Anda di halaman 1dari 7

Deskripsi Lingkungan Kerja Industri Farmasi

Badan Pengawas Obat dan Makanan mengharuskan industri farmasi untuk


memperhatikan kualitas dan keamanan produk farmasi yang dihasilkan. Pemberlakuan
peraturan mengenai Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) adalah suatu bentuk nyata
kepedulian pemerintah akan pentingnya mutu dan keamanan produk farmasi, yang dengan
penuh tanggungjawab dilaksanakan oleh industri farmasi. Proses pembuatan produk farmasi
dilaksanakan oleh personil-personil yang terlatih dan terdidik (Cara Pembuatan Obat yang
Baik, 2012).
Aspek keselamatan kerja personil yang bekerja di lingkungan industri farmasi juga
harus diperhatikan didalam pelaksanaan operasional perusahaan. Tidak dipungkiri bahwa
aspek keselamatan dan kesehatan kerja sangat berpengaruh dalam menentukan kualitas
produk serta tingkat efisiensi manajemen perusahaan. Kondisi lingkungan kerja yang baik
dan sehat merupakan sumber motivasi bagi personil sehingga bisa bekerja dengan lebih baik.
Selain itu, kondisi keselamatan kerja dan kesehatan kerja yang baik, perusahaan dapat
terhindar dari kehilangan jam kerja yang produktif serta membangun citra baik perusahaan.
Kegiatan operasi industri farmasi tidak terlepas dari potensi bahaya yang harus
dilakukan suatu pencegahan terhadap timbulnya resiko kecelakaan kerja ataupun penyakit
akibat hubungan kerja (PAHK). Proses kegiatan manufacturing yang meliputi kegiatan riset,
penyimpanan bahan awal, kegiatan produksi, kegiatan laboratorium pengawasan mutu,
sampai penanganan terhadap produk jadi, semuanya mengandung potensi bahaya.
Potensi bahaya ini bersifat sangat luas, mulai dari bahaya mekanis misalnya selama
penanganan bahan material di gudang, bahaya kimia misalnya selama aktifitas produksi,
bahaya kebakaran atau ledakan misalnya pemakaian bahan pelarut organik dalam proses
produksi, bahaya pencemaran lingkungan misalnya dari limbah produksi atau limbah
laboratorium. Bahaya terhadap mikroba misalnya di fasilitas labooratorium mikrobilogi,
bahaya kebisingan misalnya di fasilitas utility dan masih banyak lagi potensi bahaya yang
harus diwaspadai dan bisa sangat berpengaruh pada kesehatan personil yang bekerja dalam
perusahaan tersebut.
Penyakit Akibat Kerja (PAK) dan Kecelakaan Kerja (KK) yang terjadi secara umum
disemua sektor pekerjaan dan profesi disebabkan karena kurangnya kesadaran pekerja dan

kualitas serta keterampilan pekerja yang kurang memadai. Banyak pekerja yang meremehkan
risiko kerja yang mereka hadapi, sehingga tidak menggunakan alat-alat pengaman yang telah
disediakan. Padahal alat-alat pengaman ini disediakan untuk melindungi kesehatan pekerja
secara fisik. Selain itu, kelelahan kerja merupakan salah satu masalah penting yang perlu
ditanggulangi secara baik. Kelelahan kerja ditandai oleh adanya penurunan kekuatan otot,
rasa lelah yang merupakan gejala subjektif dan penurunan kesiagaan yang berakibat pada
penurunan kualitas kerja personil sehingga produk farmasi yang dihasilkan juga bisa
terpengaruh. Salah satu komponen yang dapat meminimalisir kecelakaan dalam kerja dan
memperbaiki kesehatan kerja dalam suatu lingkungan kerja (dalam hal ini adalah industri
farmasi) adalah tenaga kesehatan. Tenaga kesehatan yang akan dibahas dalam makalah ini
adalah apoteker, dimana apoteker adalah tenaga kesehatan yang mempunyai kemampuan
untuk menangani korban dalam kecelakaan kerja dengan cara memberikan suatu drug
treatment dan dapat memberikan penyuluhan kepada personil-personil untuk menyadari
pentingnya keselamatan dan kesehatan kerja.

Derajat Kesehatan yang harus Dipenuhi


Derajat Kesehatan Masyarakat merupakan gambaran kemampuan/ Kinerja pekerja untuk
mencapai indikator Kesehatan. Derajat kesehatan masyarakat yang optimal adalah tingkat
kondisi kesehatan yang tinggi dan mungkin dicapai pada suatu saat yang sesuai dengan
kondisi dan situasi serta kemampuan yang nyata dari setiap orang atau masyarakat dan harus
selalu diusahakan peningkatannya secara terus menerus (Sibarani, S.R., 2013). Dalam
mencapai derajat kesehatan dalam lingkungan industri farmasi, perlu adanya beberapa
indikator kesehatan, diantaranya :
a. Status Gizi
Status gizi adalah keadaan kecukupan asupan makanan seseorang yang
mengandung zat-zat yang dibutuhkan oleh tubuh, keadaan gizi sangat mempengaruhi
daya tahan tubuh seseorang. Bila seseorang berada dalam keadaan kekurangan gizi
secara terus menerus, maka akan berakibat pada penurunan daya tahan tubuh yang
menyebabkan menurunnya performa kerja seseorang (Toanubun, 2010).
Indikator ini harus terpenuhi, guna pekerja memiliki stamina tubuh yang baik
sehingga derajat kesehatan (kesehatan fisik) pekerja dapat ditingkatkan.
b. Health Behaviour
Health behaviour adalah pola perilaku, tindakan dan kebiasaan yang
berhubungan dengan pemeliharaan kesehatan, restorasi kesehatan dan peningkatan
kesehatan (Gochman, 1997). Pola hidup, tindakan dan kebiasaan pekerja dalam
kehidupan sehari-hari akan sangat berpengaruh pada kesehatan. Sebagai contoh :
dalam kesibukan sehari-hari, seorang pekerja tetap harus memperhatikan pola makan.
Banyak pekerja yang melupakan sarapan/makan siang karena begitu padatnya
aktivitas dan banyaknya hal yang harus diselesaikan. Padahal, pola makan yang
teratur akan meningkatkan kesehatan fisik seseorang dan sebagai hasilnya performa
kerja akan meningkat.
c. Social Behaviour
Social Behavior adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan perilaku
umum yang ditunjukkan oleh individu dalam masyarakat. Hal ini terkait dalam hal
menanggapi apa yang dianggap dapat diterima oleh suatu kelompok atau menghindari
perilaku yang dianggap tidak dapat diterima. Jenis perilaku manusia menentukan
bagaimana individu berinteraksi satu sama lain dalam kelompok atau masyarakat
(Mark, 2007).

Dalam Industri farmasi, berinteraksi dalam suatu kelompok merupakan suatu


dasar penting untuk memajukan perfoma kerja. Social behaviour yang baik bisa
menjadi parameter bahwa pekerja tidak mengalami gangguan mental. Disamping itu,
dengan berinteraksi, kita bisa saling berbagi sesuatu sama lain yang bisa mengurangi
beban pikiran seseorang. Hal ini akan sangat membantu dalam menghindari resiko
stress yang kemungkinan besar sering dialami oleh pekerja-pekerja pada umumnya.
d. Spiritual Fullness
Spiritual fullness perlu diperhatikan sebagai indikator dalam hal kesehatan
rohani. Dalam suatu industri farmasi, para pekerja hendaknya tidak melupakan
kewajibannya sebagai umat beragama dan beriman di tengah-tengah aktivitas kerja
yang harus dilakukan setiap harinya. Dengan terpenuhinya indikator kesehatan rohani
ini, maka derajat kesehatan akan meningkat. Kesehatan rohani juga akan sangat
mempengaruhi kesehatan mental dan fisik seseorang, sehingga juga akan sangat
mempengaruhi performa kerja seseorang.

Rancangan Program:
Berkaitan dengan aspek status gizi, sebuah perusahaan/industri farmasi dapat
menyediakan catering bagi para apoteker yang bekerja di sana. Catering yang dipilih tentu

telah divalidasi dengan bantuan ahli gizi untuk memastikan bahwa makanan yang disajikan
memiliki kandungan gizi yang cukup. Jika catering tidak memungkinkan untuk dilakukan
karena banyaknya pekerja (apoteker), perusahaan dapat mengambil langkah untuk membuat
kantin yang menjual makanan sehat di area perusahaan, kandungan zat gizi dalam makanan
juga telah diatur bersama dengan ahli gizi. Dengan demikian, pada jam istirahat para apoteker
dapat menikmati makanan sehat di kantin ini. Sebagai tindak lanjut dari usaha ini, perusahaan
dapat mengadakan kerja sama dengan instansi gizi untuk mengadakan pemeriksaan secara
berkala, misalnya selama 6 bulan sekali untuk mengetahui kondisi kesehatan para apoteker
berkenaan dengan kecukupan gizi dalam tubuh mereka.
Program pengadaan catering atau kantin sehat seperti disebutkan di atas berkaitan erat
dengan aspek health behaviour dimana perusahaan sendiri telah mendukung kebiasaan
makan makanan sehat pada para apoteker. Perlu diingat pula bahwa pihak perusahaan harus
menyediakan waktu istirahat yang cukup bagi para pekerjanya (dapat disesuaikan dengan
jenis pekerjaan atau durasi bekerja per hari) agar mereka memiliki pola makan yang teratur
sehingga asupan nutrisi cukup untuk mengimbangi aktivitas mereka. Selanjutnya, terdapat
saran bagi perusahaan industri farmasi, meskipun ini bukanlah sebuah program. Saran tersbut
adalah: untuk memastikan dan meningkatkan kesadaran para pekerja (apoteker) tentang
pentingnya menggunakan alat pelindung kesehatan selama mereka bekerja, perusahaan dapat
membuat himbauan sebelum memasuki arena tersebut, misalnya dengan tulisan di depan
pintu masuk tentang kelengkapan pelindung kesehatan apa saja yang harus dikenakan
sebelum memasuki arena tertentu dengan dicantumkan pula bahwa jika kelengkapan
pelindung (jas lab, masker, dll) tidak digunakan dengan sebagaimana mestinya, terdapat
kemungkinan bahwa pekerja akan menjadi sumber kontaminasi bagi produk dan produk
sendiri juga bisa membahayakan bila terpapar pada para pekerja.
Berkaitan dengan aspek Social Behavior, perusahaan dapat mengadakan semacam
training (pertemuan) yang berisi materi Social Behavior. Pertemuan dapat dilakukan dalam
jangka waktu satu tahun sekali. Materi dalam pertemuan ini hendaknya dapat memungkinkan
para pekerja untuk berinteraksi satu sama lain. Misalnya pada pertemuan ini para pekerja
dibagi dalam beberapa kelompok untuk saling membagikan pengalaman, kendala yang
dihadapi selama mereka bekerja dan di dalam kelompok itu mereka dapat saling memberi
solusi untuk mengatasi kendala-kendala yang dialami. Pertemuan juga dapat bersifat tidak
formal, misalnya dengan pertunjukkan musik atau makan malam bersama untuk

meningkatkan interaksi, dapat juga diberi himbauan sebelumnya agar para pekerja dapat
saling membaur, tidak hanya dengan beberapa orang yang telah dianggap dekat.
Jika sebelumnya telah disebutkan bahwa suatu perusahaan harus memberikan waktu
istirahat yang cukup, dalam tujuan mencapai spiritual full ini perusahaan juga harus
memberikan waktu beribadah bagi para pekerjanya. Misalnya penetapan waktu istirahat dapat
dipertimbangkan dengan menembahkan 5 menit untuk berdoa. Perusahaan juga hendaknya
memberikan waktu bagi umat beragama Islam agar mereka tetap dapat menjalankan ibadah
lima waktu, hal ini dapat didukung dengan dibangunnya tempat ibadah (misalnya musholla
atau kapel di dekat perusahaan).

Daftar Pustaka
Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia, 2012, Cara Pembuatan Obat yang
Baik, BPOMRI, Jakarta.
D S Gochman, 1997, Handbook of Health Behavior Research, Vol.1-4, Plenum, New York.

Edberg, Mark, 2007, Essentials of Health Behavior: Social and Behavioral Theory in Public
Health, Jones & Bartlett Publishers, USA.
Sibarani, S.R., 2013, http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/35127/5/Chapter
%20I.pdf , diakses pada tanggal 02 Desember 2014.
Toanubun, A.Y., 2010, http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/16581/4/Chapter
%20II.pdf, diakses pada tanggal 02 Desember 2014.

Anda mungkin juga menyukai