Anda di halaman 1dari 45

LAPORAN KASUS

Limfadenitis
Tuberculosis
Disusun Oleh :
Noerlailatul Fitrah
Pembimbing
Dr. Iwan , Sp.P
KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT DALAM
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA

Identitas Pasien
2

: Tn. M
Nama
Jenis Kelamin : Laki-laki
: 28 tahun
Usia
: Islam
Agama
Pekerjaan : Buruh pabrik
: Cilincing, Jakarta Utara
Alamat
: 01 juli 2015
Tgl Masuk RS

ANAMNESIS
(Autoanamnesis)

KU

Benjolan dileher kiri sejak 1 bulan


yang lalu SMRS

RP
S

Pasien datang ke RSIJ Pondok kopi dengan


keluhan timbul benjolan dileher kiri sejak 1
bulan yang lalu. Pasien mengatakan benjolan
tidak merah, tidak terasa nyeri dan menetap.
Pasien merasakan bennjolan sebesar
kelereng. Pasien mengatakan pasien
mengatakan kadang-kadang merasakan
demam dan hilang timbul.

2 minggu sebelum masuk rumah sakit


pasien mengeluhkan sakit saat menelan, lalu
pasien pasien meminum obat yang dibeli
diapotik dan nyeri yang dirasakn
berkurang. Pasien mengatakan selama
sebulan ini tidak nafsu makan dan membuat
pasien kehilangan berat badannya. Pasien
juga merasa lemas seluruh tubuh dan sakit
kepala yang hilang timbul.

Pasien mengatakan tidak ada demam, mual,


muntah dan keringat malam. Pasien mengatakan
tidak ada riwayat batuk batuk lama.

6 hari sebelum masuk rumah sakit pasien


mengatakan benjolan dileher bertambah,
tidak merah, tidak nyeri, menetap dan ukuran
sebesar kelereng

Riwayat
Penyaki
t
Dahulu

Pasien belum pernah


mengalami keluhan
seperti ini sebelumnya.
Riwayat hipertensi, DM,
asma, dan TB Paru
disangkal

Riwayat Penyakit Keluarga. Di keluarga


tidak ada yang menderita keluhan yang sama
seperti ini. Riwayat DM pada ayah pasien,
riwayat HT pada ibu pasien.
Riwayat Pengobatan. Pasien
belum pernah berobat
sebelumnya.
Riwayat
Allergi.

Allergi Makanan
(-), Obat-obatan
(-)

Riwayat Psikososial
Pasien bekerja sebagai
buruh pabrik, merokok (+)
bungkus/hari, alkohol (-).
Pasien makan sedikit.

PEMERIKSAAN
FISIK

Keadaan Umum :
Tampak Sakit Sedang

Kesadaran :
Compos mentis

36,8C

Tanda Vital

90 x/menit
24 x/menit
120/80 mmHg
Antropom
etri

5040 Kg
155 cm
BMI

16.1 Kg/m

underweig
ht

STATUS GENERALIS
10

Normocephal, distribusi
rambut rata

Mata Cekung (-/-)


Konjungtiva anemis (-/-)
sklera ikterik (-/-)
refleks pupil (+/+) isokor

Normotia, serumen
-/-

JVP tidak meningkat, Tiroid


tidak teraba membesar

Normonasi, epistaksis
-/-, deviasi septum -/-

Terdapat pembesaran
kelenjar

Mukosa Bibir
kering, stomatitis
(-) lidah kotor (-)

Inspeksi : tampak 2
benjolan di supraclavicula
sinistra, tidak merah

Palpasi : Teraba benjolan di


supraclavicula sinistra,
benjolan I berukuran 2 cm,
konsistesi kenyal,
permukaan rata, mobile,
tidak nyeri. Benjolan II
ukuran 4 cm, konsistensi

10

Pemeriksaan Fisik
Paru
Inspeks
i

Normochest, simetris
retraksi dinding dada (-)

Palpasi

Vocal fremitus teraba sama

Perkusi

Sonor seluruh lapang paru

Auskultas
i

Bunyi vesikuler (+/+) ronkhi (-/-)


basah halus, wheezing (-/-)

14

Pemeriksaan Jantung
Inspeks
i

Ictus cordis tidak terlihat

Palpasi

Ictus cordis teraba di ICS 5


linea midklavikularis
sinistra

Perkusi

Batas jantung relatif dalam


batas normal

Auskultasi

Bunyi jantung I dan II


murni regular, murmur
(-), gallop (-)

Inspeksi : datar,
scar (-)
Auskultasi : BU (+)
normal
Palpasi : Supel,
nyeri tekan (-),
Hepatomegali (-),
Splenomegali (-),
Perkusi : Timpani
seluruh kuadran.

Abdomen

Superior: Akral
hangat, udem (-/-),
CRT< 2 detik
Inferior: Akral
hangat, udem (-/-),
Ekstremita
CRT< 2 detik,

Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan

Hasil

Nilai Rujukan

Satuan

Hematologi Rutin

Hemoglobin

12.3

13.5-17.5

g/dl

Hematokrit

37

40-50

Leukosit

7.8

5.0-10.0

10^3/L

Basofil

0.3

0.0-1.0

Eosinofil

0.9

1.0-3.0

Netrofil

60.1

37.0-72.0

Limfosit

30.5

20.0-40.0

Monosit

8.2

2.0-8.0

LED

61

0-10

Mm/hour

LDH

610

200-400

U/L

Pemeriksaan radiologi :
Rontgen thoraks didapatkan kesan : tb
paru
Mantoux test
: positif

Resume
OS, Perempuan, umur 43 tahun datang dengan
keluhan BAB cair sejak 12 jam SMRS lebih dari
10x. Tinja berwarna kuning dan terdapat
ampas. Keluhan disertai dengan nausea,
vomitus, cephalgia, malaise, intake sulit.
Pada pemeriksaan fisik ditemukan mukosa bibir
kering, nyeri tekan epigastrium, BU (+)
14x/menit.
Pada pemeriksaan Lab ditemukan leukositosis
14,02 ribu/l.

Daftar Masalah &


Assesstment

S : pasien mengeluh terdapat benjolan leher kiri, tidak nyeri, kadang


kadang ada demam, tidak ada batuk dan keringat malam
O : TD 120/80, nadi 90x/menit, RR 24x/menit, Suhu 36,8 0C. BB
menurun. 50 kg 40 kg. Pada pemeriksaan fisik Kepala, thoraks,
abdomen dan ekstremitas dalam batas normal. Pada pemeriksaan leher
kiri didapatkan 2 benjolan regio supraclavicula sinistra, benjolan I
berukuran 2 cm, konsistesi kenyal, permukaan rata, mobile, tidak
nyeri. Benjolan II ukuran 4 cm, konsistensi kenyal, permukaan rata,
mobile, tidak nyeri

Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan hematokrit 37%,


eosinofil dan monosit meningkat, LDH 610 u/l, Mantoux test positif.
Rontgen thoraks kesan tb paru

A : Limfadenitis Tuberculosis
P :
Terapi :
Non-medikamentosa:

Tirah baring
Diet makanan lunak
Edukasi kepada pasien untuk minum OAT ekstra
paru pada pasien
Konsul ke ahli bedah biopsi

Medikamentosa:

OAT kategori I
Neurosanbe tablet

LIMFADENITIS
TUBERCULOSIS

WHO -- > Tb terus meningkat


Indonesia peringkat kelima dengan
insiden Tb tertinggi didunia
Tb ekstrapulmoner 15-20% dari semua
kasus TB, > 50% limfadenitis Tb lebih
sering terjadi
Angka kejadian perempuan : laki-laki
(2:1)

KGB terbungkus kapsul fibrosa yg berisi kumpulan sel


pembentuk pertahanan tubuh dan tempat penyaringan
antigen dari pembuluh getah bening yang melewatinya.
sebagai filter berbagai mikroorganisme asing dan partikel
hasil degradasi sel atau metabolisme.

Limfadenitis
Limfadenitis merupakan peradangan
pada kelenjar limfe atau getah bening,
sedangkan limfadenitis tuberculosis (TB)
merupakan peradangan pada kelenjar
limfe atau getah bening yang
disebabkan oleh basil tuberculosis
scrofula

Etiologi

M. Tuberculosis
M. Bovis, M.
Caprae, M.
Africanum, M.
Microciti, M.
Pinnipedii, M.
canneti

Penularan TB

Droplet

Faktor yang berpengaruh :


- Dosis/ jumlah paparan
- Konsentrasi kuman di
udara
- Virulensi kuman
- Durasi/ lama pajanan
- Keadaan imunitas host

Patofisiologi

Manifestasi klinis

Pembesaran
kelenjar :

Limfadenitis Kepala
dan leher
Limfadenitis
epitroklear
Limfadenitis aksila
Limfadenitis
supraclavicula
Limfadenitis inguinal
Limfadenitis
generalisata

Stadium 1, pembesaran kelenjar berbatas


tegas, mobile dan diskret
Stadium 2, pembesaran kelenjar yang
kenyal serta terfiksir ke jaringansekitar oleh
karena adanya periadenitis
Stdium 3, perlunakan di bagian tengah
kelenjar (central softening) akibat
pembentukan abses
Stadium 4, pembentukan collar-stud abscess
Stadium 5, pembentukan traktus sinus

Diagnosis
Untuk mendiagnosa limfadenitis TB dilakukan
melalui anamnesis dan pemeriksaan fisik yang
lengkap. Selain itu ditunjang oleh pemeriksaan
penunjang seperti pemeriksaan mikrobiologi,
tes tuberculin, pemeriksaan sitologi, dan
pemeriksaan radiologis
pengobatan sebelum diagnosis akhir dapat
dibuat berdasarkan biopsi dan kultur. Selain
itu, juga penting untuk membedakan jenis
penyebab infeksi apakah karena
mikobakterium tuberkulosis atau nontuberkulosis

Pemeriksaan mikrobiologi dan kultur


Tes tuberkulin :

Hasil diameter >10mm : positif

Uji interferon
Serologi :
ELISA : PPD, A60, LAM
Sample : darah, sputum, cairan bronkus,
cairan pleura, css

Pemeriksaan radiologis

Foto thoraks, USG, CT scan dan MRI

Patologi anatomi

Penatalaksanaan

Non farmakologis

Pembedahan : biopsi eksisional


Aspirasi
Insisi dan drainase
Tirah baring
Diet makanan lunak
edukasi

Farmakologi

Pemberian OAT

(PDPI) (2011) mengklasifikasikan


limfadenitis TB ke dalam TB ekstra paru
dan mendapat terapi Obat Anti
Tuberkulosis (OAT) Kategori I. Regimen
obat yang digunakan adalah
2HRZE/4H3R3. Obat yang digunakan
adalah Rifampisin, Isoniazid, Pirazinamid,
dan Etambutol.

Pengobatan TB
Intensif

penderita mendapat obat setiap hari


dan perlu diawasi secara langsung
untuk mencegah terjadinya
kekebalan obat.
Bila pengobatan tahap intensif
tersebut diberikan secara tepat,
biasanya penderita menular menjadi
tidak menular dalam kurun waktu 2
minggu.
Sebagian besar penderita TB BTA
positif menjadi BTA negatif (konversi)
dalam 2 bulan

Lanjutan

Pada tahap lanjutan penderita


mendapat jenis obat lebih
sedikit, namun dalam jangka
waktu yang lebih lama
Tahap lanjutan penting untuk
membunuh kuman persister
(dormant) sehingga mencegah
terjadinya kekambuhan

Kategori 1 (2HRZE/4H3R3)

Paduan OAT ini diberikan untuk pasien


baru:
- Pasien baru TB paru BTA positif
- Pasien TB paru BTA negatif foto toraks
positif
- Pasien Tb ekstra paru

Kategori 2 (2HRZES / HRZE / 5H3R3E3)

Obat ini diberikan untuk :


- Pasien kambuh
- Paien gagal
- Pasien dengan pengobatan setelah putus
berobat (default)

TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai