BAB I
PENDAHULUAN
Stroke menjadi penyakit terbanyak ketiga setelah penyakit jantung dan kanker,
dan menjadi penyakit penyebab kecacataan tertinggi di dunia. Stroke adalah
gangguan fungsi otak akibat aliran darah ke otak mengalami gangguan yang dapat
mengakibatkan nutrisi dan oksigen yang dibutuhkan otak tidak terpenuhi dengan
baik. Stroke umumnya dikenal dua macam yaitu stroke non hemoragik (stroke
iskemik) dan stroke hemoragik. Penyakit stroke sebagian kecil terjadi di negara
maju dan sebagian besar terjadi di negara berkembang dan meningkat tiap
tahunnya. Lebih dari 80 juta orang menderita stroke, dimana sekitar 5 juta
diantaranya meninggal dalam 12 bulan setelah stroke, sepertiga lainnya
mengalami cacat permanen. Kebanyakan kasus stroke terjadi pada usia lebih dari
50 tahun dan lebih sering menyerang laki-laki daripada wanita. Resiko kematian
stroke dalam 30 hari pertama akibat stroke iskemik atau stroke non hemoragik
adalah sekitar 20%, sedangkan resiko kematian untuk stroke hemoragik adalah
sekitar 70%.1
Berdasarkan penelitian dari American Heart Association, diperkirakan
terdapat lebih dari 700.000 insiden stroke setiap tahun yang menyebabkan lebih
dari 160.000 kematian. Di Indonesia, menurut survei tahun 2004, stroke
merupakan pembunuh nomor satu di rumah sakit pemerintah diseluruh Indonesia.
Diperkirakan ada 500.000 penduduk yang terkena stroke, dimana 125.000 orang
meninggal dan sisanya menderita cacat. Di Indonesia Insiden stroke pada daerah
perkotaan diperkirakan 5 kali lebih besar daripada insiden di daerah pedesaan.1,2
Berdasarkan jabaran diatas, maka penulis tertarik untuk membahas lebih lanjut
mengenai stroke khususnya stroke non hemoragik agar dapat memberikan
wawasan bagi pembaca dan penulis.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 ANATOMI
Otak dibagi menjadi tiga bagian besar: serebrum, batang otak, dan
serebelum. Semua berada dalam satu bagian struktur tulang tengkorak. Pada dasar
tengkorak terdiri dari tiga bagian fossa-fossa. Bagian fossa anterior berisi lobus
frontal serebral bagian hemisfer; bagian tengah fossa berisi lobus parietal,
temporal dan oksipital dan bagian fossa posterior berisi batang otak dan medulla.
Otak mendapat darah dari arteri. Yang pertama adalah arteri karotis interna
yang terdiri dari arteri karotis (kanan dan kiri), yang menyalurkan darah ke bagian
depan otak disebut sebagai sirkulasi arteri serebrum anterior. Yang kedua
adalah vertebrobasiler, yang memasok darah ke bagian belakang otak disebut
sebagai sirkulasi
arteri
serebrum
posterior.
Selanjutnya
sirkulasi
arteri
2.2 DEFINISI
Berdasarkan defenisi WHO (World Health Organization) stroke adalah
gangguan fungsi serebral yang terjadi baik fokal maupun global yang terjadi
mendadak dan cepat, berlangsung lebih dari 24 jam atau meninggal yang
disebabkan oleh gangguan pembuluh darah.4
2.3 EPIDEMIOLOGI
Insiden yang besar ini berbeda angka kejadiannya pada tiap-tiap negara.
Khususnya pada negara maju angka kejadiannya lebih rendah dan cenderung
menurun, sedangkan pada negara-negara berkembang angka kejadian stroke ini
lebih besar dan cenderung mengalami peningkatan tiap tahunnya. Berdasarkan
penelitian dari American Heart Association, diperkirakan di Amerika terdapat lebih
dari 700.000 insiden stroke per tahun yang menyebabkan lebih dari 160.000
kematian per tahun, dengan 4,8 juta penderita stroke yang bertahan hidup. Di
Indonesia, menurut survei tahun 2004, stroke merupakan pembunuh nomor satu di
rumah sakit pemerintah diseluruh Indonesia. Diperkirakan ada 500.000 penduduk
yang terkena stroke, dimana sekitar 25% atau 125.000 orang meninggal dan
sisanya menyandang cacat ringan maupun berat. Dan saat ini Indonesia tercatat
sebagai negara dengan jumlah penderita stroke terbesar di Asia dimana kasus
stroke di RSCM yang mencapai 1.000 kasus per tahun. Di Indonesia Insiden stroke
pada daerah perkotaan (urban) diperkirakan 5 kali lebih besar daripada insiden di
daerah pedesaan (rural). Pertambahan kasus stroke yang tidak diimbangi dengan
perbaikan penatalaksanaan di rumah sakit menyebabkan dalam dekade terakhir
stroke merupakan penyebab kematian nomor 1 di rumah-rumah sakit di
Indonesia.1,2
2.4 KLASIFIKASI
Stroke diklasifikasikan menjadi dua, yaitu stroke hemoragik (primary
hemorrhagic strokes) dan stroke non hemoragik (ischemic strokes).
1. Stroke Hemoragik (SH)
Stroke jenis ini merupakan sekitar 20% dari semua stroke. Stroke jenis ini
diakibatkan oleh pecahnya suatu mikro aneurisma di otak. Stroke ini
dibedakan atas: perdarahan intraserebral, subdural, dan subaraknoid.
2. Stroke Non Hemoragik (SNH)
Stroke non hemoragik (SNH) merupakan gangguan sirkulasi cerebri yang
dapat timbul sekunder dari proses patologis pada pembuluh misalnya
trombus, emboli dari pembuluh darah di luar otak atau penyakit vaskuler
dasar seperti arterosklerosis dan arteritis yang mengganggu aliran darah
3
b. Berdasarkan Etiologi
Embolisme cerebral (bekuan darah atau material lain yang dibawa ke otak
dari bagian tubuh yang lain)
merupakan penyumbatan pembuluh darah otak oleh bekuan darah, lemak
dan udara. Pada umumnya emboli berasal dari thrombus di jantung yang
terlepas dan menyumbat sistem arteri serebral. Sehingga, terjadi
penyumbatan dan darah tidak bisa mengaliri oksigen dan nutrisi ke otak.
Emboli tersebut berlangsung cepat dan gejala timbul kurang dari 10-30
detik.5
Iskemia
Suplai darah ke jaringan tubuh berkurang karena penyempitan atau
penyumbatan pembuluh darah.5
2.6 PATOFISIOLOGI
Dalam keadaan fisiologis, jumlah darah yang mengalir ke otak adalah 5060
ml per 100 gram otak per menit. Jadi jumlah darah untuk seluruh otak, yang kirakira beratnya antara 1200-1400 gram adalah 700-840 ml per menit. Dari jumlah
darah itu, satu pertiganya disalurkan melalui tiap arteri karotis interna dan satu
pertiga sisanya disalurkan melalui susunan vertebrobasilar. Daerah otak tidak
berfungsi bisa karena secara tiba-tiba tidak menerima suplai darah lagi karena
arteri yang memperdarahi daerah tersebut putus atau tersumbat. Penyumbatan itu
bisa terjadi secara mendadak atau secara berangsur-angsur.6
Defisit neurologi
Defisit lapang penglihatan
Manifestasi
a.Tidak
menyadari
orang
atau
objek,
satu
sisi
tubuh,
Homonimus Hemlanopsia
mengabaikan
Diplopia
salah
2.
Defisit Motorik
Hemiparesis
Hemiplegia
Ataksia
Disatria
Disfagia
3.
a. Kesemutan
4.
Defisit verbal
Fasia ekspresif
Fasia reseptif
Afasia global
dapat dipahami
b. Tidak mampu memahami kata yang
dibicarakan, mampu berbicara tapi tidak
masuk akal
c. Kombinasi afasia reseptif dan ekspresif
5.
Defisit kognitif
mampu
berkonsentrasi,
dan
perubahan penilaian.
6.
Defisit Emosional
a. Kehilangan
kontrol
diri,
labilitas
2.9 DIAGNOSIS
Diagnosis didasarkan atas hasil4,9 :
A. Anamnesis :
- Terjadinya keluhan / gejala defisit neurologi yang mendadak
- Tanpa trauma kepala
- Adanya faktor resiko gangguan pembuluh darah otak
B. Pemeriksaan Fisik
- Adanya defisit neurologi fokal
- Ditemukan faktor resiko (hipertensi, kelainan jantung, dll)
- Bising pada auskultasi atau kelainan pembuluh darah lainnya
C. Pemeriksaan penunjang
- Pemeriksaan neurovaskular.
- Laboratorium klinik (pemeriksaan darah rutin, gambaran darah, kimia
darah, gas darah, elektrolit)
9
- Pungsi lumbal.
- CT (computed / computerized tomography) scan.
- Angiografi serebral (karotis atau vertebral)
- MRI (Magnetic Resonance Imaging).
- Ultrasonografi
- EKG & Foto thorax
Perbedaan antara stroke hemoragik dan stroke non-hemoragik sangat penting
dalam rangka pengobatan stroke, pengetahuan mengenai taraf ketepatan
pembuktian klinis terhadap stroke hemoragik dan stroke non-hemoragik yang
dapat diandalkan akan sangat membantu para dokter yang bekerja di daerah
terpencil dengan fasilitas pelayanan medis yang sangat terbatas dan belum
tersedianya pemeriksaan penunjang yang memadai (misalnya CT-Scan). Untuk
itu beberapa peneliti mencoba membuat perbedaan antara kedua jenis stroke
dengan menggunakan tabel dengan sistem skor.4,10
1) Skor Siriraj
1
Kesadaran ( x 2,5 )
Bersiaga
Pingsan
No
Yes
No
2 jam ( x 2 )
Yes
Muntah ( x 2 )
DBP x 0,1
Atheroma markers ( x 3 )
None
diabetes, angina,
1/>
claudicatio intermitten
- 12
Konstanta
Total skor =
Interpretasi skor
Skor
-1
1
=
=
Infark
Hemoragik
Keterangan :
DK = Derajat kesadaran (Sadar = 0, mengantuk/stupor = 1, semikoma/koma = 2)
MT = Muntah (Tidak muntah = 0, muntah = 1)
NK = Nyeri kepala (Tidak nyeri kepala = 0, nyeri kepala = 1)
TD = Tekanan darah diastolik
TA = Tanda ateroma(Tidak ada tanda ateroma = 0, ada tanda ateroma (seperti :
diabetes, angina, penyakit pembuluh darah perifer = 1
Bila skor total > 1, berarti stroke hemoragik
Bila skor total < -1, berarti stroke non hemoragik
2.10 PENATALAKSANAAN
Prinsip penatalaksanaan stroke non hemoragik yaitu memulihkan iskemik akut
yang sedang berlangsung (3-6 jam pertama), mencegah perburukan neurologis
11
B. Penatalaksanaan Khusus
Terapi spesifik pada stroke iskhemik akut atas dasar patofisiologinya dapat
dibagi sebagai berikut10:
a. Anti Trombotik
Obat Anti-Platelet
Bertujuan untuk memblokade agregasi platelet, obat ini dapat
menghambat agregasi trombosit sehingga menyebabkan terhambatnya
pembentukan trombus yang terutama sering ditemukan pada sistem
arteri.
12
- Aspirin yang diberikan dalam 48 jam pada stroke iskemik akut dapat
memperbaiki sedikit prognosis. Batas pemberian aspirin setiap hari
80-1300 mg. Efek sampingnya adalah rasa tidak enak diperut dan
perdarahan saluran cerna. Pengobatan gabungan dengan platelet lain
yang dapat meningkatkan manfaat dari kerja aspirin.10
- Tiklopidin menghambat jalur ADP membran trombosit secara
reversible, mengurangi kadar fibrinogen dan menaikkan defomabilitas
eritrosit.
Efek samping
waktu
terbaik
untuk
memulai
pemberian
pengobatan
antikoagulan.10
b. Obat Trombolitik
Trombolisis Intravena
Recombinant tissue plasminogen activator (r-tPA), streptokinase,
urokinase, ankrod
(enzim
bisa
ular),
SVTA-3
(snake
venom-
13
90 mg, dengan 10% dari dosis diberikan sebagai bolus dan sisanya lewat
infus selama 60 menit.10
Trombolitik Intra-Arterial
Pro-urokinase intra-arterial (pro ACT II 1999), gabungan r-tPA intravena
dan intra-arterial, gabungan neuroprotektan dengan r-tPA serta gabungan
penghambat IIb IIIa dengan r-tPA muncul sebagai alternatif pengobatan
tetapi dikatakan masih memerlukan penyelidikan lebih lanjut untuk
mendapatkan pengakuan dari FDA Amerika Serikat.10
c. Obat Neuroprotektif
Obat-obat mencegah iskemia dini
- L-glutamate, suatu neurotransmitter perangsang alami bekerja sebagai
neurotoksin endogen. Kadar tinggi asam-amino perangsang (EAA)
mengakibatkan rangsangan sinaptik berlebihan, dengan akibat
perangsangan berlebihan dan kematian sel. Atas dasar ini dicari obatobatan pencegah rangsangan EAA (EAA antagonis). NMDA serta
glutamate bloker lain diharapkan dapat mengatasi toksisitas karena
glutamate dan CA. Stabilisator membran, citicholine bekerja
memperbaiki
membran
sel
dengan
cara
menambah
sintesis
choline
dan
menghambat
pengerusakan
2.11 PROGNOSIS
Sebanyak 75% penderita stroke tidak dapat bekerja kembali akibat
ketidakmampuan tubuhnya, oleh sebab itu pada beberapa kasus terjadi gangguan
emosional dan kejiwaan pada penderita stroke. Keadaan emosional yang tidak
stabil terjadi sebanyak 20% pada penderita stroke, sedangkan 30-50% penderita
stoke mengalami depresi post-stroke yang ditandai dengan gejala-gejala seperti
letargi, sulit tidur, rendah diri, dan menarik diri dari masyarakat.4
15
BAB III
LAPORAN KASUS
: NWS
Umur
: 51 tahun
Jenis Kelamin
: Perempuan
Suku
: Bali
Agama
: Hindu
Pendidikan
: SD
Status Perkawinan
: Menikah
Pekerjaan
: Pedagang
Alamat
: Pande, Pejeng
Tanggal MRS
: 19 Desember 2014
3.2 ANAMNESIS
Keluhan Utama : Lemah separuh tubuh kanan
1 x 5 mg. Obat tersebut rutin diminum pasien hingga 5 hari yang lalu pasien tidak
mengkonsumsi obat tersebut karena merasa dadanya tidak enak.
Riwayat alergi, sesak napas, penyakit ginjal, penyakit jantung, maupun
kencing manis disangkal oleh pasien.
: Spontan pervaginam
Mulai Bicara
: Tidak ingat
Gagap
: Tidak Ingat
Mulai Jalan
: Tidak Ingat
Mulai Membaca
: Tidak Ingat
: Tidak ada
Ngompol
: Ada
Pendidikan
: SD
Kebiasaan
: Kanan dominan
Makanan
: Cukup
Minuman Keras
: Tidak Ada
Merokok
: Tidak Aa
Kawin
: Menikah
3.3
PEMERIKSAAN FISIK
Berat
: 60 kg
Tinggi
: 158 cm
18
Tekanan darah :
Kanan : 170/100 mmHg
Kiri
: 170/100 mmHg
Nadi:
Kanan : 76 kali/menit
Kiri
: 76 kali/menit
Respirasi
: 18 kali/menit reguler
Suhu aksila
: 36,2 C
Pemeriksaan Umum
Kepala
: Normosefali
Mata
THT
Telinga
Hidung
: Sekret (-)
Tenggorokan
Lidah
Leher
Thorax
Cor
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Palpasi
: Vocal fremitus
Perkusi
: Sonor/sonor
Abdomen
Inspeksi
Perkusi
: Timpani
Ekstremitas
akral hangat
+
+
Edema
Kecerdasan
Kelainan Jiwa
: Tidak ada
Kaku dekortikasi
: Tidak ada
Kaku deserebrasi
: Tidak ada
: (-)
: Tidak dievaluasi
Deviation Conjugee
: Tidak ada
Krisis Okulogirik
: Tidak ada
Opistotonus
: Tidak ada
Kranium
Bentuk
: Normosefali
Fontanel
: Tertutup
Perkusi
: Redup
Transiluminasi
: Tidak dievaluasi
Simetris kiri-kanan
: Simetris
Kedudukan
: Normal
Palpasi
Auskultasi
: Bruit (-)
20
Pemeriksaan Khusus
Rangsangan selaput otak
Kaku kuduk
: (-)
Tanda Kernig
: (-/-)
Brudzinski I
: (-/-)
Brudzinski II
: (-/-)
Saraf Otak:
Nervus I
Subjektif
Objektif
: normal/normal
Nervus II
Visus
: >2/60 / >2/60
Kampus
: tidak dievaluasi
Hemianopsi
: tidak dievaluasi
Melihat warna
: normal/normal
Skotom
Celah mata
: Normal/normal
Ptosis
Pupil
Refleks pupil
: Langsung : +/+
Konsensual : +/+
: -/-
Nervus V
Motorik
: Normal/Normal
21
Sensibilitas
: Normal/Normal
Refleks Kornea
: +/+
Refleks Korneomandibular
: -/-
: -/-
Refleks Bersin
: +/+
Refleks Maseter
: -/-
Trismus
: Tidak ada
Refleks Snout
: -/-
Refleks Menetek
: -/-
Nyeri Tekan
: -/-
Nervus VII
Otot wajah saat istirahat
: Simetris / Simetris
Mengerutkan dahi
: Normal / Normal
Menutup mata
: Normal / Normal
Meringis
Mencucu
: Mencong ke kanan
Gerakan involunter
: Tidak ada
Indera pengecap
: Tidak dievaluasi
: Normal/Normal
Tanda chvostek
: Tidak dievaluasi
Refleks glabela
: (-)
Nervus VIII
Pendengaran
: sulit dievaluasi
Tes Pendengaran
: belum dievaluasi
Tinitus
: Tidak ada
Keseimbangan
: belum dievaluasi
Vertigo
: tidak ada
Nervus IX,X,XI,XII
Langit langit lunak
: Simetris
Menelan
: Normal
Disartri
: Tidak ada
Disfoni
: Tidak ada
22
Lidah
Tremor, Fasikulasi, Atropi
: Tidak ada
: mencong ke kiri
Dijulurkan
: mencong ke kanan
Refleks Muntah
:+
Mengangkat Bahu
: tidak bisa/normal
Fungsi m. sternokleidomastoid
: normal/normal
: sulit dievaluasi
Anggota atas
Simetris: Simetris
Tenaga :
m. deltoid
: 1/5
m.bisep
: 1/5
m. trisep
: 1/5
: 1/5
: 1/5
: 1/5
Tonus
: / Normal
Tropik
: Normal / Normal
Refleks
Biseps
: ++/++
Triseps
: ++/++
Radius
: ++/++
Ulna
: ++/++
Leri
: +/+
Meyer
: +/+
Grewel
: Tidak dievaluasi
Hoffman-Trommer
: -/-
Memegang
: +/+
23
Palmomental
: Tidak dievaluasi
Sensibilitas
Rasa Raba
: /+
Rasa Nyeri
: /+
Rasa Suhu
: Tidak dievaluasi
Proprioseptif
: Normal / Normal
Vibrasi
: Tidak dievaluasi
Stereognosis
: Normal / Normal
Barogenesis
: Normal / Normal
Diskriminasi 2 titik
: Normal / Normal
Grafestesia
: Normal / Normal
Topognosis
: Normal / Normal
Parestesia
Koordinasi
Tes telunjuk-telunjuk
: Belum dievaluasi
Tes telunjuk-hidung
: Belum dievaluasi
: Belum dievaluasi
: Belum dievaluasi
Dismetri
: Belum dievaluasi
Fenomena Lajak
: Belum dievaluasi
Vegetatif
Vasomotorik
: Normal/normal
Sudomotorik
: Normal/normal
Piloarektor
: Normal/normal
Gerakan involunter
Badan
Keadaan Kolumna Vertebralis
Kelainan/Nyeri
: Tidak Ada
Gerakan
: -/+
Refleks kremaster/anal
: Belum dievaluasi
24
Sensibilitas
: Normal/normal
Vegetatif
Kandung Kencing
: Normal
Rektum
: Normal
Genitalia
: Normal
Gerakan involunter
Anggota bawah
Simetri: Simetris
Tenaga:
Fleksi Panggul
: 2/5
Ekstensi Panggul
: 2/5
Fleksi Lutut
: 2/5
Ekstensi Lutut
: 2/5
Plantar Fleksi
: 2/5
Dorso Fleksi
: 2/5
Tonus
: / Normal
Tropik
: Normal / Normal
Refleks
Lutut
: ++/++
Achilles
: ++/++
: ++/++
Plantar
Babinski
: +/-
Oppenheim
: +/-
Chaddock
: +/-
Gordon
: +/-
Schaeffer
: +/-
Stransky
: -/-
Gonda
: -/-
Bing
: tde
Mendel-Bechterew
: -/25
Rossolimo
: -/-
Sensibilitas
Rasa raba
: /+
Rasa Nyeri
: /+
Rasa Suhu
: Tidak dievaluasi
Proprioseptif
: Normal / Normal
Vibrasi
: Tidak dievaluasi
Stereognosis
: Normal / Normal
Barogenesis
: Normal / Normal
Diskriminasi 2 titik
: Normal / Normal
Grafestesia
: Normal / Normal
Topognosis
: Normal / Normal
Parestesia
Koordinasi
Tes tumit lutut ibujari kaki
: Belum dievaluasi
: Belum dievaluasi
: Belum dievaluasi
Berjalan memutar
: Belum dievaluasi
: Belum dievaluasi
Gaya Jalan
: Belum dievaluasi
Vegetatif
Vasomotorik
: Normal/normal
Sudomotorik
: Normal/normal
Piloarektor
: Normal/normal
Gerakan Involunter
Tes Romberg
: Belum dievaluasi
Afasia : Motorik
: Tidak Ada
Fungsi Luhur
Sensorik
: Tidak Ada
Amnestik
: Tidak Ada
Konduksi
: Tidak Ada
Global
: Tidak Ada
26
Agrafia
: Tidak dievaluasi
Aleksia
: Tidak dievaluasi
Apraksia
: Tidak dievaluasi
Agnosia
: Tidak ada
Akalkulia
: Tidak ada
Pemeriksaan Lain
Tanda Myerson
: Tidak dievaluasi
Tanda Lhermitte
: Tidak dievaluasi
Tanda Nafzinger
: Tidak dievaluasi
Tanda Dejerine
: Tidak dievaluasi
Tanda Tinel
: Tidak dievaluasi
Tanda Lasegue
Tanda Oconnel
Pemeriksaan Laboratorium
Darah Lengkap dilakukan pada tanggal 19/12/2014
TES
WBC
HGB
HCT
MCV
PLT
HASIL
8,1
12,8
38,3
80,7
294
UNIT
x103/L
g/dL
%
fL
x103/L
NORMAL
4.00 10.00
11.00 16.00
37.00 54.00
82.00 95.00
150.00 450.00
KET
27
- Kesan : Tidak tampak adanya infark dan hipodens, tidak tampak adanya SOL,
tulang-tulang intak
3.4 RESUME
Pasien perempuan usia 51 tahun, Hindu, Suku Bali, kinan, sudah menikah, dalam
keadaan sadar diantar oleh keluarganya ke IGD RSUD Sanjiwani, Gianyar dengan
keluhan lemah separuh tubuh bagian kanan. Keluhan dirasakan mendadak sejak
setelah bangun pada pagi hari 14 hari yang lalu. Keluhan tidak membaik saat
istirahat dan saat ini lemah separuh tubuh bagian kanan tersebut masih dirasakan.
Tangan kanan masih tidak dapat digerakan, namun kaki kanan dapat digerakan ke
kanan atau ke kiri, belum dapat diangkat. Pasien juga mengeluhkan kesemutan
28
dan terasa tebal pada separuh tubuh bagian kanan. Saat ini keluhan tersebut agak
berkurang namun masih dirasakan. Pasien mengalami sakit kepala sejak 5 hari
sebelum masuk rumah sakit, tetapi tidak mengalami mual, muntah, ataupun
penglihatan kabur dan ganda. Pasien memiliki riwayat tekanan darah tinggi sejak
10 tahun dan rutin minum obat hingga 5 hari sebelum masuk rumah sakit, pasien
tidak mengkonsumsi obatnya. Pasien juga pernah dirawat di RSUD Sanjiwani
Gianyar karena mengalami stroke sekitar 1,5 tahun yang lalu. Riwayat alergi,
kencing manis, penyakit ginjal, dan penyakit jantung disangkal oleh pasien.
Riwayat stroke, alergi, asma, hipertensi, kencing manis, penyakit ginjal, dan
penyakit jantung dalam keluarga disangkal.
Status Present
Tekanan darah
Nadi
: 76 kali / menit
Respirasi
: 18 kali/menit reguler
Suhu aksila
: 36,2 C
Status General
Status Neurologi
: GCS E4VxM6
++
++
++
29
3.7
3.8
PENATALAKSANAAN
Umum
-
Breathing : Lapangkan jalan nafas (Pada pasien jalan nafas sudah lapang,
pasien bernafas spontan)
Blood
Brain
: Pemberian neuroprotektor
Bladder
Bowel
Bone
: Mobilisasi
Khusus
1.
2.
Asetosal 1x80 mg
3.
4.
Amlodipine 10 mg 0 0
Monitoring
3.9
Higienitas pasien
Rehabilitasi medis
PROGNOSIS
Vitam
: Dubius ad Bonam
Fungsionam
: Dubius ad Malam
30
BAB IV
PEMBAHASAN
Stroke dapat didefinisikan sebagai suatu penyakit defisit neurologis
fokal maupun global yang terjadi secara mendadak dalam waktu lebih dari 24
jam, atau kurang dari 24 jam namun berakhir pada kematian, oleh karena adanya
gangguan pembuluh darah otak. Pada kasus ini pasien perempuan, 51 tahun,
mengeluh lemah separuh tubuh kanan. Lemah dirasakan mendadak saat pasien
bangun tidur pada pagi hari dan kemudian tiba-tiba merasa lemas pada tubuh
bagian kanan. Pasien juga mengeluh kesemutan, terasa tebal pada tangan dan kaki
kanan, sakit kepala, tetapi keluhan mual, muntah, penglihatan kabur ataupun
penglihatan ganda disangkal oleh pasien. Dari uraian tersebut dan berdasarkan
definisi stroke, kasus ini menunjukkan adanya stroke.
Untuk membedakan stroke hemoragik dan non hemoragik dapat
berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik. Pada stroke hemoragik didapatkan
kesadaran yang menurun hingga koma, tekanan darah yang tinggi, didapatkan
muntah, adanya kaku kuduk, dan hasil CT-Scan yang hiperdense. Sedangkan pada
stroke non hemoragik didapatkan kesadaran yang baik, tekanan darah normal,
tidak ada muntah, tidak ada kaku kuduk, dan hasil CT-Scan yang hipodense.
Selain itu, stroke non hemoragik cenderung terjadi berulang. Pada kasus ini
didapatkan kesadaran pasien baik, dan tekanan darah yang tinggi atau hipertensi,
tidak didapatkan muntah, tidak ada kaku kuduk, hasil CT-Scan yang hipodense,
dan kejadian berulang. Hal tersebut sesuai dengan temuan pada stroke non
hemoragik, sehingga pada kasus ini dicurigai terjadinya stroke non hemoragik.
Selain dari temuan yang ada, dapat pula menggunakan Siriraj Score di
mana
SS
(2,5xKesadaran)+(2xMuntah)+(2xNyeri
kepala)+(0,1xTekanan
31
Pada pasien ini diberikan penanganan umum sesuai dengan prinsip 6B.
Pemberian citicolin yang merupakan neuroprotektor, dapat meningkatkan aliran
darah dan konsumsi oksigen di otak pada pengobatan gangguan serebrovascular.
Pada pasien diberikan asetosal yang merupakan anti agregasi platetet, karena
penyebab dari stroke non hemoragik adalah adanya thrombus yang menyumbat
pembuluh darah, dan diberikan neurodex yang mengandung vitamin B1B6B12.
Pasien juga mendapatkan amlodipine 10 mg yang diminum pada pagi hari untuk
mengendalikan tekanan darah pasien.
33
BAB V
SIMPULAN
Stroke adalah gangguan fungsi serebral yang terjadi baik fokal maupun
global yang terjadi mendadak dan cepat, berlangsung lebih dari 24 jam atau
meninggal yang disebabkan oleh gangguan pembuluh darah. Secara etiologi
stroke dapat dibedakan menjadi stroke hemoragik dan stroke non-hemoragik. Cara
Membedakan kedua jenis stroke ini dapat diperoleh dari melakukan anamnesis,
pemeriksaan fisik dan ditunjang dengan melakukan CT-Scan Kepala. Dapat pula
dilakukan dengan penghitungan Siriraj Score apabila scorenya 1 maka pasien
dapat didiagnosis dengan stroke non-hemoragik sedangkan bila scorenya >1 maka
pasien dapat didiagnosis stroke hemoragik. Secara umum untuk penanganan
stroke didasarkan oleh 6 B yaitu Breathing, Blood, Brain, Bladder, Bowel dan
Bone dan ditambahkan dengan penanganan khusus untuk tipe stroke.
34
DAFTAR PUSTAKA
1. Dinata CA, Safrita A, Sastri S. 2013. Gambaran faktor risiko dan tipe stroke pada
pasien rawat inap di bagian penyakit dalam RSUD kabupaten solok selatan
periode 1 januari-31 juni 2012. Jurnal Kesehatan Andalas, 2 (2): 57-61.
2. Ngoerah,
C. Nieswandt, B.
Molecular Mechanisms of
35