Teori Terbentuknya Alam Semesta
Teori Terbentuknya Alam Semesta
5. Teori Planetisimal
Teori Planetisimal pertama kali dikemukakan oleh Thomas C. Chamberlin
(1843-1928) dan Forest R. Moulton pada tahun (1878-1952) seorang astronom.
Disebut Planetisimal yang berarti planet kecil karena planet terbentuk dari benda
padat yang memang telah ada. Matahari telah ada sebagai salah satu dari bintangbintang yang banyak, pada satu waktu ada sebuah bintang yang berpapasan pada
jarak yang tidak terlalu jauh, akibatnya terjadi pasang naik antara bintang tadi dan
matahari. Pada waktu bintang tiu menjauh sebagian massa matahari itu jatuh
kembali kepermukaan matahari dan sebagian lain berhamburan disekeliling
matahari, maka inilah yang disebut dengan planetisimal yang kenal menjadi
planet-planet yang eredar pada orbitnya dan mengelilingi matahari.
Teori pasang surut ini dikemukakan oleh Sir James Jeans (1877-1946) dan
Harrold Jeffreys (1891), yang sama-sama berasal dari Inggris. Teori ini hampir
sama dengan teori planet desimal. Setelah bintang itu berlalu dengan gaya tarik
bintang yang besar pada permukaan matahari terjadi proses pasang surut, seperti
peristiwa pasang surutnya air laut di bumi akibat daya tarik bulan. Bagian massa
matahari itu membentuk cerutu yang menjorok ke arah bintang. Bersamaan
dengan semakin menjauhnya bintang itu, cerutu itu terputus-putus membentuk
gumpalan gas di sekitar matahari dengan ukuran yang berbeda-beda. Gumpalan
itu membeku dan kemudian membentuk planet-planet. Teori ini menjelaskan
mengapa planet-planet dibagian tengah seperti Yupiter, Saturnus, Uranus dan
neptunus merupakan planet-planet raksasa sedangkan di bagian ujungnya
merupakan planet-planet kecil. Kelahiran planet-planet itu karena pecahan gas
adari matahari yang berbentuk cerutu, maka besar planet-planet tersebut berbedabeda antara yang terdekat dan yang terjauh dan besar di bagian tengahnya.
8. Teori Kondensasi
Teori kondensasi mulanya dikemukakan oleh astronom Belanda yang
bernama G.P. Kuiper (1905-1973) pada tahun 1950. Hipotesis kondensasi
menjelaskan bahwa tata surya terbentuk dari bola kabut raksasa yang berputar
membentuk cakram raksasa.
II.
LAPISAN-LAPISAN BUMI
Bumi tempat tinggal saat ini merupakan salah satu anggota tata surya
dengan matahari sebagai pusatnya. Jarak bumi dengan matahari sekitar 150 juta
km. Bumi berbentuk bulat pepat dengan jari-jari 6.370 km. Bumi merupakan
planet
dengan
urutan
ketiga
dari
delapan
planet
yang
dekat
dengan matahari.Bumi diperkirakan telah terbentuk sekitar 4,6 milyar tahun yang
lalu, dan merupakan satu-satunya planet yang dapat dihuni oleh berbagai jenis
mahluk hidup. Permukaan bumi terdiri dari daratan dan lautan. Jika bumi diiris
maka akan tampak lapisan-lapisan seperti pada Gambar 2.1.
Lapisan bumi dibagi menjadi tiga bagian, yaitu sebagai berikut:
1. Kerak bumi
Kerak bumi adalah lapisan terluar bumi yang terbagi menjadi dua kategori,
yaitu kerak samudra dan kerak benua. Kerak samudra mempunyai ketebalan
sekitar 5-10 km sedangkan kerak benua mempunyai ketebalan sekitar 20-70 km.
Tebal lapisan kerak bumi mencapai 70 km dan merupakan lapisan tanah dan
batuan. Lapisan ini menjadi tempat tinggal bagi seluruh mahluk hidup. Suhu di
bagian bawah kerak bumi mencapai 1.100 derajaT Celcius. Lapisan kerak bumi
dan bagian di bawahnya hingga kedalaman 100 km dinamakan litosfer.
Unsur-unsur kimia utama pembentuk kerak bumi adalah: Oksigen (46,6%),
Silikon (27,7%), Aluminium (8,1%), Besi (5,0%), Kalsium (3,6%) Natrium
(2,8%), Kalium (2,6%) dan Magnesium (2,1%). Unsurunsur tersebut membentuk
satu senyawa yang disebut dengan batuan.
Gambar 2.2 menunjukkan tujuh lapisan bumi, dimana kerak bumi adalah
lapisan sangat tipis yang disusul dengan mantel dengan berbeda-beda
ketebalannya, lalu disusul lapisan-lapsan yang terdiri zat cair, dan diakhiri dengan
yang lapisan ketujuh, yaitu nukleus padat. Para ilmuwan juga menemukan bahwa
atom terdiri dari tujuh lapisan atau tingkatan, dan hal ini membuktikan
keseragaman ciptaan, di mana bumi mempunyai tujuh lapisan dan atom-atom
mempunyai tujuh lapisan juga. Tujuh lapisan bumi itu sangat berbeda-beda dari
segi struktur, kepadatan, suhu dan bahannya.
Lapisan luar bumi secara keseluruhan sering disebut atmosfer. Atmosfer
adalah lapisan gas yang melingkupi sebuah planet, termasuk bumi, dari
permukaan planet tersebut sampai jauh di luar angkasa. Di bumi, atmosfer
terdapat dari ketinggian 0 km di atas permukaan tanah, sampai dengan sekitar 560
km dari atas permukaan bumi. Atmosfer tersusun atas beberapa lapisan, yang
dinamai menurut fenomena yang terjadi di lapisan tersebut. Transisi antara lapisan
yang satu dengan yang lain berlangsung bertahap. Studi tentang atmosfer mulamula dilakukan untuk memecahkan masalah cuaca, fenomena pembiasan sinar
matahari saat terbit dan tenggelam, serta kelap-kelipnya bintang.
1. Troposfer
Lapisan Troposfer berada pada level yang terendah, campuran gasnya
paling ideal untuk menopang kehidupan di bumi. Dalam lapisan ini kehidupan
terlindung dari sengatan radiasi yang dipancarkan oleh benda-benda langit lain.
Dibandingkan dengan lapisan atmosfer yang lain, lapisan ini adalah yang paling
tipis (kurang lebih 15 kilometer dari permukaan tanah). Dalam lapisan ini, hampir
semua jenis cuaca, perubahan suhu yang mendadak, angin tekanan dan
kelembaban yang dirasakan sehari-hari berlangsung. Ketinggian yang paling
rendah adalah bagian yang paling hangat dari troposfer, karena permukaan bumi
menyerap radiasi panas dari matahari dan menyalurkan panasnya ke udara.
Biasanya, jika ketinggian bertambah, suhu udara akan berkurang secara tunak
(steady), dari sekitar 17 sampai -52.
Pada permukaan bumi yang tertentu, seperti daerah pegunungan dan
dataran tinggi dapat menyebabkan anomali terhadap gradien suhu tersebut.
Lapisan ini dianggap sebagai bagian atmosfer yang paling penting, karena
berhubungan langsung dengan permukaan bumi yang merupakan habitat dari
berbagai jenis mahluk hidup termasuk manusia, serta karena sebagain besar
dinamika iklim berlangsung pada lapisan troposfer. Susunan kimia udara troposfer
terdiri dari 78,03% nitrogrn, 20,99 oksigen, 0,93% argon, 0,03% asam arang,
0,0015% nenon, 0,00015% helium, 0,0001% kripton, 0,00005% hidrogen, serta
0,000005% xenon. Di dalam troposfer terdapat tiga jenis awan, yaitu awan rendah
(cumulus), yang tingginya antara 0 2 km; awan pertengahan (alto cumulus
lenticularis), tingginya antara 2 6 km; serta awan tinggi (cirrus) yang tingginya
antara 6 12 km.
Troposfer terbagi lagi ke dalam empat lapisan, yaitu:
a. Lapisan Udara Dasar
Tebal lapisan udara ini adalah 1 2 meter di atas permukaan bumi.
Keadaan di dalam lapisan udara ini tergantung dari keadaan fisik muka
bumi, dari jenis tanaman, ketinggian dari permukaan laut dan lainnya.
Keadaan udara dalam lapisan inilah yang disebut sebagai iklim mikro,
yang memperngaruhi kehidupan tanaman dan juga jasad hidup di
dalam tanah.
b. Lapisan Udara Bawah
NI PUTU RATIH NOVYANTI DEWI (1491561017)
10
2. Stratosfer
Perubahan secara bertahap dari troposfer ke stratosfer dimulai dari
ketinggian sekitar 11 km. Suhu di lapisan stratosfer yang paling bawah relatif
stabil dan sangat dingin yaitu 70oF atau sekitar 57oC. Pada lapisan ini angin
yang sangat kencang terjadi dengan pola aliran yang tertentu.Disini juga tempat
terbangnya pesawat. Awan tinggi jenis cirrus kadang-kadang terjadi di lapisan
NI PUTU RATIH NOVYANTI DEWI (1491561017)
11
paling bawah, namun tidak ada pola cuaca yang signifikan yang terjadi pada
lapisan ini. Dari bagian tengah stratosfer ke atas, pola suhunya berubah menjadi
semakin bertambah semakin naik, karena bertambahnya lapisan dengan
konsentrasi ozon yang bertambah. Lapisan ozon ini menyerap radiasi sinar ultra
ungu. Suhu pada lapisan ini bisa mencapai sekitar 18oC pada ketinggian sekitar
40 km. Lapisan stratopause memisahkan stratosfer dengan lapisan berikutnya.
Lapisan stratosfer dibagi dalam tiga bagian yaitu:
a. Lapisan udara isoterm; terletak antara 12 35 km dpl, dengan suhu
udara 50o C sampai -55o C.
b. Lapisan udara panas; terletak antara 35 50 km dpl, dengan suhu 50 o
C sampai + 50o C.
c. Lapisan udara campuran teratas; terletak antara 50 80 km dpl,
dengan suhu antara +50o C sampai -70o C. karena pengaruh sinar
ultraviolet, pada ketinggian 30 km oksigen diubah menjadi ozon,
hingga kadarnya akan meningkat dari 5 menjadi 9 x 10-2 cc di dalam 1
m3.
3. Mesosfer
Kurang lebih 25 mil atau 40km di atas permukaan bumi terdapat lapisan
transisi menuju lapisan mesosfer. Pada lapisan ini, suhu kembali turun ketika
ketinggian bertambah, sampai menjadi sekitar 143oC di dekat bagian atas dari
lapisan ini, yaitu kurang lebih 81 km diatas permukaan bumi. Suhu serendah ini
memungkinkan terjadi awan noctilucent, yang terbentuk dari kristal es. Daerah
transisi antara lapisan mesosfer dan termosfer disebut mesopouse dengan suhu
terendah 110o C.
12
4. Termosfer
Transisi dari mesosfer ke termosfer dimulai pada ketinggian sekitar 81 km.
Dinamai termosfer karena terjadi kenaikan temperatur yang cukup tinggi pada
lapisan ini yaitu sekitar 1982oC. Perubahan ini terjadi karena serapan radiasi sinar
ultra ungu. Radiasi ini menyebabkan reaksi kimia sehingga membentuk lapisan
bermuatan listrik yang dikenal dengan nama ionosfer, yang dapat memantulkan
gelombang radio. Sebelum munculnya era satelit, lapisan ini berguna untuk
membantu memancarkan gelombang radio jarak jauh. Molekul oksigen akan
terpecah menjadi oksegen atomik di sini. Proses pemecahan molekul oksigen dan
gas-gas atmosfer lainnya akan menghasilkan panas, yang akan menyebabkan
meningkatnya suhu pada lapisan ini. Suhu pada lapisan ini akan meningkat
dengan meningkatnya ketinggian. Ionosfer dibagi menjadi tiga lapisan lagi, yaitu:
a. Lapisan Udara E
Terletak antara 80 150 km dengan rata-rata 100 km dpl. Lapisan
ini tempat terjadinya proses ionisasi tertinggi. Lapisan ini dinamakan juga
lapisan udara Kennely dan Heaviside dan mempunyai sifat memantulkan
gelombang radio. Suu udara di sini berkisar 70o C sampai +50o C .
b.
Lapisan udara F
Terletak antara 150 400 km. Lapisan ini dinamakan juga lapisan udara
Appleton.
c. Lapisan udara atom
Pada lapisan ini, benda-benda berada dalam lbentuk atom.
Letaknya lapisan ini antara 400 800 km. Lapisan ini menerima panas
langsung dari matahari, dan diduga suhunya mencapai 1200o C. Fenomena
aurora yang dikenal juga dengan cahaya utara atau cahaya selatan terjadi
di lapisan ini.
13
5. Eksosfer
Merupakan lapisan atmosfer yang paling tinggi. Pada lapisan ini,
kandungan gas-gas atmosfer sangat rendah. Batas antara ekosfer (yang pada
dasarnya juga adalah batas atmosfer) dengan angkasa luar tidak jelas. Daerah
yang masih termasuk ekosfer adalah daerah yang masih dapat dipengaruhi daya
gravitasi bumi. Garis imajiner yang membatasi ekosfer dengan angkasa luar
disebut magnetopause. Adanya refleksi cahaya matahari yang dipantulkan oleh
partikel debu meteoritik. Cahaya matahari yang dipantulkan tersebut juga disebut
sebagai cahaya Zodiakal.
Berdasarkan penyebabnya gempabumi dapat terjadi akibat runtuhnya guagua dalam bumi, tabrakan (impack), peledakan, gunungapi, kegiatan tektonik.
1. Runtuhnya Gua-Gua dalam Bumi
Dugaan para ahli tempo dulu, bahwa gempabumi terjadi akibat runtuhnya
gua-gua raksasa yang terdapat di dalam bumi. Dugaan itu sama sekali tidak benar,
sebab keruntuhan seperti itu tidak pernah ada. Kalau saja terjadi keruntuhan di
dalam bumi, hal itu hanya mungkin pada daerah pertambangan bawah tanah
(under ground), penggalian batukapur dansejenisnya.Akan tetapi keruntuhan yang
terjadi hanya dapat menimbulkan getaran bumi yang sangat kecil dan bersifat
setempat (lokal) kekuatannya berkisar anatara 2 hingga 3 pada Skala Richter.
2. Tabrakan (Impack)
14
15
16
IV.
17
18
Utara, Sulawesi Utara dan terus ke Filipina. Busur gunung api ini sendiri ada yang
masih aktif seperti Gunung Merapi, Gunung Krakatu di Selat Sunda, Gunung
Galunggung dan Gunung Papandayan di Jawa Barat, Gunung Merapi di
Jogjakarta, Gunung Agung di Bali, Gunung Rinjani dan Tambora di Nusa
Tenggara, Gunung Gamalama dan Tidore di Maluku Utara, dan Gunung Klabat di
Sulawesi Utara. Sebaran gunung berapi di Indonesia dtunjukkan pada gambar
berikut.
Pergerakan ketiga lempeng tadi juga dapat menimbulkan patahan atau
sesar yaitu pergeseran antara dua blok batuan baik secara mendatar, ke atas
maupun relatif ke bawah blok lainnya. Patahan atau sesar ini merupakan
perpanjangan gaya yang ditimbulkan oleh gerakan-gerakan lempeng utama.
Patahan atau sesar inilah yang akan menghasilkan gempa bumi di daratan dan
tanah longsor. Akibatnya, bangunan yang ada di atas zona patahan ini sangat
rentan mengalami runtuhan.
Patahan atau sesar-sesar ini akan mempengaruhi resistensi atau kekuatan
pada batuan yang dilewatinya, menyebabkan batuan- batuan tadi menjadi rapuh
dan mudah mengalami erosi. Apabila jenis batuan tersebut merupakan batuan
yang porous( berongga), maka akan menimbulkan hal yang lebih fatal lagi. Curah
hujan yang tinggi akan menyebabkan air hujan masuk ke dalam rongga batuan
dan menyebabkan lama kelamaan batuan tersebut akan menjadi jenuh yang
berujung pada terjadinya pergerakan massa batuan dalam bentuk blok besar yang
menimbulkan tanah longsor, terutama daerah dengan kemiringan lereng yang
curam.
19
Gambar 4.1 Sebaran Gunung api dan titik pusat gempa di Kepulauan Indonesa.
Menurut teori yang ada, kerak bumi (lithosfer) dapat diterangkan ibarat
suatu rakit yang sangat kuat dan relatif dingin yang mengapung di atas mantel
astenosfer yang liat dan sangat panas, atau bisa juga disamakan dengan pulau es
yang mengapung di atas air laut. Ada dua kjenis kerak bumi yakni kerak samudera
yang tersusun oleh batuan bersifat basa dan sangat basa, yang dijumpai di
samudera sangat dalam, dan kerak benua tersusun oleh batuan asam dan lebih
tebal dari kerak samudera. Kerak bumi menutupi seluruh permukaan bumi, namun
akibat adanya aliran panas yang mengalir di dalam astenofer menyebabkan
kerakbumi ini pecah menjadi beberapa bagian yang lebih kecil yang disebut
lempeng kerakbumi. Dengan demikian lempeng dapat terdiri dari kerak benua,
kerak samudera atau keduanya. Arus konvensi tersebut merupakan sumber
kekuatan utama yang menyebabkan terjadinya pergerakan lempeng.
Pergerakan lempeng kerak bumi ada 3 macam yaitu pergerakan yang
saling mendekati, saling menjauh dan saling berpapasan.
1. Pergerakan Lempeng Saling Mendekati
20
antar
gunung
dan
cekungan
busur
belakang.
Pada
jalur
dengan
lainnya
(plate
boundaries)
terbagi
dalam
jenis,
21
yaitu divergen, konvergen, dan transform. Selain itu ada jenis lain yang cukup
kompleks namun jarang, yaitu pertemuan simpang tiga (triple junction) dimana
tiga lempeng kerak bertemu.
a. Batas Divergen
Terjadi pada dua lempeng tektonik yang bergerak saling
memberai (break apart). Ketika sebuah lempeng tektonik pecah, lapisan
litosfer menipis dan terbelah, membentuk batas divergen.
Pada lempeng samudra, proses ini menyebabkan pemekaran dasar
laut (seafloor spreading). Sedangkan pada lempeng benua, proses ini
menyebabkan terbentuknya lembah retakan (rift valley) akibat adanya
celah antara kedua lempeng yang saling menjauh tersebut.
Pematang Tengah-Atlantik (Mid-Atlantic Ridge) adalah salah satu
contoh divergensi yang paling terkenal, membujur dari utara ke selatan di
sepanjang Samudra Atlantik, membatasi Benua Eropa dan Afrika dengan
Benua Amerika.
22
b. Batas Konvergen
Terjadi apabila dua lempeng tektonik tertelan (consumed) ke arah
kerak bumi, yang mengakibatkan keduanya bergerak saling menumpu satu
sama lain (one slip beneath another).
Wilayah dimana suatu lempeng samudra terdorong ke bawah
lempeng benua atau lempeng samudra lain disebut dengan zona
tunjaman (subduction zones). Di zona tunjaman inilah sering terjadi
gempa. Pematang
gunung-api (volcanic
ridges)
dan parit
meleleh.
terbentuklah deretan
Pada
gunung
lapisan
litosfer
berapi (volcanic
tepat
di
mountain
atasnya,
range).
iii)
23
bila
menggelangsar (slide
dua
each
lempeng
other),
yaitu
tektonik
bergerak saling
bergerak
sejajar
namun
24
Karena gangguan merambat dari suatu tempat ke tempat lain, berarti ada
transportasi energi.
Gelombang seismik disebut juga gelombang elastik karena osilasi partikelpartikel medium terjadi akibat interaksi antara gaya gangguan (gradien stress)
malawan gaya-gaya elastik. Dari interaksi ini muncul gelombang longitudinal,
gelombang transversal dan kombinasi diantara keduanya.Apabila medium hanya
memunculkan gelombang longitudinal saja (misalnya di dalam fluida) maka
dalam kondisi ini gelombang seismik sering dianggap sabagai gelombang akustik.
Gelombang seismik merupakan gelombang elastik yang menjalar ke
seluruh bagian dalam bumi dan melalui permukaan bumi akibat adanya lapisan
batuan yang patah secara tiba -tiba atau adanya ledakan. Gelombang utama gempa
bumi terdiri dari dua tipe yaitu gelombang badan (body wave) dan gelombang
permukaan (surface wave).
a. Gelombang Badan (Body wave).
Gelombang badan merupakan gelombang menjalar melalui bagian
dalam bumi dan biasanya disebut free wave karena dapat menjalar ke
segala arah di dalam bumi. Gelombang badan terdiri dari gelombang
primer dan gelombang sekunder.
b. Gelombang Primer
Gelombang primer Gelombang primer merupakan gelombang
longitudinal atau gelombang kompresional, gerakan partikel sejajar
dengan arah perambatannya.Sedangkan gelombang sekunder merupakan
gelombang transversal atau gelombang shear, gerakan partikel terletak
pada suatu bidang yang tegak lurus dengan arah penjalarannya.
Mekanisme penjalaran gelombang seismik didasarkan pada hukum
Snellius, Prinsip Huygens dan Prinsip Fermat. Penjelasan dari hukum Snellius,
Prinsip Huygens dan Prinsip Fermat dijelaskan sebagai berikut :
1. Hukum Snellius
Ketika gelombang seismik melalui lapisan batuan dengan impedansi
akustik yang berbeda dari lapisan batuan yang dilalui sebelumnya, maka
25
26
VI.
27
ketiga kelompok ini ada satu lagi yang biasanya disebut tumbukan atau obduction
dimana kedua naik berhubungan dengan compressional atau tegasan atau
dorongan. Patahan geser banyak berhubungan dengan gaya transformasi.
Indonesia terletak di pertemuan lempeng Australian dan Eurasian dimana
lempeng Australian menyusup ke dalam zona eurasian sehingga membentuk zona
subduksi sepanjang Sumatra, Jawa, Bali, Lombok, Nusa Tenggara, Timur dan
melingkar di Banda. Sedangkan Irian Jaya adalah tempat bertemunya beberapa
lempeng yaitu Australian, Eurasian, Pasific, dan Philipine. Akibat dari terbentunya
zona subduksi inilah maka banyak sekali ditemukan gunung berapi di Indonesia.
Lempeng-lempeng tektonik utama yaitu:
a. Lempeng Afrika, meliputi Afrika - Lempeng benua
b. Lempeng Antarktika, meliputi Antarktika - Lempeng benua
c. Lempeng Australia, meliputi Australia (tergabung dengan Lempeng
India antara 50 sampai 55 juta tahun yang lalu)- Lempeng benua
d. Lempeng Eurasia, meliputi Asia dan Eropa - Lempeng benua
e. Lempeng Amerika Utara, meliputi Amerika Utara dan Siberia timur
laut - Lempeng benua
f. Lempeng Amerika Selatan, meliputi Amerika Selatan - Lempeng
benua
g. Lempeng Pasifik, meliputi Samudera Pasifik - Lempeng samudera
Lempeng-lempeng penting lain yang lebih kecil mencakup Lempeng
India, Lempeng Arabia, Lempeng Karibia,Lempeng Juan de Fuca, Lempeng
Cocos, Lempeng Nazca, Lempeng Filipina, dan Lempeng Scotia.
Pergerakan lempeng telah menyebabkan pembentukan dan pemecahan
benua seiring berjalannya waktu, termasuk juga pembentukan superkontinen yang
mencakup hampir semua atau semua benua. Superkontinen Rodiniadiperkirakan
terbentuk 1 miliar tahun yang lalu dan mencakup hampir semua atau semua benua
di Bumi dan terpecah menjadi delapan benua sekitar 600 juta tahun yang lalu.
Delapan benua ini selanjutnya tersusun kembali menjadi superkontinen
lain
yang
menjadi
pada
Amerika
akhirnya
Utara
juga
terpecah
dan
Eurasia),
28
Baru,
timur
ialah batas
Pasifik yang
29
membentuk Parit
Kermadec, busar
Baru membujur sepanjang batas tenggara lempeng. Selandia Baru dan Kaledonia
Baru ialah ujung selatan dan utara bekas benua Tasmantis, yang berpisah dari
Australia 85 juta tahun lalu. Bagian tengah Tasmantis tenggelam di laut, dan kini
merupakan Tanjakan Lord Howe.
Bagian selatannya ialah batas divergen dengan lempeng Antarktika. Batas
barat dibatasi dengan lempeng India yang membentuk perbatasan dengan
dengan lempeng Arab ke utara dan lempeng Afrika ke selatan. Batas utara
lempeng
India
ialah batas
Eurasia yang
timur
laut lempeng
Eurasia di
batas Lautan
Hindia dariBangladesh,
ke
barat
Batas
subduksi
daya
yang
melalui
Amerika
tektonik yang
meliputi
seluruh Amerika Utara, Greenland dan sebagian Siberia dan Islandia. Lempeng ini
berbatasan
Chersky di
dengan Pegunungan
barat.
Mid-Atlantik di
Lempeng
ini
timur
dan Pegunungan
meliputi
baik lempeng
VII.
30
31
Ketiga, kerusakan pada dinding bata yang kebanyakan terjadi karena tidak
adanya struktur yang cukup untuk menahan dinding terhadap arah lateral gempa.
Meski pada beberapa bangunan lain dinding batanya sudah dikekang dengan baik,
tapi ikatannya terhadap beton kurang begitu kuat sehingga batanya tidak mampu
menahan energi gempa.
Lalu, kerusakan terakhir terjadi pada mutu beton yang kurang baik.
Dibeberapa bangunan, tulangannya masih terpasang dengan rapi, sengkang tidak
terlepas, tulangan utama tidak berhamburan, tapi justru inti betonnya yang hancur
lebur yang menandakan kualitas beton yang terpasang kurang baik.
Selain mengidentifikasi kerusakan bangunan yang terjadi akibat gempa di
Sumbar, kerusakan yang terjadi pada bangunan rumah tinggal secara umum juga
dapat dimasukkan ke dalam beberapa katergori. Yaitu, kategori kerusakan ringan
non struktur, kerusakan ringan struktur, kerusakan struktur tingkat sedang,
kerusakan struktur tingkat berat, serta kerusakan total - semuanya digolongkan
berdasarkan ciri-ciri kerusakannya.
Misalnya, pada kerusakan ringan non struktur, terdapat retak halus pada
plesteran dengan lebar celah lebih kecil dari 0,075 cm serta serpihan plesternya
berjatuhan. Sedangkan pada kerusakan ringan struktur, adanya retak kecil pada
dinding yang mencapai lebar celah 0,075 hingga 0,6 cm. Selain itu terjadi
kerusakan pada bagian-bagian nonstruktur seperti lisplang dan talang, namun
kemampuan struktur utama untuk memikul beban tidak banyak berkurang. Untuk
langkah perbaikan kedua kategori ini cukup dilakukan secara arsitektur tanpa
perlu mengosongkan bangunan.
Sementara itu pada kerusakan struktur tingkat sedang, terdapat retak besar
dengan celah lebih besar dari 0,6 cm yang menyebar di beberapa tempat termasuk
pada kolom dan balok. Di samping itu kemampuan struktur untuk memikul beban
sudah berkurang sebagian, namun masih tetap layak huni. Sedangkan pada
kerusakan struktur tingkat berat, apabila sekitar 50 persen struktur utama
mengalami kerusakan. Dinding pemikul bebannya terbelah dan runtuh serta
bangunan terpisah akibat kegagalan unsur-unsur pengikat. Terakhir pada
kerusakan total, bangunan roboh seluruhnya atau lebih dari 65 persen serta
sebagian besar komponen utama struktur rusak dan tak layak huni lagi.
32
33
Gambar 7.2 (a) Bangunan ruko di Padang akibat gempa Tahun 2009
Gambar 7.2 (b) Bangunan ruko di Padang akibat gempa Tahun 2009
34
35
36
37
VIII. TSUNAMI
Tsunami merupakan gelombang air laut besar yang dipicu oleh pusaran air
bawah laut karena pergeseran lempeng, tanah longsor, erupsi gunungapi, dan
jatuhnya meteor. Tsunami dapat bergerak dengan kecepatan sangat tinggi dan
dapat mencapai daratan dengan ketinggian gelombang hingga 30 meter. Tsunami
berasal dari bahasa jepang, yaitu tsu : pelabuhan dan nami : gelombang.
Tsunami sangat berpotensi bahaya meskipun tsunami ini tidak terlalu
merusak garis pantai. Gempa yang disebabkan pergerakan dasar laut atau
pergeseran lempeng yang paling sering menimbulkan tsunami. Pada tahun 2006
Indonesia mengalami tsunami dahsyat setelah gempabumi berskala 8.9 SR terjadi
di sekitar Aceh. Area yang memiliki risiko tinggi jika gempa bumi besar atau
tanah longsor terjadi dekat pantai gelombang pertama dalam seri bisa mencapai
pantai dalam beberapa menit, bahkan sebelum peringatan dikeluarkan. Area
berada pada risiko yang lebih besar jika berlokasi kurang dari 25 meter di atas
permukaan laut dan dalam beberapa meter dari garis pantai.
38
39
bahkan bisa beberapa kilometer. Gerakan vertikal ini dapat terjadi pada patahan
bumi atau sesar. Gempa bumi juga banyak terjadi di daerah subduksi, dimana
lempeng samudera menelusup ke bawah lempeng benua.
Tanah longsor yang terjadi di dasar laut serta runtuhan gunung api juga
dapat mengakibatkan gangguan air laut yang dapat menghasilkan tsunami. Gempa
yang menyebabkan gerakan tegak lurus lapisan bumi. Akibatnya, dasar laut naikturun secara tiba-tiba sehingga keseimbangan air laut yang berada di atasnya
terganggu. Demikian pula halnya dengan benda kosmis atau meteor yang jatuh
dari atas. Jika ukuran meteor atau longsor ini cukup besar, dapat terjadi mega
tsunami yang tingginya mencapai ratusan meter.
IX.
atau skala lain yang merupakan pengembangan skala Richter. Gempa diukur
dengan alat yang disebut seismograf. Alat ini mencatat getaran yang ditimbulkan
oleh pergerakan permukaan tanah dalam bentuk garis-garis zig-zag yang
menunjukkan variasi amplitudo gelombang yang ditimbulkan oleh gempa.
Kenaikan satu unit magnitudo (misalnya dari 4.6 ke 5.6) menunjukkan 10 kali
lipat kenaikan besar gerakan yang terjadi di permukaan tanah atau 30 kali lipat
energi yang dilepaskan. Jadi gempa berkekuatan 6.7 skala Richter menghasilkan
100 kali lipat lebih besar gerakan permukaan tanah atau 900 kali lipat energi yang
dilepaskan pada gempa berskala 4.7. Gempa besar berskala 8 atau lebih secara
statistik terjadi rata-rata satu kali tiap tahun di dunia. Gempa berskala sedang (55.9) terjadi rata-rata 1319 kali dalam setahun di dunia. Gempa berskala 2.5 atau
kurang terjadi jutaan kali dan biasanya tidak dapat dirasakan oleh manusia.
Selain dinyatakan dalam magnitudo besaran gempa juga sering dinyatakan
dalam intensitas. Intensitas gempa adalah ukuran efek gempa di suatu tempat
40
terhadap manusia, tanah dan struktur atau bangunan. Standar intensitas yang
sering digunakan adalah Modified Mercalli. Dalam standar ini skala I adalah
gempa yang tidak terasa, skala II gempa yang dirasakan oleh beberapa orang yang
sedang dalam posisi istirahat, terutama di bangunan tinggi, demikian seterusnya
sampai meningkat ke skala VII untuk gempa yang merusakkan bangunan yang
tidak dibangun dengan struktur yang baik tetapi hanya sedikit merusakaan
bangunan yang dibangun dengan baik, dan skala XII untuk gempa yang
menyebabkan kerusakan total, dan melemparkan benda-benda ke udara.
Beberapa skala gempa yang sering digunakan adalah sebagai berikut.
1. Skala Mercalli
Skala Mercalli adalah satuan untuk mengukur kekuatan gempa bumi.
Satuan ini diciptakan oleh seorang vulkanologis dari Italia yang bernama
Giuseppe Mercalli pada tahun 1902. Skala Mercalli terbaagi menjadi 12 pecahan
berdasarkan informasi dari orang-orang yang selamat dari gempa tersebutdan juga
dengan melihat dan membandingkan tingkat kerusakan akibat gempa bumi
tersebut. Oleh itu skala Mercalli adalah sangat subjektif dan kurang tepat
dibanding dengan perhitungan magnitudo gempa yang lain. Oleh karena itu, saat
ini penggunaan skala Richter lebih luas digunakan untuk untuk mengukur
kekuatan gempa bumi. Tetapi skala Mercalli yang dimodifikasi, pada tahun 1931
oleh ahli seismologi Harry Wood dan Frank Neumann masih sering digunakan
terutama apabila tidak terdapat peralatan seismometer yang dapat mengukur
kekuatan gempa bumi di tempat kejadian.
Skala Modifikasi Intensitas Mercalli mengukur kekuatan gempa bumi
melalui tahap kerusakan yang disebabkan oleh gempa bumi itu. Satuan ukuran
skala Modifikasi Intensitas Mercalli adalah seperti di bawah :
a.
b.
c.
d.
e.
41
berjalan/berdiri.
Bangunan yang tidak kuat akan mengalami kerusakan.
Bangunan yang tidak kuat akan mengalami kerusakan tekuk.
Jambatan dan tangga rusak, terjadi tanah longsor.
Rel kereta api rusak.
Seluruh bangunan hancur dan hancur lebur.
42
maksimum yang terekam oleh seismometer (dalam milimeter) dan beda waktu
tempuh antara gelombang-P dan gelombang-S (dalam detik) atau jarak antara
seismometer dengan pusat gempa (dalam kilometer). Dalam gambar di samping
ini dicontohkan sebuah seismogram mempunyai amplitudo maksimum sebesar 23
milimeter dan selisih antara gelombang P dan gelombang S adalah 24 detik maka
dengan menarik garis dari titik 24 dt di sebelah kiri ke titik 23 mm di sebelah
kanan maka garis tersebut akan memotong skala 5,0. Jadi skala gempa tersebut
sebesar 5,0 skala Richter.
Skala Richter pada mulanya hanya dibuat untuk gempa-gempa yang
terjadi di daerah Kalifornia Selatan saja. Namun dalam perkembangannya skala
ini banyak diadopsi untuk gempa-gempa yang terjadi di tempat lainnya. Skala
Richter ini hanya cocok dipakai untuk gempa-gempa dekat dengan magnitudo
gempa di bawah 6,0. Di atas magnitudo itu, perhitungan dengan teknik Richter ini
menjadi tidak representatif lagi.
Perlu diingat bahwa perhitungan magnitudo gempa tidak hanya memakai
teknik Richter seperti ini. Kadang-kadang terjadi kesalahpahaman dalam
pemberitaan di media tentang magnitudo gempa ini karena metode yang dipakai
kadang tidak disebutkan dalam pemberitaan di media, sehingga bisa jadi antara
instansi yang satu dengan instansi yang lainnya mengeluarkan besar magnitudo
yang tidak sama. Berikut ini ditampilkan efek yang dirasakan dari gempa dalam
Skala Richter.
Skala
Richter
Efek gempa
< 2.0
2.0-2.9
3.0-3.9
4.0-4.9
5.0-5.9
43
Skala
Richter
Efek gempa
6.0-6.9
7.0-7.9
8.0-8.9
9.0-9.9
10.0-10.9
11.0-11.9
12.0-12.9
> 13.0
44