Anda di halaman 1dari 83

PERENCANAAN JARINGAN INDOOR UNTUK TEKNOLOGI LTE DI

GEDUNG FAKULTAS ILMU TERAPAN UNIVERSITAS TELKOM


Indoor Network Planning For LTE Technology in Telkom Applied Sciences School
Building Faculty of Telkom University

PROYEK AKHIR
Disusun sebagi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Ahli Madya pada
Program Studi D3 Teknik Telekomunikasi Fakultas Ilmu Terapan
Universitas Telkom
disusun oleh:

BURTON SINAGA
6305130051

D3 TEKNIK TELEKOMUNIKASI
FAKULTAS ILMU TERAPAN
UNIVERSITAS TELKOM
2016
LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS
1

Nama

: Burton Sinaga

NIM

: 6305130051

Alamat

: Jalan Parit Pangeran Gg.Ratubadis nomor 4, Kelurahan Siantan Hulu


Kecamatan Pontianak Utara, Pontianak

No. Telp/HP : 082161572219


E-mail

: sinagaburton@gmail.com

Menyatakan bahwa Proyek Akhir ini merupakan karya orisinal saya sendiri, dengan judul:
Perencanaan Jaringan Indoor untuk LTE Teknologi LTE di Gedung Fakultas Ilmu
Terapan Universitas Telkom
(Indoor Network Planning For LTE Technology in Telkom Applied Sciences School
Building Faculty of Telkom University)
Atas pernyataan ini, saya siap menanggung resiko/sanksi yang dijatuhkan kepada saya
apabila di kemudian hari ditemukan adanya pelanggaran terhadap kejujuran akademik atau
etika keilmuan dalam karya ini, atau ditemukan bukti yang menunjukkan ketidakaslian
karya ini.

Bandung, Juni 2016

Burton Sinaga
NIM: 6305130051

LEMBAR PENGESAHAN
PROYEK AKHIR
2

PERENCANAAN JARINGAN INDOOR UNTUK TEKNOLOGI LTE DI


GEDUNG FAKULTAS ILMU TERAPAN UNIVERSITAS TELKOM
Indoor Network Planning For LTE Technology in Telkom Applied Sciences
School Building Faculty of Telkom University
Disusun oleh :
BURTON SINAGA
6305130051
Telah disetujui dan disahkan sebagai Proyek Akhir II
Program Studi D3 Teknik Telekomunikasi
Fakultas Ilmu Terapan
Universitas Telkom

Bandung, 13 Juni 2016


Menyetujui,

Pembimbing I

Pembimbing II

Hasanah Putri, ST. ,MT.

Dwi Andi Nurmantris, S.Pd., MT.

NIK : 14871304-1

NIK : 14851490-1

ABSTRAK
Mendapatkan transfer data rate yang tinggi merupakan tujuan utama dalam
perkembangan teknologi komunikasi seluler saat ini. Melakukan perluasan coverage dan
perbaikan kualitas sinyal, menjadi fokus utama bagi penyedia layanan untuk mendapatkan
kepuasan pelanggannya akan layanan yang diberikan. Melakukan perluasan jaringan pada
3

area indoor, berarti melakukan perencanaan jaringan dan, perencanaan jaringan indoor
biasa dilakukan pada tempat-tempat umum yang sering dikunjungi setiap hari, salah
satunya ialah kampus atau gedung perkuliahan. Gedung FIT (Fakultas Ilmu Terapan)
Universitas Telkom, menjadi salah satu target untuk dilakukan perencanaan jaringan
indoor, agar user didalam gedung tersebut tetap mendapatkan layanan/akses yang baik atau
mendapatkan experience dari kinerja teknologi yang ada saat ini.
Pada Proyek Akhir ini, dilakukan perencanaan jaringan indoor LTE (Long Term
Evolution) di gedung FIT Universitas Telkom. Teknologi LTE merupakan teknologi dari
generasi terbaru saat ini yang menawarkan layanan lebih baik dari teknologi sebelumnya.
Metode perencanaan jaringan yang dilakukan untuk mendapatkan jumlah site atau FAP
(Femtocell Access Point), dilakukan dengan melakukan perhitungan dari sisi coverage
planning dan capacity planning. Untuk memperoleh ketepatan/akurasi yang baik dalam
perhitungan loss perambatan sinyal indoor area, digunakan pemodelan propagasi Cost-231
Multiwall. Jumlah site yang didapat dari hasil perencanaan, akan diuji performanya dalam
software simulasi RPS (Radiowave Propagation Simulatior). Parameter yang ditinjau dari
hasil simulasi adalah RSL (Received Signal Level) dan SIR (Signal Interference Ratio).
Hasil perencanaan jaringan indoor LTE di gedung FIT Universitas Telkom pada
Proyek Akhir ini diperoleh nilai RSL untuk lantai 1,2,3 masing-masing adalah -50,26 dBm,
-48,22 dBm, -47,27 dBm dan nilai RSL dari hasil simulasi dari semua lantai adalah -44,74
dBm. Untuk nilai SIR diperoleh dari hasil simulasi pada lantai 1,2,3 masing-masing adalah
20,08 dB, 13,33 dB, 10,04 dB dan hasil simulasi dari semua lantai adalah 7,19 dB. Dari
hasil simulasi yang diperoleh, perencanaan jaringan indoor LTE telah memenuhi KPI (Key
Performance Indicator) LTE indoor planning yang digunakan oleh industri
telekomunikasi.
Kata kunci : LTE, Coverage planning, Capacity Planning, RSL, SIR

ABSTRACT
Getting a high data transfer rate is a major goal in the development of mobile
communication technology today. Expanding coverage and improving the quality of the
signal, a central focus for service providers to gain customer satisfaction for services
rendered. Expanding the network to the indoor area, means planning and network, network
planning is done on a regular indoor public places frequented every day, one of them being
college campus or building. Building FIT (Faculty of Applied Sciences) Telkom
University, became one of the targets to be done indoor network planning, so that the user
inside the building will still get the service / good access or to gain experience of the
performance of the technology that exists today.
In this Final Project, conducted indoor network planning LTE (Long Term
Evolution) in the FIT building Telkom University. LTE technology is a technology of the
latest generation of today that offer better service than previous technology. Network
planning methods are performed to obtain the number of sites or FAP (Femtocell Access
Point), was undertaken with the calculation of the coverage planning and capacity
planning. To obtain precision / accuracy in both the indoor signal propagation loss
calculation area, used modeling the propagation of Cost-231 Multiwall. Total site obtained
from planning, to test its performance in simulation software RPS (Radiowave Propagation
Simulatior). The parameters were evaluated from the results of the simulation are RSL
(Received Signal Level) and SIR (Signal to Interference Ratio).
The results of indoor LTE network planning at the University of Telkom FIT
building in this Final Project RSL values obtained for each floor 1,2,3 is -50.26 dBm,
-48.22 dBm, -47.27 dBm and the value of the result RSL simulation of all floors is -44.74
dBm. For SIR values obtained from the simulation results on the floor 1,2,3 respectively is
20.08 dB, 13.33 dB, 10.04 dB and the simulation results of all floors is 7.19 dB. From the
simulation results obtained, planning indoor LTE network in compliance with the KPI
(Key Performance Indicator) LTE indoor planning used by the telecommunications
industry.
Keyword : LTE, Coverage planning, Capacity Planning, RSL, SIR

KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karena atas berkat dan rahmatNya yang sedemikian besar sehingga buku Proyek Akhir yang berjudul Perencanaan
Jaringan Indoor untuk Teknologi LTE di Gedung Fakultas Ilmu Terapan Universitas
Telkom dapat diselesaikan dengan baik sebagai syarat untuk memperoleh gelar Ahli
Madya Jurusan Teknik Telekomunikasi Fakultas Ilmu Terapan pada lembaga pendidikan
Universitas Telkom.
Keberhasilan dalam penulisan buku Proyek Akhir ini tidak lepas dari peran,
dukungan dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan
terimakasih kepada seluruh pihak yang telah membantu dan memberi arahan, bimbingan
serta semangat kepada penulis.
Sebagai penutup, penulis menyadari bahwa dalam penyusunan buku Proyek Akhir
ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran
yang dapat membuat buku Proyek Akhir ini menjadi lebih baik. Penulis berharap semoga
buku Proyek Akhir ini menjadi manfaat bagi pembaca dan khususnya bagi diri penulis
sendiri.

Bandung, Juni 2016

Penulis

UCAPAN TERIMA KASIH


Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan Berkat dan Nikmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Proyek Akhir
ini. Dalam Pengerjaan Proyek Akhir dan penulisan buku ini, banyak sekali masukan,
arahan, dukungan serta nasehat yang penulis terima dari berbagai pihak. Dalam
kesempatan ini, penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Tuhan Yesus Kristus atas kasih karunia, kemurahan dan penyertaan-Nya.
2. Kedua orang tuaku, Bapak Aman Sinaga dan Ibu Rotua Manik yang selalu
memberikan dukungan, motivasi, doa, dan kasih sayang kepada penulis. Semoga
umur dan sehat selalu.
3. Kedua saudara kandungku (Yuni Vonti Ria Sinaga dan Andi Ganda Jeremia Sinaga)
yang selalu memberi semangat, dukungan, dan mendoakanku.
4. Bapak dan Ibu pembimbing 1 dan pembimbing 2, Ibu Hasanah Putri dan Pak Dwi
Andi Nurmantris atas arahan dan bimbingannya sehingga Proyek Akhir ini berhasil
dengan baik. Semoga penulis dapat membalas kebaikan Bapak Ibu.
5. Teman-teman dan senior Mobile Communication Laboratory yang jadi tempat
penulis belajar banyak hal, motivasi dan pengalaman yang benar-benar baru. Kak
Faddli, Kak Bowo, Kak Rizky Ponti, Kak Fanny, Kak Haidar, Kak Luthfi, Kak
Arsyad, Kak Yusuf, Yusuf Cibol, Kak Rizky Fadilah, Kak Ummi, Kak Fauzi, Kak
Tika, Chae dan senior-senior lain yang tidak bisa penulis sebutkan satu per satu.
6. Teman-teman seperjuangan sekaligus menjadi keluarga pertama bagi penulis di
tanah Sunda ini, kelas D3TT-37-02 yang penulis cintai yang telah memberikan
dukungan, semangat dalam pengerjaan Proyek Akhir ini dan yang telah
memberikan banyak cerita/pengalaman baru kepada penulis selama kuliah ini. Big
thanks.
7. Untuk teman-teman karib penulis yang juga sedang dan akan menjalankan tugas /
proyek akhir, Rana, Tere, Desi, Ira, Rina, Rico, Emli, Rizky, Roy, Haga, Akbar
Pasaribu, Sofyan semoga nantinya pengerjaan proyek akhirnya lancar dan sukses.
7

DAFTAR ISI

ABSTRAK................................................................................................................................
ABSTRACT..............................................................................................................................
KATA PENGANTAR.................................................................................................................
UCAPAN TERIMA KASIH.....................................................................................................
DAFTAR ISI...........................................................................................................................viii
DAFTAR GAMBAR..................................................................................................................
DAFTAR TABEL.....................................................................................................................
DAFTAR ISTILAH.................................................................................................................xii
DAFTAR SINGKATAN.........................................................................................................xiii
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................
1.1 Latar Belakang..................................................................................................................
1.2 Tujuan dan Manfaat..........................................................................................................
1.3 Rumusan Masalah............................................................................................................
1.4 Batasan Masalah...............................................................................................................
1.5 Metodologi Penelitian......................................................................................................
1.6 Sistematika Penulisan......................................................................................................
BAB II DASAR TEORI.............................................................................................................
2.1 KONSEP DASAR TEKNOLOGI LONG TERM EVOLUTION (LTE)...........................
2.1.1 Arsitektur jaringan LTE.............................................................................................
2.2 PERENCANAAN JARINGAN INDOOR.....................................................................10
2.2.1 Prosedur perencanaan jaringan indoor.....................................................................11
2.2.2 Penempatan antena indoor.......................................................................................11
2.2.3 Coverage planning...................................................................................................12
2.2.4 Model propagasi......................................................................................................15
2.2.5 Perhitungan luas cell................................................................................................16
2.2.6 Perhitungan jumlah site by coverage planning........................................................16
2.2.7 Capacity Planning....................................................................................................17
2.2.8 Perhitungan jumlah site by capacity planning.........................................................21
2.3 KONSEP DASAR TEKNOLOGI FEMTOCELL..........................................................21
9

2.4 RADIOWAVE PROPAGATION SIMULATOR............................................................22


2.5 PHYSICAL CELL IDENTITY....................................................................................22
BAB III PERENCANAAN JARINGAN IBC.........................................................................25
3.1 DESKRIPSI PROYEK AKHIR.....................................................................................25
3.2 PROSES PERENCANAAN...........................................................................................25
3.2.1 Pengumpulan data & survei.....................................................................................26
3.2.2 Walktest....................................................................................................................31
3.2.3 Coverage dimensioning...........................................................................................32
3.2.4 Capacity dimensioning............................................................................................37
BAB IV SIMULASI DAN ANALISIS HASIL PERENCANAAN........................................41
4.1 PEMILIHAN JUMLAH FAP.........................................................................................41
4.2 SIMULASI PERENCANAAN......................................................................................42
4.2.1 Analisis hasil simulasi berdasarkan RSL.................................................................42
4.2.2 Analisis hasil simulasi berdasarkan SIR..................................................................46
4.3 ANALISA BERDASARKAN KPI.................................................................................49
BAB V PENUTUP...................................................................................................................51
5.1 KESIMPULAN..............................................................................................................51
5.2 SARAN...........................................................................................................................51
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................52
LAMPIRAN.............................................................................................................................53

10

DAFTAR GAMBAR
GAMBAR 2.1 ARSITEKTUR JARINGAN LONG TERM EVOLUTION [9]............................................
GAMBAR 2.2 IBC (INDOOR BUILDING COVERAGE) MODEL BY RPS [2]...................................10
GAMBAR 2.3 ESTIMASI LINK BUDGET UPLINK [7]...................................................................13
GAMBAR 2.4 ESTIMASI LINK BUDGET DOWNLINK [7]..............................................................14
GAMBAR 2.5 LTE FEMTOCELL ARCHITECTURE [1]...................................................................22
GAMBAR 3.1 DIAGRAM ALIR PERENCANAAN..........................................................................26
GAMBAR 3.2 GEDUNG FAKULTAS ILMU TERAPAN, UNIVERSITAS TELKOM............................27
GAMBAR 3.3 3D MODEL GEDUNG FAKULTAS ILMU TERAPAN, UNIVERSITAS TELKOM..........27
GAMBAR 3.4 DENAH LANTAI 1................................................................................................28
GAMBAR 3.5 DENAH LANTAI 2................................................................................................29
GAMBAR 3.6 DENAH LANTAI 3................................................................................................29
GAMBAR 3.7 HASIL WALKTEST...............................................................................................31
GAMBAR 3.8 PROSEDUR COVERAGE PLANNING.......................................................................32
GAMBAR 3.9 PROSEDUR CAPACITY PLANNING..........................................................................38
GAMBAR 4.1 (A) PLOTTING TRANSMITTER 2D VIEW, (B) PLOTTING TRANSMITTER 3D
VIEW..................................................................................................................................42
GAMBAR 4.2 (A) SIMULASI PERENCANAAN LANTAI SATU 3D VIEW (B) CHART DIAGRAM RSL ........43
GAMBAR 4.3 (A) SIMULASI PERENCANAAN LANTAI DUA 3D VIEW (B) CHART DIAGRAM RSL.........44
GAMBAR 4.4 (A) SIMULASI PERENCANAAN LANTAI TIGA 3D VIEW (B) CHART DIAGRAM RSL........45
GAMBAR 4.5 (A) SIMULASI PERENCANAAN SEMUA LANTAI 3D VIEW (B) CHART DIAGRAM RSL.....45
GAMBAR 4.6 (A) SIMULASI PERENCANAAN LANTAI SATU 3D VIEW (B) CHART DIAGRAM SIR.........46
GAMBAR 4.7 (A) SIMULASI PERENCANAAN LANTAI DUA 3D VIEW (B) CHART DIAGRAM SIR..........47
GAMBAR 4.8 (A) SIMULASI PERENCANAAN LANTAI TIGA 3D VIEW (B) CHART DIAGRAM SIR.........48
GAMBAR 4.9 (A) SIMULASI PERENCANAAN SELURUH LANTAI 3D VIEW (B) CHART DIAGRAM SIR

..........................................................................................................................................49

11

DAFTAR TABEL
TABEL 2.1 SPESIFIKASI LONG TERM EVOLUTION REL 8.........................................................6
TABEL 2.2 TIPE DINDING PADA MULTI-WALL MODEL [4]..................................................15
TABEL 2.3 SERVICE AND TRAFFIC MODEL PARAMETER [5]................................................18
TABEL 2.4 NILAI UMUM UNTUK PEAK TO AVERAGE RATIO...............................................19
TABEL 2.5 AVERAGE SINR 1800 MHZ DISTRIBUTION........................................................20
TABEL 2.6 ALOKASI PCI......................................................................................................23
TABEL 3.1 SPESIFIKASI GEDUNG FAKULTAS ILMU TERAPAN UNIVERSITAS TELKOM..........28
TABEL 3.2 SPESIFIKASI PERENCANAAN JARINGAN LTE INDOOR DI GEDUNG FIT UNIVERSITAS TELKOM. .30
TABEL 3.3 JUMLAH USER TIAP LANTAI................................................................................30
TABEL 3.4 UPLINK LINK BUDGET LTE................................................................................33
TABEL 3.5 DOWNLINK LINK BUDGET LTE...........................................................................33
TABEL 3.6 ESTIMASI JUMLAH FAP DI SETIAP LANTAI.........................................................37
TABEL 3.7 SINGLE USER THROUGHPUT...............................................................................39
TABEL 3.8 TOTAL NETWORK THROUGHPUT........................................................................39
TABEL 3.9 SINGLE SITE THROUGHPUT................................................................................40
TABEL 3.10 JUMLAH FAP....................................................................................................40
TABEL 4.1 FINAL NUMBER OF FAP......................................................................................41
TABEL 4.2 HASIL SIMULASI BY RSL & SIR ACUAN KPI OPERATOR...................................49

12

DAFTAR ISTILAH

Cell

: Cakupan area layanan dari suatu site

Dimensioning

: Melakukan perhitungan/perubahan terhadap suatu


hal didalam planning

Femtocell

: Salah satu jenis dari suatu cell berdasarkan radius

Femtocell Access Point

: Merupakan site LTE indoor

Received Signal Level

:Mengindikasikan kekuatan sinyal yang diterima

user
Release

: Merupakan penamaan dokumen yang untuk suatu


teknologi baru yang dikeluarkan oleh 3GPP

Resource Block

: Merupakan resource pada LTE yang dialokasikan


kepada user

Signal Interference Ratio

: Mengindikasikan kualitas sinyal yang diterima user

Site

: Adalah BTS, nodeB, eNodeB, atau HeNodeB aktif

Throughput

: Merupakan jumlah bit data yang berhasil diterima


user per satuan waktu

13

DAFTAR SINGKATAN
EIRP

: Effective Isotropic Radiated Power

FAP

: Femtocell Access Point

Kbps

: Kilo bit per second

KPI

: Key Performance Indicator

LTE

: Long Term Evolution

MAPL : Maximum Allowable Path Loss


Mbps

: Mega bit per second

MIMO

: Multiple Input Multiple Output

Mhz

: Mega Hertz

PCI

: Physical Cell Identity

RSL

: Received Signal Level

SIR

: Signal Interference Ratio

SINR

: Signal Interference Noise Ratio

14

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
LTE (Long Term Evolution) merupakan teknologi yang dikembangkan oleh badan
standarisasi 3GPP (Third Generation Partnership Project), untuk memenuhi demand
pengguna seluler saat ini terhadap transfer data rate dan layanan data. Penerapan teknologi
LTE sudah gencar dilakukan pada beberapa negara termasuk di Indonesia. Namun,
perkembangan LTE di Indonesia cenderung lamban dikarenakan beberapa kendala seperti
regulasi, kesiapan operator, dan realokasi frekuensi. Untuk tetap memberikan user
experience terhadap jaringan LTE, para penyedia layanan di Indonesia gencar melakukan
komersial LTE, termasuk mengimplementasikan pada indoor area. Perencanaan jaringan
untuk indoor area diutamakan pada tempat yang sering dikunjungi setiap harinya, seperti
kampus atau gedung perkuliahan.
Gedung FIT (Fakultas Ilmu Terapan) merupakan salah satu gedung milik
Universitas Telkom yang menjadi salah satu tempat aktivitas belajar, penyelenggaraan
perkuliahan dan aktivitas mahasiswa setiap harinya. Untuk tetap memenuhi tercapainya
user experience terhadap teknologi LTE didalam gedung tersebut, perencanaan jaringan
indoor LTE merupakan solusi yang bisa dilakukan. Dengan melakukan perencanaan
jaringan indoor LTE cakupan femtocell, dapat mencakup semua sisi area didalam gedung
yang tidak dapat dijangkau oleh cell outdoor sebelumnya dan penerapan indoor LTE
dengan teknik femtocell coverage lebih mudah dan murah untuk dilakukan daripada
menggunakan teknik outdoor cell coverage.
Pada Proyek Akhir ini, dilakukan proses perencanaan jaringan indoor LTE pada
gedung FIT Universitas Telkom dengan teknik femtocell coverage, agar tercapai user
experience terhadap teknologi LTE didalam gedung tersebut dan dengan cost deploy yang
seminimal mungkin. Perencanaan jaringan yang dilakukan pada gedung FIT, terdiri dari
lantai 1 hingga lantai 3 dengan kapasitas user dalam perencanaan adalah kapasitas
maksimum gedung untuk menampung user per lantainya.

1.2 Tujuan dan Manfaat


Tujuan dan Manfaat dari penulisan Proyek Akhir ini adalah :
1. Melihat performansi jaringan LTE Indoor berdasarkan jumlah antena yang dipropose pada proyek akhir ini
2. Menampilkan nilai Received Signal Level rata-rata yang didapat dari hasil
simulasi berdasarkan model propagasi yang digunakan pada Proyek Akhir ini
3. Menampilkan nilai Signal Interference Ratio rata-rata yang didapatkan dari hasil
simulasi berdasarkan model propagasi yang digunakan pada Proyek Akhir ini
4. Membandingkan hasil simulasi yang didapat dengan KPI Planning Indoor LTE
di dunia Industri
1.3 Rumusan Masalah
Berikut ini adalah perumusan masalah yang diambil untuk penulisan Proyek
Akhir berdasarkan latar belakang permasalahan adalah :
1. Perhitungan Radio Link Budget indoor yang sesuai untuk menentukan total
Pathloss
2. Pemodelan propagasi Cost-231 Multiwall untuk Indoor Planning
3. Dimensioning Coverage planning dan Capacity Planning
4. Pemodelan Service dan Traffic Parameter yang digunakan pada Indoor Planning
1.4 Batasan Masalah
Pada Proyek Akhir ini dilakukan beberapa pembatasan masalah agar dapat
fokus dan tidak mengkaji masalah secara berlebihan yaitu sebagai berikut :
1. Spesifikasi LTE yang digunakan mengacu pada 3GPP Release 8
2. Perencanaan Indoor dilakukan pada Gedung Fakultas Ilmu Terapan, Universitas
Telkom dari lantai 1 s/d 3
3. Tidak terdapat Pertumbuhan user / Growth Factor didalam gedung
4. Metode yang dibahas dalam perencanaan jaringan Indoor LTE adalah Coverage
Planning dan Capacity Planning
2

5. Pemodelan propagasi yang digunakan adalah Cost-231 Multiwall


6. Parameter yang ditinjau dari hasil simulasi adalah Received Signal Level dan
Signal Interference Ratio
1.5 Metodologi Penelitian
Langkah langkah yang ditempuh dalam menulis Proyek Akhir ini adalah
sebagai berikut :
1. Studi Literatur
Pencarian dan pengumpulan literatur literatur maupun kajian-kajian yang
mendukung atau berkaitan dengan permasalahan-permasalahan yang ada dalam
Proyek Akhir ini. Hal tersebut dapat berupa buku referensi, artikel.
2. Perencanaan Sistem
Membuat rencana rencana dan prediksi prediksi berdasarkan analisa dan
referensi-referensi yang ada.
3. Simulasi Sistem
Mensimulasikan hasil perencanaan yang ditelah dihitung secara manual ke software
simulasi planning untuk melihat performansi jaringan yang direncanakan.
4. Penarikan Kesimpulan
Pada tahap ini akan dilakukan penarikan kesimpulan dari perancangan jaringan
LTE indoor di suatu gedung perkantoran.
1.6 Sistematika Penulisan
Secara umum keseluruhan Proyek Akhir ini dibagi menjadi lima bab utama. Penjelasan
masing-masing bab adalah sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN
Bab ini berisi latar belakang masalah, tujuan dan manfaat, perumusan masalah,
batasan masalah, metodologi penyelesaian masalah yang akan digunakan, serta sistematika
penulisan yang memuat susunan penulisan Proyek Akhir.
BAB II DASAR TEORI
Bab ini berisi tentang teori-teori yang dijadikan rujukan dalam Proyek Akhir ini
seperti overview LTE, dan konsep perencanaan jaringan indoor, model propagasi,
femtocell, capacity planning dan coverage planing.
BAB III PERENCANAAN JARINGAN IBC
Bab ini berisi perencanaan jaringan Indoor Building Coverage LTE pada gedung
Fakultas Ilmu Terapan, Universitas Telkom. Terdapat persamaan matematis pada bab ini
yang berfungsi untuk melakukan perhitungan dalam perencanaan jaringan LTE. Bab ini
meliputi diagram alur perencanaan indoor LTE dan spesifikasi parameter planning.
BAB IV SIMULASI DAN ANALISIS HASIL PERENCANAAN
Bab ini berisi tentang hasil perencanaan jaringan indoor LTE yang telah
disimulasikan pada software planning dari Proyek Akhir ini. Bab ini meliputi analisis
terhadap RSL dan SIR yang diperoleh dari hasil simulasi dan membandingkan dengan
parameter KPI.
BAB V PENUTUP
Bab ini berisi tentang kesimpulan dari hasil pengerjaan Proyek Akhir yang
dilakukan. Bab ini juga berisi saran tentang bagaimana pengerjaan Proyek Akhir bisa
dilanjutkan dilain tempat ataupun pada tempat yang sama dengan tujuan tercipta Proyek
Akhir yang lebih baik lagi.

BAB II
DASAR TEORI

2.1 KONSEP DASAR TEKNOLOGI LONG TERM EVOLUTION (LTE) [8]


Long Term Evolution (LTE) adalah merupakan generasi penerus dari teknologi
sebelumnya 3G UMTS & HSPA. LTE merupakan sebuah nama dan hasil perbaikan standar
terhadap teknologi sebelumnya yang berasal dari badan standarisasi telekomunikasi 3GPP
(Third Generation Partnership Project). LTE pertama kali diperkenalkan pada 3GPP
Release 8, yang dirilis pada Desember 2008. LTE pertama kali muncul di release 8, namun
pada release 8 teknologi LTE ini belum dapat dikatakan teknologi 4G karena belum
mencapai persyaratan yang telah ditentukan pada IMT-Advance. Pada LTE, kecepatan
transfer data maksimum secara teori dapat mencapai 300 Mbps pada sisi downlink dan 75
Mbps pada sisi uplink dengan menggunakan channel bandwidth 20 Mhz dan antena MIMO
4x4. Teknologi LTE dapat beroperasi dengan variasi bandwidth berbeda yaitu pada 1,4
Mhz, 3 Mhz, 5 Mhz, 10 Mhz, 15 Mhz dan 20 Mhz. Selain itu, Teknologi LTE juga
menawarkan tingkat mobility yang tinggi hingga 350 km/jam dan Mode operasi LTE dapat
bekerja di FDD maupun TDD.
Long Term Evolution (LTE) diciptakan untuk memperbaiki teknologi sebelumnya.
Kemampuan dan keunggulan dari Long Term Evolution (LTE) terhadap teknologi
sebelumnya selain dari kecepatan dalam transfer data, juga karena Long Term Evolution
(LTE) dapat memberikan coverage dan kapasitas dari layanan yang lebih besar,
mengurangi biaya dalam operasional, mendukung penggunaan multiple antenna, fleksibel
dalam penggunaan bandwidth operasinya dan juga dapat terhubung atau terintegrasi
dengan teknologi yang sudah ada. Pada teknologi LTE ditetapkan OFDM (Orthogonal
Frequency Division Multiplexing) sebagai air interface yang memiliki kemampuan untuk
mendukung multi layer data streams menggunakan sistem antenna MIMO untuk
meningkatkan efisiensi spektrum. Pada sistem Multiple Access, LTE menggunakan sistem
OFDMA (Orthogonal Frequency Division Multiple Access) pada sisi downlink dan SCFDMA (Single Carrier - Frequency Division Multiple Access) pada sisi uplink.

LTE menggunakan topologi jaringan all-IP, namun spesifikasi dari LTE tetap
memiliki compatibility dengan sistem teknologi 2G dan 3G yang masih menggunakan
layanan domain circuit switch seperti pada voice. Oleh karena itu LTE memanfaatkan
layanan Circuit Switch Fall Back (CSFB) agar layanan voice LTE dengan teknologi
sebelumnya tetap dapat terhubung. LTE sendiri mampu mendukung semua aplikasi yang
ada baik voice, data, video maupun IP TV. Spesifikasi lengkap LTE dapat dilihat pada tabel
2.1.
Tabel 2.1 Spesifikasi Long Term Evolution Rel 8

Parameter

Information

Peak data rate

Uplink

: 75 Mbps

Downlink : 300 Mbps


dengan Bandwidth System 20 MHz @MIMO 4x4
Operating Band

700,850,900,1800,2100,2300,2600 MHz

Channel Bandwidth

1,4 ; 3 ; 5 ; 10 ; 15 ; 20 MHz

Cyclic Prefix

Normal,Extended

Latency

User Plane <5 ms


Control Plane <100 ms

Mobility

Up to 350 Km/Jam

Multiple Acces

Uplink

: SC-FDMA

Downlink : OFDMA
Multiplexing

OFDM

Modulation

QPSK,16 QAM,64 QAM

Co-existence and interworking

Lte dapat bekerja sama dengan teknologi sebelumnya


yang sudah ada yaitu pada 3GPP maupun pada non
3GPP

With 3GPP Radio Acces


Technology

Duplexing

FDD/TDD

Badan organisasi standarisasi 3GPP berhasil mengeluarkan 3GPP realease 10 pada maret
2010 dengan spesifikasi yang telah memenuhi persyaratan IMT-Advanced dan dikatakan
sebagai teknologi 4G atau LTE-Advanced. Adapun persyaratan yang ditentukan oleh IMTAdvanced antara lain :

Mampu mencapai 100 Mbps untuk high Mobility dan 1 Gbps untuk Low Mobility.
Mampu Interworking dengan sistem radio akses sistem lain.
Mampu memberikan high quality mobile services.
Memiliki kapabilitas world wide roaming
Flexibilitas untuk mendukung efisiensi cost dari cakupan yang luas untuk layanan
dan aplikasi.

2.1.1 Arsitektur jaringan LTE [3]


Pada pengembangan arsitektur LTE, 3GPP membuat 2 kelompok kerja yaitu Long
Term Evolution (LTE) dan System Architecture Evolution (SAE). LTE berfungsi untuk
mengembangkan arsitektur dari sisi Radio access network nya sedangkan SAE berfungsi
untuk mengembangakan arsitektur dari sisi core network nya. Hasil kerja dari LTE ini
menghasilkan Evolved Universal Terrestrial Radio Access (E-UTRAN) sedangkan hasil
kerja dari SAE menghasilkan Evolved packet core (EPC) dan sebutan untuk keseluruhan
system yang telah dikembangkan ini dinamakan dengan Evolved Packet System (EPS).
Dalam teknologi LTE, jaringannya sudah berbasis full Internet Protocol (IP) dari sisi
access network hingga core network nya. Arsitektur LTE juga lebih sederhana/flat dari
pada arsitektur di teknologi sebelumnya.

Gambar 2.1 Arsitektur Jaringan Long Term Evolution [9]


LTE mempunyai radio access dan core network yang dapat mengurangi network
latency dan meningkatkan performansi system dan menyediakan interoperability dengan
teknologi 3GPP sebelumnya maupun yang non-3GPP.
Pada LTE terdapat beberapa perbedaan fungsionalitas pada tiap fungsi elemen
jaringannya. Berdasarkan hal tersebut, jaringan LTE dapat dipisah ke dalam dua bagian,
yaitu bagian Radio access Network dan bagian Core Network. Di dalam kasus LTE, Radio
Access Network adalah E-UTRAN dan core network adalah EPC.
1. E-UTRAN
User Equipment (UE)
Peran dari User equipment atau handphone di teknologi 4G ini
mempunyai fitur-fitur tambahan sehingga jika kita ingin dapat merasakan
teknologi 4G ini kita harus mengganti handphone kita yang lama dan
membeli handphone yang khusus agar bisa merasakan layanan 4G. Fungsi
dari UE ini secara umum adalah untuk modulasi/demodulasi, sebagai
transmitter dan untuk autentikasi. Beberapa fitur yang ditambahkan pada
UE di 4G adalah peningkatan dalam penggunaan modulasinya yaitu QPSK,
16-QAM, 64QAM , penggunaan antenna MIMO DL up to 4x4 (rel-8) ,
peningkatan dalam sisi prosedur keamanan, penggantian SIM menjadi

USIM khusus LTE, kemampuan untuk komunikasi packet switch dan

circuit switch dan juga hanya mendukung band frequency LTE tertentu.
E-Node B
Peran dari Radio Access Network (RAN) yaitu Node B dan RNC
yang ada di jaringan 3G telah digantikan dengan E-NodeB ini, sehingga
dapat mengurangi biaya perawatan dan operasional dari perangkat, selain
itu arsitekturnya jauh lebih sederhana. Sistem E-UTRAN menggunakan
OFDMA sebagai multiple access-nya untuk arah downlink dan Single
carrier FDMA (SC-FDMA) untuk arah uplink, dan dapat menggunakan
MIMO hingga 4x4 (rel-8) atau MIMO 8x8 (rel-10). Penggunaan
Orthogonal Frequency Division Multiplexing (OFDM), sebuah system
dimana spektrum dibagi menjadi bagian-bagian kecil, masing-masing pada
frekuensi yang berbeda, dan saling orthogonal. Memungkinkan E-UTRAN
jauh lebih efisien dalam penggunaan bandwidth, jika dibandingkan dengan
teknologi sebelumnya. Pada OFDM spektrumnya dibagi menjadi bagianbagian kecil yang dinamakan sub-carrier dan masing-masing sub-carrier
ini memiliki bandwidth 15 Khz dan membawa informasi yang berbedabeda.

2. EPC (Evolved Packet Core Network)


MME ( Mobility Management Entity )
- MME merupakan pengontrol setiap node pada jaringan akses LTE. Pada
saat UE dalam kondisi idle, MME bertanggung jawab dalam melkukan
prosedur

tracking

dan

paging

yang

di

dalamnya

mencakup

retransmission. MME juga berfungsi untuk meng-autentikasi UE,


memilih P-GW atau S-GW untuk menghubung ke teknologi lain
3GPP/3GPP2, mengatur connection, mengatur bearer dan signaling

antara UE dan core network.


PCRF ( Policy and Charging Rules Function )
Untuk Menangani QoS yaitu membuat keputusan layanan mana yang akan
duluan di handle berdarkan QoS layanan tersebut dan berfungsi sebagai

charging.
HSS ( Home Subscriber Server )
Menyimpan informasi/data-data pelanggan untuk subscriber management

dan security.
SGW ( Serving Gateway )
- Mengatur jalan dan meneruskan data yang berupa paket dari setiap user.
9

Sebagai penghubung antara UE dengan eNodeB pada waktu terjadi

inter handover.
Sebagai penghubung antara teknologi LTE dengan teknologi 3GPP

lainnya.
P-GW ( Packet Data Network Gateway )
- Mengalokasi IP ke UE / menyediakan hubungan bagi UE ke jaringan
-

paket.
Menyediakan link hubungan antara teknologi LTE dengan teknologi non
3GPP seperti WiMAX, dan 3GPP2 seperti CDMA 2000 1x, CDMA EvDo dan lain-lain.

2.2 PERENCANAAN JARINGAN INDOOR [10][9]


Perencanaan Jaringan Indoor adalah suatu perencanaan sistem dengan perangkat
pemancar dan penerima (transceiver) yang dipasang didalam gedung yang bertujuan untuk
melayani kebutuhan akan telekomunikasi dalam gedung tersebut baik kualitas sinyal,
cakupan sinyal,atau kapasitas traffic nya. Perencanaan jaringan indoor jika ditinjau dari sisi
capacity biasanya digunakan untuk :

Public Access area (mall, bandara, hotel berkelas, rumah sakit, kampus, dan
lain-lain), merupakan tempat-tempat umum yang sering dikunjungi tiap

harinya.
Business/Office area (daerah perkantoran) dituntut adanya indoor cell yang
memungkinkan tingkat telekomunikasi yang tinggi.

10

Gambar 2.2 IBC (Indoor Building Coverage) Model by RPS [2]

Tujuan/target perencanaan yang dilakukan oleh engineers adalah untuk mencapai desain
Radio Network yang tepat sesuai dengan QoS, capacity, cost, penggunaan frekuensi,
service coverage, equipment deployment dan performance. Setelah hasil simulasi dan
coverage dianalisa, maka cell dapat digelar dan setelah itu dilakukan pengukuran
drivetest/walktest. Hasil dari pengukuran didapat maka hasil tersebut dibandingkan dengan
hasil yang didapat saat simulasi dan melakukan optimisasi.
2.2.1 Prosedur perencanaan jaringan indoor [10]
Prosedur untuk Perencanaan Jaringan Indoor dapat dibagi menjadi 3 tahap utama
yaitu :

Initial Survey
Pada tahap awal proyek, hal yang harus dilakukan adalah mengumpulkan data-data

planning. Informasi yang dikumpulkan dalam survei adalah dasar untuk men-design
bangunan.

System Architecture and RF Design


Perancangan jaringan indoor, terdapat dua tahap utama dalam proses design yaitu

sistem arsitektur design dan RF design. Sistem arsitektur meliputi pembuatan gambar
desain, diagram block system, lokasi antena, layout kabel dan tagihan biaya material (Bill
of Material). RF design adalah proses pemilihan lokasi yang tepat untuk peletakan antena
dan peralatan jaringan indoor lainnya untuk mencapai tujuan design. Jasa manajemen
proyek juga dapat disediakan pada tahap ini untuk mengembangkan dan mengelola
rencana pelaksanaan proyek.

System Verification
Setelah melakukan instalasi, proses pengukuran/verifikasi perlu dilakukan.

Melakukan pengukuran terhadap performansi sistem yang telah di intalasi, di setiap


ruangan.
2.2.2 Penempatan antena indoor [10]
Peletakkan antena memperhatikan hal-hal berikut yaitu :

11

Meletakkan antena didaerah hot spot. Peletakkan antena didaerah hot spot adalah
bertujuan untuk memaksimalkan performansi data (data rate), level daya sinyal dan

meningkatkan kualitas sinyal didaerah trafik tinggi tersebut.


Place the cost-cutting antennas. Setelah menempatkan antena di daerah-daerah
hot

spot,

maka

hal

selanjutnya

adalah

meletakkan

antena

didaerah

persimpangan/sudut ruangan untuk memperluas coverage didalam gedung.


Isolate the Building. Peletakkan antena dipintu masuk gedung biasanya
menggunakan antena directional kearah pusat bangunan. Hal ini dilakukan untuk
mengisolasi jaringan indoor agar tidak di service oleh site outdoor yang berada

diluar gedung.
Fill in the Gaps. Menempatkan antena didaerah-daerah tertentu untuk meng-cover
area gedung lebih dalam lagi dalam arti hanya menempatkan antena.

2.2.3 Coverage planning [9]


Coverage planning adalah tahap yang sangat penting dilakukan saat melakukan
perencanaan jaringan seluler. Proses ini termasuk melakukan pemilihan model propagasi
yang digunakan berdasarkan area target planning, populasi dan clutter. Pemakaian
propagasi model merupakan cara sederhana yang dapat dilakukan untuk memprediksi
signal propagation behaviour. Dengan menggunakan model propagasi yang tepat, maka
akurasi hasil perhitungan akan semakin lebih akurat sehingga engineer dapat mengetahui
hal apa yang harus dipersiapkan dalam perencanaan jaringan. Secara teori perencanaan cell
dilakukan dengan skema hexagonal model, namun secara prakteknya pemilihan skema
perencanaan cell dapat berubah karena beberapa pengaruh dari lingkungan yang hendak dideploy jaringan.
Pada coverage planning, proses yang pertama harus dilakukan adalah menghitung
nilai Maximum Allowable Path loss (MAPL) berdasarkan estimasi link budget.
Perhitungan MAPL perlu dilakukan untuk menentukan maksimum

loss yang

diperbolehkan dari sisi Tx ke Rx atau sebaliknya. Ada dua skema dalam perhitungan
MAPL yaitu MAPL uplink dan MAPL pada sisi downlink. Pada gambar 2.3 merupakan
estimasi link budget untuk mendapatkan MAPL uplink.

12

Gambar 2.3 Estimasi Link Budget Uplink [7]

MAPLUL = UETxPower + UEAG + OG FM IM BL - PL1 - PL2 + EAG CL - RSNB......(2.1)


Keterangan :
MAPLUL = Maksimum Path Loss yang diperbolehkan selama propagasi sinyal [dB]
UETX Power = UE Transmit Power [dBm]
UEAG = UE Antenna Gain [dB]
OG = Other Gain
FM = Fading Margin [dB]
IM = Interference Margin [dB]
BL = Body Loss [dB]
PL1 = Penetration Loss [dB]
PL2 = Path Loss [dB]
EAG = eNodeB Antenna Gain [dB]
CL = Cable Loss [dB]
RSNB = Receiver Sensitivity eNodeB [dBm]
Pada sisi downlink perlu juga dilakukan perhitungan nilai MAPL-nya. Estimasi MAPL
pada sisi downlink dilakukan dengan menentukan nilai link budget untuk arah downlink.
Estimasi link budget pada sisi downlink dapat dilihat pada gambar 2.4.

13

Gambar 2.4 Estimasi Link Budget Downlink [7]


MAPLDL = NBTxPower CL + EAG + OG FM IM PL 1 PL2 BL + UEAG RSUE...
(2.2)
Keterangan :
MAPLDL = Maksimum Path Loss yang diperbolehkan selama propagasi sinyal [dB]
NBTX Power = eNodeB Transmit Power [dBm]
CL = Cable Loss [dB]
EAG = eNodeB Antenna Gain [dB]
OG = Other Gain
FM = Fading Margin [dB]
IM = Interference Margin [dB]
PL1 = Penetration Loss [dB]
PL2 = Path Loss [dB]
BL = Body Loss [dB]
UEAG = UE Antenna Gain [dB]
RSUE = Receiver Sensitivity UE [dBm]
2.2.4 Model propagasi [6][4]
Perencanaan jaringan indoor LTE di frekuensi 1800 Mhz, digunakan model
propagasi indoor Cost-231 Multi-wall yang dapat memodelkan propagasi sinyal untuk
frekuensi 1800 Mhz didalam gedung. Cost-231 Multi-wall model merumuskan path loss
yang terjadi dengan pemodelan Free Space Loss dengan menambahkan nilai loss yang

14

disebabkan oleh dinding dan lantai. Pemodelan propagasi cost231 multi-wall di rumuskan
pada persamaan berikut.
I

L = LFS + Lc +

kwi Lwi
i=1

+ kf[(kf + 2) / (kf + 1) b ] Lf ..........................................(2.3)

Keterangan :
LFS = Loss Free Space Loss antara Tx dan Rx [dB]
Lc = Constant Loss [dB]
I = Banyaknya tipe dinding
Kwi = Jumlah tipe dinding i yang dilalui sinyal
Kf = Jumlah lantai yang dilalui sinyal
Lwi = Nilai loss yang disebabkan oleh tipe dinding i [dB]
Lf = Loss antara lantai [dB]
b = Empirical parameter
Constant loss pada persamaan 2.3 merupakan nilai saat loss yang disebabkan oleh dinding
telah ditetapkan berdasarkan pengukuran dengan multiple linear regression. Normalnya
nilai constant loss mendekati nol. Nilai loss berdasarkan tipe dinding, yang dimodelkan
pada persamaan cost231 multi-wall dapat dilihat pada tabel 2.2.
Tabel 2.2 Tipe Dinding Pada Multi-wall Model [4]
Wall type

Description
A wall that is not bearing load : e.g.

Loss [dB]

Light wall (Lw1)

plasterboard, particle board or thin

3,4

Heavy wall
(Lw2)

(<10cm), light concrete wall.


A load-bearing wall or other thick
(>10cm) wall, made of e.g. concrete or

6,9

brick

15

Nilai loss yang diperoleh pada tipe dinding untuk Multi-wall model merupakan nilai loss
yang didapat berdasarkan hasil pengukuran. Nilai loss yang didapat tidak hanya diperoleh
dari physical wall namun juga karna disebabkan oleh furniture.
2.2.5 Perhitungan luas cell [6]
Perhitungan luas cell pada perencanaan menggunakan cell model hexagonal.
Dalam menghitung luas cell pada perencanaan jaringan indoor, skema yang digunakan
adalah omnidirectional antena. Persamaan luas cell hexagonal model dirumuskan sebagai
berikut.
Lcell = 2,6 x d2 ................. (2.4)
Keterangan :
Lcell = Luas cell (m2)
d = Jari-jari cell (m)
2.2.6 Perhitungan jumlah site by coverage planning [6]
Persamaan yang digunakan untuk menghitung jumlah site yang dibutuhkan
berdasarkan hasil coverage planning adalah sebagai berikut.
LTE cell =

Luas Area
Luas cell

................ (2.5)

Keterangan :
LTE cell = Jumlah cell LTE
Luas Area = Luas area planning
Luas cell = Luas cell model
2.2.7 Capacity Planning [5]
Tujuan dari capacity planning adalah untuk mengetahui jumlah site yang
dibutuhkan sesuai dengan trafik/kapasitas yang diperlukan. Pada umumnya proses
perhitungan capacity planning terbagi menjadi 2 bagian, Single Site Dimensioning dan
Total Network Throughput. Capacity planning bagian single site dimensioning adalah
16

proses melakukan dimensioning berdasarkan parameter seperti duplex mode dan system
bandwidth dan lain-lain. Tujuan dari single site dimensioning adalah untuk mengetahui
kapasitas per site-nya. Total Network Throughput dimensioning adalah proses melakukan
dimensioning berdasarkan traffic model dan service model. Pertama kali dilakukan
perhitungan single user throughput kemudian total network throughput dapat dicari dengan
mengalikan jumlah user target terhadap nilai single user throughput yang didapat.
Penentuan parameter trafik dan model layanan yang digunakan untuk mencari nilai single
user throughput. Pada tabel 2.2 menunjukkan tabel parameter trafik dan model layanan
yang digunakan oleh vendor.

17

Tabel 2.3 Service and Traffic Model Parameter [5]

Throughput/Session (Kbit) = (Bearer Rate x PPP Session Time x PPP Session Duty
Ratio)

/(1-

BLER)........................................................................................................................(2.6)
Keterangan :
Session Time = Durasi dari PPP session
Session Duty Ratio = Data transmission ratio dari PPP session
BLER = Block Error Rate
Bearer Rate = Service application layer (IP) bearer rate
Trafik model mengindikasikan bagaimana perilaku UE sehari-hari (UE behaviours).
Parameter didalam trafik model adalah Penetration Ratio dan BHSA (Busy Hour Srvice
Attempt). Penetration Ratio adalah merupakan proporsi penetrasi untuk tiap layanan.
BHSA adalah merupakan jumlah/banyaknya percobaan akses layanan yang dilakukan oleh
single user dalam satu jam. Setelah mendapatkan hasil throughput/session dan trafik
model, proses selanjutnya adalah mencari nilai Single User Throughput tiap user.
18

Single User Throughput = ( (Throughput per Session x BHSA x Penetration Ratio)) x (1


+ Peak Average Ratio) / 3600 (Kbps) ........................................................................... (2.7)
Keterangan :
Throughput per Session = Throughput per sesi layanan
BHSA = Service attempt in busy hour
Peak to average ratio = Antisipasi lonjakan User penetrasi
3600 = 1 jam (3600 detik)
Nilai Peak to Average Ratio merupakan perkiraan/margin jika terjadi lonjakan trafik.
Pemilihan nilai Peak to Average Ratio bergantung pada morphology daerah.
Tabel 2.4 Nilai Umum Untuk Peak to Average Ratio
Morphology
Peak to Average
Ratio

Dense Urban

Urban

Sub urban

Rural Area

40%

20%

10%

0%

Perhitungan selanjutnya adalah mencari nilai Total Network throughput. Total Network
Throughput adalah merupakan total throughput yang harus disediakan oleh jaringan untuk
dapat melayani banyaknya user target.
Total Network Throughput (Kbps) = Single User Throughput (Kbps) x Total User
Target....................(2.8)
Nilai total network throughput yang didapat dari hasil perhitungan adalah merupakan
throughput pada layer IP. Throughput tersebut harus dikonversi menjadi throughput pada
layer MAC karena throughput single site capacity adalah throughput pada layer MAC dan
throughput yang akan diperoleh user adalah throughput pada layer MAC/Phy.
MAC layer throughput = IP layer throughput / 98,04% ...............................................(2.9)
Setelah memperoleh total Network Throughput pada layer MAC, selanjutnya adalah
mencari Single Site Capacity atau Cell Average Throughput yaitu kapasitas dari satu site.
Tujuan dari menghitung kapasitas site adalah untuk mencari jumlah site yang dibutuhkan
agar dapat melayani user berdasarkan total network throughput yang diperoleh. Untuk
19

mencari kapasitas site atau cell average throughput, maka dibutuhkan informasi tentang
cell radius, dan SINR distribution.
Tabel 2.5 Average SINR 1800 Mhz Distribution

Perhitungan kapasitas cell pada sisi Downlink (DL Cell Throughput) menggunakan
persamaan berikut.
DL cell Capacity + CRC = (168 36 -12) (Code bits) (Coderate) Nrb C
1000

......................................................................................................................................

(2.10)
Perhitungan kapasitas cell pada sisi Uplink (UL Cell Throughput) menggunakan persamaan
berikut.
UL cell Capacity + CRC = (168 24) (Code bits) (Coderate) Nrb C 1000 ....
(2.11)
Keterangan:
CRC = Cyclic Redundancy Check, 24
168 = The number of Resource Element in 1 ms
36 = The number of control channel RE in 1 ms
12 = The number of reference signal RE in 1 ms
Code bits = Modulated bits
Code rate = Channel coding rate
20

Nrb = Number of Resource Block


C = MIMO TRX
24 = The number of reference signal in 1 ms, uplink
2.2.8 Perhitungan jumlah site by capacity planning [5]
Setelah mendapatkan hasil Total Network Throughput dan Single Site Capacity, selanjutnya
adalah menghitung jumlah site yang dibutuhkan dari sisi capacity planning. Persamaan
yang digunakan untuk mencari jumlah site yang dibutuhkan adalah sebagai berikut.
Number of site (UL/DL) =

UL / DL Total Network Throughput


UL / DL Single Site Capacity

...........................................(2.12)
Penentuan jumlah site yang digunakan pada perencanaan adalah jumlah site terbanyak
yang didapat dari sisi coverage planning atau capacity plannning.
2.3 KONSEP DASAR TEKNOLOGI FEMTOCELL [11]
Ada beberapa macam skema/teknik yang dapat digunakan untuk men-cover indoor
area yaitu outdoor cell, repeater, Distributed Antenna System (DAS), radiating/leaky
cable, indoor base station (Picocell & Femtocell). Femto cell merupakan perkembangan
dari pico cell atau lebih mirip dengan WiFi access point. Femto cell adalah merupakan
bentuk lebih simple dari pico cell yang dapat langsung diinstal oleh pelanggan di rumah
mereka. Femto cell merupakan gabungan dari fungsionalitas dari pico cell dan BSC ( Base
Station Controller ) ke dalam satu perangkat. Jika pada pico cell trafik user harus
dilewatkan ke BSC untuk ke core network nya maka di femto cell ini trafik user tersebut
akan dilewatkan dari internet dan langsung terhubung ke core network operator tanpa
melewati BSC/MSC infrastruktur.
Pada jaringan femto cell jika ada user yang berada diluar gedung atau user tersebut
sedang dilayani oleh macro cell maka ketika user tersebut bergerak ke dalam gedung dia
akan melakukan handover ke jaringan femto cell. Bagi operator pengaplikasian femto cell
bukanlah solusi yang efisien untuk meningkatkan coverage indoor tapi merupakan solusi
yang murah karena femto cell dibayar dan dapat langsung digunakan oleh pelanggan. Cara
lebih baik untuk meningkatkan coverage indoor adalah dengan menambah jumlah outdoor
21

cells namun solusi ini akan banyak mengeluarkan biaya bagi operator. Pada gambar 2.3
merupakan arsitektur LTE femtocell secara lengkap.

Gambar 2.5 LTE Femtocell Architecture [1]


2.4 RADIOWAVE PROPAGATION SIMULATOR [2]
Radiowave Propagation Simulator (RPS) adalah merupakan software untuk
mensimulasikan performansi radio coverage planning system untuk berbagai variasi jenis
sistem radio. RPS dapat membantu untuk melakukan perhitungan propagasi gelombang
dalam waktu singkat juga di lingkungan dengan ribuan bangunan dan posisi penerima.
Karakteristik dari RPS platform adalah :

State-of-the-art graphical user interface (GUI) dengan analisi yang luas dan fungsi

presentasi
Sangat cepat dan accurate 3D ray tracing serta algoritma propagasi empiris
Highly parallelized ray tracing engine dengan sophisticated load balancing dan
hybrid prediction mode untuk kinerja simulasi yang belum pernah terjadi
sebelumnya
RPS dibedakan menjadi dua versi yaitu :

22

RPS Enterprise: Versi ini biasanya digunakan untuk organisasi-organisasi yang


besar misalnya network operator, service provider atau system manufacturers, yang
membutuhkan performasi dan akurasi software simulasi yang memiliki akurasi
yang tinggi.

RPS Professional: Versi ini cocok digunakan untuk organisasi yang lebih kecil seperti
local carriers, network maintenance companies, consultancies. RPS professional memiliki
fungsi yang sama seperti RPS enterprise yaitu untuk mensimulasikan coverage prediction
namun RPS professional tidak memiliki fungsi parallelized simulation dan planning
system integration support.
2.5 PHYSICAL CELL IDENTITY (PCI) [12]
LTE memiliki arsitektur yang lebih sederhana jika dibanding dengan 2G dan 3G.
Setiap cell dilayani oleh eNodeB, dalam manajemen handover dilakukan dengan cara
signalling secara langsung antar eNodeB, tidak melalui RNC/BSC seperti pada 3G dan 2G.
Salah satu dari metode Self System Interference Solution yang digunakan untuk
perencanaan ini adalah dengan Metode Physical Cell Identity (PCI). PCI memiliki 504
kode dengan pembagiannya terdapat 168 grup pada 3 identitas cell. Alokasi PCI di LTE
sama seperti alokasi scrambling code pada WCDMA yaitu berfungsi untuk identitas sel
satu dengan yang lain agar tidak terjadi interferensi. PCI dikodekan di physical layer
synchronization signal transmission. PCI digunakan oleh UE untuk melaporkan hasil
pengukuran/measurement report dari tiap sel untuk dijadikan pertimbangan melakukan
handover. Pengulangan nilai PCI harus diperhitungkan jarak pengulangannya agar UE
tidak mengukur dan melaporkan dua sel dengan nilai PCI yang sama.
Tabel 2.6 Alokasi PCI
0
0
0
1
4
PCI
2
8
menjadi 3 Primary

1
2
...
163 164 165
3
6
...
489 492 495
7
10
...
493 496 499
11 14
...
497 500 503
Synchronization Signal (PSS) group

166 167
498 501
502
1
dibagi
2
5
dan 168 Secondary

Synchronization Signal (SSS) group. Pengalokasian PCI untuk tiap sektor dalam satu site
dibedakan berdasarkan PSS group dan untuk pembeda antar site-nya dibedakan
berdasarkan SSS group.

23

BAB III
PERENCANAAN JARINGAN IBC

3.1 DESKRIPSI PROYEK AKHIR


Pada Proyek Akhir ini dilakukan perencanaan jaringan LTE indoor building
coverage (IBC) di gedung Fakultas Ilmu Terapan (FIT), Universitas Telkom. Perencanaan
jaringan indoor LTE pada suatu area adalah merupakan kegiatan yang memerlukan
perhitungan dan asumsi akan parameter tertentu seperti link budget, trafik parameter &
service model yang mempengaruhi keberhasilan dalam suatu perencanaan jaringan indoor.
Didalam perencanaan jaringan indoor LTE, umumnya ada 2 metode perhitungan yang
dilakukan, yaitu perhitungan berdasarkan coverage dan perhitungan berdasarkan capacity.
Baik metode perhitungan capacity maupun coverage, keduanya sama-sama bertujuan untuk
menentukan berapa banyak jumlah site yang dibutuhkan disuatu area yang dijadikan studi
kasus perencanaan IBC. Namun, pada perencanaan berdasarkan perhitungan coverage
adalah perencanaan yang dilakukan berdasarkan luas area yang direncanakan LTE dimana
tujuan utamanya adalah agar seluruh area dapat tercakup sinyal LTE (tidak ada blankspot).
Sedangkan perencanaan/perhitungan berdasarkan capacity adalah merupakan perencanaan
yang tinjauannya untuk menentukan jumlah site yang dibutuhkan agar mampu melayani
banyaknya user disuatu area sesuai dengan trafik/throughput yang ditawarkan oleh
jaringan. Metode perhitungan yang digunakan dalam pengerjaan perencanaan jaringan LTE
IBC (Indoor Building Coverage) pada Proyek Akhir ini adalah dengan menggunakan
metode coverage planning dan capacity planning.
3.2 PROSES PERENCANAAN
Untuk mencapai tujuan proyek akhir ini maka diperlukan langkah-langkah yang
sistematis dan terstruktur agar dapat mencapai hasil perencanaan yang optimal. Secara
umum alur kerja digambarkan pada Gambar 3.1 yang mencakup tahap-tahap kerja yang
dilakukan dalam proyek akhir ini. Diagram alir dalam pengerjaan penelitian ini dapat
digambarkan sebagai berikut.

24

Gambar 3.6 Diagram Alir Perencanaan


3.2.1 Pengumpulan data & survei
Pada perencanaan jaringan indoor LTE hal yang pertama kali dilakukan adalah
melakukan survei di daerah tinjauan untuk mendapatkan informasi tentang spesifikasi
gedung seperti denah gedung, material pembuat gedung, dan kapasitas maksimum user di
dalam gedung. Menentukan spesifikasi dalam perencanaan indoor LTE seperti: frekuensi,
model propagasi, bandwidth, dan perangkat yang digunakan. Pada gambar 3.1 dan gambar
3.2 menunjukkan area tinjauan yang direncanakan jaringan indoor LTE.
25

Gambar 3.7 Gedung Fakultas Ilmu Terapan, Universitas Telkom

Gambar 3.8 3D Model Gedung Fakultas Ilmu Terapan, Universitas Telkom


Daerah tinjauan yang menjadi objek dalam pengerjaan Proyek Akhir adalah gedung
Fakultas Ilmu Terapan, Universitas Telkom lantai 1 s/d 3. Gedung ini merupakan gedung
yang difokuskan untuk penyelenggaraan perkuliahan dan aktivitas mahasiswa lainnya.
Gedung tersebut memiliki spesifikasi seperti pada tabel 3.1.

26

Tabel 3.6 Spesifikasi gedung Fakultas Ilmu Terapan Universitas Telkom


Luas bangunan

2710,253 m2

Jumlah lantai

3 lantai

Tinggi bangunan

9m

Jumlah ruang kelas & lab lantai 1

6 kelas & 9 kelas

Jumlah ruang kelas & lab lantai 2

16 kelas & 4 kelas

Jumlah ruang kelas & lab lantai 3

4 kelas & 1 kelas

Ruang layanan akademik

1 ruang

Ruang sidang

2 ruang

Ruang dosen

1 ruang

Ruang multimedia

2 ruang

Ruang kaprodi

Berikut denah per lantai yang merupakan hasil plan developer dari software
autocad dan menjadi acuan dalam membuat 3D model gedung Fakultas Ilmu Terapan pada
software RPS 5.4 agar ukuran 3D Modelnya sama dengan gedung aslinya, sehingga
simulasi mampu mendekati hasil yang akurat.

27

Gambar 3.9 Denah Lantai 1


Hasil survey yang dilakukan pada lantai 1 seperti pada gambar 3.4 diatas didapatkan
jumlah ruang kelas sebanyak 6 dibagian bawah, 1 ruang layanan akademik, 9 ruang
laboratorium, dan 1 lobby dibagian tengah.

28

Gambar 3.10 Denah Lantai 2


Hasil survey yang dilakukan pada lantai 2 seperti pada gambar 3.5 diatas didapatkan
jumlah ruang kelas sebanyak 16, 9 ruang laboratorium, dan 1 musholla.

29

Gambar 3.11 Denah Lantai 3


Hasil survey yang dilakukan pada lantai 3 seperti pada gambar 3.6 diatas didapatkan
jumlah ruang kelas sebanyak 4, 1 ruang laboratorium, 1 ruang dosen, 2 ruang multimedia,
1 ruang kaprodi dan 1 ruang seminar.
Berikut merupakan spesifikasi perencanaan jaringan indoor LTE yang digunakan
pada gedung Fakultas Ilmu Terapan (FIT), Universitas Telkom.

30

Tabel 3.7 Spesifikasi perencanaan jaringan LTE indoor di gedung FIT Universitas Telkom

Downlink

Uplink

User environment

indoor

Frequency

1800 Mhz

Model propagation

COST 231 Multiwall

Bandwidth frequency

10 Mhz

Number resource
block

50 RB

Spasi sub-carrier

15 Khz

Antenna MIMO

4x4

Total user di dalam gedung Fakultas Ilmu Terapan diketahui dengan cara
melakukan pendekatan terhadap kapasitas per lantainya. Pada tabel 3.3 menunjukkan
jumlah user tiap lantai berdasarkan kapasitas tiap ruangan yang ada.
Tabel 3.8 Jumlah user tiap lantai
Lantai

Jenis ruang
Ruang kelas
Ruang layanan

Lantai 1

akademik
Ruang
laboratorium
Lobby
Total user lantai 1
Ruang kelas

Lantai 2

Ruang
laboratorium
Total user lantai 2

Lantai 3

Ruang kelas
Ruang
laboratorium
Ruang dosen
Ruang

Jumlah user
6 kelas (@38
user)
8
9 kelas (@30
user)
60
16 kelas
(@38 user)
9 kelas (@30
user)

Total
kapasitas
228
8
270
60
566
608
270
878

4 kelas (@38
user)

152

30 user

30

37
2 kelas (@40

37
80

31

multimedia
Ruang kaprodi
Ruang seminar
Total user lantai 3
Total user maksimum

user)
5
30

5
30
334
1778

3.2.2 Walktest
Dalam melakukan perencanaan jaringan indoor LTE, terlebih dahulu harus
diketahui bagaimana level daya dan kualitas sinyal terima LTE saat ini di dalam gedung
tersebut. Walktest adalah proses melakukan pengumpulan data terhadap kondisi jaringan
seluler. Parameter yang ditinjau dari hasil walktest untuk perencanaan jaringan indoor LTE
pada Proyek Akhir ini adalah nilai Received Signal Level (RSL) dengan operator
tinjauannya adalah operator XL. Nilai parameter RSL yang didapatkan dari hasil walktest
menjadi salah satu acuan untuk dilakukan perencanaan jaringan indoor LTE. Hasil walktest
pada gedung FIT di lantai 1 dapat dilihat pada gambar 3.7 berikut.

Gambar 3.12 Hasil Walktest


Diperoleh dari hasil walktest / hasil pengukuran sinyal LTE di gedung FIT saat ini
menunjukkan bahwa signal level nya rendah atau dalam rentang -100 dBm s/d -140 dBm.
Dari hasil walktest ini memperkuat alasan untuk merencanakan jaringan indoor LTE
didalam gedung FIT, Universitas Telkom.
3.2.3 Coverage dimensioning
Coverage dimensioning adalah planning yang dilakukan berdasarkan tinjauan area yaitu,
memperhitungkan nilai MAPL (Maximum Allowed Path Loss) untuk mendapatkan
32

besarnya coverage/radius cell dari satu site atau Femtocell Access Point (FAP). Setelah
didapat besarnya nilai radius cell dari satu FAP, maka dapat diperoleh jumlah FAP yang
dibutuhkan agar dapat men-coverage seluruh area didalam gedung. Hal yang menjadi
prioritas utama pada coverage dimensioning ini adalah, seluruh sisi area didalam gedung
dapat ter-coverage oleh sinyal namun tanpa memperhatikan nilai throughput yang
didapatkan tiap user. Prosedur untuk melakukan coverage planning dapat dilihat seperti
pada gambar 3.7.

Gambar 3.13 Prosedur Coverage Planning


Perhitungan link budget untuk arah uplink dilakukan berdasarkan persamaan 2.1,
perhitungan lengkap tersebut dapat dilihat pada tabel 3.4.
Tabel 3.9 Uplink link budget LTE
Transmitter (UE)

Value

Calculation

Max. Tx Power (dBm)


Tx. Antenna gain (dBi)
Body Loss (dB)
EIRP

23
0
3
20

A
B
C
D =A+ B - C

33

Receiver (FAP)

Value

Calculation

Noise figure (dB)


Thermal noise (dBm)
Receiver Sensitivity (dBm)
Load factor
Interference margin (dB)
Rx antenna gain (dBi)
Cable loss (dB)
MHA gain (dB)
Log normal fading margin

4
-104,5
-107
0,7
2
0
3
2

E
F = k * T *BW
G
H (70%)
I
J
K
L

(dB)
Maximum Allowed Path loss
(MAPL) (dB)

N=DGI+JK+L-

120

Perhitungan link budget untuk arah downlink dilakukan berdasarkan persamaan


2.2, perhitungan lengkap tersebut dapat dilihat pada tabel 3.5.
Tabel 3.10 Downlink link budget LTE
Transmitter (FAP)

Value

Calculation

Max. Tx Power (dBm)


Tx Antenna Gain (dBi)
Cable loss (dB)
EIRP (dBm)

20
0
3
19

A
B
C
D = A+ B - C

Receiver (UE)

Value

Calculation

UE noise figure (dB)


Thermal noise (dBm)
Receiver noise floor (dBm)
SINR (dB)
Receiver Sensitivity (dBm)
Load factor

7
-104,5
-97,5
-5
-102,5
0,7

Interference margin (dB)

E
F = k * T *BW
G=E+F
H
I=G+H
J (70%)
Ij+ FBW
K = 10 log (
)
FBW

Rx antenna gain (dB)


Body loss (dB)
Log normal fading margin

0
3

L
M

109,5

O = D I K + L M - N

(dB)
Maximum Allowed path loss
(MAPL) (dB)

34

Dalam perencanaan LTE indoor ini menggunakan frekuensi 1800 Mhz, dan
digunakan pemodelan propagasi Cost 231 Multi-wall untuk mendapatkan nilai radius cell
berdasarkan persamaan 2.3.
I

L = LFS + Lc +

kwi Lwi
i=1

+ kf[(kf + 2) / (kf + 1) b ] Lf

L = MAPL
Lantai 1 :
Pada perhitungan untuk mencari radius FAP di lantai 1, menggunakan jenis dinding
multi-wall model yaitu Lw1 dan Lw2. Berdasarkan denah 3D view lantai 1 dan hasil survei
diketahui bahwa dinding yang menghalangi perambatan sinyal antara Tx menuju Rx
sebanyak 2 Lw1 dan 1 Lw2.
I

L = LFS + Lc +

kwi Lwi
i=1

+ kf[(kf + 2) / (kf + 1) b ] Lf

109,5 = 20 log FMhz + 20 log dkm + 32,5 + 0 + [(1 x 6,9) + (2 x 3,4)] + 2[(2 + 2) / (2 + 1) 0,46] 18,3
109,5 = 20 log 1800 + 20 log dkm + 32,5 + 13,7 + 33,5235898
109,5 = 65,105450 + 20 log dkm + 32,5 + 13,7 + 33,5235898
109,5 = 20 log dkm + 144,8290398
20 log dkm = 109,5 - 144,8290398
Log dkm = -35,3290398 / 20
dkm = 10-1,76645199
dkm = 0,017121744 Km
dm = 17,121744 m
Lantai 2 :

35

Pada perhitungan untuk mencari radius FAP di lantai 2, menggunakan jenis dinding
multi-wall model yaitu Lw1 dan Lw2. Berdasarkan denah 3D view lantai 2 dan hasil survei
diketahui bahwa dinding yang menghalangi perambatan sinyal antara Tx menuju Rx
sebanyak 3 Lw1 dan 1 Lw2.
I

L = LFS + Lc +

kwi Lwi
i=1

+ kf[(kf + 2) / (kf + 1) b ] Lf

109,5 = 20 log FMhz + 20 log dkm + 32,5 + 0 + [(1 x 6,9) + (3 x 3,4)] + 2[(2 + 2) / (2 + 1) 0,46] 18,3
109,5 = 20 log 1800 + 20 log dkm + 32,5 + 17,1 + 33,5235898
109,5 = 65,105450 + 20 log dkm + 32,5 + 17,1 + 33,5235898
109,5 = 20 log dkm + 148,2290398
20 log dkm = 109,5 - 148,2290398
log dkm = -38,7290398 / 20
dkm = 10-1,93645199
dkm = 0,0115757199 Km
dm = 11,5757199 m
Lantai 3 :
Pada perhitungan untuk mencari radius FAP di lantai 3, menggunakan jenis dinding
multi-wall model yaitu Lw1 dan Lw2. Berdasarkan denah 3D view lantai 3 dan hasil survei
diketahui bahwa dinding yang menghalangi perambatan sinyal antara Tx menuju Rx
sebanyak 5 Lw1.
I

L = LFS + Lc +

kwi Lwi
i=1

+ kf[(kf + 2) / (kf + 1) b ] Lf

109,5 = 20 log FMhz + 20 log dkm + 32,5 + 0 + [(5 x 3,4)] + 2[(2 + 2) / (2 + 1) 0,46] 18,3
109,5 = 20 log 1800 + 20 log dkm + 32,5 + 17 + 33,5235898

36

109,5 = 65,105450 + 20 log dkm + 32,5 + 17 + 33,5235898


109,5 = 20 log dkm + 148,1290398
20 log dkm = 109,5 - 148,1290398
log dkm = -38,6290398 / 20
dkm = 10-1,93145199
dkm = 0,0117097604 Km
dm = 11,7097604 m
Perhitungan luas cell didapat dengan menggunakan pemodelan omnidirectional
cell, berdasarkan persamaan 2.4.
Lantai 1 :

Luas cell = 2,6 x d2


= 2,6 x (17,121744)2
= 762,20070576 m2

Lantai 2 :
Luas cell = 2,6 x d2
= 2,6 x (11,5757199)2
= 348,392957128 m2
Lantai 3 :
Luas cell = 2,6 x d2
= 2,6 x (11,7097604)2
= 356,508070426 m2
Untuk menentukan jumlah FAP atau jumlah cell, dapat dihitung dengan
menggunakan persamaan 2.5.
LTE cell =

Luas Area
Luas cell

Bedasarkan persamaan diatas, didapatkan estimasi jumlah FAP yang dibutuhkan pada tiap
lantai seperti pada tabel berikut :

37

Tabel 3.11 Estimasi jumlah FAP di setiap lantai


Estimasi

Lantai

Luas Area (m2)

Luas cell (m2)

Jumlah FAP

2410,253

762,20070576

3,16222879

2410,253

348,392957128

6,9182024

2410,253

356,508070426

6,76072493

Jumlah FAP

3.2.4 Capacity dimensioning


Perhitungan kapasitas perlu dilakukan untuk menentukan jumlah user yang dapat
dicakup dalam satu cell. Capacity planning adalah planning yang memberikan estimasi
dari resource yang diperlukan untuk mendukung trafik yang ditawarkan dengan level QoS
tertentu misalnya throughput atau probabilitas bloking. Pada capacity planning diperlukan
estimasi jumlah user yang akan menggunakan jaringan hasil perencanaan, mengestimasi
layanan yang dapat diakses oleh pelanggan, dan mengestimasi lonjakan kepadatan trafik.
Pada gambar 3.9 menunjukkan diagram alur dalam perencanaan kapasitas/capacity
planning.

38

Gambar 3.14 Prosedur Capacity Planning


Perkiraan jumlah user yang akan menggunakan jaringan indoor LTE diasumsikan
dengan menghitung kapasitas user maksimum di setiap lantai dalam gedung. Setelah
mengetahui total user yang menggunakan jaringan indoor LTE maka yang selanjutnya
dilakukan adalah menghitung nilai Single User Throughput (SUT) masing-masing user
menggunakan persamaan 2.7. Sebelum melakukan perhitungan single user throughput
(SUT), terlebih dahulu harus melakukan asumsi terhadap trafik & model layanan.
Pengasumsian trafik dan model layanan ini biasa dilakukan berdasarkan jenis morphology
area tersebut dan asumsi data tersebut diperoleh dari dokumen vendor. Perhitungan single
user throughput dilakukan untuk menentukan throughput minimal tiap user yang
diharapkan untuk mengakses semua layanan yang tersedia. Hasil nilai perhitungan (SUT)
ini akan menentukan nilai total network throughput.

39

Tabel 3.12 Single User Throughput


Single User Throughput
Traffic Parameters

Single Service Throughput


UL (Kbit)

DL (Kbit)

VoIP

1825,939394

1825,939394

Video Phone

442,1313131

442,1313131

Video Conference

9095,272727

9095,272727

Real Time Gaming

4774,254545

38200,14545

Streaming Media

2728,145455

414727,8545

IMS Signalling

44,20606061

44,20606061

Web Browsing

21601,27273

86401,63636

File Transfer

8526,666667

45475,15152

Email

426,3333333

682,1272727

P2P file sharing

48506,18182

145520,4848

Total

97970,40404

742414,9495

Single User Throughput (Kbps)

27,21400112

206,2263749

Setelah mendapatkan hasil nilai single user throughput maka selanjutnya adalah
mencari total nilai total network throughput. Total network throughput dapat diperoleh
dengan menggunakan persamaan 2.8. Nilai total Network Throughput yang didapat dari
persamaan 2.8 adalah throughput pada layer IP sehingga nilai throughput yang didapat
harus dikonversi lagi ke layer MAC dengan menggunakan persamaan 2.9. Hasil lengkap
nilai total Network Throughput per lantainya dapat dilihat pada tabel 3.8.
Tabel 3.13 Total Network Throughput
Total Target User
Lantai

User

Indoor
Network Throughput (IP)
Network Throughput (MAC)
Uplink
Downlink
Uplink (Kbps)
Downlink
40

Lantai 1
Lantai 2
Lantai 3

566
878
334

(Kbps)

(Kbps)

15403,12464
23893,89299
9089,476375

116724,1282
181066,7571
68879,6092

(Kbps)
15717,47412
24381,52345
9274,975893

119106,2532
184761,9971
70285,31551

Tahapan selanjutnya setelah menghitung total Network Throughput ialah


menghitung nilai kapasitas dari satu site. Perhitungan untuk mencari kapasitas dari satu site
dilakukan dengan menggunakan persamaan 2.10 dan persamaan 2.11. Kapasitas dari satu
site menentukan jumlah site yang dibutuhkan berdasarkan trafik / total Network
Throughput yang didapat sebelumnya. Pada tabel 3.9 menunjukkan hasil perhitungan
Single Site Throughput.
Tabel 3.14 Single Site Throughput

Jumlah FAP yang diperoleh dari perhitungan Capacity Planning dihitung dengan
menggunakan persamaan 2.12 yaitu hasil dari pembagian Total Network Throughput
terhadap nilai Single Site Throughput. Pada tabel 3.10 menampilkan hasil perhitungan
jumlah FAP Capacity Planning.
Tabel 3.15 Jumlah FAP

41

Sehingga dari capacity dimensioning mendapatkan total jumlah FAP sebanyak 4 FAP
untuk lantai 1, 6 FAP untuk lantai 2, dan 3 FAP untuk lantai 3.

42

BAB IV
SIMULASI DAN ANALISIS HASIL PERENCANAAN

4.1 PEMILIHAN JUMLAH FAP


Jumlah Femtocell Access Point (FAP) yang dibutuhkan berdasarkan perhitungan
Coverage Planning dan Capacity Planning diperoleh jumlah FAP yang berbeda. Pemilihan
jumlah FAP yang digunakan pada perencanaan jaringan indoor LTE, harus mencakup
keseimbangan antara Coverage dan Capacity. Maksud dari keseimbangan antara Coverage
dan Capacity adalah jumlah FAP yang direncanakan harus dapat mencapai tujuan dari
Coverage Planning yaitu seluruh bagian area tinjauan dapat tercakup oleh sinyal dan juga
harus dapat mencapai tujuan dari Capacity Planning yaitu masing-masing user target
mendapatkan throughput yang telah direncanakan sebelumnya. Oleh karena itu, pemilihan
jumlah FAP yang digunakan pada setiap lantai adalah jumlah FAP yang terbanyak. Pada
tabel 4.1 menunjukkan hasil perencanaan jumlah FAP yang dibutuhkan dari sisi Coverage
Planning dan Capacity Planning.
Tabel 4.16 Final number of FAP

Uplink

Downlink

Final
Number of
FAP

0,38870 1

3,5347 4

Lantai 2

0,60297 1

5,4832 6

Lantai 3

0,22937 1

2,0858 3

Lantai

Coverage
Planning

Lantai 1

Capacity Planning

Dari tabel 4.1 diatas, untuk jumlah FAP yang memenuhi kriteria coverage planning dan
capacity planning adalah jumlah FAP yang didapat dari hasil capacity planning pada sisi
downlink yaitu masing-masing lantai 1,2 dan 3 adalah 4,7,7 FAP. Setelah penentuan jumlah
FAP yang digunakan, selanjutnya adalah menetapkan plotting FAP di tiap lantai. Acuan
dasar penetapan plotting FAP jaringan indoor LTE pada gedung Fakultas Ilmu Terapan
adalah dengan mengetahui koordinat existing access point jaringan Wifi yang ada. Pada

43

gambar 4.1 menampilkan hasil plotting Tx/FAP didalam gedung menggunakan sofware
simulasi RPS 5.4.

(a)

(b)

Gambar 4.15 (a) Plotting Transmitter 2D View, (b) Plotting Transmitter 3D View
Pada gambar 4.1 poin (a), menggambarkan plotting FAP didalam gedung FIT untuk lantai
1 s/d 3 dalam tampilan 2D view dengan sudut pandang dari atas. Dan pada gambar 4.1 poin
(b), menggambarkan plotting FAP didalam gedung FIT untuk lantai 1 s/d 3 dalam tampilan
3D view dengan sudut pandang dari arah depan / pintu masuk utama gedung FIT. Titik
berwarna merah pada gambar 4.1 menggambarkan posisi FAP didalam gedung.
4.2 SIMULASI PERENCANAAN
Hasil perencanaan jaringan indoor LTE yang telah dilakukan kemudian di simulasikan
menggunakan software Planning Indoor yaitu, RPS 5.4 untuk menguji performansi
jaringan Indoor LTE yang telah direncanakan. Ada dua skema yang digunakan dalam
simulasi jaringan Indoor LTE pada RPS 5.4 yaitu dengan cara melakukan prediksi
performansi jaringan di masing-masing lantai dan kemudian melakukan prediksi
performansi jaringan untuk seluruh lantai secara bersamaan. Parameter acuan yang ditinjau
dari hasil simulasi adalah nilai parameter Received Signal Level (RSL) dan Signal
Interference Ratio (SIR) yang masing-masing parameter mengindikasikan kekuatan sinyal
(RSL) dan kualitas sinyal (SIR).

44

4.2.1 Analisis hasil simulasi berdasarkan RSL


Skema simulasi untuk mengetahui performansi hasil perencanaan berdasarkan
parameter Received Signal Level (RSL), dilakukan dengan cara mensimulasikan
performansi jaringan per lantainya. Parameter RSL ini mengindikasi level daya sinyal
(signal strength) yang diterima oleh user (satuan dBm). Parameter RSL ini merupakan
hasil kalkulasi daya sinyal dari setiap cell disetiap area, yang digunakan sebagai acuan
penentu Serving Cell user. Hasil simulasi RSL tiap lantainya, dapat dilihat pada gambar
4.2, 4.3, 4.4 dan 4.5.

(a)

(b)

Gambar 4.16 (a) Simulasi Perencanaan Lantai Satu 2D View (b) RSL Histogram
Pada gambar 4.2 poin (a) merupakan tampilan hasil simulasi by RSL di lantai satu
2D view. 1 Tx 1/2/3 atau 4 adalah keterangan FAP untuk lantai 1 dengan nomor FAP 1/2/3
atau 4. Dari hasil simulasi by RSL dapat dilihat di beberapa area memiliki nilai RSL yang
buruk yang ditunjukkan oleh warna berwarna merah pada legend. Nilai RSL yang
ditampilkan oleh legend berwarna merah adalah dari range -82 s/d -75 dBm. Beberapa area
yang memiliki nilai RSL buruk tersebut adalah toilet dikarenakan hanya mendapatkan
coverage dari sisi backlobe transmitter/FAP 1 Tx 2, lab bahasa karena hanya mendapatkan
coverage dari sisi backlobe FAP 1 Tx 3 dan di beberapa area lainnya. Namun jika ditinjau
dari keseluruhan area pada lantai satu, nilai RSL yang didapatkan rata-rata sebesar -50,29
dBm dengan standar deviasi 16,19 seperti yang ditampilkan pada gambar 4.2 poin (b).
Pada gambar 4.2 poin (b), sumbu grafik berwarna hijau menunjukkan nilai Cumulative
45

Distribution Function (CDF) dan pada sumbu x bar berwarna merah meupakan fungsi
Probability Density Function (PDF). Grafik CDF pada gambar 4.2 poin (b) menunjukkan
cumulative atau peluang kemunculan nilai RSL dari range -100 dBm s/d -26,73 dBm yaitu
bernilai satu. Probability Density Function (PDF) menunjukkan nilai RSL yang memiliki
peluang paling sering muncul atau didapatkan oleh user. Jika dilihat dari grafik PDF, nilai
RSL yang memiliki peluang lebih sering didapatkan oleh user adalah disekitar -41,39
dBm.

(a)

(b)

Gambar 4.17 (a) Simulasi Perencanaan Lantai Dua 2D View (b) RSL Histogram
Pada gambar 4.3 poin (a), beberapa daerah yang memiliki nilai RSL dibawah ratarata atau yang diindikasikan oleh legend berwarna merah terdapat diarea mushola. Daerah
ini memang tidak menjadi prioritas utama dikarenakan area ini merupakan tempat
melakukan ibadah. Pada area mushola ini yang menyebabkan nilai RSL nya buruk
dikarenakan jarak FAP dari tempat tersebut yang berjauhan dan pancaran utama (mainlobe)
dari FAP 2 Tx 4 ini tidak langsung mengarah ke area tersebut. Pada gambar 4.3 poin (b)
PDF tertinggi untuk nilai RSL dari hasil simulasi berada disekitar -56,04 dBm dan -40
dBm. Jika ditinjau dari keseluruhan area, nilai RSL rata-rata pada lantai dua dari hasil
simulasi berada di nilai -51,46 dBm dengan standar deviasi 14,81.

46

(a)

(b)

Gambar 4.18 (a) Simulasi Perencanaan Lantai Tiga 2D View (b) Histogram Chart RSL
Pada gambar 4.4 poin (a), beberapa daerah yang memiliki nilai RSL dibawah ratarata atau yang diindikasikan oleh legend berwarna merah, yaitu diarea tangga evakuasi
atau yang berada di depan toilet dan di beberapa area ruang kelas seperti A2. Pada gambar
4.4 poin (b) PDF tertinggi untuk nilai RSL dari hasil simulasi berada disekitar -53,75 dBm
dan -37 dBm. Jika ditinjau dari keseluruhan area, nilai RSL rata-rata pada lantai tiga dari
hasil simulasi berada di nilai -46,68 dBm dengan standar deviasi 13,62.

(a)

(b)

Gambar 4.19 (a) Simulasi Perencanaan Semua Lantai 3D View (b) Histogram Chart RSL

47

Pada gambar 4.5 poin (a), menunjukkan hasil simulasi untuk keseluruhan lantai
dalam tampilan 3D view. Simulasi yang dilakukan untuk mendapatkan nilai RSL diseluruh
lantai adalah dengan mengaktifkan FAP sekaligus ditiap lantai dan mengaktifkan tiap layer
material semua lantai pada RPS yang kemudian di running secara bersamaan. Hasil
simulasi by RSL disemua lantai didapatkan nilai rata-rata RSL -47,28 dBm dengan nilai
standar deviasi 14,35 yang ditunjukkan pada gambar 4.5 poin (b). Peluang nilai RSL yang
akan didapatkan oleh user (CDF) berada di sekitar -78 dBm hinnga -20,64 dBm.
4.2.2 Analisis hasil simulasi berdasarkan SIR
Skema simulasi untuk mengetahui performansi jaringan berdasarkan nilai Signal to
Interference Ratio (SIR) dilakukan dengan cara mensimulasikan per lantainya dan
kemudian mensimulasikan untuk seluruh lantai secara bersamaan. Nilai parameter SIR
adalah merupakan perbandingan antara daya signal terhadap interferensinya (satuan dB)
dan mengindikasikan kualitas sinyal yang diterima oleh user. Hal-hal yang mempengaruhi
nilai parameter SIR adalah jumlah cell yang didalam gedung karena hal ini dapat
meningkatkan terjadinya interferensi. Parameter SIR pada LTE merupakan acuan untuk
menentukan jenis modulasi yang digunakan dan mempengaruhi datarate yang dapat
diterima user. Hasil simulasi SIR tiap lantainya, dapat dilihat pada gambar 4.5, 4.6, 4.7 dan
4.8.

(a)

(b)

Gambar 4.20 (a) Simulasi Perencanaan Lantai Satu 2D View (b) Histogram Chart SIR

48

Pada gambar 4.6 poin (a) menunjukkan hasil simulasi by SIR di lantai satu 2D view
dengan acuan warna yang mengindikasikan bahwa SIR tersebut baik atau buruk. Nilai SIR
yang cukup baik, diindikasikan pada legend mulai dari range >5dB. Nilai SIR yang buruk,
pada legend diindikasikan oleh warna berwarna merah yang memiliki nilai SIR <5dB.
Beberapa titik area di lantai satu memiliki nilai SIR yang buruk yaitu di area lobby/depan
pintu masuk lobby. Hal ini karna disebabkan interferensi dari beberapa sel yang
mencakup/men-cover area tersebut. Nilai SIR pada teknologi LTE akan mempengaruhi
pemilihan modulation dan coding rate yang akan digunakan sehingga bisa mempengaruhi
data rate yang dihasilkan. Pada gambar 4.6 poin (b), nilai SIR rata-rata yang didapat dari
hasil simulasi pada lantai satu diperoleh sebesar 20,30 dB dengan nilai standar deviasi
13,86.

(a)

(b)

Gambar 4.21 (a) Simulasi Perencanaan Lantai Dua 2D View (b) Chart Diagram SIR
Pada gambar 4.7 poin (a) menunjukkan hasil simulasi by SIR di lantai dua 2D view
dengan acuan warna yang mengindikasikan bahwa SIR tersebut baik atau buruk. Nilai SIR
yang kurang baik terdapat di area ruang kelas A3 dan area depan ruang kelas A1. Nilai SIR
yang kurang baik pada area ruang kelas A3 dan di ujung lorong/depan ruang kelas A1,
kemungkinan besar disebabkan oleh interferensi dari sel FAP 2 Tx 7, 2 Tx 6, 2 Tx 3 dan 2
Tx 1. Hal ini dikarenakan FAP tersebut mengarah/memiliki arah pancaran yang tertuju
langsung ke area A3 (yaitu FAP 2 Tx 7,3 & 1) dan berdekatan dengan FAP 2 Tx 6. Dan
begitu juga dibeberapa titik area lainnya yang memiliki nilai SIR kurang baik karena
disebabkan interferensi dari beberapa sel. Namun secara keseluruhan, rata-rata nilai SIR
49

pada lantai dua masih di range yang baik yaitu sebesar 20,73 dB dengan nilai standar
deviasi 16,18 yang ditunjukkan oleh gambar 4.7 poin (b). PDF tertinggi untuk nilai SIR
dari hasil simulasi di lantai dua berada disekitar 5,81 dB.

(a)

(b)

Gambar 4.22 (a) Simulasi Perencanaan Lantai Tiga 2D View (b) Histogram Chart SIR
Pada gambar 4.8 poin (a) merupakan hasil simulasi by SIR di lantai tiga 2D view
dengan acuan warna yang mengindikasikan bahwa SIR tersebut baik atau buruk. Terdapat
beberapa titik lokasi area yang memiliki nilai SIR kurang baik seperti ruang kelas E1, area
toilet dan ruang multimedia 1. Hal ini disebabkan oleh interferensi pada area tersebut
cukup tinggi dan juga bisa disebabkan karena signal yang men-cover tersebut kurang baik.
Namun secara keseluruhan, rata-rata nilai SIR pada lantai tiga masih di range yang baik
yaitu sebesar 30,96 dB dengan nilai standar deviasi 20,65 yang ditunjukkan oleh gambar
4.8 poin (b) dan grafik PDF menunjukkan untuk SIR yang >5dB lebih sering terjadi
daripada yang <5dB .

50

(a)

(b)

Gambar 4.23 (a) Simulasi Perencanaan Seluruh Lantai 3D View (b) Histogram Chart SIR
Pada gambar 4.9 poin (a) merupakan hasil simulasi by SIR di seluruh lantai 3D
view dengan acuan warna yang mengindikasikan bahwa SIR tersebut baik atau buruk.
Terdapat beberapa titik lokasi area yang memiliki nilai SIR kurang baik. Hal ini
disebabkan oleh interferensi pada area tersebut cukup tinggi, karena seluruh FAP di tiap
lantai memiliki peluang untuk mencakup area FAP dilantai lain hingga menyebabkan
interferensi lebih banyak dan juga bisa disebabkan karena signal yang men-cover tersebut
kurang baik. Namun secara keseluruhan, rata-rata nilai SIR pada lantai tiga masih di range
yang baik yaitu sebesar 14,04 dB dengan nilai standar deviasi 12,48 yang ditunjukkan oleh
gambar 4.9 poin (b).
4.3 ANALISA BERDASARKAN KPI
Perolehan dari simulasi jaringan indoor LTE berdasarkan tinjauan parameter RSL dan
SIR masing-masing rata-rata nilainya adalah seperti pada tabel 4.2.
Tabel 4.17 Hasil simulasi by RSL & SIR acuan KPI operator

Lantai

RSL
(dBm)

SIR (dB)

KPI Operator Acuan


RSL (dBm)

SIR (dB)

Lantai 1

-50,29

20,30

> -90

>0

Lantai 2

-51,46

20,73

(90 %) area

(90%) area
51

Lantai 3

-46,68

30,96

Semua Lantai
-47,28
14,04
Pada tabel 4.2 diketahui hasil lengkap masing-masing nilai RSL dan SIR di tiap lantainya.
Perolehan hasil simulasi kemudian dibandingkan dengan KPI operator untuk mengetahui
apakah hasil perencanaan yang telah dilakukan sesuai dengan persyaratan untuk dapat
dikatakan layak digelar. Persyaratan dari salah satu operator untuk parameter RSL, hasil
perencanaan/simulasi harus lebih besar daripada -90 dBm di 90% area dan untuk parameter
SIR, standar minimalnya adalah >0dB di 90% area. Jika berdasarkan tinjauan parameter
RSL dan SIR diseluruh lantai, hasil simulasi yang diperoleh pada perencanaan jaringan
Indoor Building Coverage LTE di gedung Fakultas Ilmu Terapan memiliki nilai CDF untuk
parameter SIR yang dibawah 0dB sebesar 0,0358 sehingga didapat area yang memiliki
nilai SIR diatas 0dB adalah [(1-0,0358)*100%] = 96,42% sedangkan nilai CDF untuk
parameter RSL yang dibawah -90 dBm sebesar 0,0143 sehingga didapat area yang
memiliki nilai RSL diatas -90dBm adalah [(1-0,0143)*100%] = 98,57%. Maka jika
ditinjau dari hasil simulasi dengan acuan parameter RSL dan SIR, perencenaan LTE
digedung Fakultas Ilmu Terapan, Universitas Telkom telah memenuhi persyaratan KPI
operator acuan dan layak untuk diimplementasi.

52

BAB V
PENUTUP

5.1 KESIMPULAN
Berdasarkan teori,perhitungan, simulasi dan analisis pada Proyek Akhir ini, didapatkan
kesimpulan sebagai berikut:
1. Nilai MAPL mempengaruhi radius dari suatu site dan juga berpengaruh terhadap
total site yang dibutuhkan
2. Service dan Traffic parameter mempengaruhi hasil network throughput
3. Model propagasi Cost 231 Multiwall merupakan model propagasi untuk indoor
yang memodelkan propagasi dari rentan frekuensi 1500 Mhz 2000 Mhz
4. Pada hasil perencanaan didapatkan jumlah site yang dibutuhkan untuk lantai 1,2,3
masing-masing sebanyak 4,7 dan 4 FAP. Dengan hasil prediksi disimulasi nilai RSL
& SIR mencapai target KPI
5.2 SARAN
Adapun saran penulis untuk Proyek Akhir Planning Indoor selanjutnya adalah sebagai
berikut:
1. Pemodelan propagasi yang digunakan untuk indoor bisa lebih variatif, selain Cost231 Multiwall yang memiliki akurasi lebih baik
2. Menggunakan Software simulasi yang lebih baik, selain RPS agar bisa memilih
lebih banyak model propagasi dan memiliki fitur Planning Indoor yang lebih
lengkap
3. Mengkaji dasar teori Planning Indoor LTE lebih dalam, dan mencoba melakukan
penggabungan antara Wifi & seluler (Offload)

53

DAFTAR PUSTAKA
[1]

Boccuzzi, Joseph. Michael Ruggiero.Femtocell Design and Application : Mc Graw

Hill, 2011
[2]

D.J. Deibner,J. Hubner, D. Hunold and D.J.Vooigt, RPS Radiowave Propagation

Simulator, Dresden: Radioplan, 2005.


[3]

Ericsson. "LTE-System Overview".Ericsson.2008.

[4]

European Commission. 1999. Digital Mobile Radio Towards Future Generation

Systems, Cost 231 Final Report


[5]

Huawei

Technologies

Co.Ltd..2010.

LTE

Radio

Network

Capacity

Co.Ltd..2010.

LTE

Radio

Network

Coverage

Dimensioning.Shenzen : Huawei
[6]

Huawei

Technologies

Dimensioning.Shenzen : Huawei
[7]

Huawei Technologies Co.Ltd..2010. LTE RNP Introduction.Shenzen : Huawei

[8]

Sesia, Stefania, Issam Toufik, and Matthew Baker, .LTE The UMTS Long Term

Evolution : From Theory to Practice, 2nd Edition. Chichester, West Sussex:WILEY,2011.


[9]

Song, Lingyang. Jia Shen. Evolved Cellular Network Planning and Optimization

for UMTS and LTE : CRC Press, 2010


[10]

Tolstrup, Morten. Indoor Radio Planning A Practical Guide for 2G,3G and 4G, 3rd

Edition. Chichester, West Sussex:WILEY,2015.


[11]

Zhang, Jie . Femtocells Technologies and Development : Wiley, 2010

[12]

ElNashar,Ayman,Mohamed El-saidny, and Mahmoud Sherif. Design, Deployment

and Performance of 4G LTE Network. Chicester,West Sussex:WILEY,2014

54

LAMPIRAN
RPS Histogram Table SIR hasil simulasi diseluruh lantai
Signal to Interference
Ratio [dB]

Relative
Frequency
-5

CDF
0

-3.66

0.00133600534
4021

0.0013360053
44021

-2.32

0.01016848511
838

0.0115044904
6241

-0.98

0.02434498626
883

0.0358494767
3124

0.36

0.06672604468
196

0.1025755214
132

1.7

0.05863579009
872

0.1612113115
119

3.04

0.06835894010
243

0.2295702516
143

4.38

0.05848734506
049

0.2880575966
748

5.72

0.05477621910
488

0.3428338157
797

7.06

0.04794774734
655

0.3907815631
263

8.4

0.04438506642
915

0.4351666295
554

9.74

0.04883841757
589

0.4840050471
313

11.08

0.03629481184
591

0.5202998589
772

12.42

0.03377124619
61

0.5540711051
733

13.76

0.03072812291

0.5847992280
55

249

858

15.1

0.02983745268
314

0.6146366807
689

16.44

0.03978327024
419

0.6544199510
131

17.78

0.04022860535
887

0.6946485563
72

19.12

0.02642321680
398

0.7210717731
76

20.46

0.02961478512
581

0.7506865583
018

21.8

0.02501298894
084

0.7756995472
426

23.14

0.02404809619
238

0.7997476434
35

24.48

0.02887255993
468

0.8286202033
697

25.82

0.02679432939
954

0.8554145327
692

27.16

0.02070808283
233

0.8761226156
016

28.5

0.01521561641
802

0.8913382320
196

29.84

0.01365694351
666

0.9049951755
363

31.18

0.01269205076
82

0.9176872263
045

32.52

0.01068804275
217

0.9283752690
566

33.86

0.00794180954
5016

0.9363170786
016

35.2

0.00630891412
4545

0.9426259927
262

36.54

0.00534402137
6086

0.9479700141
023
56

37.88

0.00408223855
1176

0.9520522526
535

39.22

0.00348845839
8278

0.9555407110
517

40.56

0.00215245305
4257

0.9576931641
06

41.9

0.00274623320
7155

0.9604393973
131

43.24

0.00400801603
2064

0.9644474133
452

44.58

0.00356268091
739

0.9680100942
626

45.92

0.00437912862
7626

0.9723892228
902

47.26

0.00378534847
4727

0.9761745713
65

48.6

0.00311734580
2717

0.9792919171
677

49.94

0.00348845839
8278

0.9827803755
659

51.28

0.00423068358
9401

0.9870110591
553

52.62

0.00252356564
9818

0.9895346248
052

53.96

0.00163289542
0471

0.9911675202
256

55.3

0.00185556297
7807

0.9930230832
034

56.64

0.00051955763
37861

0.9935426408
372

57.98

0.00237512061
1594

0.9959177614
488

59.32

0.00089067022
93476

0.9968084316
782

60.66

0.00044533511

0.9972537667
57

46738

928

0.00029689007
62 64492

0.9975506568
693

63.34

0.00096489274
84599

0.9985155496
178

64.68

0.00059378015
28984

0.9991093297
707

66.02

0.00014844503
82246

0.9992577748
089

67.36

0.9993319973
7.42E+06 28

68.7

0.9994062198
7.42E+06 471

70.04

0.9994062198
0 471

71.38

0.9994804423
7.42E+06 662

72.72

0.9994804423
0 662

74.06

0.9994804423
0 662

75.4

0.9995546648
7.42E+06 853

76.74

0.9995546648
0 853

78.08

0.9996288874
7.42E+06 044

79.42

0.00029689007
64492

0.9999257774
809

80.76

0.9999257774
0 809

82.1

0.9999257774
0 809

83.44

0.9999257774
0 809
58

84.78

0.9999257774
0 809

86.12

0.9999257774
0 809

87.46

0.9999257774
0 809

88.8

0.9999257774
0 809

90.14

0.9999257774
0 809

91.48

0.9999257774
0 809

92.82

0.9999257774
0 809

94.16

0.9999257774
0 809

95.5

0.9999257774
0 809

96.84

0.9999257774
0 809

98.18

0.9999257774
0 809

99.52

0.9999257774
0 809

100.86

0.9999257774
0 809

102.2

0.9999257774
0 809

103.54

0.9999257774
0 809

104.88

0.9999257774
0 809

106.22

0.9999257774
0 809

107.56

0 0.9999257774
59

809
108.9

0.9999257774
0 809

110.24

0.9999257774
0 809

111.58

0.9999257774
0 809

112.92

0.9999257774
0 809

114.26

0.9999257774
0 809

115.6

0.9999257774
0 809

116.94

0.9999257774
0 809

118.28

0.9999257774
0 809

119.62

0.9999257774
0 809

120.96

0.9999257774
0 809

122.3

0.9999257774
0 809

123.64

0.9999257774
0 809

124.98

0.9999257774
0 809

126.32

0.9999257774
0 809

127.66
129
130.34

7.42E+06

RPS Histogram Table RSL hasil simulasi diseluruh lantai


60

(Composite) Coverage
[dBm]

Relative
Frequency

CDF

-170

0.000222552

0.000222
552

-168.5

0.000222
552

-167

0.000222
552

-165.5

0.000222
552

-164

0.000222
552

-162.5

0.000222
552

-161

0.000222
552

-159.5

0.000222
552

-158

0.000222
552

-156.5

0.000222
552

-155

0.000222
552

-153.5

7.4184E-05

0.000296
736

-152

0.000148368

0.000445
104

-150.5

0.000445
104

-149

0.000445
104

-147.5

0.000445
104

-146

0.000445
61

104
0

0.000445
104

-143

0.000445
104

-141.5

0.000445
104

-140

0.000445
104

-138.5

0.000445
104

-137

7.4184E-05

0.000519
288

-135.5

0.000519
288

-134

7.4184E-05

0.000593
472

-132.5

0.000593
472

-131

0.000593
472

-129.5

0.000593
472

-128

0.000593
472

-126.5

0.000593
472

-125

0.000148368

0.000741
84

-123.5

7.4184E-05

0.000816
024

-122

0.000816
024

-120.5

0.000816
024

-144.5

62

-119

0.001038576

0.001854
599

-117.5

0.000148368

0.002002
967

-116

7.4184E-05

0.002077
151

-114.5

0.002077
151

-113

0.002077
151

-111.5

7.4184E-05

0.002151
335

-110

0.002151
335

-108.5

0.002151
335

-107

0.002151
335

-105.5

0.00074184

0.002893
175

-104

0.00037092

0.003264
095

-102.5

0.000148368

0.003412
463

-101

0.000667656

0.004080
119

-99.5

0.004080
119

-98

0.000148368

0.004228
487

-96.5

0.001780415

0.006008
902

-95

0.002596439

0.008605
341

-93.5

0.002893175

0.011498
63

516
0.002373887

0.013872
404

-90.5

0.000519288

0.014391
691

-89

0.014391
691

-87.5

0.014391
691

-86

0.00111276

0.015504
451

-84.5

0.000445104

0.015949
555

-83

0.000148368

0.016097
923

-81.5

0.000519288

0.016617
211

-80

0.002225519

0.018842
73

-78.5

0.006379822

0.025222
552

-77

0.008902077

0.034124
629

-75.5

0.005934718

0.040059
347

-74

0.009050445

0.049109
792

-72.5

0.007789318

0.056899
11

-71

0.013501484

0.070400
593

-69.5

0.006305638

0.076706
231

-68

0.005192878

0.081899
11

-92

64

-66.5

0.003412463

0.085311
573

-65

0.006379822

0.091691
395

-63.5

0.008382789

0.100074
184

-62

0.021661721

0.121735
905

-60.5

0.02611276

0.147848
665

-59

0.035905045

0.183753
709

-57.5

0.04235905

0.226112
76

-56

0.043991098

0.270103
858

-54.5

0.056824926

0.326928
783

-53

0.04925816

0.376186
944

-51.5

0.042062315

0.418249
258

-50

0.031305638

0.449554
896

-48.5

0.022700297

0.472255
193

-47

0.020400593

0.492655
786

-45.5

0.018323442

0.510979
228

-44

0.034347181

0.545326
409

-42.5

0.034272997

0.579599
407

-41

0.041765579

0.621364
65

985
0.047255193

0.668620
178

-38

0.050890208

0.719510
386

-36.5

0.042952522

0.762462
908

-35

0.041765579

0.804228
487

-33.5

0.045178042

0.849406
528

-32

0.034421365

0.883827
893

-30.5

0.039391691

0.923219
585

-29

0.025890208

0.949109
792

-27.5

0.027151335

0.976261
128

-26

0.012388724

0.988649
852

-24.5

0.008531157

0.997181
009

-23

0.001706231

0.998887
24

-21.5

0.000890208

0.999777
448

-20

0.000222552

-18.5

-39.5

Tutorial menggunakan RPS


66

(Pengenalan Window pada RPS)

Tutorial menggunakan RPS


(Menambah Layer)

67

Tutorial menggunakan RPS


(Pengenalan Koordinat System)

Tutorial menggunakan RPS


(Cara membuat lantai/surface)

68

Tutorial menggunakan RPS


(Cara membuat dinding)

69

Anda mungkin juga menyukai