Anda di halaman 1dari 25

SGD 03

LBM 4
UJUNG PENIS MELEMBUNG SETIAP AKAN BUANG AIR KECIL

STEP 1
STEP 2
1. Embriologi dan anatomi penis?
2. Mengapa penis menggelembung waktu pipis ujung dan penis tampak
kemerahan?
3. Mengapa pasien tidak panas?
4. Mengapa anak rewel setiap kali berkemih ?
5. Mengapa sesudah minum obat rewelnya berkurang dan merahnya
menghilang ? obat apa?
6. Sebutkan dan jelaskan kelainan bawaan saluran kemih?
7. DD?
(etiologi,
patogenesis,faktor
risiko,
penegakan
diagnosis,
penatalaksanaan, komplikasi)
STEP 3
1. Embriologi dan anatomi penis?
EMBRIOLOGI PENIS
Pada minggu ketiga (kloaka) saluran depan dan belakang jadi satu
Minggu ke 6 saluran genital dan anal sudah terpisah
Pada laki laki dipengaruhi hormon androgen mempengaruhi
tuberkulum genital memenjang (Palus). menarik lipatan uretra dan
membentuk sulkus lipatan uretra. Akan terbentang sepanjang permukaan
kaudal penis tapi tidak mencapai bagian distal penisnya. Akan membentuk
glans penis. Dilapisi oleh lapisan epitel yang berasal dari endoderm. Dan
membentuk lempeng uretra.
Pada akhir bulan ketiga lipatan akan membentuk uretra pars cavernosa
Bulan ke 4 oue terbentuk
ANATOMI PENIS
Pars afiksa dan libera.
Pars afiksa yang merekat pada os pubis dan os ischii dan diafragma
urogenital, 2 krura dan satu bulbus penis.
Pars libera pendulans penis. Ada corpus, ada glans penis , colum penis,
corona penis.

2. Mengapa penis menggelembung waktu pipis ujung dan penis tampak


kemerahan?
Karena ada penyempitan di ujung prepotium, karena ujung penis
menempel ke distal dan tidak bisa tertarik kembali hingga
menggelembung.
Merah karena peradangan, permeabilitas meninggkat - bengkak
vasodilatasi.
Fimosis

Prepotium tidak bisa ditarik ke proksimal karena lubangnya terlalu kecil.


Alamiah pada bayi baru lahir. Bisa menyumbat aliran vena.tapi arteri tidak
terganggu. Alamiah sampai usia 3 tahun. Smegma harus dibersihkan,
nanti bisa menyebabkan infeksi dan berlanjut ke fimosis.
Bagaimana bila dibawah 3 tahun?
Semakin dewasa smegma semakin besar.
Ereksi yang berlahan lahan akan menarik preposium berlahan. Bergerak
sedikit sedikit hingga pada umur 3 tahun.
Bila lubang kecil dan tersumbat harus di kitan.
Fimosis sempat dialami oleh sebagian besar bayi yang baru lahir namun
tidak sempat infeksi.
Smegma berkumpul setelah bertahun tahun. Pertama adhesi terlebih
dahulu baru menjadi spegma.
Parafimosis
Kebalikan dari fimosis, tidak bisa kembali ke rah distal.
3. Fungsi smegma?
4. Mengapa pasien tidak panas?
Sudah mengalami proses inflamasi tapi inflamasi masih lokal, bekum
sistemik hingga tidak menggubah suhu. Namun bisa menyebabkan
komlikasi panas.
5. Mengapa anak rewel setiap kali berkemih ?
Lubang preposium kecil, urin terperangkap. N. Dorsalis merupakan cabang
n. pudendus. Maka
Semakin banyak urin akan menekan saraf hingga derajat sakitnya
tergantung banyaknya urin yang terperangkap.
6. Mengapa sesudah minum obat rewelnya berkurang dan merahnya
menghilang ? obat apa?
Obat yang mengurangi gejala salep kortikoid (dexametason 0,1) selama
4 sampai 5 minggu megurangi inflamsi rewel berkurang. Tapi efeknya
imunosupresan.
Mekanisme kerja sistemik dan lokal?

7. Sebutkan dan jelaskan kelainan bawaan saluran kemih?


- Fimosis
Prepotium tidak bisa di tarik kebelakang.
- Parafimosis
Prepotium yang kebelakang tidak bisa di tarik ke depan lagi.
- Hipospadia
Saluran uretra berada di ventral penis.
- Epispadia
Saluran uretranya berada di dorsum penis.
Letak oue?
8. DD?
(etiologi,
patogenesis,faktor
penatalaksanaan, komplikasi)

risiko,

penegakan

diagnosis,

Fimosis
Prepotium tidak bisa di tarik kebelakang.
Etiologi : - kebersihan yang buruk ,peradangan, kelebihan kulit di
preputium
Klasifikasi :
Patologis :
Fimosis
True fimosis
Komplikasi : nyeri ,retensi urine, ballonopostitis
Gejala klinis : sulit kencing, pancaran mengecil, menggelembung,
terjadi rtensi urin, benjolan lunak (corpus smegma).
Penegakkan diagnosis : anamnesis sesuai gejala klinis, pemeriksaan
pasien diminta miksi 20ml/menini.
Terapi : jangan melakukan penarikan yang dipaksakan, bila terjadi
peradagan saat ballonitis beri salep dexametaxon setelah itu
berhasil maka di siskumsisis dan antibiotik.
Mandi dengan air hangat, setelah mandi di tarik sedikit demi sedikit
preposiumnya.
Terapi ballonitis dan ballonopostitis?apakah boleh keduanya diberikan
dexametaxon?
Komplikasi?

Parafimosis
Prepotium yang kebelakang tidak bisa di tarik ke depan lagi.
Terapi : dikembalikan manual dan perlu disirkumsisi.
Etiologi : ditarik ditarik saat bersenggama, pemasangan kateter.
Gejala klinik : edeme glans penis, nyeri, nekrosis glands penis.
Terapi : glans penis di pijat pelan pelan agar kembali seperti semula.
Bila tidak menimbulkan keluhan?
Stadium?

Hipospadia
Saluran uretra berada di ventral penis.
Klasifikasi :
1. Type glanular lubang masih berada di gland tapi tidak sesuai
dengan posisi anatomis.
2. Type coronal letak tepat di korona.
3. Type distal lebih kebelakang dari coronal.
4. Type penil dibelakang lagi dari type distal.
5. Type proximal di pangkal batang penis.
6. Type penoscrotal terletak diantara scrotum dan penis.
7. Type scrotal berada di scrotum.
8. Type perineal terleta di daerah perineum.
Semakin proximal semakin besar risiko.
Terapi : 2 kali oprasi, pertaa di buat lubang uretra kemudian 6 bulan
kemudian di bentuk lubang yang sebenarnya.
Etiologi : kelainan pada pengeluaran hormon androgen, maka
meyebabkan pembentukan yang tidak komplit.
Diagnosis : radiologi (IVP)
Anatomi yang lain normal atau tidak?
Batas perbaikan pada umur berapa?
Bagaimana penatalaksanaannya?

Epispadia
Saluran uretranya berada di dorsum penis.

Striktur uretra
Terjadi penyempitan lumen uretra karena fibrosis pada dinding.
Etiologi : infeksi (gonococcus menginfeksi uretra beberapa tahun
sebelumnya), trauama uretra (trauma tumpul pada selangkangan,
fraktur tulang pelvis,tindakan transuretra yang kurang hati hati
epimorfosis = jaringan ikat yang tidak sama dengan jaringan semula),
kelainan bawaan.

Letak oue?
KELAINAN KONGINETAL PADA PENIS DAN URETRA?

STEP 5
MAPPING

Ujung penis menggembung saat miksi

Rasa nyeri dan tidak nyaman

smegma menurun
embriologi
infeksi
higine

Preputium sulit di retraksi

Penatalaksanaan
Dexamethaxon
Betametaxon
Sirkumsisi

komplikasi

STEP 7
1. Embriologi dan anatomi penis?
ANATOMI PENIS

Gambar 1. Anatomi penis


Secara anatomis, penis terbagi atas radix, corpus dan glans penis (Gambar 1).
Ketiganya tersusun dari tiga korpus berbentuk silinder yang mengandung jaringan
kavernosa erektil, yakni sepasang corpus cavernosum yang terletak pada bagian
dorsal dan satu corpus spongiosum yang terletak pada bagian ventral. Setiap corpus
cavernosum dilapisi oleh lapisan fibrosa yang disebut tunica albuginea dan kedua
corpus cavernosum dipisahkan oleh septum penis. Di sebelah superfisial tunica
albuginea terdapat fascia profunda penis (fascia Buck), yang merupakan lanjutan dari
fascia perineal profunda yang membentuk lapisan membranosa yang kuat yang
menutupi dan melekatkan keduacorpus cavernosa dengan corpus spongiosum. Kedua
corpus cavernosa membentuk crus penis pada bagian posterior.
Corpus spongiosum yang terletak di bagian bawah (bagian ventral)dan di
dalamnya terdapat uretra pars spongiosa. Pada bagian distal, corpus spongiosum
membesar dan membentuk glans penis. Tepi glans penis merupakan proyeksi ujung
corpus cavernosum yang membentuk corona glandis. Corona glandis memisahkan
basis glans dan corpus penis.Di ujung dari glans penis terdapat bagian uretra anterior
berupa celah terbuka yang disebut orificium urethra externa.

Gambar 2. Penis potongan melintang


Kulit penis tipis dan berwarna lebih gelap dibanding kulit sekitarnya yang
dihubungkan dengan tunica albuginea oleh jaringan ikat longgar. Pada bagian leher
glans penis, kulit dan fascia penis berlanjut sebagai dua lapisan kulit yang disebut
prepusium. Frenulum preputii merupakan lipatan pada bagian tengah yang berasal
dari lapisan dalam preputium ke permukaan uretral dari glans penis.

Gambar 3. Vaskularisasi penis

Vaskularisasi penis
Suplai darah arteri pada penis terutama berasal dari cabang arteri pudendus internus :

Arteri dorsalis penis : berjalan pada setiap sisi vena dorsalis penis pada dorsal
groove di antara corpus cavernosa, yang mensuplai darah menuju ke jaringan
fibrosa di sekitar corpus cavernosa, corpus spongiosum dan uretra spongiosa,
dan kulit penis.
Arteri profunda penis : menembus crura di bagian proksimal dan berjalan di
sebelah distal dekat dengan pusat corpus cavernosa, yang mensuplai jaringan
erektil pada struktur tersebut.
Arteri bulbaris : mensuplai daerah posterior (pars bulbosa) dari corpus
spongiosum dan uretra di dalamnya serta glandula bulbouretralis.

Cabang superfisial dan profunda dari arteri pudendus eksterna mensuplai


darah ke kulit penis, yang saling beranastomis dengan cabang dari arteri pudendus
interna.
Darah yang berasal dari ruang cavernosus dialirkan oleh plexus venosus yang
bergabung dengan vena dorsalis penis profunda pada fascia Buck. Vena ini berjalan di
antara lamina dari ligamentum suspensorium, yang memasuki pelvis dimana
selanjutnya mengalir menuju plexus venosus prostatika. Darah yang berasal dari
lapisan superfisial penis mengalir menuju vena dorsalis penis superfisialis, dimana
selanjutnya mengalir menuju vena pudendus eksterna superficial.
Aliran limfa yang berasal dari kulit penis pada awalnya mengalir menuju
limfonodus inguinal superficialis. Sedangkan yang berasal dari glans penis dan uretra
spongiosa bagian distal mengalir menuju ln. inguinal profunda dan ln. iliaca eksterna,
dan yang berasal dari corpus cavernosa dan uretra spongiosa bagian proksimal
mengalir menuju ln. iliaca interna.
2. Mengapa penis menggelembung waktu pipis ujung dan penis tampak
kemerahan?
Normalnya hingga usia 3-4 tahun penis tumbuh dan berkembang, dan debris yang
dihasilkan oleh epitel prepusium (smegma) mengumpul didalam prepusium dan perlahanlahan memisahkan prepusium dari glans penis. Ereksi penis yang terjadi secara berkala
membuat prepusium menjadi retraktil dan dapat ditarik ke proksimal. Pada saat usia 3
tahun, 90% prepusium sudah dapat di retraksi.1
Pada kasus fimosis lubang yang terdapat di prepusium sempit sehingga tidak bisa
ditarik mundur dan glans penis sama sekali tidak bisa dilihat. Kadang hanya tersisa
lubang yang sangat kecil di ujung prepusium. Pada kondisi ini, akan terjadi fenomena
balloning dimana prepusium mengembang saat berkemih karena desakan pancaran
urine yang tidak diimbangi besarnya lubang di ujung prepusium. Bila fimosis menghambat
kelancaran

berkemih, seperti

terjebak di dalam prepusium.

pada

balloning

maka

sisa-sisa

urin

mudah

Adanya kandungan glukosa pada urine menjadi pusat bagi pertumbuhan bakteri. Karena
itu, komplikasi yang paling sering dialami akibat fimosis adalah infeksi saluran kemih
(ISK). ISK paling sering menjadi indikasi sirkumsisi pada kasus fimosis7.
Fimosis

juga

terjadi jika

tingkat

mengakibatkan terjadinya penumpukan

higienitas

rendah pada

kotoran-kotoran

waktu BAK yang akan

pada

glans penis sehingga

memungkinkan terjadinya infeksi pada daerah glans penis dan prepusium (balanitis) yang
meninggalkan jaringan parut sehingga prepusium tidak dapat ditarik kebelakang7.

Fungsi smegma?
Pada lapisan dalam prepusium terdapat kelenjar sebacea yang memproduksi smegma.
Cairan ini berguna untuk melumasi permukaan prepusium. Letak kelenjar ini di dekat
pertemuan prepusium dan glans penis yang membentuk semacam lembah di bawah
korona glans penis (bagian kepala penis yang berdiameter paling lebar). Di tempat ini
terkumpul keringat, debris/kotoran, sel mati dan bakteri. Bila tidak terjadi fimosis,
kotoran ini mudah dibersihkan. Namun pada kondisi fimosis, pembersihan tersebut sulit
dilakukan karena prepusium tidak bisa ditarik penuh ke belakang. Bila yang terjadi
adalah

perlekatan

prepusium

dengan

glans penis,

debris

dan

sel

mati yang terkumpul tersebut tidak bisa dibersihkan.7


Ada pula kondisi lain akibat infeksi yaitu balanopostitis. Pada infeksi ini terjadi
peradangan

pada

permukaan

preputium

dan

glans

penis.

Terjadi

pembengkakan

kemerahan dan produksi pus di antara glans penis dan prepusium. Meski jarang, infeksi
ini bisa terjadi pada diabetes.3

Purnomo, Basuki B. Dasar-Dasar Urologi. Edisi ketiga. Malang : Fakultas Kedokteran


Universitas Brawijaya. 2011 : 14, 236-237
Robbins dkk. Buku Ajar Patologi. Edisi 7. Volume 2. Hariawati Hartono. Jakarta:
EGC.2004

3. Mengapa pasien tidak panas?


4. Mengapa anak rewel setiap kali berkemih ?
5. Mengapa sesudah minum obat rewelnya berkurang dan
menghilang ? obat apa? Mekanisme kerja sistemik dan lokal?

merahnya

6. Sebutkan dan jelaskan kelainan bawaan saluran kemih? Letak oue?


STRIKTUR URETRA
a.

Definisi

Berkurangnya diameter atau elstisitas urethra yang disebabkan oleh jaringan urethra diganti
jaringan ikat yang kemudian mengkerut menyebabkan lumen urethra mengecil.
Seri Catatan Kuliah Ilmu Bedah 2, 2005 FKUI
Striktura uretra adalah penyempitan lumen uretra karena fibrosis pada dindingnya. Penyempitan
lumen ini disebabkan karena dindingnya mengalami fibrosis dan pada tingkat yang lebih parah
terjadi fibrosis korpus spongiosum.
Definisi
Fimosis adalah suatu kelainan dimana prepusium penis yang tidak dapat di retraksi
(ditarik) ke proksimal sampai ke korona glandis. Fimosis dialami oleh sebagian besar bayi baru
lahir karena terdapat adhesi alamiah antara prepusium dengan glans penis.1,4
PRIAPISMUS
a.

Definisi

Priapismus adalah ereksi penis yang berkepanjangan tanpa diikuti dengan hasrat seksual sering
disertai dengan rasa nyeri. Istilah priapismus berasal dari kata. Yunani priapus yaitu sama dewa
kejantanan pada Yunani kuno. Priapismus merupakan salah satu kedaruratan di bidang urologi
karena jika tidak ditangani dengan cepat dan tepat dapat menimbulkan kecacatan yang menetap
berupa disfungsi ereksi.

Dasar-dasar Urologi edisi kedua, Basuki B Purnomo


Dasar-dasar Urologi edisi kedua, Basuki B Purnomo
PENYAKIT PEYRONI
a.

Definisi

Penyakit Peyroni adalah didapatkannya plaque atau indurasi pada tunika albuginea korpus
kavernosum penis sehingga menyebabkan terjadinya angulasi (pembengkokan) batang penis pada
saat ereksi
HIPOSPADIA
a.

Definisi

Keadaan akibat penyatuan lipat uretra tidak sempurna dan terdapat mulut uretra yang abnomal di
sepanjang permukaan inferior penis
Embriologi Kedokeran Langman, Edisi ke-7, T.W. Saddler, EGC
Hipospadia adalah kelainan kongenital berupa muara uretra yang terletak di sebelah ventral penis
dan sebelah proksimal ujung penis. Letak meatus uretra bisa terletak glandular hingga perineal.
Angka kejadian hipospadia adalah 3,2 dari 1000 kelahiran hidup.
Pada hipospadia tidak didapatkan prepusium ventral sehingga prepusium dorsal menjadi
berlebihan (dorsal hood) dan sering disertai dengan korde (penis angulasi ke ventral). Kadangkadang didapatkan stenosis meatus uretra, dan anomali bawaan berupa maldesensus atau. hernia
inguinalis. Kejadian seluruh hipospadia yang bersamaan dengan kriporkismus adalah 9%, tetapi
pada hipospadia posterior sebesar 32%.
Dasar-dasar Urologi edisi kedua, Basuki B Purnomo

7. DD?
(etiologi,
patogenesis,faktor
penatalaksanaan, komplikasi)

risiko,

penegakan

diagnosis,

Definisi
Fimosis adalah suatu kelainan dimana prepusium penis yang tidak dapat di retraksi
(ditarik) ke proksimal sampai ke korona glandis. Fimosis dialami oleh sebagian besar bayi baru
lahir karena terdapat adhesi alamiah antara prepusium dengan glans penis.1,4
Etiologi
Fimosis

dapat timbul

kemudian

setelah

lahir.

Hal

ini

berkaitan

dengan tingkat

higienitas alat kelamin yang buruk, peradangan kronik glans penis dan kulit preputium
(balanoposthitis kronik)3, atau penarikan berlebihan kulit preputium (forceful retraction) 8.Pada
fimosis kongenital umumya terjadi akibat terbentuknya jaringan parut di prepusium yang
biasanya muncul karena sebelumnya terdapat balanopostitis. Apapun penyebabnya, sebagian
besar fimosis disertai tanda-tanda peradangan penis distal. 3

Sedangkan fimosis pada bayi laki-laki yang baru lahir biasanya terjadi karena ruang di
antara kutup dan penis tidak berkembang dengan baik. Kondisi ini menyebabkan prepusium
menjadi melekat pada glans penis, sehingga sulit ditarik ke arah proximal. Apabila stenosis atau
retraksi tersebut ditarik dengan paksa melewati glans penis, sirkulasi glans dapat terganggu
hingga menyebabkan kongesti, pembengkakan, dan nyeri distal penis atau biasa disebut
parafimosis3.
.

Purnomo, Basuki B. Dasar-Dasar Urologi. Edisi ketiga. Malang : Fakultas Kedokteran Universitas
Brawijaya. 2011 : 14, 236-237

Robbins dkk. Buku Ajar Patologi. Edisi 7. Volume 2. Hariawati Hartono. Jakarta: EGC.2004
Rudolph. Abraham M. Kelainan Urogenital. A. Samik Wahab, Sugiarto. Buku Ajar Pediatri

Rudolph. Edisi 20. Volume 2. Jakarta : EGC. 2006

STRIKTUR URETRA
b. Definisi
Berkurangnya diameter atau elstisitas urethra yang disebabkan oleh jaringan urethra diganti
jaringan ikat yang kemudian mengkerut menyebabkan lumen urethra mengecil.
Seri Catatan Kuliah Ilmu Bedah 2, 2005 FKUI
Striktura uretra adalah penyempitan lumen uretra karena fibrosis pada dindingnya. Penyempitan
lumen ini disebabkan karena dindingnya mengalami fibrosis dan pada tingkat yang lebih parah
terjadi fibrosis korpus spongiosum.
Dasar-dasar Urologi edisi kedua, Basuki B Purnomo
c.

Etiologi
a.

Striktura uretra dapat disebabkan karena suatu infeksi, trauma pada uretra,
dan kelainan bawaan. Infeksi yang paling sering menimbulkan striktura uretra
adalah infeksi oleh kuman gonokokus yang telah menginfeksi uretra beberapa
tahun sebelumnya. Keadaan ini sekarang jarang dijumpai karena banyak
pemakaian antibiotika untuk memberantas uretritis.

b. Trauma yang menyebabkan striktura uretra adalah trauma tumpul pada


selangkangan (straddle injury), fraktur tulang pelvis, dan instrumentasi atau
tindakan transuretra uretra yang kurang hati-hati.
Dasar-dasar Urologi edisi kedua, Basuki B Purnomo

d. Patogenesis

Trabekulasi, sakulasi dan divertikel


Pada striktura urethra kandung kencing harus berkontraksi lebih kuat, sesuai dengan Hukum
Starling. Maka otot kalau diberi beban akan berkontraksi lebih kuat sampai pada suatu saat
kemudian akan melemah. Jadi pada striktura urethra otot buli-buli mula-mula akan menebal
terjadi trabekulasi pada fase kompensasi, setelah itu pada fase dekompensasi timbul sakulasi
dan divertikel. Perbedaan antara sakulasi dan divertikel adalah penonjolan mukosa buli pada
sakulasi masih di dalam otot buli sedangkan divertikel menonjol di luar buli-buli, jadi divertikel
buli-buli adalah tonjolan mukosa keluar buli-buli tanpa dinding otot.

Residu urine
Pada fase kompensasi dimana otot buli-buli berkontraksi makin kuat tidak timbul residu. Pada
fase dekompensasi maka akan timbul residu. Residu adalah keadaan dimana setelah kencing masih
ada urine dalam kandung kencing. Dalam keadaan normal residu ini tidak ada.

Refluks vesiko ureteral


Dalam keadaan normal pada waktu buang air kecil urine dikeluarkan buli-buli melalui urethra. Pada
striktura urethra dimana terdapat tekanan intravesika yang meninggi maka akan terjadi refluks,
yaitu keadaan dimana urine dari buli-buli akan masuk kembali ke ureter bahkan sampai ginjal.

Infeksi saluran kemih dan gaga I ginjal


Dalam keadaan normal, buli-buli dalam keadaan steril. Salah satu cara tubuh mempertahankan
buli-buli dalam keadaan steril adalah dengan jalan setiap saat mengosongkan buli-buli waktu
buang air kecil. Dalam keadaan dekompensasi maka akan timbul residu, akibatnya maka VU mudah
terkena infeksi
Adanya kuman reflukspyelonefritis akut/kronikgagal ginjal
Seri catatan Kuliah Ilmu Bedah 2, 2005, FKUI
Proses radang akibat tramua atau infeksi pada uretra akan menyebabkan terbentuknya jaringan
sikatrilk pada uretra. Jaringan sikatriks pada lumen uretra menimbulkan hambatan aliran urine

hingga retensi urine. Aliran urine yang terhambat mencari jalan keluar di tempat lain (di sebelah
proksimal striktura) dan akhimya mengumpul di rongga periuretra. Jika terinfeksi menimbulkan
abses periuretra yang kemudian pecah membentuk fistula uretrokutan. Pada keadan tertentu
dijumpai banyak sekali fistula sehingga disebut sebagai fistula seruling
Derajat Penyempitan Uretra
Sesuai dengan derajat penyempitan lumennya, striktura uretra dibagi menjadi 3 tingkatan, yaitu
derajat:
a.

Ringan: jika oklusi yang terjadi kurang dari 1/3 diameter lumen uretra.

b. Sedang: jika terdapat oklusi 1/3 sampai dengan 1/2diameter lumen uretra
c.

Berat: jika terdapat oklusi lebih besar dari 1/2diameter lumen uretra.

Pada penyempitan derajat berat kadang kala teraba jaringan keras di korpus spongiosum, yang
dikenal dengan spongiofibrosis.

Dasar-dasar Urologi edisi kedua, Basuki B Purnomo


e.

Diagnosis

Pemeriksaan penunjang
a.

Untuk mengetahui pola pancaran urine secara obyektif, dapat diukur dengan
cara sederhana atau dengan memakai alat uroflometri. Derasnya pancaran
dapat diukur dengan membagi volume urine yang dikeluarkan pada saat miksi
dibagi dengan lama proses miksi. Kecepatan pancaran pria normal adalah 20
ml/detik. Jika kecepatan pancaran kurang dari 10 ml/detik menandakan ada
obstruksi.

b. Untuk melihat letak penyempitan dan besarnya penyempitan uretra dibuat


foto uretrografi. Lebih lengkap lagi mengenai panjang striktura adalah
dengan membuat foto bipolar sistourtrografi dengan cara memasukkan bahan
kontras secara antegrad dari buli-buli dan secara retrograd dari uretra.

c.

Melihat pembuntuan uretra secara langsung dilakukan melalui uretroskopi


yaitu melihat striktura transuretra. Jika diketemukan striktura langsung
diikuti dengan uretrotomi interna (sachse) yaitu memotong jaringan fibrotik
dengan memakai pisau sachse.

Dasar-dasar Urologi edisi kedua, Basuki B Purnomo


f.

Penatalaksanaan
o

Jika pasien data karena retensi urine, secepatnya dilakukan sistostomi


suprapubik untuk mengeluarkan urine. Jika dijumpai abses periuretra dilakukan
insisi dan pemberian antibiotika.

Tindakan khusus yang dilakukan terhadap striktura uretra adalah:

Businasi (dilatasi) dengan busi logam yang dilakukan secara hati-hati.


Tindakan yang kasar tambah akan merusak uretra sehingga menimbulkan
luka baru yang pada akhirnya menimbulkan striktura lagi yang lebih berat.
Tindakan ini dapat menimbulkan salah jalan (false route)

Uretrotomi interna: yaitu memotong jaringan sikatriks uretra dengan


pisau Otis atau dengan pisau Sachse. Otis dikerjakan jika belum. terjadi
striktura totaL sedangkan pada striktura yang lebih berat, pernotongan
striktura dikerjakan secara visual dengan memakai'pisau sachse

Uretrotomi eksterna adalah tindakan operasi terbuka berupa pemotongan


jaringan fibrosis, kemudian dilakukan anastomosis di antara jaringan
uretra yang masib sehat.

Dasar-dasar Urologi edisi kedua, Basuki B Purnomo


Oedem preputium
PRIAPISMUS
b. Definisi
Priapismus adalah ereksi penis yang berkepanjangan tanpa diikuti dengan hasrat seksual sering
disertai dengan rasa nyeri. Istilah priapismus berasal dari kata. Yunani priapus yaitu sama dewa
kejantanan pada Yunani kuno. Priapismus merupakan salah satu kedaruratan di bidang urologi
karena jika tidak ditangani dengan cepat dan tepat dapat menimbulkan kecacatan yang menetap
berupa disfungsi ereksi.
Dasar-dasar Urologi edisi kedua, Basuki B Purnomo
c.

Etiologi

Menurut etiologinya priapismus dibedakan dalam 2 macam yaitu : priapismus primer atau idiopatik
yang belum jelas penyebabnya sebanyak 60% dan priapismus sekunder.
Priapismus sekunder dapat disebabkan
a.

Kelainan pembekuan darah (anemi bulan sabit,lekemi, dan emboli lemak).

b. Trauma para perineum atau genitalia

c.

Gangguan neurogen (pada saat menjalani anestesi regionalatau pada penderita


paraplegia),

d. Penyakit keganasan,
e.

Pemakaian obat- obat tertentu (alkohol, psikotropik, dan antihipertensi)

f.

Pasca injeksi intrakavernosa dengan zat vasoaktif.

Dasar-dasar Urologi edisi kedua, Basuki B Purnomo

d. Klasifikasi
Ereksi penis yang berkepanjangan ada priapismus dapat terjadi karena: (1) gangguan mekanisme
outflow (veno-oklusi) sehingga darah tidak dapat keluar dari jaringan erektil, atau (2) adanya
peningkatan inflow aliran darah arteriel yang masuk ke jaringan erektil. Oleh karena itu secara
hemodinamik, priapismus dibedakan menjadi (1) priapismus tipe venookIusif atau low flow dan (2)
priapismus tipe arteriel atau high flow. Kedua jenis itu dapat dibedakan dengan memperhatikan
gambaran klinis, laboratorium, dan pemeriksaan pencitraan utrarasonografi color doppller dan
arteriografi.
1.

Priapismus jenis iskemik ditandai dengan adanya iskemia atau anoksia pada otot polos
kavernosa. Semakin lama ereksi, iskemia semakin berat, dan setelah 3-4 jam, ereksi
dirasakan sangat sakit. Setelah 12 jam terjadi edema interstisial dan kerusakan
endotelium sinusoid. Nekrosis otot polos kavernosa terjadi setelah 24-48 jam. Setelah
lebih dari 48 jam terjadi pembekuan darah dalam kaverne dan terjadi destruksi endotel
sehingga jaringan-jaringan trabekel kehilangan daya elastisitasnya.
a.

Jika tidak diterapi, detumesensi terjadi setelah 2-4 minggu dan otot polos yang
mengalami nekrosis diganti oleh jaringan fibrusa sehingga kehilangan kemampuan
untuk mempertahankan ereksi maksimal.

2. Jenis non iskemik banyak terjadi setelah mengalami suatu trauma pada daerah perineum
atau setelah operasi rekonstruksi arteri pada disfungsi ereksi. Prognosisnya lebih baik
daripada jenis iskemik dan ereksi dapat kembali seperti sediakala.

Tabel 10-1. Perbedaan Priapismus Iskemik dan Non Iskemik


Low flow (statik/iskemik)-Veno oklusif High flow (non iskemik)-Arteriel

Onset

Pada saat tidur

Setelah trauma

Nyeri

Mula-mula ringan menjadi sangat nyeri

Ringan sampai sedang

Ketegangan penis

Sangat tegang

Tidak terIalu tegang

Darah kavernosa

Warna

Hitam

Merah

pO2

<30 mm Hg

>50 mm Hg

pCO2

>80 mmHg

<50 mmHg

pH

<7,25

>7,5

Color doppler

Tidak ada aliran

Ada aliran, dan fistula

Arteriografi

Pembuluh darah utuh

Malformasi arterio-vena

Dasar-dasar Urologi edisi kedua, Basuki B Purnomo


e.

Diagnosis

Anamnesis dan pemeriksaan yang teliti diharapkan dapat mengungkapkan etiologi priapismus.
Pada pemeriksaan lokal didapatkan batang penis yang tegang tanpa diikuti oleh ketegangan pada
glans penis. Ultrasonografi Doppler yang dapat mendeteksi adanya pulsasi arteri
vernosa dan
analisis gas darah yang diambill intrakavernosa dapat membedakan priapismus jenis
ischemic atau non ischemic.
Dasar-dasar Urologi edisi kedua, Basuki B Purnomo
f.

Penatalaksanaan

Pada prinsipnya terapi priapismus adalah secepatnya mengembalikan aliran


darah pada korpora kavernosa yang dicapai dengan cara medikamentosa
maupun operatif. Sebelum tindakan yang agresif, pasien diminta untuk
melakukan latihan dengan melompat-lompat dengan harapan terjadi diversi
aliran darah dari kavernosa ke otot gluteus. Pemberian kompres air es pada
penis atau enema larutan garam fisiologi dingin dapat merangsang aktivitas
simpatik sehingga memperbaiki aliran darah kavernosa. Selain itu pemberian
hidrasi yang baik dan anestesi regional pada beberapa kasus dapat menolong.
Jika tindakan di atas tidak berhasil mungkin membutuhkan aspirasi, irigasi,
atau operasi.

Aspirasi dan Irigasi Intrakavernosa. Aspirasi darah kavernosa diindikasikan


pada priapismus non iskemik atau priapismus iskemik yang masih baru saja
terjadi. Priapismus iskemik derajat berat yang sudah terjadi beberapa hari
tidak memberikan respon aspirasi dan irigasi obat ke dalam intrakavernosa;
untuk itu perlu tindakan operasi. Aspirasi dkerjakan dengan memakai jarum
scalp vein no 21. Aspirasi sebanyak darah intrakavernosa, kemudian dilakukan
instilasi 10-20 g epinefrin atau 100-200 g fenilefrin yang dilarutkan dalam
1 ml larutan garam fisiologis setiap 5 menit hingga penis mengalami
detumesensi. Aka dilakukan sebelum 24 jam setelah serangan, hampir semua
kasus dapat sembuh dengan cara ini. Selain obat-obatan tersebut, dapat pula
dipakai instilasi streptokinase pada priapismus yang telah berlangsung 14 hari
yang sebelumnya telah gagal dengan instilasi adrenergik.

Jalan pintas (shunting) keluar dari korpora kavernosa Tindakan ini haras
dipikirk-an, terutama pada priapismus veno-oklusi atau yang gagal-setelah
terapi medikamentosa; hal ini untuk mencegah timbuInya sindroma
kompartemen yang dapat menekan arteria kavernosa dan berakibat iskemia
korpora kavernosa.

Beberapa tindakan pintas itu adalah: (1) pintas korporo-glanular (sesuai yang
dianjurkan oleh Winter (1978) atau Al Ghorab), (2) pintas korporospongiosum yaitu dengan membuat jendela yang menghubungkan korpus
spongiosum dengan korpus kaverosum penis, dan (3) pintas safeno-kavernosum
dengan membuat anastomosis antara korpus kavernosum dengan vena safena.

Dasar-dasar Urologi edisi kedua, Basuki B Purnomo


PENYAKIT PEYRONI
b. Definisi
Penyakit Peyroni adalah didapatkannya plaque atau indurasi pada tunika albuginea korpus
kavernosum penis sehingga menyebabkan terjadinya angulasi (pembengkokan) batang penis pada
saat ereksi
Dasar-dasar Urologi edisi kedua, Basuki B Purnomo

c.

Etiologi

Penyebab yang pasti dari penyakit ini belum diketahui, tetapi secara histopatologi plak itu mirip
dengan vaskulitis pada kontraktur Dupuytren yang disebabkan oleh reaksi imunologik. Hasil
anamnesis pada pasien penyakit Peyronie menyebutkan bahwa sebelumnya mereka mengalami
trauma pada penis yang berulang pada saat senggama
Dasar-dasar Urologi edisi kedua, Basuki B Purnomo
d. Gejala klinis

Pasien mengeluh nyeri dan terjadi angulasi (penis bengkok) pada saat ereksi,
sedangkan pada saat tidak ereksi nyeri menghilang. Akibat nyeri dan angulasi ini
kemampuan penetrasi ke vagina menjadi berkurang.

Pada pemeriksaan, teraba jaringan keras (fibrus) tunggal ataupun berupa plak
multiple pada tunika albuguinea. Pada kasus yang berat dapat teraba kalsifikasi
sehingga dapat terlihat pada pemeriksaan foto polos penis.

Dasar-dasar Urologi edisi kedua, Basuki B Purnomo


e.

Penatalaksanaan

Konservatif. Tanpa terapi 50% penyakit ini dapat mengalami remisi spontan
setelahobservasi selama 1 tahun. Dapat dicoba dengan pemberian tamoxifen 20
mg dua kali sehari selama 6 minggu. Jika menunjukkan respon yang baik
pengobatan diteruskan sampai 6 bulan. Untuk mencegah aktivitas fibroblas dapat
dicegah dengan pemberian colchicine atau verapamil. Nyeri yang berkepanjangan
dapat diberikan vitamin E 200 mg tiga kali sehari. Pemberian potasium
aminobenzoat tidak menyenangkan karena menimbulkan banyak efek samping.

Operasi. Indikasi operasi adalah pada penyakit peyronie adalah deformitas penis
yang mengganggu senggama atau disfungsi ereksi akibat peyronie. Saat operasi
ditentukan jika penyakit telah stabil atau matang, antara lain: sudah tidak ada
nyeri saat ereksi dan kurvatura atau deformitas penis saat ereksi sudah menetap
atau stabil. Biasanya keadaan itu. dicapai setelah 12-18 bulan sejak awal
timbulnya penyakit. Banyak teknik operasi yang dikerjakan hingga kini, mulai
darieksisi plak kemudian tandur kulit atau cara Nesbitt. Nesbitt melakukan eksisi
oval pada konveksitas tunika albuginea, dan selanjutnya defek yang terjadi
dijahiit dengan benang tidak diserap. Pasca operasi sering terjadi pemendekan
dari penis.

Dasar-dasar Urologi edisi kedua, Basuki B Purnomo


HIPOSPADIA
b. Definisi
Keadaan akibat penyatuan lipat uretra tidak sempurna dan terdapat mulut uretra yang abnomal di
sepanjang permukaan inferior penis
Embriologi Kedokeran Langman, Edisi ke-7, T.W. Saddler, EGC
Hipospadia adalah kelainan kongenital berupa muara uretra yang terletak di sebelah ventral penis
dan sebelah proksimal ujung penis. Letak meatus uretra bisa terletak glandular hingga perineal.
Angka kejadian hipospadia adalah 3,2 dari 1000 kelahiran hidup.
Pada hipospadia tidak didapatkan prepusium ventral sehingga prepusium dorsal menjadi
berlebihan (dorsal hood) dan sering disertai dengan korde (penis angulasi ke ventral). Kadangkadang didapatkan stenosis meatus uretra, dan anomali bawaan berupa maldesensus atau. hernia
inguinalis. Kejadian seluruh hipospadia yang bersamaan dengan kriporkismus adalah 9%, tetapi
pada hipospadia posterior sebesar 32%.
Dasar-dasar Urologi edisi kedua, Basuki B Purnomo
c.

Etiologi

Thought
to
be
secondary
to
an
unknown
defect
Maternal ingestion of progestational agents in early pregnancy

in

androgen

action

Clinical Consult 2002, by Lippincott Williams & Wilkins


d. Klasifikasi
Berdasarkan letak muara uretra setelah dilakukan koreksi korde, Browne (1936) membagi
hipospadia dalam tiga bagian besar, yaitu
a.

Hipospadi anterior terdiri atas tipe glanular, subkoronal, dan penis distal,

b. Hipospadi medius terdiri atas: midshaft, dan penis pro


c.

Hipospadi posterior terdiri atas: penoskrotal, skrotal, dan perineal.

Dasar-dasar Urologi edisi kedua, Basuki B Purnomo

e.

Penatalaksanaan

Tujuan fungsional operasi hipospadia adalah:


o

Kosmetik penis sehingga fungsi miksi dan fungsi seksual normal (ereksi
lurus dan pancaran ejakulasi kuat)

Penis dapat tumbuh dengan normal.

Tahapan-tahapan rekonstruksi adalah: koreksi korde (ortoplasti), membuat


neouretra dari kulit penis (uretroplasti), dan membuat glans. Berbagai metode
rekonstruksi telah diperkenankan mulai dari metode satu tahap hingga dua tahap.
Pilihan metode tergantung dari pengalaman operator.

Reparasi hipospadi dianjurkan pada usia pra sekolah agar tidak mengganggu
kegiatan belajar pada saat operasi. Perlu diingat bahwa seringkali rekonstruksi
hipospadia membutuhkan lebih dari sekali operasi, koreksi ulangan jika terjadi
komplikasi.

Pada hipospadia posterior dengan disertai testis maldesensus dianjurkan untuk


melakukan uretroskopi praoperatif guna melihat kemungkinan adanya pembesaran
utrikulus prostatikus yang mungkin terdapat keraguan jenis kelamin (sexual
ambiquity).

Dasar-dasar Urologi edisi kedua, Basuki B Purnomo

PENATALAKSAAN
Tidak dianjurkan melakukan dilatasi atau retraksi yang dipaksakan pada penderita
fimosis, karena akan menimbulkan luka dan terbentuk sikatriks pada ujung prepusium sebagai
fimosis sekunder. Fimosis yang disertai balanitis xerotika obliterans dapat dicoba diberikan
salep deksametasone 0,1% yang dioleskan 3 atau 4 kali. Diharapkan setelah pemberian selama 6
minggu, prepusium dapat retraksi spontan.

Bila fimosis tidak menimbulkan ketidaknyamanan dapat diberikan penatalaksanaan nonoperatif, misalnya seperti pemberian krim steroid topikal yaitu betamethasone selama 4-6
minggu pada daerah glans penis.

Pada fimosis yang menimbulkan keluhan miksi, menggelembungnya ujung prepusium pada
saat miksi, atau fimosis yang disertai dengan infeksi postitis merupakan indikasi untuk dilakukan
sirkumsisi. Tentunya pada balanitis atau postitis harus diberi antibiotika dahulu sebelum
dilakukan sirkumsisi.

Fimosis yang harus ditangani dengan melakukan sirkumsisi bila terdapat obstruksi dan
balanopostitis. Bila ada balanopostitis, sebaiknya dilakukan sayatan dorsal terlebih dahulu yang
disusul dengan sirkumsisi sempurna setelah radang mereda.
Secara singkat teknik operasi sirkumsisi dapat dijelaskan sebagai berikut :
Setelah penderita diberi narkose, penderita di letakkan dalam posisi supine. Desinfeksi
lapangan pembedahan dengan antiseptik kemudian dipersempit dengan linen steril. Preputium di
bersihkan dengan cairan antiseptik pada sekitar glans penis. Preputium di klem pada 3 tempat.
Prepusium di gunting pada sisi dorsal penis sampai batas corona glandis. Dibuat teugel pada ujung
insisi. Teugel yang sama dikerjakan pada frenulum penis. Preputium kemudian di potong melingkar
sejajar dengan korona glandis. Kemudian kulit dan mukosa dijahit dengan plain cut gut 4.0
atraumatik interupted.

Hati- hati komplikasi operasi pada sirkumsisi yaitu perdarahan. Pasca bedah penderita
dapat langsung rawat jalan, diobservasi kemungkinan komplikasi yang membahayakan jiwa
penderita seperti perdarahan.Pemberian antibiotik dan analgetik.
.

Sjamsuhidajat R,dan Jong W.D. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi 2. Jakarta: EGC. 2004

padasaat miksi, atau fimosis yang disertai dengan infeksi merupakan indikasi
untukdilakukan sirkumsi.
Terapi fimosis pada anak-anak tergantung pada pilihan orang tua dan dapat
berupasirkumsisi plastik atau sirkumsisi radikal setelah usia dua tahun. Pada kasus
dengankomplikasi, seperti infeksi saluran kemih berulang atau balloting kulit prepusium
saat miksi,sirkumsisi harus segera dilakukan tanpa memperhitungkan usia pasien. Tujuan
sirkumsisiplastik adalah untuk memperluas lingkaran kulit prepusium saat retraksi
komplit denganmempertahankan kulit prepusium secara kosmetik. Pada saat yang sama,
perlengketandibebaskan dan dilakukan frenulotomi dengan ligasi arteri frenular jika
terdapat frenulum breve.
Sirkumsisi
neonatal
rutin
untuk
mencegah
karsinoma
penis
tidak
dianjurkan.Kontraindikasi operasi adalah infeksi tokal akut dan anomali kongenital dari
penis.

1.
2.
3.
4.

1.
2.
3.
4.
5.

1.
2.
3.
4.

Indikasi dan kontraindikasi


Indikasi medis tindakan sirkumsisi adalah :
Fimosis atau Parafimosis, yaitu suatu keadaan dimana prepusium penis sangat ketat
sehingga tidak bisa ditarik ke belakang pada glans penis
Balanitis rekuren, yaitu radang pada penis yang berulang-ulang
Kondiloma akuminata, yaitu lesi seperti jengger ayam yang memiliki tonjolan-tonjolan dan
terdapat di bawah prepusium atau pada kulit di daerah perianal
Karsinoma skuamosa prepusium, yaitu sejenis kanker pada daerah prepusium.
Pada kasus Parafimosis adalah tindakan yang harus segera dikerjakan untuk
menyelamatkan glans atau bagian distal dari jeratan penis. Tindakan yang yang dilakukan
bisa berupa dosumsisi saja untuk melepaskan cincin penjerat oleh berupa prepusium penis
yang teretraksi ke daerah proksimal.
Sirkumsisi ini tidak boleh dilakukan pada penderita :
Hipospadia, yaitu malformasi kongenital pada uretra
Epispadia
Korde, yaitu bengkak disertai nyeri pada uretra
Megalouretra, yaitu uretra yang terlalu besar
Webbed penis, yaitu adanya jaringan antara penis dan rafe skrotum sehingga penis dan
skrotum menjadi gandeng. Kulit prepusium pada kelainan penis / uretra tersebut tidak
boleh dibuang, karena merupakan bahan yang sangat penting untuk rekonstruksi uretra
(uretroplasti) sehingga tidak boleh dilakukan sirkumsisi. Bleeding diarthesis (kelainan
pembekuan darah) merupakan kontraindikasi relatif untuk tindakan ini.
Prinsip dasar tindakan sirkumsisi
Dalam melakukan sirkumsisi harus diingat beberapa prinsip dasar, yaitu :
Asepsis
Pengangkatan kulit secara adekuat
Hemostasis yang baik
Kosmetik
Seiring dengan semakin berkembangnya teknologi dan ilmu pengetahuan terutama di
bidang kesehatan, metode khitan pun semakin berkembang. Saat ini telah diciptakan
banyak peralatan dan obat-obatan untuk membantu melaksanakan khitan, sehingga khitan
menjadi proses yang lebih aman dan lebih tidak menyakitkan. Selain itu, banyak pula
metode yang mulai dikembangkan dalam pelaksanaan khitan sehingga proses khitan

menjadi lebih mudah dan lebih cepat. Semuanya memiliki kelebihan dan kekurangan
masing-masing. Teknik-teknik tersebut antara lain ;
1.
METODE KLASIK & DORSUMSISI
Metode klasik sudah banyak ditinggalkan tetapi masih bisa kita temui di daerah
pedalaman. Alat yang digunakan adalah sebilah bambu tajam/pisau/silet. Para bong supit
alias mantri sunat langsung memotong kulup dengan bambu tajam tersebut tanpa
pembiusan. Bekas luka tidak dijahit dan langsung dibungkus dengan kassa/verban
sehingga metode ini paling cepat dibandingkan metode yang lain. Cara ini mengandung
risiko terjadinya perdarahan dan infeksi, bila tidak dilakukan dengan benar dan steril.
Metode Klasik kemudian disempurnakan dengan metode Dorsumsisi, Khitan metode ini
sudah menggunakan peralatan medis standar dan merupakan khitan klasik yang masih
banyak dipakai sampai saat ini. Di Sunda dikenal dengan sebutan sopak lodong, umumnya
bekas luka tidak dijahit walaupun beberapa ahli sunat sudah memodifikasi dengan
melakukan pembiusan lokal dan jahitan minimal untuk mengurangi risiko perdarahan.
Kelebihannya peralatan yang digunakan lebih murah dan sederhana, proses memakan
waktu cukup singkat, sudah banyak dikenal masyarakat biaya relatif lebih murah serta
bisa digunakan untuk bayi/anak dibawah 3 tahun dimana pembuluh darahnya masih kecil.
Kekurangannya risiko kepala (glan) terpotong / tersayat sangat tinggi, terutama jika
sayatan dibawah klem koher, mukosa kadang lebih panjang sehingga membutuhkan
pemotongan ulang, bisa terjadi nekrosis jika jepitan koher terlalu lama, risiko perdarahan
tinggi apabila tanpa dilakukan penjahitan.
2.
METODE STANDAR SIRKUMSISI KONVENSIONAL
Merupakan metode yang paling banyak digunakan hingga saat ini, cara ini merupakan
penyempurnaan dari metode dorsumsisi dan merupakan metode standar yang digunakan
oleh banyak tenaga dokter maupun mantri (perawat). Alat yang digunakan semuanya
sesuai dengan standar medis dan membutuhkan keahlian khusus untuk melakukan metode
ini.
Kelebihannya peralatannya sudah sesuai standar medis, menggunakan pembiusan lokal dan
benang yang jadi daging, risiko infeksi kecil dan risiko perdarahan tidak ada. Metode ini
cocok untuk semua kelompok umur, biayanya cukup terjangkau serta pilihan utama untuk
pasien dengan kelainan fimosis. Kekurangannya membutuhkan keahlian khusus dari
pengkhitan dan proses waktunya antara 15-20 menit.
3.
METODE LONCENG
Pada metode ini tidak dilakukan pemotongan kulup. Ujung penis hanya diikat erat sehingga
bentuknya mirip lonceng, akibatnya peredaran darahnya tersumbat yang mengakibatkan
ujung kulit ini tidak mendapatkan suplai darah, lalu menjadi nekrotik, mati dan nantinya
terlepas sendiri. Metode ini memerlukan waktu yang cukup lama, sekitar dua minggu.
Alatnya diproduksi di beberapa negara Eropa, Amerika, dan Asia dengan nama
Circumcision Cord Device.
4.
METODE KLAMP
Metode Klamp ini memilik banyak variasi alat dan nama walaupun perinsipnya sama, yakni
kulup (preputium) dijepit dengan suatu alat (umumnya sekali pakai) kemudian dipotong
dengan pisau bedah tanpa harus dilakukan penjahitan. Diantaranya adalah : Gomco, Ismail
Clamp, Q-Tan, Sunathrone Clamp, Alis Clamp, Tara Clamp dan Smart Clamp. Di Indonesia
sendiri yang paling banyak berkembang adalah Metode cincin (Tara Clamp) dan Smart
Clamp.
Metode Cincin (Tara Clamp)

Dr. T. Gurcharan Singh adalah penemu Tara klamp pada tahun 1990 berupa alat yang
terbuat dari plastik dan untuk sekali pakai. Di Indonesia Metode Cincin dicetuskan oleh
oleh dr. Sofin, lulusan Fakultas Kedokteran Universitas Gajah Mada, Yogyakarta dan
sudah dipatenkan sejak tahun 2001.
Pada metode ini, ujung kulup dilebarkan, lalu ditahan agar tetap meregang dengan cara
memasang semacam cincin dari karet. Biasanya, ujung kulup akan menghitam dan terlepas
dengan sendirinya. Prosesnya cukup singkat sekitar 3-5 menit. Kelebihan metode ini
adalah : Mudah dan aman dalam penggunaan, tidak memerlukan penjahitan dan
perban,tidak mengganggu aktivitas sehari-hari pasien,perdarahan minimal bahkan bisa
tidak berdarah,tidak sakit setelah khitan, tanpa perawatan pasca khitan dan langsung
pakai celana dalam dan celana panjang.
Metode Smart Clamp
Smart klamp merupakan metode dan teknik sunatan yang diperkenalkan sejak tahun 2001
di Jerman dan penemunya adalah dr. Harrie van Baars. Alat smart klamp terdiri atas
beberapa ukuran, mulai dari nomor 10, 13, 16, dan 21. Untuk bayi, alat yang dipakai nomor
10, sedangkan orang dewasa nomor 21. Alat ini terbuat dari dua jenis bahan kunci klamp,
yakni nilon dan polikarbonat yang dikemas steril dan sekali pakai. Tentu saja lebih aman
dan bebas dari penularan penyakit dan infeksi. Smart klamp memberikan perlindungan
luka dengan sistem tertutup. Luka sayatan terkunci rapat, tidak memungkinkan masuknya
kuman atau mikroorganisme pengganggu.
Pada metode ini pasien akan diukur glandpenis-nya, ukuran 0-meter. Setelah diberi
anestesi lokal, secara hati-hati preputium dibersihkan dan dibebaskan dari perlengketan
dengan gland penis. Batas kulit preputium yang akan dibuang ditandai dengan spidol.
Tabung smart klamp dimasukkan ke dalam preputium hingga batas corona gland penis.
Lalu, klamp pengunci dimasukkan sesuai arah tabung dan diputar 90 derajat, hingga posisi
smart
klamp
siap
terkunci.
Setelah posisi kulit yang akan dibuang dipastikan sesuai rencana, juga agar posisi saluran
kencing tidak terhalang tabung. Berikutnya, adalah mengunci klamp hingga terdengar
bunyi klik. Sisi distal preputium dibuang menggunakan pisau bisturi. Kemudian luka
dibersihkan dengan obat antiinfeksi dan dibungkus kasa steril. Hingga proses itu, sunat
ala smart klamp selesai.Setelah lima hari, smart klamp dilepas dokter atau perawat
dengan
teknik
yang
sangat
mudah.

Gomco : Klamp ini dibuat pertama kali pada tahun 1934 oleh Hiram S. Yellen, M.D. dan
Aaron Goldstein. Alat ini terdiri dari bel logam dan plat datar dengan lubang di dalamnya
untuk menempatkan keduanya dalam posisi yang sesuai. Terdapat sebuah sekrup
berbentuk lingkaran yang berfungsi memberikan tekanan.
Ismail Clamp : Ismail Klamp ditemukan oleh Dr Ismail Md Salleh. Alat ini sebenarnya
hampir menyerupai alat klamp lainnya, hanya saja alat ini memiliki mekanisme penguncian
dengan sistem sekrup, sehingga pemasangan dam pelepasan alat ini sangat mudah tanpa
harus merusak alat ini. Saat ini baru tersedia 2 ukuran untuk anak-anak
Q-Tan : Alat ini menyerupai Ismail Clamp hanya saja sistem sekrupnya terkunci mati
(irreversible locking system) sehingga alat ini tidak mungkin di daur ulang kembali karena
pembukaan alat ini harus dengan dipotong. Alat ini belum diproduksi secara massal dan
masih merupakan prototype. Saat ini masih diadakan riset yang mendalam sehingga alat
ini layak untuk digunakan secara luas.

Sunathrone Clamp : Sunathrone adalah metode sunat dengan kaidah terkini yang
ditemukan oleh Dr Mohammad Tasron Surat, dokter kelahiran Malaysia. Keistimewaan
Sunathrone ini adalah karena praktis dan proses penyembuhannya lebih cepat. Alat
khitan sekali pakai ini akan terlepas sendiri, serta tidak memerlukan perawatan khusus.
Setelah khitan dapat langsung memakai celana dan beraktifitas tanpa rasa sakit.
Alis Clamp : Alat ini mirip dengan Smart Klamp, hanya saja tabung klem-nya didesain
miring dengan pertimbangan agar mengikuti kontur glans penis
5.
METODE LASER ELEKTROKAUTERY
Metode ini sedang booming dan marak di masyarakat dan lebih dikenal dengan sebutan
Khitan Laser. Penamaan ini sesunnguhnya kurang tepat karena alat yang digunakan
samasekali tidak menggunakan Laser akan tetapi menggunakan elemen yang dipanaskan.
Alatnya berbentuk seperti pistol dengan dua buah lempeng kawat di ujungnya yang saling
berhubungan. Jika dialiri listrik, ujung logam akan panas dan memerah. Elemen yang
memerah tersebut digunakan untuk memotong kulup.
Khitan dengan solder panas ini kelebihannya adalah cepat, mudah menghentikan
perdarahan yang ringan serta cocok untuk anak dibawah usia 3 tahun dimana pembuluh
darahnya kecil. Kekurangannya adalah menimbulkan bau yang menyengat seperti sate
serta dapat menyebabkan luka bakar, metode ini membutuhkan energi listrik (PLN)
sebagai sumber daya dimana jika ada kebocoran (kerusakan) alat, dapat terjadi sengatan
listrik yang berisiko bagi pasien maupun operator.
Untuk proses penyembuhan, dibandingkan dengan cara konvensional itu sifatnya relatif
karena tergantung dari sterilisasi alat yang dipakai, proses pengerjaannya dan kebersihan
individu yang disunat.
6.
METODE FLASHCUTTER
Metode ini merupakan pengembangan dari metode elektrokautery. Bedanya terletak pada
pisaunya yang terbuat dari logam yang lurus (kencang) dan tajam. Flashcutter langsung
dapat hidup (tanpa PLN) karena didalamnya sudah terdapat energi dari rechargeable
battery buatan Matshusita Jepang.
Flashcutter pertama kali diluncurkan di Indonesaia tahun 2006 oleh Uniceff
Corporation. Cara pemotongan pada khitan sama seperti mempergunakan pisau bedah
(digesek, diiris). Dalam hitungan detik preputium terpotong dengan sempurna, (tanpa
pendarahan, dan dengan luka bakar sangat minimal).
7.
METODE LASER CO2
Istilah yang lebih tepat untuk Khitan Laser yang sesungguhnya adalah dengan metode
ini. Fasilitas Laser CO2 sudah tersedia di Indonesia. Salah satunya,di Jakarta. Laser yang
digunakan adalah laser CO2 Suretouch dari Sharplan. Berikut tahapan sunat dengan laser
tersebut:
Setelah disuntik kebal (anaestesi lokal), preputium ditarik, dan dijepit dengan klem.
Laser CO2 digunakan untuk memotong kulit yang berlebih. Setelah klem dilepas, kulit
telah terpotong dan tersambung dengan baik, tanpa setetes darahpun keluar. Walaupun
demikian kulit harus tetap dijahit supaya penyembuhan sempurna. Dalam waktu 10-15
menit, sunat selesai.
Cara sirkumsisi seperti ini cocok untuk anak pra-pubertal, kelebihannya operasi cepat,
perdarahan tidak ada/ sangat sedikit, penyembuhan cepat, rasa sakit setelah terapi
minimal, aman dan hasil secara estetik lebih baik.. dan prosedur ini cocok untuk sunat
yang dilakukan pada umur agak dewasa karena rasa sakit, yang ditimbulkan oleh sunat
cara operasi untuk orang sudah cukup berumur lebih parah daripada jika dilakukan pada

usia muda dan lukanya pun agak lama sembuhnya. Kelemahan dari cara laser adalah
masalah harga yang relatif mahal dan hanya ada di Rumah Sakit besar. (Novan A.P. /
Edit.zp)
Daftar Pustaka
Basuki. 2010. Teknik Sirkumsisi. Malang: RSSA Malang
Purnomo, BB (2007). Dasar-dasar Urologi. Jakarta: CV Agung Seto
Saputra, Marizal (2010). Mengenal Metode Sunat. Online.

Anatomi yang lain normal atau tidak? Batas perbaikan pada umur berapa?
Bagaimana penatalaksanaannya?
Letak oue?
KELAINAN KONGINETAL PADA PENIS DAN URETRA?

Anda mungkin juga menyukai