Anda di halaman 1dari 10

A.

PENGOLAHAN BAHAN GALIAN


Bahan galian adalah bijih (ore), mineral industri (industrial minerals) atau bahan
galian Golongan C dan batubara (Coal). Pengolahan bahan galian (mineral
beneficiation/mineral processing/mineral dressing) adalah suatu proses pengolahan
dengan memanfaatkan perbedaan-perbedaan sifat fisik bahan galian untuk memperoleh
produkta bahan galian yang bersangkutan. Khusus untuk batubara, proses pengolahan
itu disebut pencucian batubara

(coal washing) atau preparasi batubara (coal

preparation).
Pada saat ini umumnya endapan bahan galian yang ditemukan di alam sudah jarang
yang mempunyai mutu atau kadar mineral berharga yang tinggi dan siap untuk dilebur
atau dimanfaatkan. Oleh sebab itu bahan galian tersebut perlu menjalani pengolahan
bahan galian (PBG) agar mutu atau kadarnya dapat ditingkatkan sampai memenuhi
kriteria pemasaran atau peleburan.
Dalam pengolahan bahan galian (PBG), terdapat beberapa tahapan, yaitu:
1. Kominusi atau Reduksi Ukuran
Kominusi atau pengecilan ukuran merupakan tahap awal dalam proses PBG yang
bertujuan untuk:
a. Membebaskan/meliberasi

(to

liberate)

mineral

berharga

dari

material

pengotornya.
b. Menghasilkan ukuran dan bentuk partikel yang sesuai dengan kebutuhan pada
proses berikutnya.
c. Memperluas permukaan partikel agar dapat mempercepat kontak dengan zat
lain, misalnya reagen flotasi.
Kominusi ada 2 (dua) macam, yaitu :
a. Peremukan/pemecahan (crushing)
b. Penggerusan/penghalusan (grinding)
2. Pemisahan berdasarkan ukuran (Sizing)
Setelah bahan galian atau bijih diremuk dan digerus, maka akan diperoleh
bermacam-macam ukuran partikel. Oleh sebab itu harus dilakukan pemisahan
berdasarkan ukuran partikel agar sesuai dengan ukuran yang dibutuhkan pada proses
pengolahan yang berikutnya.
3. Klasifikasi (Classification)
Klasifikasi adalah proses pemisahan partikel berdasarkan kecepatan pengendapannya
dalam suatu media (udara atau air). Klasifikasi dilakukan dalam suatu alat yang
disebut classifier.
4. Peningkatan Kadar atau Konsentrasi (Concentration)
1

Agar bahan galian yang mutu atau kadarnya rendah (marginal) dapat diolah lebih
lanjut, yaitu diambil (di-ekstrak) logamnya, maka kadar bahan galian itu harus
ditingkatkan dengan proses konsentrasi. Sifat-sifat fisik mineral yang dapat
dimanfaatkan dalam proses konsentrasi adalah:
a. Perbedaan berat jenis atau kerapatan untuk proses konsentrasi gravitasi dan media
berat.
b. Perbedaan sifat kelistrikan untuk proses konsentrasi elektrostatik.
c. Perbedaan sifat kemagnetan untuk proses konsentrasi magnetik.
d. Perbedaan sifat permukaan partikel untuk proses flotasi.
5. Konsentrasi Gravitasi (Gravity Concentration)
Yaitu pemisahan mineral berdasarkan perbedaan berat jenis dalam suatu media
fluida, jadi sebenarnya juga memanfaatkan perbedaan kecepatan pengendapan
mineral-mineral yang ada. Ada 3 (tiga) cara pemisahan secara gravitasi bila dilihat
dari segi gerakan fluidanya, yaitu:
a. Fluida tenang, contoh dense medium separation (DMS) atau heavy medium
separation (HMS).
b. Aliran fluida horisontal, contoh sluice box, shaking table dan spiral
concentration.
c. Aliran fluida vertikal, contoh jengkek (jig).
Bila jumlah partikel (mineral) di dalam fluida relatif sedikit, maka akan terjadi
pengendapan bebas (free settling). Tetapi bila jumlah partikel banyak gerakannya
akan terhambat sehingga terbentuk stratifikasi yang terdiri dari 3 (tiga) tahap
sebagai berikut:
Hindered settling classification ; klasifikasi pengendapannya terhalang.
Differential acceleration pada awal pengendapan ; artinya partikel yang berat

mengendap lebih dahulu.


Consolidation trickling pada akhir pengendapan ; partikel-partikel kecil
berusaha mengatur diri di antara partikel-partikel besar sesuai dengan berat

jenisnya.
Produk dari proses konsentrasi gravitasi ada 3 (tiga), yaitu:
Konsentrat (concentrate) yang terdiri dari kumpulan mineral berharga dengan

kadar tinggi.
Amang (middling) yaitu konsentrat yang masih kotor.
Ampas (tailing) yang terdiri dari mineral-mineral pengotor yang harus

dibuang.
Peralatan konsentrasi gravitasi yang banyak dipakai adalah :
Jengkek (Jig) dengan bermacam-macam rekacipta (design).
Meja goyang (Shaking Table).
2

Konsentrator spiral (Humprey Spiral Concentrator).


Palong/sakan (Sluice Box).

6. Konsentrasi dengan Media Berat (Dense/Heavy Medium Separation)


Merupakan proses konsentrasi yang bertujuan untuk memisahkan mineral-mineral
berharga yang lebih berat dari pengotornya yang terdiri dari mineral-mineral ringan
dengan menggunakan medium pemisah yang berat jenisnya lebih besar dari air (berat
jenisnya > 1).
Produk dari proses konsentrasi ini adalah:
a. Endapan (sink) yang terdiri dari mineral-mineral berharga yang berat.
b. Apungan (float) yang terdiri dari mineral-mineral pengotor yang ringan.
7. Konsentrasi Elektrostatik (Electrostatic Concentration)
Merupakan proses konsentrasi dengan memanfaatkan perbedaan sifat konduktor
(mudah menghantarkan arus listrik) dan non-konduktor dari mineral.
Produk dari proses konsentrasi ini adalah:
a. Mineral-mineral konduktor sebagai konsentrat.
b. Mineral-mineral non-konduktor sebagai ampas (tailing).
8. Konsentrasi Magnetik (Magnetic Concentration)
Adalah proses konsentrasi yang memanfaatkan perbedaan sifat kemagnetan
(magnetic susceptibility) yang dimiliki mineral. Sifat kemagnetan bahan galian ada 3
(tiga) macam, yaitu:
a. Ferromagnetic, yaitu bahan galian (mineral) yang sangat kuat untuk ditarik oleh
medan magnet. Misalnya magnetit (Fe3O4).
b. Paramagnetic, yaitu bahan galian yang dapat tertarik oleh medan magnet.
Contohnya hematit (Fe2O3), ilmenit (SeTiO3) dan pyrhotit (FeS).
c. Diamagnetic, yaitu bahan galian yang tak tertarik oleh medan magnet. Misalnya :
kuarsa (SiO2) dan feldspar [(Na, K, Al) Si3O8].
Jadi produk dari proses konsentrasi yang berlangsung basah ini adalah:
a. Mineral-mineral magnetik sebagai konsentrat.
b. Mineral-mineral non-magnetik sebagai ampas (tailing).
9. Konsentrasi Secara Flotasi (Flotation Concentration)
Merupakan proses konsentrasi berdasarkan sifat senang terhadap udara atau takut
terhadap air (hydrophobic). Pada umumnya mineral-mineral oksida dan sulfida akan
tenggelam bila dicelupkan ke dalam air karena permukaan mineral-mineral itu
bersifat suka akan air (hydrophilic). Tetapi beberapa mineral sulfida, antara lain
kalkopirit (CuFeS2), galena (Pb S), dan sfalerit (ZnS) mudah diubah sifat
permukaannya dari suka air menjadi suka udara dengan menambahkan reagen yang

terdiri dari senyawa hidrokarbon. Sejumlah reagen kimia yang sering digunakan
dalam proses flotasi adalah:
a. Pembuih (frother) yang berfungsi sebagai pen-stabil gelembung-gelembung
udara.
Misalnya : methyl isobuthyl carbinol (MIBC), minyak pinus, dan terpentin.
b. Kolektor/pengumpul (collector) yang bisa mengubah sifat permukaan mineral
yang semula suka air menjadi suka udara.
Contohnya : xanthate, thiocarbonilid, asam oleik, dll.
c. Penekan/pencegah (depresant) yang berguna untuk mencegah agar mineral
pengotor tidak ikut menempel pada udara dan ikut terapung.
Misalnya : Zn SO4 untuk menekan Zn S.
d. Pengatur keasaman (pH regulator) yang berfungsi untuk mengatur tingkat
keasaman proses flotasi.
Misalnya : HCl, HNO3, Ca (OH)3, NH4 OH, dll.
10. Pengurangan Kadar Air/Pengawa-Airan (Dewatering)
Kegiatan ini bertujuan untuk mengurangi kandungan air yang ada pada konsentrat
yang diperoleh dengan proses basah, misalnya proses konsentrasi gravitasi dan
flotasi.
Cara-cara pengawa-airan ini ada 3 (tiga), yaitu:
a. Cara Pengentalan / Pemekatan (Thickening)
Konsentrat yang berupa lumpur dimasukkan ke dalam bejana bulat. Bagian yang
pekat mengendap ke bawah disebut underflow, sedangkan bagian yang encer
atau airnya mengalir di bagian atas disebut overflow. Kedua produk itu
dikeluarkan secara terus menerus (continuous).
b. Cara Penapisan / Pengawa-airan (Filtration)
Dengan cara pengentalan kadar airnya masih cukup tinggi, maka bagian yang
pekat dari pengentalan dimasukkan ke penapis yang disertai dengan pengisapan,
sehingga jumlah air yang terisap akan banyak. Dengan demikian akan dapat
dipisahkan padatan dari airnya.
c. Pengeringan (Drying)
Yaitu proses untuk membuang seluruh kandung air dari padatan yang berasal
dari konsentrat dengan cara penguapan (evaporization/evaporation).

B. PERENCANAAN PENGOLAHAN BIJIH TIMAH


Bijih Timah merupakan suatu bongkahan yang mengandung mineral berharga
timah (Sn) serta beberapa mineral pengikut atau disebut mineral pengotor yang
memiliki perbedaan karakteristik sifat fisik dan kimia. Perbedaan sifat fisik dan kimia

ini menentukan metode yang akan digunakan dalam pengolahan bijih timah dimana,
pengolahan tersebut meliputi proses reduksi ukuran yang disebut kominusi dan proses
pemisahan antara mineral berharga dengan mineral ikutan (mineral pengotor) sehingga
didapatkan konsentrat yang berupa timah (Sn).
1. Mineral Pengotor Timah
Mineral-mineral ikutan atau mineral pengotor yang terdapat pada timah antara lain
adalah:
a. Kuarsa (SiO2)
b. Galena (PbS)
c. Hematit (Fe2O3)
d. Covelit (CuS)
Berikut ini adalah beberapa karkteristik sifat fisik dan sifat kimia dari mineral
pengotor timah, ditampilkan pada Tabel 1.
Tabel 1. Sifat Fisik Dan Kimia Mineral Pengotor Timah (Sn)
Nama

Rumus

Berat

Kekerasan

Mineral
Kuarsa
Galena
Hematit
Kalkosit

Kimia
SiO2
PbS
Fe2O3
Cu2S

Jenis
3,2

7,2-7,6

2,5 2,75

5,26
5,77 6

5,5-6,5
2,5-3

Sifat

Sifat

Kelistrikan Kemagnetan
Isolator
Diamagnetik
Konduktor Nonmagnetik
Konduktor Ferromagnetik
Konduktor Paramagnetik

2. Persiapan Feed sebelum Tahap Pengolahan


Untuk penambangan lepas pantai, menggunakan kapal keruk dengan jenis Bucket
Line Dredges dengan ukuran mangkuk mulai dari 7 cuft sampai dengan 24 cuft.
Material ini berbemtuk pulp dimana masih ada campuran antara padatan dan cairan,
namun komposisi padatannya lebih banyak.
Bagan prosesnya adalah sebagai berikut:
ROM

Stockpile

Fasilitas
pencucian

Pembagian
ukuran

Fasilitas pengolahan
Gambar 1. Bagan Preparasi Bahan Galian
a) Washing atau Pencucian
Pencucian dilakukan dengan memasukkan material ke dalam ore bin yang
berkapasitas 25 drum per unit dan mampu melakukan pencucian 15 ton bijh per
jam. Di dalam ore bin itu bijih dicuci dengan menggunakan air tekanan dan debit

yang sesuai dengan umpan. Tujuan dari pencucian ini adalah untuk memisahkan
bahan galian dari pasir yang dapat mengotorinya.
b) Klasifikasi Ukuran
Klasifikasi ukuran untuk material basah menggunakan screen mesh, sedangkan
untuk material kering mengunakan hydrocyclone. Bijih yang didapatkan dari hasil
pencucian pada ore bin lalu dilakukan pemisahan berdasarkan ukuran dengan
menggunakan alat screen,mesh atau hydrocyclone, setelah itu dilakukan pengujian
untuk mengetahui kadar bijih setelah pencucian. Prosedur penelitian kadar
tersebut adalah mengamatinya dengan mikroskop dan menghitung jumlah butir
dimana butir timah dan pengotornya memiliki karakteristik yang berbeda sehinga
dapat diketahui kadar atau jumlah kandungan timah pada bijih.

Gambar 2. Hidrocyclone

c) Pengaliran pulp ke fasilitas pengolahan


Setelah material dilakukan pencucian, maka langkah selanjutnya adalah
mengalirkan material tersebut ke fasilitas pengolahan.
3. Proses Pengolahan Timah
Timah diolah dari bijih timah yang didapatkan dari batuan atau mineral timah
( kasiterit SnO2). Proses produksi logam timah dari bijinya melibatkan serangkaian
proses yang terbilang rumit yakni pengolahan mineral ( peningkatan kadar
timah/proses fisik dan disebut juga upgrading ), persiapan material yang akan
dilebur, proses peleburan, proses refining dan proses pencetakan logam timah.
Pemakaian timah biasanya dalam bentuk paduan timah yang dikenal dengan nama
timah putih yakni campuran 80% timah, 11 % antimony dan 9% tembaga serta
terkadang ditambah timbal. Timah putih ini terutama dipakai untuk peralatan logam
pelindung dan pipa dalam industri kimia, industri bahan makanan dan untuk
menyimpan bahan makanan.
Proses pengolahan timah ini bertujuan sesuai dengan namanya yaitu
meningkatkan kadar kandungan timah dimana Bijih timah diambil dari dalam laut
6

atau lepas pantai dengan penambangan atau pengerukan setelah itu dilakukan
pembilasan dengan air atau washing dan kemudian diisap dengan pompa. Bijih timah
hasil dari pengerukan biasanya mengandung 20 30 % timah. Setelah dilakukan
proses pengolahan mineral maka kadar kandungan timah menjadi lebih dari 70 %,
sedangkan bijih timah hasil penambangan darat biasanya mengandung kadar timah
yang sudah cukup tinggi >60%. Adapun proses pengolahan mineral timah ini
meliputi banyak proses, yaitu :

Fasilitas Pencucian

Magnetik Separator

Non Magnetik

Paramagnetik

PbS &
SiO2

Flotasi

Cu2S
PbS

Ferromagnetik
SnO2 & Fe2O3

Jigging

Fe2O3

SnO2

SiO2

Gambar 3. Alur Proses Pengolahan


a. Pemisahan Berdasarkan Sifat Kemagnetan

Feed masuk ke belt conveyor, di drum yang berputar dan ada magnet di drum.
Mineral yang mengandung magnet akan menempel (kassiterite dan hematite) dan
mengikuti drum berputar dan jatuh akibat bertemu sikat. Sedangkan yang tidak
mengandung magnet (galena dan kuarsa) akan jatuh di tempat penampungan.

Gambar 4. Magnetic Separator


b. Pemisahan Hematite (Fe2O3) dan Kassiterite (SnO2) Berdasarkan Berat Jenis
Proses pemisahan ini menggunakan alat yang disebut jig Harz. Bijih timah yang
mempunyai berat jenis lebih berat akan mengalir ke bawah yang berarti kadar
timah yang diinginkan sudah tinggi sedangkan sisanya, yang berkadar rendah
yang juga berarti mengandung pengotor atau gangue lainya seperti Hematite.

Gambar 5. Jigging
Prnsip pemisahan ini dilakukan karena tiap-tiap mmineral memiliki berat jenis
dengan perbedaan yang cukup besar.
Ada tahapan suction dan pultion. Pultion gaya dorong keatas, kemudian bed
terbuka dan material dengan berat jenis besar dan berat jeis kecil akan terhempas
dan melayang. Kemudian ada tahapan suction yaitu gaya hisap dan bed tertutup
dan mineral berat (kassiterite) akan memiliki kesempatan untuk menerobos bed.
Mineral ringan (hematit) akan tertinggal dan teraliri oleh aliran horizontal diatas
sebagai tailling.
c. Proses Pemisahan Kuarsa (SiO2) dan Galena (PbS) Dengan Menggunakan Flotasi

Gambar 7. Flotasi
Pada proses ini, PbS akan diberikan kollektor kationik sehingga permukaan
PbS menjadi takut terhadap air (hidrophobic). Setelah itu, gelembung-geembung
udara yang masuk pada proses pengadukan akan membawa semua mineral PbS ke
permukaan, sedangkan mineral SiO2 tidak terikut karena mineral tersebut bersifat
hidrophilik.
Proses flotasi dapat berlangsung optimal bergantung dari reagen-reagen yang
digunakan. Reagen-reagen yang digunakan juga beragam tergantung dari mineral
yang ingin kita peroleh. Reagen reagen yang digunakan tersebut memiliki
masing-masing kegunaan ataupun saling melengkapi antar reagen. Berikut
kegunaan masing-masing reagent yang digunakan:
a) Collector
Collector adalah senyawa yang dapat menyebabkan prmukaan mineral menjadi
suka udara (hidrofobik). Collector biasanya merupakan mineral organic
heteropolar, mengandung gugus polar dan non-polar. Gugus non-polar
cenderung bersifat hidrofobik dan akan menempel pada gelembung udara,
sedangkan gugus polar akan menempel pada partikel solid tertentu sehingga
partikel solid tersebut ikut terapung bersama gelembung udara.
b) Frother
Frother adalah senyawa yang dapat menurunkan tegangan permukaan
gelembung, sehingga tidak mudah pecah. Frother yang efektif biasanya
mengandung setidaknya 5 atom karbon dalam tantai utamanya. Ketika
permukaan partikel telah menjadi hidrofobik, partikel tersebut harus mampu
menempel pada gelembung udara yang disuntikkan (aerasi). Namun muncul
masalah ketika gelembung gelembung tersebut tidak stabil dan mudah pecah
akibat tumbukan dengan partikel padat, dinding sel dalam gelembung
gelembung lain. Oleh karena itu perlu adanya penambahan material ke dalam
pulp yang dapat menstabilkan gelembung udara. Material yang ditambahkan
tersebut dikenal dengan frother.

c) Modifier
Adalah beberapa jenis reagen yang ditambahkan untuk mengoptimalkan proses
flotasi. Modifier itu sendiri terdiri dari beberapa jenis reagent tertentu, yaitu:
a. Activator, adalah reagen yang ditambahkan untuk menambah interaksi
antara partikel solid dengan kolektor
b. Dispersant, adalah reagen yang digunakan untuk mencehah terjadinya
penggumpalan antara partikel solid sehingga menambah sifat hidrofobik ke
partikel solid lain yang tidak diinginkan
c. Depresant, adalah reagen yang ditambahkan untuk membentuk lapisan polar
yang membungkus partikel solid sehingga menambah sifat hidrofobik ke
partikel solid lain yang tidak diinginkan
d. pH Regulator, adalah reagen yang digunakan untuk mengontrol pH karena
sifat hidrofobik akan berlangsung optimal pada range pH tertentu.

10

Anda mungkin juga menyukai