Anda di halaman 1dari 120

RANCANG BANGUN ACCESS POINT MENGGUNAKAN

EMPAT PERANGKAT NANOSTATION2 LOCO (NS2L)


PADA OUTDOOR HOTSPOT SYSTEM

TUGAS AKHIR

OLEH :

RASKY ADITYA PUTRA


NIM. D02108044

JURUSAN TEKNIK ELEKTRO


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
PONTIANAK
2014

RANCANG BANGUN ACCESS POINT MENGGUNAKAN


EMPAT PERANGKAT NANOSTATION2 LOCO (NS2L)
PADA OUTDOOR HOTSPOT SYSTEM

TUGAS AKHIR

OLEH :
RASKY ADITYA PUTRA
NIM. D02108044

Tugas akhir ini diajukan sebagai syarat untuk


memperoleh gelar sarjana dalam bidang teknik elektro

JURUSAN TEKNIK ELEKTRO


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
PONTIANAK
2014

HALAMAN PERNYATAAN

Yang bertandatangandi bawahini:


Nama

:Rasky AdityaPutra

NIM

:D02108044

menyatakanbahwa dalam tugas akhir yang berjudul " RancangBangunAccess


Point MenggunakanEmpat PerangkatNanoStation2Loco (NS2L) padaOutdoor
Hotspot System"tidak terdapat karya yang pemah diajukan untuk memperoleh
gelar sarjanadi suatu perguruantinggr manapun.Sepanjangpengetahuansaya,
tidak terdapatkarya ataupendapatyang pernahditulis atauditerbitkanoleh orang
lain, kecuali yang secaratertulis diacu dalam naskahini dan disebutkandalam
Daftar Pustaka.
Demikian pernyataanini dibuat dengansebenar-benarnya.
Sayasanggup
menerimakonsekuensiakademisdan hukum di kemudianhari apabilapernyataan
yangdibuat ini tidak benar.

Pontianak, Februari2014
-\i
/

|
I
f

t,/

/-14,W
tt

-/tI-l
tat
n

- 1

l ^

l : r

r
fr
lt

Il
rt
It

ul

n - l

taasKv Agrlva ruua

NIMD02IoSO++

KEMENTRIAN PENDIDIKAN DAN KNBUDAYAAN


TNTYERSITASTANJUNGPURA
FAKULTAS TEKNIK
JalanJenderalAhmadYani Pontianak78124Telepon(0561)740186,Kotak Pos 1049

LEMBAR PENGESAHAN
RANCANG BANGUN,4CCE,S,S
POINT M&NGGUNAKAN
EMPAT PERANGKAT NANOSTATTON2LOCO (NS2L)
PADA OUTDOORHOTSPOT SYSTEM
TanggungJawab Yuridis Pada:
RASKY ADITYA PUTRA
D02108044

MAJELIS PENGUJI:
PEMBIMBING PEMBANTU

/M

/(

U
F. Trias Pontia W. ST. MT
NrPl97s10012000031001

NrP196912271997021001

PEMBANTU

PENGUJIUTAMA

NrP19s11216191603200L

Neilcv T. Mooniarsih, ST"MT


NrP 19690919199512200r

Pontianak, FEBRUARI2014
TANJTINGPT]RA

b.?fr

ABSTRAK
NanoStation2 Loco (NS2L) adalah salah satu jenis perangkat Access Point
dari vendor perusahaan IT terkemuka Ubiquiti Networks. Kelemahan dari
perangkat ini adalah jenis antena terintegrasi yang digunakan yaitu directional
antenna dengan cakupan 60, maka arah pola pancaran sinyal cenderung
diarahkan dan tidak dapat menjangkau client yang berada jauh di belakang
perangkat. Dalam tulisan ini akan dibahas mengenai bagaimana merancang
bangun untuk mengimplementasi dan mengoptimalisasi 4 (empat) buah perangkat
NanoStation2 Loco tanpa menggunakan antena tambahan dalam upaya
meningkatkan kualitas serta daya jangkau pada suatu sistem jaringan nirkabel
(wireless local area network), sehingga dapat memperoleh cakupan yang lebih
luas. Perancangan dilakukan di Laboratorium Telekomunikasi Fakultas Teknik
Universitas Tanjungpura. Pengujian dilakukan pada seluruh wilayah komplek
kampus dengan radius maksimum 250 meter, dengan paramater kekuatan sinyal
yang diterima, pingtest, dan kualitas koneksi, serta rugi-rugi lintasan (pathloss)
dengan model propagasi Friis. Dari hasil pengujian tanpa halangan atau line of
sight (LOS), membuktikan bahwa perangkat access point dapat mencapai
jangkauan 250 meter, dan dari hasil pengujian site survey, dapat disimpulkan
bahwa lokasi pengamatan dengan kualitas koneksi yang baik hingga sangat baik
rata-rata berada dalam radius kurang dari 100 meter dari access point. Sedangkan
lokasi pengamatan dengan kualitas koneksi kurang baik rata-rata berada di luar
100 meter dari access point, serta terdapat beberapa lokasi yang tidak dapat
melakukan koneksi sama sekali dikarenakan sinyal yang diterima terlalu lemah.

Kata kunci : Access Point, NanoStation2 Loco, Pathloss, Model Propagasi Friis

ABSTRACT
NanoStation2 Loco (NS2L) is a kind of access point device product from a
well-known IT vendor companies Ubiquiti Networks. The disadvantage of this
device is the type of integrated antenna used is a directional with 60 degrees of
coverage, so the radiation patern is tend to be straight directed and cannot reach
the client behind the device. In this paper discusses the design and build in order
to implementing and optimizing the four NanoStation2 Loco without any extra
antenna in effort to enhance the quality and the range of WLAN, so as to obtain
more broader coverage. The designing was done in Telecommunication
Laboratory of Engineering Faculty of Tanjungpura University. The research was
carried out at entire campus area with the maximum radius of 250 meters, with
the parameters of received signal strenght, pingtest, connection quality, and
pathloss using Friis propagation model. As the results of the test without obstacle
or line of sight (LOS), proving that the access point can reach a range of 250
meters, and from results of the site survey test, it can be concluded that the
average of observation locations that have good connection quality were within
less than 100 meters from the access point. While the average of observation
locations with poor connection quality are outside the 100 meter from the access
point, and there are some observation locations that cannot connect at all
because the received signal is too weak.

Keywords : Access Point, Nanostation2 Loco, Pathloss, Friis Propagation Model

ii

KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat-Nya yang begitu
besar sehingga penelitian dan penulisan skripsi dengan judul Rancang Bangun
Access Point Menggunakan Empat Perangkat NanoStation2 Loco (NS2L)
Pada Outdoor Hotspot System ini terselesaikan dengan baik. Tugas Akhir ini
dibuat guna memenuhi salah satu syarat untuk meraih gelar Sarjana Teknik pada
Fakultas Teknik Universitas Tanjungpura Pontianak.
Secara khusus penulis menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada Orang Tua dan keluarga yang telah memberikan dukungan yang luar biasa
dalam menyelesaikan tulisan ini. Dan selesainya penulisan skripsi ini juga tidak
lepas dari bantuan, bimbingan dan kerjasama dari berbagai pihak, maka dalam
kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesarbesarnya kepada :
1. Bapak Ir. Junaidi, M.Sc. selaku Dekan Fakultas Teknik Universitas
Tanjungpura Pontianak.
2. Bapak M. Saleh ST, MT, selaku Plt. Ketua Pengelola Program Reguler B
Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Tanjungpura Pontianak.
3. Bapak H. Fitri Imansyah, ST, MT, selaku dosen Pembimbing Utama yang
telah banyak memberikan pengarahan dan bimbingan selama penulisan tugas
akhir ini.
4.

Bapak F. Trias Pontia W, ST, MT, sebagai Dosen Pembimbing Pembantu


yang telah banyak memberikan pengarahan dan bimbingan selama penulisan
tugas akhir ini.

5. Ibu Ir. Hj. Pony Sedianingsih, MT, selaku Dosen Penguji Utama yang telah
menyumbangkan saran dan kritik yang membangun demi kesempurnaan
tugas akhir ini.
6. Ibu Neilcy T Mooniarsih, ST, MT, sebagai Dosen Penguji Pembantu yang
telah

menyumbangkan

saran

dan

kesempurnaan tugas akhir ini.

iii

kritik

yang

membangun

demi

7. Bapak Nedi Suryadi, ST, selaku laboran Laboratorium Telekomunikasi


Fakultas Teknik Universitas Tanjungpura yang telah memberikan waktu
untuk berdiskusi dan memberikan saran untuk penulisan tugas akhir ini.
8. Staff dan laboran Laboratorium ICT Fakultas Teknik Untan yang telah
bersedia untuk bertukar pikiran mengenai perangkat yang digunakan dalam
penulisan tugas akhir ini.
9. Rekan-rekan Mahasiswa/i serta sahabat dan teman-teman yang telah
mendorong dan senantiasa memberikan dukungan kepada penulis hingga
akhirnya tugas akhir ini dapat terselesaikan.
10. Dan pihak-pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang telah
membantu penulis dalam menyelesaikan tugas akhir ini.
Penulis berharap agar tulisan tugas akhir ini mampu memberikan manfaat
bagi penulis sendiri maupun bagi pembaca sehingga dapat menambah wawasan
mengenai dunia teknologi informasi, khususnya di bidang sistem jaringan
komputer dan internet.
Penulis menyadari bahwa terdapat banyak kekurangan pada tugas akhir
ini. Oleh karenanya penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya apabila ada halhal yang kurang berkenan di hati pembaca. Penulis sangat mengharapkan kritik
dan saran yang konstruktif dari pembaca demi perbaikan dan sekaligus
memperbesar manfaat tulisan ini sebagai referensi.

Pontianak, Februari 2014


Penulis,

Rasky Aditya Putra

iv

DAFTAR ISI

ABSTRAK ............................................................................................................ i
KATA PENGANTAR ........................................................................................ iii
DAFTAR ISI ........................................................................................................ v
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... vii
DAFTAR TABEL ............................................................................................... xi
DAFTAR ISTILAH ........................................................................................... xii

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ............................................................................... I-1
1.2 Perumusan Masalah ...................................................................... I-3
1.3 Tujuan Penelitian .......................................................................... I-3
1.4 Pembatasan Masalah ..................................................................... I-3
1.5 Sistematika Penulisan ................................................................... I-5

BAB II SISTEM WLAN


2.1 Wireless Fidelity (Wi-Fi) .............................................................. II-2
2.2 Kanal Gelombang pada Wi-Fi ...................................................... II-5
2.3 Karakteristik Antena ..................................................................... II-7
2.4 Propagasi (perambatan) Gelombang Radio .................................. II-8
2.5 Rugi-rugi Lintasan (pathloss) .................................................... II-10

BAB III PERANCANGAN PERANGKAT ACCESS POINT


3.1 Bahan dan Lokasi Perancangan ................................................. III-1
3.1.1 Perangkat Utama .............................................................. III-1
3.1.2 Perangkat Tambahan ........................................................ III-2
3.1.3 Perangkat Pendukung ....................................................... III-3
3.2 Alat yang dipergunakan ............................................................. III-5
3.3 Metode Penelitian ...................................................................... III-7
3.4 Diagram Alir Penelitian ............................................................. III-8
3.5 Pengaturan dan Pengujian Masing-masing Perangkat ............... III-9

3.5.1 Pengaturan Modem MTC Huawei E171 .......................... III-9


3.5.2 Pengaturan Router TP-Link TL-MR3020 ...................... III-12
3.5.3 Tahapan Setting NanoStation2 Loco .............................. III-18
3.5.4 Pengujian Perangkat NS2 Loco ...................................... III-26
3.5.5 Pengaturan dan Penggunaan Server EasyHotspot .......... III-30
3.6 Tahap Perancangan dan Instalasi ............................................. III-37
3.6.1 Perancangan Tiang Penyangga ....................................... III-37
3.6.2 Instalasi Perangkat Jaringan ........................................... III-41
3.6.3 Menghubungkan Client dengan Access Point ................ III-45

BAB IV ANALISIS HASIL PENGUJIAN


4.1 Tahapan Pengujian Perangkat Access Point .............................. IV-1
4.1.1 Estimasi Wilayah Jangkauan ............................................ IV-1
4.1.2 Perangkat Access Point .................................................... IV-2
4.1.3 Titik Pengamatan .............................................................. IV-4
4.2 Hasil Pengamatan Terhadap Perangkat Access Point ................ IV-6
4.2.1 Analisis Hasil Pengujian Tanpa Halangan ........................ IV-6
4.2.2 Analisis Hasil Pengujian pada Lokasi Pengamatan ....... IV-13

BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan ................................................................................... V-1
5.2 Saran .............................................................................................. V-5

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... xv


LAMPIRAN ........................................................................................................ xvi

vi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Topologi WLAN dengan NS2 loco sebagai AP Mode .................. II-1
Gambar 2.2 Router TP-link WR1043ND dengan antena MIMO ...................... II-4
Gambar 2.3 Pembagian kanal pada 802.11b dengan modulasi DSSS ............... II-5
Gambar 2.4 Pembagian kanal pada 802.11g dengan modulasi OFDM ............. II-5
Gambar 2.5 Interferensi co-channel pada gelombang Wi-Fi ............................. II-6
Gambar 2.6 Perbandingan penggunaan kanal non-overlapping ........................ II-6
Gambar 2.7 Omni directional antenna ............................................................... II-7
Gambar 2.8 Directional antenna ........................................................................ II-8
Gambar 2.9 Propagasi line of sight .................................................................... II-8
Gambar 2.10 Propagasi sinyal yang dipantulkan ............................................... II-9
Gambar 2.11 Sinyal yang mengalami difraksi ................................................... II-9
Gambar 2.12 Sinyal yang mengalami scattering ............................................ II-10
Gambar 2.13 Ilustrasi path loss ....................................................................... II-10
Gambar 3.1 Empat unit perangkat NS2 Loco ................................................. III-1
Gambar 3.2 Modem MTC-Huawei E171 ........................................................ III-2
Gambar 3.3 Router TP-Link TL-MR3020 ...................................................... III-2
Gambar 3.4 Server EasyHotspot ................................................................. III-3
Gambar 3.5 Kabel UTP Belden 1583A dengan konektor AMP ..................... III-3
Gambar 3.6 Network Switch TP-Link TL-SF1005D ...................................... III-4
Gambar 3.7 Kondisi rooftop Lab.Telkom Fak.Teknik Untan ......................... III-4
Gambar 3.8 Antena PIFA terintegrasi pada laptop Acer 4315 ....................... III-5
Gambar 3.9 Mini PCIe WLAN adapter .......................................................... III-5
Gambar 3.10 Perangkat GPS Garmin GPSMAP 60CSx ................................ III-6
Gambar 3.11 Diagram Alir Penelitian ............................................................ III-8
Gambar 3.12a Tampilan aplikasi Mobile Partner ........................................... III-9
Gambar 3.12b Profile Management Mobile Partner ........................................ III-9
Gambar 3.12c Network Type Mobile Partner .................................................. III-9
Gambar 3.13 Diagram Alir Pengaturan Konfigurasi Modem ......................... III-10
Gambar 3.14 Hasil pengujian throughput ISP Telkomsel 3G Flash ............... III-11
Gambar 3.15 Panel indikator dan port pada router TL-MR3020 .................... III-12

vii

Gambar 3.16 Topologi router TL-MR3020 .................................................... III-12


Gambar 3.17 Diagram alir konfigurasi router TP-Link TL-MR3020 ............. III-13
Gambar 3.18 Mode Switch, Ethernet Port, dan Mini USB Port ..................... III-14
Gambar 3.19 Modem yang terpasang pada router TL-MR3020 ..................... III-14
Gambar 3.20a Laman konfigurasi router TL-MR3020 ................................... III-15
Gambar 3.20b Pengaturan alamat IP pada router TL-MR3020 ...................... III-15
Gambar 3.20c Pengaturan DHCP pada router TL-MR3020 ........................... III-16
Gambar 3.20d Pengaturan Internet Access pada router TL-MR3020 ............. III-16
Gambar 3.20e Tab profil 3G/4G pada router TL-MR3020 ............................ III-17
Gambar 3.20f Konfigurasi wireless mode pada router TL-MR3020 .............. III-18
Gambar 3.20g Tab Reboot pada router TL-MR3020 ...................................... III-18
Gambar 3.21 Diagram alir setting pada NS2 Loco ......................................... III-19
Gambar 3.22 Protokol IP address laptop ......................................................... III-20
Gambar 3.23 Username and Password ............................................................ III-20
Gambar 3.24 Persiapan konfigurasi perangkat NanosStation2 Loco .............. III-21
Gambar 3.25a Antarmuka AirOS pada NS2 Loco .......................................... III-21
Gambar 3.25b Link Setup NS2 Loco ............................................................... III-22
Gambar 3.25c Network Setup NS2 Loco ......................................................... III-23
Gambar 3.25d Advanced Setup NS2 Loco ...................................................... III-24
Gambar 3.25e System Setup NS2 Loco ........................................................... III-25
Gambar 3.26 Wireless Connection Management ............................................ III-26
Gambar 3.27 Aplikasi inSSIDer 2.1 ............................................................... III-27
Gambar 3.29a Salah satu perangkat access point NS2L yang diuji ................ III-28
Gambar 3.29b Point of view dari perangkat access point ............................... III-28
Gambar 3.28 Pencitraan satelit terhadap Universitas Tanjungpura ................ III-28
Gambar 3.30a Pengujian LOS pada jarak 10 meter ........................................ III-29
Gambar 3.30a Pengujian LOS pada jarak 200 meter ...................................... III-29
Gambar 3.31 Topologi dasar server EasyHotspot ........................................... III-30
Gambar 3.32 Diagram Alir Konfigurasi Server EasyHotspot ........................ III-31
Gambar 3.33 Tampilan desktop pada server EasyHotspot .............................. III-32
Gambar 3.34a Pengaturan koneksi EasyHotspot ............................................. III-32
Gambar 3.34b Pengaturan DNS EasyHotspot ................................................. III-32

viii

Gambar 3.34c Eth0 properties EasyHotspot .................................................... III-33


Gambar 3.34c Eth1 properties EasyHotspot ................................................... III-33
Gambar 3.35 Tampak belakang pada CPU server EasyHotspot ..................... III-33
Gambar 3.36 Login Page pengaturan console pada server ............................. III-34
Gambar 3.37 Billing Plan pada admin console ............................................... III-34
Gambar 3.38a Tampilan muka pada operator console ................................... III-36
Gambar 3.38b Voucher Management pada operator console ........................ III-36
Gambar 3.39 Ilustrasi perangkat pemancar ..................................................... III-37
Gambar 3.40 Model tiga dimensi susunan perangkat pemancar ..................... III-37
Gambar 3.41 Detail perancangan tiang utama ................................................ III-38
Gambar 3.42 Baut pancang yang terdapat pada rooftop ................................. III-39
Gambar 3.43 Detail pemasangan kaki tiang tower ......................................... III-39
Gambar 3.44 Tiang utama yang sudah terpasang ........................................... III-39
Gambar 3.45 Detail perancangan dudukan access point ................................ III-40
Gambar 3.46 Perangkat access point NS2L yang terpasang pada dudukan ... III-40
Gambar 3.47 Pemasangan perangkat access point pada tower ....................... III-41
Gambar 3.48 Perangkat access point yang sudah terpasang ........................... III-41
Gambar 3.49 Adaptor POE pada perangkat NS2L ......................................... III-41
Gambar 3.50 Diagram Blok Perangkat ........................................................... III-42
Gambar 3.51 Diagram rangkaian perangkat jaringan ..................................... III-43
Gambar 3.52 perangkat jaringan tanpa server EasyHotspot ........................... III-44
Gambar 3.53 perangkat jaringan dengan server EasyHotspot ........................ III-44
Gambar 3.54 Diagram alir pada client ............................................................ III-45
Gambar 3.55 Protokol IP Address kosong pada laptop .................................. III-46
Gambar 3.56 Address bar pada Mozilla Firefox ............................................. III-46
Gambar 3.57 Laman pencarian Google .......................................................... III-47
Gambar 3.58a Konfirmasi keamanan .............................................................. III-47
Gambar 3.58b Konfirmasi sertifikat keamanan .............................................. III-48
Gambar 3.59a EasyHotspot Login Page ......................................................... III-48
Gambar 3.59b Jendela logout dan countdown timer ...................................... III-49
Gambar 3.60 EasyHotspot Logout Page ......................................................... III-49
Gambar 4.1 Pencitraan satelit terhadap Fakultas Teknik Untan ..................... IV-1

ix

Gambar 4.2 Perangkat access point yang terpasang pada rooftop .................. IV-2
Gambar 4.3 Ilustrasi pengamatan access point ............................................... IV-2
Gambar 4.4 Contoh pingtest pada salah satu titik pengamatan ...................... IV-3
Gambar 4.5 Denah Fakultas Teknik Universitas Tanjungpura ....................... IV-4
Gambar 4.6 Grafik pembandingan RSSI pada pengujian LOS ....................... IV-10
Gambar 4.7 Grafik RSSI pada pengujian site survey ...................................... IV-15
Gambar 5.1 Contoh pratinjau modifikasi sudut inklinasi ............................... V-5

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Standar Regulasi IEEE 802.11 ........................................................... II-3


Tabel 3.2 Pengaturan Billing Plan ................................................................ III-35
Tabel 4.1 Kondisi titik-titik lokasi pengamatan ............................................

IV-5

Tabel 4.2 Hasil pengujian LOS pada perangkat NS2L .................................

IV-6

Tabel 4.3 Hasil pengujian site survey pada perangkat NS2L ........................ IV-11
Tabel 4.4 Parameter kualitas koneksi ............................................................ IV-16

xi

DAFTAR ISTILAH

Admin

= Administrator,

orang

yang

mempunyai

kewenangan

untuk

melakukan perubahan dan modifikasi terhadap suatu sistem.


AP

= Access Point, perangkat atau alat yang digunakan sebagai


pemancar sinyal hotspot.

Bandwidth = Menunjukan kapasitas dalam membawa informasi.


Bit/byte

= Satuan dalam bilangan biner (0 dan 1). Biasanya digunakan sebagai


satuan untuk kapasistas penyimpanan data. 1 Byte = 8 bit.

Bridge

= Perangkat yang meneruskan lalu lintas antara segmen atau


perangkat jaringan berdasar informasi pada lapisan data link.

AirOS

= Sistem antarmuka yang digunakan pada perangkat Nanostation2.

Client

= User atau pengguna atau bisa disebut juga sebagai pelanggan.

DNS

= Domain Name System, adalah sistem yang menerjemahkan alamat


Internet.

Ethernet

= Protokol yang digunakan pada jaringan LAN.

Firmware = Suatu perangkat lunak yang ditanamkan kedalam memori sebagai


informasi dan pengaturan pada sebuah perangkat keras.
Gateway

= Perangkat yang digunakan sebagai `gerbang' pada jaringan


lokal untuk terhubung ke internet, dimana alat ini menghubungkan
suatu jaringan dengan jaringan yang lain pada protokol yang
berbeda.

Host

= Sistem komputer yang diakses oleh pengguna yang bekerja pada


lokasi yang jauh.

Hotspot

= Istilah yang umum digunakan mengacu pada area atau wilayah


yang memiliki jaringan nirkabel, dimana terdapat access point.

Hub LAN = Nama lain dari network switch, yaitu perangkat yang dapat
menghubungkan perangkat jaringan satu dengan perangkat jaringan
lainnya melalui kabel UTP ke dalam suatu kelompok jaringan
lokal. Sebenarnya Hub dan Switch merupakan perangkat yang
berbeda dan secara spesifik prinsip kerja yang berbeda. Namun
oleh karena fungsinya mirip maka sering dianggap sama.

xii

IP Address = Deretan angka biner antar 32-bit sampai 128-bit yang dipakai
sebagai alamat identifikasi untuk tiap komputer host dalam jaringan
Internet.
IEEE

= Institute of Electrical and Electronics Engineers, sebuah organisasi


internasional yang bertujuan mengembangkan teknologi serta
melakukan standarisasi terhadap suatu teknologi tertentu. Pada
sistem hotspot, regulasi yang dikeluarkan adalah IEEE 802.11.

Interface

= Antarmuka, merujuk pada suatu sistem dimana user atau manusia


dapat melakukan interaksi dengan mesin atau perangkat komputer.

Jack

= Untuk menghubungkan suatu kabel dengan alat atau perangkat.


Istilah umumnya adalah konektor atau colokan.

LAN

= Local Area Network, suatu jaringan yang menghubungkan


komputer atau perangkat lain dalam sebuah grup lokal.

Latency

= Besaran nilai respon yang diperoleh dari ping, dalam satuan


milidetik (ms). Nilai respon pada suatu jaringan lokal (LAN) yang
menggunakan kabel UTP biasanya kurang dari atau sama dengan
satu milidetik ( 1 ms).

Modem

= Modulator - Demodulator, perangkat yang dapat mengubah sinyal


informasi kedalam sinyal carrier dan sebaliknya. Modem lebih
umum diperuntukkan sebagai alat untuk terhubung ke internet.

Pathloss

= Rugi-rugi lintasan atau besaran nilai redaman antara pemancar dan


penerima. Diberikan dalam satuan dB.

Ping

= Metode yang digunakan untuk mengetahui respon dari suatu


koneksi jaringan antar komputer maupun perangkat lainnya.

POE

= Power Over Ethernet, yaitu daya listrik dari catu daya dihantarkan
melalui kabel UTP pada suatu jaringan ethernet.

Repeater

= Perangkat yang digunakan untuk memperkuat koneksi nirkabel.

Router

= Suatu perangkat yang berfungsi menghubungkan suatu LAN ke


jaringan internet maupun WAN dengan kelas alamat IP yang
berbeda, dan mengelola penyaluran lalu-lintas data di dalamnya.

RSSI

= Recived Signal Strenght Indicator, besaran kekuatan sinyal yang


diterima pada suatu perangkat dalam satuan dBm.

xiii

RTO

= Request timed out, kondisi dimana suatu perangkat yang terhubung


dalam jaringan, gagal mendapatkan respon dari perangkat lainnya.

Server

= Suatu unit yang berfungsi untuk menyimpan informasi dan untuk


mengelola suatu jaringan komputer.

SSID

= Service set identifier, adalah tempat mengisikan nama dari access


point yang akan di-setting.

Topologi

= Prinsip yang menjelaskan hubungan geometris antara unsur-unsur


dasar penyusun jaringan, yaitu node, link, dan station.

TCP/IP

= Transmission Control Protocol/Internet Protocol, standarisasi


yang digunakan dalam proses tukar-menukar data dari satu
komputer ke komputer lain melalui jaringan Internet.

UTP

= Unshielded Twisted Pair, jenis kabel yang umum digunakan pada


jaringan. Umumnya disebut sebagai kabel LAN.

WAN

= Wide Area Network, jaringan komputer yang mencakup wilayah


lebih luas seperti kota bahkan Negara.

Wi-Fi

= Wireless Fidelity, mengacu pada perangkat yang memiliki


kemampuan untk membentuk jaringan nirkabel.

WLAN

= Wireless Local Area Network, adalah LAN dalam bentuk nirkabel.

xiv

I-1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang
Kebutuhan masyarakat khususnya kalangan mahasiswa terhadap internet

saat ini seolah sudah menjadi seperti bagian dari rutinitas sehari-hari, mulai dari
sekedar chatting, browsing, hiburan, berita, berkirim e-mail, game online, hingga
mencari bahan perkuliahan. Munculnya berbagai macam situs jejaring sosial
seperti Facebook dan Twitter turut mendongkrak laju penggunaan internet. Akses
akan internet pun kian praktis, karena banyaknya ISP (Internet Service Provider
penyedia layanan internet) yang menawarkan berbagai macam layanan agar dapat
memudahkan orang terhubung ke internet, berikut dengan fasilitas serta teknologi
yang ditawarkan.
Salah satu cara agar dapat mengakses internet adalah menggunakan jasa
warnet (Warung Internet). Saat ini, warnet merupakan salah satu jenis usaha yang
sedang populer. Hal ini ditunjukkan banyaknya warnet yang bermunculan baik di
kota besar hingga daerah terpencil. ISP dan jenis koneksi internet yang terdapat di
Kota Pontianak juga bermacam-macam seperti ADSL (Asymmetric Digital
Subscriber Line) dari Speedy, Wireless Broadband dari Pontanak Post Network,
hingga Mobile Broadband dengan jaringan HSDPA (3G) dari Telkomsel atau
Indosat.
Sistem pelayanan pembayaran (Billing Sytem) yang diterapkan para pelaku
usaha warnet terhadap pelanggannya juga bermacam. Ada yang menggunakan
sistem paket, per-jam, ataupun berlangganan. Selain sistem warnet konvensional,
layanan tambahan juga biasa disediakan, seperti cemilan, minuman, jasa
pengetikan, serta hotspot demi menarik dan membuat betah konsumen saat
menggunkan internet.
Hotspot adalah istilah yang populer digunakan, untuk merujuk pada
tempat-tempat tertentu yang menyediakan layanan internet dengan teknologi
WLAN (Wireless Local Area Network). Perangkat yang digunakan sebagai
pemancar hotspot biasa disebut juga sebagai Access Point. Agar bisa terhubung
dengan hotspot, perangkat yang digunakan harus memiliki fitur Wi-Fi (Wireless

I-2

Fidelity). Protokol standarisasi resmi yang diterapkan pada Wi-Fi adalah IEEE
802.11, dan frekuensi gelombang yang umum digunakan pada sistem Hotspot
yaitu 2,4GHz.
Dengan adanya fasilitas hotspot, pengguna internet dapat menggunakan
laptop atau perangkat lain yang juga memiliki fitur Wi-Fi seperti Smartphone atau
yang mulai populer saat ini, i-Pad. Pelanggan cukup mengaktifkan Wi-Fi dan
memilih Access Point yang telah tersedia, dan pada saat mulai terkoneksi,
lazimnya terdapat password yang bertujuan untuk memproteksi sinyal hotspot
tersebut agar tidak sembarang digunakan orang.
Terdapat bermacam-macam jenis perangkat Access Point dari berbagai
vendor perusahaan IT yang tersedia di pasaran yang ada di Kota Pontianak, dan
pemilihan perangkat menjadi faktor penting dalam menyediakan fasilitas hotspot.
Baik dari segi teknologi, fitur, kemudahan instalasi, coverage, dan yang paling
penting adalah dana yang dibutuhkan untuk membangun jaringan nirkabel
tersebut. Salah satu perangkat Access Point (AP) yang dapat digunakan adalah
NanoStation2 Loco (NS2L) dari Ubiquiti Networks.
Ubiquiti Networks adalah perusahan teknologi komunikasi yang
mendesain dan membuat berbagai perangkat yang berhubungan dengan sistem
jaringan, terutama di bidang yang berhubungan dengan Wi-Fi. Salah satu
produknya yaitu NanoStation2 Loco, adalah sebuah perangkat Wi-Fi yang
menggunakan frekuensi 2,4GHz. Perangkat NS2L ini biasa digunakan sebagai
alat untuk menerima sinyal Wi-fi (Station Mode) dari WISP (Wireless Internet
Service Provider) seperti Pontianak Post Network, karena fitur yang lengkap,
performanya yang bagus dan bisa menjangkau jarak yang relatif lebih jauh bila
dibandingkan dengan perangkat Access Point biasa pada umumnya.
Kelemahan dari perangkat ini adalah jenis antena terintegrasi yang
digunakan yaitu directional antenna, maka arah pola pancaran sinyal cenderung
diarahkan dan tidak dapat menjangkau client yang berada jauh di belakang
perangkat, sehingga diperlukan suatu upaya agar dapat memperluas wilayah
cakupan (coverage area) dari perangkat NanoStation2 Loco ini.

I-3

1.2

Perumusan Masalah
Sebagaimana yang telah disebutkan dalam Latar Belakang di atas, antena

yang terdapat pada perangkat NS2 Loco merupakan tipe directional. Oleh karena
itu, maka dalam tugas akhir ini akan dibahas mengenai bagaimana merancang
bangun untuk mengimplementasi dan mengoptimalisasi 4 (empat) buah perangkat
NS2 Loco tanpa menggunakan antena tambahan dalam upaya meningkatkan
kualitas serta daya jangkau pada suatu sistem jaringan nirkabel (wireless local
area network).

1.3

Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian dalam penulisan Tugas Akhir ini adalah:

1.

Untuk menjelaskan karakteristik teknologi Wi-Fi yang menggunakan


gelombang 2,4 GHz dengan regulasi IEEE 802.11

2.

Untuk mengetahui bagaimana topologi sistem jaringan yang diterapkan


pada WLAN (Wireless Local Area Network).

3.

Untuk menjelaskan bagaimana perancangan suatu sistem Access Point


dengan menggunakan 4 (empat) buah perangkat NanoStation2 Loco.

4.

Untuk mengetahui dan menganalisis hasil rancang bangun terhadap


performansi kualitas dan daya jangkau dari suatu sistem hotspot.

1.4

Pembatasan Masalah
Agar dalam penulisan tugas akhir tidak meluas maka penulis memberikan

batasan masalah yaitu:


1.

Dalam perancangan ini menggunakan perangkat WiFi NanoStation2


Loco dari Ubiquiti Networks, Inc. Serta router Mikrotik RB-750 dan
server EasyHotspot, dan tidak membahas perangkat jaringan lainnya.

2.

Hanya membahas pengaturan (setting) perangkat yang digunakan sesuai


kebutuhan perancangan dalam Tugas Akhir ini, namun tidak membahas
fitur lain yang terdapat pada perangkat secara terperinci.

3.

Membahas tentang jenis gelombang dan regulasi yang digunakan pada


sinyal Wi-Fi dengan frekuensi 2,4 GHz dan tidak membahas frekuensi
maupun jenis gelombang radio lainnya.

I-4

4.

Lokasi pelaksanaan tugas akhir ini di Laboratorium Telekomunikasi


Fakultas Teknik Universitas Tanjungpura dan dilaksanakan pada bulan
September 2013.

5.

Objek penelitian yaitu komplek kampus Fakultas Teknik Universitas


Tanjunpura dengan wilayah cakupan radius maksimal 250 meter dari
access point, dan pengamatan akan dilakukan pada hari kerja yaitu Senin
sampai Kamis pada pukul 09.00 11.00, dan dilanjutkan kembali pukul
13.00 15.00.

6.

Parameter yang digunakan dalam pengujian pada perancangan ini adalah


jarak jangkauan, kestabilan koneksi (pingtest), kekuatan sinyal (signal
strength), dan besaran rugi-rugi lintasan (pathloss).

7.

Perangkat yang digunakan dalam pengujian dan pengambilan data


parameter adalah sebuah komputer atau laptop dengan perangkat Wi-Fi
yang terintegrasi (tanpa antena tambahan).

8.

Dalam perancangan pada tugas akhir ini menggunakan ISP (internet


service provider) dari Telkomsel (T-Sel Flash) melalui modem
3G/HSDPA.

9.

Tidak membahas lebih lanjut tentang perangkat lunak (software) maupun


program atau aplikasi yang digunakan sebagai pendukung dalam
perancangan ini.

10. Tidak membahas perangkat-perangkat lain selain yang dipaparkan dalam


Tugas Akhir ini, baik yang digunakan sebagai pendukung perancangan
maupun dalam penelitian dan analisis.

1.5

Sistematika Penulisan Skripsi


Adapun sistematika penulisan dari tugas akhir ini disusun dalam lima bab

yang terdiri dari:

BAB I

PENDAHULUAN
Bab ini berisi latar belakang, perumusan masalah, tujuan penelitian,
pembatasan masalah dan sistematika penulisan.

I-5

BAB II

SISTEM WLAN DAN RUGI-RUGI LINTASAN


Bab ini membahas penjelasan mengenai WLAN, seperti standar dan
regulasi yang diterapkan,

frekuensi dan channel yang digunakan,

serta karakteristik antena yang dimiliki perangkat, Kemudian pada bab


ini juga akan dibahas teori-teori mengenai propagasi dan rugi-rugi
lintasan.

BAB III

PERANCANGAN PERANGKAT ACCESS POINT


Bab yang berisi tentang Bahan Penelitian, Alat yang dipergunakan,
Metode Penelitian, Diagram Alir Penelitian, Pengaturan dan
Pengujian Masing-masing Perangkat, serta Tahap Perancangan dan
Instalasi Perangkat.

BAB IV

ANALISIS HASIL PENGUJIAN PERANGKAT


Bab yang berisi tahapan pengujian, pemaparan serta analisis data hasil
percobaan dan pengamatan terhadap perangkat. Setiap data yang
diperoleh kemudian dianalisis untuk dapat diambil kesimpulan
mengenai performansi perangkat tersebut.

BAB V

PENUTUP
Kesimpulan dari penelitian yang telah dilakukan dan saran atau
rekomendasi sebagai referensi untuk perbaikan, pengembangan atau
penyempurnaan penelitian yang telah dilakukan.

II-1

BAB II
SISTEM WLAN DAN RUGI-RUGI LINTASAN

Perkembangan perangkat (gadget) yang memiliki kemampuan menangkap


sinyal hotspot seolah mejadi tren di kalangan masyarakat terutama mahasiswa.
Hal ini dikarenakan meningkatnya kebutuhan terhadap internet sebagaimana yang
telah dibahas pada bab pendahuluan di atas. Hotspot adalah istilah yang umum
digunakan yang merujuk pada suatu teknologi nirkabel yang disebut wireless
local area network (WLAN).

Gambar 2.1 Topologi WLAN dengan NS2 loco sebagai AP Mode

Sebuah WLAN menghubungkan dua atau lebih perangkat menggunakan


metode distribusi nirkabel, dan biasanya menyertakan sebuah koneksi melalui
access point kepada internet. Hal ini memudahkan mobilitas pengguna untuk
berpindah-pindah tempat dalam sebuah wilayah cakupan local dan tetap
terhubung dengan jaringan. Terdapat beberapa metode nirkabel untuk membentuk
suatu koneksi WLAN, seperti melalui perangkat Bluetooth dan Infra Red. Namun
metode yang paling sering digunakan pada WLAN adalah berdasarkan regulasi
802.11 yang umumnya juga dikenal dengan istilah Wireless Fidelity (Wi-Fi).
Pada umumnya sistem Wi-fi atau hotspot disediakan pada tempat-tempat
tertentu di dalam ruangan (indoor) misalnya di warnet, cafe, perpustakaan, dan

II-2

perhotelan dikarenakan jangkauan (coverage) yang terbatas. Oleh karena itu


dalam perancangan ini bertujuan mengembangkan sistem wireless fidelity (Wi-Fi)
untuk penggunaan di luar ruangan (outdoor), yang diharapkan bisa mencapai
cakupan yang lebih luas, dimana perancangan outdoor access point ini
dilaksanakan di Fakultas Teknik Universitas Tanjungpura. Namun sebelum itu
maka dalam bab ini akan dibahas mengenai teknologi dan regulasi serta teori-teori
yang diterapkan pada sistem Wi-Fi sebagai berikut.

2.1.

Wireless Fidelity (Wi-Fi)


Wi-Fi adalah teknologi yang memungkinkan perangkat elektronik untuk

melakukan pertukaran data secara nirkabel menggunakan gelombang radio pada


sebuah jaringan, termasuk koneksi internet berkecepatan tinggi.
Sebuah alat yang dapat memakai Wi-Fi (seperti komputer pribadi, konsol
video game, telepon pintar, tablet, atau pemutar audio digital) dapat terhubung
dengan sumber jaringan seperti Internet melalui sebuah titik akses jaringan
nirkabel. Titik akses (atau hotspot) seperti itu mempunyai jangkauan sekitar 20
meter (65 kaki) di dalam ruangan dan lebih luas lagi di luar ruangan.
Terdapat suatu lembaga independen bernama IEEE (Institute of Electrical
and Electronics Engineers) yang berwenang menerbitkan standarisasi terhadap
perangkat komputer, telekomunikasi, dan perangkat elektronik lainnya. Wi-Fi
didefinisikan sebagai produk atau perangkat WLAN yang dibuat dan digunakan
berdasarkan suatu standar yang disebut IEEE 802.11.
Protokol 802.11 disebut demikian karena menandakan tanggal pertama
kali dimulainya pembahasan IEEE mengenai sistem jaringan lokal (local area
network), yaitu pada Februari 1980. Sedangkan angka 11 merujuk pada sistem
WLAN, dimana 802.3 merujuk pada sistem ethernet atau hubungan LAN dengan
kabel seperti yang dikenal selama ini. Protokol 802.11 terbagi menjadi sub-sub
protokol yang mengatur spsesifikasi dan penggunaan gelombang Wi-Fi dan yang
paling umum digunakan adalah protokol 802.11 a/b/g/n.

II-3

Tabel 2.1 Standar Regulasi IEEE 802.11

Protokol 802.11a
Oleh karena gelombang frekuensi 2,4 GHz sudah sangat umum
digunakan baik untuk Wi-Fi maupun perangkat nirkabel lain seperti
Bluetooth dan asesori komputer semisal mouse dan keyboard, maka
diterapkan sebuah standar gelombang 5 GHz. Namun gelombang dengan
frekuensi 5 GHz sulit menembus penghalang seperti tembok gedung dan
pepohonan.
Protokol 802.11b
Gelombang Wifi dengan protokol 802.11b memiliki data rate
maksimum sebesar 11 Mbit perdetik dan menggunakan metode transmisi
direct-sequence spread spectrum (DSSS) yang sama dengan protokol
802.11 generasi awal, yaitu 802.11 legacy. Produk-produk elektronik yang
berbasiskan protokol ini mulai beredar di pasaran pada awal tahun 2000.
Namun perangkat dengan protokol ini mudah mengalami interferensi
dengan perangkat dengan gelombang 2,4GHz lainnya seperti microwave
oven, perangkat Bluetooth, perangkat interkom, telpon nirkabel, dan
beberapa peralatan radio amatir.

II-4

Protokol 802.11g
Pada Juni 2003, standarisasi modulasi ke-3 telah disahkan, yaitu
protokol 802.11g. protokol ini bekerja pada gelombang 2,4 GHz seperti
halnya 802.11b, namun dengan berdasarkan metode transmisi orthogonal
frequency division multiplexing (OFDM) yang sama seperti 802.11a,
dengan data rate puncak pada physical layer sebesar 54 Mbit/detik atau
throughput rata-rata sebesar 22Mbit/detik. Perangkat keras 802.11g
memiliki kompatibilitas penuh dengan perangkat 802.11b. Seperti halnya
802.11b, perangkat 802.11g juga dapat mengalami interferensi dengan
perangkat lain yang menggunakan gelombang 2,4 GHz, misalnya wireless
keyboard.
Protokol 802.11n
Pada Oktober 2009 badan regulasi IEEE mengesahkan sebuah
standarisasi baru dimana Aliansi Wi-Fi yaitu sebuah badan yang
mensertifikasi perangkat atau produk nirkabel, telah mengajukan proposal
2 tahun sebelumnya. 802.11n adalah suatu improvisasi yang memodifikasi
standarisasi 802.11 yaitu dengan menambahkan antena multiple-input
multiple output (MIMO). 802.11n umumnya diterapkan pada penggunaan
2,4 Ghz namun jarang digunakan pada gelombang 5 Ghz, dengan data rate
dari 54 Mbit/detik hingga 600 Mbit/detik. Ciri khas perangkat yang
memiliki kemampuan 802.11n yaitu terletak pada penggunaan lebih dari
satu antena.

Gambar 2.2 Router TP-link WR1043ND dengan antena MIMO

II-5

2.2.

Kanal Gelombang pada Wi-Fi


Pada teknologi Wi-Fi, diterapkan regulasi IEEE 802.11 yang membagi

gelombang menjadi beberapa kanal. Tujuan dari pembagian kanal ini untuk
meminimalisir dampak interferensi apabila terdapat beberapa perangkat pemancar
yang berdekatan dalam satu site.
Terdapat 13 kanal yang dirancang pada gelombang 2,4 GHz tersebut
dengan jarak frekuensi tengah antar kanal sebesar 5 MHz dan oleh Negara Jepang
menambahkan kanal 14 dengan pengecualian jarak 12 MHz yang mana kanal ke14 tersebut hanya berlaku untuk 802.11b.

Gambar 2.3 Pembagian kanal pada 802.11b dengan modulasi DSSS

Gambar 2.4 Pembagian kanal pada 802.11g dengan modulasi OFDM


Sebagaimana yang ditunjukkan pada kedua gambar diatas, terjadi
overlapping pada tiap-tiap kanal yang berdekatan yang berakibat dimungkinkan
terjadinya interferensi terutama pada penggunaan beberara perangkat access point
dengan tipe atau merek dengan spesifikasi yang sama secara bersamaan, yang
disebut sebagai co-channel interference.
Dampak langsung apabila terdapat kanal yang sama adalah client akan
mengalami kesulitan dalam melakukan koneksi terhadap access point. Oleh
karena itu dianjurkan mengatur perangkat dengan kanal yang tidak berdekatan
(non-overlapping), misalnya pemggunaan kanal 1, 6, 11 pada 802.11b, atau
konfigurasi kanal 1, 5, 9, 11 pada 802.11g.

II-6

Gambar 2.5 Interferensi co-channel pada gelombang Wi-Fi

Gambar 2.6 Perbandingan penggunaan kanal non-overlapping.

II-7

Ketersediaan kanal pada Wi-Fi ini diatur pada tiap negara, tergantung
bagaimana negara tersebut mengalokasikan spektrum gelombang radio tersebut.
Misalnya negara Jepang yang memperkenankan penggunaan seluruh 14 kanal
(kanal 14 hanya untuk 802.11b), sementara negara Spanyol hanya membolehkan
kanal 10 dan 11, dan Perancis hanya menggunakan kanal 10,11, 12 dan 13.
Namun kini kedua negara tersebut mengizinkan penggunaan kanal 1 sampai kanal
13. Amerika Utara dan beberapa negara di Amerika Tengah dan Selatan hanya
memperkenankan penggunaan kanal 1 sampai 11. Sedangkan untuk di Indonesia
secara resmi memperkenankan penggunaan kanal 1 sampai 11.

2.3.

Karakteristik Antena
Setiap perangkat yang memancarkan maupun yang menerima sinyal

gelombang radio membutuhkan antena sebagai penguat sinyal. Setiap bentuk


antena yang dirancang sedemikian rupa memiliki karakteristik pola radiasi.

a.

Omni directional antenna


Memancarkan dan menerima secara merata dari segala arah pada
bidang datar. Diagram berikut menunjukkan pola pancaran dari sebuah
antena omni dengan lobe samping (side lobe) dalam bentuk polar, seperti
yang ditunjukkan pada gambar dibawah ini, yang dilihat dari samping.

Gambar 2.7 Omni directional antenna


b. Directional antenna
Memancarkan dan menerima kekuatan sinyal paling banyak di satu
arah. Diagram berikut menunjukkan pola radiasi dari sebuah antena
dengan side lobe dalam bentuk polar

II-8

Gambar 2.8 Directional antenna


2.4.

Propagasi (perambatan) Gelombang Radio


Dalam perjalanannya dari antena pemancar ke antena penerima,

gelombang radio melalui berbagai lintasan dengan beberapa mekanisme


perambatan dasar yang mungkin.
a.

Line of Sight (LOS)


LOS merupakan lintasan gelombang radio yang mengikuti garis
pandang. Transmisi ini terjadi jika antena pemancar dan penerima dapat
saling melihat yaitu jika di antara keduanya dapat ditarik garis lurus
tanpa hambatan apa pun.

Gambar 2.9 Propagasi line of sight


Lintasan LOS merupakan lintasan yang menghasilkan daya yang
tertinggi di antara mekanisme-mekanisme yang lain, dengan kata lain,
lintasan LOS menawarkan rugi-rugi lintasan (path loss) yang terendah.
b. Reflection (pantulan)
Propagasi sinyal yang membentur suatu permukaan akan diserap,
dipantulkan, maupun kombinasi keduanya. Reaksi tersebut bergantung
pada kondisi sinyal serta fisik permukaan. Kondisi fisik yaitu bentuk

II-9

permukaan, tekstur, dan komposisi material. Kondisi sinyal yaitu sudut


pancaran, orientasi (arah), dan panjang gelombang.

Gambar 2.10 Propagasi sinyal yang dipantulkan


Konduktor yang sempurna seperti bahan metal atau logam dapat
memantulkan seluruh sinyal gelombang radio. Material tertentu lainnya
akan memantulkan sebagian dan menembuskan sebagian sinyal tersebut.
c. Difraksi
Difraksi terjadi bila jalur gelombang radio antara transmitter dan
receiver terhalang oleh sesuatu yang memiliki permukaan yang tajam,
tidak teratur atau tepi dari suatu dari permukaan.

Gambar 2.11 Sinyal yang mengalami difraksi


Dalam frekuensi tinggi pun, difraksi terkadang tampak seperti
refleksi tergantung dari geometri obyek seperti amplitudo, fase dan
polarisasi yang dimiliki gelombang elektromagnet.
d. Scattering
Scattering terjadi karena sinyal menumbuk suatu benda yang
mempunyai panjang gelombang yang sama antara panjang gelombang
sinyal dengan panjang gelombang benda atau lebih kecil dari panjang
gelombang sinyal.

II-10

Gambar 2.12 Sinyal yang mengalami scattering


2.5.

Rugi-Rugi Lintasan (pathloss)


Pada propagasi sinyal radio, terjadi rugi-rugi (loss) yang disebabkan oleh

timbulnya redaman, antara lain adalah rugi-rugi lintasan. Rugi-rugi lintasan yang
menyatakan penyusutan sinyal sebagai besaran positif dalam desibel (dB),
didefinisikan sebagai perbedaan antara daya yang ditransmisikan (oleh pemancar)
dengan daya yang diterima (oleh penerima).
Rugi-rugi lintasan tidak hanya terjadi pada proses pengiriman sinyal
informasi dari stasiun pemancar ke stasiun penerima, namun rugi-rugi lintasan
juga terdapat pada saluran transmisi.

Gambar 2.13 Ilustrasi path loss


Dengan menggunakan model perhitungan propagasi Friis, maka besaran
rugi-rugi lintasan dari perolehan antena pemancar dan penerima dapat ditentukan
sebagai:

Pr (d )

Pt Gt Gr 2
(4 ) 2 d 2

....................... (2.1)

II-11

Dimana:
Pt = daya pemancar (W)
Pr = daya yang diterima (W)
Gt = gain antena pemancar (dBi)
Gr = gain antena penerima (dBi)

= panjang gelombang (m)

= jarak antara pemancar dengan penerima (m)

Rugi-rugi lintasan merepresentasikan redaman sinyal sebagai nilai positif


dalam satuan dB, yang didefinisikan sebagai perbedaan dalam dB antara daya
efektif pada pemancar dan daya yang diterima:
Pt
PL 10 log
Pr

... (2.2)

Persamaan rugi-rugi lintasan apabila nilai penguatan antena disertakan:

(GtGr2 )

PL 10 log
2 2
((4 ) d )

... (2.3)

Serta persamaan rugi-rugi lintasan apabila nilai gain antena diasumsikan secara
umum:

( ) 2

PL 10 log
2 2
((
4

)
d
)

....................... (2.4)

dimana:
PL = rugi-rugi lintasan (dB)
Pt = daya pemancar (dBm)
Pr = daya yang diterima (dBm)
Gt = gain antena pemancar (dBi)
Gr = gain antena penerima (dBi)

= panjang gelombang (m)

= jarak antara pemancar dengan penerima (m)

II-12

Ketika daya yang diterima pada suatu jarak (jarak referensi d 0) diketahui,
persamaan berikut dapat digunakan untuk mencari daya yang diterima pada jarak
yang lebih jauh (d):

d
Pr (d ) Pr (d 0 ) 20 log 0
d

... (2.5)

Persamaan diatas bisa disubstitusikan pada rugi-rugi lintasan:

d
PL (d ) PL (d0 ) 20 log
d0

... (2.6)

Rugi-rugi lintasan merupakan akumulasi dari semua efek redaman terkait


dengan jarak dan interaksi dari propagasi gelombang dengan benda-benda di
lingkungan antara antena, nilai rugi-rugi lintasan sangat penting untuk diketahui
karena berguna dalam perhitungan link-budget.
Link Budget adalah penghitungan perpaduan penguatan (gain) dan rugirugi (loss) secara keseluruhan dari suatu pemancar melalui medium seperti ruang
bebas, kabel, waveguide, serat (optikal), ke penerima dalam sebuah sistem
telekomunikasi. Secara sederhana persamaan link budget diberikan sebagai
berikut:
Pr = Pt + Gain Loss

....................... (2.7)

Yang apabila dijabarkan menjadi:

Pr Pt Gt Lt PL Lm Gr Lr
dimana:
Pr = daya yang diterima (dBm)
Pt = daya pemancar (dBm)
Gr = gain antena penerima (dBi)
Gt = gain antena pemancar (dBi)
Lr = redaman perangkat penerima (dB)
Lt = redaman perangkat pemancar (dB)
Lm = redaman tambahan
PL = rugi-rugi lintasan (dB)

....................... (2.8)

II-13

Dengan mensubtitusikan persamaan (2.6) ke dalam persamaan (2.8), maka


daya yang diterima pada jarak d adalah:

d
Pr Pt Gt Lt PL (d 0 ) 20 log
d0

Lm Gr Lr ...... (2.9)

Dari besaran rugi-rugi lintasan maka dapat digunakan untuk mencari nilai
kekuatan sinyal yang didapatkan oleh perangkat penerima atau received signal
level (RSS). Secara umum persamaan kekuatan sinyal diberikan sebagai berikut:

RSS

= Pt PL Gr Gt

(2.10)

Besaran RSS pada jarak referensi (d0) dengan mensubstitusikan persamaan (2.4)
ke dalam persamaan (2.10):
RSS

= Pt PL(d0) Gr Gt

( ) 2
Gr Gt .. (2.11)
Pt 10 log
2 2
((
4

)
d
)

Sedangkan besaran RSS pada jarak d adalah dengan mensubstitusikan persamaan


(2.6) ke dalam persamaan (2.11):
RSS

= Pt PL(d) Gr Gt

d
Pt PL (d 0 ) 20 log
d0

Gt Gr (2.12)

III-1

BAB III
PERANCANGAN PERANGKAT ACCESS POINT

Bagian

ini

menguraikan

tentang

Bahan

Penelitian,

Alat

yang

dipergunakan, Metode Penelitian, Diagram Alir Penelitian, Pengaturan dan


Pengujian Masing-masing Perangkat, Tahap Perancangan dan Instalasi Perangkat
Outdoor Access Point beserta Perangkat Jaringan lainnya.
3.1.

Bahan dan Lokasi Perancangan

3.1.1. Perangkat Utama


1) 4 Unit perangkat NanoStation2 Loco, yang digunakan sebagai
pemancar Wi-Fi atau disebut juga sebagai Access Point. Keempat
perangkat tersebut kemudian disetting menggunakan kanal yg
berbeda-beda (non-overlapping channels) untuk menghindari terjadi
interferensi

co-channel,

dengan

masing-masing

perangkat

menggunakan kanal 1, 5, 9, dan 13.

Gambar 3.1 Empat unit perangkat NS2 Loco


2) 3G Wireless modem router, sebagai penghubung ke penyedia layanan
internet melalui koneksi mobile broadband. Modem yang digunakan
adalah MTC-Huawei E171, dengan kartu seluler (SIM card)
Telkomsel Flash (T-Sel Flash). Sedangkan router yang digunakan
sebagai penghubung ke sistem LAN adalah TP-Link Pocket Router
TL-MR3020.

III-2

Gambar 3.2 Modem MTC-Huawei E171

Gambar 3.3 Router TP-Link TL-MR3020


3.1.2. Perangkat Tambahan
Dalam perancangan ini menggunakan perangkat tambahan yaitu satu unit
perangkat Server EasyHotspot, merupakan sebuah komputer personal yang telah
terinstalasi aplikasi EasyHotspot, yang berfungsi sebagai billing management
pada sistem hotspot. Server ini menggunakan OS Linux Ubuntu dengan
antarmuka berbasis Web. Pada server ini terdapat dua ethernet port, yang mana
pada port pertama yaitu eth1 sebagai masukan dari ISP, dan eth2 sebagai keluaran
ke access point.

III-3

Gambar 3.4 Server EasyHotspot


3.1.3. Perangkat Pendukung
1) Kabel UTP (Unshielded Twisted Pair) atau yang biasa disebut sebagai
kabel LAN adalah jenis kabel yang paling umum digunakan untuk
menghubungkan berbagai perangkat jaringan secara lokal. Sedangkan
konektor RJ-45 adalah kepala dari kabel tersebut. Dalam
perancangan ini Kabel UTP yang digunakan adalah BELDEN
DataTwist Cat5e 1583A dan konektor RJ-45 AMP NetConnect
Modular Plug.

Gambar 3.5 Kabel UTP Belden 1583A dengan konektor AMP

III-4

2) Network Switch atau yang biasa disebut juga sebaga LAN Hub, untuk
menghubungkan seluruh perangkat access point, server, dan router
menjadi sebuah kelompok jaringan lokal. Dalam perancangan ini
perangkat hub yang digunakan adalah TP-Link TL-SF1005D Desktop
Switch 5 Port.

Gambar 3.6 Network Switch TP-Link TL-SF1005D


3) Dalam perancangan ini menggunakan tiang penyangga (tower) yang
bertujuan

untuk

menopang keempat

perangkat

access

point

NanoStation2 Loco.
3.1.4. Lokasi Perancangan
Perancangan access point dilaksanakan di Laboratorium Telekomunikasi
Fakultas Teknik Universitas Tanjungpura dimana terdapat rooftop atau atap dak
beton, sebagaimana tampak pada Gambar 3.7.

Gambar 3.7 Kondisi rooftop Lab.Telkom Fak.Teknik Untan

III-5

3.2.

Alat yang dipergunakan


Untuk keperluan pengambilan data pengamatan hasil perancangan dalam

penulisan tugas akhir ini maka peralatan yang digunakan adalah:


a.

1 Unit laptop Acer 4315 sebagai perangkat penguji, dengan spesifikasi


perangkat sebagai berikut:
Hardware:

Antena : Volvi960 WLAN PIFA Antenna yang terintegrasi pada


bagian belakang panel LCD laptop, dengan gain 2 dBi

WLAN Adapter : Atheros AR5007EG yang terintegrasi pada


soket internal mini PCIe.

Gambar 3.8 Antena PIFA terintegrasi pada laptop Acer 4315

Gambar 3.9 Mini PCIe WLAN adapter

III-6

Software:

Operating System: Microsoft Windows 7 Ultimate

Aplikasi:
1.

inSSIDer 2.1 sebagai penampil indikator kekuatan sinyal


yang diterima dari access point.

2.
b.

Google Earth 7.1 sebagai penampil pencitraan satelit.

1 Unit perangkat GPS Garmin GPSMAP 60CSx sebagai perangkat


pengukur jarak dan tracking posisi lokasi titik pengamatan. Informasi
hasil pengukuran maupun tracking posisi dari perangkat GPS terhadap
lokasi titik pengamatan dalam penulisan tugas akhir ini dapat
ditampilkan melalui aplikasi Google Earth.

Gambar 3.10 Perangkat GPS Garmin GPSMAP 60CSx

III-7

3.3. Metode Penelitian


Adapun langkah-langkah yang digunakan dalam penulisan Tugas Akhir ini
adalah sebagai berikut.
a.

Studi pustaka
Metode pengumpulan data ini melalui pemahaman terhadap literaturliteratur, internet dan catatan-catatan serta pengalaman pribadi untuk
mendapatkan pengetahuan mendalam tentang komunikasi WLAN dan
WiFi serta masalah yang ditulis untuk melengkapi data yang
diperlukan sehingga dapat disusun kerangka teori yang sesuai dengan
judul.

b.

Observasi lapangan
Melakukan

survey

langsung

dilapangan

yaitu

Laboratorium

Telekomunikasi Fakultas Teknik Tanjungpura dan sekitarnya,


sehingga diperoleh data-data yang nantinya digunakan untuk proses
penulisan tugas akhir.
c.

Perancangan
Dalam perancangan ini, pemasangan perangkat dimulai dari
melakukan koneksi ke jaringan ISP (internet service provider), hub,
kabel UTP, router Mikrotik, server EasyHotspot, pemancar WiFi
NanoStation, serta pengaturan (setting) masing-masing perangkat.

d.

Metode Pengambilan Data


Metode pengambilan data dilakukan sebgai berikut:

Melakukan pengumpulan data pada titik-titik lokasi pengamatan


dengan parameter kekuatan sinyal, kestabilan sinyal, pingtest,
dan rugi-rugi lintasan (pathloss).

Melakukan perbandingan dan analisis pada data hasil pengukuran


dan penghitungan untuk kemudian dapat ditarik kesimpulan
mengenai performansi terhadap rancang bangun access point dan
sistem hotspot secara keseluruhan.

e.

Konsultasi dan diskusi


Melakukan diskusi dengan laboran dan staff ICT, serta konsultasi
dengan dosen pembimbing dan dosen pengajar lainnya.

III-8

3.4.

Diagram Alir Penelitian

Mulai

Studi literatur

Observasi Lapangan
Survei lokasi pengamatan
Persiapan alat dan bahan
Ketinggian pemancar

Instalasi dan pengaturan (setting)


perangkat

Uji pemancar,
Ada/ tidak ada koneksi

Tidak

ya

Pengambilan Data Pengamatan


Jarak jangkauan
Kestabilan koneksi (pingtest)
Kekuatan sinyal (signal strenght)
Rugi-rugi lintasan (pathloss)

Analisis hasil pengamatan dan


penarikan kesimpulan

Selesai

Gambar 3.11 Diagram Alir Penelitian

III-9

3.5.

Pengaturan dan Pengujian Masing-masing Perangkat


Agar memudahkan saat proses instalasi dilakukan maka sebelum

perangkat acces point dan perangkat lainnya dipasang, harus dikonfigurasikan


terlebih dahulu dikarenakan perangkat masih dalam kondisi default atau
pengaturan awal (preset).
3.5.1. Pengaturan Modem MTC Huawei E171
Sebelum modem dipasang pada router TL-MR3020, terlebih dahulu
disetting melalui aplikasi bawaan modem yaitu Mobile Partner. Kemudian klik
Tools, lalu Options.

3.12a Tampilan aplikasi Mobile Partner


Berikutnya adalah mengatur konfigurasi Profile Management untuk
menyesuaikan modem dengan vendor kartu seluler yang digunakan, dan
Network Type untuk mengatur jenis jaringan seluler yang digunakan.

3.12b Profile Management

3.12c Network Type

III-10

Adapun diagram alir tahapan pengaturan konfigurasi modem yang


digunakan dalam perancangan ini adalah sebagai berikut.

Mulai

Persiapan kartu seluler


Aktivasi SIM card Telkomsel
Pengisian voucher pulsa
Registrasi paket 3G T-sel Flash

Registrasi layanan 3G
telah aktif

Tidak

ya
Pengaturan konfigurasi modem
Profile Management
Network Type

Uji internet,
ada/tidak ada koneksi

ya
Pasang modem pada router
TP-Link TL-MR3020

Selesai

Gambar 3.13 Diagram Alir Pengaturan


Konfigurasi Modem

Tidak

III-11

Profile Management adalah untuk menyesuaikan modem dengan kartu


seluler yang digunakan sebagaimana tampak pada Gambar 3.12b. Berikut adalah
pengaturan pada Profile Management.
-

Profile Name
APN (access point name)
Access Number
User name
Password

: Telkomsel
: static internet
: *99#
: (dikosongkan)
: (dikosongkan)

Sedangkan Network Type sebagaimana tampak pada Gambar 3.12c adalah untuk
memilih jaringan mobile broadband yang digunakan. Pengaturan pada Network
Type adalah sebagai berikut.
- Network Type
- Band

: WCDMA only
: All Bands

Setelah itu dilakukan pengujian througput pada jaringan Telkomsel, dengan


menggunakan layanan Telkomsel Flash melalui situs speedtest.net di Lab.Telkom
Fakultas Teknik Universitas Tanjungpura, dengan hasil pengujian sebagaimana
ditunjukan pada Gambar 3.14.

Gambar 3.14 Hasil pengujian throughput ISP Telkomsel 3G Flash


Pemilihan vendor Telkomsel sebagai penyedia layanan mobile broadband
dalam perancangan ini dikarenakan kualitas jaringan yang relatif lebih baik
apabila dibandingkan vendor penyedia layanan lainnya. Namun sebagaimana
yang telah disebutkan pada subbab 1.4, maka hasil pengujian kualitas ISP tidak
termasuk dalam pokok pembahasan utama dalam perancangan dan tidak
mempengaruhi hasil analisis dalam penulisan tugas akhir, sehingga tidak
dilakukan pengujian lebih lanjut terhadap ISP tersebut.

III-12

3.5.2. Pengaturan Router TP-Link TL-MR3020


Berikut ini adalah keterangan panel indikator dan port yang terdapat pada
router TP-Link TL-MR3020.

Gambar 3.15 Panel indikator dan port pada router TL-MR3020

: Indikator daya

3G/4G USB Port : Port untuk modem

: Indikator aktifitas router

Mini USB Port

: Port untuk daya

: Indikator fitur WLAN

RJ45 Ethernet

: Port koneksi LAN

: Indikator koneksi LAN

Mode Switch

: Saklar fungsi router


3G/4G, WISP, AP

WPS/Reset : Tombol WPS dan


Reset

Modem

Mobile ISP
Mode Switch
Ethernet

Power Supply

Client

Gambar 3.16 Topologi router TL-MR3020

III-13

Berikut adalah diagram alir tahapan konfigurasi router TL-MR3020 yang


digunakan dalam perancangan ini.

Mulai

Persiapan perangkat router


Pasang modem pada port USB
Koneksi laptop pada port LAN

Modem dan LAN


Terdeteksi

Tidak

ya
Konfigurasi router
Setting alamat IP dan DHCP
Konfigurasi profil mobile ISP
Disable wireless mode

Reboot

Uji internet,
ada/tidak ada koneksi
ya
ya

Hubungkan pada
Server EasyHotspot

Menggunakan server
EasyHotspot
Tidak
Hubungkan pada Network
Switch TP-Link TL-SF1005D

Selesai

Gambar 3.17 Diagram alir konfigurasi


router TP-Link TL-MR3020

Tidak

III-14

Berikut ini merupakan penjelasan dari Gambar 3.17 mengenai tahapan


konfigurasi perangkat router TL-MR3020.
1.

Sebelum memulai pengaturan konfigurasi router, terlebih dahulu


dilakukan persiapan sebagai berikut.

Gambar 3.18 Mode Switch, Ethernet Port, dan Mini USB Port
a. Mengubah posisi saklar pada Mode Switch menjadi 3G/4G mode.
b. Hubungkan laptop melalui Ethernet Port pada router TL-MR3020
menggunakan kabel LAN.
c. Setelah modem berhasil dikonfigurasi, kemudian pasang melalui
port USB yang terdapat pada router.
d. Hubungkan catu daya (switching power supply) ke port Mini USB,
dan secara otomatis lampu indikator pada router akan menyala.

Gambar 3.19 Modem yang terpasang pada router TL-MR3020

III-15

2.

Pengaturan konfigurasi router dapat diakses melalui web browser.


Secara default, untuk dapat mengakses laman konfigurasi alamat IP
pada router adalah 192.168.0.254.

Gambar 3.20a Laman konfigurasi router TL-MR3020


3.

Untuk mempermudah konfigurasi, maka IP default pada router diubah


terlebih dahulu menjadi IP yang disesuaikan dengan perangkat lain
yang digunakan dalam perancangan ini, yaitu dengan mengubah
pengaturan pada tab Network LAN, sebagaimana ditunjukkan pada
Gambar 3.20b.

Gambar 3.20b Pengaturan alamat IP pada router TL-MR3020

III-16

4.

Mengkonfigurasi pegaturan pada tab DHCP (Dynamic Host


Configuration Protocol), agar apabila router ingin dihubungkan
langsung pada perangkat access point tanpa harus melalui server
Easyhotspot.

Gambar 3.20c Pengaturan DHCP pada router TL-MR3020


Berikut pengaturan pada tab DHCP:
5.

DHCP Server
Start IP Address
End IP Address
Address Lease Time
Default Gateway
Default Domain
Primary DNS
Secondary DNS

: Enable
: 192.168.100.100
: 192.168.100.199
: 120
: 192.168.100.1
: (dikosongkan)
: 180.131.144.144
: 180.131.145.145

Mengubah pengaturan pada tab Network Internet Access, dan


mencentang 3G/4G Only (Recommended), kemudian Save.

Gambar 3.20d Pengaturan Internet Access pada router TL-MR3020

III-17

6.

Konfigurasi pada tab Network 3G/4G.

Gambar 3.20e Tab profil 3G/4G pada router TL-MR3020


Pada dasarnya router TL-MR3020 memiliki fitur untuk mendeteksi
secara otomatis jenis modem dan kartu selular yang digunakan.
Namun dalam perancangan ini dilakukan konfigurasi manual untuk
mengoptimalkan penggunaan router tersebut. Berikut konfigurasi
profil 3G/4G pada router TL-MR3020:
-

3G/4G USB Modem


Mobile ISP
Connection Mode
Authentication Type

: Pastikan dalam keadaan Identified


: Telkomsel Flash
: Connect Automatically
: Auto

Kemudian Save untuk menyimpan pengaturan profil ISP mobile


broadband dari modem yang terpasang pada router tersebut.
7.

Perangkat router TL-MR3020 memiliki fitur wireless mode,


sehingga dapat difungsikan sebagai access point, namun tidak
digunakan pada perancangan dalam penulisan tugas akhir ini. Oleh
karena itu, fitur tersebut dinonaktifkan melalui pengaturan pada tab
Wireless Wireless Settings, dengan cara menghilangkan centang
pada Enable Wireless Radio, dan pada Enable SSID Broadcast,
sebagaimana yang ditunjukkan pada Gambar 3.20f pada halaman
berikut.

III-18

Gambar 3.20f Konfigurasi wireless mode pada router TL-MR3020


8.

Restart router untuk menyimpan hasil konfigurasi, dengan cara


mengklik Reboot pada tab System Tools Reboot. Setelah itu
lakukan pengujian koneksi ISP untuk memastikan modem dan router
bekerja dengan baik.

Gambar 3.20g Tab Reboot pada router TL-MR3020


3.5.3. Tahapan Setting NanoStation2 Loco
Dalam perancangan ini digunakan empat perangkat NanoStation2 Loco.
Oleh karena itu pengulangan tahap konfigurasi yang sama dilakukan pada masingmasing perangkat, namun dengan beberapa parameter yang berbeda yaitu

III-19

perubahan alamat IP, kanal yang digunakan, SSID, dan password. Berikut adalah
diagram alir tahapan setting pada keempat perangkat NanoStation2 Loco yang
digunakan dalam perancangan ini.

Mulai

Koneksi laptop dengan NS2 Loco


Setting alamat IP pada Laptop
Buka web browser

Input alamat IP NS2 Loco


Input username dan password

Masuk
AirOS?

Tidak

Ya
-

Basic Wireless Settings


Wireless Security
Bridge Network Mode
Network Settings
Advanced Wireless Settings
Antenna Setting
Apply and reboot NS2

Access Point
broadcast?

Tidak

Ya
Hubungkan NS2 Loco pada
Network Switch TL-SF1005D

Selesai

Gambar 3.21 Diagram alir setting pada NS2 Loco.

III-20

Keempat Perangkat NS2 Loco dalam perancangan ini masing-masing


diberi nama [AP-1], [AP-2], [AP-3], dan [AP-4] dimana AP merupakan inisial
dari Access Point. Berikut langkah-langkah konfigurasi pada setiap NS2 Loco.
1.

Menghubungkan NS2 Loco ke komputer/laptop menggunakan kabel


UTP. IP address default NS2 Loco adalah 192.168.1.20. Agar bisa
tersambung, IP address komputer harus dibuat satu kelas dengan IP
address NS2 Loco.

Gambar 3.22 Protokol IP address laptop


2.

Memulai setting NS2 Loco. Setting dilakukan melalui web browser


seperti Mozilla Firefox dengan mengarahkan browser ke alamat IP
default NS2 Loco yaitu 192.168.1.20, Setelah itu, memasukkan
username dan password. Username dan password default NS2 Loco
adalah ubnt.

Gambar 3.23 Username and Password

III-21

Setelah itu akan muncul tampilan antarmuka AirOS untuk mengubah


pengaturan konfigurasi pada NanoStation2 Loco sebagaimana tampak
pada Gambar 3.24 dan Gambar 3.25a.

Gambar 3.24 Persiapan konfigurasi perangkat NanosStation2 Loco

Gambar 3.25a Antarmuka AirOS pada NS2 Loco

III-22

3.

Setting pada tab [Link Setup]

Gambar 3.25b Link Setup


Isikan parameter sebagai berikut.
BASIC WIRELESS SETTINGS
- Wireless Mode
- ESSID [AP-1]
[AP-2]
[AP-3]
[AP-4]
- Channel Shifting
- Channel [AP-1]
[AP-2]
[AP-3]
[AP-4]
- Country Code
- IEEE 802.11 Mode
- Channel Spectrum Width
- Output Power
- Obey Regulatory Power
- Data Rate, Mbps
WIRELESS SECURITY
- Security

:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:

Access Point
NS-RAP_1
NS-RAP_2
NS-RAP_3
NS-RAP_4
enable
1 2412 MHz.
5 2432 MHz.
9 2452 MHz.
13 2472 MHz.
Indonesia
B/G mixed
20MHz
20 dBm (maksimum),
No (hapus centang)
54 (maksimum), centang pada Auto

: none

Kemudian klik Change, lalu klik tab berikutnya.

III-23

4.

Setting pada tab [Network]

Gambar 3.25c Network Setup


Isikan parameter sebagai berikut.
- Network Mode
- Disable Network
NETWORK SETTINGS
- Bridge IP Address
- IP Address [AP-1]
[AP-2]
[AP-3]
[AP-4]
- Auto IP Aliasing
- Netmask
- Gateway IP
- Primary DNS IP
- Secondary DNS IP

: Bridge
: None
: Static
: 192.168.100.10
: 192.168.100.20
: 192.168.100.30
: 192.168.100.40
: (hapus centang)
: 255.255.255.0 (default)
: 192.168.100.1 (sesuai IP pada router)
: 180.131.144.144
: 180.131.145.145

Kemudian klik Change. Biarkan pesan, Configuration contains


non-applied changes. Apply these changes? muncul dan jangan klik
apply ataupun discard, namun klik tab berikutnya.

III-24

5.

Setting pada tab [Advanced]

Gambar 3.25d Advanced Setup


Isikan parameter sebagai berikut.
ADVANCED WIRELSS SETTINGS
- Rate Algorithm
: Conservative
- Noise Immunity
: Enabled
- Distance
: geser hingga maksimum,
3.1 miles (5 km)
- ACK Timeout
: 54 (biarkan Auto Adjust tercentang)
- Enable Extra Reporting : yes (centang)
- Enable Client Isolation : yes (centang)
ANTENNA
- Antenna Settings
: Horizontal
Kemudian klik Change. Biarkan pesan, Configuration contains
non-applied changes. Apply these changes? muncul dan jangan klik
apply ataupun discard, namun klik tab berikutnya.

III-25

6.

Setting pada tab [System]


Pada tab ini untuk mengganti password default pada NS2 Loco, agar
tidak mudah diakses dan diubah oleh orang lain.

Gambar 3.25e System Setup


Isikan parameter sebagai berikut.
ADMINISTRATIVE ACCOUNT
- Administrator Username :
- Current Password
:
- New Password [AP-1]
:
[AP-2]
:
[AP-3]
:
[AP-4]
:
- Verify New Password
:

ubnt (default)
ubnt (default)
AP1
AP2
AP3
AP4
(sama dengan kata sandi yang baru)

Kemudian klik Change, lalu akan muncul pesan, Configuration


contains non-applied changes. Apply these changes? lalu klik
apply dan tunggu hingga proses rebooting selesai.

III-26

3.5.4 Pengujian Perangkat NS2 Loco


Sebelum dipasang pada tiang pemancar, maka keempat perangkat access
point tersebut dilakukan pengujian sebagai berikut untuk memastikan bahwa
perangkat dapat berfungsi sebagaimana mestinya.
1.

SSID broadcast.
Pengujian SSID broadcast adalah untuk mengetahui apabila perangkat
NS2 Loco dapat memancarkan sinyal Wi-Fi dengan baik. Cara yang
digunakan adalah dengan mengklik ikon wireless connection
sebagaimana yang ditunjukkan lingkaran merah pada Gambar 3.26.

Gambar 3.26 Wireless Connection Management


Dari gambar di atas menunjukkan bahwa keempat perangkat access
point dengan SSID (service set identifier) masing-masing yaitu NSRAP_1,

NS-RAP_2,

NS-RAP_3,

memancarkan sinyal Wi-Fi dengan baik.

dan

NS-RAP_4,

dapat

III-27

2.

Non-Overlapping Channels
Oleh karena keempat perangkat akan dipasang pada tiang yang sama,
maka kanal yang digunakan pada masing-masing perangkat tidak
boleh saling tumpang tindih, karena dapat berakibat terjadinya cochannel interference, sebagaimana yang telah dijelaskan pada
pembahasan bab sebelumnya. Untuk memastikan tidak terjadinya
overlapping channels pada perangkat access point, maka digunakan
aplikasi inSSIDer 2.1 sebagai berikut.

Gambar 3.27 Aplikasi inSSIDer 2.1


Berdasarkan grafik sebagaimana yang ditunjukkan pada Gambar
3.27, maka tampak bahwa kanal yang digunakan pada keempat
perangkat access point tidak terjadi tumpang tindih atau yang
disebut sebagai non-overlapping channels. Wilayah cakupan
access point akan dibagi berdasarkan kanal yang digunakan,
dimana masing-masing perangkat tersebut memiliki lebar cakupan
sekitar 60. Oleh karena itu keempat perangkat NanoStation2 Loco
yang difungsikan sebagai access point disusun berjajar agar dapat
membentuk cakupan sebesar 240.

III-28

c.

Pengujian tanpa halangan atau LOS (Line of Sight)


Tujuan dari pengujian LOS adalah untuk mengetahui kekuatan sinyal
(signal strength) dari perangkat access point pada jarak tertentu secara
tanpa halangan, yang mana dalam pengujian ini mengacu pada batasan
jarak maksimum yaitu 250 meter. Dengan asumsi spesifikasi dan
konfigurasi yang sama pada setiap perangkat, pengujian LOS
dilakukan dengan mengikatkan salah satu perangkat access point pada
sebuah tiang menghadap jalan ke arah Gedung Rektorat Universitas
Tanjungpura.

Gambar 3.29a Salah satu perangkat


access point NS2L yang diuji

Gambar 3.29b Point of view dari


perangkat access point

Gambar 3.28 Pencitraan satelit terhadap Universitas Tanjungpura.


Garis kuning menunjukkan wilayah pengujian LOS.

III-29

Kemudian dilakukan pengujian dengan menjauhkan perangkat client


yaitu laptop, dari perangkat access point secara bertahap dan besaran
sinyal yang diterima dicatat setiap per 10 meter.

Gambar 3.30a Pengujian LOS pada jarak 10 meter

Gambar 3.30a Pengujian LOS pada jarak 200 meter


Hasil dari pengujian LOS di atas akan digunakan sebagai referensi
pembanding terhadap performansi perangkat access point yang
digunakan dalam perancangan ini secara keseluruhan yang mana akan
dibahas pada bab berikutnya.

III-30

3.5.5. Pengaturan dan Penggunaan Server EasyHotspot


Sebagaimana yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa server EasyHotspot
adalah sebagai hotspot management system. Server tersebut dapat mengatur
kecepatan bandwidth, alamat IP, serta pembatasan waktu (time based) maupun
penggunaan data unduhan internet (volume based) pada client. Pembatasan
bandwidth dan penggunaan internet tersebut diberikan dalam bentuk voucher
berupa username dan password. Dalam perancangan ini dilakukan pengaturan
server untuk konfigurasi kecepatan bandwidth dan time based voucher.
ISP

Gambar 3.31 Topologi dasar server EasyHotspot


Pada antarmuka EasyHotspot terdiri dari admin console untuk mengatur
jenis-jenis paket voucher, dan operator console untuk me-generate voucher yang
nantinya diinputkan pada client agar dapat mengakses internet melalui sistem
access point tersebut. Sedangkan antarmuka pada client adalah login page untuk
menginput username dan password, serta logout page dan informasi mengenai
sisa penggunaan (usage remaining). Berikut adalah diagram alir dan pengaturan
konfigurasi server yang digunakan dalam perancangan ini, serta tahapan login
pada client agar dapat terhubung dengan access point.

III-31

Mulai

Ubah alamat IP dan DNS pada server

LOGIN

Admin/
Operator?

Admin

Operator

Tidak

Paket voucher
Tersedia?

ADMIN CONSOLE Billing Plan:


- Name
- Download rate
- Type
- Upload rate
- Amount - Idle timeout
- Price
- Add billing plan

Ya
OPERATOR CONSOLE
Voucher Management:
- Number of Voucher
- Billing plan
- Generate voucher

LOGOUT

Ya

Konfigurasi
tambahan?
Tidak
Hubungkan server:
- eth1 pada router / ISP
- eth2 pada access point

Selesai

Gambar 3.32 Diagram Alir Konfigurasi


Server EasyHotspot

III-32

Gambar 3.33 Tampilan desktop pada server EasyHotspot


1.

Mengubah Network Settings.


Sebelum masuk ke pengaturan admin console, maka terlebih dahulu
mengkonfigurasi alamat DNS dan IP server pada Network Settings
sebagaimana ditunjukkan pada Gambar 3.34 berikut, yaitu dengan
mengubah properties eth0 agar gateway disesuaikan dengan alamat IP
pada router, dan pada eth1 di-set menjadi DHCP agar client dapat
mengenali IP yang diberikan oleh server.

Gambar 3.34a Pengaturan koneksi

Gambar 3.34b Pengaturan DNS

III-33

Gambar 3.34c Eth0 properties

Gambar 3.34d Eth1 properties

Eth0 adalah penamaan port LAN pada server sebagai penghubung ke


ISP yang mana dalam perancangan ini menggunakan layanan mobile
broadband melalui modem 3G. Sedangkan eth1 adalah penamaan port
LAN yang terhubung ke perangkat access point.

Port eth0

Port eth1

Gambar 3.35 Tampak belakang pada CPU server EasyHotspot

III-34

2.

Pengaturan Admin Console.


Antarmuka EasyHotspot dapat dibuka melalui web browser Mozilla
Firefox yang terintegerasi pada server. Terdapat login page untuk
mengakses pengaturan admin console maupun operator console,
sebagaimana tampak pada Gambar 3.36 berikut.

Gambar 3.36 Login Page pengaturan console pada server


Untuk masuk ke pengaturan admin console maka pada login page
ketikkan Admin pada kolom [User Name] dan admin123 pada kolom
[Password], kemudian klik Login. Berikutnya masuk ke pengaturan
Billing Plan untuk menentukan paket voucher dan batasan bandwidth
pada client.

Gambar 3.37 Billing Plan pada admin console

III-35

Berikut adalah pengaturan Billing Plan pada server EasyHotspot yang


digunakan dalam perancangan ini.
Tabel 3.2 Pengaturan Billing Plan
Name
Type
Amount
Price
Dowload Rate
Upload Rate
Idle Timeout

2jam
120 menit
Rp 3.000

5jam
Time Based
300 menit
Rp 5.000
512kbps
128kbps
15 menit

10jam
600 menit
Rp 8.000

Keterangan :
Name

: Sebagai penamaan paket voucher.

Type

: Jenis batasan penggunaan internet, Time Based


berdasarkan waktu penggunaan maksimum, dan
Volume Based berdasarkan penggunaan unduhan
(data download) maksimum.

Amount

: Besaran kuota penggunaan internet, satuan dalam


menit pada Time Based dan satuan dalam
megabyte (MB) pada Volume Based.

Price

: Harga paket voucher.

Download Rate : Batasan kecepatan bandwidth unduhan (download)


maksimum pada client. Opsi default apabila tanpa
pembatasan bandwidth.
Upload Rate

: Batasan kecepatan bandwidth unggahan (upload)


maksimum pada client, Opsi default apabila tanpa
pembatasan bandwidth.

Idle Timeout

: Jeda waktu logout otomatis apabila tidak ada


aktifitas penggunaan internet.

Pengaturan Price atau harga paket voucher tidak bersifat mengikat dan
tidak berpengaruh terhadap kinerja server maupun koneksi pada
client. Namun akan dicantumkan pada print-out voucher, dan sebagai
nota invoice apabila diperlukan.

III-36

3.

Pengaturan Operator Console.


Untuk masuk ke pengaturan operator console maka pada login page
sebagaimana ditunjukkan pada Gambar 3.36 di atas, ketikkan
Operator pada kolom [User Name] dan 123qwe pada kolom
[Password], kemudian klik Login.

Gambar 3.38a Tampilan muka pada operator console


Kemudian masuk ke pengaturan Voucher Management sebagaimana
ditunjukkan pada Gambar 3.35b berikut. Tentukan jumlah serta jenis
paket voucher yang hendak dibuat pada kolom [Number of voucher]
dan kolom [Billing Plan], lalu klik Generate voucher

Gambar 3.38b Voucher Management pada operator console

III-37

3.6.

Tahap Perancangan dan Instalasi


Berikut adalah tahapan perancangan tiang penyangga dan susunan

perangkat jaringan lainnya yang digunanakan dalam penulisan tugas akhir ini.

Gambar 3.39 Ilustrasi


perangkat pemancar

Gambar3.40 Model tiga dimensi


susunan perangkat pemancar

3.6.1. Perancangan Tiang Penyangga


Tiang penyangga (tower) terdiri dari dua bagian yaitu tiang utama dan
dudukan perangkat access point dan dilengkapi tangga pemanjat. Hal ini untuk
memudahkan perawatan (maintenance) dan kalibrasi perangkat, serta agar dapat
dimodifikasi untuk keperluan penelitian yang lebih lanjut.
a.

Tiang Utama
Bahan yang digunakan adalah sebuah pipa galvanis medium A dengan
diameter 1,5 inchi sepanjang 6 meter. Untuk memudahkan
pemasangan tiang di lokasi perancangan, maka batangan pipa tersebut
dipotong menjadi dua bagian, dan disambung kembali menggunakan
baut M12. Berikut adalah detail perancangan pada tiang utama.

III-38

Plat sambungan
Tiang A

Tiang B
30cm

30cm
150cm
Detail plat sambungan (Skala 1 : 3)

1,5 (48mm)
10cm
Tiang A

30cm
Baut M12
30cm
5mm
5mm
150cm

Besi 1mm
10cm

Tiang B
55mm
55mm

Plat sambungan
30cm

Skala 1 : 20

35,5cm
m

Gambar 3.41 Detail perancangan tiang utama


Pada lokasi perancangan yaitu rooftop Lab. Telkom Fakultas Teknik
Untan sudah tersedia baut pancang ukuran M19 yang memang
diperuntukkan

bagi

pemasangan

tower

maupun

perangkat

telekomunikasi lainnya. Oleh karena itu pemasanagan tower yang


digunakan pada perancangan access point ini memanfaatkan baut
pancang tersebut. Berikut adalah detail pemasangan pada kaki tiang
tower terhadap baut pancang.

III-39

Tiang B
Mur pengunci

Ring
Washer

Baut M19

Ground

Gambar 3.42 Baut pancang


yang terdapat pada rooftop

Gambar 3.43 Detail pemasangan


kaki tiang tower (skala 1 : 8)

Pemasangan tiang tower juga diperkuat oleh dua lapisan kawat


galvanis 2 milimeter untuk menstabilkan posisi tiang supaya tetap
tegak serta mencegah goyangan akibat beban dan terpaan angin.

Gambar 3.44 Tiang utama yang sudah terpasang

III-40

b.

Dudukan Perangkat Access Point


Dudukan yang dimaksud adalah untuk meletakkan dan megarahkan
keempat perangkat access point NanoStation2 Loco sebagaimaan
diilustrasikan seperti pada Gambar 3.36 dan Gambar 3.37. Bahan yang
digunakan adalah sebuah pipa galvanis medium A dengan diameter 2
inchi sepanjang 35 cm, dan empat batang pipa stainless dengan
diameter 1 inchi sepanjang 25 cm. Berikut adalah detail perancangan
pada dudukan access point.
Galvanis
2 (60mm)

Tampak atas

Stainless

1 (32mm)

Besi 10mm
20cm
60

25cm

35cm

60
60
Baut M9
Galvanis Tiang A
1,5 (48mm)

Tampak samping

Gambar 3.45 Detail perancangan


dudukan access point (skala 1 : 8)

Gambar 3.46 Perangkat access point NS2L


yang terpasang pada dudukan

III-41

Dudukan perangkat tersebut kemudian dipasang pada ujung atau


puncak dari tiang utama. Setelah itu perangkat access point dapat
diarahkan sesuai keperluan pengamatan dalam penulisan tugas akhir
ini, dan dikunci oleh baut M9 agar posisi arah pancaran access point
tidak mudah berubah.

Gambar 3.47 Pemasangan perangkat


access point pada tower

Gambar 3.48 Perangkat access point


yang sudah terpasang

3.6.2. Instalasi Perangkat Jaringan


Setelah perangkat access point NanoStation2 Loco dipasang pada tiang
penyangga, kemudian dirangkaikan dengan perangkat jaringan lainnya yaitu LAN
Hub, router, dan server. Masing-masing perangkat NanoStation2 Loco (NS2L)
menggunakan adaptor POE (power over ethernet) sebagai catu daya.

Gambar 3.49 Adaptor POE pada perangkat NS2L

III-42

Topologi penggunaan adaptor POE untuk perangkat NanoStation2 Loco


dapat dilihat pada gambar 2.1. Berikut adalah diagram blok susunan perangkat
access point beserta perangkat jaringan lainnya yang digunakan dalam
perancangan ini.

Internet Link

ISP

Hotspot System

3G Modem + Router

Bandwidth
Management

Access Point
Unit

NS2 Loco
channel 1

Server

bypass

Ethernet (LAN)
Switch/Hub

NS2 Loco
channel 5

NS2 Loco
channel 9

NS2 Loco
channel 11

Client Devices

Gambar 3.50 Diagram Blok Perangkat


Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya bahwa dalam perancangan ini
menggunakan server EasyHotspot untuk manajemen client dan bandwidth.
Namun apabila dikehendaki tanpa menggunakan server EasyHotspot maka
koneksi dari router dapat di-bypass langsung ke LAN hub. Berikut adalah
rancangan perangkaian perangkat jaringan.

III-43

Ke masing-masing
perangkat NS2L
Adaptor POE
Power
Switch

AP 1 AP 2 AP 3 AP 4

POE LAN

POE LAN

POE LAN

POE LAN

Router
Modem

bypass
1 2 3 4 5
LAN Hub

Terminal
Listrik

Ke server EasyHotspot :
Port eth0
Port eth1

Gambar 3.51 Diagram rangkaian perangkat jaringan


Masing-masing perangkat jaringan tersebut dihubungkan melalui kabel
UTP (kabel LAN). Sedangkan penggunaan terminal listrik adalah untuk
mempermudah pemasangan dan merapikan kabel-kabel catu daya dari masingmasing perangkat. Rangakaian perangkat tersebut kemudian disebut sebagai panel
instrumen. Berikut adalah perincian panjang kabel UTP yang digunakan dalam
perancangan ini.
Adaptor POE access point NS2L =

4 x 25 meter

Adaptor POE LAN Hub TL-SF1005d :


- AP 1 port 1 dan AP 4 port 4

= 10 cm

- AP 2 port 2 dan AP 3 port 3

7 cm

Server EasyHotspot port eth0 Router 3G = 2,5 meter


Server EasyHotspot port eth1 LAN Hub = 2,5 meter

III-44

bypass

Gambar 3.52 perangkat jaringan tanpa server EasyHotspot


Pada Gambar 3.52 di atas menunjukkan bahwa adaptor POE dari
perangkat access point terhubung langsung (bypass) dengan router melalui LAN
Hub. Sedangkan pada Gambar 3.53 berikut menunjukkan bahwa perangkat router
dan access point terhubung dengan server EasyHotspot.

Gambar 3.53 perangkat jaringan dengan server EasyHotspot


Keseluruhan rangkaian perangkat mulai dari access point, router, modem
dan server yang digunakaan dalam perancangan ini membentuk suatu sistem
jaringan yang disebut sebagai sistem hotspot.

III-45

3.6.3. Menghubungkan Client dengan Access Point


Sebagaimana dijelaskan pada sub-bab sebelumnya bahwa dalam
perancangan ini penggunaan server EasyHotspot merupakan perangkat opsional.
Maka berikut ini adalah diagram alir yang diterapkan pada perangkat client agar
dapat terhubung ke access point.

Mulai

Aktifkan wi-fi
Set DHCP IP pada Laptop
Koneksi ke Access Point
Buka web browser

Muncul
EasyHotspot Login?

Tidak

Ya
Dapatkan paket voucher berupa
username dan password

Masukkan username dan


password pada halaman login

Tidak

Berhasil
Login?
Ya

Melanjutkan internet (online)

Selesai

Gambar 3.54 Diagram alir pada client.

III-46

Berikut adalah beberapa tahapan sebagaimana ditunjukkan pada diagram


alir di atas, agar perangkat client dapat terhubung ke access point.
1.

Mengaktifkan

perangkat

wireless

pada

laptop

(client)

dan

mengosongkan IP address dengan cara memilih opsi Obtain an IP


address automatically dan opsi Obtain an DNS server address
automatically sebagaimana tampak pada Gambar 3.55, kemudian
hubungkan laptop dengan salah satu dari keempat access point dengan
cakupan sinyal yg paling kuat antara NS-RAP_1 sampai NS-RAP_4,
seperti yang ditunjukkan pada Gambar 3.26

Gambar 3.55 Protokol IP Address kosong pada laptop


2.

Setelah wireless pada laptop terhubung pada SSID, kemudia buka web
browser seperti Mozilla Firefox, lalu ketikkan alamat URL yang
hendak dituju pada address bar misalnya www.google.com.

Gambar 3.56 Address bar pada Mozilla Firefox

III-47

Jika access point tidak menggunakan server EasyHotspot, maka pada


laptop akan langsung muncul laman dari URL yang dituju seperti
yang tampak pada Gambar 3.57.

Gambar 3.57 Laman pencarian Google


3.

Apabila ditanyakan konfirmasi keamanan seperti pada Gambar 3.58 di


bawah ini, pilih I Understand the Risks (Saya Pahami Resiko Ini)
kemudian pilih Add Exception (Tambah Pengecualian), kemudian
klik Get Certificate (tambah sertifikat) lalu klik Confirm Security
Exception (konfirmasi pengecualian)

Gambar 3.58a Konfirmasi keamanan

III-48

Gambar 3.58b Konfirmasi sertifikat keamanan


3.

Setelah itu secara otomatis halaman login EasyHotspot akan muncul


sebagaimana yang ditunjukkan pada Gambar 3.59a. Kemudian
masukkan username dan password seperti yang tertera pada voucher,
lalu klik login.

Gambar 3.59a EasyHotspot Login Page


Setelah berhasil melakukan login maka internet siap digunakan dan
akan muncul jendela baru berupa logout page yang menunjukkan sisa
waktu pemakaian yang dihitung mundur (countdown timer). Untuk
menghentikan penggunaan internet, klik logout

III-49

Gambar 3.59b Jendela logout dan countdown timer


4.

Apabila dalam 15 menit tidak ada aktifitas internet pada client, maka
sistem akan ter-logout otomatis agar waktu penggunaan (usage time)
tidak berjalan terus. Jika jendela logout tidak sengaja tertutup, maka
ketikkan alamat 192.168.1:3990/logout pada address bar dan akan
muncul jendela logout (logout page) seperti yang ditunjukkan pada
gambar di bawah ini.

Gambar 3.60 EasyHotspot Logout Page

IV-1

BAB IV
ANALISIS HASIL PENGUJIAN

Dalam bab ini akan dibahas mengenai Tahapan Pengujian Perangkat,


Pemaparan serta Analisis Data-data Hasil Percobaan dan Pengamatan terhadap
perangkat access point,
4.1

Tahapan Pengujian Perangkat Access Point

4.1.1 Estimasi Wilayah Jangkauan


Masing-masing dari keempat perangkat access point memiliki kanal yang
berbeda-beda dan tidak saling tumpang tindih satu sama lain (non-overlapping
channels). Perangkat yang digunakan sebagai access point dalam perancangan ini
yaitu NanoStation2 Loco (NS2L), dan disusun sebagaiamana telah dijelaskan
pada bab sebelumnya. Oleh karena itu parameter pengamatan didasarkan pada
channel perangkat access point dengan cakupan sinyal terkuat.

Channel 1

Channel 13

Channel 5

Channel 9

Gambar 4.1 Pencitraan satelit terhadap Fak. Teknik Universitas Tanjungpura


beserta estimasi pola pancaran perangkat Access Point

IV-2

4.1.2 Perangkat Access Point.


Pengamatan dilakukan dengan menghadapkan permukaan belakang
perangkat client (laptop) ke arah perangkat access point pada tiap-tiap lokasi
pengamatan (site survey).

Gambar 4.2 Perangkat access point yang terpasang pada


rooftop Lab.Telkom Fak.Teknik Untan
Access point

Jarak d

Client

Lab. Telkom

Gambar 4.3 Ilustrasi pengamatan access point

IV-3

Kemudian menghubungkan laptop dengan salah satu access point dengan


sinyal yang terkuat. Setelah itu dilakukan pengambilan data parameter hasil
pengamatan sebagai berikut.
1.

Kekuatan sinyal (signal strength)


Untuk mengetahui kekuatan sinyal serta kanal access point yang
diterima oleh laptop pada pengujian ini menggunakan software
inSSIDer 2.1 seperti yang ditunjukkan pada gambar 3.27.

2.

Kestabilan koneksi (pingtest)


Pingtest dilakukan untuk mengetahui tingkat kestabilan dan seberapa
cepat respon suatu koneksi. Dalam pengujian ini cara yang dilakukan
adalah dengan mem-ping langsung ke alamat IP pada router yaitu
192.168.100.1 sebanyak 20 hitungan melalui command prompt, dan
mengambil nilai rata-rata round trip times (RTT) atau latency dalam
satuan milidetik (ms). Sedangkan tingkat kestabilan didapat dari
persentase banyaknya loss akibat terjadinya request time out (RTO).

Gambar 4.4 Contoh pingtest pada salah satu titik pengamatan


3.

Besaran rugi-rugi lintasan (pathloss)


Perhitungan nilai pathloss telah dijelaskan pada Bab II. Tujuan dari
nilai pathloss adalah untuk mengetahui seberapa besar nilai redaman
sinyal antara pemancar dan penerima.

IV-4

4.1.3 Titik Pengamatan


Penentuan titik lokasi pengamatan terhadap access point dilakukan secara
acak, dengan total jumlah sebaran lokasi yaitu 20 titik, dengan radius maksimum
250 meter yang sebenarnya dapat dilakukan secara omnidirectional (segala arah),
dan berada di komplek kampus Fak. Teknik Untan saja.

17

2
5
12
18
1

16

14
10

13
11

19

20

15

Gambar 4.5 Denah Fakultas Teknik Universitas Tanjungpura


beserta titik-titik lokasi pengamatan.

IV-5

Dari gambar 4.2 di atas, berikut adalah tabel informasi kondisi mengenai
sampel sebaran titik-titik lokasi pengamatan.
Tabel 4.1 Kondisi titik-titik lokasi pengamatan
No.

Nama lokasi / site

1 Lab Telkom

Jarak (m)

SSID

keterangan

NS-RAP_3

Indoor (di bawah AP)

71

NS-RAP_4

Indoor

107

NS-RAP_4

Indoor

4 Lab. Mekanika Fluida

90

NS-RAP_4

Indoor

5 Lab. Dasar Konv. Energi

53

NS-RAP_4

Indoor

6 Lab. Tek. Lingkungan

58

NS-RAP_1

Indoor

7 Musholla Al-Istiqomah

178

NS-RAP_1

Indoor

8 Parkiran motor dosen/TU

180

NS-RAP_1

Outdoor LOS

30

NS-RAP_1

Indoor

10 Lab. Mekanika Tanah

114

NS-RAP_2

Indoor

11 Gazebo

146

NS-RAP_2

Outdoor non LOS

12 Lapangan Voli

105

NS-RAP_3

Outdoor non LOS

13 Kelas D.18

145

NS-RAP_2

Indoor

14 Kelas D.24

98

NS-RAP_1

Indoor

15 Kantin Kmek

212

NS-RAP_1

Outdoor non LOS

16 Lab. Jalan Raya

71

NS-RAP_2

Indoor

142

NS-RAP_4

Outdoor non LOS

70

NS-RAP_3

Indoor

19 Kelas D.10

148

NS-RAP_1

Indoor

20 UKM

172

NS-RAP_1

Indoor

2 Aula (D1/D2)
3 Lab. Informatika

9 Lab. Kendali

17 Gazebo Lab Inf.


18 IAFT

Pada titik pengamatan pertama yaitu Lab Telkom pengujian dilakukan di


dalam ruangan yang berada di bawah lokasi pemasangan perangkat access point.
Jarak antara access point dengan perangkat penguji yaitu panjang tiang tower
keseluruhan ditambah ketinggian langit-langit ruangan terhadap laptop. Oleh
karena itu sinyal access point terkuat dapat bervariasi, dan saat pengujian ini
dilakukan terdeteksi bahwa sinyal dari NS-RAP_3 adalah yang terkuat yang
diterima oleh laptop.

IV-6

4.2

Hasil Pengamatan Terhadap Perangkat Access Point.

4.2.1 Analisis Hasil Pengujian Tanpa Halangan


Pada bab sebelumnya telah dibahas mengenai pengujian tanpa halangan
atau LOS (line of sight), sebelum perangkat tersebut dipasang pada tiang tower.
Berikut adalah besaran kekuatan sinyal dan pathloss yang diterima oleh laptop
dari hasil pengujian LOS pada perangkat access point NanoStation2 Loco.
Tabel 4.2 Hasil pengujian LOS pada perangkat NS2L
Pengujian
RSSI (dBm)
Pathloss (dB)
1
-40
50
10
-54
64
20
-60
70
30
-64
74
40
-66
76
50
-69
79
60
-73
83
70
-74
84
80
-69
79
90
-67
77
100
-70
80
110
-78
88
120
-79
89
130
-79
89
140
-79
89
150
-78
88
160
-76
86
170
-75
85
180
-77
87
190
-79
89
200
-80
90
210
-81
91
220
-82
92
230
-82
92
240
-84
94
250
-84
94
Ket: Gt = 8 dBi Pt = 20 dBm
Gr = 2 dBi d max = 250 m
Jarak (m)

Perhitungan
RSSI (dBm)
Pathloss (dB)
-30
40
-50
60
-56
66
-59
70
-62
72
-64
74
-65
76
-66
77
-68
78
-69
79
-70
80
-71
81
-72
82
-72
82
-73
83
-74
84
-74
84
-75
85
-75
85
-76
86
-76
86
-76
86
-77
87
-77
87
-78
88
-78
88

IV-7

Nilai pathloss pada pengujian diperoleh dengan menggunakan persamaan


(2.10) yang mengacu pada kekuatan sinyal yang diterima oleh laptop. Sedangkan
nilai pathloss pada perhitungan untuk jarak referensi yaitu 1 meter diperoleh dari
persamaan (2.4) dan pada jarak d menggunakan persamaan (2.6) serta besaran
kekuatan sinyal (RSSI) pada perhitungan diperoleh dengan persamaan (2.11)
untuk jarak referensi 1 meter dan persamaan (2.12) pada jarak d.
Dari tabel 4.2 dapat dijelaskan bahwa hasil pengujian pada jarak referensi
yaitu 1 meter dari access point, kekuatan sinyal yang diterima adalah -40 dBm
dan besaran pathloss 50 dB. Sedangkan hasil perhitungan dari persamaan (2.4)
diperoleh besaran pathloss 40 dB, dan dari persamaan (2.11) diperoleh besaran
kekuatan sinyal -30 dBm. Perbedaan tersebut dikarenakan sinyal dari access point
mendapatkan pengaruh interferensi dari perangkat Wi-Fi lainnya yang terdapat di
lokasi pengujian.
Hasil pengujian pada jarak 10 meter dari access point, kekuatan sinyal
yang diterima adalah -54 dBm dan besaran pathloss 64 dB. Sedangkan nilai
perhitungan dari persamaan (2.6) diperoleh besaran pathloss 60 dB, dan dari
persamaan (2.12) diperoleh besaran kekuatan sinyal -50 dBm. Perbedaan tersebut
dikarenakan sinyal mengalami interferensi dari perangkat Wi-Fi lainnya, namun
tidak begitu signifikan apabila dibandingakan dengan pengujian pada jarak
referensi.
Hasil pengujian pada jarak 20 meter dari access point, kekuatan sinyal
yang diterima adalah -60 dBm dan besaran pathloss 70 dB. Sedangkan nilai
perhitungan dari persamaan (2.6) diperoleh besaran pathloss 66 dB, dan dari
persamaan (2.12) diperoleh besaran kekuatan sinyal -56 dBm. Perbedaan tersebut
dikarenakan sinyal mengalami interferensi dari perangkat Wi-Fi lainnya, namun
tidak begitu signifikan apabila dibandingakan dengan pengujian pada jarak
referensi.
Hasil pengujian pada jarak 30 meter dari access point, kekuatan sinyal
yang diterima adalah -64 dBm dan besaran pathloss 74 dB. Sedangkan hasil
perhitungan dari persamaan (2.6) diperoleh besaran pathloss 70 dB, dan dari
persamaan (2.12) diperoleh besaran kekuatan sinyal -59 dBm. Perbedaan tersebut
dikarenakan sinyal mengalami interferensi dari perangkat Wi-Fi lainnya.

IV-8

Hasil pengujian pada jarak 40 meter dari access point, kekuatan sinyal
yang diterima adalah -66 dBm dan besaran pathloss 76 dB. Sedangkan hasil
perhitungan dari persamaan (2.6) diperoleh besaran pathloss 72 dB, dan dari
persamaan (2.12) diperoleh besaran kekuatan sinyal -62 dBm. Perbedaan tersebut
dikarenakan sinyal mengalami interferensi dari perangkat Wi-Fi lainnya.
Hasil pengujian pada jarak 50 meter dari access point, kekuatan sinyal
yang diterima adalah -69 dBm dan besaran pathloss 79 dB. Sedangkan hasil
perhitungan dari persamaan (2.6) diperoleh besaran pathloss 74 dB, dan dari
persamaan (2.12) diperoleh besaran kekuatan sinyal -64 dBm. Perbedaan tersebut
dikarenakan terjadinya fading akibat penyerapan gelombang elektromagnetik oleh
benda-benda disekitar arah rambatan sinyal.
Hasil pengujian pada jarak 60 meter dari access point, kekuatan sinyal
yang diterima adalah -73 dBm dan besaran pathloss 83 dB. Sedangkan hasil
perhitungan dari persamaan (2.6) diperoleh besaran pathloss 76 dB, dan dari
persamaan (2.12) diperoleh besaran kekuatan sinyal -65 dBm. Perbedaan tersebut
dikarenakan terjadinya fading akibat penyerapan gelombang elektromagnetik oleh
benda-benda disekitar arah rambatan sinyal.
Hasil pengujian pada jarak 70 meter dari access point, kekuatan sinyal
yang diterima adalah -74 dBm dan besaran pathloss 84 dB. Sedangkan hasil
perhitungan dari persamaan (2.6) diperoleh besaran pathloss 77 dB, dan dari
persamaan (2.12) diperoleh besaran kekuatan sinyal -76 dBm. Perbedaan tersebut
dikarenakan sinyal mengalami interferensi dari perangkat Wi-Fi lainnya, serta
terjadi fading akibat penyerapan gelombang elektromagnetik oleh benda-benda
disekitar arah rambatan sinyal.
Hasil pengujian pada jarak 80 meter dari access point, kekuatan sinyal
yang diterima adalah -74 dBm dan besaran pathloss 84 dB. Sedangkan hasil
perhitungan dari persamaan (2.6) diperoleh besaran pathloss 78 dB, dan dari
persamaan (2.12) diperoleh besaran kekuatan sinyal -68 dBm. Perbedaan tersebut
dikarenakan gelombang mengalami scattering akibat penghamburan sinyal oleh
benda-benda dan bangunan disekitar arah rambatan sinyal.
Hasil pengujian pada jarak 90 meter dari access point, kekuatan sinyal
yang diterima adalah -67 dBm dan besaran pathloss 77 dB. Sedangkan hasil

IV-9

perhitungan dari persamaan (2.6) diperoleh besaran pathloss 79 dB, dan dari
persamaan (2.12) diperoleh besaran kekuatan sinyal -69 dBm. Perbedaan tersebut
dikarenakan sinyal mengalami pemantulan oleh bangunan di sekitar lokasi
pegamatan, sehingga terjadi penguatan pada sinyal yang diterima.
Hasil pengujian pada jarak 100 meter dari access point, kekuatan sinyal
yang diterima adalah -70 dBm dan besaran pathloss 80 dB. Sedangkan hasil
perhitungan dari persamaan (2.6) diperoleh besaran pathloss 80 dB, dan dari
persamaan (2.12) diperoleh besaran kekuatan sinyal -70 dBm. Kesamaan tersebut
dikarenakan sinyal mengalami pemantulan oleh bangunan di sekitar lokasi
pegamatan, sehingga terjadi penguatan pada sinyal yang diterima.
Hasil pengujian pada jarak 110 meter dari access point, kekuatan sinyal
yang diterima adalah -74 dBm dan besaran pathloss 84 dB. Sedangkan hasil
perhitungan dari persamaan (2.6) diperoleh besaran pathloss 77 dB, dan dari
persamaan (2.12) diperoleh besaran kekuatan sinyal -76 dBm. Perbedaan tersebut
dikarenakan gelombang mengalami scattering akibat penghamburan sinyal oleh
benda-benda dan bangunan disekitar arah rambatan sinyal.
Hasil pengujian pada jarak 120 meter dari access point, kekuatan sinyal
yang diterima adalah -79 dBm dan besaran pathloss 89 dB. Sedangkan hasil
perhitungan dari persamaan (2.6) diperoleh besaran pathloss 82 dB, dan dari
persamaan (2.12) diperoleh besaran kekuatan sinyal -72 dBm. Perbedaan tersebut
dikarenakan sinyal mengalami interferensi dari perangkat Wi-Fi lainnya, serta
terjadi fading akibat penyerapan gelombang elektromagnetik oleh benda-benda
disekitar arah rambatan sinyal.
Hasil pengujian pada jarak 130 meter dari access point, kekuatan sinyal
yang diterima adalah -79 dBm dan besaran pathloss 89 dB. Sedangkan hasil
perhitungan dari persamaan (2.6) diperoleh besaran pathloss 82 dB, dan dari
persamaan (2.12) diperoleh besaran kekuatan sinyal -72 dBm. Perbedaan tersebut
dikarenakan terjadinya fading akibat penyerapan gelombang elektromagnetik oleh
benda-benda disekitar arah rambatan sinyal.
Hasil pengujian pada jarak 140 meter dari access point, kekuatan sinyal
yang diterima adalah -79 dBm dan besaran pathloss 89 dB. Sedangkan hasil
perhitungan dari persamaan (2.6) diperoleh besaran pathloss 83 dB, dan dari

IV-10

persamaan (2.12) diperoleh besaran kekuatan sinyal -73 dBm. Perbedaan tersebut
dikarenakan terjadinya fading akibat penyerapan gelombang elektromagnetik oleh
benda-benda disekitar arah rambatan sinyal.
Hasil pengujian pada jarak 150 meter dari access point, kekuatan sinyal
yang diterima adalah -78 dBm dan besaran pathloss 88 dB. Sedangkan hasil
perhitungan dari persamaan (2.6) diperoleh besaran pathloss 84 dB, dan dari
persamaan (2.12) diperoleh besaran kekuatan sinyal -74 dBm. Perbedaan tersebut
dikarenakan terjadinya fading akibat penyerapan gelombang elektromagnetik oleh
benda-benda disekitar arah rambatan sinyal.
Hasil pengujian pada jarak 160 meter dari access point, kekuatan sinyal
yang diterima adalah -76 dBm dan besaran pathloss 86 dB. Sedangkan hasil
perhitungan dari persamaan (2.6) diperoleh besaran pathloss 84 dB, dan dari
persamaan (2.12) diperoleh besaran kekuatan sinyal -74 dBm. Perbedaan tersebut
dikarenakan terjadinya fading akibat penyerapan gelombang elektromagnetik oleh
benda-benda disekitar arah rambatan sinyal.
Hasil pengujian pada jarak 170 meter dari access point, kekuatan sinyal
yang diterima adalah -75 dBm dan besaran pathloss 85 dB. Sedangkan hasil
perhitungan dari persamaan (2.6) diperoleh besaran pathloss 85 dB, dan dari
persamaan (2.12) diperoleh besaran kekuatan sinyal -75 dBm. Kesamaan tersebut
dikarenakan sinyal mengalami pemantulan oleh bangunan di sekitar lokasi
pegamatan, sehingga terjadi penguatan pada sinyal yang diterima.
Hasil pengujian pada jarak 180 meter dari access point, kekuatan sinyal
yang diterima adalah -77 dBm dan besaran pathloss 87 dB. Sedangkan hasil
perhitungan dari persamaan (2.6) diperoleh besaran pathloss 85 dB, dan dari
persamaan (2.12) diperoleh besaran kekuatan sinyal -75 dBm. Perbedaan tersebut
dikarenakan terjadinya fading akibat penyerapan gelombang elektromagnetik oleh
benda-benda disekitar arah rambatan sinyal.
Hasil pengujian pada jarak 190 meter dari access point, kekuatan sinyal
yang diterima adalah -79 dBm dan besaran pathloss 89 dB. Sedangkan hasil
perhitungan dari persamaan (2.6) diperoleh besaran pathloss 82 dB, dan dari
persamaan (2.12) diperoleh besaran kekuatan sinyal -72 dBm. Perbedaan tersebut

IV-11

dikarenakan terjadinya fading akibat penyerapan gelombang elektromagnetik oleh


benda-benda disekitar arah rambatan sinyal.
Hasil pengujian pada jarak 200 meter dari access point, kekuatan sinyal
yang diterima adalah -80 dBm dan besaran pathloss 90 dB. Sedangkan hasil
perhitungan dari persamaan (2.6) diperoleh besaran pathloss 86 dB, dan dari
persamaan (2.12) diperoleh besaran kekuatan sinyal -76 dBm. Perbedaan tersebut
dikarenakan terjadinya fading akibat penyerapan gelombang elektromagnetik oleh
benda-benda disekitar arah rambatan sinyal.
Hasil pengujian pada jarak 210 meter dari access point, kekuatan sinyal
yang diterima adalah -81 dBm dan besaran pathloss 91 dB. Sedangkan hasil
perhitungan dari persamaan (2.6) diperoleh besaran pathloss 86 dB, dan dari
persamaan (2.12) diperoleh besaran kekuatan sinyal -76 dBm. Perbedaan tersebut
dikarenakan terjadinya fading akibat penyerapan gelombang elektromagnetik oleh
benda-benda disekitar arah rambatan sinyal.
Hasil pengujian pada jarak 220 meter dari access point, kekuatan sinyal
yang diterima adalah -82 dBm dan besaran pathloss 92 dB. Sedangkan hasil
perhitungan dari persamaan (2.6) diperoleh besaran pathloss 87 dB, dan dari
persamaan (2.12) diperoleh besaran kekuatan sinyal -77 dBm. Perbedaan tersebut
dikarenakan terjadinya fading akibat penyerapan gelombang elektromagnetik oleh
benda-benda disekitar arah rambatan sinyal, serta pengaruh interferensi dari
perangkat Wi-Fi lainnya yang terdapat di sekitar lokasi pengamatan.
Hasil pengujian pada jarak 230 meter dari access point, kekuatan sinyal
yang diterima adalah -82 dBm dan besaran pathloss 92 dB. Sedangkan hasil
perhitungan dari persamaan (2.6) diperoleh besaran pathloss 87 dB, dan dari
persamaan (2.12) diperoleh besaran kekuatan sinyal -77 dBm. Perbedaan tersebut
dikarenakan terjadinya fading akibat penyerapan gelombang elektromagnetik oleh
benda-benda disekitar arah rambatan sinyal, serta pengaruh interferensi dari
perangkat Wi-Fi lainnya yang terdapat di sekitar lokasi pengamatan.
Hasil pengujian pada jarak 240 meter dari access point, kekuatan sinyal
yang diterima adalah -84 dBm dan besaran pathloss 94 dB. Sedangkan hasil
perhitungan dari persamaan (2.6) diperoleh besaran pathloss 88 dB, dan dari
persamaan (2.12) diperoleh besaran kekuatan sinyal -78 dBm. Perbedaan tersebut

IV-12

dikarenakan terjadinya fading akibat penyerapan gelombang elektromagnetik oleh


benda-benda disekitar arah rambatan sinyal, serta pengaruh interferensi dari
perangkat Wi-Fi lainnya yang terdapat di sekitar lokasi pengamatan.
Hasil pengujian pada jarak 250 meter dari access point, kekuatan sinyal
yang diterima adalah -84 dBm dan besaran pathloss 94 dB. Sedangkan hasil
perhitungan dari persamaan (2.6) diperoleh besaran pathloss 88 dB, dan dari
persamaan (2.12) diperoleh besaran kekuatan sinyal -78 dBm. Perbedaan tersebut
dikarenakan terjadinya fading akibat penyerapan gelombang elektromagnetik oleh
benda-benda disekitar arah rambatan sinyal, serta pengaruh interferensi dari
perangkat Wi-Fi lainnya yang terdapat di sekitar lokasi pengamatan. Berikut
adalah grafik pembandingan besaran RSSI antara hasil pengujian dan perolehan
hasil perhitungan.
jarak d (m)
0

20

40

60

80

100

120

140

160

180

200

220

240

0
-10

RSSI (dBm)

-20
-30
-40
-50
-60
-70
-80
-90
Asumsi

Pengujian

Gambar 4.6 Grafik pembandingan RSSI pada pengujian LOS


Pendekatan teori digunakan untuk menghitung perkiraan kekuatan sinyal
yang diterima serta redaman pathloss. Dari grafik di atas menunjukkan bahwa
hasil pengujian mendekati hasil perhitungan. Pada umumnya dari hasil pengujian
besaran kekuatan sinyal yang diperoleh berada di bawah dari hasil perhitungan,
yang disebabkan oleh beberapa faktor seperti interferensi terhadap perangkat
Wi-Fi lainnya, fading akibat penyerapan gelombang elektromagnetik, dan
scattering atau penghamburan sinyal oleh benda-benda di sekitar lokasi
pengujian. Namun pada jarak tertentu, terjadi penguatan karena sinyal mengalami
pantulan (reflection) terhadap benda atau bangunan di sekitar arah rambatan

IV-13

gelombang. Dari hasil pengujian LOS juga menunjukkan bahwa kekuatan sinyal
yang diterima semakin melemah apabila posisi laptop semakin menjauh dari
access point.
4.2.2 Analisis Hasil Pengujian pada Lokasi Pengamatan
Kondisi pada lokasi pengamatan bervariasi sebagaimana ditunjukkan pada
tabel 4.1. Oleh karena itu kekuatan sinyal dan kualitas koneksi yang diterima pada
laptop juga akan berbeda-beda walaupun dengan jarak yang lebih dekat. Berikut
adalah tabel hasil pengujian site survey terhadap access point.
Tabel 4.3 Hasil pengujian site survey pada perangkat NS2L
No.

Nama lokasi / site

RSSI (dBm) PL (dB)

Ping (ms)

% Loss

1 Lab Telkom

-74

84

2 Aula (D1/D2)

-74

84

30

10

3 Lab. Informatika

-90

100

4 Lab. Mekanika Fluida

-85

95

37

10

5 Lab. Dasar Konv. Energi

-80

90

16

6 Lab. Tek. Lingkungan

-84

94

20

7 Musholla Al-Istiqomah

-87

97

32

20

8 Parkiran motor dosen/TU

-82

92

18

20

9 Lab. Kendali

-73

83

23

10

10 Lab. Mekanika Tanah

-87

97

35

20

11 Gazebo

-86

96

20

25

12 Lapangan Voli

-86

96

20

13 Kelas D.18

-73

83

40

30

14 Kelas D.24

-92

102

15 Kantin Kmek

-85

95

27

20

16 Lab. Jalan Raya

-78

88

10

10

17 Gazebo Lab Inf.

-80

90

50

15

18 IAFT

-84

94

36

10

19 Kelas D.10

-86

96

20

20

-90

100

20 UKM
Ket: Gt = 8 dBi Pt = 20 dBm
Gr = 2 dBi d max = 250 m

tidak bisa koneksi

tidak bisa koneksi

tidak bisa koneksi

IV-14

Dari tabel 4.1 dan tabel 4.3 dapat dijelaskan bahwa pada titik pengamatan
pertama yaitu pada Lab Telkom yang berada di bawah lokasi perancangan access
point, maka kekuatan sinyal yang diterima adalah -74 dBm dan nilai pathloss 84
dB. Kualitas koneksi sangat baik dengan latency sebesar 3 ms dan tidak terdapat
packet loss. Hal ini dikarenakan jarak yang relatif dekat dan hanya terhalang oleh
atap dak beton.
Pada lokasi pengamatan kedua yaitu ruang Aula D1/D2, pengujian
dilakukan dengan jarak 71 meter dari access point. Kekuatan sinyal yang diterima
adalah -74 dBm dan nilai pathloss sebesar 84 dB. Sedangkan kualitas koneksi
baik, dengan latency 30 ms dan packet loss 10%. Hal ini dikarenakan sinyal
terhalang oleh sebagian atap bangunan, namun dampaknya tidak begitu signifikan
apabila untuk penggunaan browsing.
Lokasi pengamatan ke-3 yaitu Lab. Informatika yang terletak tidak jauh
dari ruang Aula dan berjarak 107 meter dari access point, kekuatan sinyal yang
diterima adalah -90 dBm dengan pathloss 100 dB, Kualitas koneksi sangat tidak
baik sehingga tidak dapat melakukan koneksi. Hal ini dikarenakan sinyal
terhalang langsung oleh bangunan Aula, serta pengaruh interferensi dari perangkat
Wi-Fi lainnya yang terdapat pada Lab.Informatika.
Lokasi pengamatan ke-4 yaitu Lab.Mekanika Fluida, dengan jarak titik
pengujian yaitu 90 meter dari access point. Kekuatan sinyal yang didapat adalah
-85 dBm dan pathloss sebesar 95 dB. Kualitas koneksi baik, dengan latency
sebesar 37 ms dengan packet loss 10%. Hal ini dikarenakan sinyal terhalang oleh
atap dan dinding bangunan tersebut, namun dampaknya tidak begitu signifikan
apabila untuk penggunaan browsing.
Lokasi pengamatan ke-5 yaitu Lab. Dasar Konversi Energi, dengan jarak
titik pengujian yaitu 53 meter dari access point. Kekuatan sinyal yang diterima
adalah -80 dBm dan pathloss sebesar 90 dB. Kualitas koneksi sangat baik, dengan
latency 16 ms dengan packet loss 5%. Hal ini dikarenakan jarak yang relatif
dekat, dan hanya terhalang atap bangunan.
Lokasi pengamatan ke-6 yaitu Lab.Teknik Lingkungan, dengan jarak titik
pengujian 58 meter dari access point. Kekuatan sinyal yang diterima adalah
-84 dBm dan pathloss sebesar 94 dB. Kualitas koneksi sangat baik dengan latency

IV-15

20 ms namun tidak terjadi packet loss. Hal ini dikarenakan bangunan lab tersebut
langsung berhadapan dengan perangkat access point.
Lokasi pengamatan ke-7 yaitu Musholla Al-Istiqomah, dengan jarak titik
pengujian 178 meter dari access point. Kekuatan sinyal yang diterima adalah -87
dBm dan pathloss sebesar 97 dB. Kualitas koneksi kurang baik, dengan latency
sebesar 32 ms serta terjadi packet loss 20%. Hal ini dikarenakan sinyal dari
perangkat access point terhalang oleh bangunan Lab.Teknik Lingkungan, serta
jarak yang relatif jauh.
Lokasi pengamatan ke-8 yaitu parkiran motor dosen/TU, dengan jarak titik
pengujian 180 meter dan perangkat access point dapat terlihat tanpa halangan atau
line of sight (LOS). Kekuatan sinyal yang diterima adalah -82 dBm dan pathloss
92 dB. Kualitas koneksi kurang baik dengan latency sebesar 18 ms dan terjadi
packet loss 20%. Hal ini dikarekanan terjadi interferensi dari sinyal wi-fi lainnya
yang terdapat di sekitar lokasi pengamatan.
Lokasi pengamatan ke-9 yaitu Lab.Kendali, dengan jarak titik pengujian
30

meter

dari

access

point.

Kekuatan

sinyal

yang diterima

adalah

-73 dBm dan pathloss 83 dB. Kualitas koneksi baik dengan latency sebesar 23 ms
serta terjadi packet loss 10%. Hal ini dikarenakan bangunan lab berhadapan
langsung dengan access point, namun sinyal mengalami interferensi dengan
perangkat Wi-Fi lainnya yang terdapat pada lab tersebut.
Lokasi pengamatan ke-10 yaitu Lab.Mekanika Tanah, dengan jarak titik
pengujian 114 meter dari access point. Kekuatan sinyal yang diterima adalah -87
dBm dan pathlos 97 dB. Kualitas koneksi kurang baik, dengan latency sebesar 35
ms serta terjadi packet loss 20%. Hal ini dikarenakan sinyal dari access point
terhalang bangunan lain.
Lokasi pengamatan ke-11 yaitu Gazebo, dengan jarak titik pengujian 146
meter dari access point. Kekuatan sinyal yang diterima adalah -86 dBm dan
pathloss 96 dB. Kualitas koneksi kurang baik, dengan latency 20 ms serta terjadi
packet loss 25%. Hal ini dikarenakan sinyal dari access point terhalang oleh
bangunan ruang kelas.
Lokasi pengamatan ke-12 yaitu Lapangan Voli, dengan jarak titik
pengujian 105 meter dari access point. Kekuatan sinyal yang diterima adalah

IV-16

sebesar -86 dBm dengan pathloss 96 dB. Kualitas koneksi sangat baik, dengan
latency 20 ms serta terjadi packet loss 5%. Hal ini dikarenakan lokasi pengamatan
berada di tempat terbuka (outdoor).
Lokasi pengamatan ke-13 yaitu ruang kelas D.18, dengan jarak titik
pengujian 145 meter dari access point. Kekuatan sinyal yang diterima adalah
sebesar -73 dBm dengan pathloss 83 dB. Kualitas koneksi kurang baik, dengan
latency 40 ms serta terjadi packet loss 30%. Hal ini dikarenakan sinyal terhalang
oleh atap dan dinding bangunan.
Lokasi pengamatan ke-14 yaitu ruang kelas D.24, dengan jarak titik
pengujian 98 meter dari access point. Kekuatan sinyal yang diterima adalah
-92 dBm dengan pathloss 102 dB, dan tidak dapat melakukan koneksi. Hal ini
dikarenakan sinyal dari access point terhalang oleh bangunan Lab.Kendali.
Lokasi pengamatan ke-15 yaitu Kantin Kmek, dengan jarak titik
pengujian 212 meter dari access point. Kekuatan sinyal yang diterima adalah
-85 dBm dengan pathloss 95 dB. Kualitas koneksi baik dengan latency 20 ms
serta terjadi packet loss sebesar 15%. Hal ini dikarenakan access point hanya
terhalang oleh sebagian atap bangunan Lab.Teknik Lingkungan, dan dampaknya
tidak begitu signifikan apabila untuk penggunaan browsing.
Lokasi pengamatan ke-16 yaitu Lab.Jalan Raya, dengan jarak titik
pengujian 71 meter dari access point. Kekuatan sinyal yang diterima adalah
-78 dBm dengan pathloss 88 dB. Kualitas koneksi baik, dengan latency 10 ms
serta terjadi packet loss sebesar 10%. Hal ini dikarenakan sinyal dari hanya
terhalang oleh sebagian atap bangunan serta dinding ruangan lokasi pengamatan,
dan dampaknya tidak begitu signifikan apabila untuk pengggunaan browsing.
Lokasi pengamatan ke-17 yaitu Gazebo yang terdapat di depan Lab.
Informatika, dengan jarak titik pengujian 142 meter. Kekuatan sinyal yang
diterima adalah -80 dBm dengan pathloss 90 dB. Kualitas koneksi dengan latency
50 ms serta terjadi packet loss 15%. Hal ini dikarenakan lokasi pengamatan
berada di luar ruangan (outdoor), dan sinyal hanya terhalang oleh sebagaian atap
bangunan Lab.Informatika. Dampaknya tidak begitu signifikan apabila untuk
penggunaan browsing.

IV-17

Lokasi pengamatan ke-18 yaitu ruang sekretariat IAFT, dengan jarak titik
pengujian 70 meter dari access point. Kekuatan sinyal yang diterima adalah
-84 dBm dengan pathloss 94 dB. Kualitas koneksi dengan latency 36 ms dan
terjadi packet loss 10%. Hal ini dikarenakan sinyal terhalang bangunan namun
dampaknya tidak begitu signifikan apabila untuk penggunaan browsing.
Lokasi pengamatan ke-19 yaitu ruang kelas D.10, dengan jarak titik
pengujian 148 meter dari access point. Kekuatan sinyal yang diterima adalah -86
dBm dengan pathloss 96 dB. Kualitas koneksi kurang baik, dengan latency 20 ms
dan terjadi packet loss sebesar 20%. Hal ini dikarenakan sinyal terhalang oleh
bangunan.
Lokasi pengamatan ke-20 yaitu bangunan UKM, dengan jarak titik
pengujian 172 meter dari access point. Kekuatan sinyal yang diterima adalah -90
dBm, dan tidak dapat melakukan koneksi. Hal ini dikarenakan sinyal terhalang
oleh bangunan Lab.Teknik Lingkungan serta jarak yang relatif jauh. Berikut
adalah grafik kekuatan sinyal yang diterima pada tiap-tiap lokasi pengamatan.
Jarak
0

20

40

60

80

100

120

140

160

180

200

220

240

RSSI

-20

-40
-60
-80

-100

5
1

2
16
6 18

12 10
14 3

17

13
19

11

20

8
7

15

lokasi pengamatan

Gambar 4.7 Grafik RSSI pada pengujian site survey


Dari hasil pengujian site survey menunjukkan bahwa terdapat beberapa
titik lokasi dengan perolehan kekuatan sinyal yang sama namun dengan latency
dan packet loss yang berbeda serta beberapa titik lokasi dengan jarak yang lebih
jauh dari access pont justru kualitas koneksi lebih baik dibandingkan titik lokasi
yang jaraknya lebih dekat degan access point. Hal ini disebabkan beberapa faktor
seperti obstacle (penghalang) serta interferensi dari sinyal Wi-Fi lainnya yang
terdapat di sekitar lokasi pengamatan.

IV-18

Untuk menentukan suatu kualitas koneksi ditinjau dari packet loss. Namun
dalam pengujian ini parameter didasarkan untuk penggunaan browsing saja dan
terjadinya packet loss masih dapat diterima dalam batasan tertentu. Sedangkan
penggunaan internet yang membutuhkan koneksi yang berkesinambungan atau
real time seperti live streaming, video conference, dan online gaming tidak dapat
mentolerir terjadinya packet loss. Berikut adalah tabel parameter kualitas koneksi
berdasarkan data dari hasil pengujian site survey.
Tabel 4.4 Parameter kualitas koneksi
Packet loss

Parameter

0% 5%

Sangat baik

> 5% 15%

Baik

> 15% 30%

Kurang baik

> 30%

Sangat tidak baik

Dengan demikian dari hasil pengujian, lokasi pengamatan dengan kualitas


koneksi yang baik hingga sangat baik rata-rata berada dalam radius kurang dari
100 meter dari access point, yaitu Lab. Telkom (1), Lab. Teknik Lingkungan (6),
Lab. Dasar Konversi Energi (5), Lapangan Voli (12), Lab. Jalan Raya (16), Lab.
Kendali (9), ruang aula D1/D2 (2), Sekretariat IAFT (18), dan Lab. Mekanika
Fluida (4), serta gazebo yang terletak di depan Lab.Informatika (17) dengan jarak
142 meter dari access point.
Lokasi pengamatan dengan kualitas koneksi kurang baik rata-rata berada
di luar radius 100 meter dari access point, yaitu parkiran motor dosen dan TU (8),
ruang kelas D.10 (19), Kantin Kmek (15), Musholla Al-Istiqomah (7), Lab.
Mekanika Tanah (10), Gazebo (11), dan ruang kelas D.18 (13). Sedangkan lokasi
pengamatan dimana tidak dapat melakukan koneksi adalah ruang kelas D.24 (14),
Lab.Informatika (3), dan bangunan UKM (20).

V-1

BAB V
PENUTUP

Dalam Bab penutup ini akan ditarik beberapa kesimpulan dan diuraikan
beberapa saran untuk kemajuan tugas akhir ini.
5.1

Kesimpulan
Dari hasil perancangan, pengujian dan analisis yang dilakukan, maka dapat

ditarik kesimpulan sebagi berikut.


1.

Seluruh perangkat yang digunakan dalam perancangan ini yaitu


Modem 3G, Router, Hub, Server EasyHotspot, dan keempat perangkat
access point NanoStation2 Loco (NS2L) dapat digunakan dan
berfungsi dengan baik.

2.

Antena yang terdapat pada perangkat NanoStation2 Loco merupakan


tipe directional dengan cakupan 60. Penggunaan empat perangkat
access point tersebut bertujuan agar dapat memperoleh cakupan yang
lebih luas, yaitu 240.

3.

Dari hasil pengujian tanpa halangan atau line of sight (LOS),


membuktikan bahwa perangkat access point dapat mencapai
jangkauan 250 meter, dengan perolehan sinyal mendekati nilai
perhitungan dan cenderung berbanding lurus terhadap jarak d.

4.

Dari hasil pengujian site survey, pancaran sinyal dari access point
dapat mencakup sebagian besar wilayah yang ditargetkan, namun
kekuatan sinyal dan kualitas koneksi bervariasi dan tidak selalu
berbanding lurus terhadap jarak d. Dari pengujian tersebut juga
menunjukkan bahwa apabila kekuatan sinyal yang diterima -90 dBm
ke bawah sehingga terlalu lemah maka tidak dapat melakukan koneksi
ke access point.

V-2

5.2. Saran
Adapun beberapa hal yang dapat ditambahkan dalam pengembangan
penulisan tugas akhir ini adalah sebagai berikut.
1.

Dibutuhkan penelitian lanjutan mengenai teknologi jaringan nirkabel


atau WLAN, mulai dari dasar teori, pengujian, analisis, dan penerapan
agar dapat diperoleh hasil yang lebih kongkrit.

2.

Perancangan access point dalam penulisan akhir ini diharapkan dapat


menjadi referensi baik untuk perkuliahan, praktikum maupun sebagai
bahan penelitian berikutnya.

3.

Agar dapat memperoleh kualitas sinyal yang lebih baik, disarankan


menggunakan perangkat repeater ataupun Wi-Fi adapter dan antena
eksternal dengan gain yang lebih kuat.

4.

Perangkat access point dan perangkat jaringan lainnya yang


digunakan dalam penulisan tugas akhir ini dapat dimodifikasi apabila
diperlukan untuk mendapatkan hasil yang lebih optimal, misalkan
dengan mengkonfigurasi keempat perangkat access point agar dapat
menggunakan satu SSID tunggal, serta mengubah sudut inklinasi atau
kemiringan vertikal perangkat access point.

Tampak samping

Gambar 5.1 Contoh pratinjau modifikasi sudut inklinasi


5.

Hendaknya dilakukan perawatan dan pemeliharaan secara berkala


terhadap seluruh perangkat yang digunakan, dan sebaiknya jangan
digunakan saat kondisi cuaca buruk atau listrik sedang tidak stabil
untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan.

DAFTAR PUSTAKA

Arnesen, Stig Erik. 2001. Modelling of Coverage in WLAN. Tesis Pascasarjana.


Grimstad, Norwegia: Agder University College.
Febrian, Jack. 2007. Kamus Komputer & Teknologi Informasi. Cetakan pertama.
Bandung: Informatika.
Moch. Linto Herlambang, Aziz Catur L. 2009. Panduan Lengkap Menguasai
Router Masa Depan menggunakan Mikrotik RouterOS. Yogyakarta: Andi
Publisher.
Rafiudin, Rahmat. 2006. Protokol-protokol Esensial Internet. Yogyakarta:
Penerbit ANDI.
Setiawan, Agus. 2004. Pengantar Sistem Komputer. Cetakan kedua. Bandung:
Informatika.
Utomo, Eko Priyo. 2012 Panduan Lengkap Membangun Jaringan Wireless
Tanpa Teknisi. Yogyakarta: Andi Publisher.
http://www.ubnt.com/nanostation diakses pada 28 Januari 2013 pukul 17.00
WIB 18.00 WIB
http://www.dlink.co.id/products/?idproduct=400 diakses pada 25 Februari 2013
pukul 20.00 WIB 21.00 WIB
http://www.afar.net/fresnel-zone-calculator/ diakses pada 28 Februari 2013 pukul
13.00 WIB 16 WIB
http://en.wikipedia.org/wiki/Asymmetric_digital_subscriber_line diakses pada 3
Maret 2013 pukul 14.00 WIB 16.00 WIB
http://kambihenk.blogspot.com/2011/06/nano-station-laporan-smk-2011.html
diakses pada tanggal 3 Februari 2013 pukul 15.00 WIB 16 WIB
http://id.wikipedia.org/wiki/Alamat_IP diakses pada tanggal 10 Januari 2013
pukul 23.00 WIB 24 WIB
http://orinet-semarang.blogspot.com/2008/07/apa-itu-wireless.html diakses pada
tanggal 10 Februari 2013 pukul 15.00 17 WIB
http://www.docstoc.com/docs/20597295/Rugi-rugi-lintasan-perambatangelombang diakses pada 10 Maret 2013 pukul 14.00 15 WIB

xv

LAMPIRAN 1
Spesifikasi Teknis Perangkat

A. Spesifikasi Teknis NanoStation2 Loco

xvi

B. Spesifikasi Teknis Modem MTC Huawei E171

xvii

C. Spesifikasi Teknis Router TP-Link TL-MR3020

HARDWARE FEATURES
Interface

1 10/100Mbps WAN/LAN Port, USB 2.0 Port for


3G/4G modem, a mini USB Port for power supply.

Button

Quick Setup Security Button, Reset Button, Mode


Switch

External Power Supply

5VDC/1.0A

Dimensions ( W x D x H )

2.9 x 2.6 x 0.9 in. (74 x 67 x22 mm)

Antenna Type

Internal Antenna
WIRELESS FEATURES

Wireless Standards

IEEE 802.11n, IEEE 802.11g, IEEE 802.11b

Frequency

2.4-2.4835GHz

EIRP

<20dBm

Wireless Modes

3G Router, Travel Router (AP), WISP Client Router

Wireless Security

Support 64/128 bit WEP, WPA-PSK/WPA2-PSK,


Wireless MAC Filtering
SOFTWARE FEATURES

DHCP

Server, DHCP Client List, Address Reservation

Port Forwarding

Virtual Server, Port Triggering, DMZ, UPnP

Access Control

Parental Control, Host List, Access Schedule, Rule


Management

Security

Firewall, MAC filtering, Denial of Service (DoS)


OTHERS

Certification

CE, FCC, RoHS

Package Contents

TL-MR3020 router, QIG, Power Adapter, USB Cable,


Resource CD, Ethernet Cable

System Requirements

Microsoft Windows 98SE, NT, 2000, XP, Vista or


Windows 7, MAC OS, NetWare, UNIX or Linux.

Environment

Operating temperature:-10~60
Storage Temperature: -40~80
Operating Humidity: 10%~90% non-condensing
Storage Humidity: 5%~90% non-condensing

xviii

D. Spesifikasi Teknis Router TP-Link TL-MR3020

HARDWARE FEATURES
Interface

5 10/100Mbps RJ45 Ports


AUTO Negotiation/AUTO MDI/MDIX

External Power Supply

100-240VAC, 50/60Hz

Dimensions (W X D X H)

4.1 x 2.8 x 0.9 in. (103.5 x 70 x 22 mm)

Fan Quantity

Fanless
SOFTWARE FEATURES

Transfer Method

Store and Forward

Advanced Functions

Green Technology, saving power up to 60%


802.3X Flow Control, Back Pressure
Auto-Uplink Every Port
OTHERS

Certification

FCC, CE, RoHs

Package Contents

5-Port 10/100Mbps Desktop Switch


Power Adapter
User Guide

System Requirements

Microsoft Windows 98SE, NT, 2000, XP, Vista or


Windows 7, MAC OS, NetWare, UNIX or Linux.

Environment

Operating Temperature: 0~40 (32~104);


Storage Temperature: -40~70 (-40~158);
Operating Humidity: 10%~90% non-condensing;
Storage Humidity: 5%~90% non-condensing

xix

LAMPIRAN 2
Dokumentasi

Persiapan pembuatan tower

Pengelasan plat sambungan

xx

Pengelasan dudukan perangkat

xxi

Pengelasan tangga pemanjat

Penghalusan sisa-sisa pengelasan

xxii

Finishing kaki tower

Pemasangan kabel access point

xxiii

Indikator power dan LAN pada NS-RAP_1

Indikator power dan LAN pada NS-RAP_2

xxiv

Indikator power dan LAN pada NS-RAP_3

Indikator power dan LAN pada NS-RAP_4

xxv

Perangkat jaringan tanpa server EasyHotspot

Perangkat jaringan dengan server EasyHotspot

xxvi

Perangkat access point pada dudukan

Perangkat access point pada tower

xxvii

LAMPIRAN 3
Lokasi dan Hasil Pengamatan

Pencitraan satelit dengan sebaran titik lokasi pengamatan


xxviii

Tabel hasil pengamatan (diurutkan berdasarkan SSID dan jarak)


No.

Nama ruang / site

Jarak (m)

SSID

RSSI

Pathloss

Ping (ms)

% Loss

9 Lab. Kendali

30 NS-RAP_1

-73

83

23

10

6 Lab. Tek. Lingkungan

58 NS-RAP_1

-84

94

20

14 Kelas D.24

98 NS-RAP_1

-92

102

19 Kelas D.10

148 NS-RAP_1

-86

96

20 UKM

172 NS-RAP_1

-90

100

7 Musholla Al-Istiqomah

178 NS-RAP_1

-87

97

32

20

8 Parkiran motor dosen/TU

180 NS-RAP_1

-82

92

18

10

15 Kantin Kmek

212 NS-RAP_1

-85

95

27

20

16 Lab. Jalan Raya

71 NS-RAP_2

-78

88

10

10

10 Lab. Mekanika Tanah

114 NS-RAP_2

-87

97

35

20

13 Kelas D.18

145 NS-RAP_2

-73

83

40

30

11 Gazebo

146 NS-RAP_2

-86

96

20

25

9 NS-RAP_3

-74

84

70 NS-RAP_3

-84

94

36

10

105 NS-RAP_3

-86

96

20

5 Lab. Dasar Konv. Energi

53 NS-RAP_4

-80

90

16

2 Aula (D1/D2)

71 NS-RAP_4

-74

84

30

10

4 Lab. Mekanika Fluida

90 NS-RAP_4

-85

95

37

10

3 Lab. Informatika

107 NS-RAP_4

-90

100

17 Gazebo Lab Inf.

142 NS-RAP_4

-80

90

1 Lab Telkom
18 IAFT
12 Lapangan Voli

xxix

Tidak bisa koneksi


20

20

Tidak bisa koneksi

Tidak bisa koneksi


50

15

Anda mungkin juga menyukai