Anda di halaman 1dari 26

BAB I

PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Auditor sangat dituntut akan kemampuannya memberikan jasa yang
terbaik dalam setiap pengauditan, dan sesuai dengan yang dibutuhkan serta
diperintahkan oleh pimpinan tertinggi instansi atau badan. Agar audit dapat
bermanfaat bagi para pemakainya, auditor independen memiliki tanggung
jawab

untuk

menghasilkan

pendapat

yang

benar-benar

dapat

dipertanggungjawabkan dan memiliki obyektivitas yang tinggi. Oleh karena itu


sebelum menjalankan proses audit, tentu saja proses audit harus direncakan
terlebih dahulu.
Salah satu tahap audit ialah perencanaan (audit planning). Perencanaan
dalam audit adalah suatu tahapan yang terperinci, menyangkut prosedur dan
rencana auditor yang akan digunakan dalam pelaksanaan suatu audit. Tujuan
audit, jadwal kerja audit, dan staf yang akan diikutsertakan dalam proses audit,
harus diterangkan secara jelas dalam perencanaan audit. Tujuan audit planning
ialah untuk menentukan pada area mana, bagaimana, kapan serta oleh siapa
(anggota tim yang mana) audit akan dilakukan. Langkah penting dalam audit
planning mengidentifikasikan faktor risiko. Untuk itu auditor menyiapkan
rencana kerja audit (audit program) mengenai batas, jadwal, dan prosedur
untuk mencapai sasaran audit. Setelah audit program disusun dan team
auditor telah dibentuk, selanjutnya para anggota team harus melakukan
pengenalan terhadap sistem yang akan diaudit. Oleh karena itu, paper ini akan
membahas mengenai langkah kedelapan yang merupakan langkah terakhir
dalam fase perencanaan audit. Langkah yang paling penting ini karena akan
menentukan keseluruhan program audit yang akan diikuti oleh auditor,
termasuk semua prosedur audit, ukuran sampel, unsur-unsur yang dipilih serta
waktunya.
Pentingnya

membuat

keputusan

yang

tepat

dalam

membentuk

perencanaan audit secara keseluruhan dan mengembangkan suatu program


audit yang terperinci dengan mempertimbangkan efektivitas bukti maupun
efisiensi audit. Dimana keseluruhan perencanaan audit didiskusikan, yang
Page
1

berarti auditor akan memilih gabungan dari kelima jenis pengujian yang akan
menghasilkan audit yang efektif dan efisien. Hal ini mencakup pembahasan
mengenai kelebihan dan kekurangan dari setiap jenis pengujian, termasuk
pertimbangan biaya dari setiap jenis pengujian tersebut. Setelah memutuskan
gabungan jenis pengujian yang paling menghemat biaya, auditor akan
merancang program audit secara terperinci.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka penyaji mengajukan pertanyaan
sebagai berikut:
1. Bagaimanakah

pengukuran

efektivitas

kinerja

planning dan performance audit internal?.


2. Bagaimanakah peran audit universe terkait

internal
dengan

audit

dalam

planning

dan

performance audit internal?


1.3. Tujuan Paper
Tujuan dari paper ini adalah untuk:
1. Mengetahui pengukuran efektivitas

kinerja

internal

audit

dalam

planning dan performance audit internal.


2. Mengetahui peran audit universe terkait dengan dalam planning dan
performance audit internal.

Page
2

BAB II
DASAR TEORI
2.1. INTERNAL AUDIT
Panduan untuk audit internal yang dikeluarkan oleh Institute Audit Internal
Australia (2010) menyatakan bahwa audit internal merupakan pilar utama dari
tata kelola yang baik. Hal ini berkaitan dengan kecukupan manajemen risiko
dan sistem pengendalian internal, efisiensi dan efektifitas penilaian kegiatan
operasi, perlindungan terhadap aset dan kepatuhan terhadap peraturan.
Audit internal memberikan pandangan independen pada komite audit dan
manajemen

eksekutif

mengenai

apakah

organisasi

memiliki

risiko

dan

lingkungan pengendalian internal yang sesua sementara audit internal itu


sensiri bertindak sebagai katalis untuk strong-risk dan compliance culture
dalam organisasi.
2.1.1.
DEFINISI INTERNAL AUDIT
Terdapat beberapa definisi audit internal, diantaranya:
Menurut Institut Audit Internal (IIA) (2004):
Internal audit is an independent, objective assurance and
consulting activity designed to add value and improve an
organization`s operations. It helps an organization accomplish
its objectives by bringing a systematic, disciplined approach
to evaluate an improve the effectiveness of risk management,
control an governance process.
Menurut Morariu et all (2009):
Internal audit is an independent and objective activity that
gives insurance to the entity regarding the degree of
operations control, guiding it in order to improve its
operations and that contributes to the creation of added
value.
Menurut

Peraturan

Otorisasi

Jasa

Keuangan

nomor

IX.7

tentang

pembentukan dan pedoman penyusunan piagam unit Audit Internal, definisi


Audit Internal adalah:
Page
3

Suatu

kegiatan

pemberian

keyakian

(assurance)

dan

konsultasi yang bersifat independen dan objektif, dengan


tujuan

untuk

meningkatkan

nilai

dan

memperbaiki

operasional perusahaan, melalui pendekatan yang sistematis,


dengan cara mengevaluasi dan meningkatkan efektivitas
manajemen risiko, pengendalian, dan proses tata kelola
perusahaan.
Sawyer (2005:10) mendefinisikan lingkup audit modern yang luas dan
tak terbatas, yaitu:
Audit internal adalah sebuah penilaian yang sistematis dan
objektif yang dilakukan auditor internal terhadap operasi dan
kontrol

yang

berbeda-beda

dalam

organisasi

untuk

menentukan apakah (1) informasi keuangan dan operasi telah


akurat dan dapat diandalkan, (2) resiko yang dihadapi
perusahaan

telah

diidentifikasi

dan

diminimalisasi,

(3)

peraturan eksternal serta kebijakan dan prosedur internal


yang bisa diterima telah diikuti, (4) kriteria operasi yang
memuaskan telah dipenuhi, (5) sumber daya telah digunakan
secara efisien dan ekonomis, dan (6) tujuan organisasi telah
dicapai secara efektif semua dilakukan dengan tujuan untuk
dikonsultasikan dengan manajemen dan membantu anggota
organisasi dalam menjalankan tanggung jawabnya secara
efektif.
Dari definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa audit internal tidak hanya
mencakup peranan dan tujuan internal auditor, tetapi juga mengakomodasikan
kesempatan dan tanggung jawab. Definisi-definisi tersebut juga memaparkan
ruang lingkup yang luas dari internal auditor modern yang lebih menekankan
pada penambahan nilai dan semua hal yang berkaitan dengan risiko, tata
kelola, dan kontrol.
Berdasarkan

definisi-definisi

yang

telah

diuraikan

di

atas,

dapat

disimpulkan bahwa pengawasan (control) dan pemeriksaan (audit) tersebut


tidaklah semata-mata untuk mencari kesalahan seseorang/manajemen saja,
Page
4

tetapi juga mempunyai jangkauan yang lebih luas yaitu dalam bentuk
penyampaian jasa yang protektif dan konstruktif. Kesimpulan lain yaitu bahwa
audit

merupakan

kegiatan

yang

diperlukan

secara

berkesinambungan

walaupun di dalam perusahaan tersebut tidak terdapat penyimpanganpenyimpangan, tetapi tetap diperlukan untuk penyampaian informasi kepada
manajemen perusahaan untuk membantu dalam pengambilan keputusan.
2.2. EFEKTIVITAS
Efektivitas adalah pencapaian tujuan secara tepat atau memilih tujuantujuan yang tepat dari serangkaian alternatif atau pilihan cara dan menentukan
pilihan dari beberapa pilihan lainnya. Efektivitas bisa juga diartikan sebagai
pengukuran

keberhasilan

dalam

pencapaian

tujuan-tujuan

yang

telah

ditentukan. Efektivitas merupakan unsur pokok untukmencapai tujuan atau


sasaran yang telah ditentukan dalam setiap organisasi. Efektivitas disebut juga
efektif, apabila tercapainya tujuan atau sasaran yang telah ditemukan
sebelumnya.
2.2.1.

DEFINISI EFEKTIVITAS

Pengertian

efektivitas

memiliki

makna

yang berbeda

bagi

setiap

organisasi tergantung pada kerangka acuan yang dipakainya. Bagi seorang ahli
ekonomi efektivitas organisasi adalah keuntungan dan laba investasi, dan bagi
seorang ilmuan di bidang riset efektivitas dijabarkan dalam

jumlah paten,

penemuan atau produk baru. Sedangkan bagi sejumlah sarjana ilmu sosial,
efektivitas sering ditinjau dari segi kualitas kehidupan pekerja.
Menurut

Kamus

Bahasa

Indonesia

pengertian

efektivitas,

yaitu

Keberhasilan suatu tindakan yang diukur berdasarkan pencapaian tujuan


tindakan tersebut.. Efektivitas menurut Bayangkara (2008:14), sebagai tingkat
keberhasilan perusahaan untuk mencapai tujuannya. Sementara menurut
Handayaningrat dalam Rizal (2009), efektivitas adalah pengukuran dalam arti
tercapainya sasaran atau tujuan yang telah ditentukan sebelumnya. Apabila
sasaran atau tujuan telah tercapai sesuai dengan yang direncanakan
sebelumnya, maka sasaran dan tujuan tersebut efektif.
Menurut Mulyadi dalam Rizal (2009), efektivitas diartikan sebakai berikut:
Page
5

Pengukuran efektivitas dan efisiensi perusahaan didasarkan pada


apakah sumber daya organisasi telah diperoleh dan digunakan
secara ekonomis dalam artian tidak terjadi pemborosan, kebocoran,
salah alokasi, salah sasaran dalam mencapai tujuan.
Menurut Sawyer (2005: 211):
Efektivitas menekankan hasil aktual dari dampak atau kekuatan
untuk menghasilkan dampak tertentu.
Untuk menilai efektivitas menurut Bayangkara dalam Lilin (2010)
dijelaskan bahwa auditor menekankan perhatiannya pada: 1) Pencapaian
tujuan program dan kegiatan yang sudah ditetapkan. 2) Pemanfaatan hasil
program atau kegiatan terhadap pencapaian tujuan perusahaan secara
keseluruhan. Penilaian efektivitas didasarkan atas suatu lingkup atau luas
tujuan suatu organisasi dalam menggunakan sumber daya yang ada untuk
mencapai tujuan yang diharapkan. Auditor internal harus memperhatikan
aspek ketaatan dalam melakukan penilaian efektifitas yang diinginkan.
Berdasarkan definisi di atas dapat disimpulkan bahwa efektivitas
menyangkut derajat keberhasilan suatu organisasi dalam mencapai tujuan
yang telah ditetapkan sebelumnya. Singkatnya efektivitas adalah melakukan
sesuatu yang benar. Efektivitas menunjukan keberhasilan dari segi tercapai
tidaknya sasaran yang telah ditetapkan oleh perusahaan. Jika hasil kegiatan
semakin mendekati sasaran, berarti makin tinggi efektivitasnya.
2.2.2.

FAKTOR PENCAPAIAN EFEKTIVITAS INTERNAL AUDIT

Menurut Tugiman (1997) untuk mencapai fungsi audit internal yang


efektif, terdapat lima faktor atau syarat yang harus dipertimbangkan, antara
lain:
a. Akses, berkaitan dengan masalah ketersediaan informasi yang diperlukan
oleh auditor internal untuk melaksanakan audit. Aksesnya dapat bersumber
dari:
- Fasilitas, meliputi seluruh realitas fisik yang mungkin dapat memberikan
-

informasi bagi auditor yang melakukan observasi langsung.


Catatan, yang mewakili realitas walaupun bukan realitas itu sendiri.
Orang, terutama bila fasilitas dan catatan kurang mendukung.
Page
6

b. Objektivitas, merupakan keadaan jiwa yang memungkinkan seseorang


untuk merasakan sesuatu realitas seperti apa adanya. Hal tersebut dapat
dicapai melalui kesadaran, pengetahuan formal, pengetahuan berdasarkan
pengalaman (ketekunan) dan tidak adanya kecondongan emosional.
c. Kebebasan berpendapat, merupakan suatu keadaan yang memungkinkan
suatu auditor untuk menyatakan sesuatu yang diketahuinya tanpa rasa
takut

adanya

konsekuensi

yang

buruk

bagi

status

dan

pemisahan

organisasional sangat membantu kebebasan berpendapat.


d. Ketekunan, pada umumnya ketekunan merupakan kualitas yang berasal dari
dalam diri auditor sehingga dapat dipengaruhi untuk menjadi lebih baik atau
lebih

buruk.

Ketekunan

dapat

diperkuat

dengan

pemberian

isyarat

menyangkut maksud atasan sesungguhnya serta status organisasional yang


memadai.
e. Ketanggapan, menurut perhatian auditor terhadap berbagai temuan dan
pembuatan keputusan. Adanya tindakan korektif apabila dipandang perlu.
Ketanggapan sangat dipengaruhi oleh status organisasional auditor internal.
2.2.3.

INDIKATOR EFEKTIVITAS INTERNAL AUDIT

Menurut Standar Profesi Audit Internal (SPAI) yang terdapat dalam Hiro
Tugiman (1997) terdapat sembilan indikator efektivitas audit internal, antara
lain dijelaskan sebagai berikut:
a. Kelayakan dan arti penting temuan pemeriksaan beserta rekomendasinya
(reasonable and meaningful findings and recommendations). Tolak ukur ini
untuk melihat apakah suatu temuan dan rekomendasi dari audit internal
dapat

memberikan

nilai

tambah

bagi

auditee

dan

apakah

dapat

dipergunakan oleh manajemen sebagai suatu informasi yang berharga.


b. Respon dari objek yang diperiksa (auditees response and feedback).
Berkaitan dengan tolak ukur pertama tetapi berkenaan dengan umpan balik
dan respon dari auditee. Apakah temuan atau rekomendasi tersebut dapat
diterima dan dioperasionalisasikan oleh auditee?. Temuan pemeriksaan dan
rekomendasi dari auditor yang tidak dapat dioperasionalisasikan dan tidak
mendapat respon dari auditee kemungkinan pula terjadi karena adanya
kesalahan dalam proses pemeriksaan yang dilakukan oleh auditor atau
sebab-sebab lainnya.
Page
7

c. Profesionalisme auditor (profesionalism of the internal audit department).


Kriteria dari profesionalisme adalah:
o Independensi
o Integritas seluruh personil pemeriksaan
o Kejelian dan ketajaman review pimpinan tim pemeriksa
o Penampilan, sikap, dan perilaku pemeriksa
o Kesanggupan dan kemampuan dalam memberikan

jawaban

atas

pertanyaan-pertanyaan auditee atas permasalahan yang diajukan


o Kemampuan tim pemeriksa dalam melakukan komunikasi dan didapatnya
tanggapan yang baik dari auditee atau manajemen puncak
o Pendidikan dan keahlian para pemeriksa
d. Peringatan dini (absence of surprise). Auditor dapat memberikan laporan
peringatan dini baik dalam bentuk formal maupun informal mengenai
kelemahan

atau

permasalahan

operasi

perusahaan

serat

kelemahan

pengendalian manajemen.
e. Kehematan biaya pemeriksaan (cost effectiveness of the internal audit
department). Output dari suatu biaya pemeriksaan tidak dapat diukur. Bila
pemeriksaan

yang

dilakukan

mampu

meminimalisasi

biaya

tanpa

mengurangi nilai tambah yang dihasilkan, maka pemeriksaan sudah efektif


ditinjau dari tolak ukur ini.
f. Pengembangan personil (development of people). Jika pemngembangan
personil dianggap menjadi peran yang penting, maka pimpinan auditor akan
menggunakan

waktunya

dalam

pembinaan

untuk

penempatan

dan

pengembangan stafnya.
g. Umpan balik dari manajemen lainnya (operating managements feedback).
Umpan balik dari manajemen lainnya bersifat subjektif dan sangat
dipengaruhi oleh profesi auditor itu sendiri. Sampai sejauh mana dukungan
yang diberikan oleh para manajemen lainnya terhadap para auditor dalam
melaksanakan kegiatan pemeriksaan.
h. Meningkatnya jumlah pemeriksaan (number of requests for audit work).
Semakin baik dan semakin meningkatnya kemampuan auditor maka
manfaat

dari

audit

ini

akan

semakin

dirasakan,

dengan

semakin

dirasakannya manfaat tersebut, maka jumlah pemeriksaan pun akan


semakin meningkat seiring dengan perkembangan.
i. Tercapainya program pemeriksaan. Meliputi tindakan evaluasi terhadap
risiko objek yang diperiksa serta jaminan bahwa bidang-bidang yang

Page
8

berisiko

tinggi

telah

ditempatkan

sebagai

prioritas

utama

dalam

EFISIENSI

DAN

perencanaan pemeriksaan.
2.2.4.

KRITERIA

UNTUK

MENGEVALUASI

EFEKTIFITAS
Setiap

perusahaan

yang

melaksanakan

kegiatan

usahanya

harus

dievaluasi kinerjanya sebagai hasil dari implementasi strategi bisnis yang


dijalannya. Manajemen perusahaan perlu mengetahui efektifitas dan efesiensi
sumber daya yang digunakan pada masing-masing departemen dengan
melakukan audit terhadap semua fungsi manajemen di perusahaan. Efektifitas
mengacu pada percapaiaan tujuan sedangkan efesiensi mengacu pada sumber
daya yang digunakan untuk mencapai tujuan itu. Suatu contoh efektivitas
adalah produksi suku cadang tanpa cacat. Sedangkan efesiensi berkaitan
dengan apakah suku cadang tersebut diproduksi pada biaya yang minimum.
Menurut Laery (1996), ada tiga kata kunci utama dari audit kinerja
(performance audit), yaitu ekonomis, efisiensi, dan efektifitas. Tiga kata kunci
tersebut didefenisikan sebagai berikut:
Economy mean the acquisition of the appropriate quality and
quantity

of

financial

human

and

physical

resource

at

the

appropriate times and at the lowest cost.


Efficiency means the use of financial, human and physical
resources such that output is maximized for any given set of
resource inputs, or input is minimized for any given quantity and
quality of output.
Effectiveness means the achievement of the objectives or other
intended effect of the objectives or other intended effects of the
programmes, operations or activities.
Audit efisiensi mencakup penilaian seperti: usaha organisasi untuk
melakukan eksplorasi dan eksploitasi. Dengan audit efisiensi memungkinkan
suatu entitas untuk me-manage sumber daya secara efisien. Beberapa
manfaat audit efisiensi menurut Bagus (2003).
Page
9

Membantu manajer dan staf menjadi lebih sensitif akan kewajiban mereka

dalam rangka mengadakan efisiensi.


Menggarisbawahi pentingnya pengukuran efisiensi dan pemakaian informasi

untuk memanage operasi dan mendapatkan akuntabilitasi.


Mendemonstrasikan cakupan yang ada agar bias menurunkan biaya pada
program yang ada tanpa mengurangi kuantitas dan kualitas output atau

tingkat pelayananya.
Meningkatkan kuantitas atau memperbaiki kualitas atau output dan tingkat

pelayanan tanpa disertai peningkatan pembelanjaan.


Mengidentifikasikan perbaikan yang diperlukan pada pengendalian, sistem
operasional dan proses kerja yang ada dalam rangka penggunaan sumber
daya yang lebih baik.
Menurut Arent and Loebbecke (2000), salah satu pendekatan untuk

menyusun keriteria audit operasional adalah dengan menetapkan tujuannya


untuk menentukan apakah beberapa aspek unit usaha dapat dibuat lebih
husus biasanya diperlukan sebelum audit operasional dimulai.
Beberapa jenis ketidakefisien sering terjadi tetapi tidak terungkap melalui
performance audit. Berikut ini beberapa contoh mengenai ketidakefisiensinnya.
KETIDAKEFISIENAN
Biaya perolehan barang atau jasa

CONTOH
Penawaran untuk pembelian tidak

sangat tinggi
Tidak tersedianya bahan baku

diwajibkan
Seluruh jalur perakitan harus dihentikan

untuk produksi ketika dibutuhkan

karena bahan yang diperlukan tidak

Pekerjaan dilakukan tanpa tujuan

disorder
Catatan produksi yang sama disimpan
oleh bagian akuntansi maupun bagian
produksi, karena mereka tidak
mengetahui masing-masing tugasnya

Pekerjaan dilakukan tanpa tujuan

satu sama lain.


Tembusan faktur penjualan dan laporan
penerimaan dikirimkan ke bagian
produksi yang menyimpan dokumen itu

Terlalu banyak pengawai

tanpa paernag digunakan


Pekerjaan kantor dapat dilakukan lebih
efektif bila satu orang sekretaris
Page
10

dikurangi

2.3. PENGERTIAN PERFORMANCE AUDIT


Konsep performance audit (dengan istilah apapun) terkesan masih sangat
baru. Pemikiran mengenai performance audit menurut T.G Rose dalam Yusuf
kumpulan Bacaan Manajemen Audit sudah dimulai sejak 1932 di Britania
Raya. Namun sampai saat ini masih terdapat beberapa konsep yang berbeda
mengenai performance audit, seperti adanya ketidakseragaman istilah yang
digunakan.
Performance

audit

merupakan

evaluasi

secara

independen

dan

berorientasi ke masa depan atas berbagai kegiatan operasional suatu


organisasi guna membantu manajemen dalam meningkatkan efektifitas
pencapaian hasil dan tujuan yang ditetapkan. Performance audit juga dapat
meningkatkan efisiensi dalam penggunaan sumber daya, yang mempunyai
fungsi

membantu

meyakinkan

terdapatnya

akuntanbilitas

dan

mengidentifikasikan cara-cara memperbaiki operasi perusahaan.


Secara umum, pengertian audit telah memiliki arti suatu proses sistematik
untuk

secara

objektif

memperoleh

dan

mengevaluasi

bukti-bukti

yang

berhubungan dengan asersi/fakta dan kondisi berdasarkan kriteria yang telah


ditetapkan. Sedangkan pada performance audit, bukti-bukti mengenai fakta
atau kondisi dikumpulkan untuk dievaluasi keefektifannya. Performance audit
dapat dilaksanakan dengan dua pendekatan dasar: (1) Organizational dan (2)
Functional.
Dengan

pendekatan

organisasi,

auditor

berkepentingan

terhadap

pengelolaan suatu unit organisasi. Pengujian bukan hanya dilakukan terhadap


fungsi atau kegiatan dalam suatu satuan organisasi, tetapi juga dengan
pengorganisasian itu sendiri. Pusat perhatian adalah apa yang berlaku dan
terjadi dalam suatu unit organisasi tertentu. Melalui pendekatan fungsional,
auditor berkepentingan dengan suatu kegiatan utama dan rangkaian kegiatan,
sejak awal dimulainya kegiatan sampai kegiatan berakhir.
Pengujian dilakukan bukan hanya pada satu unit organisasi saja tetapi
pada

beberapa

unit

organisasi

yang
Page
11

terkait.

Pusat

perhatian

adalah

pelaksanaan kegiatan kegiatan dalam suatu fungsi tertentu, bukan pada unit
organisasi yang melaksanakan kegiatan tersebut. Pelaksanaan audit sendiri
dapat dilakukan dengan suatu metode yang menurut Sawyer (2003) meliputi
tahapan berikut:

Pengenalan
Verifikasi
Evaluasi dan rekomendasi
Pelaporan kepada manajemen
Menurut Boynton (1996) pelaksanaan audit kinerja/audit operasional dapat

dilakukan melalui beberapa tahap, yaitu :


1. Tahap Select Auditee
Pada dasarnya, studi pendahuluan merupakan suatu proses penyaringan
yang menghasilkan suatu peringkat dari auditee yang potensial. Dalam
memilih auditee dimulai dari survey pendahuluan untuk suatu entitas guna
mengidentifikasi aktivitas aktivitas yang mempunyai potensial paling
tinggi dalam arti memperbaiki efektifitas , efisiensi dan ekonomis. Sawyer
menyatakan ada tujuh tahapan pada pelaksanaan survey awal yaitu intial
study,

documenting,

meeting,

gathering

information,

observing,

flowcharting, and reporting. Selain hal tersebut yang perlu dipertimbangkan


juga adalah budgeting the survey.
2. Tahap Plan Audit
Perencanaan audit yang hati hati merupakan hal sangat penting
agar tujuan audit operasional untuk menilai tingkat efisiensi dan efektifitas
dapat tercapai. Berdasarkan perencanaan audit maka disusun program yang
berisi tentang prosedur yang didesain untuk mencapai tujuan audit.
Menurut Cangemi and Singleton (2003), perencanaan internal audit
diimplementasikan untuk special audit, special assignment atau other
activity.

Perencanaan

menggambarkan

aspek

penting

dari

suatu

pemeriksaan dan diharapkan sesuai dengan standar pekerjaan lapangan.


Untuk tiap jenis pekerjaan, penetapan koordinasi antara manajemen dan
staf internal audit perlu dituangkan dalam dokumen planning memo.
Dokumen ini menjamin bahwa tujuan dan skedul pemeriksaan dapat
dikomunikasikan

dan

dipahami

oleh

Page
12

mereka

yang

terlibat

dalam

pemeriksaan.

Dengan

mempertimbangkan

demikian

scope

dan

auditor/manajemen

procedure

yang

menjadi

bisa
prioritas

pekerjaanya.
3. Tahap Perform Audit
Dengan cara yang sama seperti audit keuangan, auditoraudit kinerja harus
mengumpulkan bukti bukti yang cukup kompeten agar dapat dijadikan
dasar yang layak untuk menarik suatu simpulan terhadap objek yang diuji.
4. Tahap Report Finding
Laporan audit kinerja disampaikan kepada manajemen, dengan salinan
kepada unit yang diaudit dan tidak secara khusus diperuntukkan kepada
pihak ketiga sehingga laporan audit kinerja kata katanya tidak dibakukan.
Keragaman audit kinerja memerlukan penyusunan laporan secara khusus
untuk menyajikan ruang lingkup audit, temuan dan rekomendasi.
5. Tahap Perform Follow up
Tahap ini merupakan tindak lanjut dari rekomendasi atau temuan yang
diusulkan kepada manajemen. Tujuan pada tahap ini untuk mengetahui
apakah perubahan yang direkomndasikan telah dilakukan dan bila tidak, apa
penyebabnya.
Berikut ini tahap-tahap pelaksanaan audit manajemen seperti yang dijelaskan
di atas:
Select
Auditee

Plan Audit

Perform Audit
Report finding to Management
Perform Follow up

Sebelum melakukan audit, auditor terlebih dahulu harus memperoleh informasi


umum organisasi guna mendapatkan pemahaman yang memadai tentang
lingkungan organisasi yang diaudit, struktur organisasi, misi organisasi, proses
kerja, serta sistem informasi dan pelaporan. Pemahaman lingkungan masingmasing organisasi akan memberikan dasar untuk memperoleh penjelasan dan
analisis yang lebih mendalam mengenai sistem pengendalian manajemen.
Berdasarkan hasil analisis terhadap kelemahan dan kekuatan sistem
pengendalian dan pemahaman mengenai keluasan (scope), validitas dan
realibilitas informasi kinerja yang dihasilkan entitas atau organisasi, auditor
kemudian menetapkan kriteria audit dan mengembangkan ukuran ukuran
kinerja yang tepat.
Page
13

Berpedoman kepada rencana yang telah dibuat, auditor kemudian melakukan


pengauditan, mengembangkan hasil-hasil temuan audit, dan membandingkan
antara kinerja yang dicapai dengan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya.
Hasil temuan kemudian dilaporkan kepada pihak-pihak yang membutuhkan
disertai dengan rekomendasi yang diusulkan oleh auditor. Rekomendasirekomendasi yang diusulkan oleh auditor pada akhirnya akan ditindaklanjuti
oleh pihak-pihak yang berwenang.
2.3.1.

PERFORMANCE AUDIT DI INDONESIA

Performance audit mulai dikenal di Indonesia pada sektor swasta melalui


internal audit di perusahaan-perusahaan asing seperti BPM, Stanvac, Shell dan
Unilever. Sejak tahun 1940-an atau 1950-an, aspek performance audit mulai
muncul meskipun tidak secara utuh dan terarah seperti definisinya sekarang
ini. Pada sektor pemerintahan, DJPKN telah merintis performance audit sejak
awal tahun 1970-an, dan mulai dilaksanakan secara terprogram pada tahun
1980-an. Pada tanggal 21-24 oktober 1984 Asean Federation of Accountants
(AFA) mengadakan kongres IV di Jakarta, dimana salah satu topiknya mengenai
performance audit. Sejak itu perkembangan performance audit menjadi cukup
baik di Indonesia. Berdasarkan UU No 5 tahun 1973 tentang Badan
Pemeriksaan

Keuangan

(BPK),

lembaga

ini

memiliki

mandate

untuk

melaksanakan audit kinerja (performance audit) pada sektor pemerintahan,


untuk keperluan petunjuk teknis pelaksanaan ditetapkan berdasarkan SK BPK
No. 08/SK/K/1996 tanggal 18 Maret 1996 (Hasanudin:2002). Sedangkan pada
sector swasta dilaksanakan oleh internal auditor maupun eksternal auditor.
Permasalahan dalam pelaksanaan performances audit di Indonesia,
dapat diidentifikasikan secara umum maupun khusus. Permasalahan umum
yaitu tidak terdapatnya kriteria standar yang dapat dijadikan acuan untuk
mengevaluasi obyek pemeriksaan, misalnya tidak ada kriteria khusus untuk
menilai efisiensi, rasio tenaga administrasi terhadap tenaga produksi dan ROL.
Sasarannya lebih bersifat kualitatif dan hasil proses manajemen seringkali baru
dapat

diketahui

dalam

jangka

panjang,

perencanaan perusahaan.

Page
14

misalnya

kaberhasilan

suatu

Permasalahan khusus yaitu permasalahan berdasarkan pengamatan


lapangan, yang baru merupakan hipotesa dan perlu dibuktikan kebenarannya.
Contoh, keengganan mengubah sistem dan produser operasi yang telah baku
sejak puluhan tahun tanpa mempertimbangkan perubahan lingkungan dan
tekhnologi. Contoh lainnya system pengendalian intern (SPI) seringkali dijabat
oleh orang yang kurang berkompeten. Selayaknya jabatan ini dipegang oleh
tenaga senior yang berpengetahuan, berpengalaman luas, bijak dan jujur.
Namun kenyataannya di lapangan SPI sering dijadikan tempat pembuangan
orang yang kurang berhasil di bidang fungsi lini.
2.3.2.

MANFAAT PERFORMANCE AUDIT

Audit kinerja dalam pelaksanaannya dapat mengidentifikasi berbagai


masalah yang menuntut adanya pemerikasaan lebih rinci (Kosasih, 1994),
antara lain:

Penggunaan standar atau penetapan penjabaran tujuan oleh manajemen


dalam pengukuran hasil kerja, produktifitas. Efisiensi, atau pengunaan

barang/jasa yang kurang tepat.


Tiadanya kejelasan prosedur tertulis atau produser berbelit-belit. Sehingga
bias ditafsirkan salah atau tidak konsisten dan menambah pelayanan

menjadi terlalu lama.


Personil yang kurang cakap, sehingga menimbulkan kelambatan dan
kekurangan lainnya, termasuk kegagalan menerima tanggung jawab yang

besar.
Beberapa pekerjaan duplikasi atau tumpang tindih, sehingga terjadi

pemborosan dan saling lempar tanggung jawab


Pola pembiayaan mewah atau berlebihan yang sebenarnya tidak perlu.
Penggunaan pekerjaan tertangguh, menumpuk dan penyelesaian terlambat.
Banyak pekerjaan terlalu besar, koordinasi buruk dan personil banyak tidak

punya tugas.
Pengorganisasian terlau besar, koordinasi buruk dan personil banyak tidak

punya tugas.
Pengadaan barang terlalu banyak dengan harga dengan harga mahal dan

persediaan menumpuk.
Pemberian kredit tidak tepat, sehingga piutang tidak tertagih dan cukup
besar.
Page
15

Dengan adanya audit kinerja, kondisi seperti tersebut di atas segera


dapat ditanggulangi. Masalah masalah di atas dapat diuji dan dianalisis serta
dicari jalan keluarnya agar di masa yang akan dating kondisinya dapat lebih
baik. Dengan demikian manfaat audit kinerja seperti yang dinyatakan Kosasih
(1994), yaitu:

Kehati hatian/ kewaspadaan dan kebijakan yang tepat dalam penggunaan


sumber daya dengan selalu membandingkan berbagai alternative biaya

dengan manfaatnya.
Kesadaran biaya para

penggunaan dana perusahaan.


Kesadaran
biaya
para
pejabat

melaksanakan

berbagai

pekerjaan/prosedur.
Perencanaan akan semakin baik dengan terarah dan terpadu.
Para pegawai akan semakin kompoten, rajin dan disiplin.
Prosedur menjadi sederhana dan efisien, tetapi aman,

sehingga

pelaksanaan yang lancer.


Supervise kinerja para pejabat akan semakin efektif
Ketidakkompetenan, ketidakberesan, pemborosan, ketidakefesienan dan

pejabat

aksekutif
dalam

yang

cukup

tinggi

dalam

kecurangan akan mudah terdeteksi.


2.4. Audit Programs and Establishing the Audit Universe
Fungsi

internal

audit

butuh

mendefinisikan

area

yang

mereka

pertimbangkan dalam audit internal. Daftar seluruh area potensial untuk


diaudit dinamakan audit universe. Dengan review dan persetujuan dari komite
audit dan senior management, audit universe merupakan populasi entitas yang
dapat diaudit bagi fungsi internal audit manapun. Audit universe tidak meliputi
seluruh unit dalam sebuah perusahaan, ada yang terlalu kecil, risiko terlalu
rendah, atau terlalu kompleks untuk dikenakan review audit internal. Namun
ketika area potensial sudah ditetapkan, CAE dan member lain dari tim audit
dapat langsung menetapkan analisis risiko dan mengembangkan rencana
audit.

2.5. Defining the Scope and Objectives of the Internal Audit Universe
Page
16

Untuk mendefinisikan audit universe, audit internal harus mereview dan


memahami entitas yang potensial, dalam arti unit bisnis/area operasi dan unit
yang dapat diaudit dalam unit bisnis tersebut.
Contoh auditable activities:

Peraturan, prosedur, praktek


Manufaktur, distribusi, supply chain
Sistem informasi
Lini produk
Function seperti pembelian, akuntansi, finance, marketing dll

Dalam mendeksripsikan audit universe, CAE dan supporting internal audit team
memulai dengan bagan organisasi yang mendetail untuk mendeskripsikan
entitas tsb. Tim audit juga harus menentukan focal point dari audit.
Contoh dari titik focal point tersebut, misalnya:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.

IT access controls
System security configuration
Monitoring and incident response
Security management and administration
Focal point dalam IT infrastructure universe misalnya:
Structure and strategy
Methodologies and procedures
Measurement and reporting
Tools and technology
Unit perusahaan yang auditable harus terus diupdate sebagai bagian dari

proses perencanaan audit internal.


2.6. Assessing Internal Audit Capabilities and Objectives
Daftar mendetail dan panjang mengenai daftar entitas yang dapat diaudit
akan sia-sia tanpa kemampuan dan sumber daya untuk melaksanakan audit.
Internal audit harus realistis dalam membuat daftar audit universe. Auditor
harus memahami risiko kontrol dalam setiap entitas yang hendak diaudit.
Internal audit harus menganalisis potensi dari entitas yang hendak diaudit
berdasarkan:

Ciptakan control objective yang tinggi untuk setiap kandidat audit universe
Nilai risiko dari setiap kandidat
Koordinasikan internal audit dengan kepentingan audit dan tata kelola
lainnya

Page
17

Ciptakan control objective yang tinggi untuk setiap item dalam audit

universe
Buat kuesioner untuk preliminary control assessment

Hasil dari review dan analisis, auditor harus membuat audit universe schedule
yang menunjukkan area yang potensial untuk direview.
2.7. Audit Universe Time and Resource Limitations
Dalam daftar potensial auditable entity, mungkin ada entitas yang tidak
mungkin untuk direview, karena adanya keterbatasan ukuran, batasan dan
budget. Langkah yang harus dilakukan adalah melihat daftar preliminary audit
universe dan tentukan mana yang basisnya annual atau semi annual. Langkah
selanjutnya adalah melihat sisa di daftar dan tentukan apakah waktu dan
sumber daya memungkinkan untuk review mereka. Range waktu yang ideal
adalah 3-5 tahun. Selain waktu, jika butuh sumber daya spesialis lain, hal ini
harus didokumentasikan. Semua data ini akan membantu internal audit untuk
membentuk preliminary audit universe. Dokumen ini akan direview oleh senior
management dan disetujui oleh komite audit.
2.8. Selling

the

Audit

Universe

to

the

Audit

Committee

and

Management
Komite audit yang memiliki wewenang untuk mereview dan menyetujui
audit universe. Audit universe schedule harus disiapkan dan diupdate per
tahun untuk review dan persetujuan komite audit. Perubahan-perubahan dapat
terjadi atas keinginan komite audit. Namun, komite audit tidak sering
bersentuhan langsung engan proses audit, di sini CAE sebagai perpanjangan
tangan yang diandalkan komite untuk melakukan audit dan melapporkan
hasilnya pada komite audit. CAE akan mempresentasikan dan meyakinkan
komite audit untuk menyetujui konsep yang telah disusun.
2.9. Assembling Audit Programs: Audit Universe Key Components
Agar konsisten, auditor menggunakan program audit untuk melaksanakan
prosedur audit secara konsisten dan efektif untuk tipe audit yang sama.
Program audit merupakan alat untuk merencanakan, mengarahkan dan
mengontrol kerja audit dengan menyebutkan secara spesifik langkah yang
Page
18

harus dilaksanakan untuk mencapai tujuan audit. Fungsi internal audit yang
baik akan memiliki program audit untuk aktivitas audit yang sering berulang.
Namun program audit tidak dapat diterapkan jika sifat prosedur unik dan
berbeda.
a. Audit Program Formats and Their Preparation
Audit program adalah prosedur yang mengambarkan langkah yang
harus dilakukan auditor dalam fieldwork. Program harus selesai setelah
penyelesaian survey lapangan namun sebelum melaksanakan prosedur
audit. Program audit ditujukan sebagai petunjuk bagi auditor internal yang
kurang berpengalaman maupun yang telah berpengalaman. Bergantung
pada tipe audit yang direncanakan, program audit biasanya mengikuti salah
satu dari ketiga format berikut : (1) set prosedur umum audit, (2) prosedur
audit dengan instruksi detail bagi auditor, atau (3) checklist untuk
compliance reviews.
Audit program dengan bentuk checklist memiliki kelemahan, yaitu :
auditor

yang

belum

memiliki

banyak

pengalaman

mungkin

akan

melewatkan masalah karena hanya menyelesaikan checklist tanpa menggali


masalah lebih dalam. Audit program sebaiknya menempatkan follow up
inquiries pada area yang mungkin menimbulkan pertanyaan. Kelemahan
lain adalah auditor mungkin akan melewatkan memeriksa bukti penting
karena hanya menjawab pertanyaan. Akan mudah menjawab ya tanpa
memikirkan bukti apa yang mendukung pernyataan tersebut.
Teknik audit advanced dapat diterapkan jika memungkinkan, seperti
computer-assisted

audit

tools

and

techniques

(CAATTs).

Penggunaan

prosedur statistical sampling akan membuat auditor lebih mudah mengextract data dari populasi besar. Tidak ada program audit yang standard dan
dapat selalu digunakan di semua kondisi. Intinya suatu program harus
menjadi

dokumen

yang

dapat

mengarahkan

auditor

dan

dapat

mendokumentasikan aktivitas yang dilakukan.


b. Types of Program Audit Evidence
Program audit yang bagus akan menuntun auditor dalam proses
pengumpulan bukti. Salah satu bukti yang paling kuat adalah hasil observasi
auditor atau konfirmasi pihak independen. Respon kasual dari audittee
dianggap sebagai bukti yang lemah, dari bukti tertulis yang ditandatangani.
Page
19

Dalam melakukan survey lapangan, sebaiknya adalah seorang personel


senior/auditor in charge.
Langkah audit yang dilakukan akan berbeda tergantung karakteristik entitas
yang diaudit. Meski begitu, keseluruhan audit internal harus dilaksanakan.
2.10. Audit Universe and Program Maintenance
Dokumen audit universe adalah deskripsi umum atas seluruh unit audit
yang dapat direview fungsi internal audit. Selanjutnya perencanaan akan
menentukan kedalaman dan batasan dalam aktivitas audit. Universe menjadi
peta besar yang meliputi teritori dan batasan internal audit. Hal ini dapat
menjadi basis komunikasi ke komite audit dan untuk perencanaan aktivitas
audit ke depan.
Dokumen audit universe tidak harus selalu berubah sesuai perubahan
kecil, namun yang penting tetap update. Audit universe yang efektif akan
mendefinisikan

perencanaan

audit

tahunan

dan

menjadi

media

untuk

mendeskripsikan aktivitas dari audit. Audit internal perlu mengembangkan


format program audit standard untuk semua review aktivitas audit yang
sifatnya repetitive dan regular. Audit program dapat menjadi learning tool dan
mekanisme untuk mempersiapkan audit internal yang lebih konsisten dan
efektif. Memahami bagaimana membangun dan menggunakan audit universe
serta program audit pendukung merupakan kunci Common Body Of Knowledge
(CBOK) yang harus dimiliki internal auditor.

Page
20

BAB III
PEMBAHASAN
3.1. PENGUKURAN EFEKTIVITAS KINERJA INTERNAL AUDIT
Performance audit adalah perluasan dari audit keuangan dalam hal tujuan
dan prosedurnya. Audit kinerja memfokuskan pemeriksaan pada tindakantindakan dan kejadian-kejadian ekonomi yang menggambarkan kinerja entitas
atau fungsi yang diaudit. Performance audit merupakan suatu proses yang
sistematis untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti secara objektif, agar
dapat melakukan penilaian secara independen atas ekonomi dan efisiensi
operasi, efektifitas dalam pencapaian hasil yang diinginkan dan kepatuhan
terhadap

kebijakan,

peraturan

dan

hukum

yang

berlaku,

menentukan

kesesuaian antara kinerja yang telah dicapai dengan kriteria yang telah
ditetapkan sebelumnya serta mengkomunikasikan hasilnya kepada pihak-pihak
pengguna laporan tersebut.
Hal-hal yang terkait performance audit, salah satunya adalah efektivitas.
Audit efektivitas disebut program audit. Dikenal juga istilah lain bagi
performance audit, yaitu 3Es audit (economy, efficiency, and effectiveness
audit). Bagi kedua pendekatan yang telah disebutkan, terdapat lima tahap
dalam pelaksanaan audit, yaitu 1) Perencanaan audit, 2) me-review sistem
akuntansi dan pengendalian interen. 4) pelaksanaan audit, 5) Penyampaian
laporan. Efektivitas berarti tingkat pencapaian hasil program dengan target
yang ditetapkan. Efektivitas merupakan perbandingan antara outcome dengan
output. Outcome seringkali dikaitkan dengan tujuan (objectives) atau target
yang hendak dicapai. Jadi dapat dikatakan bahwa efektivitas berkaitan dengan
pencapaian tujuan.
Menurut Audit Commission (1986) disebutkan bahwa efektivitas berarti
menyediakan jasa-jasa yang benar, memungkinkan pihak yang berwenang
untuk mengimplementasikan kebijakan dan tujuannya (Mardiasmo, 2002).
Page
21

Audit efektivitas bertujuan untuk menentukan tingkat pencapaian hasil atau


manfaat yang diinginkan, kesesuaian hasil dengan tujuan yang ditetapkan
sebelumnya

dan

menentukan

apakah

entitas

yang

diaudit

telah

mempertimbangkan alternatif lain yang memberikan hasil yang sama dengan


biaya yang paling rendah. Tujuan pelaksanaan audit efektivitas atau audit
program adalah:
a. Menilai tujuan program apakah sudah memadai dan tepat, baik kepada
program yang baru akan berjalan, maupun yang sudah berjalan;
b. Menentukan tingkat pencapaian hasil suatu program yang diinginkan;
c. Menilai efektivitas program dan/atau unsur-unsur program secara
terpisah/sendiri-sendiri;
d. Mengidentifikasi factor yang menghambat pelaksanaan kinerja yang baik
dan memuaskan;
e. Menentukan apakah manajemen telah mempertimbangkan alternatif untuk
melaksanakan program yang mungkin dapat memberikan hasil yang lebih
baik dan dengan biaya yang lebih rendah;
f. Menentukan apakah program tersebut saling melengkapi, tumpang-tindih,
atau bertentangan dengan program lain yang terkait;
g. Mengidentifikasi cara untuk dapat melaksanakan program tersebut dengan
lebih baik;
h. Menilai ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku
untuk program tersebut;
i. Menilai apakah sistem pengendalian manajemen sudah cukup memadai
untuk mengukur, melaporkan, dan memantau tingkat efektivitas program;
j. Menentukan apakah manajemen telah melaporkan ukuran yang sah dan
dapat dipertanggungjawabkan mengenai efektivitas program.
Efektivitas berkenaan dengan dampak suatu output bagi pengguna jasa.
Untuk mengukur efektivitas suatu kegiatan harus didasarkan pada kriteria yang
telah ditetapkan sebelumnya. Jika hal ini belum tersedia, auditor bekerja sama
dengan

manajemen

puncak

dan

badan

pembuat

keputusan

untuk

menghasilkan kriteria tersebut dengan berpedoman pada tujuan pelaksanaan


suatu program. Meskipun efektivitas suatu program tidak dapat diukur secara
langsung, ada beberapa alternatif yang dapat digunakan untuk mengevaluasi
pelaksanaan suatu program, yaitu mengukur dampak/pengaruh, evaluasi oleh
konsumen dan evaluasi yang menitikberatkan pada proses, bukan pada hasil.
Page
22

Tingkat komplain dan tingkat permintaan dari pengguna jasa dapat


dijadikan sebagai pengukuran standar kinerja yang sederhana untuk berbagai
jasa.

Evaluasi

terhadap

pelaksanaan

suatu

program

hendaknya

mempertimbangkan apakah program tersebut relevan atau realistis, apakah


ada pengaruh dari program tersebut, apakah program telah mencapai tujuan
yang telah ditetapkan dan apakah ada cara-cara yang lebih baik dalam
mencapai hasil.
3.2. PERAN AUDIT UNIVERSE
Dalam mengembangkan rencana audit aktivitas audit internal, banyak
pimpinan organisasi auditor internal memandang penting untuk pertamatama
mengembangkan atau memperbarui peta audit (audit universe). Peta audit
adalah daftar semua kemungkinan audit yang dapat dilakukan. Pimpinan
organisasi auditor internal dapat memperoleh masukan atas peta audit dari
manajemen puncak. Peta audit mencakup komponenkomponen dari rencana
strategis organisasi, meliputi:
1.
2.
3.
4.

Struktur organisasi
Proyek
Kegiatan organisasi (unit usaha, fungsi, proses, dan lain-lain)
Klasifikasi aset
Dengan mencakup komponenkomponen dari rencana strategis organisasi,

peta audit telah mempertimbangkan dan mencerminkan tujuan bisnis secara


keseluruhan. Rencana strategis juga cenderung mencerminkan sikap organisasi
terhadap risiko dan tingkat kesulitan untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan. Peta audit biasanya akan dipengaruhi oleh hasil proses manajemen
risiko. Rencana strategis organisasi itu juga mempertimbangkan lingkungan di
mana organisasi beroperasi. Faktor-faktor lingkungan yang sama kemungkinan
akan berdampak terhadap peta audit dan penilaian risikorisiko terkait.
Pimpinan

organisasi

auditor

internal

menyiapkan

rencana

audit

berdasarkan peta audit, masukan dari manajemen puncak dalam organisasi,


serta penilaian risiko dan eksposur yang memengaruhi organisasi. Tujuan
utama audit adalah untuk memberikan keyakinan (assurance) dan informasi
bagi manajemen puncak dalam organisasi untuk membantu mereka mencapai

Page
23

tujuan organisasi, termasuk penilaian efektivitas kegiatan manajemen risiko


dari manajemen puncak.
Peta audit dan rencana audit yang terkait akan diperbarui untuk
mencerminkan

perubahan

dalam

arah,

tujuan,

penekanan,

dan

fokus

manajemen. Disarankan untuk menilai peta audit setidaknya setiap tahun,


sehingga mencerminkan strategi dan arah organisasi terkini. Dalam beberapa
situasi, rencana audit mungkin perlu diperbarui lebih sering (misalnya,
triwulanan) untuk merespons terhadap perubahan dalam bisnis organisasi,
operasi, program, sistem, dan pengendalian.

BAB IV
KESIMPULAN
4.1. PENGUKURAN EFEKTIVITAS KINERJA INTERNAL AUDIT
Internal audit memainkan peran penting baik dalam pemerintahan
maupun

operasional

dari

suatu

organisasi.

Ketika

efektifitas

diimplementasikan, dioperasikan, dan dikelola dengan baik dan benar, hal


tersebut akan menjadi elemen penting dalam membantu organisasi mencapai
tujuannya. Organisasi yang efektif mampu menggunakan audit internal secara
maksimal untuk mengidentifikasi risiko bisnis dan proses bisnis serta sistem
yang tidak efisiens, mengambil tindakan korektif yang tepat, dan pada
akhirnya

mendukung

perbaikan

terus-menerus.

Untuk

menjaga

dan

meningkatkan kredibilitas audit internal, efektivitas dan efisiensi harus


dipantau. Dengan demikian, penetapan ukuran kinerja sangat penting dalam
menentukan apakah suatu kegiatan audit memenuhi tujuan dan sasaran,
konsisten dengan praktek kualitas tertinggi dan standar. Panduan praktek ini
memberikan

panduan

untuk

kegiatan
Page
24

audit

internal

pada

pengukuran

efektivitas dan efisiensi, dan tingkat layanan pelanggan yang mereka berikan
kepada para pemangku kepentingan.
Langkah pertama adalah mengidentifikasi ukuran kinerja sebagai kunci
dari

kegiatan

meningkatkan

stakeholder
operasi

yang

percaya

organisasi.

Contoh

dapat

menambah

stakeholder

nilai

termasuk

dan

dewan,

manajemen eksekutif, badan-badan pemerintah dan regulator eksternal,


auditor eksternal, serta kegiatan audit internal itu sendiri. Sumber yang perlu
dipertimbangkan ketika mengidentifikasi efektivitas kinerja dan efisiensi
pengukuran kunci dari kegiatan audit internal meliputi IIA Internasional
profesional Praktek Framework (IPPF), piagam audit internal dan misi, hukum
dan peraturan yang berlaku, dan strategi audit dan rencana.
Efektivitas dan efisiensi pengukuran dapat dilakukan secara kuantitatif
dan kualitatif. Selain memenuhi Standar Internasional IIA untuk Praktik
Profesional Audit Internal (Standar), ukuran kinerja aktivitas audit dapat
mencakup:
a. Tingkat kontribusi terhadap peningkatan manajemen risiko, pengendalian,
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.

dan proses tata kelola.


Pencapaian tujuan dan sasaran utama.
Evaluasi kemajuan terhadap rencana kegiatan audit.
Peningkatan produktivitas staf.
Peningkatan efi siensi dari proses audit.
Peningkatan jumlah rencana aksi untuk perbaikan proses.
Kecukupan perencanaan dan pengawasan keterlibatan.
Efektivitas dalam memenuhi kebutuhan stakeholders.
Hasil penilaian jaminan kualitas dan program-program berkualitas aktivitas

audit internal perbaikan.


j. Efektivitas dalam melakukan audit.
k. Kejelasan komunikasi dengan klien audit (sering disebut sebagai "auditee")
dan papan.
Setelah kunci pengukuran efektivitas dan efisiensi telah diindentifikasi,
proses monitoring dan metode pelaporan kepada para pemangku kepentingan
harus ditetapkan (misalnya, format, waktu, dan metrik). Hal ini penting untuk
aktivitas audit internal untuk mendapatkan umpan balik dari para pemangku
kepentingan utama dalam efektivitas audit.
4.2. PERAN AUDIT UNIVERSE
Page
25

Audit universe memiliki peran peran penting di dalam pengembangan


rencana audit, aktivitas audit internal, dimana audit universe ini memberikan
setiap kemungkinan audit yang dapat dilakukan.

Audit universe akan

mempertimbangkan tujuan-tujuan bisnis secara keseluruhan dari rencana


strategies organisasi. Audit universe biasanya akan dipengaruhi oleh hasil
proses manajemen risiko.
Pimpinan organisasi auditor internal akan menyiapkan rencana audit
berdasarkan peta audit universe. Hal ini sesuai dengan tujuan utama audit,
yaitu memberikan keyakinan (assurance) dan informasi bagi manajemen
puncak dalam organisasi untuk membantu mereka mencapai tujuan organisasi,
termasuk penilaian efektivitas kegiatan manajemen risiko dari manajemen
puncak. Setiap tahun, setidaknya diadakan penilaian peta audit karena rencana
audit mungkin perlu perbaruan untuk merespon setiap perubahan dalam bisnis
organisasi, operasi, program, sistem, dan pengendalian.

Page
26

Anda mungkin juga menyukai