Farsos Bu Titin Makalah
Farsos Bu Titin Makalah
kualitas serta keterampilan pekerja yang kurang memadai. Banyak pekerja yang meremehkan
risiko kerja yang mereka hadapi, sehingga tidak menggunakan alat-alat pengaman yang telah
disediakan. Padahal alat-alat pengaman ini disediakan untuk melindungi kesehatan pekerja
secara fisik. Selain itu, kelelahan kerja merupakan salah satu masalah penting yang perlu
ditanggulangi secara baik. Kelelahan kerja ditandai oleh adanya penurunan kekuatan otot,
rasa lelah yang merupakan gejala subjektif dan penurunan kesiagaan yang berakibat pada
penurunan kualitas kerja personil sehingga produk farmasi yang dihasilkan juga bisa
terpengaruh. Salah satu komponen yang dapat meminimalisir kecelakaan dalam kerja dan
memperbaiki kesehatan kerja dalam suatu lingkungan kerja (dalam hal ini adalah industri
farmasi) adalah tenaga kesehatan. Tenaga kesehatan yang akan dibahas dalam makalah ini
adalah apoteker, dimana apoteker adalah tenaga kesehatan yang mempunyai kemampuan
untuk menangani korban dalam kecelakaan kerja dengan cara memberikan suatu drug
treatment dan dapat memberikan penyuluhan kepada personil-personil untuk menyadari
pentingnya keselamatan dan kesehatan kerja.
Rancangan Program:
Berkaitan dengan aspek status gizi, sebuah perusahaan/industri farmasi dapat
menyediakan catering bagi para apoteker yang bekerja di sana. Catering yang dipilih tentu
telah divalidasi dengan bantuan ahli gizi untuk memastikan bahwa makanan yang disajikan
memiliki kandungan gizi yang cukup. Jika catering tidak memungkinkan untuk dilakukan
karena banyaknya pekerja (apoteker), perusahaan dapat mengambil langkah untuk membuat
kantin yang menjual makanan sehat di area perusahaan, kandungan zat gizi dalam makanan
juga telah diatur bersama dengan ahli gizi. Dengan demikian, pada jam istirahat para apoteker
dapat menikmati makanan sehat di kantin ini. Sebagai tindak lanjut dari usaha ini, perusahaan
dapat mengadakan kerja sama dengan instansi gizi untuk mengadakan pemeriksaan secara
berkala, misalnya selama 6 bulan sekali untuk mengetahui kondisi kesehatan para apoteker
berkenaan dengan kecukupan gizi dalam tubuh mereka.
Program pengadaan catering atau kantin sehat seperti disebutkan di atas berkaitan erat
dengan aspek health behaviour dimana perusahaan sendiri telah mendukung kebiasaan
makan makanan sehat pada para apoteker. Perlu diingat pula bahwa pihak perusahaan harus
menyediakan waktu istirahat yang cukup bagi para pekerjanya (dapat disesuaikan dengan
jenis pekerjaan atau durasi bekerja per hari) agar mereka memiliki pola makan yang teratur
sehingga asupan nutrisi cukup untuk mengimbangi aktivitas mereka. Selanjutnya, terdapat
saran bagi perusahaan industri farmasi, meskipun ini bukanlah sebuah program. Saran tersbut
adalah: untuk memastikan dan meningkatkan kesadaran para pekerja (apoteker) tentang
pentingnya menggunakan alat pelindung kesehatan selama mereka bekerja, perusahaan dapat
membuat himbauan sebelum memasuki arena tersebut, misalnya dengan tulisan di depan
pintu masuk tentang kelengkapan pelindung kesehatan apa saja yang harus dikenakan
sebelum memasuki arena tertentu dengan dicantumkan pula bahwa jika kelengkapan
pelindung (jas lab, masker, dll) tidak digunakan dengan sebagaimana mestinya, terdapat
kemungkinan bahwa pekerja akan menjadi sumber kontaminasi bagi produk dan produk
sendiri juga bisa membahayakan bila terpapar pada para pekerja.
Berkaitan dengan aspek Social Behavior, perusahaan dapat mengadakan semacam
training (pertemuan) yang berisi materi Social Behavior. Pertemuan dapat dilakukan dalam
jangka waktu satu tahun sekali. Materi dalam pertemuan ini hendaknya dapat memungkinkan
para pekerja untuk berinteraksi satu sama lain. Misalnya pada pertemuan ini para pekerja
dibagi dalam beberapa kelompok untuk saling membagikan pengalaman, kendala yang
dihadapi selama mereka bekerja dan di dalam kelompok itu mereka dapat saling memberi
solusi untuk mengatasi kendala-kendala yang dialami. Pertemuan juga dapat bersifat tidak
formal, misalnya dengan pertunjukkan musik atau makan malam bersama untuk
meningkatkan interaksi, dapat juga diberi himbauan sebelumnya agar para pekerja dapat
saling membaur, tidak hanya dengan beberapa orang yang telah dianggap dekat.
Jika sebelumnya telah disebutkan bahwa suatu perusahaan harus memberikan waktu
istirahat yang cukup, dalam tujuan mencapai spiritual full ini perusahaan juga harus
memberikan waktu beribadah bagi para pekerjanya. Misalnya penetapan waktu istirahat dapat
dipertimbangkan dengan menembahkan 5 menit untuk berdoa. Perusahaan juga hendaknya
memberikan waktu bagi umat beragama Islam agar mereka tetap dapat menjalankan ibadah
lima waktu, hal ini dapat didukung dengan dibangunnya tempat ibadah (misalnya musholla
atau kapel di dekat perusahaan).
Daftar Pustaka
Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia, 2012, Cara Pembuatan Obat yang
Baik, BPOMRI, Jakarta.
D S Gochman, 1997, Handbook of Health Behavior Research, Vol.1-4, Plenum, New York.
Edberg, Mark, 2007, Essentials of Health Behavior: Social and Behavioral Theory in Public
Health, Jones & Bartlett Publishers, USA.
Sibarani, S.R., 2013, http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/35127/5/Chapter
%20I.pdf , diakses pada tanggal 02 Desember 2014.
Toanubun, A.Y., 2010, http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/16581/4/Chapter
%20II.pdf, diakses pada tanggal 02 Desember 2014.