SEL
Oleh :
Nama
NIM
Rombongan
Kelompok
:
:
:
:
Bagus Hendrawan
B1J013184
I
4
darah dan lemak yang menempel. Jaringan dapat didisosiasi secara mekanik
melalui proses pencacahan dan pemipetan secara perlahan-lahan. Cara lain adalah
secara enzimatik, yaitu dengan menggunakan enzim-enzim tertentu seperti tripsin,
kolagenase, elastase, hyaluronidase, DNase, pronase atau variasi dari beberapa
jenis enzim dalam larutan dapar atau medium tertentu sampai diperoleh suspensi
sel tunggal (Worthington, 2003). Selain bertujuan untuk mendapatkan suspensi sel
yang tunggal, teknik disosiasi yang efektif seharusnya menghasilkan suspensi sel
yang memiliki viabilitas tinggi dan dapat meminimumkan terjadinya proses
agregasi sel kembali pasca disosiasi (Freshney, 2005).
Praktikum kali ini menggunakan 3 macam medium, yaitu handling
medium, disociating medium dan washing medium. Handling medium merupakan
salah satu medium yang memiliki fungsi untuk menjaga dan mempertahankan sel
agar tidak mengalami dehidrasi. Setiap 1 ml handling medium terdiri atas 950 ml
medium DMEM ditambah 50 ml antibiotik. Setiap 1 ml disociating medium
terdiri atas 850 ml medium dasar ditambah 50 ml antibiotik dan 100 ml tripsinEDTA. Setiap 1 ml washing medium terdiri atas 90% medium dasar ditambah
10% suplemen serum. Salah satu variasi dari media Eagles yaitu Dulbeccos
modified Eagles medium (DMEM) yang mengandung vitamin dan asam amino 4
kali lebih besar dan mengandung 2-4 kali lebih banyak glukosa dari medium
Eagles (Maat, 2011).
Antibiotik digunakan untuk menghindari adanya resiko kontaminasi dari
patogen atau mikroba lain yang tidak diharapkan. Tripsin dikenal sebagai enzim
pengurai yang kuat (Worthington, 2003). Tripsin dapat memecah ECM sehingga
sel dengan jaringan terpisah. Penambahan serum berfungsi untuk menekan
aktivitas tripsin dan memberikan zat nutrisi yang dibutuhkan oleh sel selama
proses disosiasi berlangsung (Freshney, 2005). Pemberian serum pada medium
disosiasi biasanya dilakukan untuk disosiasi yang menggunakan konsentrasi
tripsin tinggi dan dalam waktu inkubasi yang lama agar sel tetap kuat. Pemberian
tripsin dengan konsentrasi tinggi bertujuan agar penempelan antar sel tidak terjadi
(Brown et al., 2007). Serum dapat menginaktifkan fungsi tripsin karena di dalam
serum terdapat anti-tripsin, oleh karena itu meskipun aktivitas disosiasi tinggi
disebabkan oleh kedua enzim yang berperan dalam proses disosiasi tetapi
viabilitas sel pada larutan disosiasi tetap tinggi. Serum juga bermanfaat untuk
melindungi medium dari efek toksisitas senyawa-senyawa tertentu pada media
yang digunakan (Mather & Roberts, 1998).
Organ yang digunakan dalam praktikum disosiasi kali ini adalah bagian
dari hepatopankreas ikan, bagian ini dipilih karena memiliki struktur jaringan
yang lunak dan mudah untuk dilakukan proses disosiasi jaringan, menentukan
kepadatan sel dan viabilitas sel. Viabilitas didefinisikan sebagai jumlah sel-sel
yang mampu berkembang dalam medium kultur. Cara untuk mengukur viabilitas
sel dan kepadatan sel dimulai dengan mengambil sebagian kecil (9 bagian) dari
suspensi sel hasil disosiasi kemudian supernatan dibuang dan pellet diberi
pewarna dengan pewarna trypan blue dan kemudian dihomogenkan. Pellet
kemudian diletakkan pada haemocytometer dan diamati menggunakan mikroskop
cahaya. Interpretasi yang tampak pada mikroskop adalah sel yang mati akan
menyerap warna trypan blue, sedangkan sel yang hidup tidak akan menyerap
warna.
Proporsi
sel
yang
hidup
kemudian
dihitung
menggunakan
haemocytometer. Kepadatan sel dapat diperoleh dengan menghitung jumlah ratarata 5 kotak sedang dkalikan 2,5 dikalikan lagi dengan 10 5. Viabilitas sel dapat
dihitung dengan rumus jumlah total sel yang hidup dibagi dengan jumlah total sel
yang dihitung dikalikan dengan 100%.
DAFTAR REFERENSI
Brown, C. 2007. Angiogenesis: In Vitro Systems. In Vitro Systems, London.
Echalier, G. 1997. Drosophila Cell in Culture. Academic Press, New York.
Freshney, R. I. 2010. Culture of Animal Cells: A Manual of Basic Technique, 7 th
ed. John Wiley & Sons, Inc., New York.
Goosen, M. F. A., Daugulis, A. J., dan Faulkner. 1993. Insect Cell Culture
Enginering. Marcel Dekker. Inc., New York.
Livy, Winata. 1992. Teknik Kultur Jaringan Tumbuhan. Pusat Antar Universitas
Bioteknologi IPB, Bogor.
Maat, Suprapto. 2011. Teknik Dasar Kultur Sel. Airlangga University Press,
Surabaya.
Mather, Jennie. P., dan Penelope, E. Roberts. 1998. Introduction to Cell and Tissue
Culture: Theory and Technique. Plenum Press, New York.