Anda di halaman 1dari 34

BAB I

PENDAHULUAN

A.

LATAR BELAKANG
Menyusui sangat penting untuk tumbuh kembang bayi dan anak,
baik untuk kesehatan ibu dan ekonomis bagi keluarga. Meskipun ASI sangat
bermanfaat bagi tumbuh kembang bayi tetapi banyak sebagian ibu ibu
yang tidak memberikan ASI pada bayi mereka.
ASI eksklusif adalah pemberian air susu ibu kepada bayi umur 0 6
bulan tanpa diberikan makanan atau minuman tambahan selain obat untuk
terapi (pengobatan penyakit). ASI merupakan satu jenis makanan yang
mencukupi seluruh unsur kebutuhan bayi baik fisik, psikologi sosial
maupun spiritual. ASI mengandung nutrisi, hormon, unsur kekebalan
pertumbuhan, anti alergi, serta anti inflamasi. Nutrisi dalam ASI mencakup
hampir 200 unsur zat makanan. ASI adalah sebuah cairan tanpa tanding
ciptaan Allah yang memenuhi kebutuhan gizi bayi dan melindunginya
dalam melawan kemungkinan serangan penyakit. Keseimbangan zat zat
gizi dalam air susu ibu berada pada tingkat terbaik dan air susu memiliki
bentuk paling baik bagi tubuh bayi yang masih muda. Pada saat yang sama
ASI juga sangat kaya akan sari sari makanan yang mempercepat
pertumbuhan sel-sel otak dan perkembangan system saraf.
Adapun bagi ibu menyusui dapat menunda haid dan kehamilan
( berfungsi sebagai kontrasepsi ) serta mengurangi resiko kanker payudara.
Bayi yang tidak mendapatkan ASI memiliki risiko tumbuh kembang yang
tidak optimal diakibatkan asupan nutrisi yang kurang serta lebih mudah
terkena penyakit infeksi. Disamping itu pemberian susu formula secara dini
akan menyebabkan kerugian secara materi.
Adanya produk produk susu formula yang begitu banyak
menyebabkan banyak masyarakat beralih dari ASI ke susu formula. Hal ini
menyebabkan banyak terjadi pemberian makanan pendamping ASI secara

dini. Beberapa penyebab ibu tidak memberikan ASI kepada bayinya


disebabkan karena kurangnya pengetahuan ibu dan masyarakat pada
umumnya tentang pentingnya pemberian ASI kepada bayi. Selain itu
adanya produk susu formula yang beredar dimasyarakat menyebabkan
masyarakat memilih memberikan susu formula pada bayi. Serta merasa
tidak percaya diri untuk menyusui, ASI yang tidak keluar, ASI yang tidak
mencukupi, kesibukan ibu menyusui, serta faktor sosial budaya yang
terjadi di masyarakat sehingga bayi tidak mendapatkan ASI.
Semestinya dengan mengetahui manfaat ASI penggunaan susu
formula bisa dihindari pada saat bayi dalam masa eksklusif. Serta dengan
adanya Undang Undang Kesehatan Republik Indonesia Nomor 36 Tahun
2009 tentang Kesehatan, hak bayi untuk mendapatkan ASI Eksklusif dapat
terpenuhi. Semoga segera dapat ditindaklanjuti dengan adanya Peraturan
Daerah di Kabupaten/Kota tentang ASI Eksklusif.
Puskesmas adalah suatu organisasi kesehatan fungsional yang
merupakan pusat pengembangan kesehatan masyarakat yang juga membina
peran serta masyarakat disamping memberikan pelayanan kesehatan secara
menyeluruh dan terpadu kepada masyarakat diwilayah kerjanya dalam
bentuk kegiatan pokok. Sebagai unit pelaksana teknis dinas kesehatan
kabupaten, puskesmas (pusat kesehatan masyarakat) dalam urutan hierarki
pelayanan kesehatan berkedudukan pada tingkat pelayanan kesehatan
pertama (Primary Health Care / PHC) dan merupakan perangkat pemerintah
kabupaten dan bertanggung jawab langsung, baik teknis maupun
administratif kepada kepala Dinas Kesehatan yang bersangkutan.
Berdasarkan data rekapitulasi Laporan Bulanan LB3 Gizi tentang
Cakupan Pemberian ASI Eksklusif (E6) Puskesmas Sugihwaras bulan
Desember 2014 menunjukan hasil 97,5%. Hal ini berarti Cakupan
Pemberian ASI Eksklusif (E6) sudah mencapai 80% sesuai target yang
diharapkan.
Angka tersebut sudah sesuai dari target yang diharapkan dari
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia pada tahun 2015 minimal ibu
menyusui bayi secara eksklusif sebesar 80 %. Namun masih ada beberapa
2

desa yang belum sesuai target dan masih ada balita dengan status gizi sangat
kurang. Maka dari itu pada laporan ini, kami mencoba melakukan analisis
untuk mengetahui penyebab dan alternatif pemecahan masalah tersebut.
Hasil makalah ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi usaha
peningkatan kesehatan pada bidang Promosi Kesehatan dan Gizi di
Puskesmas Sugihwaras.
B.

PERUMUSAN MASALAH
Bagaimana manajemen cakupan pemberian ASI ekslusif sebagai
prioritas kegiatan di Puskesmas Sugihwaras Kabupaten Bojonegoro?

C.

TUJUAN
1. Tujuan Umum
Mengetahui manajemen cakupan pemberian ASI ekslusif sebagai
prioritas kegiatan di Puskesmas Sugihwaras.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui puskesmas sebagai pelayanan kesehatan tingkat dasar
yang bersifat komprehensif dan holistik.
b. Mengetahui peran petugas kesehatan, kader, dan masyarakat dalam
upaya meningkatkan cakupan pemberian ASI eksklusif di Puskesmas
Sugihwaras.

D.

MANFAAT
1. Membantu para dokter muda untuk lebih memahami manajerial dari
puskesmas dalam menangani suatu permasalahan.
2. Memberi masukan bagi Puskesmas Sugihwaras tentang masalahmasalah yang terjadi, serta alternatif upaya pemecahannya.
3. Menambah pengetahuan mengenai program pemberian ASI eksklusif
secara komprehensif.
4. Mengetahui faktor-faktor yang menjadi kendala dalam pelaksanaan
program tersebut.

5. Memberikan informasi kepada penyusun kebijakan mengenai faktorfaktor yang menjadi kendala dalam pelaksanaan program pengelolaan
ASI eksklusif.
E.

KHALAYAK SASARAN
1. Petugas kesehatan dan kader posyandu puskesmas Sugihwaras.
2. Ibu hamil dan ibu menyusui di kecamatan Sugihwaras.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. ASI EKSLUSIF
1. Pengertian ASI Eksklusif
ASI eksklusif adalah pemberian ASI selama 6 bulan tanpa
tambahan cairan lain, seperti susu formula, jeruk, madu, air teh, dan air
putih, serta tanpa tambahan makanan padat, seperti pisang, bubur susu,
biskuit, bubur nasi, dan nasi tim, kecuali vitamin dan mineral dan obat
(Roesli, 2000). Selain itu, pemberian ASI eksklusif juga berhubungan
dengan tindakan memberikan ASI kepada bayi hingga berusia 6 bulan tanpa
makanan dan minuman lain, kecuali sirup obat. Setelah usia bayi 6 bulan,
barulah bayi mulai diberikan makanan pendamping ASI, sedangkan ASI
dapat diberikan sampai 2 tahun atau lebih (Prasetyono, 2005).
ASI adalah satu jenis makanan yang mencukupi seluruh unsur
kebutuhan bayi baik fisik, psikologi, sosial maupun spiritual. ASI
mengandung nutrisi, hormon, unsur kekebalan pertumbuhan, anti alergi,
serta anti inflamasi. Nutrisi dalam ASI mencakup hampir 200 unsur zat
makanan (Hubertin, 2004).
ASI adalah sebuah cairan ciptaan Allah yang memenuhi kebutuhan
gizi bayi dan melindunginya dalam melawan kemungkinan serangan
penyakit. Keseimbangan zat-zat gizi dalam air susu ibu berada pada tingkat
terbaik dan air susunya memiliki bentuk paling baik bagi tubuh bayi yang
masih muda. Pada saat yang sama ASI juga sangat kaya akan sari-sari
makanan yang mempercepat pertumbuhan sel-sel otak dan perkembangan
sistem saraf (Yahya, 2007).
2. Manfaat ASI eksklusif
Komposisi ASI yang unik dan spesifik tidak dapat diimbangi oleh
susu formula. Pemberian ASI tidak hanya bermanfaat bagi bayi tetapi juga
bagi ibu yang menyusui. Manfaaat ASI bagi bayi antara lain; ASI sebagai
nutrisi, ASI dapat meningkatkan daya tahan tubuh bayi, mengembangkan
kecerdasan, dan dapat meningkatkan jalinan kasih sayang (Roesli, 2000).
Manfaat ASI bagi bayi adalah sebagai nutrisi. ASI merupakan
sumber gizi yang sangat ideal dengan komposisi yang seimbang dan

disesuaikan dengan pertumbuhan bayi. ASI adalah makanan bayi yang


paling sempurna, baik kualitas dan kuantitasnya. Dengan tata laksana
menyusui yang benar, ASI sebagai makanan tunggal akan cukup memenuhi
kebutuhan tumbuh bayi normal sampai usia 6 bulan. Setelah usia 6 bulan,
bayi harus mulai diberikan makanan padat, tetapi ASI dapat diteruskan
sampai usia 2 tahun atau lebih. Negara-negara barat banyak melakukan
penelitian khusus guna memantau pertumbuhan bayi penerima ASI eklslusif
dan terbukti bayi penerima ASI eksklusif dapat tumbuh sesuai dengan
rekomendasi pertumbuhan standar WHO-NCHS (Danuatmaja, 2003).
Selain itu juga, ASI dapat meningkatkan daya tahan tubuh bayi.
Dengan diberikan ASI berarti bayi sudah mendapatkan immunoglobulin (zat
kekebalan atau daya tahan tubuh) dari ibunya melalui plasenta, tetapi kadar
zat tersebut dengan cepat akan menurun segera setelah kelahirannya. Badan
bayi baru lahir akan memproduksi sendiri immunoglobulin secara cukup
saat mencapai usia sekitar 4 bulan. Pada saat kadar immunoglobulin bawaan
dari ibu menurun yang dibentuk sendiri oleh tubuh bayi belum mencukupi,
terjadilah suatu periode kesenjangan immunoglobulin pada bayi. Selain itu,
ASI merangsang terbentuknya antibodi bayi lebih cepat. Jadi, ASI tidak saja
bersifat imunisasi pasif, tetapi juga aktif. Suatu kenyataan bahwa mortalitas
(angka kematian) dan mobiditas (angka terkena penyakit) pada bayi ASI
eksklusif jauh lebih rendah dibandingkan dengan bayi yang tidak
mendapatkan ASI (Budiasih, 2008).
Disamping itu, ASI juga dapat mengembangkan kecerdasan bayi.
Perkembangan kecerdasan anak sangat berkaitan erat dengan pertumbuhan
otak. Faktor utama yang mempengaruhi pertumbuhan otak anak adalah
nutrisi yang diterima saat pertumbuhan otak, terutama saat pertumbuhan
otak cepat. Lompatan pertumbuhan atau growt spourt sangat penting karena
pada inilah pertumbuhan otak sangat pesat. Kesempatan tersebut hendaknya
dimanfaatkan oleh ibu agar pertumbuhan otak bayi sempurna dengan cara
memberikan nutrisi dengan kualitas dan kuantitas optimal karena

kesempatan itu bagi seorang anak tidak akan berulang lagi (Danuatmaja,
2003).
Air susu ibu selain merupakan nutrient ideal, dengan komposisi
tepat, dan sangat sesuai kebutuhan bayi, juga mengandung nutrient-nutrien
khusus yang sangat diperlukan pertumbuhan optimal otak bayi. Nutrientnutrient khusus tersebut adalah taurin, laktosa, asam lemak ikatan panjang
(Danuatmaja, 2003).
Mengingat hal-hal tersebut, dapat dimengerti kiranya bahwa
pertumbuhan otak bayi yang diberi ASI secara eksklusif selama 6 bulan
akan optimal dengan kualitas yang optimal pula. Hasil penelitian terhadap
1.000 bayi prematur membuktikan bayi prematur yang diberi ASI eksklusif
mempunyai IQ lebih tinggi 8,3 poin. Hasil penelitian Dr.Riva (1977)
menunjukan bayi ASI eksklusif pada usia 9 tahun mempunyai IQ 12,9 poin
lebih tinggi dibanding anak yang ketika bayi tidak diberi asi eksklusif
(Roesli, 2000).
Kemudian yang terakhir adalah ASI dapat menjalin kasih sayang.
Bayi yang sering berada dalam dekapan ibunya karena menyusui, dapat
merasakan kasih sayang ibu dan mendapatkan rasa aman, tenteram, dan
terlindung. Perasaan terlindung dan disayangi inilah yang menjadi dasar
perkembangan emosi bayi, yang kemudian membentuk kepribadian anak
menjadi baik dan penuh percaya diri (Ramaiah, 2006).
Bagi ibu, manfaat menyusui itu dapat mengurangi perdarahan
setelah melahirkan. Apabila bayi disusui segera setelah dilahirkan maka
kemungkinan terjadinya perdarahan setelah melahirkan (post partum) akan
berkurang (Siswono 2001). Karena pada ibu menyusui terjadi peningkatan
kadar oksitosin yang berguna juga untuk konstriksi/penutupan pembuluh
darah sehingga perdarahan akan lebih cepat berhenti. Hal ini akan
menurunkan angka kematian ibu yang melahirkan. Selain itu juga, dengan
menyusui dapat menjarangkan kehamilan pada ibu karena menyusui
merupakan cara kontrasepsi yang aman, murah, dan cukup berhasil. Selama
ibu memberi ASI eksklusif 98% tidak akan hamil pada 6 bulan pertama

setelah melahirkan dan 96% tidak akan hamil sampai bayi merusia 12 bulan
(Glasier, 2005).
Disamping itu, manfaat ASI bagi ibu dapat mengurangi terjadinya
kanker. Beberapa penelitian menunjukan bahwa menyusui akan mengurangi
kemungkinan terjadinya kanker payudara. Pada umumnya bila semua
wanita dapat melanjutkan menyusui sampai bayi berumur 2 tahun atau
lebih, diduga angka kejadian kanker payudara akan berkurang sampai
sekitar 25%. Beberapa penelitian menemukan juga bahwa menyusui akan
melindungi ibu dari penyakit kanker indung telur. Salah satu dari penelitian
ini menunjukan bahwa risiko terkena kanker indung telur pada ibu yang
menyusui berkurang sampai 20-25%. Selain itu, pemberian ASI juga lebih
praktis, ekonomis, murah, menghemat waktu dan memberi kepuasan pada
ibu (Maulana, 2007).
3. Fisiologi Pengeluaran ASI
Pengeluaran ASI merupakan suatu interaksi yang sangat kompleks
antara rangsangan mekanik, saraf dan bermacam-macam hormon.
Kemampuan ibu dalam menyusui/laktasipun berbeda-beda. Sebagian
mempunyai kemampuan yang lebih besar dibandingkan yang lain. Laktasi
mempunyai dua pengertian yaitu pembentukan ASI (Refleks Prolaktin) dan
pengeluaran ASI (Refleks Let Down/Pelepasan ASI) (Maryunani, 2009).
Pembentukan ASI (Refleks Prolaktin) dimulai sejak kehamilan.
Selama kehamilan terjadi perubahan-perubahan payudara terutama besarnya
payudara, yang disebabkan oleh adanya proliferasi sel-sel duktus laktiferus
dan sel-sel kelenjar pembentukan ASI serta lancarnya peredaran darah pada
payudara. Proses proliferasi ini dipengaruhi oleh hormon-hormon yang
dihasilkan plasenta, yaitu laktogen, prolaktin, kariogona dotropin, estrogen,
dan progesteron. Pada akhir kehamilan, sekitar kehamilan 5 bulan atau
lebih, kadang dari ujung puting susu keluar cairan kolostrum. Cairan
kolostrum tersebut keluar karena pengaruh hormon laktogen dari plasenta
dan hormon prolaktin dari hipofise. Namun, jumlah kolostrum tersebut
terbatas dan normal, dimana cairan yang dihasilkan tidak berlebihan karena

kadar prolaktin cukup tinggi, pengeluaran air susu dihambat oleh hormon
estrogen (Maryunani, 2009).
Setelah persalinan, kadar estrogen dan progesteron menurun
dengan lepasnya plasenta, sedangkan prolaktin tetap tinggi sehingga tidak
ada lagi hambatan terhadap prolaktin oleh estrogen. Hormon prolaktin ini
merangsang sel-sel alveoli yang berfungsi untuk membuat air susu ibu
(Maryunani, 2009).
Penurunan kadar estrogen memungkinan naiknya kadar prolaktin
dan produksi ASI pun mulai. Produksi prolaktin yang berkesinambungan
disebabkan oleh bayi menyusui pada payudara ibu. Pada ibu yang
menyusui, prolaktin akan meningkat pada keadaan : stress atau pengaruh
psikis,anestesi, operasi, rangsangan puting susu, hubungan kelamin,
pengaruh obat-obatan. Sedangkan yang menyebabkan prolaktin terhambat
pengeluarannya pada keadaan: ibu gizi buruk, dan pengaruh obat-obatan
(Badriul, 2008).
Pengeluaran ASI (Refleks Let Down/pelepasan ASI) merupakan
proses pelepasan ASI yang berada dibawah kendali neuroendokrin, dimana
bayi yang menghisap payudara ibu akan merangsang produksi oksitosin
yang menyebabkan kontraksi sel-sel mioepitel. Kontraksi dari sel-sel ini
akan memeras air susu yang telah terbuat keluar dari alveoli dan masuk ke
sistem duktus untuk selanjutnya mengalir melalui duktus laktiferus masuk
ke mulut bayi sehingga ASI tersedia bagi bayi (Maryunani, 2009).
Faktor-faktor yang memicu peningkatan refleks let down/pelepasan
ASI ini yaitu pada saat ibu : melihat bayinya, mendengarkan suara bayi,
mencium bayi, dan memikirkan untuk meyusui bayi. Sementara itu, faktorfaktor yang menghambat refleks let down/pelepasan ASI yaitu stress
seperti : keadaan bingung/psikis kacau, takut, cemas, lelah, malu, merasa
tidak pasti/merasakan nyeri.
Oksitosin

juga

mempengaruhi

jaringan

otot

polos

uterus

berkontraksi sehingga mempercepat lepasnya plasenta dari dinding uterus


dan membantu mengurangi terjadinya perdarahan. Oleh karena itu, setelah

bayi lahir maka bayi harus segera disusukan pada ibunya (Inisiasi Menyusui
Dini). Dengan seringnya menyusui, penciutan uterus akan terjadi makin
cepat dan makin baik. Tidak jarang perut ibu akan terus terasa mulas yang
sangat pada hari-hari pertama menyusui, hal ini merupakan mekanisme
alamiah yang baik untuk kembalinya uterus ke bentuk semula (Maryunani,
2009).
4. Komposisi ASI
ASI mengandung sebagian besar air sebanyak 87,5%, oleh karena
itu bayi yang mendapat cukup ASI tidak perlu mendapat tambahan air
walaupun berada ditempat yang suhu udara panas. Kekentalan ASI sesuai
dengan saluran cerna bayi, sedangkan susu formula lebih kental
dibandingkan ASI. Hal tersebut yang dapat menyebabkan terjadinya diare
pada bayi yang mendapat susu formula.Komposisi ASI yaitu : karbohidrat,
protein, lemak,mineral,vitamin (Hubertin, 2004 ).
Di dalam ASI terdapat laktosa, laktosa ini merupakan karbohidrat
utama dalam ASI yang berfungsi sebagai salah satu sumber untuk otak.
Kadar laktosa yang terdapat dalam ASI hampir dua kali lipat dibanding
laktosa yang ditemukan pada susu formula. Kadar karbohidrat dalam
kolostrum tidak terlalu tinggi, tetapi jumlahnya meningkat terutama laktosa
pada ASI transisi (7-14 hari setelah melahirkan). Setelah melewati masa ini
maka kadar karbohidrat ASI relatif stabil. (Badriul, 2008).
Selain karbohidrat, ASI juga mengandung protein. Kandungan
protein ASI cukup tinggi dan komposisinya berbeda dengan protein yang
terdapat dalam susu formula. Protein dalam ASI dan susu formula terdiri
dari protein whey dan casein. Protein dalam ASI lebih banyak terdiri dari
protein whey yang lebih mudah diserap oleh usus bayi, sedangkan susu
formula lebih banyak mengandung protein casein yang lebih sulit dicerna
oleh usus bayi. Jumlah casein yang terdapat di dalam ASI hanya 30%,
dibanding susu formula yang mengandung protein dalam jumlah yang tinggi
(80%) (Badriul, 2008). Disamping itu juga, ASI mempunnyai asam amino

10

yang lengkap yaitu taurin. Taurin diperkirakan mempunyai peran pada


perkembangan otak karena asam amino ini ditemukan dalam jumlah cukup
tinggi pada jaringan otak yang sedang berkembang.
ASI juga mengandung lemak, kadar lemak dalam ASI pada mulanya
rendah kemudian meningkat jumlahnya (Husaini, 2001). Lemak ASI
berubah kadarnya setiap kali diisap oleh bayi yang terjadi secara otomatis.
Selain jumlahnya yang mencukupi, jenis lemak yang ada dalam ASI
mengandung lemak rantai panjang yang merupakan lemak kebutuhan sel
jaringan otak dan sangat mudah dicerna serta mempunyai jumlah yang
cukup tinggi. Dalam bentuk Omega 3, Omega 6, DHA (Docoso Hexsaconic
Acid) dan Acachidonid acid merupakan komponen penting untuk meilinasi
bayi (Hubertin, 2004).
Disamping karbohidrat, lemak, protein, ASI juga mengandung
mineral, vitamin K, vitamin A, vitamin D, vitamin E, dan vitamin yang larut
dalam air.
Hampir semua vitamin larut dalam air seperti vitamin B, asam folat,
vitamin C terdapat dalam ASI. Makanan yang dikonsumsi ibu berpengaruh
terhadap kadar vitamin ini dalam ASI. Kadar vitamin B1 dan B2 cukup
tinggi dalam ASI tetapi kadar vitamin B6, B12 dan asam folat mungkin
rendah pada ibu dengan gizi kurang (Badriul, 2008).
5. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Ketidakberhasilan ASI Eksklusif
Alasan ibu untuk tidak menyusui terutama yang secara eksklusif
sangat bervariasi. Namun yang sering diungkapkan sebagai berikut
(Danuatmaja, 2003).
5.1 Faktor Internal
5.1.1 Ketersediaan ASI
Hal-hal yang dapat mengurangi produksi ASI adalah 1) tidak
melakukan inisiasi menyusui dini 2) menjadwal pemberian ASI 3)
memberikan minuman prelaktal (bayi diberi minum sebelum ASI

11

keluar ), apalagi memberikannya dengan botol/dot 4) kesalahan pada


posisi dan perlekatan bayi pada saat menyusui (Badriul, 2008 ).
Inisiasi menyusui dini adalah meletakkan bayi diatas dada atau
perut ibu segera setelah dilahirkan dan membiarkan bayi mencari
puting ibu kemudian menghisapnya setidaknya satu jam setelah
melahirkan. Cara bayi melakukan inisiasi menyusui dini disebut baby
crawl. Karena sentuhan atau emutan dan jilatan pada puting ibu akan
merangsang pengeluaran ASI dari payudara. Dan apabila tidak
melakukan inisiasi menyusui dini akan dapat mempengaruhi produksi
ASI (Maryunani, 2009).
Ibu sebaiknya tidak menjadwalkan pemberian ASI. Menyusui
paling baik dilakukan sesuai permintaan bayi (on demand ) termasuk
pada malam hari, minimal 8 kali sehari. Produksi ASI sangat
dipengaruhi oleh seringnya bayi menyusui. Makin jarang bayi disusui
biasanya produksi ASI akan berkurang. Produksi ASI juga dapat
berkurang bila menyusui terlalu sebentar. Pada minggu pertama
kelahiran sering kali bayi mudah tertidur saat menyusui. Ibu sebaiknya
merangsang bayi supaya tetap menyusui dengan cara menyentuh
telinga/telapak kaki bayi agar bayi tetap menghisap (Badriul, 2008).
Seringkali sebelum ASI keluar bayi sudah diberikan air putih,
air gula, air madu, atau susu formula dengan dot. Seharusnya hal ini
tidak boleh dilakukan karena selain menyebabkan bayi malas
menyusui, bahan tersebut mungkin menyebabkan reaksi intoleransi
atau alergi. Apabila bayi malas menyusui maka produksi ASI dapat
berkurang, karena semakin sering menyusui produksi ASI semakin
bertambah (Danuatmaja, 2003).
Meskipun menyusui adalah suatu proses yang alami, juga
merupakan keterampilan yang perlu dipelajari. Ibu seharusnya
memahami tata laksana laktasi yang benar terutama bagaimana posisi
menyusui dan perlekatan yang baik sehingga bayi dapat menghisap
secara efektif dan ASI dapat keluar dengan optimal. Banyak

12

sedikitnya ASI berhubungan dengan posisi ibu saat menyusui. Posisi


yang tepat akan mendorong keluarnya ASI dan dapat mencegah
timbulnya berbagai masalah dikemudian hari (Cox, 2006).
5.1.2 Pekerjaan /aktivitas
Pekerjaan adalah suatu kegiatan atau aktivitas seseorang untuk
mendapatkan penghasilan guna memenuhi kebutuhan hidupnya.
Wanita yang bekerja seharusnya diperlakukan berbeda dengan pria
dalam hal pelayanan kesehatan terutuma karena wanita hamil,
melahirkan, dan menyusui. Padahal untuk meningkatkan sumber daya
manusia harus sudah sejak janin dalam kandungan sampai dewasa.
Karena itulah wanita yang bekerja mendapat perhatian agar tetap
memberikan ASI eksklusif sampai 6 bulan dan diteruskan sampai 2
tahun (pusat kesehatan kerja Depkes RI,2005). Beberapa alasan ibu
memberikan makanan tambahan yang berkaitan dengan pekerjaan
adalah tempat kerja yang terlalu jauh, tidak ada penitipan anak, dan
harus kembali kerja dengan cepat karena cuti melahirkan singkat
(Mardiati, 2006).
Cuti melahirkan di Indonesia rata-rata tiga bulan. Setelah itu,
banyak ibu khawatir terpaksa memberi bayinya susu formula karena
ASI perah tidak cukup. Bekerja bukan alasan untuk tidak memberikan
ASI eksklusif, karena waktu ibu bekerja bayi dapat diberi ASI perah
yang diperah minimum 2 kali selama 15 menit. Yang dianjurkan
adalah mulailah menabung ASI perah sebelum masuk kerja. Semakin
banyak tabungan ASI perah, seamakin besar peluang menyelesaikan
program ASI eklusif (Danuatmaja, 2003).
5.1.3 Pengetahuan
Menurut Notoadmojo (2007) pengetahuan merupakan hasil
dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan
terhadap suatu objek tertentu. Pengetahuan merupakan domain yang
sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang. Pengetahuan
akan memberikan pengalaman kepada ibu tentang cara pemberian

13

ASI eksklusif yang baik dan benar yang juga terkait dengan masa
lalunya. Dalam hal ini perlu ditumbuhkan motivasi dalam dirinya
secara sukarela ddan penuh rasa percaya diri untuk mampu menyusui
bayinya. Pengalaman ini akan memberikan pengetahuan, pandangan
dan nilai yang akan menberi sikap positif terhadap masalah
menyusui (Erlina, 2008).
Akibat kurang pengetahuan atau informasi, banyak ibu
menganggap susu formula sama baiknya, bahkan lebih baik dari ASI.
Hal ini menyebabkan ibu lebih cepat memberikan susu formula jika
merasa ASI kurang atau terbentur kendala menyusui. Masih banyak
pula petugas kesehatan tidak memberikan informasi pada ibu saat
pemeriksaan kehamilan atau sesudah bersalin (Prasetyono, 2005).
Untuk dapat melaksanakan program ASI eksklusif, ibu dan
keluarganya perlu menguasai informasi tentang fisiologis laktasi,
keuntungan pemberian ASI, kerugian pemberian susu formula,
pentingnya rawat gabung,cara menyusui yang baik dan benar, dan
siapa harus dihubungi jika terdapat keluhan atau masalah seputar
menyusui.
5.1.4 Kelainan pada payudara
Tiga hari pasca persalinan payudara sering terasa penuh,
tegang, dan nyeri. Kondisi ini terjadi akibat adanya bendungan pada
pembuluh darah di payudara sebagai tanda ASI mulai banyak
diproduksi. Tetapi, apabila payudara merasa sakit pada saat
menyusui ibu pasti akan berhenti memberikan ASI padahal itu
menyebabkan payudara mengkilat dan bertambah parah bahkan ibu
bisa menjadi demam (Roesli, 2000). Jika terdapat lecet pada puting
itu terjadi karena beberapa faktor yang dominan adalah kesalahan
posisi menyusui saat bayi hanya menghisap pada putting. Padahal
seharusnya sebagian besar areola masuk kedalam mulut bayi. Puting
lecet juga dapat terjadi pada akhir menyusui, karena bayi tidak
pernah

melepaskan

isapan.

Disamping

14

itu,

pada

saat

ibu

membersihkan puting menggunakan alkohol dan sabun dapat


menyebabkan puting lecet sehingga ibu merasa tersiksa saat
menyusui karena sakit (Maulana, 2007).
5.1.5 Kondisi kesehatan ibu
Kondisi kesehatan ibu juga dapat mempengaruhi pemberian
ASI secara eksklusif. Pada keadaan tertentu, bayi tidak mendapat ASI
sama sekali, misalnya dokter melarang ibu untuk menyusui karena
sedang menderita penyakit yang dapat membahayakan ibu atau
bayinya, seperti penyakit Hepatitis B, HIV/AIDS, sakit jantung berat,
ibu sedang menderita infeksi virus berat, ibu sedang dirawat di Rumah
Sakit atau ibu meninggal dunia (Pudjiadi, 2001).
Faktor kesehatan ibu yang menyebabkan ibu memberikan
makanan tambahan pada bayi 0-6 bulan adalah kegagalan menyusui
dan penyakit pada ibu. Kegagalan ibu menyusui dapat disebakan
karena produksi ASI berkurang dan juga dapat disebabkan oleh
ketidakpuasan menyusui setelah lahir karena bayi langsung diberi
makanan tambahan.
5.2 Faktor Eksternal
5.2.1 Faktor petugas kesehatan
Program laktasi adalah suatu program multidepartemental yang
melibatkan bagian yang terkait, agar dihasilkan suatu pelayanan yang
komrehensif dan terpadu bagi ibu yang menyusui sehingga promosi
ASI secara aktif dapat dilakukan tenaga kesehatan. Dalam hal ini sikap
dan pengetahuan petugas kesehatan adalah faktor penentu kesiapan
petugas dalam mengelola ibu menyusui. Selain itu sistem pelayanan
kesehatan dan tenaga kesehatan juga mempengaruhi kegiatan
menyusui (Arifin, 2004).
Perilaku tenaga kesehatan biasanya ditiru oleh masyarakat
dalam hal perilaku sehat. Promosi ASI eksklusif yang optimal dalam
setiap tumbuh kembangnya sangatlah penting untuk mendukung
keberhasilan ibu dalam menyusui bayinya (Elza, 2008). Selain itu

15

adanya sikap ibu dari petugas kesehatan baik yang berada di klinis
maupun di masyarakat dalam hal menganjurkan masyarakat agar
menyusui bayi secara eksklusif pada usia 0-6 bulan dan dilanjutkan
sampai 2 tahun dan juga meningkatkan kemampuan petugas kesehatan
dalam hal memberikan penyuluhan kepada masyarakat yang luas
(Erlina, 2008).
5.2.2 Kondisi kesehatan bayi
Kondisi kesehatan bayi juga dapat mempengaruhi pemberian
ASI secara eksklusif. Bayi diare tiap kali mendapat ASI, misalnya jika
ia menderita penyakit bawaan tidak dapat menerima laktosa, gula yang
terdapat dalam jumlah besar pada ASI (Pudjiadi, 2001).
Faktor kesehatan bayi adalah salah satu faktor yang dapat
menyebabkan ibu memberikan makanan tambahan pada bayinya antara
lain kelainan anatomik berupa sumbing pada bibir atau palatum yang
menyebakan bayi menciptakan tekanan negatif pada rongga mulut,
masalah organik, yaitu prematuritas, dan faktor psikologis dimana bayi
menjadi rewel atau sering menangis baik sebelum maupun sesudah
menyusui akibatnya produksi ASI ibu menjadi berkurang karena bayi
menjadi jarang disusui (Soetjiningsih, 1997).
5.2.3 Pengganti ASI (PASI) atau susu formula
Meskipun mendapat predikat The Gold Standard, makanan
paling baik, aman, dan satu dari sedikit bahan pangan yang memenuhi
kriteria pangan berkelanjutan (terjangkau, tersedia lokal dan sepanjang
masa, investasi rendah). Sejarah menunjukkan bahwa menyusui
merupakan hal tersulit yang selalu mendapat tantangan, terutama dari
kompetitor utama produk susu formula yang mendisain susu formula
menjadi pengganti ASI (YLKI, 2005).
Seperti di Indonesia sekitar 86% yang tidak berhasil
memberikan ASI eksklusif karena para ibu lebih memilih memberikan
susu formula kepada bayinya. Hal ini dapat dilihat dari meningkatnya

16

penggunaan susu formula lebih dari 3x lipat selama 5 tahun dari 10,8%
pada tahun 1997 menjadi 32,5% tahun 2002 (Depkes, 2006).
5.2.4 Keyakinan
Kebiasaan memberi air putih dan cairan lain seperti teh, air
manis, dan jus kepada bayi menyusui dalam bulan-bulan pertama
umum dilakukan. Kebiasaan ini seringkali dimulai saat bayi berusia
sebulan. Riset yang dilakukan di pinggiran kota Lima, Peru
menunjukkan bahwa 83% bayi menerima air putih dan teh dalam bulan
pertama. Penelitian di masyarakat Gambia, Filipina, Mesir, dan
Guatemala melaporkan bahwa lebih dari 60% bayi baru lahir diberi air
manis dan/atau teh. Nilai budaya dan keyakinan agama juga ikut
mempengaruhi pemberian cairan sebagai minuman tambahan untuk
bayi. Dari generasi ke generasi diturunkan keyakinan bahwa bayi
sebaiknya diberi cairan. Air dipandang sebagai sumber kehidupan,
suatu kebutuhan batin maupun fisik sekaligus (LINKAGES, 2002).
5.3 Budaya
5.3.1 Definisi Budaya
Budaya atau kebudayaan adalah berasal dari bahasa sansekerta yatu
buddhayah, yang merupakan bentuk jamak dari buddhi ( budi dan akal )
diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan dengan budi dan akal manusia.
Dalam bahasa inggris, kebudayaan disebut culture, yang berasal dari kata
Latin Colere, yaitu mengolah atau mengerjakan. Bisa diartikan juga sebagai
mengolah tanah atau bertani. Kata culture juga kadang diterjemahkan
sebagai kultur dalam bahasa Indonesia (Mubarak, 2009).
Manusia pada dasarnya adalah makhluk budaya yang harus
membudayakan dirinya. Manusia sebagai makhluk budaya mampu
melepaskan diri dari ikatan dorongan dan nalurinya serta mampu
menguasai alam sekitarnya dengan alat ilmu pengetahuan yang dimilikinya.
Bangsa Indonesia yang mendiami kepulauan nusantara terdiri atas
bermacam-macam suku bangsa dan ras yang berbeda-beda asal-usul dan
keturunannya,salah satunya yaitu suku mandailing.

17

5.3.2 Wilayah Mandailing


Mandailing adalah suatu wilayah yang terletak di Kabupaten
Mandailing Natal di tengah Pulau Sumatera sepanjang jalan raya lintas
Sumatera 40 km dari Padangsidimpuan ke Selatan dan 150 km dari
Bukit Tinggi ke utara dengan wilayah: 1. Angkola disebelah utara 2. Pesisir
di sebelah Barat 3. Minangkabau di sebelah Selatan 4. Padanglawas di
sebelah Timur. Batas-batas yang disebut tidaklah sama dengan bats-batas
administrasi pemerintahan akan tetapi didasarkan kepada wilayah
masyarakat adat (Pandapotan, 2005).
Mandailing sebutan untuk kelompok sosial di beberapa Negara Asia
Tenggara, yang dalam beberpa aspek kebudayaannya, menunjukan cirri-ciri
persamaan. Etnik mandailing adalah orang-orang yang berasal dari
mandailing secara turun temurun dimanapun dia bertempat tinggal.etnik ini
menurut garis keturunan ayah (patrilineal) yang terdiri dari marga-marga
seperti : Nasution, Lubis, Pulungan, Rangkuti, Batubara, Daulay,
Matondang, Parinduri dan lain-lain. Marga-marga ini tidak serentak
mendiami wilayah mandailing.
Sebagian besar suku mandailing masih tinggal di daerah Mandailing
atau pinggiran Mandailing, tetapi sesuai perkembangan dan keadaan zaman
yang menuntut penyesuaian diri dengan situasi dan kondisi banyak suku
Mandailing tinggal diluar wilayah mandailing contohnya daerah Tembung.
Pada daerah ini masyarakatnya masih mempunyai budaya yang kuat dan
mempunyai kebiasaan-kebiasaan. Karena kebudayaan terwujud dan
tersalurkan melalui perilaku manusia, dan sudah ada terlebih dahulu
mendahului lahirnya suatu generasi tertentu, dan tidak akan mati dengan
habisnya usia generasi yang bersangkutan kebudayaan diperlukan oleh
manusia dan diwujudkan dalam tingkah lakunya.
Apabila dikaitkan dengan ASI eksklusif, persepsi suku mandailing
itu masih banyak yang salah tentang ASI eksklusif. Masyarakat mandailing
berangapan bahwa pemberian ASI eksklusif tidak baik untuk bayi, karena

18

masyarakat lebih percaya dengan budanya dan kebiasaan-kebiasaan yang


didapatkan dari generasi sebelumnya.
Biasanya pada saat bayi berusia 0-6 bulan sudah diberikan makanan
pendamping seperti air tajin, teh manis dan nasi bubur. Oleh karena itu,
masyarakat mandailing jarang memberikan ASI eksklusif pada bayinya
dan bahkan tidak memberikan ASI (Pandapotan,2005).
B. Manajemen
1.
Definisi Manajemen
Menurut Griffin (2000), manajemen diartikan ebagai sebuah proses
perencanaan, pengorganisasian, pengkoordinasian, dan pengontrolan
sumber daya untuk mencapai sasaran secara efektif dan efesien. Efektif
berarti bahwa tujuan dapat dicapai sesuai dengan perencanaan, sementara
efisien berarti bahwa tugas yang ada dilaksanakan secara benar,
2.

terorganisir, dan sesuai dengan jadwal.


Manajemen Puskesmas
Untuk terselenggaranya berbagai upaya kesehatan yang sesuai
dengan azas penyelenggaraan puskesmas, perlu ditunjang oleh manajemen
puskesmas yang baik. Manajemen puskesmas adalah rangkaian kegiatan
yang bekerja secara sistematik untuk menghasilkan luaran puskesmas yang
efektif dan efisien. Rangkaian kegiatan sistematis yang dilaksanakan oleh
Puskesmas membentuk fungsi- fungsi manajemen.
Ada tiga fungsi manajemen Puskesmas yang dikenal yakni
Perencanaan, Pelaksanaan dan Pengendalian, serta Pengawasan dan
Pertanggungjawaban (pada masa sebelumnya fungsi manajemen ini lebih
dikenal dengan P1, P2, P3 yaitu P1 sebagai Perencanaan, P2 sebagai
Penggerakan Pelaksanaan dan P3 sebagai Pengawasan, Pengendalian dan
Penilaian). Semua fungsi manajemen tersebut harus dilaksanakan secara
terkait dan berkesinambungan.

19

BAB III
METODE PENERAPAN KEGIATAN

20

A. KEADAAN UMUM KECAMATAN SUGIHWARAS


1. Data Geografik
a. Luas wilayah
Dataran rendah
Dataran tinggi
b. Jumlah Desa/ Kelurahan
Yang dapat dijangkau kendaraan roda 4
Yang dapat dijangkau kendaraan roda 2
Yang tidak dapat dijangkau kendaraan roda 4&2

: 35.472.517 km2
: 82,9%
: 17,6%
: 17 Desa/ Kelurahan
: 17 Desa/ Kelurahan
: 17 Desa/ Kelurahan
:-

PETA KECAMATAN SUGIHWARAS

21

2. Data Demografik
1.1 Kependudukan
Tabel 1. Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin

22

Jenis Kelamin

Jumlah

Persentase (%)

Laki laki
Perempuan
Total

23.162
22.614
45.776

50,1
49,9
100

Tabel 2. Jumlah Prnduduk Menurut Jenis Pekerjaan


Kelompok Pekerjaan

Jumlah

Persentase (%)

Petani
Buruh
PNS/TNI/POLRI
Pedagang
Pensiunan
Lain lain

19.195
21.568
460
819
82
459

44,23
49,67
1,05
1,9
0,2
1,06

1.2 Pendidikan
Tabel 3. Distribusi penduduk menurut tingkat pendidikan
Tingkat Pendidikan
Jumlah
SD
8.062
SMP
5.170
SMA
2.554
Perguruan Tinggi
114
1.3 Jumlah tempat ibadah
- Masjid : 39 buah
- Gereja : 1 buah
1.4 Jumlah fasilitas pendidikan
- TK
: 32 buah
- SD/MI
: 36 buah
- SMP/MTS
: 7 buah
- SMA/MA
: 5 buah
- Akademi
:- Perguruan Tinggi
:- Pondok Pesantren
: 3 buah

Persentase (%)
19,07
12,23
6,04
0,26

B. Analisis Masalah
Rekapitulasi program kerja gizi di Puskesmas Sugihwaras tahun
2014 didapatkan dari data sekunder Laporan Bulanan Pelayanan Gizi
Puskesmas Sugihwaras bulan Desember 2014.

23

Tabel 4. Data Laporan Bulanan LB3 Gizi Puskesmas Sugihwaras


bulan Desember 2014.
No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.

Desa
Alasgung
Bareng
Balongrejo
Bulu
Drenges
Glagahwangi
Genjor
Glagahan
Jatitengah
Kedungdowo
Nglajang
Panemon
Panunggalan
Sugihwaras
Siwalan
Trate
Wedoro
Jumlah

Asi Eksklusif
(%)
100
75
100
100
100
87
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
97,5

BB S. Kurang
(BB/TB)
0
0
1
0
0
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
2

BB S. Kurang
(BB/U)
0
0
3
0
0
3
2
1
1
0
0
1
0
4
2
2
0
19

Tabel 5. Laporan Bulanan Cakupan Pemberian ASI Ekslusif (E6)


Puskesmas Sugihwaras bulan Desember 2014.
No

Desa

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.

Alasgung
Bareng
Balongrejo
Bulu
Drenges
Glagahwangi
Genjor
Glagahan
Jatitengah
Kedungdowo
Nglajang
Panemon
Panunggalan
Sugihwaras
Siwalan
Trate
Wedoro
TOTAL

Jumlah bayi 0-6

E 0-6 bulan
Jml
%

bln
21
12
39
28
4
33
10
14
10
14
5
13
1
32
25
14
11
286

21
9
39
28
4
29
10
14
10
14
5
13
1
32
25
14
11
279

24

100
75
100
100
100
87
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
97,5

Di Puskesmas Sugihwaras, jumlah bayi usia 0-6 bulan dari bulan


Juli - Desember 2014 tercatat 286 bayi yang tersebar di 17 desa. Di
beberapa desa cakupan pemberian ASI ekslusif ada yang belum mencapai
target, dari 17 desa di Kecamatan Sugihwaras tercatat 2 desa yang cakupan
pemberian ASI ekslusifnya masih belum mencapai target, diantaranya di
desa Bareng yang cakupan ASI ekslusifnya sebesar 75%, desa
Glagahwangi sebesar 87 %.
Masalah gizi yang menjadi salah satu prioritas perhatian utama di
Puskesmas Sugihwaras yaitu cakupan pemberian ASI eksklusif. Sehingga
dalam kesepakatan ini kami menganalisis lebih lanjut tentang masalah
tersebut.
Tabel 6. Hasil Kuesioner ASI Eksklusif
No

Nama

Umur

Alamat

Pend. Pekerjaan

Anak
ASI
ke
eksklusif

Dukungan
keluarga

Ny.E

23

Alasgung

SD

IRT

Tdk

Tdk

80

Ny.S

26

Alasgung

SD

Swasta

Tdk

Suami

30

Ny.R

27

Balongrejo

SMP

IRT

Ya

Suami+ortu

100

Ny.ST

26

Wedoro

SMA

IRT

Ya

Suami

100

Ny.G

24

Bareng

SMP

IRT

Ya

Suami

100

Ny.N

22

Panemon

SD

IRT

Tdk

Tdk

40

Ny.B

22

Siwalan

SD

IRT

Ya

Suami

80

Ny.S

21

Bulu

SD

Swasta

Ya

Suami

100

Ny.L

30

Trate

SD

IRT

Tdk

Tdk

60

10

Ny.S

27

Genjor

SMP

Petani

Tdk

Suami

80

11

Ny.T

19

Genjor

SMP

Swasta

Ya

Ortu

90

12

Ny.M

22

Genjor

SMP

IRT

Tdk

Tdk

60

13

Ny.P

26

Siwalan

SMA

IRT

Tdk

Suami

50

14

Ny.S

22

Jatitengah

SMP

IRT

Tdk

Tdk

80

15

Ny.N

26

Bulu

SMP

IRT

Tdk

Tdk

60

16

Ny.P

23

Bulu

D3

IRT

Ya

Suami+ortu

100

17

Ny.S

22

Bulu

D3

PNS

Ya

Suami+ortu

100

18

Ny.R

25

Glagahan

SMA

IRT

Ya

Ortu

100

19

Ny.Y

24

Jatitengah

SD

IRT

Ya

Suami

100

25

20

Ny.S

20

Kedungdowo

SMP

IRT

Tdk

Tdk

50

21

Ny.I

25

Balongrejo

SMP

IRT

Tdk

Tdk

100

22

Ny.I

19

Panemon

SMA

Swasta

Tdk

Suami

90

23

Ny.S

27

Sugihwaras

SMA

Swasta

Ya

Suami

100

25

Ny.D

30

Sugihwaras

SD

Petani

Tdk

orangtua

50

26

Ny.E

28

Glagahwangi

SMP

Petani

Tdk

Tdk

80

27

Ny.S

27

Nglajang

SMP

Petani

Tdk

Tdk

80

Total pemberian ASI eksklusif

11/27 x 100% = 40, 74%

Penyebab masih kurangnya pemberian ASI eksklusif, antara lain


dikarenakan:
1. Kurangnya kesadaran petugas kesehatan tentang ASI eksklusif.
2. Kurang tepatnya pertanyaan yg diberikan oleh petugas kesehatan
saat pengambilan data ASI eksklusif.
3. Kurangnya keterbukaan ibu menyusui tentang pemberiaan ASI
eksklusif.
4. Rendahnya pengetahuan ibu tentang arti dan pentingnya ASI
eksklusif Rendahnya pengetahuan masyarakat tentang arti dari ASI
eksklusif.
5. Rendahnya partisipasi keluarga dalam mendukung ibu untuk
memberikan ASI eksklusif
6. Ibu yang bekerja sehingga waktu untuk memberikan ASI eksklusif
berkurang Ibu yang bekerja sehingga waktu untuk memberikan
ASI eksklusif berkurang.
7. Psikologis ibu yang mempengaruhi pengeluaran ASI.
Tabel 7.
Alternatif Pemecahan Masalah
Masalah (Penyebab)
1.

Kurangnya

petugas

kesehatan

ASI eksklusif.
2.
Kurang
pertanyaan

yang

Alternatif Pemecahan Masalah

kesadaran 1. Pembinaan pada petugas kesehatan tentang ASI


tentang

eksklusif

tepatnya 2. Memberikan pertanyaan yang mudah dimengerti oleh


diberikan

ibu menyusui

oleh petugas kesehatan saat


26

pengambilan

data

ASI

eksklusif.
3. Kurangnya
ibu

keterbukaan

menyusui

tentang 3. Menumbuhkan rasa percaya antara ibu menyusui dan

pemberiaan ASI eksklusif.

petugas

4. Rendahnya pengetahuan 4. Kader, petugas puskesmas dan bidan desa aktif


ibu

tentang

arti

dan melakukan penyuluhan ke semua ibu hamil dan menyusui

pentingnya ASI eksklusif.

tentang arti dan pentingnya ASI eksklusif


5. Pemberian reward bagi kader yang aktif melakukan

5.

penyuluhan
partisipasi 6. Penyuluhan terhadap keluarga untuk mendukung ibu

Rendahnya

keluarga dalam mendukung untuk memberikan ASI eksklusif


ibu untuk memberikan ASI
eksklusif
6. Ibu yang bekerja sehingga

7. Penyuluhan tentang ASI (cara penyimpanan, waktu

waktu untuk memberikan ASI penyimpanan, tempat penyimpanan)


eksklusif berkurang
7. Psikologis ibu
mempengaruhi

yang 8. Motivasi ibu menghindari stress

pengeluaran

ASI.
Alternatif pemecahan masalah di atas apabila dilaksanakan diharapkan
dapat menyelesaikan permasalahan masih tercapainya target pemberian ASI
Ekslusif di Puskesmas Sugihwaras. Namun, untuk melaksanakan pemecahan
masalah tersebut secara bersamaan tidaklah mudah. Untuk itu perlu dipilih
prioritas pemecahan masalah yang paling sesuai untuk Puskesmas
Sugihwaras.

27

Tabel 8.
Matrikulasi Alternatif Pemecahan Masalah
Efektifitas
No.

Daftar Pemecahan Masalah

Efisiensi

Jumlah

(C)

MxIxV
C

Pembinaan

pada

petugas

kesehatan

1.

tentang ASI eksklusif

2.

Memberikan pertanyaan yang mudah

26,67

12

dimengerti oleh ibu menyusui


3.

Menumbuhkan rasa percaya antara ibu

12

4.

menyusui dan petugas


Kader, petugas puskesmas dan bidan

25

desa aktif melakukan penyuluhan ke


semua ibu hamil dan menyusui tentang
arti dan pentingnya ASI eksklusif
5.

Pemberian reward bagi kader yang aktif

6.

melakukan penyuluhan
Penyuluhan terhadap keluarga untuk

16

20

mendukung ibu untuk memberikan ASI


7.

eksklusif
Penyuluhan tentang ASI (cara
penyimpanan, waktu penyimpanan,

8.

tempat penyimpanan)
Motivasi ibu menghindari stress

Keterangan: M: magnitude, V: vunerability, I: importancy, C: cost


Skala:

28

1.
2.
3.
4.
5.

Sangat Rendah
Rendah
Sedang
Tinggi
Sangat Tinggi
(Azwar, 2003)
Berdasarkan kriteria matriks di atas maka urutan prioritas pemecahan
masalah adalah sebagai berikut:
1. Pembinaan pada petugas kesehatan tentang ASI eksklusif.
2. Kader, petugas puskesmas dan bidan desa aktif melakukan
penyuluhan ke semua ibu hamil dan menyusui tentang arti dan
pentingnya ASI eksklusif.
3. Penyuluhan tentang ASI (cara penyimpanan, waktu penyimpanan,
tempat penyimpanan).
4. Penyuluhan terhadap keluarga untuk mendukung ibu untuk
memberikan ASI eksklusif.
5. Memberikan pertanyaan yang mudah dimengerti oleh ibu
menyusui.
6. Menumbuhkan rasa percaya antara ibu menyusui dan petugas
7. Motivasi ibu menghindari stress.
8. Pemberian reward bagi kader yang aktif melakukan penyuluhan.

Tabel 9.

29

Analisis SWOT prioritas jalan keluar


Pembinaan pada petugas kesehatan tentang ASI eksklusif
(MxIxV:C= 26,67)
W: Peran serta petugas kesehatan yang

S:

Adanya tenaga kesehatan yang cukup


Sarana pra sarana mendukung
Wewenang
puskesmas
terhadap

masih kurang.

seluruh masalah kesehatan di wilayah


kecamatan
O:

T:

Adanya perda ASI.


Dukungan pihak terkait

Peran RB swasta yang bekerja sama

dengan produk susu formula


Kondisi sosial ekonomi yang kurang
Kader, petugas puskesmas dan bidan desa aktif melakukan penyuluhan ke semua
ibu hamil dan menyusui tentang arti dan pentingnya ASI eksklusif

(MxIxV:C = 25)
S : Adanya komitmen dari segenap petugas W: Rendahnya tingkat pendidikan ibu
puskesmas dan bidan desa untuk memberikan
penyuluhan.
O : Adanya perda tentang ASI eksklusif

T : Adanya sejumlah petugas yang tidak

menjalankan program dengan baik


Penyuluhan tentang ASI (cara penyimpanan, waktu penyimpanan, tempat
penyimpanan)
S: Produksi ASI yang memadai

(Mx CxV:I= 20 )
W: Sulitnya menemukan sejumlah kader

yang dapat bekerja secara berkelanjutan


O: Adanya fasilitas yang memadai dalam T: Adanya sejumlah petugas yang tidak
keluarga

menjalankan program dengan baik


BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

Usulan kegiatan yang akan dilaksanakan untuk meningkatkan kesadaran


ibu untuk memberikan ASI eksklusif adalah Kader dan petugas puskesmas aktif
30

melakukan penyuluhan ke semua lapisan masyarakat tentang arti dan pentingnya


ASI ekslusif, Penyuluhan tentang ASI tampung, Penyuluhan terhadap keluarga
untuk mendukung ibu untuk menyusui dan pada akhirnya diharapkan ada
peningkatan pemberian ASI eksklusif sampai usia 6 bulan di wilayah kerja
Puskesmas Sugihwaras.
Berikut adalah rincian untuk pelaksanaan posyandu balita, perekrutan
kader baru dan peyuluhan terhadap masyarakat:
1. Tujuan umum
Meningkatkan kinerja petugas kesehatan tentang program ASI eksklusif di
wilayah Sugihwaras, Bojonegoro
2. Tujuan khusus
a. Melakukan pembekalan kepada bidan desa dan kader posyandu tentang ASI
eksklusif
b. Melakukan penyuluhan terhadap ibu hamil dan menyusui tentang ASI
3. Sasaran
a. Bidan desa
b. Ibu hamil, ibu menyusui, keluarga, dan kader-kader posyandu balita
4. Metode
a. Melakukan training of trainer kepada bidan desa dan kader posyandu balita.
b. Mengadakan penyuluhan mengenai arti pentingnya ASI eksklusif dan
5.
6.
7.

8.

penyuluhan tentang ASI.


Materi
a. Metode pengambilan data yang benar.
b. Materi untuk penyuluhan pentingnya ASI eksklusif (poster, leaflet, video).
Pelaksana
a. Kepala puskesmas dan Koordinator bidang Promosi Kesehatan dan Gizi
b. Tenaga kesehatan
Waktu dan lokasi
a. Tanggal :
Disesuaikan agenda rapat puskesmas
Disesuaikan jadwal posyandu dan PKK
b. Lokasi :
Puskesmas
Rumah warga atau fasilitas umum yang tersedia
Biaya
Diperoleh dari dana puskesmas untuk program Promosi Kesehatan dan Gizi.

31

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Untuk meningkatkan kinerja para petugas kesehatan dalam program
ASI eksklusif di kecamatan Sugihwaras maka dilakukan pembinaan kepada
petugas kesehatan tentang ASI eksklusif dan cara pengambilan data ASI
eksklusif. Upaya peningkatan pemberian ASI eksklusif di Puskesmas
Sugihwaras dapat dilakukan melalui promotif. Upaya promotif dengan
melibatkan bidan desa dan kader posyandu dalam melakukan penyuluhan
kepada warga kecamatan Sugihwaras terutama ibu hamil dan ibu menyusui
beserta keluarganya, sehingga diharapkan dapat meningkatkan pemberian
ASI eksklusif di kecamatan Sugihwaras.
B. Saran
Dalam pelaksanaan pembinaan terhadap petugas kesehatan dan kader
dibutuhkan ketekunan dan komitmen tinggi dari tenaga kesehatan, serta
diperlukan adanya pembiayaan yang sesuai sehingga program-program
tersebut dapat berjalan dengan lancar.

32

DAFTAR PUSTAKA
Arifin, M. (2004). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Produksi ASI. Dikutip dari
website: www.usudigitallibrary.ac.id.
Badriul, dkk. (2008). Bedah ASI. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.
Budiasih, Sri. (2008). Hanbook Ibu Menyusui. Bandung: Karya Kita.
Cox, S. (2006). Breastfeeding with Confidence, Panduan untuk belajar menyusui
Danuatmaja, Bonny . (2003). 40 Hari Pasca Persalinan. Jakarta: Puspa Swara.
Depkes RI. (2005). Manajemen Laktasi: Buku Panduan Bagi Bidan dan Petugas
Kesehatan di Puskesmas. Dit Gizi Masyarakat-Depkes RI, Jakarta.
Glasier Anna, dkk. (2005). Keluarga berencana & Kesehatan Reproduksi. Jakarta:
EGC.
Griffin, Ricky W.2000. Manajemen Personalia. Jakarta : Erlangga
Hubertin, Sri Purwanti. (2004). Konsep Penerapan ASI Eksklusif. EGC : Jakarta.
Linkages. 2002. Pemberian ASI eksklusif Atau ASI saja:Satu-satunya Sumber
Cairan Yang Dibutuhkan Bayi Usia Dini. http://www.linkages.project.org
Mardiati, I. (2006). Wanita Karir dan Pemberian ASI. Diakses dari
http://www.gizi- net.
Maryunani, Anik. (2009). Asuhan Pada Dalam Masa Nifas (Postpartum). Jakarta:
Tim 2009.
Maulana, Mirza. (2007). What A Whoman Wants. Jogjakarta: Katalog Dalam
Terbitan.
Mubarak. (2009) Ilmu Keperawatan Komunitas, Konsep dan Aplikasi, Salemba
Medika
Nasution, Pandapotan, 2005. Adat Budaya Mandailing dalam Tantangan Zaman,
Forkala, Sumatera Utara
33

Prasetyono, D.S. 2005. ASI Eksklusif Pengenalan,Praktik dan Kemanfaatankemanfaatannya. Diva Press. Yogyakarta
Pudjiadi, S. (2001). Bayiku Sayang: Petunjuk Bergambar Untuk Merawat Bayi
dan Jawaban atas 62 Pertanyaan yang Mencemaskan. Fakultas Kedokteran
UI, Jakarta.
Ramaiah, S. 2006. ASI dan Menyusui. Jakarta. PT Bhuana Ilmu Populer
Kelompok Gramedia.
Roesli, Utami . 2000. Mengenal ASI Eksklusif. Jakarta : Trubus Argriwidya.
Siswono. 2001. Pemberian ASI dalam Satu Jam Pertama Kurangi Risiko
Kematian. http://www.gizi.net.
Yahya, H. (2007). Cairan Ajaib: ASI. Dikutip
http://www.harunyahya.com/indo/artikel/082.htm.

34

dari

website:

Anda mungkin juga menyukai