PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG
Menyusui sangat penting untuk tumbuh kembang bayi dan anak,
baik untuk kesehatan ibu dan ekonomis bagi keluarga. Meskipun ASI sangat
bermanfaat bagi tumbuh kembang bayi tetapi banyak sebagian ibu ibu
yang tidak memberikan ASI pada bayi mereka.
ASI eksklusif adalah pemberian air susu ibu kepada bayi umur 0 6
bulan tanpa diberikan makanan atau minuman tambahan selain obat untuk
terapi (pengobatan penyakit). ASI merupakan satu jenis makanan yang
mencukupi seluruh unsur kebutuhan bayi baik fisik, psikologi sosial
maupun spiritual. ASI mengandung nutrisi, hormon, unsur kekebalan
pertumbuhan, anti alergi, serta anti inflamasi. Nutrisi dalam ASI mencakup
hampir 200 unsur zat makanan. ASI adalah sebuah cairan tanpa tanding
ciptaan Allah yang memenuhi kebutuhan gizi bayi dan melindunginya
dalam melawan kemungkinan serangan penyakit. Keseimbangan zat zat
gizi dalam air susu ibu berada pada tingkat terbaik dan air susu memiliki
bentuk paling baik bagi tubuh bayi yang masih muda. Pada saat yang sama
ASI juga sangat kaya akan sari sari makanan yang mempercepat
pertumbuhan sel-sel otak dan perkembangan system saraf.
Adapun bagi ibu menyusui dapat menunda haid dan kehamilan
( berfungsi sebagai kontrasepsi ) serta mengurangi resiko kanker payudara.
Bayi yang tidak mendapatkan ASI memiliki risiko tumbuh kembang yang
tidak optimal diakibatkan asupan nutrisi yang kurang serta lebih mudah
terkena penyakit infeksi. Disamping itu pemberian susu formula secara dini
akan menyebabkan kerugian secara materi.
Adanya produk produk susu formula yang begitu banyak
menyebabkan banyak masyarakat beralih dari ASI ke susu formula. Hal ini
menyebabkan banyak terjadi pemberian makanan pendamping ASI secara
desa yang belum sesuai target dan masih ada balita dengan status gizi sangat
kurang. Maka dari itu pada laporan ini, kami mencoba melakukan analisis
untuk mengetahui penyebab dan alternatif pemecahan masalah tersebut.
Hasil makalah ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi usaha
peningkatan kesehatan pada bidang Promosi Kesehatan dan Gizi di
Puskesmas Sugihwaras.
B.
PERUMUSAN MASALAH
Bagaimana manajemen cakupan pemberian ASI ekslusif sebagai
prioritas kegiatan di Puskesmas Sugihwaras Kabupaten Bojonegoro?
C.
TUJUAN
1. Tujuan Umum
Mengetahui manajemen cakupan pemberian ASI ekslusif sebagai
prioritas kegiatan di Puskesmas Sugihwaras.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui puskesmas sebagai pelayanan kesehatan tingkat dasar
yang bersifat komprehensif dan holistik.
b. Mengetahui peran petugas kesehatan, kader, dan masyarakat dalam
upaya meningkatkan cakupan pemberian ASI eksklusif di Puskesmas
Sugihwaras.
D.
MANFAAT
1. Membantu para dokter muda untuk lebih memahami manajerial dari
puskesmas dalam menangani suatu permasalahan.
2. Memberi masukan bagi Puskesmas Sugihwaras tentang masalahmasalah yang terjadi, serta alternatif upaya pemecahannya.
3. Menambah pengetahuan mengenai program pemberian ASI eksklusif
secara komprehensif.
4. Mengetahui faktor-faktor yang menjadi kendala dalam pelaksanaan
program tersebut.
5. Memberikan informasi kepada penyusun kebijakan mengenai faktorfaktor yang menjadi kendala dalam pelaksanaan program pengelolaan
ASI eksklusif.
E.
KHALAYAK SASARAN
1. Petugas kesehatan dan kader posyandu puskesmas Sugihwaras.
2. Ibu hamil dan ibu menyusui di kecamatan Sugihwaras.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. ASI EKSLUSIF
1. Pengertian ASI Eksklusif
ASI eksklusif adalah pemberian ASI selama 6 bulan tanpa
tambahan cairan lain, seperti susu formula, jeruk, madu, air teh, dan air
putih, serta tanpa tambahan makanan padat, seperti pisang, bubur susu,
biskuit, bubur nasi, dan nasi tim, kecuali vitamin dan mineral dan obat
(Roesli, 2000). Selain itu, pemberian ASI eksklusif juga berhubungan
dengan tindakan memberikan ASI kepada bayi hingga berusia 6 bulan tanpa
makanan dan minuman lain, kecuali sirup obat. Setelah usia bayi 6 bulan,
barulah bayi mulai diberikan makanan pendamping ASI, sedangkan ASI
dapat diberikan sampai 2 tahun atau lebih (Prasetyono, 2005).
ASI adalah satu jenis makanan yang mencukupi seluruh unsur
kebutuhan bayi baik fisik, psikologi, sosial maupun spiritual. ASI
mengandung nutrisi, hormon, unsur kekebalan pertumbuhan, anti alergi,
serta anti inflamasi. Nutrisi dalam ASI mencakup hampir 200 unsur zat
makanan (Hubertin, 2004).
ASI adalah sebuah cairan ciptaan Allah yang memenuhi kebutuhan
gizi bayi dan melindunginya dalam melawan kemungkinan serangan
penyakit. Keseimbangan zat-zat gizi dalam air susu ibu berada pada tingkat
terbaik dan air susunya memiliki bentuk paling baik bagi tubuh bayi yang
masih muda. Pada saat yang sama ASI juga sangat kaya akan sari-sari
makanan yang mempercepat pertumbuhan sel-sel otak dan perkembangan
sistem saraf (Yahya, 2007).
2. Manfaat ASI eksklusif
Komposisi ASI yang unik dan spesifik tidak dapat diimbangi oleh
susu formula. Pemberian ASI tidak hanya bermanfaat bagi bayi tetapi juga
bagi ibu yang menyusui. Manfaaat ASI bagi bayi antara lain; ASI sebagai
nutrisi, ASI dapat meningkatkan daya tahan tubuh bayi, mengembangkan
kecerdasan, dan dapat meningkatkan jalinan kasih sayang (Roesli, 2000).
Manfaat ASI bagi bayi adalah sebagai nutrisi. ASI merupakan
sumber gizi yang sangat ideal dengan komposisi yang seimbang dan
kesempatan itu bagi seorang anak tidak akan berulang lagi (Danuatmaja,
2003).
Air susu ibu selain merupakan nutrient ideal, dengan komposisi
tepat, dan sangat sesuai kebutuhan bayi, juga mengandung nutrient-nutrien
khusus yang sangat diperlukan pertumbuhan optimal otak bayi. Nutrientnutrient khusus tersebut adalah taurin, laktosa, asam lemak ikatan panjang
(Danuatmaja, 2003).
Mengingat hal-hal tersebut, dapat dimengerti kiranya bahwa
pertumbuhan otak bayi yang diberi ASI secara eksklusif selama 6 bulan
akan optimal dengan kualitas yang optimal pula. Hasil penelitian terhadap
1.000 bayi prematur membuktikan bayi prematur yang diberi ASI eksklusif
mempunyai IQ lebih tinggi 8,3 poin. Hasil penelitian Dr.Riva (1977)
menunjukan bayi ASI eksklusif pada usia 9 tahun mempunyai IQ 12,9 poin
lebih tinggi dibanding anak yang ketika bayi tidak diberi asi eksklusif
(Roesli, 2000).
Kemudian yang terakhir adalah ASI dapat menjalin kasih sayang.
Bayi yang sering berada dalam dekapan ibunya karena menyusui, dapat
merasakan kasih sayang ibu dan mendapatkan rasa aman, tenteram, dan
terlindung. Perasaan terlindung dan disayangi inilah yang menjadi dasar
perkembangan emosi bayi, yang kemudian membentuk kepribadian anak
menjadi baik dan penuh percaya diri (Ramaiah, 2006).
Bagi ibu, manfaat menyusui itu dapat mengurangi perdarahan
setelah melahirkan. Apabila bayi disusui segera setelah dilahirkan maka
kemungkinan terjadinya perdarahan setelah melahirkan (post partum) akan
berkurang (Siswono 2001). Karena pada ibu menyusui terjadi peningkatan
kadar oksitosin yang berguna juga untuk konstriksi/penutupan pembuluh
darah sehingga perdarahan akan lebih cepat berhenti. Hal ini akan
menurunkan angka kematian ibu yang melahirkan. Selain itu juga, dengan
menyusui dapat menjarangkan kehamilan pada ibu karena menyusui
merupakan cara kontrasepsi yang aman, murah, dan cukup berhasil. Selama
ibu memberi ASI eksklusif 98% tidak akan hamil pada 6 bulan pertama
setelah melahirkan dan 96% tidak akan hamil sampai bayi merusia 12 bulan
(Glasier, 2005).
Disamping itu, manfaat ASI bagi ibu dapat mengurangi terjadinya
kanker. Beberapa penelitian menunjukan bahwa menyusui akan mengurangi
kemungkinan terjadinya kanker payudara. Pada umumnya bila semua
wanita dapat melanjutkan menyusui sampai bayi berumur 2 tahun atau
lebih, diduga angka kejadian kanker payudara akan berkurang sampai
sekitar 25%. Beberapa penelitian menemukan juga bahwa menyusui akan
melindungi ibu dari penyakit kanker indung telur. Salah satu dari penelitian
ini menunjukan bahwa risiko terkena kanker indung telur pada ibu yang
menyusui berkurang sampai 20-25%. Selain itu, pemberian ASI juga lebih
praktis, ekonomis, murah, menghemat waktu dan memberi kepuasan pada
ibu (Maulana, 2007).
3. Fisiologi Pengeluaran ASI
Pengeluaran ASI merupakan suatu interaksi yang sangat kompleks
antara rangsangan mekanik, saraf dan bermacam-macam hormon.
Kemampuan ibu dalam menyusui/laktasipun berbeda-beda. Sebagian
mempunyai kemampuan yang lebih besar dibandingkan yang lain. Laktasi
mempunyai dua pengertian yaitu pembentukan ASI (Refleks Prolaktin) dan
pengeluaran ASI (Refleks Let Down/Pelepasan ASI) (Maryunani, 2009).
Pembentukan ASI (Refleks Prolaktin) dimulai sejak kehamilan.
Selama kehamilan terjadi perubahan-perubahan payudara terutama besarnya
payudara, yang disebabkan oleh adanya proliferasi sel-sel duktus laktiferus
dan sel-sel kelenjar pembentukan ASI serta lancarnya peredaran darah pada
payudara. Proses proliferasi ini dipengaruhi oleh hormon-hormon yang
dihasilkan plasenta, yaitu laktogen, prolaktin, kariogona dotropin, estrogen,
dan progesteron. Pada akhir kehamilan, sekitar kehamilan 5 bulan atau
lebih, kadang dari ujung puting susu keluar cairan kolostrum. Cairan
kolostrum tersebut keluar karena pengaruh hormon laktogen dari plasenta
dan hormon prolaktin dari hipofise. Namun, jumlah kolostrum tersebut
terbatas dan normal, dimana cairan yang dihasilkan tidak berlebihan karena
kadar prolaktin cukup tinggi, pengeluaran air susu dihambat oleh hormon
estrogen (Maryunani, 2009).
Setelah persalinan, kadar estrogen dan progesteron menurun
dengan lepasnya plasenta, sedangkan prolaktin tetap tinggi sehingga tidak
ada lagi hambatan terhadap prolaktin oleh estrogen. Hormon prolaktin ini
merangsang sel-sel alveoli yang berfungsi untuk membuat air susu ibu
(Maryunani, 2009).
Penurunan kadar estrogen memungkinan naiknya kadar prolaktin
dan produksi ASI pun mulai. Produksi prolaktin yang berkesinambungan
disebabkan oleh bayi menyusui pada payudara ibu. Pada ibu yang
menyusui, prolaktin akan meningkat pada keadaan : stress atau pengaruh
psikis,anestesi, operasi, rangsangan puting susu, hubungan kelamin,
pengaruh obat-obatan. Sedangkan yang menyebabkan prolaktin terhambat
pengeluarannya pada keadaan: ibu gizi buruk, dan pengaruh obat-obatan
(Badriul, 2008).
Pengeluaran ASI (Refleks Let Down/pelepasan ASI) merupakan
proses pelepasan ASI yang berada dibawah kendali neuroendokrin, dimana
bayi yang menghisap payudara ibu akan merangsang produksi oksitosin
yang menyebabkan kontraksi sel-sel mioepitel. Kontraksi dari sel-sel ini
akan memeras air susu yang telah terbuat keluar dari alveoli dan masuk ke
sistem duktus untuk selanjutnya mengalir melalui duktus laktiferus masuk
ke mulut bayi sehingga ASI tersedia bagi bayi (Maryunani, 2009).
Faktor-faktor yang memicu peningkatan refleks let down/pelepasan
ASI ini yaitu pada saat ibu : melihat bayinya, mendengarkan suara bayi,
mencium bayi, dan memikirkan untuk meyusui bayi. Sementara itu, faktorfaktor yang menghambat refleks let down/pelepasan ASI yaitu stress
seperti : keadaan bingung/psikis kacau, takut, cemas, lelah, malu, merasa
tidak pasti/merasakan nyeri.
Oksitosin
juga
mempengaruhi
jaringan
otot
polos
uterus
bayi lahir maka bayi harus segera disusukan pada ibunya (Inisiasi Menyusui
Dini). Dengan seringnya menyusui, penciutan uterus akan terjadi makin
cepat dan makin baik. Tidak jarang perut ibu akan terus terasa mulas yang
sangat pada hari-hari pertama menyusui, hal ini merupakan mekanisme
alamiah yang baik untuk kembalinya uterus ke bentuk semula (Maryunani,
2009).
4. Komposisi ASI
ASI mengandung sebagian besar air sebanyak 87,5%, oleh karena
itu bayi yang mendapat cukup ASI tidak perlu mendapat tambahan air
walaupun berada ditempat yang suhu udara panas. Kekentalan ASI sesuai
dengan saluran cerna bayi, sedangkan susu formula lebih kental
dibandingkan ASI. Hal tersebut yang dapat menyebabkan terjadinya diare
pada bayi yang mendapat susu formula.Komposisi ASI yaitu : karbohidrat,
protein, lemak,mineral,vitamin (Hubertin, 2004 ).
Di dalam ASI terdapat laktosa, laktosa ini merupakan karbohidrat
utama dalam ASI yang berfungsi sebagai salah satu sumber untuk otak.
Kadar laktosa yang terdapat dalam ASI hampir dua kali lipat dibanding
laktosa yang ditemukan pada susu formula. Kadar karbohidrat dalam
kolostrum tidak terlalu tinggi, tetapi jumlahnya meningkat terutama laktosa
pada ASI transisi (7-14 hari setelah melahirkan). Setelah melewati masa ini
maka kadar karbohidrat ASI relatif stabil. (Badriul, 2008).
Selain karbohidrat, ASI juga mengandung protein. Kandungan
protein ASI cukup tinggi dan komposisinya berbeda dengan protein yang
terdapat dalam susu formula. Protein dalam ASI dan susu formula terdiri
dari protein whey dan casein. Protein dalam ASI lebih banyak terdiri dari
protein whey yang lebih mudah diserap oleh usus bayi, sedangkan susu
formula lebih banyak mengandung protein casein yang lebih sulit dicerna
oleh usus bayi. Jumlah casein yang terdapat di dalam ASI hanya 30%,
dibanding susu formula yang mengandung protein dalam jumlah yang tinggi
(80%) (Badriul, 2008). Disamping itu juga, ASI mempunnyai asam amino
10
11
12
13
ASI eksklusif yang baik dan benar yang juga terkait dengan masa
lalunya. Dalam hal ini perlu ditumbuhkan motivasi dalam dirinya
secara sukarela ddan penuh rasa percaya diri untuk mampu menyusui
bayinya. Pengalaman ini akan memberikan pengetahuan, pandangan
dan nilai yang akan menberi sikap positif terhadap masalah
menyusui (Erlina, 2008).
Akibat kurang pengetahuan atau informasi, banyak ibu
menganggap susu formula sama baiknya, bahkan lebih baik dari ASI.
Hal ini menyebabkan ibu lebih cepat memberikan susu formula jika
merasa ASI kurang atau terbentur kendala menyusui. Masih banyak
pula petugas kesehatan tidak memberikan informasi pada ibu saat
pemeriksaan kehamilan atau sesudah bersalin (Prasetyono, 2005).
Untuk dapat melaksanakan program ASI eksklusif, ibu dan
keluarganya perlu menguasai informasi tentang fisiologis laktasi,
keuntungan pemberian ASI, kerugian pemberian susu formula,
pentingnya rawat gabung,cara menyusui yang baik dan benar, dan
siapa harus dihubungi jika terdapat keluhan atau masalah seputar
menyusui.
5.1.4 Kelainan pada payudara
Tiga hari pasca persalinan payudara sering terasa penuh,
tegang, dan nyeri. Kondisi ini terjadi akibat adanya bendungan pada
pembuluh darah di payudara sebagai tanda ASI mulai banyak
diproduksi. Tetapi, apabila payudara merasa sakit pada saat
menyusui ibu pasti akan berhenti memberikan ASI padahal itu
menyebabkan payudara mengkilat dan bertambah parah bahkan ibu
bisa menjadi demam (Roesli, 2000). Jika terdapat lecet pada puting
itu terjadi karena beberapa faktor yang dominan adalah kesalahan
posisi menyusui saat bayi hanya menghisap pada putting. Padahal
seharusnya sebagian besar areola masuk kedalam mulut bayi. Puting
lecet juga dapat terjadi pada akhir menyusui, karena bayi tidak
pernah
melepaskan
isapan.
Disamping
14
itu,
pada
saat
ibu
15
adanya sikap ibu dari petugas kesehatan baik yang berada di klinis
maupun di masyarakat dalam hal menganjurkan masyarakat agar
menyusui bayi secara eksklusif pada usia 0-6 bulan dan dilanjutkan
sampai 2 tahun dan juga meningkatkan kemampuan petugas kesehatan
dalam hal memberikan penyuluhan kepada masyarakat yang luas
(Erlina, 2008).
5.2.2 Kondisi kesehatan bayi
Kondisi kesehatan bayi juga dapat mempengaruhi pemberian
ASI secara eksklusif. Bayi diare tiap kali mendapat ASI, misalnya jika
ia menderita penyakit bawaan tidak dapat menerima laktosa, gula yang
terdapat dalam jumlah besar pada ASI (Pudjiadi, 2001).
Faktor kesehatan bayi adalah salah satu faktor yang dapat
menyebabkan ibu memberikan makanan tambahan pada bayinya antara
lain kelainan anatomik berupa sumbing pada bibir atau palatum yang
menyebakan bayi menciptakan tekanan negatif pada rongga mulut,
masalah organik, yaitu prematuritas, dan faktor psikologis dimana bayi
menjadi rewel atau sering menangis baik sebelum maupun sesudah
menyusui akibatnya produksi ASI ibu menjadi berkurang karena bayi
menjadi jarang disusui (Soetjiningsih, 1997).
5.2.3 Pengganti ASI (PASI) atau susu formula
Meskipun mendapat predikat The Gold Standard, makanan
paling baik, aman, dan satu dari sedikit bahan pangan yang memenuhi
kriteria pangan berkelanjutan (terjangkau, tersedia lokal dan sepanjang
masa, investasi rendah). Sejarah menunjukkan bahwa menyusui
merupakan hal tersulit yang selalu mendapat tantangan, terutama dari
kompetitor utama produk susu formula yang mendisain susu formula
menjadi pengganti ASI (YLKI, 2005).
Seperti di Indonesia sekitar 86% yang tidak berhasil
memberikan ASI eksklusif karena para ibu lebih memilih memberikan
susu formula kepada bayinya. Hal ini dapat dilihat dari meningkatnya
16
penggunaan susu formula lebih dari 3x lipat selama 5 tahun dari 10,8%
pada tahun 1997 menjadi 32,5% tahun 2002 (Depkes, 2006).
5.2.4 Keyakinan
Kebiasaan memberi air putih dan cairan lain seperti teh, air
manis, dan jus kepada bayi menyusui dalam bulan-bulan pertama
umum dilakukan. Kebiasaan ini seringkali dimulai saat bayi berusia
sebulan. Riset yang dilakukan di pinggiran kota Lima, Peru
menunjukkan bahwa 83% bayi menerima air putih dan teh dalam bulan
pertama. Penelitian di masyarakat Gambia, Filipina, Mesir, dan
Guatemala melaporkan bahwa lebih dari 60% bayi baru lahir diberi air
manis dan/atau teh. Nilai budaya dan keyakinan agama juga ikut
mempengaruhi pemberian cairan sebagai minuman tambahan untuk
bayi. Dari generasi ke generasi diturunkan keyakinan bahwa bayi
sebaiknya diberi cairan. Air dipandang sebagai sumber kehidupan,
suatu kebutuhan batin maupun fisik sekaligus (LINKAGES, 2002).
5.3 Budaya
5.3.1 Definisi Budaya
Budaya atau kebudayaan adalah berasal dari bahasa sansekerta yatu
buddhayah, yang merupakan bentuk jamak dari buddhi ( budi dan akal )
diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan dengan budi dan akal manusia.
Dalam bahasa inggris, kebudayaan disebut culture, yang berasal dari kata
Latin Colere, yaitu mengolah atau mengerjakan. Bisa diartikan juga sebagai
mengolah tanah atau bertani. Kata culture juga kadang diterjemahkan
sebagai kultur dalam bahasa Indonesia (Mubarak, 2009).
Manusia pada dasarnya adalah makhluk budaya yang harus
membudayakan dirinya. Manusia sebagai makhluk budaya mampu
melepaskan diri dari ikatan dorongan dan nalurinya serta mampu
menguasai alam sekitarnya dengan alat ilmu pengetahuan yang dimilikinya.
Bangsa Indonesia yang mendiami kepulauan nusantara terdiri atas
bermacam-macam suku bangsa dan ras yang berbeda-beda asal-usul dan
keturunannya,salah satunya yaitu suku mandailing.
17
18
19
BAB III
METODE PENERAPAN KEGIATAN
20
: 35.472.517 km2
: 82,9%
: 17,6%
: 17 Desa/ Kelurahan
: 17 Desa/ Kelurahan
: 17 Desa/ Kelurahan
:-
21
2. Data Demografik
1.1 Kependudukan
Tabel 1. Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin
22
Jenis Kelamin
Jumlah
Persentase (%)
Laki laki
Perempuan
Total
23.162
22.614
45.776
50,1
49,9
100
Jumlah
Persentase (%)
Petani
Buruh
PNS/TNI/POLRI
Pedagang
Pensiunan
Lain lain
19.195
21.568
460
819
82
459
44,23
49,67
1,05
1,9
0,2
1,06
1.2 Pendidikan
Tabel 3. Distribusi penduduk menurut tingkat pendidikan
Tingkat Pendidikan
Jumlah
SD
8.062
SMP
5.170
SMA
2.554
Perguruan Tinggi
114
1.3 Jumlah tempat ibadah
- Masjid : 39 buah
- Gereja : 1 buah
1.4 Jumlah fasilitas pendidikan
- TK
: 32 buah
- SD/MI
: 36 buah
- SMP/MTS
: 7 buah
- SMA/MA
: 5 buah
- Akademi
:- Perguruan Tinggi
:- Pondok Pesantren
: 3 buah
Persentase (%)
19,07
12,23
6,04
0,26
B. Analisis Masalah
Rekapitulasi program kerja gizi di Puskesmas Sugihwaras tahun
2014 didapatkan dari data sekunder Laporan Bulanan Pelayanan Gizi
Puskesmas Sugihwaras bulan Desember 2014.
23
Desa
Alasgung
Bareng
Balongrejo
Bulu
Drenges
Glagahwangi
Genjor
Glagahan
Jatitengah
Kedungdowo
Nglajang
Panemon
Panunggalan
Sugihwaras
Siwalan
Trate
Wedoro
Jumlah
Asi Eksklusif
(%)
100
75
100
100
100
87
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
97,5
BB S. Kurang
(BB/TB)
0
0
1
0
0
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
2
BB S. Kurang
(BB/U)
0
0
3
0
0
3
2
1
1
0
0
1
0
4
2
2
0
19
Desa
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
Alasgung
Bareng
Balongrejo
Bulu
Drenges
Glagahwangi
Genjor
Glagahan
Jatitengah
Kedungdowo
Nglajang
Panemon
Panunggalan
Sugihwaras
Siwalan
Trate
Wedoro
TOTAL
E 0-6 bulan
Jml
%
bln
21
12
39
28
4
33
10
14
10
14
5
13
1
32
25
14
11
286
21
9
39
28
4
29
10
14
10
14
5
13
1
32
25
14
11
279
24
100
75
100
100
100
87
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
97,5
Nama
Umur
Alamat
Pend. Pekerjaan
Anak
ASI
ke
eksklusif
Dukungan
keluarga
Ny.E
23
Alasgung
SD
IRT
Tdk
Tdk
80
Ny.S
26
Alasgung
SD
Swasta
Tdk
Suami
30
Ny.R
27
Balongrejo
SMP
IRT
Ya
Suami+ortu
100
Ny.ST
26
Wedoro
SMA
IRT
Ya
Suami
100
Ny.G
24
Bareng
SMP
IRT
Ya
Suami
100
Ny.N
22
Panemon
SD
IRT
Tdk
Tdk
40
Ny.B
22
Siwalan
SD
IRT
Ya
Suami
80
Ny.S
21
Bulu
SD
Swasta
Ya
Suami
100
Ny.L
30
Trate
SD
IRT
Tdk
Tdk
60
10
Ny.S
27
Genjor
SMP
Petani
Tdk
Suami
80
11
Ny.T
19
Genjor
SMP
Swasta
Ya
Ortu
90
12
Ny.M
22
Genjor
SMP
IRT
Tdk
Tdk
60
13
Ny.P
26
Siwalan
SMA
IRT
Tdk
Suami
50
14
Ny.S
22
Jatitengah
SMP
IRT
Tdk
Tdk
80
15
Ny.N
26
Bulu
SMP
IRT
Tdk
Tdk
60
16
Ny.P
23
Bulu
D3
IRT
Ya
Suami+ortu
100
17
Ny.S
22
Bulu
D3
PNS
Ya
Suami+ortu
100
18
Ny.R
25
Glagahan
SMA
IRT
Ya
Ortu
100
19
Ny.Y
24
Jatitengah
SD
IRT
Ya
Suami
100
25
20
Ny.S
20
Kedungdowo
SMP
IRT
Tdk
Tdk
50
21
Ny.I
25
Balongrejo
SMP
IRT
Tdk
Tdk
100
22
Ny.I
19
Panemon
SMA
Swasta
Tdk
Suami
90
23
Ny.S
27
Sugihwaras
SMA
Swasta
Ya
Suami
100
25
Ny.D
30
Sugihwaras
SD
Petani
Tdk
orangtua
50
26
Ny.E
28
Glagahwangi
SMP
Petani
Tdk
Tdk
80
27
Ny.S
27
Nglajang
SMP
Petani
Tdk
Tdk
80
Kurangnya
petugas
kesehatan
ASI eksklusif.
2.
Kurang
pertanyaan
yang
eksklusif
ibu menyusui
pengambilan
data
ASI
eksklusif.
3. Kurangnya
ibu
keterbukaan
menyusui
petugas
tentang
arti
5.
penyuluhan
partisipasi 6. Penyuluhan terhadap keluarga untuk mendukung ibu
Rendahnya
pengeluaran
ASI.
Alternatif pemecahan masalah di atas apabila dilaksanakan diharapkan
dapat menyelesaikan permasalahan masih tercapainya target pemberian ASI
Ekslusif di Puskesmas Sugihwaras. Namun, untuk melaksanakan pemecahan
masalah tersebut secara bersamaan tidaklah mudah. Untuk itu perlu dipilih
prioritas pemecahan masalah yang paling sesuai untuk Puskesmas
Sugihwaras.
27
Tabel 8.
Matrikulasi Alternatif Pemecahan Masalah
Efektifitas
No.
Efisiensi
Jumlah
(C)
MxIxV
C
Pembinaan
pada
petugas
kesehatan
1.
2.
26,67
12
12
4.
25
6.
melakukan penyuluhan
Penyuluhan terhadap keluarga untuk
16
20
eksklusif
Penyuluhan tentang ASI (cara
penyimpanan, waktu penyimpanan,
8.
tempat penyimpanan)
Motivasi ibu menghindari stress
28
1.
2.
3.
4.
5.
Sangat Rendah
Rendah
Sedang
Tinggi
Sangat Tinggi
(Azwar, 2003)
Berdasarkan kriteria matriks di atas maka urutan prioritas pemecahan
masalah adalah sebagai berikut:
1. Pembinaan pada petugas kesehatan tentang ASI eksklusif.
2. Kader, petugas puskesmas dan bidan desa aktif melakukan
penyuluhan ke semua ibu hamil dan menyusui tentang arti dan
pentingnya ASI eksklusif.
3. Penyuluhan tentang ASI (cara penyimpanan, waktu penyimpanan,
tempat penyimpanan).
4. Penyuluhan terhadap keluarga untuk mendukung ibu untuk
memberikan ASI eksklusif.
5. Memberikan pertanyaan yang mudah dimengerti oleh ibu
menyusui.
6. Menumbuhkan rasa percaya antara ibu menyusui dan petugas
7. Motivasi ibu menghindari stress.
8. Pemberian reward bagi kader yang aktif melakukan penyuluhan.
Tabel 9.
29
S:
masih kurang.
T:
(MxIxV:C = 25)
S : Adanya komitmen dari segenap petugas W: Rendahnya tingkat pendidikan ibu
puskesmas dan bidan desa untuk memberikan
penyuluhan.
O : Adanya perda tentang ASI eksklusif
(Mx CxV:I= 20 )
W: Sulitnya menemukan sejumlah kader
8.
31
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Untuk meningkatkan kinerja para petugas kesehatan dalam program
ASI eksklusif di kecamatan Sugihwaras maka dilakukan pembinaan kepada
petugas kesehatan tentang ASI eksklusif dan cara pengambilan data ASI
eksklusif. Upaya peningkatan pemberian ASI eksklusif di Puskesmas
Sugihwaras dapat dilakukan melalui promotif. Upaya promotif dengan
melibatkan bidan desa dan kader posyandu dalam melakukan penyuluhan
kepada warga kecamatan Sugihwaras terutama ibu hamil dan ibu menyusui
beserta keluarganya, sehingga diharapkan dapat meningkatkan pemberian
ASI eksklusif di kecamatan Sugihwaras.
B. Saran
Dalam pelaksanaan pembinaan terhadap petugas kesehatan dan kader
dibutuhkan ketekunan dan komitmen tinggi dari tenaga kesehatan, serta
diperlukan adanya pembiayaan yang sesuai sehingga program-program
tersebut dapat berjalan dengan lancar.
32
DAFTAR PUSTAKA
Arifin, M. (2004). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Produksi ASI. Dikutip dari
website: www.usudigitallibrary.ac.id.
Badriul, dkk. (2008). Bedah ASI. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.
Budiasih, Sri. (2008). Hanbook Ibu Menyusui. Bandung: Karya Kita.
Cox, S. (2006). Breastfeeding with Confidence, Panduan untuk belajar menyusui
Danuatmaja, Bonny . (2003). 40 Hari Pasca Persalinan. Jakarta: Puspa Swara.
Depkes RI. (2005). Manajemen Laktasi: Buku Panduan Bagi Bidan dan Petugas
Kesehatan di Puskesmas. Dit Gizi Masyarakat-Depkes RI, Jakarta.
Glasier Anna, dkk. (2005). Keluarga berencana & Kesehatan Reproduksi. Jakarta:
EGC.
Griffin, Ricky W.2000. Manajemen Personalia. Jakarta : Erlangga
Hubertin, Sri Purwanti. (2004). Konsep Penerapan ASI Eksklusif. EGC : Jakarta.
Linkages. 2002. Pemberian ASI eksklusif Atau ASI saja:Satu-satunya Sumber
Cairan Yang Dibutuhkan Bayi Usia Dini. http://www.linkages.project.org
Mardiati, I. (2006). Wanita Karir dan Pemberian ASI. Diakses dari
http://www.gizi- net.
Maryunani, Anik. (2009). Asuhan Pada Dalam Masa Nifas (Postpartum). Jakarta:
Tim 2009.
Maulana, Mirza. (2007). What A Whoman Wants. Jogjakarta: Katalog Dalam
Terbitan.
Mubarak. (2009) Ilmu Keperawatan Komunitas, Konsep dan Aplikasi, Salemba
Medika
Nasution, Pandapotan, 2005. Adat Budaya Mandailing dalam Tantangan Zaman,
Forkala, Sumatera Utara
33
Prasetyono, D.S. 2005. ASI Eksklusif Pengenalan,Praktik dan Kemanfaatankemanfaatannya. Diva Press. Yogyakarta
Pudjiadi, S. (2001). Bayiku Sayang: Petunjuk Bergambar Untuk Merawat Bayi
dan Jawaban atas 62 Pertanyaan yang Mencemaskan. Fakultas Kedokteran
UI, Jakarta.
Ramaiah, S. 2006. ASI dan Menyusui. Jakarta. PT Bhuana Ilmu Populer
Kelompok Gramedia.
Roesli, Utami . 2000. Mengenal ASI Eksklusif. Jakarta : Trubus Argriwidya.
Siswono. 2001. Pemberian ASI dalam Satu Jam Pertama Kurangi Risiko
Kematian. http://www.gizi.net.
Yahya, H. (2007). Cairan Ajaib: ASI. Dikutip
http://www.harunyahya.com/indo/artikel/082.htm.
34
dari
website: