Anda di halaman 1dari 14

MATRIK

DEFINISI MATRIKS
Matrik adalah sederet bilangan yang berbentuk empat persegi panjang yang diapit oleh sepasang
kurung siku, seperti

(a )

1 2 1
dan (b) 2 1 3
4 3 4

3 4
2
1 2 3

(2.1)

dan memenuhi aturan-aturan tertentu dalam mengoperasikannya. Matrik (a) dapat dipandang
sebagai matrik koefisien dari sistem persamaan linier:
2i + 3 j + 4k = 0
1i 2 j + 3k = 0

(2.2)

Nanti kita akan melihat bagaimana matriks dapat digunakan untuk memperoleh solusi dari sistem
diatas. Matriks (b) dapat diberikan tafsiran yang serupa atau kita dapat menganggap barisbarisnya sebagai koordinat dari suatu sistem koordinat (1, 2, 1), (2, 1, 3), (4, 3, 4) didalam ruang.
Matriks akan digunakan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan seperti apakah ketiga titik ini
terletak pada satu bidang dengan asal atau pada satu garis yang melalui titik asal.
Dalam matriks
a11
a
21
M

M
M

am1

a12

a13

a22

a23

M
M

M
M

K
K

K
K

am 2

am 3

a1n
a2 n
M

M
M

amn

(2.3)

Bilangan/fungsi aij disebut elemen-nya. Dalam penulisan tikalas (subscript) ganda, tikalas
pertama (i) menunjukkan baris dan tikalas kedua (j) menunjukkan kolom dimana elemen
terletak. Jadi, semua elemen pada baris kedua mempunyai 2 sebagai tikalas pertama (i = 2) dan
semua elemen pada kolom kelima mempunyai 5 sebagai tikalas kedua (j = 2). Suatu matriks
dengan m baris dan n kolom disebut berordo (berukuran) m x n.
MATRIK BUJUR SANGKAR
Suatu matriks disebut matriks bujur sangkar bila m = n (jumlah baris sama dengan jumlah
kolom) atau disebut sebuah matriks bujur sangkar n. Dalam suatu matriks bujur sangkar, elemenelemen a11, a22, ann disebut elemen diagonal. Jumlah elemen-elemen diagonal suatu matriks
bujur sangkar A disebut trace A.

MATRIKS SAMA
Dua buah matriks A = [aij] dan B = [bij] disebut sama (A = B) jika dan hanya jika keduanya
berordo sama dan setiap elemen yang seletak sama, yaitu jika dan hanya jika:
aij = bij

dimana i = 1, 2, , m dan

j = 1, 2, , n

jadi dua matriks disebut sama jika dan hanya jika yang satu merupakan duplikat yang lainnya.
MATRIKS NOL
Matriks yang semua elemennya nol, disebut matriks nol. Bilamana A suatu matriks nol dan
tidak dapat keragu-raguan terhadap ordonya, akan kita tuliskan A = 0 sebagai pengganti susunan
m x n dari elemen-elemen nol.
JUMLAH MATRIKS
Jika A = [aij] dan B = [bij] dua matriks m x n, maka jumlah (selisihnya), A + B, didefinisikan
sebagai matriks C = [cij], m x n, dengan tiap elemen C adalah jumlah (selisih) elemen A dan B
yang seletak. Jadi, A + B = [aij + bij].
Contoh 1.
1 2 3
Jika A =
dan
0 1 4

2 3
B =
- 1 2
1+ 2 2 + 3
A + B =
0 + ( 1) 1 + 2

0
3

maka :

3 + 0
3 5 3
=

4 + 3
1 3 7

dan
2-3 3-0
1- 2
1 1 3
A - B =
=

0 (1) 1 2 4 3
1 1 1

Dua buah matriks berordo sama disebut bersesuaian untuk penjumlahan atau pengurangan. Dua
matriks berordo berbeda tidak dapat dijumlahkan atau dikurangkan.
Jumlah dari k buah matriks A adalah sebuah matriks yang berordo sama dengan A dan besar tiap
elemennya adala k kali elemen A yang seletak. Kita definisikan: jika k sebarang skalar maka kA
= Ak adalah matriks yang diperoleh dari A dengan cara mengalikan setiap elemennya dengan k.
Contoh 2
1 - 2
Jika A =
, maka
2 3
1 - 2 1 - 2 1 - 2 3 - 6
A+A+A =
+
+
=
= 3 A = A3
2 3 2 3 2 3 6 9
- 5(1) - 5(-2) - 5 10
5A =
=

- 5(2) - 5(3) - 10 - 15

Khususnya, dengan A, yang disebut negatif dari A, diartikan matriks yang diperoleh dari A
dengan cara mengalikan setiap elemenya dengan 1 atau cukup dengan mengubah tanda semua
elemennya. Untuk setiap A, berlaku A+ (-A) = 0, dengan 0 menyatakan matriks nol berordo sama
seperti A.
Dengan asumsi bahwa matriks A, B, C adalah bersesuaian untuk penjumlahan (berordo sama),
kita nyatakan:
(a) A + B = B + A

(hukum komutatif)

(b) A + (B + C) = (A + B) + C

(hukum asosiatif)

(c) k(A + B) = kA + kB = (A + B)k, k = skalar


(d) Terdapat suatu matriks D sedemikian sehingga A + D = B.
Hukum-hukum ini merupakan hasil dari hukum-hukum aljabar elementer yang mengatur
penjumlahan bilangan dan polinom. Lebih jauh mereka perlihatkan bahwa matriks-matriks yang
bersesuaian mengikuti hukum penjumlahan yang sama seperti elemen elemen matriks.
PERKALIAN MATRIKS
Dengan hasil kali matriks AB dalam urutan tertentu dari matriks A = [aij] berordo m x p dengan
matriks B = [bij] berordo p x n diartikan sebagai matriks C =[cij] berordo m x n, dimana:

c ij = a i1 b1j + a i2 b 2j + ....... + a ip b pj

ai
k =1

bkj ,

(i = 1, 2, ...., m; j = 1, 2, ..., n)

(2.4)

Pandang A sebagai matriks yang terdiri atas m baris dan B sebagai matriks yang terdiri atas n
kolom. Dalam pembentukan C = AB, setiap baris A dikalikan satu dan hanya satu kali dengan
setiap kolom B. Maka elemen cij dari C merupakan hasilkali baris ke-i dari A dan kolom ke-j dari
B.
Contoh 3
A B

a11 a12
a11b11 + a12 b 21
b11 b12

= a 21 a 22
= a 21b11 + a 22 b 22

b
b 22
a 31 a 33 21
a 31b11 + a 33b 21

a11b12 + a12 b 22
a 21b12 + a 22 b 22 (2.5)
a 31b12 + a 33b 22

Hasil perkalian AB terdefinisi atau A bersesuaian terhadap B untuk perkalian, hanya jika
banyaknya kolom A sama dengan banyak baris B. Jika A bersesuaian terhadap B untuk perkalian
(AB terdefinisi), B belum tentu bersesuaian terhadap A untuk perkalian (BA dapat terdefinisi atau
tidak terdefinisi).
Dengan anggapan bahwa A, B, C bersesuaian untuk jumah dan hasil kali yang ditunjukkan, kita
mempunyai
(a) A(B + C) =AB + AC

(hukum distributif pertama)

(b) (A + B)C = AC + BC

(hukum distributif kedua)

(c) A(BC) = (AB)C

(hukum asosiatif)

Akan tetapi,
(d) AB BA, secara umum
(e) AB = 0 tidak perlu membawakan A = 0 atau B = 0,
(f) AB = AC tidak perlu membawakan B = C.
MATRIKS SATUAN
Matriks bujur sangkar A yang elemen-elemen aij = 0 untuk i > j disebut segitiga atas; matriks
bujur sangkar A yang elemen-elemen aij = 0 untuk i < j disebut segitiga bawah dan jika aij 0
untuk i = j serta aij = 0 untuk i j maka disebut matriks diagonal. Jadi
a 11
0

matriks segitiga atas adalah 0

L
0

a 12
a 22
0
L
0

a 13
a 23
a 32
L
0

L
L
L
L
L

matriks segitiga bawah

a 11
a
21
a 31

L
a n1

0
a 22
a 32
L
a n2

0
0
a 33
L
a n3

L
L
L
L
L

matriks diagonal

a 11
0

L
0

0
a 22
0
L
0

0
0
a 33
L
0

L
L
L
L
L

a 1n
a 2n
a 3n

L
a nn
0
0
0

L
a nn
0
0
0

L
a nn

(2.6)

Matriks diagonal sering kali ditulis sebagai:


D = diag(a11 , a 22 , a 33 , ..., a nn )

(2.7)

Jika dalam matriks diagonal D di atas, a11 = a22 = a33 = = ann = k, D disebut matriks skalar;
sebagai tambahan jika k = 1, matriks itu disebut matriks satuan (matriks identitas) dan
ditunjukkan oleh In misalnya:
1 0
I2 =

0 1

dan

1 0 0
I 3 = 0 1 0
0 0 1

Bilamana ordo sudah jelas atau tidak dijelaskan, matriks satuan akan dinyatakan oleh I.

(2.8)

MATRIKS BUJUR SANGKAR KHUSUS


Jika A dan B matriks bujur sangkar sedemikian sehingga AB = BA, maka A dan B disebut
komutatif atau disebut dapat saling dipertukarkan. Sangat mudah memperlihatkan bahwa jika
A sebarang matriks bujur sangkar berordo n ia komutatif denga dia sendiri dan juga dengan In.
Jika A dan B sedemikian sehingga AB = -BA maka matriks A dan B disebut anti komutatif.
Matriks A dengan sifat Ak+1 = A, dengan k bilangan bulat positif, disebut periodik. Jika k
bilangan bulat positif terkecil untuk mana Ak+1 = A, maka disebut berperiode k.
Jika k = 1, sehingga A2 = A, maka A disebut idempoten.
Matriks A, untuk mana AP = 0, dengan p bilangan bulat positif disebut nilpoten. Jika p bilangan
bulat positif terkecil untuk mana AP = 0, maka A disebut nilpoten berindeks p.
BALIKAN (INVERS) MATRIKS
Jika A dan B matriks bujur sangkar sedemikian sehingga AB = BA = I, maka B disebut blikan
(invers) dari A dan kita tuliskan B = A-1 (B sama dengan A balikan). Matriks B juga mempunyai
balikan yaitu A dan kita boleh menuliskan A = B-1.
Karena

1 2 3 6 2 3
1 0 0
1 3 3 1 1

0 = 0 1 0 = I ,


1 2 4 1 0
0 0 1
1

(2.9)

masing-masing matriks dalam hasil kali merupakan balikan dari yang lainnya.
Jika A dan B matriks bujur sangkar berordo sama dengan balikan masing-masing A-1 dan B-1
maka (AB)-1 = B-1 A-1. Balikan hasil kali dua matriks yang mempunyai balikan, adalah hasil
kali balikan-balikan itu dengan urutan terbalik.
Sebuah matriks A sedemikian sehingga A2 = I disebut involuntari. Matriks satuan misalnya,
adalah involuntari. Matriks involuntari adalah balikannya sendiri.
TRANSPOSE MATRIKS
Matriks berordo n x m yang diperoleh dari penukaran baris dengan kolom matriks A, m x n
disebut transpose dari A dan dinyatakan oleh AT. Misalnya,
1 4
1 2 3
T
Transpose A =
adalah A = 2 5

4 5 6
3 6

(2.10)

Perhatikanlah bahwa elemen aij pada baris ke-i dan kolom ke-j dari A berada pada baris ke-j
kolom ke-i dari AT.
Jika AT dan BT masing-masing transpose dari A dan B dan jika k suatu skalar, maka hubungan ini
akan berlaku:
1. (AT)T = A
2. (kA)T = kAT

3. Transpose dari jumlah dua matriks adalah jumlah masing-masing transposenya, yaitu
(A+B)T = AT + BT.
4. Transpose dari hasil kali dua matriks adalah hasil kali masing-masing transposenya
dalam urutan terbalik, yaitu (AB)T = BT AT.
MATRIKS SIMETRI
Matriks A sedemikian sehingga AT = A disebut simetri. Jadi, suatu matriks bujur sangkar A =
[aij] adalah simetri asalkan aij = aji, untuk semua I dan j. misalnya,
1 2 3
A = 2 4 - 5 adalah simetri dan juga kA untuk sebarang skalar k
3 - 5 6

Jika A matriks bujur sangkar berordo n, maka A + AT adalah simetri.


Matriks bujur sangkar A sedemikian sehingga AT = -A disebut simetri miring. Jadi suatu matriks
bujur sangkar A adalah simetri miring asalkan aij = -aji untuk semua nilai i dan j. maka jika A
matriks bujur sangkar sebarang, maka A-AT adalah simetri miring.

PERMUTASI
Perhatikan 3!=6 permutasi dari bilangan bulat 1, 2, 3 yang diambil secara bersama-sama:
123

132

213

231

312

321

(2.11)

dan delapan dari 4!=24 permutasi bilangan bulat 1, 2, 3, 4 yang diambil secara bersama-sama:
1234
1324

2134
2314

3124
3214

4123
4213

(2.12)

jika dalam suatu permutasi yang diketahui bilangan bulat yang lebih besar mendahului bilangan
yang lebih kecil, dikatakn disana terdapat suatu inversi. Jika dalam permutasi yang diberikan
banyaknya inversi adalah genap (ganjil), permutasi itu disebut genap (ganjil). Misalnya pada
(2.111), permutasi 123 adalah genap karena tidak terdapat inversi., permutasi 132 adalah ganjil
karena padanya 3 mendahului 2, permutasi 312 adalah genap karena 3 mendahului 1 dan 3
mendahului 2. Pada (2.12) permutasi 4213 adalah genap karena 4 mendahului 2, 4 mendahului 1,
4 mendahului 3, dan 2 mendahului 1.
DETERMINAN MATRIKS BUJUR SANGKAR
Pandang matriks bujur sangkar berordo n
a 11 a 12 a 13 L a 1n
a21 a22 a23 L a
2n
A =
M
M
M L M

a n1 a n2 a n3 L a nn

(2.13)

Dan hasil kali a 1j1 a 2j2 a 3j3 .... a njn dari n elemen-elemennya, yang dipilih sedemikian sehingga
satu dan hanya satu elemen berasal dari suatu baris dan hanya satu elemen berasal dari satu
kolom. Untuk kemudian, faktor-faktor telah disusun sehingga tikalas pertama adalah urutan biasa
1, 2, ., n; barisan j1, j2, ., jn dari tikalas kedua adalah salah satu dari n! permutasi bilangan
bulat 1, 2, ., n. (kemudian akan dapat diperoleh jika anda mengerjakan pasal ini secara sejajar,
mulai dengan pengaturan hasilkali sehingga barisan tikalas kedua berurutan secara biasa.)
Untuk permutasi tikalas kedua j1, j2, ., jn yang diberikan, didefinisikan j1 j2 jn = +1 atau 1
tergantung kepada apakah permutasi genap atau ganjil dan bentuk hasilkali bertanda
j1 j2 .....jn a1j1 a 2j2 ..... a njn
Dengan determinan A, dinyatakan oleh |A|, diartikan sebagai jumlah semua hasilkali bertanda
yang berlainan berbentuk j1 j2 .....jn a1j1 a 2j2 ..... a njn , disebut suku dari |A|, yang dapat
dibentuk dari elemen-elemen A; jadi, | A | =

j2 .... jn a 1j1 a 2j2 .... a njn

Dengan penjumlahan meluas sampai =n! permutasi j1 j2 . Jn dari bilangan bulat 1, 2, , n.


Determinan suatu matriks bujur sangkar berordo n disebut determinan berordo n.
DETERMINAN MATRIKS BERORDO DUA DAN TIGA
Untuk n=2 dan n=3 kita memiliki,
a11
a 21

a12
a 22

= 12

+ 21

a11 a 22

a12 a 21

= a11 a 22

a12 a 21

(2.14)

dan
a11
a 21

a12
a 22

a13
a 23 = 123 a11 a 22 a 33

a 31

a 32

a 33

+ 132 a11 a 23 a 32

+ 231 a12 a 23 a 31

+ 213 a12 a 21 a 33

+ 312 a13 a 21 a 32

+ 321 a13 a 22 a 31

= a11 a 22 a 33 a11 a 23 a 32 a12 a 21 a 33 + a12 a 23 a 31 + a13 a 21 a 32 a13 a 22 a 31


= a11 ( a 22 a 33 a 23 a 32 ) a12 ( a 21 a 33 a 23 a 31 ) + a13 ( a 21 a 32 a 22 a 31 )
= a11

Contoh 1

a 22
a 32

a2 3
a 33

a12

a 21
a 31

a 23
a 33

+ a13

a 21
a 31

a 22
a 32

(2.15)

(1)

1 2
3 4

(2)

2 -1
= 2 0 (1)3 = 3
3 0

= 1 4 2 3 = 2

2 3 5
0 1
1 1
1 0
(3) 1 0 1 = 2
3
+5
1 0
2 0
2 1
2 1 0
= 2(0 0 - 11) - 3(1 0 - 1 2) + 5(11 - 0 2) = 2(-1) - 3(-2) + 5(1) = 9
2 3 4
(4) 1 0 2 = 2{0(6) - (-2)(-5)} - (-3){1(-6) - (-2)0} + (-4){1(-5) - 0 0} = - 18
0 5 6

SIFAT-SIFAT DETERMINAN
Sepanjang pasal ini, A adalah matriks bujur sangkar yang determinannya |A| diberikan oleh (6).
Andaikan setiap elemen baris ke-i (setiap elemen kolom ke-j) adalah nol karena setiap suku
dari (6) berisi satu elemen dari baris (kolom) ini setiap suku dalam jumlah adalah nol dan kita
mempunyai:

Jika setiap elemen suatu baris (kolom) suatu matriks bujur sangkar A bernilai nol, maka |A| =
0.

Jika A matriks bujur sangkar maka |AT| = |A|; yaitu untuk setiap teorema yang menyangkut
baris suatu determinan terdapat teorema yang berpadanan yang menyangkut kolom dan
sebaliknya.

Jika setiap elemen suatu baris (kolom) dari determinan A dikalikan dengan suatu skalar k,
determinan dikalaikan k; jika setiap elemen dari suatu baris (kolom) suatu determina |A|
mempunyai k sebagai suatu faktor maka k boleh difaktorkan dari |A|, misalnya:
a11

ka12

a13

a11

a12

a13

a11

a12

a13

a21
a31

ka22
ka32

a23 = k a21
a33
a31

a22
a32

a23 = a21
a33 ka31

a22
ka32

a23
ka33

(2.16)

Tetapkan B menyatakan matriks yang diperoleh dari A dengan penukaran baris ke-I dengan baris
ke-(i+1). Setiap hasilkali dalam (6) dari |A| adalah hasilkali dari |B|, da sebaliknya; karenanya,
kecuali mungkin untuk tanda, (6) adalah perluasan dari |B|. Dalam perhitunga inversi dalam
tikalas setiap suku (6) sebagai suku | B | dalam tikalas baris, i sebelum i+1 adalah inversi; jadi
tiap hasilkali dari (6) dengan tanda yang ditukar adalah suku dari |B| dan |B|=-|A|. Karenanya:
Jika B diperoleh dari A dengan cara mempertukarkan dua baris (kolom) berdampingan, maka
|B|=-|A|.

Jika B diperoleh dari A dengan cara mempertukarkan sebarang dua baris (kolom)-nya, maka
|B|=-|A|.
Jika B diperoleh dari A dengan cara membawa baris (kolom) ke-i melewati p baris (kolom),
maka |B|=(-1)p |A|.
Jika dua baris (kolom) A identik, maka |A| = 0.
a11

a12

a13

a21 a22
a31 a32

a23
a33

a11 + ka13

a12

a13

a21 + ka23
a31 + ka33

a22
a32

a23
a33

a11
=

a12

a13

a21
a22
a31 + ka21 a32 + ka22

a23
a33 + ka23

(2.17)

Jika |B| diperoleh dari |A| dengan cara menambahkan suatu kelipatan skalar suatu elemen baris
(kolom) pada elemen padanannya pada baris (kolom) ke-i, maka |B|=|A|. Misalnya,

MINOR PERTAMA DAN KOFAKTOR


Tetapkan A matriks bujur sangkar (3) yang determinan A nya diberikan oleh (6). Bilamana
elemen pada baris ke-i dan kolom ke-j dari A dihapus, determinan matriks bujur sangkar sisanya
[berordo (n-1)]disebut minor pertama dari A atau dari |A| dan dinyatakan oleh |Mij|. Lebih sering
ia disebut minor dari aij. Minor bertanda, (-)i+j |Mij| disebut kofaktor aij dan dinyatakan oleh ij.
a11
Jika A = a21
a31

a12
a22
a32

a13
a
a23 ; maka | M11 | = 22
a32
a33
a21
a31

| M13 | =

a23
a
, | M12 | = 21
a33
a31

a23
,
a33

a22
a32

dan

( 1)1+1 M 11

11 =

= M 11 , 12 = ( 1)

1+ 2

M 12 = M 12 , 13 = (- 1)

1+ 3

M 13 = M 13

(2.18)

sehingga
| A | = a11 M 11 a12 M 12 + a13 M 13
= a11 11 + a12 12 + a13 13

Contoh 2
Nilai determinan A dari matriks A yang berbentuk (3) adalah jumlah hasil kali yang diperoleh
dari perkalian tiap elemen suatu baris (kolom) |A| dengan kofaktornya, yaitu:
| A | = ai1 i1 + ai 2 i 2 + L + ain in

ik

k =1

ik

atau
| A | = a1 j 1 j + a2 j 2 j + L + a2 j 2 j

(2.19)
=

a
k =1

kj

kj

RANG (RANK) MATRIKS


Matrika tak nol A dikatakan mempunyai rang r jika paling sedikit satu dari minor bujur sangkar r
x r tidak sama dengan nol, sedangkan setiap minor bujur sangkar (r+1) x (r+1), jika ada, adalah
nol. Matriks nol mempunyai rang nol.
1 2 3
1 2
rang dari A = 2 3 4 adalah r = 2 karena
= - 1 0 sedangkan | A | = 0.
2 3
3 5 7

(2.20)

Contoh 3
Matriks bujur sangkar A nxn disebut non-singular jika rangnya r = n, yaitu jika |A| 0. Jika
tidak, A disebut singular. Matriks pada contoh 3 disebut singular karena |A| = 0.
Dari |AB| = |B| |A| dapat diturunkan

Hasilkali dua atau lebih matriks-matriks bujur sangkar nxn yang non-singular menghasilkan
matriks non-singular. Hasilkali dua atau lebih matriks bujur sangkar nxn adalah singular jika
paling sedikit satu diantara matriks itu adalah singular.

Rang hasil kali dua matriks tidak dapat melebihi rang salah satu faktornya.

Contoh 4
1
rang A =
- 4
1
rang A = 1
2

1 2
2 3
0 dan tidak terdapat minor berordo 3.
adalah 2 karena

-4 0
0 5
2 3
2 3
2 5 adalah 2 karena | A | = 0 dan
0.
2 5
4 8

0 2 3
rang A = 0 4 6 adalah 1 karena | A | = 0 dan setiap minor bujur sangkar 2 x 2 nya adalah 0,
0 6 9
tetapi tidak semua elemen 0.

ADJOINT MATRIKS BUJUR SANGKAR


Tetapkan A = [aij] suatu matriks bujur sangkar n x n dan ij adalah kofaktor dari aij; maka
menurut definisi
a11
a
jika matriks A = 21
M

an1

a12
a22
M
an 2

L a1n
11 21

L a2 n
22
; maka adjoint A = adj A = 12
M
L M
M

L ann
1n 2 n

L n1
L n 2
L M

L nn

(2.21)

Perhatikan secara seksama bahwa kofaktor elemen-elemen baris (atau kolom) ke-i dari A adalah
elemen-elemen kolom (atau baris) ke-i dari adj A.
Contoh 1
1 2 3
untuk matriks A = 2 3 2 ; maka
3 3 4
11 = 6, 12 = - 2, 13 = - 3, 21 = 1, 22 = - 5, 23 = 3, 31 = - 5, 32 = 4, 33 = - 1
dan

6 1 - 5
Adj A = - 2 - 5 4
- 3 3 - 1

Dengan menggunakan teorema pada bahasan dasar-dasar matriks, didapatkan:


A (adj A) = |A| In = (adj A) A
Contoh 2
Untuk matriks A pada Contoh 1, |A| = -7 dan
1 2 3 6 1 - 5 - 7 0 0
A (adj A) = 2 3 2 - 2 - 5 4 = 0 - 7 0 = - 7 I
3 3 4 - 3 3 - 1 0 0 - 7

Untuk nilai determinannya kita mempunyai:


|A| |adj A| = |A|n = |adj A| |A|
Berikutnya jika A matriks bujur sangkar n x n dan non-singular, maka
|adj A| = |A|n-1
Jika A matriks bujur sangkar n x n dan singular, maka
A (adj A) = (adj A) A = 0

INVERS MATRIK
Jika A dan B matriks bujur sangkar n x n sedemikian sehingga AB = BA = I, B disebut invers A,
(B = A-1), dan A disebut invers B (A = B-1).

Matrks bujur sangkar A n x n mempunyai suatu invers jika dan hanya jika ia non-singuler.

Invers suatu matriks bujur sangkar adalah n x n non-singuler adalah unik. Jika A nonsinguler, maka untuk AB = AC berarti B = C.

INVERSE MATRIK
Inverse matriks diagonal non-singuler diag(k1, k2, , kn) adalah matriks diagonal diag(1/k1, 1/k2,
, 1/kn).

diag( A11 , A21 , L , An1 )

(2.22)

Jika A1, A2, , An matriks-matriks non-singuler, maka invers jumlah langsung diag(A1, A2, .,
An) adalah
Prosedur yang umum untuk mencari invers suatu matriks non-singular diberikan dibawah ini.
INVERSE DENGAN ADJOINT
Jika A (adj A) = |A| I, jika A adalah non-singular maka:

A1

adj A
| A|

11 A 21 A L n1 A

12 A 22 A L n 2 A
M
M
M
= M

M
M
M
M
A
L nn A
2n A
1n

(2.23)

Contoh 1
1 2 3
- 7

Jika adjoint dari A = 1 3 4 adalah 1


1 4 3
1
7/2
adj A
1
karena A = - 2, maka A =
= 1 / 2
A
1 / 2

6 -1
0 1
2 1
3 1/ 2
0
1 / 2
1 1 / 2

INVERSE DENGAN MATRIKS-MATRIKS ELEMENTER


Tetapkan matriks bujur sangkar A, n x n non-singuler direduksi menjadi menjadi matriks
identitas I dengan transformasi elementer.
Jika A direduksi menjadi I hanya melalui serangkaian transformasi baris saja, maka A-1 sama
dengan hasilkali dalam urutan terbalik matriks-matriks elementer yang berpadanan.
Contoh 2

1 3 3
Tentukan invers dari A = 1 4 3 hanya dengan transformasi baris saja untuk mereduksi A
1 3 4
menjadi I. Tuliskan matriks [AI3 ] dan lakukan rangkaian transformasi baris yang membawa A ke I
pada baris - baris enam elemen. Kita mempunyai :
1 3 3 1 0 0 1 3 3 1 0 0 1 0
[AI 3 ] = 1 4 3 0 1 0 ~ 0 1 0 1 1 0 ~ 0 1
1 3 4 0 0 1 0 0 1 1 0 1 0 0
1 0 0 7 3 3
= ~ 0 1 0 1 1
0 = I 3 A1
0 0 1 1 0
1
7 3
-1
Jadi A direduksi ke I3 , dan I3 dibawa menjadi A = 1 1
1 0

4 3 0
0 1 1 0
1 1 0 1
3

3
0
1

INVERSE DENGAN PARTISI


A11
( p x p )

A 21
(q x p)

(p x q)
dan
A 22
(q x q)
A12

B11
(p x p)

B 21
(q x p)

(p x q)
dengan p + q = n
B 22
(q x q)
B12

(2.24)

Tetapkan matriks A, n x n = [aij] dan inversnya B = [bij] dipartisi menjadi submatriks berordo
seperti berikut:
Karena AB = BA = In kita mempunyai
I.

A11 B11 + A12 B21 = Ip

II.

A11 B12 + A12 B22 = 0

III.

B21 A11 + B22 A21 = 0

IV.

B21 A12 + B22 A22 = Iq

Jika A11 non-singuler

B11

= A11-1 + A111 A12 1 A21 A111

B12

= A A

B21

B22

dengan

1
11 12

(A

1
21 11

(2.25)

= A 22 A21 A111 A12

Dalam praktek, A11 biasanya berordo n 1. Untuk memperoleh


prosedur berikut. Tetapkan
a
G2 = 11
a 21

a11
a12
G3 = a 21

a 22
a31

a12
a 22
a32

a11
a13
a

a 23 G4 = 21
a31
a33

a 41

digunakan

a12
a 22

a13
a 23

a32

a 33

a 42

a 43

a14
a 24
a34

a 44

1
A11

(2.26)

Setelah
menghitung G partisi G3 sehingga A22 = [a33] dan gunakan persamaan diatas untuk
memperoleh
. Ulangi proses pada G4 G 31 setelah memartisinya sehingga A22 = [a44], dan
seterusnya.
1
2

Contoh 4
1 3 3
Tentukan invers dari A = 1 4 3 , dengan menggunakan partisi.
1 3 4
1 3
3
, A12 = , A 21 = [1 3] , A 22 = [4]. Sekarang
Ambil A11 =

1 4
3
4 3
4 3
4 - 3 3 3
-1
-1
-1
=
= , A 21A11
= [1 3]
, A11
A12 =
A11
= [1 0]

1 1
1 1
- 1 1 3 0
3
-1
= A 22 - A 21 (A11
A12 ) = [4] [1 3] = [1], dan -1 = [1]
0
Maka
4
-1
-1
-1
B11 = A11
A12 ) -1 (A 21A11
) =
+ (A11
1
- 3
-1
B12 = - (A11
A12 ) -1 = ; B21 =
0
7
B11 B12
-1
= - 1
dan
A =

B21 B22
- 1

3 3
7 3
+ [1][1 0] =

1 0
1 1
-1
- -1 (A 21A11
) = [ 1 0] ;

- 3 - 3
1 0
0 1

B22 = -1 = [1]

Anda mungkin juga menyukai