PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Salah satu cara pengawetan susu yang tertua adalah dengan jalan
mengasamkan melalui proses fermentasi, di antaranya adalah pembuatan yoghurt.
Prinsip pembuatan yoghurt adalah : susu difermentasi dengan menggunakan biakan
campuran Lactobacillus bulgaricus dan Streptococcusthermophilus, sehingga
menghasilkan konsistensi menyerupai "pudding"
Di kawasan eropa atau asia yoghurt sudah lama dikenal bahkan menjadi
makanan tradisional, namun di Indonesia yoghurt belum terkenal seperti susu.
Yoghurt bermanfaat bagi orang yang tidak tahan terhadap gula susu (lactose), yang
dikenal sebagai penderita "lactose intolerance" . Karena pada proses pembuatan
yoghurt dapat menurunkan seperempat kadar gula susu yang ada, maka bagi orang
yang menderita "lactose intolerance", dapat mengonsumsi yoghurt sebagai sumber
bahan makanan yang bergizi .
1.2. Tujuan
a. Mengetahui pengaruh media terhadap yoghurt yang dihasilkan.
b. Mengetahui pengaruh penambahan nutrisi terhadap yoghurt yang dihasilkan.
c. Mengetahui pengaruh jumlah penambahan starter terhadap yoghurt yang
dihasilkan
d. Mengetahui pengaruh pH fermentasi terhadap yoghurt yang dihasilkan
1.3 .Manfaat
a. Mahasiswa mengetahui mengetahui pengaruh media terhadap yoghurt yang
dihasilkan.
b. Mahasiswa mengetahui pengaruh penambahan nutrisi terhadap yoghurt yang
dihasilkan.
c. Mahasiswa mengetahui pengaruh jumlah penambahan starter terhadap
yoghurt yang dihasilkan
d. Mahasiswa mengetahui pengaruh pH fermentasi terhadap yoghurt yang
dihasilkan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengertian Yoghurt
Yoghurt merupakan hasil olahan susu dengan cara mengasamkan melalui
proses fermentasi. Fermentasi yoghurt biasanya menggunakan bakteri asam laktat
dari
golongan
Lactobacillus
bulgaricus,
Streptococcus
themophilus,
dan
Lactobacillus casei.
2.2 Jenis jenis yoghurt
1. Yoghurt Pasteurisasi
Adalah yoghurt yang setelah masa inkubasi selesai dipasteurisasi untuk
mematikan bakteri dan memperpanjang umur simpanannya.
2. Yoghurt Beku
Adalah yoghurt yang disimpan pada suhu beku.
3. Dietetic Yoghurt
Adalah yoghurt rendah kalori, rendah laktosa,atau yang ditambah vitamin dan
protein.
4. Yoghurt Konsentrat
Adalah yoghurt dengan total padatan sekitar 24%.
5. Kefir
Adalah yoghurt yang fermentasinya dengan Bibit kefir berasal dari bakteri
asam laktat dan khamir (Lactobacillus lactis dan Lactobacillus kefiranofaciens).
Lactobacillus kefiranofaciens ini yang menyebabkan penggumpalan sehingga kefir
menjadi kental.
Berdasarkan kadar lemaknya, yoghurt dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu
yoghurt berlemak penuh (kadar lemak lebih dari 3%), yoghurt setengah berlemak
(kadar lemak 0,5s.d.3,0%) dan yoghurt berlemak rendah (lemak kurang dari 0,5%).
2.3 Teori Bakteri Asam Laktat
Sifat yang terpenting dari bakteri asam laktat adalah memiliki kemampuan
untuk memfermentasi gula menjadi asam laktat. Berdasarkan tipe fermentasi, bakteri
asam laktat terbagi menjadi homofermentatif dan heterofermentatif. Kelompok
homofermentatif menghasilkan asam laktat sebagai produk utama dari fermentasi
gula.
C12 H22 O11
C6 H12 O6
2CH3CHOHCOOH
Laktosa
Glukosa
Asam Laktat
terutama
Leuconostoc,
Pediococcus
dan
Streptococcus
beberapa
spesies
dan
Pediococcus.
Lactobacillus
bersifat
Cu2 O(s) + H 2 O
2++ 2OH
2Cu
Dengan larutan glukosa 1%, Fehling menghasilkan endapan berwarna merah
bata.
(Pudjiati, 40)
Oksidasi secara kimia dari aldosa pada umumnya menghasilkan asam aldonat.
(David, 195)
BAB III
METODE PERCOBAAN
3.1 Bahan dan Alat
3.1.1 Bahan
Susu sapi 200ml
5. Biokul (10%V)
2. Gula bubuk
7. Aquades
3. Gula merah
4. Nutrisi (10%W)
3.1.2 Alat
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Pipet
Gelas ukur
Erlenmeyer
Labu ukur
Kompor listrik
Pipet volume
7. Botol semprot
8. Indikator pH
9. Pignometer
10. Buret, statif, klem
11. Termometer
12.
13.
14. 3.2 Gambar Alat
15.
1.
2.
3.
16.
4.
5.
6.
17.
18.
7.
8.
19.
9.
10.
11.
22. p
23. G
24. S
r
(
%
W
25. 1
.
29. 2
.
33. 3
26. 2
30. 5
34. 1
)
27. 6
28. 3
31. 6
0
32. 3
35. 6
0
36. 3
.
37. 4
0
38. 5
39. 3
0
40. 3
.
41. 5
42. 5
43. 1
0
44. 3
.
45. 6
46. 5
2
47. 6
0
48. 1
.
49. 7
50. 5
51. 6
7
52. 3
53.
54. 3.4 Cara Kerja
55.
56. 1. Bahan baku dan bahan tambahan dipasteurisasi hingga suhu 70C
selama 15 menit.
57. 2. Selanjutnya didinginkan hingga mencapai suhu kamar.
58. 3. Tambahkan bibit bakteri yogurt (stater) dan atur pH.
59. 4. Masukkan ke dalam lemari pemeraman sesuai suhu dan waktu yang
diinginkan.
60.
3.4.2 Analisa
61. 1. Analisa glukosa
62.
63.
64.
65.
66.
68.
69.
70oC hingga warna biru hampir hilang, lalu teteskan 2 tetes MB.
70.
71.
72.
76.
77.
78. 3. Analisa asam laktat
79.
80.
81.
82.
83.
84.
85.
86.
87.
88.
89.
90. Keterangan :
91. A = Volume NaOH terpakai (ml)
92. B = Konsetrasi NaOH (N)
93. C = Volume sampel yang dianalisis (ml)
Abdullah, Ir. Ms. Phd. Diktat Kuliah Kimia Organik II. Teknik Kimia,
Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro, Semarang.
99.
100.
Anonimus.
1992.
SNI
yoghurt
(SNI
01-1981-1992.1992).
Dewan
Standarisasi
101.
Nasional. Jakarta
102.
Chusniati, S. dan M.H. Effendi. 2008. Peningkatan Cita Rasa dan Tekstur
Yoghurt
dari
Susu
Kambing
dengan
Penambahan
Konsentrasi
108.
Dewi, Erlyn C., dkk. 2013. Efektivitas Penambahan Madu dan Susu Skim
Terhadap Kadar Asam Laktat dan pH Yoghurt Kacang Hijau (Phaseolus
radiatus L.) dengan Menggunakan Inokulum Streptococcus thermophilus
dan Lactobacillus bulgaricus. Jurusan Pendidikan Biologi, FKIP, Universitas
Riau.
109.
Utama, Jakarta.
110.
Ghadge, P.N., K.Prasad, and P.S. Kadam. 2008. Effect of fortification on the
physico-chemical and sensory properties of buffalo milk yoghurt
111.
Hardianti, Dhaniar N., 2013. Penetapan Kadar Glukosa Pada Yoghurt Leri.
Universitas Muhammadiyah Semarang.
112.
http://lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20289857-S1249-Diana
%20Novia.pdf
113.
http://peternakan.litbang.deptan.go.id/fullteks/wartazoa/wazo1
4-2.pdf
114.
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/31034/4/Chapt
er%20II.pdf
115.
Hui, Y.H., 1992. Encyclopedia of Food Science and Technology. Jhon Wiley
and Sons Inc. New York
116.
Latifah N., dkk. 2012. Kesesuaian Standar Mutu Bio Kul Yoghurt
Strawberry Berdasarkan SNI 2981_2009 dan Codex Stan 243 2003.
Makalah Tugas Manajemen Mutu dan Regulasi Pangan. Universitas
Brawijaya. Malang
117.
Surabaya.
119.
120.
121.
122.
123.