Anda di halaman 1dari 4

Adenotonsilitis kronis adalah radang kronis pada tonsila palatina dan adenoid.

(1,2)
Tonsilitis adalah peradangan tonsil palatina yang merupakan bagian dari cincin
waldeyer terdiri atas susunan kelenjar limfa yang terdapat didalam rongga
mulut, yaitu : tonsil faringeal (adenoid), tonsil palatina (tonsil faucial), tonsil
lingual (tonsil pangkal lidah), tonsil tuba eustachius (lateral band dinding
faring/gerlanchs tonsil).(3) Hipertrofi dari tonsil bisa menyebabkan tidur ngorok,
nafas melalui mulut, gangguan tidur, dan sleep apnoe syndrom, selama pasien
berhenti bernafas dan pasokan oksigen dalam darah berkurang, tonsilektomi
bisa menjadi pengobatan.(4,5)
Adenoid merupakan kumpulan jaringan limfoid sepanjang dinding posterior
nasofaring diatas batas palatum mole. Adenoid biasanya mengalami hipertrofi
selama masa anak-anak, mencapai ukuran terbesar pada usia pra sekolah dan
usia sekolah awal. Diharapkan dapat terjadi resolusi spontan, sehingga pada usia
18-20 th jaringan adenoid biasanya tidak nyata pada pemeriksaan nasofaring
tidak langsung. Hipertrofi adenoid dihubungkan dengan obstruksi dapat
mengganggu pernafasan hidung. Hal ini dapat menyebabkan perbedaan dalam
kapasitas suara.(6,7)
Faktor predisposisi tonsillitis kronis adalah rangsangan kronis (rokok, makanan),
pengaruh cuaca, pengobatan radang akut yang tidak adekuat, dan higiene mulut
yang buruk. Sedangkan faktor predisposisi untuk adenoiditis kronik adalah sering
terjadinya infeksi saluran nafas bagian atas, yang dapat menimbulkan sumbatan
koana dan sumbatan tuba eustachius.(8)
Berdasarkan data yang didapatkan dari 9 Rumah Sakit di Jakarta pada tahun
1998 diperkirakan dari 1200 anak-anak di bawah usia 15 tahun, 1.020 anak
(85%) diantaranya menjalani Adenotonsilektomi dan 180 lainnya (15%)
menjalani Tonsilektomi saja.(9)
Tujuan pembuatan laporan tentang adenotonsilitis kronis adalah melaporkan
suatu kasus sehingga mengetahui dan dapat mendiagnosa hingga mengelola
penderita dengan kasus serupa, sehingga diharapkan dapat memberikan
masukan pengetahuan tentang penyakit adenotonsilitis kronis dari mulai
anamnesa, dan pemeriksaan fisik untuk penulis khususnya dan klinisi pada
umumnya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Anatomi dan Fisiologi Adenoid dan Tonsil


ANATOMI
1. Adenoid
Adenoid merupakan kumpulan jaringan limfoid sepanjang dinding posterior
nasofaring di atas batas palatum mole. Adenoid terletak postero-superior dinding
nasofaring di antara basis tengkorak dan dinding belakang nasofaring pada garis
media. Permukaan bebasnya dilapisi epitel pseudo kompleks kolumner bersilia,
permukaan dalamnya tidak berkapsul. Permukaan bebasnya mempunyai celahcelah (kripte) yang dangkal seperti lekukan saja.(2)
2. Tonsil

Tonsil merupakan jaringan limfoid yang terletak di fosa tonsilaris pada kanan kiri
orofaring. Batas fosa tonsilaris adalah bagian depan plika anterior yang dibentuk
oleh otot-otot palatoglosus dan bagian belakang plika posterior yang dibentuk
oleh otot palatofaringeus terdapat 3 macam tonsil yaitu tonsil faringal (adenoid),
tonsil palatina dan tonsil lingual yang ketiga-tiganya membentuk lingkaran yang
disebut cincin Waldeyer.(2)
FUNGSI
1. Adenoid
Adenoid merupakan jaringan limfoid yang pada keadaan normal berperan
membantu sistem imunitas tetapi bila telah terjadi infeksi kronis maka akan
terjadi pengikisan dan fibrosis dari jaringan limfoid. Pada penyembuhan jaringan
limfoid tersebut akan diganti oleh jaringan parut yang tidak berguna.(5)
2. Tonsil
Fungsi tonsil yang sesungguhnya belum jelas diketahui tetapi ada beberapa teori
yang dapat diterima antara lain :
Membentuk zat-zat anti dalam sel plasma pada waktu terjadi reaksi seluler.
Mengadakan limfositosis dan limfositolisis.
Menangkap dan menghancurkan benda-benda asing maupun mikroorganisme
yang masuk ke dalam tubuh melalui mulut dan hidung.(2)
B. Adenotonsilitis Kronis
Adenotonsilitis kronis adalah infeksi yang menetap atau berulang dari tonsil dan
adenoid. Definisi adenotonsilitis kronis yang berulang terdapat pada pasien
dengan infeksi 6x atau lebih per tahun. Ciri khas dari adenotonsilitis kronis
adalah kegagalan dari terapi dengan antibiotik.(1)
1. Etiologi
Penyebab yang tersering pada adenotonsilitis kronis adalah bakteri
Streptococcus hemoliticus grupA, selain karena bakteri tonsilitisdapat
disebabkan oleh virus. Kadang-kadang tonsillitis dapat disebabkan oleh bakteri
seperti spirochaeta, dan Treponema Vincent.(1,10,11)
2. Patofisiologi dan Patogenesis
Adenoid merupakan kumpulan jaringan limfoid di sepanjang dinding posterior
dan nasofaring, fungsi utama dari adenoid adalah sebagai pertahanan tubuh,
dalam hal ini apabila terjadi invasi bakteri melalui hidung yang menuju ke
nasofaring, maka sering terjadi invasi sistem pertahanannya berupa sel-sel
leucosit. Apabila sering terjadi invasi kuman maka adenoid semakin lama akan
membesar karena sebagai kompensasi bagian atas maka dapat terjadi hiperplasi
adenoid, akibat dari hiperplasi ini akan timbul sumbatan koana dan sumbatan
tuba eustachius.
Akibat sumbatan tuba Eustachius akan terjadi otitis media akut berulang, otitis
media kronik dan akhirnya dapat terjadi otitis media supuratif kronik.
Akibat hiperplasia adenoid juga akan menimbulkan gangguan tidur, tidur ngorok,
retardasi mental dan pertumbuhan fisik berkurang.(2)
Pada tonsillitis kronis karena proses radang yang berulang maka epitel mukosa
dan jaringan limfoid diganti oleh jaringan parut yang akan mengalami
pengerutan sehingga kripte melebar. Secara klinik kripte tampak diisi oleh

detritus, proses ini berjalan terus sampai menembus kapsul dan terjadi
perlekatan dengan jaringan sekitar fosa tonsilaris.(2)
C. Gejala dan Tanda Klinik
Gejala adenotonsilitis kronis adalah sering sakit menelan, hidung tersumbat
sehingga nafas lewat mulut, tidur sering mendengkur karena nafas lewat mulut
sedangkan otot-otot relaksasi sehingga udara menggetarkan dinding saluran
nafas dan uvula, sleep apnea symptoms, dan maloklusi. Facies adenoid : mulut
selalu membuka, hidung kecil tidak sesuai umur, tampak bodoh, kurang
pendengaran karena adenoid terlalu besar menutup torus tubarius sehingga
dapat terjadi peradangan menjadi otitis media, rhinorrhea, batuk-batuk, palatal
phenamen negatif. Pasien yang datang dengan keluhan sering sakit menelan,
sakit leher, dan suara yang berubah, merupakan tanda-tanda terdapat suspek
abses peritonsiler.
D. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan radiologi x-foto soft tissue nasofaring radio adenoid, untuk
melihat adanya pembesaran pada adenotonsilitis kronis.(2)
2. Pemeriksaan ASTO.(4)
E. Diagnosa
Diagnosa ditegakkan berdasarkan :
1. Tanda dan gejala klinik
2. Pemeriksaan Rinoskopi anterior : untuk melihat tertahannya gerakan palatum
mole pada waktu fonasi.
3. Pemeriksaan Rinoskopi Posterior.
4. Pemeriksaan palatal phenomen.
5. X-foto Soft Tissue Nasofaring.
6. Pemeriksaan ASTO.(4)
F. Terapi
Pada keadaan dimana terdapat adenotonsilitis kronis berulang lebih dari 6 kali
per tahun selama dua tahun berturut-turut, maka sangat dianjurkan melakukan
operasi adenotonsilektomi dengan cara kuretase.(2)
Indikasi adenotonsilektomi :
- Fokal infeksi
- Keberadaan adenoid dan tonsil sudah mengganggu fungsi-fungsi yang lain,
contoh : sakit menelan.
G. Komplikasi
Komplikasi tindakan adenoidektomi adalah perdarahan bila pengerukan adenoid
kurang bersih. Bila terlalu dalam menguretnya akan terjadi kerusakan dinding
belakang faring. Bila kuretase terlalu ke lateral maka torus tubarius akan rusak
dan dapat mengakibatkan oklusi tuba eustachius dan akan timbul tuli konduktif.
(2)
Komplikasi adenoiditis kronik adalah : faringitis, bronkitis, sinusitis kronik, otitis
media akut berulang, otitis media kronik, dan akhirnya terjadi otitis media

supuratif kronik.(2)
Sedangkan komplikasi Tonilitis kronik : Rinitis kronis, sinusitis, otitis media secara
perkotinuitatum, dan komplikasi secara hematogen atau limfogen (endokarditis,
miositis, nefritis, uveitis, iridosiklitis, dermatitis, furunkulosis).(2)
Tonsilektomi dilakukan bila terjadi infeksi yang berulang atau kronik.(2)

Anda mungkin juga menyukai