak atas

pada saat pasien melihat benda jauh dengan pandangan primer.Fissura pada palpebra diukur
pada posisi utama (orang dewasa biasanya 10-12 mm dengan kelopak mata teratas menutup 1
mm dari limbus).Jika ptosis unilateral, pemeriksa harus membedakan dengan artifak
strabismus vertikal (hipotropia) atau retraksi kelopak mata kontralateral.Kelopak mata harus
dieversi untuk menyingkirkan penyebab lokal ptosis misalnya konjungtivitis papilar raksasa.
Jika ptosis asimetris, khususnya bila kelopak mata atas mengalami retraksi dokter harus
secara manual mengangkat kelopak yang ptosis untuk melihat jika terjadi jatuhnya kelopak
atas pada mata lain.

Gambar 3.Tekhnik PemeriksaanPalpebra Fissure Height.6

2.

Margin-Reflex Distance
Jarak ini merupakan jarak tepi kelopak mata dengan reflek cahaya kornea pada posisi

primer, normalnya 4 mm. Refleks cahaya dapat terhalang pada kelopak mata pada kasus
ptosis berat dimana nilainya nol atau negatif.Bila pasien mengeluh terganggu pada saat
membaca maka jarak refleks-tepi juga harus diperiksa.

Gambar 4.Tekhnik PemeriksaanMargin-reflex distance.


12

3.

Upper Lid Crease


Jarak dari lipatan kelopak atas dengan tepi kelopak diukur.Lipatan kelopak atas sering

dangkal atau tidak ada pada pasien dengan ptosis kongenital.


4.

Levator Function
Untuk mengevaluasi fungsi otot levator, pemeriksa mengukur penyimpangan total tepi

kelopak mata, dari penglihatan ke bawah dan ke atas, sambil menekan dengan kuat pada alis
mata pasien untuk mencegah kerja otot frontalis. Penyimpangan normal kelopak atas adalah
14-16 mm. Sebagai tambahan, jarak refleks kornea - kelopak mata dan jarak tepi kelopak
atas-lipatan kelopak atas diukur.

Gambar 5.Tekhnik PemeriksaanLevator function.

6.

Bells Phenomenon

Penderita disuruh menutup/memejamkan mata dengan kuat, pemeriksa membuka kelopak


mata atas, kalau bola mata bergulir ke atas berarti Bells Phenomenon (+).

Gambar 6.Tekhnik Pemeriksaan bells phenomenon. 6

Jarak penyimpangan fungsi kelopak mata :

Baik : lebih dari 8 mm

Sedang : 5-8 mm

Buruk : kurang dari 5 mm


13

Pada pasien ptosis umumnya tidak diperlukan pemeriksaan laboratorium.Namun


untuk mengetahui adanya kelainan sistemik yang dapat mengakibatkan keadaan tersebut
kiranya dapat dilakukan pemeriksaan darah. Pemeriksaan MRI dan CT-scan kepala dan mata
dibutuhkan misalnya bila untuk melihat adanya massa tumor yang menyebabkan terjadinya
ptosis, dan pada pasien yang ditemukan adanya kelainan neurologik lainnya misalnya pada
pupil yang abnormal.
f.Diagnosis
Diagnosis ptosis tidak sulit untuk ditegakkan.Berdasarkan pada anamnesa dan
pemeriksaan yang tepat maka selain diagnosis, juga dapat diketahui causa dari ptosis dan
derajat beratnya ptosis sehingga dapat ditentukan tindakan dan penanganan yang tepat.
g. Penatalaksanaan
Apabila ptosisnya ringan, tidak didapati kelainan kosmetik dan tidak terdapat kelainan
visual seperti ambliopia, strabismus dan defek lapang pandang, lebih baik dibiarkan saja dan
tetap diobservasi.Penanganan ptosis pada umumnya adalah pembedahan.Pada anak-anak
dengan ptosis tidak memerlukan pembedahan secepatnya namun perlu tetap diobservasi
secara periodik untuk mencegah terjadinya ambliopia.Bila telah terjadinya ambliopia,
pembedahan dapat direncanakan secepatnya.Namun jika hanya untuk memperbaiki kosmetik
akibat ptosis pada anak, maka pembedahan dapat ditunda hingga anak berumur 3-4 tahun.
Indikasi pembedahan
1.

Fungsional

Gangguan axis penglihatan.Ambliopia dan stabismus dapat menyertai ptosis pada anak-anak.
2.

Kosmetik

Tujuan operasi adalah simetris, dan simetris dalam semua posisi pandangan hanya mungkin
jika fungsi levator tidak terganggu.
Kontra Indikasi pembedahan
1.

Kelainan permukaan kornea

2.

Bells Phenomenon negatif

3.

Paralisa nervus okulomotoris

4.

Myasthenia gravis

Prinsip-Prinsip Pembedahan
Pembedahan dapat dilakukan pada pasien rawat jalan cukup dengan anestesi lokal.Pada ptosis
ringan, jaringan kelopak mata yang dibuang jumlahnya sedikit. Prinsip dasar pembedahan
ptosis yaitu memendekkan otot levator palpebra atau menghubungkan kelopak mata atas
dengan otot alis mata. Koreksi ptosis pada umumnya dilaksanakan hanya setelah ditemukan
14

penyebab dari kondisi tersebut. Dan perlu diingat bahwa pembedahan memiliki banyak resiko
dan perlu untuk didiskusikan sebelumnya dengan ahli bedah yang akan menangani pasien
tersebut.
Beberapa Pembedahan Ptosis
Reseksi levator eksternal19
Reseksi levator eksternal diindikasikan pada kasus ptosis moderat sampai berat dengan fungsi
kelopak yang buruk.Ptosis kongenital termasuk kategori tersebut.
Pedoman yang dianjurkan Beard :
1.

Ptosis kongenital ringan (1,5-2 mm) dengan fungsi levator yang masih baik (8 mm atau

lebih) : reseksi 10 13 mm.


2.

Ptosis kongenital sedang (3 mm) :

fungsi levator baik (8 mm atau lebih) : dipotong 14 17 mm;

fungsi yang kurang (5-7 mm) : direseksi 13 22 mm

fungsi yang buruk (0-4 mm): reseksi 22 mm atau lebih.

3. Ptosis kongenital berat (4 mm atau lebih) dengan fungsi yang kurang sampai buruk :
reseksi 22 mm atau lebih atau lakukan sling frontalis
Advancement of the levator aponeurosis atau Tucking
Prosedur ini biasanya diindikasikan pada ptosis di dapat (acquired). Juga dapat dilakukan
pada ptosis kongenital.
Frontalis sling
Pada kasus ptosis berat dengan fungsi palpebra 1-2 mm, frontalis sling merupakan
pendekatan yang paling baik.
Prosedur Fasenella Servat
Operasi ini diindikasikan jika fungsi levator baik (10 mm) dan ptosis ringan (1-2 mm).

Kebanyakan operasi ptosis berupa reseksi aponeurosis levator atau otot-otot tarsus
superior (atau keduanya). Banyak cara, dari kulit maupun dari konjungtiva, kini dipakai. Pada
tahun-tahun terakhir ini, titik berat diletakkan pada keuntungan membatasi operasi pada
perbaikan dan reseksi aponeurosis levator, terutama pada ptosis yang didapat.
Pasien dengan sedikit atau tanpa fungsi levator memerlukan sumber pengangkatan
alternatif. Menggantungkan palpebra pada kening (alis) memungkinkan pasien mengangkat
palpebra dengan bantuan gerak alami muskulus frontalis. Fascia lata autogen biasanya
dianggap sebagai alat terbaik untuk menggantung.
15

h. Prognosis
Prognosis tergantung pada tingkat ptosisnya dan etiologinya. 3
Ptosis kongenital tipe mild dan moderate dapat mengalami perbaikan seiring dengan

waktu tanpa komplikasi yang berat.

Ptosis yang menyebabkan ambliopia membutuhkan terapi Patching

Ptosis kongenital yang menyebabkan hambatan penglihatan sebaiknya segera


ditangani dengan pembedahan

II. 2. EPIKANTUS
a. Definisi
Epicanthic kali lipat atau epikantus adalah kelopak mata di daerah kulit yang
menutupi sudut dalam pandangan mata. Epicanthic flip yang paling sering terdapat pada ras
mongoloid, tetapi memiliki beberapa populasi dunia semua orang. Hal ini terutama di masa
lalu dianggap sebagai salah satu dari sedikit apa yang disebut layak. ciri khas berkembang
biak.
Lipat Epicanthic istilah merujuk pada properti terlihat secara eksternal, tetapi
karakteristik fisiologis yang mendasarinya mungkin sama sekali berbeda untuk orang yang
berbeda. Flip mungkin tidak Epicanthic telah dihapus oleh operasi bedah sederhana.
Semua orang mempunyai Epicanthic lipat selama perkembangan janin.Beberapa kali
lipat Epicanthic menghilang hanya setelah lahir. Nasal pertumbuhan akar dengan
meningkatnya usia untuk mengencangkan kulit dan dapat menghapus anak Epicanthic flip.
Ras Mongoloid Juurinen biasanya rendah hidung.pada anak-anak lama kelamaan akan
berkurang berkurang seiring dengan bertambahnya usis anak dan jaranf terdapat pada usia
sekolah.
Flip Epicanthic manusia memiliki karakteristik yang melekat pada khususnya Asia
Timur. Epicanthic flip diyakini diwarisi dari dingin dan pertahanan terhadap cahaya terang.
b. Epidemiologi
Epikantus sering terlihat pada semua etnis bangsa pada masa kecil dimana pangkal
atau jembatan hidung belum naik. Kelainan ini dapat terjadi pada : sidrom down, sindrom
fetal alkohol, sindrom turner, fenilketourea, sindrom william, sindrom Nooan, sindrom
rubenstein taybi dan sindrom blefarofimosis.
c. Klasiikasi
Epicanthus terdiri dari 4 tipe :
16

1. Epicanthus tarsalis jika lipatan lebih menonjol pada kelopak mata bawah
2. Epicanthus inversus jika lipatan lebih menonjol pada kelopak mata atas
3.Epicanthus palpebra jika lipatan sama-sama menonjol pada kelopak mata bawah
dankelopak mata atas
4. Epicanthus supraciliaris jika lipatan muncul dari alis mata menuju ke sakus
lakrimalis.
Epicanthus tarsalis paling sering dijumpai pada mata orang asia,sedangkan epicanthus
inversus hampir selalu barsamaan dengan blepharophimosis syndrome. Pertumbuhan normal
tulang wajah dapat memperbaiki bentuk epicanthus, jika tidak terdapat kelainan pada kelopak
mata.pengobatan akan ditunda sampai usia dewasa. Bagaimanapun, epicanthus inversus
hanya dapat diperbaiki dengan perubahan wajah.banyak kasus dengan menyingkirkan
epikantus memberikan respos pengobatan yang baik untuk memperbaiki garis seperti Zplasty atau Y-V-plasty. Epikantus tarsalis pada orang asia mungkin dengan menyingkirkan YV-palsty dengan atau tanpa construksi lipatan atas kelopak mata.
d. Penatalaksanaan
Epicantus yang tidak menghilang sesuai dengan bertambahnya usia dapat di lakukan
dengan memperbaiki bentuk kelopak mata dengan tindakan pembedahan antara lain :

epicanthus Z plasty di lakukan untuk epicanthus yang sedikit.


Double Z plasty meliputi kedua kelopak tanpa telecanthus
Y-V plasty ,epicanthus dengan lipatan sedang dengan

telecanthus

pada

blepharophimosis syndrom, menutup tendon canthal medial ke transnasal dengan

mengikat ataupun memendekkan.


Double Z plasty ( mustarde) dengan menandai lipatan epicanthus bersamaan dengan
telecanthus terutama jika terdapat enteropion yang disebabkan oleh penarikan dari

lipatan tersebut.
Medical canthal shortening, telecanthus bersamaan dengan blepharophimosis
syndrome ketika pertambahan jarak intercanthal yang utama terjadi dari perpanjangan
canthal medial , dan jaringan lunak yang abnormal, dan trauma.
Transnasal wire, telekantus yang keras dan hiperteleorisme bersamaan dengan

blepharophimosis syndrom ketika tulang harus di singkirkan untuk mengurangi jarak,sering


dilakukan pada bedah tumor canthal medial mayor.
II. 3 KRIPTOFTALMOS

17

Kriptoftalmos yang biasa terjadi merupakan fusi antara kelopak mata atas dan kelopak
mata bagian bawah yang dikenal dengan ankyloblepharon. Kulit pada bagian dahi berlanjut
dan menyatu dengan kulit pada bagian pipi tanpa adanya bulu alis maupun bulu mata.
Walaupun pada beberapa kasus, dapat ditemukan adanya kelopak mata yang terbentuk
sebagian. Pada kondisi ini, ukuran bola mata biasanya cukup kecil dan mengalami
malformasi/kelainan bentuk. Sehingga kondisi ini menyebabkan tersembunyinya bola mata
yang biasanya dikenal dengan cryptophthalmos. Kondisi ini terkadang berhubungan dengan
beberapa kegagalan pembentukan/malformasi lain seperti pada Fraser syndrome.
Kriptoftalmos ini dapat terjadi secara unilateral atau bilateral, dimana yang paling sering
terjadi adalah bilateral kriptoftalmos.
Kriptoftalmos

dapat

diturunkan

pada

keluarga

secara

autosomal

dominan.Cryptophthalmos sering terjadi bilateral dan symmetric. Penyebab genetik secara


autosomal recessive dan autosomal dominant pernah dilaporkan. Globe yang terbentuk
seringkali abnormal yang mana menyebabkan prognosis visual yang buruk. Cryptophthalmos
biasanya berhubungan dengan kelainan kongenital yang lain, seperti retardasi mental,
anomali nasal, anomali telinga, celah bibir dan palatum, pembentukan gigi yang ireguler,
kelainan genitourinary, malformasi cardiac, meningoencephalocele, abnormal hairline,
umbilical hernia, anal atresia, ankyloglossia, laryngeal atresia, dan syndactyly.
Diagnosis dapat ditegakkan oleh ophthalmologist yang mana jika cryptophthalmos
terjadi tanpa disertai dengan malformasi di daerah lain pada tubuh, prognosisnya baik.
Namun pada kasus ini sering terjadi kebutaan. Operasi yang dilakukan untuk membuat
celah/pembukaan antara kelopak mata atas dan bawah seringkali gagal karena mata yang ada
danterbentuk seringkali mengalami malformasi atau bahkan menyatu dengan kelopak mata.
Perawatan pada cryptophthalmos bertujuan untuk merekonstruksi kelopak mata
sehingga terjadi perkembangan pada kemampuan visual. Kelopak mata dapat direkonstruksi
melalui oral mucous membrane grafts yang dikombinasikan dengan local myocutaneous atau
eyelid sharing grafts.

18

Gambar kriptoftalmos (lookfordiagnosis.com)

II. 4 KOLOBOMA KELOPAK


Koloboma kelopak mata adalah kecacatan ketebalan penuh pada kelopak mata.
Meskipun koloboma kelopak mata dapat terjadi di banyak lokasi, posisi yang paling umum
adalah di persimpangan antara medial dan sepertiga tengah kelopak mata atas. Tidak
menutupnya kelopak mata atau tidak adanya struktur aksesori biasanya terlihat dalam
koloboma.Koloboma kelopak dapat terjadi baik secara kongenital atau sebagai akibat dari
trauma (misalnya, kecelakaan, bedah). coloboma kelopak mata hampir dapat ditemukan pada
setiap Treacher Collins syndrome yang diwariskan secara autosomal dominan.
Koloboma kelopak mata atas sering dikaitkan dengan cryptophthalmos dan dapat
terjadi pada setiap penyakit genetik yang melibatkan cryptophthalmos, termasuk Fraser
syndrome (sindrom cryptophthalmos) dan Manitoba Oculotrichoanal (MOTA) sindrom.

Gambar koloboma palpebra (sumber: medscape.com)


II. 5 SINDROM HORNER
19

Sindrom Horner adalah gangguan langka yang mempengaruhi saraf untuk mata dan wajah.
Penyebab dari Horner sindrom dapat disebabkan oleh gangguan dalam serangkaian serabut
saraf yang dimulai di otak yang disebut hipotalamus dan lari ke wajah. Cedera pada serabut
saraf simpatis mungkin akibat dari:
1. Cedera pada salah satu arteri utama untuk otak (arteri karotid)
2. Cedera pada saraf di leher yang disebut pleksus brakialis
3.

Migrain atau sakit kepala cluster

4. Stroke, kerusakan tumor atau lainnya ke bagian otak yang disebut batang otak
5. Tumor pada paru-paru
Gejala:
1. Penurunan berkeringat di sisi yang terkena wajah.
2. Kelopak mata terkulai (ptosis)
3. Tenggelamnya bola mata ke wajah
4. Siswa (pusat hitam mata) kecil (menyusut)

Gambar. Horners syndrome


Pengobatan:
Pengobatan tergantung pada penyebab masalah, tetapi tidak ada pengobatan untuk sindrom
Horner yang spesifik

20

DAFTAR PUSTAKA
1.

Ilyas, Sidharta (ed). Kelopak Mata. Dalam Ilmu Penyakit Mata. Edisi 2. Sagung Seto.

Jakarta. 2002; hal : 57,73-5.


2.

-. Ptosis. Steen-Hall Eye Institute. Available at http://www.steen-hall.com/ptosis.html.

Modified on 01/23/2004.
3.

Suh, Donny Wun. Ptosis, Congenital. Editor(s) : Michael J Bartiss, Donald S Fong,

Mark T Duffy, Lance L Brown, Hampton Roy. Department of Ophthalmology, University of


Nebraska Medical Center.Avaiable at http://www.emedicine.com/ ph/topic345. Last update :
November 13, 2003.
4.

-. Ptosis.TSBVI Education. Available at http://www.tsbvi.edu/Education/anomalies/

ptosis.htm
5.

Vaugham, Daniel. Ptosis. Dalam General Opthalmology. edisi 9, lange Medical

Publications, California, 1980, hal : 50


6.

Vaughn, Daniel. Blepharoptosis. Dalam Oftalmologi Umum. Edisi 14. Widya Medika.

Jakarta. 2000; hal : 86-7.


7.

Ilyas, Sidharta. Anatomi Kelopak Mata. Dalam Ilmu Penyakit Mata. FKUI. Jakarta.

1998; hal :1
8.

Koswandi, Arthur., Lianury, Robby N. Mata. Dalam Histologi. Jilid 4. Fakultas

Kedokteran Universitas Hasanuddin. Ujung Pandang. hal : 126-7.


9.

Fraundorfer,

Elisabeth

K. Magnussa

Phoenix

Scientific/Medical

Illustration.

Schwemmckergasse 19, A-2202 Enzersfeld bei Korneuburg, Austria/Europe.Available


athttp://www.magnussa.com/medicalillustrations.html.
10.

Miller, Stephen. Disease Of The Ednexa Of The Eye. Dalam Disease Of The Eye

(Parsons). Churchchill Livingstone. London. 1978; hal : 524.


11.

Newman, Steven A. Eyelid Malposition and Involutional Changes. Dalam Basic And

Clinical Science Course-Orbit, Eyelids, and Lacrimal System. Bagian 7. The Foundation Of
The Academy Of Oftalmology, San Fransisco, 2001, hal : 190,191,200 dan 204.

21

Anda mungkin juga menyukai