PROYEK AKHIR
Disusun sebagi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Ahli Madya pada
Program Studi D3 Teknik Telekomunikasi Fakultas Ilmu Terapan
Universitas Telkom
disusun oleh:
BURTON SINAGA
6305130051
D3 TEKNIK TELEKOMUNIKASI
FAKULTAS ILMU TERAPAN
UNIVERSITAS TELKOM
2016
LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS
1
Nama
: Burton Sinaga
NIM
: 6305130051
Alamat
: sinagaburton@gmail.com
Menyatakan bahwa Proyek Akhir ini merupakan karya orisinal saya sendiri, dengan judul:
Perencanaan Jaringan Indoor untuk LTE Teknologi LTE di Gedung Fakultas Ilmu
Terapan Universitas Telkom
(Indoor Network Planning For LTE Technology in Telkom Applied Sciences School
Building Faculty of Telkom University)
Atas pernyataan ini, saya siap menanggung resiko/sanksi yang dijatuhkan kepada saya
apabila di kemudian hari ditemukan adanya pelanggaran terhadap kejujuran akademik atau
etika keilmuan dalam karya ini, atau ditemukan bukti yang menunjukkan ketidakaslian
karya ini.
Burton Sinaga
NIM: 6305130051
LEMBAR PENGESAHAN
PROYEK AKHIR
2
Pembimbing I
Pembimbing II
NIK : 14871304-1
NIK : 14851490-1
ABSTRAK
Mendapatkan transfer data rate yang tinggi merupakan tujuan utama dalam
perkembangan teknologi komunikasi seluler saat ini. Melakukan perluasan coverage dan
perbaikan kualitas sinyal, menjadi fokus utama bagi penyedia layanan untuk mendapatkan
kepuasan pelanggannya akan layanan yang diberikan. Melakukan perluasan jaringan pada
3
area indoor, berarti melakukan perencanaan jaringan dan, perencanaan jaringan indoor
biasa dilakukan pada tempat-tempat umum yang sering dikunjungi setiap hari, salah
satunya ialah kampus atau gedung perkuliahan. Gedung FIT (Fakultas Ilmu Terapan)
Universitas Telkom, menjadi salah satu target untuk dilakukan perencanaan jaringan
indoor, agar user didalam gedung tersebut tetap mendapatkan layanan/akses yang baik atau
mendapatkan experience dari kinerja teknologi yang ada saat ini.
Pada Proyek Akhir ini, dilakukan perencanaan jaringan indoor LTE (Long Term
Evolution) di gedung FIT Universitas Telkom. Teknologi LTE merupakan teknologi dari
generasi terbaru saat ini yang menawarkan layanan lebih baik dari teknologi sebelumnya.
Metode perencanaan jaringan yang dilakukan untuk mendapatkan jumlah site atau FAP
(Femtocell Access Point), dilakukan dengan melakukan perhitungan dari sisi coverage
planning dan capacity planning. Untuk memperoleh ketepatan/akurasi yang baik dalam
perhitungan loss perambatan sinyal indoor area, digunakan pemodelan propagasi Cost-231
Multiwall. Jumlah site yang didapat dari hasil perencanaan, akan diuji performanya dalam
software simulasi RPS (Radiowave Propagation Simulatior). Parameter yang ditinjau dari
hasil simulasi adalah RSL (Received Signal Level) dan SIR (Signal Interference Ratio).
Hasil perencanaan jaringan indoor LTE di gedung FIT Universitas Telkom pada
Proyek Akhir ini diperoleh nilai RSL untuk lantai 1,2,3 masing-masing adalah -50,26 dBm,
-48,22 dBm, -47,27 dBm dan nilai RSL dari hasil simulasi dari semua lantai adalah -44,74
dBm. Untuk nilai SIR diperoleh dari hasil simulasi pada lantai 1,2,3 masing-masing adalah
20,08 dB, 13,33 dB, 10,04 dB dan hasil simulasi dari semua lantai adalah 7,19 dB. Dari
hasil simulasi yang diperoleh, perencanaan jaringan indoor LTE telah memenuhi KPI (Key
Performance Indicator) LTE indoor planning yang digunakan oleh industri
telekomunikasi.
Kata kunci : LTE, Coverage planning, Capacity Planning, RSL, SIR
ABSTRACT
Getting a high data transfer rate is a major goal in the development of mobile
communication technology today. Expanding coverage and improving the quality of the
signal, a central focus for service providers to gain customer satisfaction for services
rendered. Expanding the network to the indoor area, means planning and network, network
planning is done on a regular indoor public places frequented every day, one of them being
college campus or building. Building FIT (Faculty of Applied Sciences) Telkom
University, became one of the targets to be done indoor network planning, so that the user
inside the building will still get the service / good access or to gain experience of the
performance of the technology that exists today.
In this Final Project, conducted indoor network planning LTE (Long Term
Evolution) in the FIT building Telkom University. LTE technology is a technology of the
latest generation of today that offer better service than previous technology. Network
planning methods are performed to obtain the number of sites or FAP (Femtocell Access
Point), was undertaken with the calculation of the coverage planning and capacity
planning. To obtain precision / accuracy in both the indoor signal propagation loss
calculation area, used modeling the propagation of Cost-231 Multiwall. Total site obtained
from planning, to test its performance in simulation software RPS (Radiowave Propagation
Simulatior). The parameters were evaluated from the results of the simulation are RSL
(Received Signal Level) and SIR (Signal to Interference Ratio).
The results of indoor LTE network planning at the University of Telkom FIT
building in this Final Project RSL values obtained for each floor 1,2,3 is -50.26 dBm,
-48.22 dBm, -47.27 dBm and the value of the result RSL simulation of all floors is -44.74
dBm. For SIR values obtained from the simulation results on the floor 1,2,3 respectively is
20.08 dB, 13.33 dB, 10.04 dB and the simulation results of all floors is 7.19 dB. From the
simulation results obtained, planning indoor LTE network in compliance with the KPI
(Key Performance Indicator) LTE indoor planning used by the telecommunications
industry.
Keyword : LTE, Coverage planning, Capacity Planning, RSL, SIR
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karena atas berkat dan rahmatNya yang sedemikian besar sehingga buku Proyek Akhir yang berjudul Perencanaan
Jaringan Indoor untuk Teknologi LTE di Gedung Fakultas Ilmu Terapan Universitas
Telkom dapat diselesaikan dengan baik sebagai syarat untuk memperoleh gelar Ahli
Madya Jurusan Teknik Telekomunikasi Fakultas Ilmu Terapan pada lembaga pendidikan
Universitas Telkom.
Keberhasilan dalam penulisan buku Proyek Akhir ini tidak lepas dari peran,
dukungan dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan
terimakasih kepada seluruh pihak yang telah membantu dan memberi arahan, bimbingan
serta semangat kepada penulis.
Sebagai penutup, penulis menyadari bahwa dalam penyusunan buku Proyek Akhir
ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran
yang dapat membuat buku Proyek Akhir ini menjadi lebih baik. Penulis berharap semoga
buku Proyek Akhir ini menjadi manfaat bagi pembaca dan khususnya bagi diri penulis
sendiri.
Penulis
DAFTAR ISI
ABSTRAK................................................................................................................................
ABSTRACT..............................................................................................................................
KATA PENGANTAR.................................................................................................................
UCAPAN TERIMA KASIH.....................................................................................................
DAFTAR ISI...........................................................................................................................viii
DAFTAR GAMBAR..................................................................................................................
DAFTAR TABEL.....................................................................................................................
DAFTAR ISTILAH.................................................................................................................xii
DAFTAR SINGKATAN.........................................................................................................xiii
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................
1.1 Latar Belakang..................................................................................................................
1.2 Tujuan dan Manfaat..........................................................................................................
1.3 Rumusan Masalah............................................................................................................
1.4 Batasan Masalah...............................................................................................................
1.5 Metodologi Penelitian......................................................................................................
1.6 Sistematika Penulisan......................................................................................................
BAB II DASAR TEORI.............................................................................................................
2.1 KONSEP DASAR TEKNOLOGI LONG TERM EVOLUTION (LTE)...........................
2.1.1 Arsitektur jaringan LTE.............................................................................................
2.2 PERENCANAAN JARINGAN INDOOR.....................................................................10
2.2.1 Prosedur perencanaan jaringan indoor.....................................................................11
2.2.2 Penempatan antena indoor.......................................................................................11
2.2.3 Coverage planning...................................................................................................12
2.2.4 Model propagasi......................................................................................................15
2.2.5 Perhitungan luas cell................................................................................................16
2.2.6 Perhitungan jumlah site by coverage planning........................................................16
2.2.7 Capacity Planning....................................................................................................17
2.2.8 Perhitungan jumlah site by capacity planning.........................................................21
2.3 KONSEP DASAR TEKNOLOGI FEMTOCELL..........................................................21
9
10
DAFTAR GAMBAR
GAMBAR 2.1 ARSITEKTUR JARINGAN LONG TERM EVOLUTION [9]............................................
GAMBAR 2.2 IBC (INDOOR BUILDING COVERAGE) MODEL BY RPS [2]...................................10
GAMBAR 2.3 ESTIMASI LINK BUDGET UPLINK [7]...................................................................13
GAMBAR 2.4 ESTIMASI LINK BUDGET DOWNLINK [7]..............................................................14
GAMBAR 2.5 LTE FEMTOCELL ARCHITECTURE [1]...................................................................22
GAMBAR 3.1 DIAGRAM ALIR PERENCANAAN..........................................................................26
GAMBAR 3.2 GEDUNG FAKULTAS ILMU TERAPAN, UNIVERSITAS TELKOM............................27
GAMBAR 3.3 3D MODEL GEDUNG FAKULTAS ILMU TERAPAN, UNIVERSITAS TELKOM..........27
GAMBAR 3.4 DENAH LANTAI 1................................................................................................28
GAMBAR 3.5 DENAH LANTAI 2................................................................................................29
GAMBAR 3.6 DENAH LANTAI 3................................................................................................29
GAMBAR 3.7 HASIL WALKTEST...............................................................................................31
GAMBAR 3.8 PROSEDUR COVERAGE PLANNING.......................................................................32
GAMBAR 3.9 PROSEDUR CAPACITY PLANNING..........................................................................38
GAMBAR 4.1 (A) PLOTTING TRANSMITTER 2D VIEW, (B) PLOTTING TRANSMITTER 3D
VIEW..................................................................................................................................42
GAMBAR 4.2 (A) SIMULASI PERENCANAAN LANTAI SATU 3D VIEW (B) CHART DIAGRAM RSL ........43
GAMBAR 4.3 (A) SIMULASI PERENCANAAN LANTAI DUA 3D VIEW (B) CHART DIAGRAM RSL.........44
GAMBAR 4.4 (A) SIMULASI PERENCANAAN LANTAI TIGA 3D VIEW (B) CHART DIAGRAM RSL........45
GAMBAR 4.5 (A) SIMULASI PERENCANAAN SEMUA LANTAI 3D VIEW (B) CHART DIAGRAM RSL.....45
GAMBAR 4.6 (A) SIMULASI PERENCANAAN LANTAI SATU 3D VIEW (B) CHART DIAGRAM SIR.........46
GAMBAR 4.7 (A) SIMULASI PERENCANAAN LANTAI DUA 3D VIEW (B) CHART DIAGRAM SIR..........47
GAMBAR 4.8 (A) SIMULASI PERENCANAAN LANTAI TIGA 3D VIEW (B) CHART DIAGRAM SIR.........48
GAMBAR 4.9 (A) SIMULASI PERENCANAAN SELURUH LANTAI 3D VIEW (B) CHART DIAGRAM SIR
..........................................................................................................................................49
11
DAFTAR TABEL
TABEL 2.1 SPESIFIKASI LONG TERM EVOLUTION REL 8.........................................................6
TABEL 2.2 TIPE DINDING PADA MULTI-WALL MODEL [4]..................................................15
TABEL 2.3 SERVICE AND TRAFFIC MODEL PARAMETER [5]................................................18
TABEL 2.4 NILAI UMUM UNTUK PEAK TO AVERAGE RATIO...............................................19
TABEL 2.5 AVERAGE SINR 1800 MHZ DISTRIBUTION........................................................20
TABEL 2.6 ALOKASI PCI......................................................................................................23
TABEL 3.1 SPESIFIKASI GEDUNG FAKULTAS ILMU TERAPAN UNIVERSITAS TELKOM..........28
TABEL 3.2 SPESIFIKASI PERENCANAAN JARINGAN LTE INDOOR DI GEDUNG FIT UNIVERSITAS TELKOM. .30
TABEL 3.3 JUMLAH USER TIAP LANTAI................................................................................30
TABEL 3.4 UPLINK LINK BUDGET LTE................................................................................33
TABEL 3.5 DOWNLINK LINK BUDGET LTE...........................................................................33
TABEL 3.6 ESTIMASI JUMLAH FAP DI SETIAP LANTAI.........................................................37
TABEL 3.7 SINGLE USER THROUGHPUT...............................................................................39
TABEL 3.8 TOTAL NETWORK THROUGHPUT........................................................................39
TABEL 3.9 SINGLE SITE THROUGHPUT................................................................................40
TABEL 3.10 JUMLAH FAP....................................................................................................40
TABEL 4.1 FINAL NUMBER OF FAP......................................................................................41
TABEL 4.2 HASIL SIMULASI BY RSL & SIR ACUAN KPI OPERATOR...................................49
12
DAFTAR ISTILAH
Cell
Dimensioning
Femtocell
user
Release
Resource Block
Site
Throughput
13
DAFTAR SINGKATAN
EIRP
FAP
Kbps
KPI
LTE
MIMO
Mhz
: Mega Hertz
PCI
RSL
SIR
SINR
14
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
LTE (Long Term Evolution) merupakan teknologi yang dikembangkan oleh badan
standarisasi 3GPP (Third Generation Partnership Project), untuk memenuhi demand
pengguna seluler saat ini terhadap transfer data rate dan layanan data. Penerapan teknologi
LTE sudah gencar dilakukan pada beberapa negara termasuk di Indonesia. Namun,
perkembangan LTE di Indonesia cenderung lamban dikarenakan beberapa kendala seperti
regulasi, kesiapan operator, dan realokasi frekuensi. Untuk tetap memberikan user
experience terhadap jaringan LTE, para penyedia layanan di Indonesia gencar melakukan
komersial LTE, termasuk mengimplementasikan pada indoor area. Perencanaan jaringan
untuk indoor area diutamakan pada tempat yang sering dikunjungi setiap harinya, seperti
kampus atau gedung perkuliahan.
Gedung FIT (Fakultas Ilmu Terapan) merupakan salah satu gedung milik
Universitas Telkom yang menjadi salah satu tempat aktivitas belajar, penyelenggaraan
perkuliahan dan aktivitas mahasiswa setiap harinya. Untuk tetap memenuhi tercapainya
user experience terhadap teknologi LTE didalam gedung tersebut, perencanaan jaringan
indoor LTE merupakan solusi yang bisa dilakukan. Dengan melakukan perencanaan
jaringan indoor LTE cakupan femtocell, dapat mencakup semua sisi area didalam gedung
yang tidak dapat dijangkau oleh cell outdoor sebelumnya dan penerapan indoor LTE
dengan teknik femtocell coverage lebih mudah dan murah untuk dilakukan daripada
menggunakan teknik outdoor cell coverage.
Pada Proyek Akhir ini, dilakukan proses perencanaan jaringan indoor LTE pada
gedung FIT Universitas Telkom dengan teknik femtocell coverage, agar tercapai user
experience terhadap teknologi LTE didalam gedung tersebut dan dengan cost deploy yang
seminimal mungkin. Perencanaan jaringan yang dilakukan pada gedung FIT, terdiri dari
lantai 1 hingga lantai 3 dengan kapasitas user dalam perencanaan adalah kapasitas
maksimum gedung untuk menampung user per lantainya.
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini berisi latar belakang masalah, tujuan dan manfaat, perumusan masalah,
batasan masalah, metodologi penyelesaian masalah yang akan digunakan, serta sistematika
penulisan yang memuat susunan penulisan Proyek Akhir.
BAB II DASAR TEORI
Bab ini berisi tentang teori-teori yang dijadikan rujukan dalam Proyek Akhir ini
seperti overview LTE, dan konsep perencanaan jaringan indoor, model propagasi,
femtocell, capacity planning dan coverage planing.
BAB III PERENCANAAN JARINGAN IBC
Bab ini berisi perencanaan jaringan Indoor Building Coverage LTE pada gedung
Fakultas Ilmu Terapan, Universitas Telkom. Terdapat persamaan matematis pada bab ini
yang berfungsi untuk melakukan perhitungan dalam perencanaan jaringan LTE. Bab ini
meliputi diagram alur perencanaan indoor LTE dan spesifikasi parameter planning.
BAB IV SIMULASI DAN ANALISIS HASIL PERENCANAAN
Bab ini berisi tentang hasil perencanaan jaringan indoor LTE yang telah
disimulasikan pada software planning dari Proyek Akhir ini. Bab ini meliputi analisis
terhadap RSL dan SIR yang diperoleh dari hasil simulasi dan membandingkan dengan
parameter KPI.
BAB V PENUTUP
Bab ini berisi tentang kesimpulan dari hasil pengerjaan Proyek Akhir yang
dilakukan. Bab ini juga berisi saran tentang bagaimana pengerjaan Proyek Akhir bisa
dilanjutkan dilain tempat ataupun pada tempat yang sama dengan tujuan tercipta Proyek
Akhir yang lebih baik lagi.
BAB II
DASAR TEORI
LTE menggunakan topologi jaringan all-IP, namun spesifikasi dari LTE tetap
memiliki compatibility dengan sistem teknologi 2G dan 3G yang masih menggunakan
layanan domain circuit switch seperti pada voice. Oleh karena itu LTE memanfaatkan
layanan Circuit Switch Fall Back (CSFB) agar layanan voice LTE dengan teknologi
sebelumnya tetap dapat terhubung. LTE sendiri mampu mendukung semua aplikasi yang
ada baik voice, data, video maupun IP TV. Spesifikasi lengkap LTE dapat dilihat pada tabel
2.1.
Tabel 2.1 Spesifikasi Long Term Evolution Rel 8
Parameter
Information
Uplink
: 75 Mbps
700,850,900,1800,2100,2300,2600 MHz
Channel Bandwidth
1,4 ; 3 ; 5 ; 10 ; 15 ; 20 MHz
Cyclic Prefix
Normal,Extended
Latency
Mobility
Up to 350 Km/Jam
Multiple Acces
Uplink
: SC-FDMA
Downlink : OFDMA
Multiplexing
OFDM
Modulation
Duplexing
FDD/TDD
Badan organisasi standarisasi 3GPP berhasil mengeluarkan 3GPP realease 10 pada maret
2010 dengan spesifikasi yang telah memenuhi persyaratan IMT-Advanced dan dikatakan
sebagai teknologi 4G atau LTE-Advanced. Adapun persyaratan yang ditentukan oleh IMTAdvanced antara lain :
Mampu mencapai 100 Mbps untuk high Mobility dan 1 Gbps untuk Low Mobility.
Mampu Interworking dengan sistem radio akses sistem lain.
Mampu memberikan high quality mobile services.
Memiliki kapabilitas world wide roaming
Flexibilitas untuk mendukung efisiensi cost dari cakupan yang luas untuk layanan
dan aplikasi.
circuit switch dan juga hanya mendukung band frequency LTE tertentu.
E-Node B
Peran dari Radio Access Network (RAN) yaitu Node B dan RNC
yang ada di jaringan 3G telah digantikan dengan E-NodeB ini, sehingga
dapat mengurangi biaya perawatan dan operasional dari perangkat, selain
itu arsitekturnya jauh lebih sederhana. Sistem E-UTRAN menggunakan
OFDMA sebagai multiple access-nya untuk arah downlink dan Single
carrier FDMA (SC-FDMA) untuk arah uplink, dan dapat menggunakan
MIMO hingga 4x4 (rel-8) atau MIMO 8x8 (rel-10). Penggunaan
Orthogonal Frequency Division Multiplexing (OFDM), sebuah system
dimana spektrum dibagi menjadi bagian-bagian kecil, masing-masing pada
frekuensi yang berbeda, dan saling orthogonal. Memungkinkan E-UTRAN
jauh lebih efisien dalam penggunaan bandwidth, jika dibandingkan dengan
teknologi sebelumnya. Pada OFDM spektrumnya dibagi menjadi bagianbagian kecil yang dinamakan sub-carrier dan masing-masing sub-carrier
ini memiliki bandwidth 15 Khz dan membawa informasi yang berbedabeda.
tracking
dan
paging
yang
di
dalamnya
mencakup
charging.
HSS ( Home Subscriber Server )
Menyimpan informasi/data-data pelanggan untuk subscriber management
dan security.
SGW ( Serving Gateway )
- Mengatur jalan dan meneruskan data yang berupa paket dari setiap user.
9
inter handover.
Sebagai penghubung antara teknologi LTE dengan teknologi 3GPP
lainnya.
P-GW ( Packet Data Network Gateway )
- Mengalokasi IP ke UE / menyediakan hubungan bagi UE ke jaringan
-
paket.
Menyediakan link hubungan antara teknologi LTE dengan teknologi non
3GPP seperti WiMAX, dan 3GPP2 seperti CDMA 2000 1x, CDMA EvDo dan lain-lain.
Public Access area (mall, bandara, hotel berkelas, rumah sakit, kampus, dan
lain-lain), merupakan tempat-tempat umum yang sering dikunjungi tiap
harinya.
Business/Office area (daerah perkantoran) dituntut adanya indoor cell yang
memungkinkan tingkat telekomunikasi yang tinggi.
10
Tujuan/target perencanaan yang dilakukan oleh engineers adalah untuk mencapai desain
Radio Network yang tepat sesuai dengan QoS, capacity, cost, penggunaan frekuensi,
service coverage, equipment deployment dan performance. Setelah hasil simulasi dan
coverage dianalisa, maka cell dapat digelar dan setelah itu dilakukan pengukuran
drivetest/walktest. Hasil dari pengukuran didapat maka hasil tersebut dibandingkan dengan
hasil yang didapat saat simulasi dan melakukan optimisasi.
2.2.1 Prosedur perencanaan jaringan indoor [10]
Prosedur untuk Perencanaan Jaringan Indoor dapat dibagi menjadi 3 tahap utama
yaitu :
Initial Survey
Pada tahap awal proyek, hal yang harus dilakukan adalah mengumpulkan data-data
planning. Informasi yang dikumpulkan dalam survei adalah dasar untuk men-design
bangunan.
sistem arsitektur design dan RF design. Sistem arsitektur meliputi pembuatan gambar
desain, diagram block system, lokasi antena, layout kabel dan tagihan biaya material (Bill
of Material). RF design adalah proses pemilihan lokasi yang tepat untuk peletakan antena
dan peralatan jaringan indoor lainnya untuk mencapai tujuan design. Jasa manajemen
proyek juga dapat disediakan pada tahap ini untuk mengembangkan dan mengelola
rencana pelaksanaan proyek.
System Verification
Setelah melakukan instalasi, proses pengukuran/verifikasi perlu dilakukan.
11
Meletakkan antena didaerah hot spot. Peletakkan antena didaerah hot spot adalah
bertujuan untuk memaksimalkan performansi data (data rate), level daya sinyal dan
spot,
maka
hal
selanjutnya
adalah
meletakkan
antena
didaerah
diluar gedung.
Fill in the Gaps. Menempatkan antena didaerah-daerah tertentu untuk meng-cover
area gedung lebih dalam lagi dalam arti hanya menempatkan antena.
loss yang
diperbolehkan dari sisi Tx ke Rx atau sebaliknya. Ada dua skema dalam perhitungan
MAPL yaitu MAPL uplink dan MAPL pada sisi downlink. Pada gambar 2.3 merupakan
estimasi link budget untuk mendapatkan MAPL uplink.
12
13
14
disebabkan oleh dinding dan lantai. Pemodelan propagasi cost231 multi-wall di rumuskan
pada persamaan berikut.
I
L = LFS + Lc +
kwi Lwi
i=1
Keterangan :
LFS = Loss Free Space Loss antara Tx dan Rx [dB]
Lc = Constant Loss [dB]
I = Banyaknya tipe dinding
Kwi = Jumlah tipe dinding i yang dilalui sinyal
Kf = Jumlah lantai yang dilalui sinyal
Lwi = Nilai loss yang disebabkan oleh tipe dinding i [dB]
Lf = Loss antara lantai [dB]
b = Empirical parameter
Constant loss pada persamaan 2.3 merupakan nilai saat loss yang disebabkan oleh dinding
telah ditetapkan berdasarkan pengukuran dengan multiple linear regression. Normalnya
nilai constant loss mendekati nol. Nilai loss berdasarkan tipe dinding, yang dimodelkan
pada persamaan cost231 multi-wall dapat dilihat pada tabel 2.2.
Tabel 2.2 Tipe Dinding Pada Multi-wall Model [4]
Wall type
Description
A wall that is not bearing load : e.g.
Loss [dB]
3,4
Heavy wall
(Lw2)
6,9
brick
15
Nilai loss yang diperoleh pada tipe dinding untuk Multi-wall model merupakan nilai loss
yang didapat berdasarkan hasil pengukuran. Nilai loss yang didapat tidak hanya diperoleh
dari physical wall namun juga karna disebabkan oleh furniture.
2.2.5 Perhitungan luas cell [6]
Perhitungan luas cell pada perencanaan menggunakan cell model hexagonal.
Dalam menghitung luas cell pada perencanaan jaringan indoor, skema yang digunakan
adalah omnidirectional antena. Persamaan luas cell hexagonal model dirumuskan sebagai
berikut.
Lcell = 2,6 x d2 ................. (2.4)
Keterangan :
Lcell = Luas cell (m2)
d = Jari-jari cell (m)
2.2.6 Perhitungan jumlah site by coverage planning [6]
Persamaan yang digunakan untuk menghitung jumlah site yang dibutuhkan
berdasarkan hasil coverage planning adalah sebagai berikut.
LTE cell =
Luas Area
Luas cell
................ (2.5)
Keterangan :
LTE cell = Jumlah cell LTE
Luas Area = Luas area planning
Luas cell = Luas cell model
2.2.7 Capacity Planning [5]
Tujuan dari capacity planning adalah untuk mengetahui jumlah site yang
dibutuhkan sesuai dengan trafik/kapasitas yang diperlukan. Pada umumnya proses
perhitungan capacity planning terbagi menjadi 2 bagian, Single Site Dimensioning dan
Total Network Throughput. Capacity planning bagian single site dimensioning adalah
16
proses melakukan dimensioning berdasarkan parameter seperti duplex mode dan system
bandwidth dan lain-lain. Tujuan dari single site dimensioning adalah untuk mengetahui
kapasitas per site-nya. Total Network Throughput dimensioning adalah proses melakukan
dimensioning berdasarkan traffic model dan service model. Pertama kali dilakukan
perhitungan single user throughput kemudian total network throughput dapat dicari dengan
mengalikan jumlah user target terhadap nilai single user throughput yang didapat.
Penentuan parameter trafik dan model layanan yang digunakan untuk mencari nilai single
user throughput. Pada tabel 2.2 menunjukkan tabel parameter trafik dan model layanan
yang digunakan oleh vendor.
17
Throughput/Session (Kbit) = (Bearer Rate x PPP Session Time x PPP Session Duty
Ratio)
/(1-
BLER)........................................................................................................................(2.6)
Keterangan :
Session Time = Durasi dari PPP session
Session Duty Ratio = Data transmission ratio dari PPP session
BLER = Block Error Rate
Bearer Rate = Service application layer (IP) bearer rate
Trafik model mengindikasikan bagaimana perilaku UE sehari-hari (UE behaviours).
Parameter didalam trafik model adalah Penetration Ratio dan BHSA (Busy Hour Srvice
Attempt). Penetration Ratio adalah merupakan proporsi penetrasi untuk tiap layanan.
BHSA adalah merupakan jumlah/banyaknya percobaan akses layanan yang dilakukan oleh
single user dalam satu jam. Setelah mendapatkan hasil throughput/session dan trafik
model, proses selanjutnya adalah mencari nilai Single User Throughput tiap user.
18
Dense Urban
Urban
Sub urban
Rural Area
40%
20%
10%
0%
Perhitungan selanjutnya adalah mencari nilai Total Network throughput. Total Network
Throughput adalah merupakan total throughput yang harus disediakan oleh jaringan untuk
dapat melayani banyaknya user target.
Total Network Throughput (Kbps) = Single User Throughput (Kbps) x Total User
Target....................(2.8)
Nilai total network throughput yang didapat dari hasil perhitungan adalah merupakan
throughput pada layer IP. Throughput tersebut harus dikonversi menjadi throughput pada
layer MAC karena throughput single site capacity adalah throughput pada layer MAC dan
throughput yang akan diperoleh user adalah throughput pada layer MAC/Phy.
MAC layer throughput = IP layer throughput / 98,04% ...............................................(2.9)
Setelah memperoleh total Network Throughput pada layer MAC, selanjutnya adalah
mencari Single Site Capacity atau Cell Average Throughput yaitu kapasitas dari satu site.
Tujuan dari menghitung kapasitas site adalah untuk mencari jumlah site yang dibutuhkan
agar dapat melayani user berdasarkan total network throughput yang diperoleh. Untuk
19
mencari kapasitas site atau cell average throughput, maka dibutuhkan informasi tentang
cell radius, dan SINR distribution.
Tabel 2.5 Average SINR 1800 Mhz Distribution
Perhitungan kapasitas cell pada sisi Downlink (DL Cell Throughput) menggunakan
persamaan berikut.
DL cell Capacity + CRC = (168 36 -12) (Code bits) (Coderate) Nrb C
1000
......................................................................................................................................
(2.10)
Perhitungan kapasitas cell pada sisi Uplink (UL Cell Throughput) menggunakan persamaan
berikut.
UL cell Capacity + CRC = (168 24) (Code bits) (Coderate) Nrb C 1000 ....
(2.11)
Keterangan:
CRC = Cyclic Redundancy Check, 24
168 = The number of Resource Element in 1 ms
36 = The number of control channel RE in 1 ms
12 = The number of reference signal RE in 1 ms
Code bits = Modulated bits
Code rate = Channel coding rate
20
...........................................(2.12)
Penentuan jumlah site yang digunakan pada perencanaan adalah jumlah site terbanyak
yang didapat dari sisi coverage planning atau capacity plannning.
2.3 KONSEP DASAR TEKNOLOGI FEMTOCELL [11]
Ada beberapa macam skema/teknik yang dapat digunakan untuk men-cover indoor
area yaitu outdoor cell, repeater, Distributed Antenna System (DAS), radiating/leaky
cable, indoor base station (Picocell & Femtocell). Femto cell merupakan perkembangan
dari pico cell atau lebih mirip dengan WiFi access point. Femto cell adalah merupakan
bentuk lebih simple dari pico cell yang dapat langsung diinstal oleh pelanggan di rumah
mereka. Femto cell merupakan gabungan dari fungsionalitas dari pico cell dan BSC ( Base
Station Controller ) ke dalam satu perangkat. Jika pada pico cell trafik user harus
dilewatkan ke BSC untuk ke core network nya maka di femto cell ini trafik user tersebut
akan dilewatkan dari internet dan langsung terhubung ke core network operator tanpa
melewati BSC/MSC infrastruktur.
Pada jaringan femto cell jika ada user yang berada diluar gedung atau user tersebut
sedang dilayani oleh macro cell maka ketika user tersebut bergerak ke dalam gedung dia
akan melakukan handover ke jaringan femto cell. Bagi operator pengaplikasian femto cell
bukanlah solusi yang efisien untuk meningkatkan coverage indoor tapi merupakan solusi
yang murah karena femto cell dibayar dan dapat langsung digunakan oleh pelanggan. Cara
lebih baik untuk meningkatkan coverage indoor adalah dengan menambah jumlah outdoor
21
cells namun solusi ini akan banyak mengeluarkan biaya bagi operator. Pada gambar 2.3
merupakan arsitektur LTE femtocell secara lengkap.
State-of-the-art graphical user interface (GUI) dengan analisi yang luas dan fungsi
presentasi
Sangat cepat dan accurate 3D ray tracing serta algoritma propagasi empiris
Highly parallelized ray tracing engine dengan sophisticated load balancing dan
hybrid prediction mode untuk kinerja simulasi yang belum pernah terjadi
sebelumnya
RPS dibedakan menjadi dua versi yaitu :
22
RPS Professional: Versi ini cocok digunakan untuk organisasi yang lebih kecil seperti
local carriers, network maintenance companies, consultancies. RPS professional memiliki
fungsi yang sama seperti RPS enterprise yaitu untuk mensimulasikan coverage prediction
namun RPS professional tidak memiliki fungsi parallelized simulation dan planning
system integration support.
2.5 PHYSICAL CELL IDENTITY (PCI) [12]
LTE memiliki arsitektur yang lebih sederhana jika dibanding dengan 2G dan 3G.
Setiap cell dilayani oleh eNodeB, dalam manajemen handover dilakukan dengan cara
signalling secara langsung antar eNodeB, tidak melalui RNC/BSC seperti pada 3G dan 2G.
Salah satu dari metode Self System Interference Solution yang digunakan untuk
perencanaan ini adalah dengan Metode Physical Cell Identity (PCI). PCI memiliki 504
kode dengan pembagiannya terdapat 168 grup pada 3 identitas cell. Alokasi PCI di LTE
sama seperti alokasi scrambling code pada WCDMA yaitu berfungsi untuk identitas sel
satu dengan yang lain agar tidak terjadi interferensi. PCI dikodekan di physical layer
synchronization signal transmission. PCI digunakan oleh UE untuk melaporkan hasil
pengukuran/measurement report dari tiap sel untuk dijadikan pertimbangan melakukan
handover. Pengulangan nilai PCI harus diperhitungkan jarak pengulangannya agar UE
tidak mengukur dan melaporkan dua sel dengan nilai PCI yang sama.
Tabel 2.6 Alokasi PCI
0
0
0
1
4
PCI
2
8
menjadi 3 Primary
1
2
...
163 164 165
3
6
...
489 492 495
7
10
...
493 496 499
11 14
...
497 500 503
Synchronization Signal (PSS) group
166 167
498 501
502
1
dibagi
2
5
dan 168 Secondary
Synchronization Signal (SSS) group. Pengalokasian PCI untuk tiap sektor dalam satu site
dibedakan berdasarkan PSS group dan untuk pembeda antar site-nya dibedakan
berdasarkan SSS group.
23
BAB III
PERENCANAAN JARINGAN IBC
24
26
2710,253 m2
Jumlah lantai
3 lantai
Tinggi bangunan
9m
1 ruang
Ruang sidang
2 ruang
Ruang dosen
1 ruang
Ruang multimedia
2 ruang
Ruang kaprodi
Berikut denah per lantai yang merupakan hasil plan developer dari software
autocad dan menjadi acuan dalam membuat 3D model gedung Fakultas Ilmu Terapan pada
software RPS 5.4 agar ukuran 3D Modelnya sama dengan gedung aslinya, sehingga
simulasi mampu mendekati hasil yang akurat.
27
28
29
30
Tabel 3.7 Spesifikasi perencanaan jaringan LTE indoor di gedung FIT Universitas Telkom
Downlink
Uplink
User environment
indoor
Frequency
1800 Mhz
Model propagation
Bandwidth frequency
10 Mhz
Number resource
block
50 RB
Spasi sub-carrier
15 Khz
Antenna MIMO
4x4
Total user di dalam gedung Fakultas Ilmu Terapan diketahui dengan cara
melakukan pendekatan terhadap kapasitas per lantainya. Pada tabel 3.3 menunjukkan
jumlah user tiap lantai berdasarkan kapasitas tiap ruangan yang ada.
Tabel 3.8 Jumlah user tiap lantai
Lantai
Jenis ruang
Ruang kelas
Ruang layanan
Lantai 1
akademik
Ruang
laboratorium
Lobby
Total user lantai 1
Ruang kelas
Lantai 2
Ruang
laboratorium
Total user lantai 2
Lantai 3
Ruang kelas
Ruang
laboratorium
Ruang dosen
Ruang
Jumlah user
6 kelas (@38
user)
8
9 kelas (@30
user)
60
16 kelas
(@38 user)
9 kelas (@30
user)
Total
kapasitas
228
8
270
60
566
608
270
878
4 kelas (@38
user)
152
30 user
30
37
2 kelas (@40
37
80
31
multimedia
Ruang kaprodi
Ruang seminar
Total user lantai 3
Total user maksimum
user)
5
30
5
30
334
1778
3.2.2 Walktest
Dalam melakukan perencanaan jaringan indoor LTE, terlebih dahulu harus
diketahui bagaimana level daya dan kualitas sinyal terima LTE saat ini di dalam gedung
tersebut. Walktest adalah proses melakukan pengumpulan data terhadap kondisi jaringan
seluler. Parameter yang ditinjau dari hasil walktest untuk perencanaan jaringan indoor LTE
pada Proyek Akhir ini adalah nilai Received Signal Level (RSL) dengan operator
tinjauannya adalah operator XL. Nilai parameter RSL yang didapatkan dari hasil walktest
menjadi salah satu acuan untuk dilakukan perencanaan jaringan indoor LTE. Hasil walktest
pada gedung FIT di lantai 1 dapat dilihat pada gambar 3.7 berikut.
besarnya coverage/radius cell dari satu site atau Femtocell Access Point (FAP). Setelah
didapat besarnya nilai radius cell dari satu FAP, maka dapat diperoleh jumlah FAP yang
dibutuhkan agar dapat men-coverage seluruh area didalam gedung. Hal yang menjadi
prioritas utama pada coverage dimensioning ini adalah, seluruh sisi area didalam gedung
dapat ter-coverage oleh sinyal namun tanpa memperhatikan nilai throughput yang
didapatkan tiap user. Prosedur untuk melakukan coverage planning dapat dilihat seperti
pada gambar 3.7.
Value
Calculation
23
0
3
20
A
B
C
D =A+ B - C
33
Receiver (FAP)
Value
Calculation
4
-104,5
-107
0,7
2
0
3
2
E
F = k * T *BW
G
H (70%)
I
J
K
L
(dB)
Maximum Allowed Path loss
(MAPL) (dB)
N=DGI+JK+L-
120
Value
Calculation
20
0
3
19
A
B
C
D = A+ B - C
Receiver (UE)
Value
Calculation
7
-104,5
-97,5
-5
-102,5
0,7
E
F = k * T *BW
G=E+F
H
I=G+H
J (70%)
Ij+ FBW
K = 10 log (
)
FBW
0
3
L
M
109,5
O = D I K + L M - N
(dB)
Maximum Allowed path loss
(MAPL) (dB)
34
Dalam perencanaan LTE indoor ini menggunakan frekuensi 1800 Mhz, dan
digunakan pemodelan propagasi Cost 231 Multi-wall untuk mendapatkan nilai radius cell
berdasarkan persamaan 2.3.
I
L = LFS + Lc +
kwi Lwi
i=1
+ kf[(kf + 2) / (kf + 1) b ] Lf
L = MAPL
Lantai 1 :
Pada perhitungan untuk mencari radius FAP di lantai 1, menggunakan jenis dinding
multi-wall model yaitu Lw1 dan Lw2. Berdasarkan denah 3D view lantai 1 dan hasil survei
diketahui bahwa dinding yang menghalangi perambatan sinyal antara Tx menuju Rx
sebanyak 2 Lw1 dan 1 Lw2.
I
L = LFS + Lc +
kwi Lwi
i=1
+ kf[(kf + 2) / (kf + 1) b ] Lf
109,5 = 20 log FMhz + 20 log dkm + 32,5 + 0 + [(1 x 6,9) + (2 x 3,4)] + 2[(2 + 2) / (2 + 1) 0,46] 18,3
109,5 = 20 log 1800 + 20 log dkm + 32,5 + 13,7 + 33,5235898
109,5 = 65,105450 + 20 log dkm + 32,5 + 13,7 + 33,5235898
109,5 = 20 log dkm + 144,8290398
20 log dkm = 109,5 - 144,8290398
Log dkm = -35,3290398 / 20
dkm = 10-1,76645199
dkm = 0,017121744 Km
dm = 17,121744 m
Lantai 2 :
35
Pada perhitungan untuk mencari radius FAP di lantai 2, menggunakan jenis dinding
multi-wall model yaitu Lw1 dan Lw2. Berdasarkan denah 3D view lantai 2 dan hasil survei
diketahui bahwa dinding yang menghalangi perambatan sinyal antara Tx menuju Rx
sebanyak 3 Lw1 dan 1 Lw2.
I
L = LFS + Lc +
kwi Lwi
i=1
+ kf[(kf + 2) / (kf + 1) b ] Lf
109,5 = 20 log FMhz + 20 log dkm + 32,5 + 0 + [(1 x 6,9) + (3 x 3,4)] + 2[(2 + 2) / (2 + 1) 0,46] 18,3
109,5 = 20 log 1800 + 20 log dkm + 32,5 + 17,1 + 33,5235898
109,5 = 65,105450 + 20 log dkm + 32,5 + 17,1 + 33,5235898
109,5 = 20 log dkm + 148,2290398
20 log dkm = 109,5 - 148,2290398
log dkm = -38,7290398 / 20
dkm = 10-1,93645199
dkm = 0,0115757199 Km
dm = 11,5757199 m
Lantai 3 :
Pada perhitungan untuk mencari radius FAP di lantai 3, menggunakan jenis dinding
multi-wall model yaitu Lw1 dan Lw2. Berdasarkan denah 3D view lantai 3 dan hasil survei
diketahui bahwa dinding yang menghalangi perambatan sinyal antara Tx menuju Rx
sebanyak 5 Lw1.
I
L = LFS + Lc +
kwi Lwi
i=1
+ kf[(kf + 2) / (kf + 1) b ] Lf
109,5 = 20 log FMhz + 20 log dkm + 32,5 + 0 + [(5 x 3,4)] + 2[(2 + 2) / (2 + 1) 0,46] 18,3
109,5 = 20 log 1800 + 20 log dkm + 32,5 + 17 + 33,5235898
36
Lantai 2 :
Luas cell = 2,6 x d2
= 2,6 x (11,5757199)2
= 348,392957128 m2
Lantai 3 :
Luas cell = 2,6 x d2
= 2,6 x (11,7097604)2
= 356,508070426 m2
Untuk menentukan jumlah FAP atau jumlah cell, dapat dihitung dengan
menggunakan persamaan 2.5.
LTE cell =
Luas Area
Luas cell
Bedasarkan persamaan diatas, didapatkan estimasi jumlah FAP yang dibutuhkan pada tiap
lantai seperti pada tabel berikut :
37
Lantai
Jumlah FAP
2410,253
762,20070576
3,16222879
2410,253
348,392957128
6,9182024
2410,253
356,508070426
6,76072493
Jumlah FAP
38
39
DL (Kbit)
VoIP
1825,939394
1825,939394
Video Phone
442,1313131
442,1313131
Video Conference
9095,272727
9095,272727
4774,254545
38200,14545
Streaming Media
2728,145455
414727,8545
IMS Signalling
44,20606061
44,20606061
Web Browsing
21601,27273
86401,63636
File Transfer
8526,666667
45475,15152
426,3333333
682,1272727
48506,18182
145520,4848
Total
97970,40404
742414,9495
27,21400112
206,2263749
Setelah mendapatkan hasil nilai single user throughput maka selanjutnya adalah
mencari total nilai total network throughput. Total network throughput dapat diperoleh
dengan menggunakan persamaan 2.8. Nilai total Network Throughput yang didapat dari
persamaan 2.8 adalah throughput pada layer IP sehingga nilai throughput yang didapat
harus dikonversi lagi ke layer MAC dengan menggunakan persamaan 2.9. Hasil lengkap
nilai total Network Throughput per lantainya dapat dilihat pada tabel 3.8.
Tabel 3.13 Total Network Throughput
Total Target User
Lantai
User
Indoor
Network Throughput (IP)
Network Throughput (MAC)
Uplink
Downlink
Uplink (Kbps)
Downlink
40
Lantai 1
Lantai 2
Lantai 3
566
878
334
(Kbps)
(Kbps)
15403,12464
23893,89299
9089,476375
116724,1282
181066,7571
68879,6092
(Kbps)
15717,47412
24381,52345
9274,975893
119106,2532
184761,9971
70285,31551
Jumlah FAP yang diperoleh dari perhitungan Capacity Planning dihitung dengan
menggunakan persamaan 2.12 yaitu hasil dari pembagian Total Network Throughput
terhadap nilai Single Site Throughput. Pada tabel 3.10 menampilkan hasil perhitungan
jumlah FAP Capacity Planning.
Tabel 3.15 Jumlah FAP
41
Sehingga dari capacity dimensioning mendapatkan total jumlah FAP sebanyak 4 FAP
untuk lantai 1, 6 FAP untuk lantai 2, dan 3 FAP untuk lantai 3.
42
BAB IV
SIMULASI DAN ANALISIS HASIL PERENCANAAN
Uplink
Downlink
Final
Number of
FAP
0,38870 1
3,5347 4
Lantai 2
0,60297 1
5,4832 6
Lantai 3
0,22937 1
2,0858 3
Lantai
Coverage
Planning
Lantai 1
Capacity Planning
Dari tabel 4.1 diatas, untuk jumlah FAP yang memenuhi kriteria coverage planning dan
capacity planning adalah jumlah FAP yang didapat dari hasil capacity planning pada sisi
downlink yaitu masing-masing lantai 1,2 dan 3 adalah 4,7,7 FAP. Setelah penentuan jumlah
FAP yang digunakan, selanjutnya adalah menetapkan plotting FAP di tiap lantai. Acuan
dasar penetapan plotting FAP jaringan indoor LTE pada gedung Fakultas Ilmu Terapan
adalah dengan mengetahui koordinat existing access point jaringan Wifi yang ada. Pada
43
gambar 4.1 menampilkan hasil plotting Tx/FAP didalam gedung menggunakan sofware
simulasi RPS 5.4.
(a)
(b)
Gambar 4.15 (a) Plotting Transmitter 2D View, (b) Plotting Transmitter 3D View
Pada gambar 4.1 poin (a), menggambarkan plotting FAP didalam gedung FIT untuk lantai
1 s/d 3 dalam tampilan 2D view dengan sudut pandang dari atas. Dan pada gambar 4.1 poin
(b), menggambarkan plotting FAP didalam gedung FIT untuk lantai 1 s/d 3 dalam tampilan
3D view dengan sudut pandang dari arah depan / pintu masuk utama gedung FIT. Titik
berwarna merah pada gambar 4.1 menggambarkan posisi FAP didalam gedung.
4.2 SIMULASI PERENCANAAN
Hasil perencanaan jaringan indoor LTE yang telah dilakukan kemudian di simulasikan
menggunakan software Planning Indoor yaitu, RPS 5.4 untuk menguji performansi
jaringan Indoor LTE yang telah direncanakan. Ada dua skema yang digunakan dalam
simulasi jaringan Indoor LTE pada RPS 5.4 yaitu dengan cara melakukan prediksi
performansi jaringan di masing-masing lantai dan kemudian melakukan prediksi
performansi jaringan untuk seluruh lantai secara bersamaan. Parameter acuan yang ditinjau
dari hasil simulasi adalah nilai parameter Received Signal Level (RSL) dan Signal
Interference Ratio (SIR) yang masing-masing parameter mengindikasikan kekuatan sinyal
(RSL) dan kualitas sinyal (SIR).
44
(a)
(b)
Gambar 4.16 (a) Simulasi Perencanaan Lantai Satu 2D View (b) RSL Histogram
Pada gambar 4.2 poin (a) merupakan tampilan hasil simulasi by RSL di lantai satu
2D view. 1 Tx 1/2/3 atau 4 adalah keterangan FAP untuk lantai 1 dengan nomor FAP 1/2/3
atau 4. Dari hasil simulasi by RSL dapat dilihat di beberapa area memiliki nilai RSL yang
buruk yang ditunjukkan oleh warna berwarna merah pada legend. Nilai RSL yang
ditampilkan oleh legend berwarna merah adalah dari range -82 s/d -75 dBm. Beberapa area
yang memiliki nilai RSL buruk tersebut adalah toilet dikarenakan hanya mendapatkan
coverage dari sisi backlobe transmitter/FAP 1 Tx 2, lab bahasa karena hanya mendapatkan
coverage dari sisi backlobe FAP 1 Tx 3 dan di beberapa area lainnya. Namun jika ditinjau
dari keseluruhan area pada lantai satu, nilai RSL yang didapatkan rata-rata sebesar -50,29
dBm dengan standar deviasi 16,19 seperti yang ditampilkan pada gambar 4.2 poin (b).
Pada gambar 4.2 poin (b), sumbu grafik berwarna hijau menunjukkan nilai Cumulative
45
Distribution Function (CDF) dan pada sumbu x bar berwarna merah meupakan fungsi
Probability Density Function (PDF). Grafik CDF pada gambar 4.2 poin (b) menunjukkan
cumulative atau peluang kemunculan nilai RSL dari range -100 dBm s/d -26,73 dBm yaitu
bernilai satu. Probability Density Function (PDF) menunjukkan nilai RSL yang memiliki
peluang paling sering muncul atau didapatkan oleh user. Jika dilihat dari grafik PDF, nilai
RSL yang memiliki peluang lebih sering didapatkan oleh user adalah disekitar -41,39
dBm.
(a)
(b)
Gambar 4.17 (a) Simulasi Perencanaan Lantai Dua 2D View (b) RSL Histogram
Pada gambar 4.3 poin (a), beberapa daerah yang memiliki nilai RSL dibawah ratarata atau yang diindikasikan oleh legend berwarna merah terdapat diarea mushola. Daerah
ini memang tidak menjadi prioritas utama dikarenakan area ini merupakan tempat
melakukan ibadah. Pada area mushola ini yang menyebabkan nilai RSL nya buruk
dikarenakan jarak FAP dari tempat tersebut yang berjauhan dan pancaran utama (mainlobe)
dari FAP 2 Tx 4 ini tidak langsung mengarah ke area tersebut. Pada gambar 4.3 poin (b)
PDF tertinggi untuk nilai RSL dari hasil simulasi berada disekitar -56,04 dBm dan -40
dBm. Jika ditinjau dari keseluruhan area, nilai RSL rata-rata pada lantai dua dari hasil
simulasi berada di nilai -51,46 dBm dengan standar deviasi 14,81.
46
(a)
(b)
Gambar 4.18 (a) Simulasi Perencanaan Lantai Tiga 2D View (b) Histogram Chart RSL
Pada gambar 4.4 poin (a), beberapa daerah yang memiliki nilai RSL dibawah ratarata atau yang diindikasikan oleh legend berwarna merah, yaitu diarea tangga evakuasi
atau yang berada di depan toilet dan di beberapa area ruang kelas seperti A2. Pada gambar
4.4 poin (b) PDF tertinggi untuk nilai RSL dari hasil simulasi berada disekitar -53,75 dBm
dan -37 dBm. Jika ditinjau dari keseluruhan area, nilai RSL rata-rata pada lantai tiga dari
hasil simulasi berada di nilai -46,68 dBm dengan standar deviasi 13,62.
(a)
(b)
Gambar 4.19 (a) Simulasi Perencanaan Semua Lantai 3D View (b) Histogram Chart RSL
47
Pada gambar 4.5 poin (a), menunjukkan hasil simulasi untuk keseluruhan lantai
dalam tampilan 3D view. Simulasi yang dilakukan untuk mendapatkan nilai RSL diseluruh
lantai adalah dengan mengaktifkan FAP sekaligus ditiap lantai dan mengaktifkan tiap layer
material semua lantai pada RPS yang kemudian di running secara bersamaan. Hasil
simulasi by RSL disemua lantai didapatkan nilai rata-rata RSL -47,28 dBm dengan nilai
standar deviasi 14,35 yang ditunjukkan pada gambar 4.5 poin (b). Peluang nilai RSL yang
akan didapatkan oleh user (CDF) berada di sekitar -78 dBm hinnga -20,64 dBm.
4.2.2 Analisis hasil simulasi berdasarkan SIR
Skema simulasi untuk mengetahui performansi jaringan berdasarkan nilai Signal to
Interference Ratio (SIR) dilakukan dengan cara mensimulasikan per lantainya dan
kemudian mensimulasikan untuk seluruh lantai secara bersamaan. Nilai parameter SIR
adalah merupakan perbandingan antara daya signal terhadap interferensinya (satuan dB)
dan mengindikasikan kualitas sinyal yang diterima oleh user. Hal-hal yang mempengaruhi
nilai parameter SIR adalah jumlah cell yang didalam gedung karena hal ini dapat
meningkatkan terjadinya interferensi. Parameter SIR pada LTE merupakan acuan untuk
menentukan jenis modulasi yang digunakan dan mempengaruhi datarate yang dapat
diterima user. Hasil simulasi SIR tiap lantainya, dapat dilihat pada gambar 4.5, 4.6, 4.7 dan
4.8.
(a)
(b)
Gambar 4.20 (a) Simulasi Perencanaan Lantai Satu 2D View (b) Histogram Chart SIR
48
Pada gambar 4.6 poin (a) menunjukkan hasil simulasi by SIR di lantai satu 2D view
dengan acuan warna yang mengindikasikan bahwa SIR tersebut baik atau buruk. Nilai SIR
yang cukup baik, diindikasikan pada legend mulai dari range >5dB. Nilai SIR yang buruk,
pada legend diindikasikan oleh warna berwarna merah yang memiliki nilai SIR <5dB.
Beberapa titik area di lantai satu memiliki nilai SIR yang buruk yaitu di area lobby/depan
pintu masuk lobby. Hal ini karna disebabkan interferensi dari beberapa sel yang
mencakup/men-cover area tersebut. Nilai SIR pada teknologi LTE akan mempengaruhi
pemilihan modulation dan coding rate yang akan digunakan sehingga bisa mempengaruhi
data rate yang dihasilkan. Pada gambar 4.6 poin (b), nilai SIR rata-rata yang didapat dari
hasil simulasi pada lantai satu diperoleh sebesar 20,30 dB dengan nilai standar deviasi
13,86.
(a)
(b)
Gambar 4.21 (a) Simulasi Perencanaan Lantai Dua 2D View (b) Chart Diagram SIR
Pada gambar 4.7 poin (a) menunjukkan hasil simulasi by SIR di lantai dua 2D view
dengan acuan warna yang mengindikasikan bahwa SIR tersebut baik atau buruk. Nilai SIR
yang kurang baik terdapat di area ruang kelas A3 dan area depan ruang kelas A1. Nilai SIR
yang kurang baik pada area ruang kelas A3 dan di ujung lorong/depan ruang kelas A1,
kemungkinan besar disebabkan oleh interferensi dari sel FAP 2 Tx 7, 2 Tx 6, 2 Tx 3 dan 2
Tx 1. Hal ini dikarenakan FAP tersebut mengarah/memiliki arah pancaran yang tertuju
langsung ke area A3 (yaitu FAP 2 Tx 7,3 & 1) dan berdekatan dengan FAP 2 Tx 6. Dan
begitu juga dibeberapa titik area lainnya yang memiliki nilai SIR kurang baik karena
disebabkan interferensi dari beberapa sel. Namun secara keseluruhan, rata-rata nilai SIR
49
pada lantai dua masih di range yang baik yaitu sebesar 20,73 dB dengan nilai standar
deviasi 16,18 yang ditunjukkan oleh gambar 4.7 poin (b). PDF tertinggi untuk nilai SIR
dari hasil simulasi di lantai dua berada disekitar 5,81 dB.
(a)
(b)
Gambar 4.22 (a) Simulasi Perencanaan Lantai Tiga 2D View (b) Histogram Chart SIR
Pada gambar 4.8 poin (a) merupakan hasil simulasi by SIR di lantai tiga 2D view
dengan acuan warna yang mengindikasikan bahwa SIR tersebut baik atau buruk. Terdapat
beberapa titik lokasi area yang memiliki nilai SIR kurang baik seperti ruang kelas E1, area
toilet dan ruang multimedia 1. Hal ini disebabkan oleh interferensi pada area tersebut
cukup tinggi dan juga bisa disebabkan karena signal yang men-cover tersebut kurang baik.
Namun secara keseluruhan, rata-rata nilai SIR pada lantai tiga masih di range yang baik
yaitu sebesar 30,96 dB dengan nilai standar deviasi 20,65 yang ditunjukkan oleh gambar
4.8 poin (b) dan grafik PDF menunjukkan untuk SIR yang >5dB lebih sering terjadi
daripada yang <5dB .
50
(a)
(b)
Gambar 4.23 (a) Simulasi Perencanaan Seluruh Lantai 3D View (b) Histogram Chart SIR
Pada gambar 4.9 poin (a) merupakan hasil simulasi by SIR di seluruh lantai 3D
view dengan acuan warna yang mengindikasikan bahwa SIR tersebut baik atau buruk.
Terdapat beberapa titik lokasi area yang memiliki nilai SIR kurang baik. Hal ini
disebabkan oleh interferensi pada area tersebut cukup tinggi, karena seluruh FAP di tiap
lantai memiliki peluang untuk mencakup area FAP dilantai lain hingga menyebabkan
interferensi lebih banyak dan juga bisa disebabkan karena signal yang men-cover tersebut
kurang baik. Namun secara keseluruhan, rata-rata nilai SIR pada lantai tiga masih di range
yang baik yaitu sebesar 14,04 dB dengan nilai standar deviasi 12,48 yang ditunjukkan oleh
gambar 4.9 poin (b).
4.3 ANALISA BERDASARKAN KPI
Perolehan dari simulasi jaringan indoor LTE berdasarkan tinjauan parameter RSL dan
SIR masing-masing rata-rata nilainya adalah seperti pada tabel 4.2.
Tabel 4.17 Hasil simulasi by RSL & SIR acuan KPI operator
Lantai
RSL
(dBm)
SIR (dB)
SIR (dB)
Lantai 1
-50,29
20,30
> -90
>0
Lantai 2
-51,46
20,73
(90 %) area
(90%) area
51
Lantai 3
-46,68
30,96
Semua Lantai
-47,28
14,04
Pada tabel 4.2 diketahui hasil lengkap masing-masing nilai RSL dan SIR di tiap lantainya.
Perolehan hasil simulasi kemudian dibandingkan dengan KPI operator untuk mengetahui
apakah hasil perencanaan yang telah dilakukan sesuai dengan persyaratan untuk dapat
dikatakan layak digelar. Persyaratan dari salah satu operator untuk parameter RSL, hasil
perencanaan/simulasi harus lebih besar daripada -90 dBm di 90% area dan untuk parameter
SIR, standar minimalnya adalah >0dB di 90% area. Jika berdasarkan tinjauan parameter
RSL dan SIR diseluruh lantai, hasil simulasi yang diperoleh pada perencanaan jaringan
Indoor Building Coverage LTE di gedung Fakultas Ilmu Terapan memiliki nilai CDF untuk
parameter SIR yang dibawah 0dB sebesar 0,0358 sehingga didapat area yang memiliki
nilai SIR diatas 0dB adalah [(1-0,0358)*100%] = 96,42% sedangkan nilai CDF untuk
parameter RSL yang dibawah -90 dBm sebesar 0,0143 sehingga didapat area yang
memiliki nilai RSL diatas -90dBm adalah [(1-0,0143)*100%] = 98,57%. Maka jika
ditinjau dari hasil simulasi dengan acuan parameter RSL dan SIR, perencenaan LTE
digedung Fakultas Ilmu Terapan, Universitas Telkom telah memenuhi persyaratan KPI
operator acuan dan layak untuk diimplementasi.
52
BAB V
PENUTUP
5.1 KESIMPULAN
Berdasarkan teori,perhitungan, simulasi dan analisis pada Proyek Akhir ini, didapatkan
kesimpulan sebagai berikut:
1. Nilai MAPL mempengaruhi radius dari suatu site dan juga berpengaruh terhadap
total site yang dibutuhkan
2. Service dan Traffic parameter mempengaruhi hasil network throughput
3. Model propagasi Cost 231 Multiwall merupakan model propagasi untuk indoor
yang memodelkan propagasi dari rentan frekuensi 1500 Mhz 2000 Mhz
4. Pada hasil perencanaan didapatkan jumlah site yang dibutuhkan untuk lantai 1,2,3
masing-masing sebanyak 4,7 dan 4 FAP. Dengan hasil prediksi disimulasi nilai RSL
& SIR mencapai target KPI
5.2 SARAN
Adapun saran penulis untuk Proyek Akhir Planning Indoor selanjutnya adalah sebagai
berikut:
1. Pemodelan propagasi yang digunakan untuk indoor bisa lebih variatif, selain Cost231 Multiwall yang memiliki akurasi lebih baik
2. Menggunakan Software simulasi yang lebih baik, selain RPS agar bisa memilih
lebih banyak model propagasi dan memiliki fitur Planning Indoor yang lebih
lengkap
3. Mengkaji dasar teori Planning Indoor LTE lebih dalam, dan mencoba melakukan
penggabungan antara Wifi & seluler (Offload)
53
DAFTAR PUSTAKA
[1]
Hill, 2011
[2]
[4]
Huawei
Technologies
Co.Ltd..2010.
LTE
Radio
Network
Capacity
Co.Ltd..2010.
LTE
Radio
Network
Coverage
Dimensioning.Shenzen : Huawei
[6]
Huawei
Technologies
Dimensioning.Shenzen : Huawei
[7]
[8]
Sesia, Stefania, Issam Toufik, and Matthew Baker, .LTE The UMTS Long Term
Song, Lingyang. Jia Shen. Evolved Cellular Network Planning and Optimization
Tolstrup, Morten. Indoor Radio Planning A Practical Guide for 2G,3G and 4G, 3rd
[12]
54
LAMPIRAN
RPS Histogram Table SIR hasil simulasi diseluruh lantai
Signal to Interference
Ratio [dB]
Relative
Frequency
-5
CDF
0
-3.66
0.00133600534
4021
0.0013360053
44021
-2.32
0.01016848511
838
0.0115044904
6241
-0.98
0.02434498626
883
0.0358494767
3124
0.36
0.06672604468
196
0.1025755214
132
1.7
0.05863579009
872
0.1612113115
119
3.04
0.06835894010
243
0.2295702516
143
4.38
0.05848734506
049
0.2880575966
748
5.72
0.05477621910
488
0.3428338157
797
7.06
0.04794774734
655
0.3907815631
263
8.4
0.04438506642
915
0.4351666295
554
9.74
0.04883841757
589
0.4840050471
313
11.08
0.03629481184
591
0.5202998589
772
12.42
0.03377124619
61
0.5540711051
733
13.76
0.03072812291
0.5847992280
55
249
858
15.1
0.02983745268
314
0.6146366807
689
16.44
0.03978327024
419
0.6544199510
131
17.78
0.04022860535
887
0.6946485563
72
19.12
0.02642321680
398
0.7210717731
76
20.46
0.02961478512
581
0.7506865583
018
21.8
0.02501298894
084
0.7756995472
426
23.14
0.02404809619
238
0.7997476434
35
24.48
0.02887255993
468
0.8286202033
697
25.82
0.02679432939
954
0.8554145327
692
27.16
0.02070808283
233
0.8761226156
016
28.5
0.01521561641
802
0.8913382320
196
29.84
0.01365694351
666
0.9049951755
363
31.18
0.01269205076
82
0.9176872263
045
32.52
0.01068804275
217
0.9283752690
566
33.86
0.00794180954
5016
0.9363170786
016
35.2
0.00630891412
4545
0.9426259927
262
36.54
0.00534402137
6086
0.9479700141
023
56
37.88
0.00408223855
1176
0.9520522526
535
39.22
0.00348845839
8278
0.9555407110
517
40.56
0.00215245305
4257
0.9576931641
06
41.9
0.00274623320
7155
0.9604393973
131
43.24
0.00400801603
2064
0.9644474133
452
44.58
0.00356268091
739
0.9680100942
626
45.92
0.00437912862
7626
0.9723892228
902
47.26
0.00378534847
4727
0.9761745713
65
48.6
0.00311734580
2717
0.9792919171
677
49.94
0.00348845839
8278
0.9827803755
659
51.28
0.00423068358
9401
0.9870110591
553
52.62
0.00252356564
9818
0.9895346248
052
53.96
0.00163289542
0471
0.9911675202
256
55.3
0.00185556297
7807
0.9930230832
034
56.64
0.00051955763
37861
0.9935426408
372
57.98
0.00237512061
1594
0.9959177614
488
59.32
0.00089067022
93476
0.9968084316
782
60.66
0.00044533511
0.9972537667
57
46738
928
0.00029689007
62 64492
0.9975506568
693
63.34
0.00096489274
84599
0.9985155496
178
64.68
0.00059378015
28984
0.9991093297
707
66.02
0.00014844503
82246
0.9992577748
089
67.36
0.9993319973
7.42E+06 28
68.7
0.9994062198
7.42E+06 471
70.04
0.9994062198
0 471
71.38
0.9994804423
7.42E+06 662
72.72
0.9994804423
0 662
74.06
0.9994804423
0 662
75.4
0.9995546648
7.42E+06 853
76.74
0.9995546648
0 853
78.08
0.9996288874
7.42E+06 044
79.42
0.00029689007
64492
0.9999257774
809
80.76
0.9999257774
0 809
82.1
0.9999257774
0 809
83.44
0.9999257774
0 809
58
84.78
0.9999257774
0 809
86.12
0.9999257774
0 809
87.46
0.9999257774
0 809
88.8
0.9999257774
0 809
90.14
0.9999257774
0 809
91.48
0.9999257774
0 809
92.82
0.9999257774
0 809
94.16
0.9999257774
0 809
95.5
0.9999257774
0 809
96.84
0.9999257774
0 809
98.18
0.9999257774
0 809
99.52
0.9999257774
0 809
100.86
0.9999257774
0 809
102.2
0.9999257774
0 809
103.54
0.9999257774
0 809
104.88
0.9999257774
0 809
106.22
0.9999257774
0 809
107.56
0 0.9999257774
59
809
108.9
0.9999257774
0 809
110.24
0.9999257774
0 809
111.58
0.9999257774
0 809
112.92
0.9999257774
0 809
114.26
0.9999257774
0 809
115.6
0.9999257774
0 809
116.94
0.9999257774
0 809
118.28
0.9999257774
0 809
119.62
0.9999257774
0 809
120.96
0.9999257774
0 809
122.3
0.9999257774
0 809
123.64
0.9999257774
0 809
124.98
0.9999257774
0 809
126.32
0.9999257774
0 809
127.66
129
130.34
7.42E+06
(Composite) Coverage
[dBm]
Relative
Frequency
CDF
-170
0.000222552
0.000222
552
-168.5
0.000222
552
-167
0.000222
552
-165.5
0.000222
552
-164
0.000222
552
-162.5
0.000222
552
-161
0.000222
552
-159.5
0.000222
552
-158
0.000222
552
-156.5
0.000222
552
-155
0.000222
552
-153.5
7.4184E-05
0.000296
736
-152
0.000148368
0.000445
104
-150.5
0.000445
104
-149
0.000445
104
-147.5
0.000445
104
-146
0.000445
61
104
0
0.000445
104
-143
0.000445
104
-141.5
0.000445
104
-140
0.000445
104
-138.5
0.000445
104
-137
7.4184E-05
0.000519
288
-135.5
0.000519
288
-134
7.4184E-05
0.000593
472
-132.5
0.000593
472
-131
0.000593
472
-129.5
0.000593
472
-128
0.000593
472
-126.5
0.000593
472
-125
0.000148368
0.000741
84
-123.5
7.4184E-05
0.000816
024
-122
0.000816
024
-120.5
0.000816
024
-144.5
62
-119
0.001038576
0.001854
599
-117.5
0.000148368
0.002002
967
-116
7.4184E-05
0.002077
151
-114.5
0.002077
151
-113
0.002077
151
-111.5
7.4184E-05
0.002151
335
-110
0.002151
335
-108.5
0.002151
335
-107
0.002151
335
-105.5
0.00074184
0.002893
175
-104
0.00037092
0.003264
095
-102.5
0.000148368
0.003412
463
-101
0.000667656
0.004080
119
-99.5
0.004080
119
-98
0.000148368
0.004228
487
-96.5
0.001780415
0.006008
902
-95
0.002596439
0.008605
341
-93.5
0.002893175
0.011498
63
516
0.002373887
0.013872
404
-90.5
0.000519288
0.014391
691
-89
0.014391
691
-87.5
0.014391
691
-86
0.00111276
0.015504
451
-84.5
0.000445104
0.015949
555
-83
0.000148368
0.016097
923
-81.5
0.000519288
0.016617
211
-80
0.002225519
0.018842
73
-78.5
0.006379822
0.025222
552
-77
0.008902077
0.034124
629
-75.5
0.005934718
0.040059
347
-74
0.009050445
0.049109
792
-72.5
0.007789318
0.056899
11
-71
0.013501484
0.070400
593
-69.5
0.006305638
0.076706
231
-68
0.005192878
0.081899
11
-92
64
-66.5
0.003412463
0.085311
573
-65
0.006379822
0.091691
395
-63.5
0.008382789
0.100074
184
-62
0.021661721
0.121735
905
-60.5
0.02611276
0.147848
665
-59
0.035905045
0.183753
709
-57.5
0.04235905
0.226112
76
-56
0.043991098
0.270103
858
-54.5
0.056824926
0.326928
783
-53
0.04925816
0.376186
944
-51.5
0.042062315
0.418249
258
-50
0.031305638
0.449554
896
-48.5
0.022700297
0.472255
193
-47
0.020400593
0.492655
786
-45.5
0.018323442
0.510979
228
-44
0.034347181
0.545326
409
-42.5
0.034272997
0.579599
407
-41
0.041765579
0.621364
65
985
0.047255193
0.668620
178
-38
0.050890208
0.719510
386
-36.5
0.042952522
0.762462
908
-35
0.041765579
0.804228
487
-33.5
0.045178042
0.849406
528
-32
0.034421365
0.883827
893
-30.5
0.039391691
0.923219
585
-29
0.025890208
0.949109
792
-27.5
0.027151335
0.976261
128
-26
0.012388724
0.988649
852
-24.5
0.008531157
0.997181
009
-23
0.001706231
0.998887
24
-21.5
0.000890208
0.999777
448
-20
0.000222552
-18.5
-39.5
67
68
69