Anda di halaman 1dari 5

DISOSIASI JARINGAN, PENENTUAN KEPADATAN DAN VIABILITAS

SEL

Oleh :
Nama
NIM
Rombongan
Kelompok

:
:
:
:

Bagus Hendrawan
B1J013184
I
4

LAPORAN PRAKTIKUM KULTUR JARINGAN HEWAN

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS BIOLOGI
PURWOKERTO
2015

III. HASIL DAN PEMBAHASAN


A. Pembahasan
Hasil praktikum disosiasi jaringan, penentuan kepadatan dan viabilitas sel
diperoleh data perhitungan dari rombongan I kelompok 1, yaitu jumlah kepadatan
sel yang diperoleh 13 x 106 sel/ml dan viabilitas sel yang diperoleh adalah 55%
dari total sel 18,5 x 107 sel/ml dalam 0,07g hepar ikan. kelompok 2, yaitu jumlah
kepadatan sel yang diperoleh 6,2 x 105 sel/ml dan viabilitas sel yang diperoleh
adalah 39,74% dari total sel 88,5 x 107 sel/ml dalam 0,07g hepar ikan. kelompok
3, yaitu jumlah kepadatan sel yang diperoleh 22 x 105 sel/ml dan viabilitas sel
yang diperoleh adalah 43,56% dari total sel 27,5 x 10 6 sel/ml dalam 0,07g hepar
ikan.kelompok 4, yaitu jumlah kepadatan sel yang diperoleh 128 x 105 sel/ml dan
viabilitas sel yang diperoleh adalah 51,17% dari total sel 18,28 x 10 7 sel/ml dalam
0,07g hepar ikan. Hasil yang diperoleh masing-masing kelompok menunjukkan
hasil kepadatan sel, viabilitas sel, dan total sel yang berbeda-beda dari proses
disosiasi jaringan hepatopankreas ikan, hal ini dapat disebabkan oleh pengaruh
beberapa faktor. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi hasil praktikum
diantaranya adalah konsentrasi masing-masing larutan medium harus tepat, usia
organisme yang digunakan untuk disosiasi umumnya semakin tua suatu organisme
maka viabilitas selnya akan semakin berkurang, aseptivitas di sepanjang jalannya
praktikum harus selalu dijaga agar terhindar dari resiko kontaminan yang dapat
mempengaruhi hasil dari praktikum, ketepatan dan ketelitian saat melakukan
penghitungan menggunakan haemocytometer juga mempengaruhi hasil yang
didapat, selain itu faktor lain seperti kondisi suhu yang sesuai (37%) dan waktu
yang tepat juga dapat menentukan efektifitas hasil praktikum. Teknik kultur sel
digunakan untuk mempelajari ekspresi gen dan uji sitotoksik. Kultur sel primer
saat ini banyak diaplikasikan untuk penelitian di bidang biologi, termasuk
diantaranya studi mengenai proses diferensiasi, efek obat-obatan, serta analisa
kromosomal.
Tahap pertama yang dilakukan untuk mendapatkan sel donor adalah
disosiasi jaringan dengan tujuan memisahkan sel-sel bagian atau jaringan pengikat
tempatnya melekat, dan menghilangkan bagian-bagian yang nekrotik, pembuluh

darah dan lemak yang menempel. Jaringan dapat didisosiasi secara mekanik
melalui proses pencacahan dan pemipetan secara perlahan-lahan. Cara lain adalah
secara enzimatik, yaitu dengan menggunakan enzim-enzim tertentu seperti tripsin,
kolagenase, elastase, hyaluronidase, DNase, pronase atau variasi dari beberapa
jenis enzim dalam larutan dapar atau medium tertentu sampai diperoleh suspensi
sel tunggal (Worthington, 2003). Selain bertujuan untuk mendapatkan suspensi sel
yang tunggal, teknik disosiasi yang efektif seharusnya menghasilkan suspensi sel
yang memiliki viabilitas tinggi dan dapat meminimumkan terjadinya proses
agregasi sel kembali pasca disosiasi (Freshney, 2005).
Praktikum kali ini menggunakan 3 macam medium, yaitu handling
medium, disociating medium dan washing medium. Handling medium merupakan
salah satu medium yang memiliki fungsi untuk menjaga dan mempertahankan sel
agar tidak mengalami dehidrasi. Setiap 1 ml handling medium terdiri atas 950 ml
medium DMEM ditambah 50 ml antibiotik. Setiap 1 ml disociating medium
terdiri atas 850 ml medium dasar ditambah 50 ml antibiotik dan 100 ml tripsinEDTA. Setiap 1 ml washing medium terdiri atas 90% medium dasar ditambah
10% suplemen serum. Salah satu variasi dari media Eagles yaitu Dulbeccos
modified Eagles medium (DMEM) yang mengandung vitamin dan asam amino 4
kali lebih besar dan mengandung 2-4 kali lebih banyak glukosa dari medium
Eagles (Maat, 2011).
Antibiotik digunakan untuk menghindari adanya resiko kontaminasi dari
patogen atau mikroba lain yang tidak diharapkan. Tripsin dikenal sebagai enzim
pengurai yang kuat (Worthington, 2003). Tripsin dapat memecah ECM sehingga
sel dengan jaringan terpisah. Penambahan serum berfungsi untuk menekan
aktivitas tripsin dan memberikan zat nutrisi yang dibutuhkan oleh sel selama
proses disosiasi berlangsung (Freshney, 2005). Pemberian serum pada medium
disosiasi biasanya dilakukan untuk disosiasi yang menggunakan konsentrasi
tripsin tinggi dan dalam waktu inkubasi yang lama agar sel tetap kuat. Pemberian
tripsin dengan konsentrasi tinggi bertujuan agar penempelan antar sel tidak terjadi
(Brown et al., 2007). Serum dapat menginaktifkan fungsi tripsin karena di dalam
serum terdapat anti-tripsin, oleh karena itu meskipun aktivitas disosiasi tinggi
disebabkan oleh kedua enzim yang berperan dalam proses disosiasi tetapi

viabilitas sel pada larutan disosiasi tetap tinggi. Serum juga bermanfaat untuk
melindungi medium dari efek toksisitas senyawa-senyawa tertentu pada media
yang digunakan (Mather & Roberts, 1998).
Organ yang digunakan dalam praktikum disosiasi kali ini adalah bagian
dari hepatopankreas ikan, bagian ini dipilih karena memiliki struktur jaringan
yang lunak dan mudah untuk dilakukan proses disosiasi jaringan, menentukan
kepadatan sel dan viabilitas sel. Viabilitas didefinisikan sebagai jumlah sel-sel
yang mampu berkembang dalam medium kultur. Cara untuk mengukur viabilitas
sel dan kepadatan sel dimulai dengan mengambil sebagian kecil (9 bagian) dari
suspensi sel hasil disosiasi kemudian supernatan dibuang dan pellet diberi
pewarna dengan pewarna trypan blue dan kemudian dihomogenkan. Pellet
kemudian diletakkan pada haemocytometer dan diamati menggunakan mikroskop
cahaya. Interpretasi yang tampak pada mikroskop adalah sel yang mati akan
menyerap warna trypan blue, sedangkan sel yang hidup tidak akan menyerap
warna.

Proporsi

sel

yang

hidup

kemudian

dihitung

menggunakan

haemocytometer. Kepadatan sel dapat diperoleh dengan menghitung jumlah ratarata 5 kotak sedang dkalikan 2,5 dikalikan lagi dengan 10 5. Viabilitas sel dapat
dihitung dengan rumus jumlah total sel yang hidup dibagi dengan jumlah total sel
yang dihitung dikalikan dengan 100%.
DAFTAR REFERENSI
Brown, C. 2007. Angiogenesis: In Vitro Systems. In Vitro Systems, London.
Echalier, G. 1997. Drosophila Cell in Culture. Academic Press, New York.
Freshney, R. I. 2010. Culture of Animal Cells: A Manual of Basic Technique, 7 th
ed. John Wiley & Sons, Inc., New York.
Goosen, M. F. A., Daugulis, A. J., dan Faulkner. 1993. Insect Cell Culture
Enginering. Marcel Dekker. Inc., New York.
Livy, Winata. 1992. Teknik Kultur Jaringan Tumbuhan. Pusat Antar Universitas
Bioteknologi IPB, Bogor.
Maat, Suprapto. 2011. Teknik Dasar Kultur Sel. Airlangga University Press,
Surabaya.
Mather, Jennie. P., dan Penelope, E. Roberts. 1998. Introduction to Cell and Tissue
Culture: Theory and Technique. Plenum Press, New York.

Worthington Biochemical Corporation. 2003. Cell Isolation Theory, Book: Tissue


Dissociation, New York.

Anda mungkin juga menyukai