Anda di halaman 1dari 19

RINGKASAN ANSI/AISC 341-10

SEISMIC PROVISIONS FOR


STRUCTURAL STEEL BUILDINGS
CHAPTER E1-E3
MK: PERILLAKU STRUKTUR BAJA

Oleh:
Ni Putu Ratih Novyanti Dewi
NIM. 1491561017

PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2015
1

SISTEM RANGKA PEMIKUL MOMEN

E1. Sistem Rangka Pemikul Momen Biasa (SRPMB)


1. Ruang Lingkup
Struktur baja yang menggunakan SRPMB harus didisain sesuai dengan Pasal ini.
2. Dasar Perencanaan
Perencanaan SRPMB bertujuan untuk mendapat disain struktur yang menghasilkan
deformasi inelastik minimum pada elemen-elemen struktur dan sambungannya akibat gaya
gempa rencana.
3. Analisis
Tidak ada persyaratan tambahan.
4. Keperluan Sistem
Tidak ada persyaratan tambahan.
5. Elemen Struktur
5a. Keperluan Dasar
Tidak ada persyarratan tambahan untuk rasio lebar/tebal dimensi elemen struktur dan
bresing (perkuatan), selain yang dijelaskan pada Spesification. Balok baja struktural
diijinkan komposit dengan plat beton bertulang untuk menahan beban gravitasi.
5b. Zona Terlindungi
Tidak ada persyaratan tambahan.
6. Sambungan
Sambungan balok ke kolom diijinkan kaku atau semi kaku.
6a. Keperluan Las Kritis
Sambungan las antara sayap balok dengan kolom merupakan bagian yang kritis dan
wajib memenuhi persyaratan pada Pasal A3 4b dan I2.3.

Pada Pasal A3 4b dijelaskan bahwa perancangan las harus dibat dengan logam pengisi sesuai
dengan ketentuan yang diatur pada AWS D1.8/D1.8M clause 6.3. Standar properti dari logam
pengisi sesuai klasifikasi pada tabel berikut.
2

Selain dari persyaratan di atas, AWS D1.8/D1.8 diiperlukan kecuali hasil pengujian
menyatakan berbeda. Semua kebutuhan las kritis harus dibuat dengan logam pengisi yang
memenuhi Heat Input Envelope Testing sesuai dengan properti mekanis logam las sebagai
berikut.

Pada Pasal I2.3 dijelaskan bahwa sambungan las harus sesuai dengan ketentuan pada
Structural Welding CodeSteel (AWS D1.1/D1.1M). Tab las harus sesuai dengan AWS
D1.8/D1.8M clause 6.10, kecuali pada bagian ujung luar dari sambungan plat menerus ke
ujung kolom. Pada bagian ini tab las dan logam las harus dihilangkan dengan jarak kurang dari
6 mm dari ujung plat menerus.

Gambar tab las

6b. Sambungan Kaku


Sambungan kaku harus memenuhi nilai terkecil dari:

(a) Kuat geser yang diperlukan

Vu

atau

Va

dari sambungan harus berdasarkan

persyaratan kombinasi beban pada code yang digunakan termasuk beban gempa. Pada
beban gempa yang digunakan, efek dari beban horisontal termasuk kuat lebih dihitung
dengan persamaan E1-1 berikut.
(1,1 R y M p )
Emh=2 .
Lcf
dimana
Lcf = panjang bersih balok (mm)
Mp =
Ry

F y Z (N-mm)

= perbandingan antara tegangan leleh yang diharapkan dengan tegangan leleh


minimum

(b) Sambungan kaku dirancang agar memiliki kuat lentur perlu dan kuat geser perlu yang
sama dengan momen maksimum dan gaya geser yang ditransfer ke sambungan,
termasuk efek kuat lebih bahan dan strain hardening.
Pada kondisi (a) atau (b), plat terusan harus memenuhi Pasal J10.1 s/d J10.3. Momen
lentur yang digunakan untuk mendesain plat terusan dan sambungan balok kolom
nilainya harus sama. Besarnya momen lentur tersebut adalah

1.1 R y M p

(LRFD)

atau 1.1/1.5 R y M p (ASD) atau momen maksimum yang diterima sambungan.


(c) Sambungan kaku diantara balok WF dengan sayap kolom WF harus memenuhi Pasal
E2.6 atau E3.6. atau harus memenuhi:
(1) Chapter 3 dari ANSI/AISC 358.
(2) Sayap balok yang tersambung ke sayap kolom menggunakan alur las completejoint-penetration (CJP).

(3) Bentuk dan kualitas

lubang akses las harus sesuai

dengan subpasal 6.10.1.2 AWS D1.8 / D1.8M.


(4) Plat terusan harus memenuhi Pasal E3.6f.

Pengecualian: Las pada join plat terusan ke sayap kolom diijinkan dengan las
tumpul sambungan penetrasi penuh, las tumpul sambungan penetrasi sebagian dua
sisi dengan tulangan, atau las sudut dua sisi. Kuat perlu dari join tidak boleh
kurang dari kekuatan area sentuhan plat dengan sayap kolom.
(5) Badan balok harus tersambung ke sayap kolom dengan las tumpul penetrasi penuh
yang meluas pada lubang akses las, atau sambungan plat geser baut tunggal yang
dirancang untuk memenuhi persamaan E1-1.
6c. Sambungan Semi Kaku
Sambungan semi kaku harus memenuhi:
(1) Sambungan harus dirancang untuk momen maksimum dan geser dari kombinasi
beban yang digunakan seperti yang dijelaskan pada Pasal B2 dan B3.
Pasal B2:
Beban dan kombinasi beban harus ditetapkan sesuai dengan code yang digunakan.
Efek gaya horizontal harus dikombinasikan dengan efek gaya gempa vertikal
sesuai dengan code yang digunakan dan dikalikan dengan faktor 1.0 (kombinasi
beban LRFD) dan 0,7 (kombinasi beban ASD).
Pada struktur komposit dengan beton bertulang, disain dengan persyaratan pada
ACI 318, Spesification Pasal B3.3, dan dengan LRFD, harus sesuai dengan
seismic force resisting system (SFRS).
Pasal B3:
a. Kuat perlu elemen struktur dan sambungan harus merupakan nilai terbesar
dari:
- Kuat perlu yang didapat dari analisis struktur sesuai dengan code yang
-

digunakan, dan Chapter C.


Kuat perlu seperti yang didefinisikan pada Chapter D, E, F, G dan H.

b. Kuat yang tersedia ditetapkan sebesar


LRFD dan

Rn

untuk perencanaan dengan

Rn / untuk perencanaan dengan ASD.

(2) Kekakuan, kekuatan, dan kemampuan deformasi pada sambungan semi kaku
harus diperhitungkan dalam perancangan, termasuk stabilitas keseluruhan rangka.
(3) Kuat lentur nominal dari sambungan, M n , PR tidak boleh kurang dari 50% dari
M P balok yang tersambung.
Pengecualian: Untuk one-story structures,
dari

M n , PR tidak boleh kurang dari 50%

M P kolom yang tersambung.

(4)

V u atau V a sesuai, harus ditentukan sesuai Pasal E1.6b (a) dengan nilai
M P pada persamaan E1-1 menggunakan nilai

M n , PR .

E2. SISTEM RANGKA PEMIKUL MOMEN TERBATAS (SRPMT)


1. Ruang Lingkup
Struktur Baja dengan SRPMT harus dirancang sesuai ketentuan pada Pasal ini.
2. Dasar Perencanaan
SRPMT dirancang untuk menyediakan kemampuan deformasi inelastis terbatas
melalui leleh lentur dari balok dan kolom, dan leleh geser pada daerah panel kolom.
Disain sambungan balok ke kolom, termasuk daerah panel dan plat menerus harus
berdasarkan uji sambungan untuk menyediakan kemampuan sesuai Pasal E2.6b dan
E2.6c.
3. Analisis
Tidak ada persyaratan tambahan.
4. Keperluan Sistem
4a. Stabilitas Perkuatan Balok
Balok harus diperkuat untuk memenuhi keperluan dari daktilitas moderat elemenelemen struktur sesuai Pasal D1.2a.
Kuat perlu bresing lateral harus mendekati sendi plastis sesuai dengan Pasal
D1.2c.
5. Elemen-Elemen Struktur
5a. Keperluan Dasar
Balok dan kolom harus memenuhi Pasal D1 untuk daktilitas moderat, kecuali
yang mengalami pengujian. Balok baja struktural pada SRPMT diijinkan
komposit dengan plat beton bertulang untuk menahan gaya gravitasi.

5b. Sayap balok


Perubahan mendadak pada luas sayap balok tidak diijinkan pada daerah sendi
plastis. Pelubangan sayap atau pengurangan lebar sayap balok tidak diijinkan
kecuali pengujian atau kualifikasi menunjukkan konfigurasi hasil dapat menjaga
sendi plastis tetap stabil untuk mengakomodasi story drift angle yang diperlukan.
6

Konfigurasi harus konsisten dengan disain sambungan yang telah melewati


prakualifikasi sesuai ANSI/AISC 358, atau yang telah dijelaskan pada Pasal K1,
atau Pasal K2.
5c. Zona Terlindungi
Setiap daerah ujung balok yang mengalami regangan inelastis harus didisain
sesuai dengan protected zones dan harus memenuhi Pasal D1.3. Perpanjangan
protected zones harus didisain sesuai dengan ANSI/AISC 358, Pasal K1, atau
Pasal K2.
6. Sambungan
6a. Keperluan Las Kritis
Sesuai dengan pasal A3.4b dan I2.3, daerah sambungan las kritis adalah:
(1) Alur las pada daerah splices kolom.

(2) Sambungan las pada kolom ke plat dasar.


Pengecualian:
Las kritis tidak diperlukan pada daerah sendi kolom atau sekitarnya, plat dasar
yang dikondisikan sebagai perletakan, dan pada daerah yang mengalami
tegangan akibat kombinasi beban termasuk beban gempa yang digunakan.
7

(3) Alur las tumpul sambungan penetrasi penuh digunakan pada sambungan sayap
balok dan badan balok ke kolom, kecuali didisain dengan ANSI/AISC 358,
Pasal K1, atau Pasal K2.
6b. Keperluan Sambungan Balok ke Kolom
Sambungan balok ke kolom sesuai SFRS harus memenuhi persyaratan berikut:
(1) Sambungan harus mampu mengakomodasi story drift angle minimal 0.02 rad.
(2) Pengukuran kuat lentur dari sambungan pada permukaan kolom harus
memenuhi minimal 0.8 M p dari balok yang tersambung pada story drift
angle 0.02 rad.
6c. Kesesuaian Demonstrasi
Sambungan balok ke kolom dengan SFRS harus sesuai Pasal E2.6b dengan
memenuhi salah satu dari:
(1) Disain sambungan SRPMT menggunakan persyaratan pada ANSI/AISC 358.
(2) Disain sambungan sesuai dengan Pasal K1 dan K2.
6d. Kuat Geser Perlu
Kuat geser perlu dari sambungan harus sesuai dengan kombinasi beban pada code
yang digunakan termasuk beban gempa yang digunakan. Efek gaya horisontal dan
kuat lebih diperhitungkan dengan persamaan E2-1 berikut.
(1,1 R y M p )
Emh=2 .
Lh
dimana
Lh = jarak antara daerah sendi plastis balok sesuai hasil pengujian atau
ANSI/AISC 358 (mm)
M p = F y Z = kuat lentur plastis nominal
Ry

= rasio dari tegangan leleh yang diharapkan terhadap tegangan leleh minimum,

Fy
6e. Daerah Panel
Tidak ada persyaratan tambahan.
6d. Plat Terusan
Plat terusan disesuaikan dengan Pasal E3.6f.

6e. Sambungan Kolom


Sambungan kolom harus sesuai Pasal D2.5. Pada daerah sambungan harus
menggunakan las tumpul sambungan penetrasi penuh.
Apabila sambungan menggunakan baut, nilai kuat lentur perlu tidak boleh kurang
dari

Ry F y Z x

terkecil, dimana

(untuk LRFD) atau


Zx

R y F y Z x /1.5

(untuk ASD) kolom

adalah modulus plastis penampang pada sumbu-x. Kuat

geser perlu dari sambungan badan kolom tidak boleh kurang dari
(untuk LRFD) atau

M pc /1.5 H

(untuk ASD), dimana

M pc /H

M pc

adalah

jumlah kuat lentur plastis nominal kolom di bagian atas dan bawah splice.
Pengecualian:
Kuat perlu pada sambungan kolom yang mempertimbangkan faktor konsentrasi
tegangan atau faktor intensitas tegangan retak mekanik tidak diperhitungkan
karena merupakan analisis non linear yang dijelaskan pada Chapter C
Spesification.

Gambar sambungan kolom

E3. Sistem Rangka Pemikul Momen Khusus (SRPMK)


1. Ruang Lingkup
Struktur baja dengan SRPMK dirancang sesuai ketentuan pada Pasal ini.
2. Dasar Perencanaan

Tujuan perancangan dengan SRPMK adalah menyediakan kemampuan deformasi


inelastis yang signifikan melalu kondisi leleh lentur pada balok SRPMK dan leleh
terbatas pada daerah panel kolom. Kolom harus didisain lebih kuat dari balok dan
gelagar yang mengalami leleh total atau strain hardening. Leleh lentur diijinkan
terjadi pada kolom dasar. Disain sambungan balok ke kolom, termasuk daerah panel
kolom dan plat terusan harus berdasarkan uji sambungan dengan kinerja yang sesuai
dengan Pasal E3.6b dan E3.6c.
3. Analisis
Tidak ada persyaratan tambahan.
4. Keperluan Sistem
4a. Rasio Momen
Sambungan balok ke kolom harus memenuhi hubungan berikut:

M pc
>1.0
M pb
dimana
M pc

= jumlah dari kuat lentur nominal kolom di atas dan di bawah join
terhadap titik berat balok dengan reduksi gaya aksial kolom. Nilai
M pc

yang diijinkan adalah:


M pc = Z c (F yc

Puc
) (LRFD)
Ag

atau
M pc = Z c (F yc
M pb

1.5 P ac
) (ASD)
Ag

= jumlah kuat lentur yang diharapkan dari balok pada daerah sendi
plastis terhadap titik berat kolom. Nilai

M pb

yang diijinkan

adalah:
M pb = ( 1.1 R y F yb Z b + M uv ) (LRFD)
atau
10

M
Penentuan nilai

pb

M pb

= ( 1.1 R y F yb Z b +1.5 M av ) (ASD)


diijinkan dengan persyaratan sambungan sesuai

ANSI/AISC 358 atau sesuai Pasal K1 dan K2. Apabila sambungan menggunakan
penampang balok yang direduksi, maka nilai

M pb

yang diijinkan adalah :

M pb = ( 1.1 R y F yb Z RBS + M uv ) (LRFD)


atau
M

pb

= ( 1.1 R y F yb Z RBS +1.5 M av ) (ASD)

Ag

= Luas kotor penampang kolom, in2 (mm2)

F yb

= Tegangan leleh minimum balok, ksi (MPa)

F yc

= Tegangan leleh minimum kolom, ksi (MPa)

M av

= Momen tambahan yang disebabkan oleh amplifikasi geser di daerah


sendi plastis ke titik berat kolom berdasarkan kombinasi beban ASD, kipin (N-mm)

M uv

= Momen tambahan yang disebabkan oleh amplifikasi geser di daerah


sendi plastis ke titik berat kolom berdasarkan kombinasi beban LRFD, kipin (N-mm)

Pac

= Kuat tekan perlu dengan kombinasi beban ASD, termasuk beban gempa
yang dikerjakan, kips (N)

Puc

= Kuat tekan perlu dengan kombinasi beban LRFD, termasuk beban


gempa yang dikerjakan, kips (N)

Zb

= Modulus plastis penampang balok, in3 (mm3)

Zc

= Modulus plastis penampang kolom, in3 (mm3)

Zb

= Modulus plastis minimum dari penampang balok yang tereduksi, in 3


(mm3)

Pengecualian :

11

Persyaratan di atas tidak perlu digunakan, apabila poin (a) atau (b) di bawah ini
sudah terpenuhi.
(a) Kolom dengan

Prc <0.3 Pc

untuk semua kombinasi beban selain untuk

beban gempa yang dikerjakan harus memenuhi persyaratan berikut:


(i)
Kolom yang digunakan pada one-story building atau story paling atas
(ii)

pada multistory building.


Kolom pada kondisi:
(1) jumlah dari kuat geser yang tersedia dari seluruh kolom bebas pada
story kurang dari 20% dari jumlah kuat geser yang tersedia dari
seluruh kolom pada rangka pemikul momen pada arah yang sama;
dan
(2) jumlah dari kuat geser yang tersedia dari seluruh kolom bebas pada
setiap rangka pemikul momen pada story tersebut pada garis kolom
kurang dari 33% dari kuat geser yang tersedia dari seluruh kolom
pada rangka pemikul momen pada garis kolom.

Kuat tekan nominal,

Pc dihitung dengan:
Pc =F yc A g ( LRFD )
atau
Pc =F yc 1.5 A g ( ASD )

dan

Prc=Puc

(LRFD) atau

Prc=Pa c (ASD).

(b) Kolom pada story manapun yang memiliki rasio kuat geser tersedia terhadap
kuat geser perlu mencapai 50% lebih besar dari story di atasnya.
4b. Stabilitas Perkuatan Balok
Balok harus diperkuat untuk memenuhi nilai daktilitas tertinggi yang dijelaskan
pada Pasal D1.2b.
Selain itu, kecuali dinyatakan aman pada pengujian, bresing balok harus
ditempatkan di dekat beban terpusat, perubahan penampang, dan daerah lain
dimana sendi plastis akan terbentuk pada deformasi inelastis pada SRPMK.
Penempatan bresing lateral harus konsisten dengan disain syarat sambungan
pada ANSI/AISC 358, atau sesuai dengan Pasal K1 dan K2.
Kuat perlu pada stabilitas bresing yang berdekatan dengan sendi plastis harus
memenuhi Pasal D1.2c.
12

4c. Stabilitas Bresing pada Sambungan Balok ke Kolom


(1)

Sambungan dengan Bresing


Apabila badan balok dan kolom berbentuk co-planar, dan kolom menunjukkan
sisa elastisitasnya di luar daerah panel, sayap kolom pada sambungan balok ke
kolom harus memenuhi stabilitas bresing hanya pada level sayap kolom.
Kondisi ini diijinkan untuk asumsi elastisitas sisa kolom saat nilai rasio yang
dihitung dengan persamaan pada Pasal E3-1 melebihi 2.0.
Pada saat kolom tidak menunjukkan elastisitas sisa di luar daerah panel,
persyaratan yang harus digunakan adalah:
(1) Sayap kolom harus diperkuat dengan bresing lateral pada level sayap atas
dan bawah kolom. Stabilitas bresing diijinkan, baik secara langsung
maupun tak langsung.
(2) Setiap sayap kolom dengan bresing harus didisain dengan kuat perlu
sebesar 2% dari kuat sayap balok yang tersedia, yaitu
atau

F y b f t bf /1.5

F y b f t bf

(LRFD)

(ASD).

(2) Sambungan Tanpa Bresing


Suatu kolom pada sambungan balok ke kolom tanpa komponen bresing yang
melintang ke arah rangka pada sambungan harus didisain menggunakan jarak
antara komponen bresing terdekat pada tinggi kolom untuk tekuk lateral ke
rangka penerima gaya gempa dan harus sesuai dengan Chapter H
Spesification, kecuali :
(1) Kuat perlu kolom harus didapat dari kombinasi beban pada building code
yang digunakan termasuk amplifikasi beban gempa. Pada perjelasan
amplifikasi beban gempa, efek gaya horizontal termasuk kuat lebih,
Emh , tidak boleh melebihi 125% dari kuat rangka yang tersedia
berdasarkan kuat lentur balok tersedia atau kuat geser tersedia pada
daerah panel.
(2) Kelangsingan, L/r , dari kolom tidak boleh melebihi 60, dimana:
L = panjang kolom, in (mm)
r

= jari-jari girasi, in (mm)


(3) Kuat lentur perlu dari kolom yang melintang terhadap rangka pemikul
gempa harus memperhitungkan momen akibat gaya dari sayap balok yang
13

digunakan, seperti pada Pasal E3.4c(1)(2) dengan momen orde kedua


akibat perpindahan lateral sayap kolom.

5. Elemen-Elemen Struktur
5a. Keperluan Dasar
Balok dan kolom harus memenuhi Pasal D1.1 untuk daktilitas tinggi, kecuali
dinyatakan aman dalam pengujian.
Balok baja struktural pada SRPMK diijinkan komposit dengann plat beton
bertulang untuk menahan gaya gravitasi.
5b. Sayap Balok
Perubahan luas sayap kolom secara ekstrim tidak diijinkan pada daerah sendi
plastis. Pembuatan lubang atau pengurangan lebar sayap balok tidak diijinkan
kecuali hasil pengujian menunjukkan stabilitas sendi plastis tetap terjaga untuk
mengakomodasi story drift angle yang diperlukan. Konfigurasi yang digunakan
harus konsisten, sesuai ANSI/AISC 358, Pasal K1, atau K2.
5c. Zona Terlindungi
Persyaratan sama dengan Pasal E2.5c.
6. Sambungan
6.1 Keperluan Las Kritis
Kondisi berikut ini merupakan keperluan las kritis dan harus memenuhi Pasal
A3.4b dan I2.3.
6b. Sambungan Balok ke Kolom.
Sambungan balok ke kolom sesuai dengan SFRS harus memenuhi:
(1) Sambungan harus mampu mengakomodasi story drift angle minimal 0.04 rad.
(2) Ketahanan lentur yang diukur pada muka kolom pada sambungan harus
memenuhi minimal 0.8 M p dari balok yang tersambung pada story drift
angle 0.04 rad.
6c. Kesesuaian Demonstration
Persyaratan yang harus dipenuhi sama dengan SRPMT.
6d. Kuat Geser Perlu
Persyaratan yang harus dipenuhi sama dengan SRPMT.
14

6e. Daerah Panel


(1) Kuat Geser Perlu
Kuat geser perlu dari daerah panel didapat dari rekapitulasi momen pada muka
kolom sebagaimana yang ditentukan dengan besarnya momen yang
diharapkan terjadi pada titik-titik sendi plastis ke muka kolom. Disain kuat
geser adalah
dimana:
v =1.0

v R n

dan kuat geser yang diperbolehkan adalah

(LRFD) dan v =1.50

dan kuat geser nominal,

Rn /v ,

(ASD)

Rn , sesuai dengan keadaan batas geser pada Pasal

J10.6 Spesification.
Disamping itu, ketebalan perlu dari daerah panel harus didapat dari metode
yang digunakan pada pengujian proporsi daerah panel atau sesuai persyaratan
sambungan.
(2) Ketebalan Daerah Panel
Ketebalan sendiri, t , dari badan kolom dan plat doubler yang digunakan
harus sesuai Persamaan E3-7 berikut:
t ( d z+ w s ) /90
dimana
d z = d2 t f
t

dari balok terdalam pada sambungan, in. (mm)

= ketebalan badan kolom atau plat ganda, in. (mm)

w z = lebar daerah panel antara sayap kolom, in. (mm)


Sebagai alternatif, apabila tekuk lokal pada badan kolom dan plat doubler
dicegah dengan menggunakan las steker, dan membagi plat agar sesuai dengan
persamaan E3-7, total ketebalan daerah panel harus memenuhi persamaan E37. Apabila las steker diperlukan, jumlah las steker minimum adalah 4 buah.

15

Gambar daerah panel


(3) Daerah Panel Plat Doubler
Plat doubler harus digunakan secara langsung pada badan kolom, apabila
badan kolom tidak memenuhi Pasal E3.6e(2). Selain itu, plat doubler diijinkan
digunakan secara langsung pada badan kolom atau berjarak dengan badan
kolom.
(1) Plat doubler yang bersentuhan dengan badan kolom
Plat doubler harus dilas ke sayap kolom menggunakan las tumpul
sambungan penetrasi penuh atau las sudut pada join. Apabila plat terusan
tidak digunakan, plat doubler harus dilas dengan las sudut mulai dari atas
hingga bawah untuk mengembangkan proporsi dari gaya total yang
didistribusikan ke plat doubler, kecuali plat doubler dan badan kolom
memenuhi Pasal E3.6e(2).
(2) Spasi plat doubler
Plat doubler harus dilas ke sayap kolom untuk meningkatkan kuat yang
tersedia akibat ketebalan penuh plat doubler, dengan alur las tumpul
sambungan penetrasi penuh pada join. Plat doubler harus diletakkan
simetris dengan jarak 1/3 dan 2/3 dari jarak antara ujung sayap balok dan
titik berat kolom.
(3) Plat doubler digunakan bersama plat terusan
Setiap plat doubler harus dilas dengan plat terusan untuk meningkatkan
proporsi dari gaya total yang ditransfer ke plat doubler.
(4) Plat doubler digunakan tanpa plat terusan
Apabila plat terusan tidak digunakan, plat doubler harus diperpanjang
minimum 6 in. (150 mm) ke atas dan ke bawah dari bagian atas dan bawah
balok terdalam pada rangka pemikul momen.

16

Gambar plat doubler


6f. Plat Terusan
(1) Plat Terusan yang Diperlukan
Plat terusan harus digunakan, kecuali:
(1) Apabila persyaratan sambungan memenuhi Pasal K1 dan K2.
(2) Apabila sayap balok dilas ke sayap kolom dengan baja profil IWF dengan
ketebalan memenuhi Persamaan E3-8 dan E3-9, yaitu:
R F
t cf 0.4 1.8 b b f t bf yb yb
Ry c F y c

dimana
F yb = tegangan leleh minimum sayap balok, ksi (MPa)
F yc = tegangan leleh minimum sayap kolom, ksi (MPa)
R yb = rasio tegangan leleh balok yang diharapkan terhadap tegangan
leleh minimum
R yb = rasio tegangan leleh kolom yang diharapkan terhadap tegangan
leleh minimum
bbf

= lebar sayap balok, in. (mm)

t bf

= tebal sayap balok, in. (mm)

t bf

= tebal sayap kolom minimum tanpa plat terusan, in. (mm)

(3) Apabila sayap balok dilas ke sayap profil I dan tebalnya memenuhi:
t cf 0.4

bbf
bcf

( b b4 )] 1.8 b t
bf

cf

bf bf

R yb F yb
R yc F yc

17

t cf

b bf
12
(4) Untuk sambungan baut, plat terusan harus sesuai ANSI/AISC 358 untuk
tipe sambungan yang digunakan.
(2) Tebal Plat Terusan
Untuk kondisi yang memerlukan plat terusan, tebal plat ditentukan sebagai
berikut:
(a) Untuk sambungan satu sisi, tebal plat terusan minimal adalah setengah dari
tebal sayap balok
(b) Untuk sambungan dua sisi, tebal plat terusan tidak boleh lebih dari nilai
terbesar dari 2 sayap balok pada setiap sisi kolom.
Plat terusan harus sesuai dengan persyaratan pada Pasal J10 Spesification.
(3) Las Plat Terusan
Plat terusan harus dilas ke sayap kolom menggunakan alur las complete-jointpenetration.
Plat terusan harus dilas ke badan kolom menggunakan alur las atau fillet las.
Kuat perlu dari jumlah join yang dilas pada plat terusan ke badan kolom harus
merupakan nilai terkecil dari:
(a) Jumlah kuat rencana daerah tarik pada area kontak plat terusan ke sayap
kolom yang mengenai sayap balok.
(b) Kuat geser rencana dari area kontak plat dengan badan kolom.
(c) Kuat geser rencana dari daerah panel kolom.
(d) Jumlah kuat leleh yang yang diharapkan dari sayap balok yang menerima
gaya ke plat terusan.

18

Gambar plat terusan


6g. Sambungan Kolom
Persyaratan yang digunakan sama dengan Pasal E2.6g.
DAFTAR PUSTAKA

AISC Committee. 2010. ANSI/AISC 341-10 Seismic Provisions for Structural Steel Buildings.
Chicago-Illinois 60601-1862.
Departemen Pekerjaan Umum. 2002. SNI 03-1729-2002 Tata Cara Perencanaan Struktur
Baja untuk Bangunan Gedung.

19

Anda mungkin juga menyukai