TUGAS AKHIR (Lengkap) PDF
TUGAS AKHIR (Lengkap) PDF
TUGAS AKHIR
OLEH :
TUGAS AKHIR
OLEH :
RASKY ADITYA PUTRA
NIM. D02108044
HALAMAN PERNYATAAN
:Rasky AdityaPutra
NIM
:D02108044
Pontianak, Februari2014
-\i
/
|
I
f
t,/
/-14,W
tt
-/tI-l
tat
n
- 1
l ^
l : r
r
fr
lt
Il
rt
It
ul
n - l
NIMD02IoSO++
LEMBAR PENGESAHAN
RANCANG BANGUN,4CCE,S,S
POINT M&NGGUNAKAN
EMPAT PERANGKAT NANOSTATTON2LOCO (NS2L)
PADA OUTDOORHOTSPOT SYSTEM
TanggungJawab Yuridis Pada:
RASKY ADITYA PUTRA
D02108044
MAJELIS PENGUJI:
PEMBIMBING PEMBANTU
/M
/(
U
F. Trias Pontia W. ST. MT
NrPl97s10012000031001
NrP196912271997021001
PEMBANTU
PENGUJIUTAMA
NrP19s11216191603200L
Pontianak, FEBRUARI2014
TANJTINGPT]RA
b.?fr
ABSTRAK
NanoStation2 Loco (NS2L) adalah salah satu jenis perangkat Access Point
dari vendor perusahaan IT terkemuka Ubiquiti Networks. Kelemahan dari
perangkat ini adalah jenis antena terintegrasi yang digunakan yaitu directional
antenna dengan cakupan 60, maka arah pola pancaran sinyal cenderung
diarahkan dan tidak dapat menjangkau client yang berada jauh di belakang
perangkat. Dalam tulisan ini akan dibahas mengenai bagaimana merancang
bangun untuk mengimplementasi dan mengoptimalisasi 4 (empat) buah perangkat
NanoStation2 Loco tanpa menggunakan antena tambahan dalam upaya
meningkatkan kualitas serta daya jangkau pada suatu sistem jaringan nirkabel
(wireless local area network), sehingga dapat memperoleh cakupan yang lebih
luas. Perancangan dilakukan di Laboratorium Telekomunikasi Fakultas Teknik
Universitas Tanjungpura. Pengujian dilakukan pada seluruh wilayah komplek
kampus dengan radius maksimum 250 meter, dengan paramater kekuatan sinyal
yang diterima, pingtest, dan kualitas koneksi, serta rugi-rugi lintasan (pathloss)
dengan model propagasi Friis. Dari hasil pengujian tanpa halangan atau line of
sight (LOS), membuktikan bahwa perangkat access point dapat mencapai
jangkauan 250 meter, dan dari hasil pengujian site survey, dapat disimpulkan
bahwa lokasi pengamatan dengan kualitas koneksi yang baik hingga sangat baik
rata-rata berada dalam radius kurang dari 100 meter dari access point. Sedangkan
lokasi pengamatan dengan kualitas koneksi kurang baik rata-rata berada di luar
100 meter dari access point, serta terdapat beberapa lokasi yang tidak dapat
melakukan koneksi sama sekali dikarenakan sinyal yang diterima terlalu lemah.
Kata kunci : Access Point, NanoStation2 Loco, Pathloss, Model Propagasi Friis
ABSTRACT
NanoStation2 Loco (NS2L) is a kind of access point device product from a
well-known IT vendor companies Ubiquiti Networks. The disadvantage of this
device is the type of integrated antenna used is a directional with 60 degrees of
coverage, so the radiation patern is tend to be straight directed and cannot reach
the client behind the device. In this paper discusses the design and build in order
to implementing and optimizing the four NanoStation2 Loco without any extra
antenna in effort to enhance the quality and the range of WLAN, so as to obtain
more broader coverage. The designing was done in Telecommunication
Laboratory of Engineering Faculty of Tanjungpura University. The research was
carried out at entire campus area with the maximum radius of 250 meters, with
the parameters of received signal strenght, pingtest, connection quality, and
pathloss using Friis propagation model. As the results of the test without obstacle
or line of sight (LOS), proving that the access point can reach a range of 250
meters, and from results of the site survey test, it can be concluded that the
average of observation locations that have good connection quality were within
less than 100 meters from the access point. While the average of observation
locations with poor connection quality are outside the 100 meter from the access
point, and there are some observation locations that cannot connect at all
because the received signal is too weak.
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat-Nya yang begitu
besar sehingga penelitian dan penulisan skripsi dengan judul Rancang Bangun
Access Point Menggunakan Empat Perangkat NanoStation2 Loco (NS2L)
Pada Outdoor Hotspot System ini terselesaikan dengan baik. Tugas Akhir ini
dibuat guna memenuhi salah satu syarat untuk meraih gelar Sarjana Teknik pada
Fakultas Teknik Universitas Tanjungpura Pontianak.
Secara khusus penulis menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada Orang Tua dan keluarga yang telah memberikan dukungan yang luar biasa
dalam menyelesaikan tulisan ini. Dan selesainya penulisan skripsi ini juga tidak
lepas dari bantuan, bimbingan dan kerjasama dari berbagai pihak, maka dalam
kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesarbesarnya kepada :
1. Bapak Ir. Junaidi, M.Sc. selaku Dekan Fakultas Teknik Universitas
Tanjungpura Pontianak.
2. Bapak M. Saleh ST, MT, selaku Plt. Ketua Pengelola Program Reguler B
Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Tanjungpura Pontianak.
3. Bapak H. Fitri Imansyah, ST, MT, selaku dosen Pembimbing Utama yang
telah banyak memberikan pengarahan dan bimbingan selama penulisan tugas
akhir ini.
4.
5. Ibu Ir. Hj. Pony Sedianingsih, MT, selaku Dosen Penguji Utama yang telah
menyumbangkan saran dan kritik yang membangun demi kesempurnaan
tugas akhir ini.
6. Ibu Neilcy T Mooniarsih, ST, MT, sebagai Dosen Penguji Pembantu yang
telah
menyumbangkan
saran
dan
iii
kritik
yang
membangun
demi
iv
DAFTAR ISI
ABSTRAK ............................................................................................................ i
KATA PENGANTAR ........................................................................................ iii
DAFTAR ISI ........................................................................................................ v
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... vii
DAFTAR TABEL ............................................................................................... xi
DAFTAR ISTILAH ........................................................................................... xii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ............................................................................... I-1
1.2 Perumusan Masalah ...................................................................... I-3
1.3 Tujuan Penelitian .......................................................................... I-3
1.4 Pembatasan Masalah ..................................................................... I-3
1.5 Sistematika Penulisan ................................................................... I-5
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan ................................................................................... V-1
5.2 Saran .............................................................................................. V-5
vi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Topologi WLAN dengan NS2 loco sebagai AP Mode .................. II-1
Gambar 2.2 Router TP-link WR1043ND dengan antena MIMO ...................... II-4
Gambar 2.3 Pembagian kanal pada 802.11b dengan modulasi DSSS ............... II-5
Gambar 2.4 Pembagian kanal pada 802.11g dengan modulasi OFDM ............. II-5
Gambar 2.5 Interferensi co-channel pada gelombang Wi-Fi ............................. II-6
Gambar 2.6 Perbandingan penggunaan kanal non-overlapping ........................ II-6
Gambar 2.7 Omni directional antenna ............................................................... II-7
Gambar 2.8 Directional antenna ........................................................................ II-8
Gambar 2.9 Propagasi line of sight .................................................................... II-8
Gambar 2.10 Propagasi sinyal yang dipantulkan ............................................... II-9
Gambar 2.11 Sinyal yang mengalami difraksi ................................................... II-9
Gambar 2.12 Sinyal yang mengalami scattering ............................................ II-10
Gambar 2.13 Ilustrasi path loss ....................................................................... II-10
Gambar 3.1 Empat unit perangkat NS2 Loco ................................................. III-1
Gambar 3.2 Modem MTC-Huawei E171 ........................................................ III-2
Gambar 3.3 Router TP-Link TL-MR3020 ...................................................... III-2
Gambar 3.4 Server EasyHotspot ................................................................. III-3
Gambar 3.5 Kabel UTP Belden 1583A dengan konektor AMP ..................... III-3
Gambar 3.6 Network Switch TP-Link TL-SF1005D ...................................... III-4
Gambar 3.7 Kondisi rooftop Lab.Telkom Fak.Teknik Untan ......................... III-4
Gambar 3.8 Antena PIFA terintegrasi pada laptop Acer 4315 ....................... III-5
Gambar 3.9 Mini PCIe WLAN adapter .......................................................... III-5
Gambar 3.10 Perangkat GPS Garmin GPSMAP 60CSx ................................ III-6
Gambar 3.11 Diagram Alir Penelitian ............................................................ III-8
Gambar 3.12a Tampilan aplikasi Mobile Partner ........................................... III-9
Gambar 3.12b Profile Management Mobile Partner ........................................ III-9
Gambar 3.12c Network Type Mobile Partner .................................................. III-9
Gambar 3.13 Diagram Alir Pengaturan Konfigurasi Modem ......................... III-10
Gambar 3.14 Hasil pengujian throughput ISP Telkomsel 3G Flash ............... III-11
Gambar 3.15 Panel indikator dan port pada router TL-MR3020 .................... III-12
vii
viii
ix
Gambar 4.2 Perangkat access point yang terpasang pada rooftop .................. IV-2
Gambar 4.3 Ilustrasi pengamatan access point ............................................... IV-2
Gambar 4.4 Contoh pingtest pada salah satu titik pengamatan ...................... IV-3
Gambar 4.5 Denah Fakultas Teknik Universitas Tanjungpura ....................... IV-4
Gambar 4.6 Grafik pembandingan RSSI pada pengujian LOS ....................... IV-10
Gambar 4.7 Grafik RSSI pada pengujian site survey ...................................... IV-15
Gambar 5.1 Contoh pratinjau modifikasi sudut inklinasi ............................... V-5
DAFTAR TABEL
IV-5
IV-6
Tabel 4.3 Hasil pengujian site survey pada perangkat NS2L ........................ IV-11
Tabel 4.4 Parameter kualitas koneksi ............................................................ IV-16
xi
DAFTAR ISTILAH
Admin
= Administrator,
orang
yang
mempunyai
kewenangan
untuk
Bridge
AirOS
Client
DNS
Ethernet
Host
Hotspot
Hub LAN = Nama lain dari network switch, yaitu perangkat yang dapat
menghubungkan perangkat jaringan satu dengan perangkat jaringan
lainnya melalui kabel UTP ke dalam suatu kelompok jaringan
lokal. Sebenarnya Hub dan Switch merupakan perangkat yang
berbeda dan secara spesifik prinsip kerja yang berbeda. Namun
oleh karena fungsinya mirip maka sering dianggap sama.
xii
IP Address = Deretan angka biner antar 32-bit sampai 128-bit yang dipakai
sebagai alamat identifikasi untuk tiap komputer host dalam jaringan
Internet.
IEEE
Interface
Jack
LAN
Latency
Modem
Pathloss
Ping
POE
= Power Over Ethernet, yaitu daya listrik dari catu daya dihantarkan
melalui kabel UTP pada suatu jaringan ethernet.
Repeater
Router
RSSI
xiii
RTO
Server
SSID
Topologi
TCP/IP
UTP
WAN
Wi-Fi
WLAN
xiv
I-1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Kebutuhan masyarakat khususnya kalangan mahasiswa terhadap internet
saat ini seolah sudah menjadi seperti bagian dari rutinitas sehari-hari, mulai dari
sekedar chatting, browsing, hiburan, berita, berkirim e-mail, game online, hingga
mencari bahan perkuliahan. Munculnya berbagai macam situs jejaring sosial
seperti Facebook dan Twitter turut mendongkrak laju penggunaan internet. Akses
akan internet pun kian praktis, karena banyaknya ISP (Internet Service Provider
penyedia layanan internet) yang menawarkan berbagai macam layanan agar dapat
memudahkan orang terhubung ke internet, berikut dengan fasilitas serta teknologi
yang ditawarkan.
Salah satu cara agar dapat mengakses internet adalah menggunakan jasa
warnet (Warung Internet). Saat ini, warnet merupakan salah satu jenis usaha yang
sedang populer. Hal ini ditunjukkan banyaknya warnet yang bermunculan baik di
kota besar hingga daerah terpencil. ISP dan jenis koneksi internet yang terdapat di
Kota Pontianak juga bermacam-macam seperti ADSL (Asymmetric Digital
Subscriber Line) dari Speedy, Wireless Broadband dari Pontanak Post Network,
hingga Mobile Broadband dengan jaringan HSDPA (3G) dari Telkomsel atau
Indosat.
Sistem pelayanan pembayaran (Billing Sytem) yang diterapkan para pelaku
usaha warnet terhadap pelanggannya juga bermacam. Ada yang menggunakan
sistem paket, per-jam, ataupun berlangganan. Selain sistem warnet konvensional,
layanan tambahan juga biasa disediakan, seperti cemilan, minuman, jasa
pengetikan, serta hotspot demi menarik dan membuat betah konsumen saat
menggunkan internet.
Hotspot adalah istilah yang populer digunakan, untuk merujuk pada
tempat-tempat tertentu yang menyediakan layanan internet dengan teknologi
WLAN (Wireless Local Area Network). Perangkat yang digunakan sebagai
pemancar hotspot biasa disebut juga sebagai Access Point. Agar bisa terhubung
dengan hotspot, perangkat yang digunakan harus memiliki fitur Wi-Fi (Wireless
I-2
Fidelity). Protokol standarisasi resmi yang diterapkan pada Wi-Fi adalah IEEE
802.11, dan frekuensi gelombang yang umum digunakan pada sistem Hotspot
yaitu 2,4GHz.
Dengan adanya fasilitas hotspot, pengguna internet dapat menggunakan
laptop atau perangkat lain yang juga memiliki fitur Wi-Fi seperti Smartphone atau
yang mulai populer saat ini, i-Pad. Pelanggan cukup mengaktifkan Wi-Fi dan
memilih Access Point yang telah tersedia, dan pada saat mulai terkoneksi,
lazimnya terdapat password yang bertujuan untuk memproteksi sinyal hotspot
tersebut agar tidak sembarang digunakan orang.
Terdapat bermacam-macam jenis perangkat Access Point dari berbagai
vendor perusahaan IT yang tersedia di pasaran yang ada di Kota Pontianak, dan
pemilihan perangkat menjadi faktor penting dalam menyediakan fasilitas hotspot.
Baik dari segi teknologi, fitur, kemudahan instalasi, coverage, dan yang paling
penting adalah dana yang dibutuhkan untuk membangun jaringan nirkabel
tersebut. Salah satu perangkat Access Point (AP) yang dapat digunakan adalah
NanoStation2 Loco (NS2L) dari Ubiquiti Networks.
Ubiquiti Networks adalah perusahan teknologi komunikasi yang
mendesain dan membuat berbagai perangkat yang berhubungan dengan sistem
jaringan, terutama di bidang yang berhubungan dengan Wi-Fi. Salah satu
produknya yaitu NanoStation2 Loco, adalah sebuah perangkat Wi-Fi yang
menggunakan frekuensi 2,4GHz. Perangkat NS2L ini biasa digunakan sebagai
alat untuk menerima sinyal Wi-fi (Station Mode) dari WISP (Wireless Internet
Service Provider) seperti Pontianak Post Network, karena fitur yang lengkap,
performanya yang bagus dan bisa menjangkau jarak yang relatif lebih jauh bila
dibandingkan dengan perangkat Access Point biasa pada umumnya.
Kelemahan dari perangkat ini adalah jenis antena terintegrasi yang
digunakan yaitu directional antenna, maka arah pola pancaran sinyal cenderung
diarahkan dan tidak dapat menjangkau client yang berada jauh di belakang
perangkat, sehingga diperlukan suatu upaya agar dapat memperluas wilayah
cakupan (coverage area) dari perangkat NanoStation2 Loco ini.
I-3
1.2
Perumusan Masalah
Sebagaimana yang telah disebutkan dalam Latar Belakang di atas, antena
yang terdapat pada perangkat NS2 Loco merupakan tipe directional. Oleh karena
itu, maka dalam tugas akhir ini akan dibahas mengenai bagaimana merancang
bangun untuk mengimplementasi dan mengoptimalisasi 4 (empat) buah perangkat
NS2 Loco tanpa menggunakan antena tambahan dalam upaya meningkatkan
kualitas serta daya jangkau pada suatu sistem jaringan nirkabel (wireless local
area network).
1.3
Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian dalam penulisan Tugas Akhir ini adalah:
1.
2.
3.
4.
1.4
Pembatasan Masalah
Agar dalam penulisan tugas akhir tidak meluas maka penulis memberikan
2.
3.
I-4
4.
5.
6.
7.
8.
9.
1.5
BAB I
PENDAHULUAN
Bab ini berisi latar belakang, perumusan masalah, tujuan penelitian,
pembatasan masalah dan sistematika penulisan.
I-5
BAB II
BAB III
BAB IV
BAB V
PENUTUP
Kesimpulan dari penelitian yang telah dilakukan dan saran atau
rekomendasi sebagai referensi untuk perbaikan, pengembangan atau
penyempurnaan penelitian yang telah dilakukan.
II-1
BAB II
SISTEM WLAN DAN RUGI-RUGI LINTASAN
II-2
2.1.
II-3
Protokol 802.11a
Oleh karena gelombang frekuensi 2,4 GHz sudah sangat umum
digunakan baik untuk Wi-Fi maupun perangkat nirkabel lain seperti
Bluetooth dan asesori komputer semisal mouse dan keyboard, maka
diterapkan sebuah standar gelombang 5 GHz. Namun gelombang dengan
frekuensi 5 GHz sulit menembus penghalang seperti tembok gedung dan
pepohonan.
Protokol 802.11b
Gelombang Wifi dengan protokol 802.11b memiliki data rate
maksimum sebesar 11 Mbit perdetik dan menggunakan metode transmisi
direct-sequence spread spectrum (DSSS) yang sama dengan protokol
802.11 generasi awal, yaitu 802.11 legacy. Produk-produk elektronik yang
berbasiskan protokol ini mulai beredar di pasaran pada awal tahun 2000.
Namun perangkat dengan protokol ini mudah mengalami interferensi
dengan perangkat dengan gelombang 2,4GHz lainnya seperti microwave
oven, perangkat Bluetooth, perangkat interkom, telpon nirkabel, dan
beberapa peralatan radio amatir.
II-4
Protokol 802.11g
Pada Juni 2003, standarisasi modulasi ke-3 telah disahkan, yaitu
protokol 802.11g. protokol ini bekerja pada gelombang 2,4 GHz seperti
halnya 802.11b, namun dengan berdasarkan metode transmisi orthogonal
frequency division multiplexing (OFDM) yang sama seperti 802.11a,
dengan data rate puncak pada physical layer sebesar 54 Mbit/detik atau
throughput rata-rata sebesar 22Mbit/detik. Perangkat keras 802.11g
memiliki kompatibilitas penuh dengan perangkat 802.11b. Seperti halnya
802.11b, perangkat 802.11g juga dapat mengalami interferensi dengan
perangkat lain yang menggunakan gelombang 2,4 GHz, misalnya wireless
keyboard.
Protokol 802.11n
Pada Oktober 2009 badan regulasi IEEE mengesahkan sebuah
standarisasi baru dimana Aliansi Wi-Fi yaitu sebuah badan yang
mensertifikasi perangkat atau produk nirkabel, telah mengajukan proposal
2 tahun sebelumnya. 802.11n adalah suatu improvisasi yang memodifikasi
standarisasi 802.11 yaitu dengan menambahkan antena multiple-input
multiple output (MIMO). 802.11n umumnya diterapkan pada penggunaan
2,4 Ghz namun jarang digunakan pada gelombang 5 Ghz, dengan data rate
dari 54 Mbit/detik hingga 600 Mbit/detik. Ciri khas perangkat yang
memiliki kemampuan 802.11n yaitu terletak pada penggunaan lebih dari
satu antena.
II-5
2.2.
gelombang menjadi beberapa kanal. Tujuan dari pembagian kanal ini untuk
meminimalisir dampak interferensi apabila terdapat beberapa perangkat pemancar
yang berdekatan dalam satu site.
Terdapat 13 kanal yang dirancang pada gelombang 2,4 GHz tersebut
dengan jarak frekuensi tengah antar kanal sebesar 5 MHz dan oleh Negara Jepang
menambahkan kanal 14 dengan pengecualian jarak 12 MHz yang mana kanal ke14 tersebut hanya berlaku untuk 802.11b.
II-6
II-7
Ketersediaan kanal pada Wi-Fi ini diatur pada tiap negara, tergantung
bagaimana negara tersebut mengalokasikan spektrum gelombang radio tersebut.
Misalnya negara Jepang yang memperkenankan penggunaan seluruh 14 kanal
(kanal 14 hanya untuk 802.11b), sementara negara Spanyol hanya membolehkan
kanal 10 dan 11, dan Perancis hanya menggunakan kanal 10,11, 12 dan 13.
Namun kini kedua negara tersebut mengizinkan penggunaan kanal 1 sampai kanal
13. Amerika Utara dan beberapa negara di Amerika Tengah dan Selatan hanya
memperkenankan penggunaan kanal 1 sampai 11. Sedangkan untuk di Indonesia
secara resmi memperkenankan penggunaan kanal 1 sampai 11.
2.3.
Karakteristik Antena
Setiap perangkat yang memancarkan maupun yang menerima sinyal
a.
II-8
II-9
II-10
timbulnya redaman, antara lain adalah rugi-rugi lintasan. Rugi-rugi lintasan yang
menyatakan penyusutan sinyal sebagai besaran positif dalam desibel (dB),
didefinisikan sebagai perbedaan antara daya yang ditransmisikan (oleh pemancar)
dengan daya yang diterima (oleh penerima).
Rugi-rugi lintasan tidak hanya terjadi pada proses pengiriman sinyal
informasi dari stasiun pemancar ke stasiun penerima, namun rugi-rugi lintasan
juga terdapat pada saluran transmisi.
Pr (d )
Pt Gt Gr 2
(4 ) 2 d 2
....................... (2.1)
II-11
Dimana:
Pt = daya pemancar (W)
Pr = daya yang diterima (W)
Gt = gain antena pemancar (dBi)
Gr = gain antena penerima (dBi)
... (2.2)
(GtGr2 )
PL 10 log
2 2
((4 ) d )
... (2.3)
Serta persamaan rugi-rugi lintasan apabila nilai gain antena diasumsikan secara
umum:
( ) 2
PL 10 log
2 2
((
4
)
d
)
....................... (2.4)
dimana:
PL = rugi-rugi lintasan (dB)
Pt = daya pemancar (dBm)
Pr = daya yang diterima (dBm)
Gt = gain antena pemancar (dBi)
Gr = gain antena penerima (dBi)
II-12
Ketika daya yang diterima pada suatu jarak (jarak referensi d 0) diketahui,
persamaan berikut dapat digunakan untuk mencari daya yang diterima pada jarak
yang lebih jauh (d):
d
Pr (d ) Pr (d 0 ) 20 log 0
d
... (2.5)
d
PL (d ) PL (d0 ) 20 log
d0
... (2.6)
....................... (2.7)
Pr Pt Gt Lt PL Lm Gr Lr
dimana:
Pr = daya yang diterima (dBm)
Pt = daya pemancar (dBm)
Gr = gain antena penerima (dBi)
Gt = gain antena pemancar (dBi)
Lr = redaman perangkat penerima (dB)
Lt = redaman perangkat pemancar (dB)
Lm = redaman tambahan
PL = rugi-rugi lintasan (dB)
....................... (2.8)
II-13
d
Pr Pt Gt Lt PL (d 0 ) 20 log
d0
Lm Gr Lr ...... (2.9)
Dari besaran rugi-rugi lintasan maka dapat digunakan untuk mencari nilai
kekuatan sinyal yang didapatkan oleh perangkat penerima atau received signal
level (RSS). Secara umum persamaan kekuatan sinyal diberikan sebagai berikut:
RSS
= Pt PL Gr Gt
(2.10)
Besaran RSS pada jarak referensi (d0) dengan mensubstitusikan persamaan (2.4)
ke dalam persamaan (2.10):
RSS
= Pt PL(d0) Gr Gt
( ) 2
Gr Gt .. (2.11)
Pt 10 log
2 2
((
4
)
d
)
= Pt PL(d) Gr Gt
d
Pt PL (d 0 ) 20 log
d0
Gt Gr (2.12)
III-1
BAB III
PERANCANGAN PERANGKAT ACCESS POINT
Bagian
ini
menguraikan
tentang
Bahan
Penelitian,
Alat
yang
co-channel,
dengan
masing-masing
perangkat
III-2
III-3
III-4
2) Network Switch atau yang biasa disebut juga sebaga LAN Hub, untuk
menghubungkan seluruh perangkat access point, server, dan router
menjadi sebuah kelompok jaringan lokal. Dalam perancangan ini
perangkat hub yang digunakan adalah TP-Link TL-SF1005D Desktop
Switch 5 Port.
untuk
menopang keempat
perangkat
access
point
NanoStation2 Loco.
3.1.4. Lokasi Perancangan
Perancangan access point dilaksanakan di Laboratorium Telekomunikasi
Fakultas Teknik Universitas Tanjungpura dimana terdapat rooftop atau atap dak
beton, sebagaimana tampak pada Gambar 3.7.
III-5
3.2.
III-6
Software:
Aplikasi:
1.
2.
b.
III-7
Studi pustaka
Metode pengumpulan data ini melalui pemahaman terhadap literaturliteratur, internet dan catatan-catatan serta pengalaman pribadi untuk
mendapatkan pengetahuan mendalam tentang komunikasi WLAN dan
WiFi serta masalah yang ditulis untuk melengkapi data yang
diperlukan sehingga dapat disusun kerangka teori yang sesuai dengan
judul.
b.
Observasi lapangan
Melakukan
survey
langsung
dilapangan
yaitu
Laboratorium
Perancangan
Dalam perancangan ini, pemasangan perangkat dimulai dari
melakukan koneksi ke jaringan ISP (internet service provider), hub,
kabel UTP, router Mikrotik, server EasyHotspot, pemancar WiFi
NanoStation, serta pengaturan (setting) masing-masing perangkat.
d.
e.
III-8
3.4.
Mulai
Studi literatur
Observasi Lapangan
Survei lokasi pengamatan
Persiapan alat dan bahan
Ketinggian pemancar
Uji pemancar,
Ada/ tidak ada koneksi
Tidak
ya
Selesai
III-9
3.5.
III-10
Mulai
Registrasi layanan 3G
telah aktif
Tidak
ya
Pengaturan konfigurasi modem
Profile Management
Network Type
Uji internet,
ada/tidak ada koneksi
ya
Pasang modem pada router
TP-Link TL-MR3020
Selesai
Tidak
III-11
Profile Name
APN (access point name)
Access Number
User name
Password
: Telkomsel
: static internet
: *99#
: (dikosongkan)
: (dikosongkan)
Sedangkan Network Type sebagaimana tampak pada Gambar 3.12c adalah untuk
memilih jaringan mobile broadband yang digunakan. Pengaturan pada Network
Type adalah sebagai berikut.
- Network Type
- Band
: WCDMA only
: All Bands
III-12
: Indikator daya
RJ45 Ethernet
Mode Switch
Modem
Mobile ISP
Mode Switch
Ethernet
Power Supply
Client
III-13
Mulai
Tidak
ya
Konfigurasi router
Setting alamat IP dan DHCP
Konfigurasi profil mobile ISP
Disable wireless mode
Reboot
Uji internet,
ada/tidak ada koneksi
ya
ya
Hubungkan pada
Server EasyHotspot
Menggunakan server
EasyHotspot
Tidak
Hubungkan pada Network
Switch TP-Link TL-SF1005D
Selesai
Tidak
III-14
Gambar 3.18 Mode Switch, Ethernet Port, dan Mini USB Port
a. Mengubah posisi saklar pada Mode Switch menjadi 3G/4G mode.
b. Hubungkan laptop melalui Ethernet Port pada router TL-MR3020
menggunakan kabel LAN.
c. Setelah modem berhasil dikonfigurasi, kemudian pasang melalui
port USB yang terdapat pada router.
d. Hubungkan catu daya (switching power supply) ke port Mini USB,
dan secara otomatis lampu indikator pada router akan menyala.
III-15
2.
III-16
4.
DHCP Server
Start IP Address
End IP Address
Address Lease Time
Default Gateway
Default Domain
Primary DNS
Secondary DNS
: Enable
: 192.168.100.100
: 192.168.100.199
: 120
: 192.168.100.1
: (dikosongkan)
: 180.131.144.144
: 180.131.145.145
III-17
6.
III-18
III-19
perubahan alamat IP, kanal yang digunakan, SSID, dan password. Berikut adalah
diagram alir tahapan setting pada keempat perangkat NanoStation2 Loco yang
digunakan dalam perancangan ini.
Mulai
Masuk
AirOS?
Tidak
Ya
-
Access Point
broadcast?
Tidak
Ya
Hubungkan NS2 Loco pada
Network Switch TL-SF1005D
Selesai
III-20
III-21
III-22
3.
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
Access Point
NS-RAP_1
NS-RAP_2
NS-RAP_3
NS-RAP_4
enable
1 2412 MHz.
5 2432 MHz.
9 2452 MHz.
13 2472 MHz.
Indonesia
B/G mixed
20MHz
20 dBm (maksimum),
No (hapus centang)
54 (maksimum), centang pada Auto
: none
III-23
4.
: Bridge
: None
: Static
: 192.168.100.10
: 192.168.100.20
: 192.168.100.30
: 192.168.100.40
: (hapus centang)
: 255.255.255.0 (default)
: 192.168.100.1 (sesuai IP pada router)
: 180.131.144.144
: 180.131.145.145
III-24
5.
III-25
6.
ubnt (default)
ubnt (default)
AP1
AP2
AP3
AP4
(sama dengan kata sandi yang baru)
III-26
SSID broadcast.
Pengujian SSID broadcast adalah untuk mengetahui apabila perangkat
NS2 Loco dapat memancarkan sinyal Wi-Fi dengan baik. Cara yang
digunakan adalah dengan mengklik ikon wireless connection
sebagaimana yang ditunjukkan lingkaran merah pada Gambar 3.26.
NS-RAP_2,
NS-RAP_3,
dan
NS-RAP_4,
dapat
III-27
2.
Non-Overlapping Channels
Oleh karena keempat perangkat akan dipasang pada tiang yang sama,
maka kanal yang digunakan pada masing-masing perangkat tidak
boleh saling tumpang tindih, karena dapat berakibat terjadinya cochannel interference, sebagaimana yang telah dijelaskan pada
pembahasan bab sebelumnya. Untuk memastikan tidak terjadinya
overlapping channels pada perangkat access point, maka digunakan
aplikasi inSSIDer 2.1 sebagai berikut.
III-28
c.
III-29
III-30
III-31
Mulai
LOGIN
Admin/
Operator?
Admin
Operator
Tidak
Paket voucher
Tersedia?
Ya
OPERATOR CONSOLE
Voucher Management:
- Number of Voucher
- Billing plan
- Generate voucher
LOGOUT
Ya
Konfigurasi
tambahan?
Tidak
Hubungkan server:
- eth1 pada router / ISP
- eth2 pada access point
Selesai
III-32
III-33
Port eth0
Port eth1
III-34
2.
III-35
2jam
120 menit
Rp 3.000
5jam
Time Based
300 menit
Rp 5.000
512kbps
128kbps
15 menit
10jam
600 menit
Rp 8.000
Keterangan :
Name
Type
Amount
Price
Idle Timeout
Pengaturan Price atau harga paket voucher tidak bersifat mengikat dan
tidak berpengaruh terhadap kinerja server maupun koneksi pada
client. Namun akan dicantumkan pada print-out voucher, dan sebagai
nota invoice apabila diperlukan.
III-36
3.
III-37
3.6.
perangkat jaringan lainnya yang digunanakan dalam penulisan tugas akhir ini.
Tiang Utama
Bahan yang digunakan adalah sebuah pipa galvanis medium A dengan
diameter 1,5 inchi sepanjang 6 meter. Untuk memudahkan
pemasangan tiang di lokasi perancangan, maka batangan pipa tersebut
dipotong menjadi dua bagian, dan disambung kembali menggunakan
baut M12. Berikut adalah detail perancangan pada tiang utama.
III-38
Plat sambungan
Tiang A
Tiang B
30cm
30cm
150cm
Detail plat sambungan (Skala 1 : 3)
1,5 (48mm)
10cm
Tiang A
30cm
Baut M12
30cm
5mm
5mm
150cm
Besi 1mm
10cm
Tiang B
55mm
55mm
Plat sambungan
30cm
Skala 1 : 20
35,5cm
m
bagi
pemasangan
tower
maupun
perangkat
III-39
Tiang B
Mur pengunci
Ring
Washer
Baut M19
Ground
III-40
b.
Tampak atas
Stainless
1 (32mm)
Besi 10mm
20cm
60
25cm
35cm
60
60
Baut M9
Galvanis Tiang A
1,5 (48mm)
Tampak samping
III-41
III-42
Internet Link
ISP
Hotspot System
3G Modem + Router
Bandwidth
Management
Access Point
Unit
NS2 Loco
channel 1
Server
bypass
Ethernet (LAN)
Switch/Hub
NS2 Loco
channel 5
NS2 Loco
channel 9
NS2 Loco
channel 11
Client Devices
III-43
Ke masing-masing
perangkat NS2L
Adaptor POE
Power
Switch
AP 1 AP 2 AP 3 AP 4
POE LAN
POE LAN
POE LAN
POE LAN
Router
Modem
bypass
1 2 3 4 5
LAN Hub
Terminal
Listrik
Ke server EasyHotspot :
Port eth0
Port eth1
4 x 25 meter
= 10 cm
7 cm
III-44
bypass
III-45
Mulai
Aktifkan wi-fi
Set DHCP IP pada Laptop
Koneksi ke Access Point
Buka web browser
Muncul
EasyHotspot Login?
Tidak
Ya
Dapatkan paket voucher berupa
username dan password
Tidak
Berhasil
Login?
Ya
Selesai
III-46
Mengaktifkan
perangkat
wireless
pada
laptop
(client)
dan
Setelah wireless pada laptop terhubung pada SSID, kemudia buka web
browser seperti Mozilla Firefox, lalu ketikkan alamat URL yang
hendak dituju pada address bar misalnya www.google.com.
III-47
III-48
III-49
Apabila dalam 15 menit tidak ada aktifitas internet pada client, maka
sistem akan ter-logout otomatis agar waktu penggunaan (usage time)
tidak berjalan terus. Jika jendela logout tidak sengaja tertutup, maka
ketikkan alamat 192.168.1:3990/logout pada address bar dan akan
muncul jendela logout (logout page) seperti yang ditunjukkan pada
gambar di bawah ini.
IV-1
BAB IV
ANALISIS HASIL PENGUJIAN
Channel 1
Channel 13
Channel 5
Channel 9
IV-2
Jarak d
Client
Lab. Telkom
IV-3
2.
IV-4
17
2
5
12
18
1
16
14
10
13
11
19
20
15
IV-5
Dari gambar 4.2 di atas, berikut adalah tabel informasi kondisi mengenai
sampel sebaran titik-titik lokasi pengamatan.
Tabel 4.1 Kondisi titik-titik lokasi pengamatan
No.
1 Lab Telkom
Jarak (m)
SSID
keterangan
NS-RAP_3
71
NS-RAP_4
Indoor
107
NS-RAP_4
Indoor
90
NS-RAP_4
Indoor
53
NS-RAP_4
Indoor
58
NS-RAP_1
Indoor
7 Musholla Al-Istiqomah
178
NS-RAP_1
Indoor
180
NS-RAP_1
Outdoor LOS
30
NS-RAP_1
Indoor
114
NS-RAP_2
Indoor
11 Gazebo
146
NS-RAP_2
12 Lapangan Voli
105
NS-RAP_3
13 Kelas D.18
145
NS-RAP_2
Indoor
14 Kelas D.24
98
NS-RAP_1
Indoor
15 Kantin Kmek
212
NS-RAP_1
71
NS-RAP_2
Indoor
142
NS-RAP_4
70
NS-RAP_3
Indoor
19 Kelas D.10
148
NS-RAP_1
Indoor
20 UKM
172
NS-RAP_1
Indoor
2 Aula (D1/D2)
3 Lab. Informatika
9 Lab. Kendali
IV-6
4.2
Perhitungan
RSSI (dBm)
Pathloss (dB)
-30
40
-50
60
-56
66
-59
70
-62
72
-64
74
-65
76
-66
77
-68
78
-69
79
-70
80
-71
81
-72
82
-72
82
-73
83
-74
84
-74
84
-75
85
-75
85
-76
86
-76
86
-76
86
-77
87
-77
87
-78
88
-78
88
IV-7
IV-8
Hasil pengujian pada jarak 40 meter dari access point, kekuatan sinyal
yang diterima adalah -66 dBm dan besaran pathloss 76 dB. Sedangkan hasil
perhitungan dari persamaan (2.6) diperoleh besaran pathloss 72 dB, dan dari
persamaan (2.12) diperoleh besaran kekuatan sinyal -62 dBm. Perbedaan tersebut
dikarenakan sinyal mengalami interferensi dari perangkat Wi-Fi lainnya.
Hasil pengujian pada jarak 50 meter dari access point, kekuatan sinyal
yang diterima adalah -69 dBm dan besaran pathloss 79 dB. Sedangkan hasil
perhitungan dari persamaan (2.6) diperoleh besaran pathloss 74 dB, dan dari
persamaan (2.12) diperoleh besaran kekuatan sinyal -64 dBm. Perbedaan tersebut
dikarenakan terjadinya fading akibat penyerapan gelombang elektromagnetik oleh
benda-benda disekitar arah rambatan sinyal.
Hasil pengujian pada jarak 60 meter dari access point, kekuatan sinyal
yang diterima adalah -73 dBm dan besaran pathloss 83 dB. Sedangkan hasil
perhitungan dari persamaan (2.6) diperoleh besaran pathloss 76 dB, dan dari
persamaan (2.12) diperoleh besaran kekuatan sinyal -65 dBm. Perbedaan tersebut
dikarenakan terjadinya fading akibat penyerapan gelombang elektromagnetik oleh
benda-benda disekitar arah rambatan sinyal.
Hasil pengujian pada jarak 70 meter dari access point, kekuatan sinyal
yang diterima adalah -74 dBm dan besaran pathloss 84 dB. Sedangkan hasil
perhitungan dari persamaan (2.6) diperoleh besaran pathloss 77 dB, dan dari
persamaan (2.12) diperoleh besaran kekuatan sinyal -76 dBm. Perbedaan tersebut
dikarenakan sinyal mengalami interferensi dari perangkat Wi-Fi lainnya, serta
terjadi fading akibat penyerapan gelombang elektromagnetik oleh benda-benda
disekitar arah rambatan sinyal.
Hasil pengujian pada jarak 80 meter dari access point, kekuatan sinyal
yang diterima adalah -74 dBm dan besaran pathloss 84 dB. Sedangkan hasil
perhitungan dari persamaan (2.6) diperoleh besaran pathloss 78 dB, dan dari
persamaan (2.12) diperoleh besaran kekuatan sinyal -68 dBm. Perbedaan tersebut
dikarenakan gelombang mengalami scattering akibat penghamburan sinyal oleh
benda-benda dan bangunan disekitar arah rambatan sinyal.
Hasil pengujian pada jarak 90 meter dari access point, kekuatan sinyal
yang diterima adalah -67 dBm dan besaran pathloss 77 dB. Sedangkan hasil
IV-9
perhitungan dari persamaan (2.6) diperoleh besaran pathloss 79 dB, dan dari
persamaan (2.12) diperoleh besaran kekuatan sinyal -69 dBm. Perbedaan tersebut
dikarenakan sinyal mengalami pemantulan oleh bangunan di sekitar lokasi
pegamatan, sehingga terjadi penguatan pada sinyal yang diterima.
Hasil pengujian pada jarak 100 meter dari access point, kekuatan sinyal
yang diterima adalah -70 dBm dan besaran pathloss 80 dB. Sedangkan hasil
perhitungan dari persamaan (2.6) diperoleh besaran pathloss 80 dB, dan dari
persamaan (2.12) diperoleh besaran kekuatan sinyal -70 dBm. Kesamaan tersebut
dikarenakan sinyal mengalami pemantulan oleh bangunan di sekitar lokasi
pegamatan, sehingga terjadi penguatan pada sinyal yang diterima.
Hasil pengujian pada jarak 110 meter dari access point, kekuatan sinyal
yang diterima adalah -74 dBm dan besaran pathloss 84 dB. Sedangkan hasil
perhitungan dari persamaan (2.6) diperoleh besaran pathloss 77 dB, dan dari
persamaan (2.12) diperoleh besaran kekuatan sinyal -76 dBm. Perbedaan tersebut
dikarenakan gelombang mengalami scattering akibat penghamburan sinyal oleh
benda-benda dan bangunan disekitar arah rambatan sinyal.
Hasil pengujian pada jarak 120 meter dari access point, kekuatan sinyal
yang diterima adalah -79 dBm dan besaran pathloss 89 dB. Sedangkan hasil
perhitungan dari persamaan (2.6) diperoleh besaran pathloss 82 dB, dan dari
persamaan (2.12) diperoleh besaran kekuatan sinyal -72 dBm. Perbedaan tersebut
dikarenakan sinyal mengalami interferensi dari perangkat Wi-Fi lainnya, serta
terjadi fading akibat penyerapan gelombang elektromagnetik oleh benda-benda
disekitar arah rambatan sinyal.
Hasil pengujian pada jarak 130 meter dari access point, kekuatan sinyal
yang diterima adalah -79 dBm dan besaran pathloss 89 dB. Sedangkan hasil
perhitungan dari persamaan (2.6) diperoleh besaran pathloss 82 dB, dan dari
persamaan (2.12) diperoleh besaran kekuatan sinyal -72 dBm. Perbedaan tersebut
dikarenakan terjadinya fading akibat penyerapan gelombang elektromagnetik oleh
benda-benda disekitar arah rambatan sinyal.
Hasil pengujian pada jarak 140 meter dari access point, kekuatan sinyal
yang diterima adalah -79 dBm dan besaran pathloss 89 dB. Sedangkan hasil
perhitungan dari persamaan (2.6) diperoleh besaran pathloss 83 dB, dan dari
IV-10
persamaan (2.12) diperoleh besaran kekuatan sinyal -73 dBm. Perbedaan tersebut
dikarenakan terjadinya fading akibat penyerapan gelombang elektromagnetik oleh
benda-benda disekitar arah rambatan sinyal.
Hasil pengujian pada jarak 150 meter dari access point, kekuatan sinyal
yang diterima adalah -78 dBm dan besaran pathloss 88 dB. Sedangkan hasil
perhitungan dari persamaan (2.6) diperoleh besaran pathloss 84 dB, dan dari
persamaan (2.12) diperoleh besaran kekuatan sinyal -74 dBm. Perbedaan tersebut
dikarenakan terjadinya fading akibat penyerapan gelombang elektromagnetik oleh
benda-benda disekitar arah rambatan sinyal.
Hasil pengujian pada jarak 160 meter dari access point, kekuatan sinyal
yang diterima adalah -76 dBm dan besaran pathloss 86 dB. Sedangkan hasil
perhitungan dari persamaan (2.6) diperoleh besaran pathloss 84 dB, dan dari
persamaan (2.12) diperoleh besaran kekuatan sinyal -74 dBm. Perbedaan tersebut
dikarenakan terjadinya fading akibat penyerapan gelombang elektromagnetik oleh
benda-benda disekitar arah rambatan sinyal.
Hasil pengujian pada jarak 170 meter dari access point, kekuatan sinyal
yang diterima adalah -75 dBm dan besaran pathloss 85 dB. Sedangkan hasil
perhitungan dari persamaan (2.6) diperoleh besaran pathloss 85 dB, dan dari
persamaan (2.12) diperoleh besaran kekuatan sinyal -75 dBm. Kesamaan tersebut
dikarenakan sinyal mengalami pemantulan oleh bangunan di sekitar lokasi
pegamatan, sehingga terjadi penguatan pada sinyal yang diterima.
Hasil pengujian pada jarak 180 meter dari access point, kekuatan sinyal
yang diterima adalah -77 dBm dan besaran pathloss 87 dB. Sedangkan hasil
perhitungan dari persamaan (2.6) diperoleh besaran pathloss 85 dB, dan dari
persamaan (2.12) diperoleh besaran kekuatan sinyal -75 dBm. Perbedaan tersebut
dikarenakan terjadinya fading akibat penyerapan gelombang elektromagnetik oleh
benda-benda disekitar arah rambatan sinyal.
Hasil pengujian pada jarak 190 meter dari access point, kekuatan sinyal
yang diterima adalah -79 dBm dan besaran pathloss 89 dB. Sedangkan hasil
perhitungan dari persamaan (2.6) diperoleh besaran pathloss 82 dB, dan dari
persamaan (2.12) diperoleh besaran kekuatan sinyal -72 dBm. Perbedaan tersebut
IV-11
IV-12
20
40
60
80
100
120
140
160
180
200
220
240
0
-10
RSSI (dBm)
-20
-30
-40
-50
-60
-70
-80
-90
Asumsi
Pengujian
IV-13
gelombang. Dari hasil pengujian LOS juga menunjukkan bahwa kekuatan sinyal
yang diterima semakin melemah apabila posisi laptop semakin menjauh dari
access point.
4.2.2 Analisis Hasil Pengujian pada Lokasi Pengamatan
Kondisi pada lokasi pengamatan bervariasi sebagaimana ditunjukkan pada
tabel 4.1. Oleh karena itu kekuatan sinyal dan kualitas koneksi yang diterima pada
laptop juga akan berbeda-beda walaupun dengan jarak yang lebih dekat. Berikut
adalah tabel hasil pengujian site survey terhadap access point.
Tabel 4.3 Hasil pengujian site survey pada perangkat NS2L
No.
Ping (ms)
% Loss
1 Lab Telkom
-74
84
2 Aula (D1/D2)
-74
84
30
10
3 Lab. Informatika
-90
100
-85
95
37
10
-80
90
16
-84
94
20
7 Musholla Al-Istiqomah
-87
97
32
20
-82
92
18
20
9 Lab. Kendali
-73
83
23
10
-87
97
35
20
11 Gazebo
-86
96
20
25
12 Lapangan Voli
-86
96
20
13 Kelas D.18
-73
83
40
30
14 Kelas D.24
-92
102
15 Kantin Kmek
-85
95
27
20
-78
88
10
10
-80
90
50
15
18 IAFT
-84
94
36
10
19 Kelas D.10
-86
96
20
20
-90
100
20 UKM
Ket: Gt = 8 dBi Pt = 20 dBm
Gr = 2 dBi d max = 250 m
IV-14
Dari tabel 4.1 dan tabel 4.3 dapat dijelaskan bahwa pada titik pengamatan
pertama yaitu pada Lab Telkom yang berada di bawah lokasi perancangan access
point, maka kekuatan sinyal yang diterima adalah -74 dBm dan nilai pathloss 84
dB. Kualitas koneksi sangat baik dengan latency sebesar 3 ms dan tidak terdapat
packet loss. Hal ini dikarenakan jarak yang relatif dekat dan hanya terhalang oleh
atap dak beton.
Pada lokasi pengamatan kedua yaitu ruang Aula D1/D2, pengujian
dilakukan dengan jarak 71 meter dari access point. Kekuatan sinyal yang diterima
adalah -74 dBm dan nilai pathloss sebesar 84 dB. Sedangkan kualitas koneksi
baik, dengan latency 30 ms dan packet loss 10%. Hal ini dikarenakan sinyal
terhalang oleh sebagian atap bangunan, namun dampaknya tidak begitu signifikan
apabila untuk penggunaan browsing.
Lokasi pengamatan ke-3 yaitu Lab. Informatika yang terletak tidak jauh
dari ruang Aula dan berjarak 107 meter dari access point, kekuatan sinyal yang
diterima adalah -90 dBm dengan pathloss 100 dB, Kualitas koneksi sangat tidak
baik sehingga tidak dapat melakukan koneksi. Hal ini dikarenakan sinyal
terhalang langsung oleh bangunan Aula, serta pengaruh interferensi dari perangkat
Wi-Fi lainnya yang terdapat pada Lab.Informatika.
Lokasi pengamatan ke-4 yaitu Lab.Mekanika Fluida, dengan jarak titik
pengujian yaitu 90 meter dari access point. Kekuatan sinyal yang didapat adalah
-85 dBm dan pathloss sebesar 95 dB. Kualitas koneksi baik, dengan latency
sebesar 37 ms dengan packet loss 10%. Hal ini dikarenakan sinyal terhalang oleh
atap dan dinding bangunan tersebut, namun dampaknya tidak begitu signifikan
apabila untuk penggunaan browsing.
Lokasi pengamatan ke-5 yaitu Lab. Dasar Konversi Energi, dengan jarak
titik pengujian yaitu 53 meter dari access point. Kekuatan sinyal yang diterima
adalah -80 dBm dan pathloss sebesar 90 dB. Kualitas koneksi sangat baik, dengan
latency 16 ms dengan packet loss 5%. Hal ini dikarenakan jarak yang relatif
dekat, dan hanya terhalang atap bangunan.
Lokasi pengamatan ke-6 yaitu Lab.Teknik Lingkungan, dengan jarak titik
pengujian 58 meter dari access point. Kekuatan sinyal yang diterima adalah
-84 dBm dan pathloss sebesar 94 dB. Kualitas koneksi sangat baik dengan latency
IV-15
20 ms namun tidak terjadi packet loss. Hal ini dikarenakan bangunan lab tersebut
langsung berhadapan dengan perangkat access point.
Lokasi pengamatan ke-7 yaitu Musholla Al-Istiqomah, dengan jarak titik
pengujian 178 meter dari access point. Kekuatan sinyal yang diterima adalah -87
dBm dan pathloss sebesar 97 dB. Kualitas koneksi kurang baik, dengan latency
sebesar 32 ms serta terjadi packet loss 20%. Hal ini dikarenakan sinyal dari
perangkat access point terhalang oleh bangunan Lab.Teknik Lingkungan, serta
jarak yang relatif jauh.
Lokasi pengamatan ke-8 yaitu parkiran motor dosen/TU, dengan jarak titik
pengujian 180 meter dan perangkat access point dapat terlihat tanpa halangan atau
line of sight (LOS). Kekuatan sinyal yang diterima adalah -82 dBm dan pathloss
92 dB. Kualitas koneksi kurang baik dengan latency sebesar 18 ms dan terjadi
packet loss 20%. Hal ini dikarekanan terjadi interferensi dari sinyal wi-fi lainnya
yang terdapat di sekitar lokasi pengamatan.
Lokasi pengamatan ke-9 yaitu Lab.Kendali, dengan jarak titik pengujian
30
meter
dari
access
point.
Kekuatan
sinyal
yang diterima
adalah
-73 dBm dan pathloss 83 dB. Kualitas koneksi baik dengan latency sebesar 23 ms
serta terjadi packet loss 10%. Hal ini dikarenakan bangunan lab berhadapan
langsung dengan access point, namun sinyal mengalami interferensi dengan
perangkat Wi-Fi lainnya yang terdapat pada lab tersebut.
Lokasi pengamatan ke-10 yaitu Lab.Mekanika Tanah, dengan jarak titik
pengujian 114 meter dari access point. Kekuatan sinyal yang diterima adalah -87
dBm dan pathlos 97 dB. Kualitas koneksi kurang baik, dengan latency sebesar 35
ms serta terjadi packet loss 20%. Hal ini dikarenakan sinyal dari access point
terhalang bangunan lain.
Lokasi pengamatan ke-11 yaitu Gazebo, dengan jarak titik pengujian 146
meter dari access point. Kekuatan sinyal yang diterima adalah -86 dBm dan
pathloss 96 dB. Kualitas koneksi kurang baik, dengan latency 20 ms serta terjadi
packet loss 25%. Hal ini dikarenakan sinyal dari access point terhalang oleh
bangunan ruang kelas.
Lokasi pengamatan ke-12 yaitu Lapangan Voli, dengan jarak titik
pengujian 105 meter dari access point. Kekuatan sinyal yang diterima adalah
IV-16
sebesar -86 dBm dengan pathloss 96 dB. Kualitas koneksi sangat baik, dengan
latency 20 ms serta terjadi packet loss 5%. Hal ini dikarenakan lokasi pengamatan
berada di tempat terbuka (outdoor).
Lokasi pengamatan ke-13 yaitu ruang kelas D.18, dengan jarak titik
pengujian 145 meter dari access point. Kekuatan sinyal yang diterima adalah
sebesar -73 dBm dengan pathloss 83 dB. Kualitas koneksi kurang baik, dengan
latency 40 ms serta terjadi packet loss 30%. Hal ini dikarenakan sinyal terhalang
oleh atap dan dinding bangunan.
Lokasi pengamatan ke-14 yaitu ruang kelas D.24, dengan jarak titik
pengujian 98 meter dari access point. Kekuatan sinyal yang diterima adalah
-92 dBm dengan pathloss 102 dB, dan tidak dapat melakukan koneksi. Hal ini
dikarenakan sinyal dari access point terhalang oleh bangunan Lab.Kendali.
Lokasi pengamatan ke-15 yaitu Kantin Kmek, dengan jarak titik
pengujian 212 meter dari access point. Kekuatan sinyal yang diterima adalah
-85 dBm dengan pathloss 95 dB. Kualitas koneksi baik dengan latency 20 ms
serta terjadi packet loss sebesar 15%. Hal ini dikarenakan access point hanya
terhalang oleh sebagian atap bangunan Lab.Teknik Lingkungan, dan dampaknya
tidak begitu signifikan apabila untuk penggunaan browsing.
Lokasi pengamatan ke-16 yaitu Lab.Jalan Raya, dengan jarak titik
pengujian 71 meter dari access point. Kekuatan sinyal yang diterima adalah
-78 dBm dengan pathloss 88 dB. Kualitas koneksi baik, dengan latency 10 ms
serta terjadi packet loss sebesar 10%. Hal ini dikarenakan sinyal dari hanya
terhalang oleh sebagian atap bangunan serta dinding ruangan lokasi pengamatan,
dan dampaknya tidak begitu signifikan apabila untuk pengggunaan browsing.
Lokasi pengamatan ke-17 yaitu Gazebo yang terdapat di depan Lab.
Informatika, dengan jarak titik pengujian 142 meter. Kekuatan sinyal yang
diterima adalah -80 dBm dengan pathloss 90 dB. Kualitas koneksi dengan latency
50 ms serta terjadi packet loss 15%. Hal ini dikarenakan lokasi pengamatan
berada di luar ruangan (outdoor), dan sinyal hanya terhalang oleh sebagaian atap
bangunan Lab.Informatika. Dampaknya tidak begitu signifikan apabila untuk
penggunaan browsing.
IV-17
Lokasi pengamatan ke-18 yaitu ruang sekretariat IAFT, dengan jarak titik
pengujian 70 meter dari access point. Kekuatan sinyal yang diterima adalah
-84 dBm dengan pathloss 94 dB. Kualitas koneksi dengan latency 36 ms dan
terjadi packet loss 10%. Hal ini dikarenakan sinyal terhalang bangunan namun
dampaknya tidak begitu signifikan apabila untuk penggunaan browsing.
Lokasi pengamatan ke-19 yaitu ruang kelas D.10, dengan jarak titik
pengujian 148 meter dari access point. Kekuatan sinyal yang diterima adalah -86
dBm dengan pathloss 96 dB. Kualitas koneksi kurang baik, dengan latency 20 ms
dan terjadi packet loss sebesar 20%. Hal ini dikarenakan sinyal terhalang oleh
bangunan.
Lokasi pengamatan ke-20 yaitu bangunan UKM, dengan jarak titik
pengujian 172 meter dari access point. Kekuatan sinyal yang diterima adalah -90
dBm, dan tidak dapat melakukan koneksi. Hal ini dikarenakan sinyal terhalang
oleh bangunan Lab.Teknik Lingkungan serta jarak yang relatif jauh. Berikut
adalah grafik kekuatan sinyal yang diterima pada tiap-tiap lokasi pengamatan.
Jarak
0
20
40
60
80
100
120
140
160
180
200
220
240
RSSI
-20
-40
-60
-80
-100
5
1
2
16
6 18
12 10
14 3
17
13
19
11
20
8
7
15
lokasi pengamatan
IV-18
Untuk menentukan suatu kualitas koneksi ditinjau dari packet loss. Namun
dalam pengujian ini parameter didasarkan untuk penggunaan browsing saja dan
terjadinya packet loss masih dapat diterima dalam batasan tertentu. Sedangkan
penggunaan internet yang membutuhkan koneksi yang berkesinambungan atau
real time seperti live streaming, video conference, dan online gaming tidak dapat
mentolerir terjadinya packet loss. Berikut adalah tabel parameter kualitas koneksi
berdasarkan data dari hasil pengujian site survey.
Tabel 4.4 Parameter kualitas koneksi
Packet loss
Parameter
0% 5%
Sangat baik
> 5% 15%
Baik
Kurang baik
> 30%
V-1
BAB V
PENUTUP
Dalam Bab penutup ini akan ditarik beberapa kesimpulan dan diuraikan
beberapa saran untuk kemajuan tugas akhir ini.
5.1
Kesimpulan
Dari hasil perancangan, pengujian dan analisis yang dilakukan, maka dapat
2.
3.
4.
Dari hasil pengujian site survey, pancaran sinyal dari access point
dapat mencakup sebagian besar wilayah yang ditargetkan, namun
kekuatan sinyal dan kualitas koneksi bervariasi dan tidak selalu
berbanding lurus terhadap jarak d. Dari pengujian tersebut juga
menunjukkan bahwa apabila kekuatan sinyal yang diterima -90 dBm
ke bawah sehingga terlalu lemah maka tidak dapat melakukan koneksi
ke access point.
V-2
5.2. Saran
Adapun beberapa hal yang dapat ditambahkan dalam pengembangan
penulisan tugas akhir ini adalah sebagai berikut.
1.
2.
3.
4.
Tampak samping
DAFTAR PUSTAKA
xv
LAMPIRAN 1
Spesifikasi Teknis Perangkat
xvi
xvii
HARDWARE FEATURES
Interface
Button
5VDC/1.0A
Dimensions ( W x D x H )
Antenna Type
Internal Antenna
WIRELESS FEATURES
Wireless Standards
Frequency
2.4-2.4835GHz
EIRP
<20dBm
Wireless Modes
Wireless Security
DHCP
Port Forwarding
Access Control
Security
Certification
Package Contents
System Requirements
Environment
Operating temperature:-10~60
Storage Temperature: -40~80
Operating Humidity: 10%~90% non-condensing
Storage Humidity: 5%~90% non-condensing
xviii
HARDWARE FEATURES
Interface
100-240VAC, 50/60Hz
Dimensions (W X D X H)
Fan Quantity
Fanless
SOFTWARE FEATURES
Transfer Method
Advanced Functions
Certification
Package Contents
System Requirements
Environment
xix
LAMPIRAN 2
Dokumentasi
xx
xxi
xxii
xxiii
xxiv
xxv
xxvi
xxvii
LAMPIRAN 3
Lokasi dan Hasil Pengamatan
Jarak (m)
SSID
RSSI
Pathloss
Ping (ms)
% Loss
9 Lab. Kendali
30 NS-RAP_1
-73
83
23
10
58 NS-RAP_1
-84
94
20
14 Kelas D.24
98 NS-RAP_1
-92
102
19 Kelas D.10
148 NS-RAP_1
-86
96
20 UKM
172 NS-RAP_1
-90
100
7 Musholla Al-Istiqomah
178 NS-RAP_1
-87
97
32
20
180 NS-RAP_1
-82
92
18
10
15 Kantin Kmek
212 NS-RAP_1
-85
95
27
20
71 NS-RAP_2
-78
88
10
10
114 NS-RAP_2
-87
97
35
20
13 Kelas D.18
145 NS-RAP_2
-73
83
40
30
11 Gazebo
146 NS-RAP_2
-86
96
20
25
9 NS-RAP_3
-74
84
70 NS-RAP_3
-84
94
36
10
105 NS-RAP_3
-86
96
20
53 NS-RAP_4
-80
90
16
2 Aula (D1/D2)
71 NS-RAP_4
-74
84
30
10
90 NS-RAP_4
-85
95
37
10
3 Lab. Informatika
107 NS-RAP_4
-90
100
142 NS-RAP_4
-80
90
1 Lab Telkom
18 IAFT
12 Lapangan Voli
xxix
20
15