Anda di halaman 1dari 5

Portofolio Epstein-Barr Virus

Studi Kasus: Jelaskan daur Infeksi Litik EBV!


Jawab:
Terdapat 3 Fase:
Immediately early: berlangsung aktifasi transkripsi yang utama dan
berfungsi mengatur ekspresi gen.
2. Early: Mengekspresikan komponen proses replikasi DNA virus, terinfeksi
karena adanya pengaktifan gen BRLF1.
3. Late: Terekspresi ketika terbentuk sebagian besar protein, struktur kapsul
virus.
1.

Epstein-Barr virus termasuk dalam Herpesvirus Salah satu cirinya memiliki


siklus hidup infeksi litik yang terbagi menjadi 3 fase ekspresi gen, yaitu immediateearly, early dan late. Fase immediate-early (IE) berlangsung proses transkripsi
transaktivator replikasi virus yang berfungsi mengatur ekspresi baik gen virus seluler
maupun ekspresi lainnya. Fase early mengekspresikan komponen proses replikasi
DNA virus. Fase late diekspresikan ketika terbentuk sebagian besar protein struktur
kapsul virus, tegmentum dan selubung virus. Induksi replikasi virus pada infeksi litik
EBV oleh gen transaktivator BZLF1 secara efisien membutuhkan gen transaktivator
lain berupa gen BRLF1. Ekspresi gen litik immediateearly BZLF1 dan BRLF1
diperlukan untuk menginduksi seluruh rangkaian gen-gen lain pada siklus litik,
seperti gen litik fase early dan late (Wahyono, 2010).
Sumber Pustaka:
Wahyono, D., J., Hermani, B., Soeharso, P. 2010. Ekspresi gen litik virus EpsteinBarr: Manfaatnya Untuk Penegakan Diagnosis Karsinoma Nasofaring. ORLI ,
40 (2), pp.143-150.

Portofolio Postulat Koch


Studi kasus: Jelaskan perbedaan gejala yang ditimbulkan oleh virus baik secara lokal
maupun sistemik!
Jawab:
Gejala virus lokal: infeksi yang ditimbulkan berada pada bagian daerah

sekitar infeksi. Menyebarnya melalui pembuluh jaringan.


Gejala virus secara sistemik: Gejala dan bagian local menyebar ke bagianbagian yang lain melalui pembuluh jaringan floem.
Berdasarkan sifatnya, ada 2 tipe gejala penyakit pada tumbuhan, yaitu gejala
lokal dan gejala sistemik. Gejala lokal adalah gejala yang dicirikan oleh perubahan
struktur yang jelas dan terbatas, biasanya dalam bentuk bercak atau kanker. Gejala
ini bersifat terbatas pada bagian-bagian tertentu dari tanaman (pada daun, buah,
akar). Gejala sistemik adalah kondisi serangan penyakit yang lebih luas, umumnya
memiliki batas-batas yang tidak terlalu jelas, tetapi biasanya virus yang menjadi
penyebab penyakit tersebut terdapat diseluruh bagian tanaman. Beberapa contoh
gejala sistemik adalah serangan oleh virus mosaic, belang maupun layu, gejalanya
terdapat di seluruh tubuh tanaman (layu, kerdil) (Martoredjo, 1984).
Sumber Pustaka:
Martoredjo, T. 1984. Pengantar Ilmu Penyakit Tumbuhan Bagian dari Perlindungan
Tanaman. Yogyakarta: Andi Offset.

Portofolio New Castle Disease Virus


Studi kasus: Sebutkan dan jelaskan faktor-faktor yang menentukan keberhasilan
inokulasi pada telur ayam berembrio!
Jawab:
Suhu inkubasi optimum 38-40C.
Waktu inkubasi 2 hari, semakin lama semakin buruk
Rute terinfeksi: menyerang bagian bagian chorion allantois, karena lebih

peka.
Umur embrio: semakin muda semakin rentan karena belum mempunyai
system imun.
Strain NDV: semakin virulensi maka semakin tinggi dampak infeksinya.
Imunitas: jika imunitas tinggi akan sulit terinfeksi, jika rendah akan mudah
terinfeksi.
Faktor-faktor yang menentukan keberhasilan inokulasi pada embrio ayam
menurut Alexander & Senne (2011) adalah:
1. Strain virus
Strain virus menentukan efek infeksi pada masing-masing embrio yang
diinokulasikan virus. Strain yang paling virulen merupakan strain yang paling
baik untuk digunakan pada uji in ovo karena mudah terlihat gejalanya.
2. Rute Inokulasi
Inokulasi pada embrio dimana virus akan segera mendapatkan tempat untuk
menginfeksi organ. Hasil terbaik adalah ketika embrio mengalami abnormalitas
organ sejak 24 jam setelah inokulasi.
3. Titer Virus
Banyaknya titer virus yang diinokulasikan merupakan hal penting untuk mencapai
keberhasilan inokulasi dan akan menyebabkan efek infeksi yang terlihat jelas pada
embrio yang diujikan dengan kontrolnya.
4. Tahapan perkembangan embrio
Embrio yang sudah mengalami tahap perkembangan dewasa akan lebih resisten
terhadap virus karena dibekali sistem imun pada tubuhnya, sebaliknya embrio
dengan umur lebih muda lebih rentan terkena virus karena sistem imunnya belum
berkembang.

Sumber Pustaka:
Alexander, D. J. & Senne, D. A. 2011. Newcastle Disease, Other Avian
Paramyxovirus and Pneumovirus Infection In: Disease of Poultry. Saif, Y.M.
Lowa: Blackwell Publishing.

Portofolio Metode Plaque


Studi kasus: Jelaskan alasan mengapa bakteriofag dapat menginjeksikan material
genetik ke dalam inang.
Jawab: karena bakteriofag mempunyai enzim lisozim yang dapat menghancurkan
dinding sel inang. Enzim lisozim tersebut terdapat pada bagian pain tail pada struktur
bakteriofag. Pain tail tersebut juga berfungsi untuk menginjeksikan materi genetik ke
dalam sel inang.
Virus tidak memiliki mesin biosintetik sendiri untuk melakukan fase sintesis.
Virus menggunakan mesin biosintetik inang (bakteri) untuk melanjutkan
kehidupanya. Virus harus dapat menghancurkan pengendali biosintetik bakteri yang
berupa DNA bakteri agar dapat masuk dalam tubuh inang. DNA virus mampu
memproduksi enzim penghancur yaitu enzim lisozim. Enzim penghancur akan
menghancurkan DNA bakteri namun tidak menghancurkan DNA virus. Bakteri
kemudian tidak mampu untuk mengendalikan mesin biosintetik sendiri, sehingga
DNA viruslah sangat berperan untuk mengambil alih kendali kehidupan. DNA virus
mereplikasikan diri berulangkali dengan cara mengkopi diri membentuk DNA virus
baru dengan jumlah banyak. DNA virus tersebut kemudian melakukan sintesis
protein dan membentuk kapsid-kapsid baru dengan menggunakan ribosom bakteri
dan enzim-enzim bakteri (Brzozowska et al, 2011).
Sumber Pustaka:
Brzozowska, Ewa., J. Bazan, and A. Gamian. 2011. The Functions of Bacteriophage
Proteins. Postepy Hig Med Dosw (online), 65, pp: 167-176.

Anda mungkin juga menyukai