Anda di halaman 1dari 9

3

BAB II
DASAR TEORI
2.1 Getaran Harmonik
Gerak harmonik merupakan gerak sebuah benda dimana
grafik partikel sebagai fungsi waktu berupa sinus (dapat
dinyatakan dalam bentuk sinus atau kosinus). Gerak semacam ini
disebut gerak osilasi atau gerak harmonik.

Gambar 2.1 Getaran Harmonik[1]


Untuk memahami getaran harmonik, dapat mengamati
gerakan sebuah benda yang diletakkan pada lantai licin dan
diikatkan pada sebuah pegas. Anggap mula-mula benda berada
pada posisi X = 0 sehingga pegas tidak tertekan atau teregang.
Posisi seperti ini dinamakan posisi keseimbangan. Ketika benda
ditekan ke kiri (X = ) pegas akan mendorong benda ke kanan,
menuju posisi keseimbangan. Sebaliknya jika benda ditarik ke
kanan, pegas akan menarik benda kembali ke arah posisi
keseimbangan (X = +).
Gaya yang dilakukan pegas untuk mengembalikan benda
pada posisi keseimbangan disebut Gaya Pemulih. Besarnya gaya
pemulih menurut Robert Hooke dirumuskan sebagai berikut.
Fp = -kX
Dimana :
K = konstanta gaya (N/m)

4
x = simpangan (m)
F = gaya pemulih (N)
Tanda minus menunjukkan bahwa gaya pemulih selalu
pada arah yang berlawanan dengan simpangannya. Terlihat bahwa
percepatan berbanding lurus dan arahnya berlawanan
dengan simpangan. Hal ini merupakan karakteristik umum
getaran harmonik. Syarat suatu gerak dikatakan getaran
harmonik, antara lain:
1.
Gerakannya periodik (bolak-balik).
2.
Gerakannya selalu melewati posisi keseimbangan.
3.
Percepatan atau gaya yang bekerja pada benda sebanding
dengan posisi/simpangan benda.
4.
Arah percepatan atau gaya yang bekerja pada benda selalu
mengarah ke posisi keseimbangan[1]
2.2 Getaran Teredam
Dalam keadaan nyata, osilasi lama kelamaan akan melemah
(teredam) karena adanya gaya gesek benda dengan lingkungan.
Pengaruh inilah yang disebut dengan gaya non konservatif, yaitu
gaya gesek. Gaya gesek akan mengakibatkan setiap amplitudo
setiap osilasi secara pelan menurun terhadap waktu. Sehingga
osilasi akan berhenti sama sekali.

Gambar 2.2 Osilasi teredam


Gaya gesek dinyatakan dengan :

Dimana :
R = gaya gesek (N)
b = konstanta redaman
v = kecepatan gelombang (m/s)
x = simpangan (m)
t = waktu (s)
Jika faktor gaya gesek dan gaya pemulih
disubtitusikan dengan Hukum II Newton, maka :
;

Misal

Maka :
; jika nilai m diabaikan

Jadi ;

osilasi

Misal

, maka :

Sehingga solusi umum osilasi teredam adalah :

Dimana :

adalah faktor redaman

Getaran teredam dapat terjadi pada 3 kemungkinan, yaitu :


a. Osilasi teredam kurang
Benda yang mengalami underdamped biasanya melakukan
beberapa osilasi sebelum berhenti. Benda masih melakukan
beberapa getaran sebelum berhenti karena redaman yang
dialaminya tidak terlalu besar.

Gambar 2.3 Respon osilasi Getaran Kurang Teredam


(under-damped) [2]
b. Osilasi teredam lebih
Benda yang mengalami critical damping biasanya langsung
berhenti berosilasi (benda langsung kembali ke posisi
setimbangnya). Benda langsung berhenti berosilasi karena
redaman yang dialaminya cukup besar.

Gambar 2.4 Respon osilasi Getaran Teredam Lebih


(Over-damped) [2]
c. Osilasi teredam kritis
Over damping mirip seperti critical damping. Bedanya pada
critical damping benda tiba lebih cepat di posisi setimbangnya

8
sedangkan pada over damping benda lama sekali tiba di posisi
setimbangnya. Hal ini disebabkan karena redaman yang dialami
oleh benda sangat besar.

Gambar 2.5 Respon osilasi Getaran Teredam Kritis


(Critically-damped)[2]

2.3 Peredam (Dumper)


Pada sistem peredam kejut massa untuk simulasi dalam skala
laboraturium ataupun dalam penelitian, beberapa unsur dapat
digunakan sebagai peredamnya untuk menghasilkan getaran
teredam yang memang diharapkan terjadi. Salah satu contoh
sistem kerja peredam kejut massa diperlihatkan pada gambar
berikut ini:

Gambar 2.6 Sistem Pegas Massa Peredam[3]


Sistem peredam dalam sistem hidrolik biasanya
menggunakan fluida minyak pelumas untuk menghasilkan
redaman yang sesuai. Sebagai contoh dalam sistem hidrolik pada
pengereman mobil atau peredam sokbreker mobil. Faktor-faktor
yang dapat mempengaruhi kinerja fluida peredam dalam sistem
pegas untuk menghasilkan getaran kurang teredam antara lain:
a. Massa Jenis
Massa jenis terdefinisi sebagai massa fluida tiap satuan
volume tertentu. Semakin besar nilai massa jenis fluida, maka
hasil redaman akan semakin baik.
b. Viskositas
Kekentalan suatu fluida jelas mempengaruhi nilai aksi
redaman terhadap massa yang bekerja menekannya. Kekentalan
fluida seringkali menjadi faktor yang sangat penting dalam
pemilihan fluida peredam. Pemilihannya bukan hanya terhadap
nilai massa jenis, tetapi penting melihat nilai kekentalan fluida
untuk dapat meredam dan menekan balik massa karena dorongan
gaya.
Beberapa jenis fluida yang dapat digunakan sebagai peredam
dalam sistem massa pegas (gambar diatas) antara lain:

10
a. Air
Air mempunyai massa jenis 1gr/cm3 dan dapat digunakan
sebagai peredam. Hanya saja dengan nilai massa jenisnya, bisa
dikatakan bahwa air menjadi cukup ringan untuk dijadukan
sebagai peredam.
b. Minyak goreng
Minyak goreng mempunyai massa jenis rata-rata 0.94
gr/cm3.
c. Oli Pelumas
Massa jenis oli berkisar pada 0.93 gr/cm3. Oli mempunyai
nilai massa jenis lebih rendah dari minya goreng, tetapi pada
umumnya nilai viskositas oli jauh lebih tinggi dari nilai viskositas
minyak goreng.

11

Halaman ini sengaja dikosongkan


1. https://fisika79.wordpress.com/2011/05/11/getaran-harmonik/
diakses 19-03-2015, jam 23:00.
2. http://dimasmuzi.blogspot.com/2011/12/osilasi-teredam.html
diakses 19-03-2015, jam 23:00.
3. http://id.wikipedia.org/wiki/Getaran diakses 19-03-2015, jam
23:00.

Anda mungkin juga menyukai