Anda di halaman 1dari 6

Signifikansi, onset, tingkat keparahan dan dokumentasi interaksi obat dengan glikosida

digitalis:
No

Precipitant Drug

Siginifikansi

Onset

Hydantoin
(Phenytoin)
Loop Diuretic
(Furosemide)
Relaksan Otot Non
Depolarisasi
(Pancuronium)
Succinylcholine
Sulfonilurea
(Tolbutamide)
Diuretik Thiazide
(Trichlormethiazide)
Thioamine
(Propylthiouracil)
Hormon tiroid
(Levothyroxine)

Lambat

Lambat

2
3
4
5
6
7
8

Tingkat
Keparahan
Moderate

Dokumentasi
Possible

Major

Probable

Cepat

Moderate

Possible

4
4

Cepat
Lambat

Moderate
Moderate

Possible
Possible

Lambat

Major

Probable

Lambat

Moderate

Established

Lambat

Moderate

Established

Efek, mekanisme, dan manajemen interaksi obat dengan glikosida digitalis:


No
1

Precipitant Drug
Hydantoin
(Phenytoin)

Efek
Kadar glikosida
digitalis dalam
serum dapat
menurun dan
aktivitasnya
berkurang.

Mekanisme
Tidak
diketahui.

Loop Diuretic
(Furosemide)

Diuretik
merangsang
gangguan
elektrolit yang
dapat
mempengaruhi
digitalis dan
merangsang
aritmia.

Meningkatkan
ekskresi ion
kalium dan
magnesium
melalui urin
yang
mempengaruhi
kerja otot
jantung.

Manajemen
Pemantauan kadar
glikosida digitalis
dalam serum serta
keadaan pasien
saat efek terapi
menurun.
Meningkatkan
dosis glikosida
digitalis jika
dibutuhkan.
Menghitung kadar
kalium dan
magnesium dalam
plasma saat
menggunakan
kombinasi obat ini.
Mencegah
kekurangan kalium
dan magnesium
dengan cara
membatasi
makanan kaya
natrium atau

Relaksan Otot Non


Depolarisasi
(Pancuronium)

Succinylcholine

Gangguan ritme
jantung
meningkat atau
mempercepat
ritme jantung
ketika
Pancuronium
diberikan pada
pasien yang
mengkonsumsi
digitalis.
Gangguan ritme
jantung
meningkat atau
mempercepat
ritme jantung
ketika
Succinylcholine
diberikan pada
pasien yang
mengkonsumsi
digitalis.

Tidak
Diketahui

Tidak
Diketahui

Tolbutamide
menggantikan
ikatan
digitoksin
dengan
albumin
binding site,
peningkatan
sementara
jumlah
digitoksin
bebas dalam
darah.
Meningkatkan
ekskresi ion
kalium dan
magnesium
melalui urin
yang
mempengaruhi
kerja otot
jantung.

Sulfonilurea
(Tolbutamide)

Kadar digitalis
serum dapat
meningkat dengan
pemberiaan
bersamaan
dengan
tolbutamid.

Diuretik Thiazide
(Trichlormethiazide)

Thiazide
merangsang
gangguan
elektrolit yang
dapat
mempengaruhi
digitalis dan
merangsang
aritmia.

diuretik hemat
kalium.
Memantau jantung
secara rutin untuk
mendeteksi adanya
gejala klinis
aritmia penyebab
interaksi obat
tersebut.

Memantau jantung
secara rutin untuk
mendeteksi adanya
gejala klinis
aritmia penyebab
interaksi obat
tersebut.
D-tubocurarine
digunakan untuk
menghentikan
aritmia karena
digitalis,
succinylcholine,
atau kombinasi
keduanya.
Memonitor pasien
yang menerima
digitalis dan
tolbutamid secara
bersamaan untuk
menghindari
intoksikasi
(kemabukan)
digitalis.
Penyesuaian dosis
diperlukan.
Menghitung kadar
kalium dan
magnesium dalam
plasma saat
menggunakan
kombinasi obat ini.
Mencegah
kekurangan kalium

Thioamine
(Propylthiouracil)

Hormon tiroid
(Levothyroxine)

Kadar
glikosida
digitalis serum
meningkat
pada
hipotiroidisme
.
Bila pasien
hipertiroid
pada kondisi
stabil, regimen
glikosida
digitalis
menyumbangk
an ethyroid
(keadaan
dimana fungsi
kelenjar tiroid
berjalan
normal)
dengan adanya
thioamin.
Efek terapi
glikosida
digitalis dapat
meningkat dan
menimbulkan
efek toksik.
Kadar
glikosida
digitalis serum
menurun pada
hipertiroidism
e
Bila pasien
hipotiroid
pada kondisi
stabil, regimen
glikosida
digitalis
menyumbangk
an ethyroid

Tidak
Diketahui

Tidak
Diketahui

dan magnesium
dengan cara
membatasi
makanan kaya
natrium atau
diuretik hemat
kalium.
Pasien yang
mengalami
keadaan ethyroid
dengan adanya
thioamin dan
glikosida digitalis
tidak
membutuhkan
manajemen.
Meskipun begitu,
pasien hipertiroid
dapat mengalami
penurunan dosis
glikosida digitalis
jika terjadi
ethyroid.

Pasien yang
mengalami
keadaan ethyroid
dengan adanya
terapi hormon
tiroid dan glikosida
digitalis tidak
membutuhkan
manajemen.
Meskipun begitu,
pasien hipotiroid
dapat mengalami
peningkatan dosis
glikosida digitalis
jika terjadi

(keadaan
dimana fungsi
kelenjar tiroid
berjalan
normal)
dengan adanya
terapi hormon
tiroid.
Efek terapi
glikosida
digitalis dapat
menurun.

ethyroid.

Telah dilakukan penelitian untuk membuktikan interaksi yang terjadi antara obat dengan
glikosida digitalis. Diskusi-diskusi tersebut adalah
1. Diskusi Hydantoin.
Enam orang sukarelawan mendapatkan glikosida digitalis (1 mg digoksin melalui
intravena dan 0,4 mg beta-asetildigoksin secara oral) dan fenitoin selama 7 hari. Saat keadaan
setimbang, konsentrasi digoksin di serum menurun, AUC dan eliminasi (waktu paruh)
menurun hingga 22% dan 30%. Klirens (pembersihan) digoksin total meningkat menjadi
27%, tidak terlihat perubahan pembersihan digoksin dari ginjal. Satu pasien diamati reduksi
kadar digoksin dalam serum selama tiga bagian terapi fenitoin. Manajemen penggunaan
glikosida digitalis dan fenitoin berdasarkan elektrofisiologi, bukan berdasarkan
farmakokinetik. Oleh karena itu, interaksi antara fenitoin dan glikosida digitalis harus
ditetapkan.

2. Diskusi Loop Diuretic.


Reduksi kadar kalium dan magnesium dapat terjadi selama terapi dengan loop
diuretic. Meskipun faktor lain dapat berpengaruh, abnormalitas elektrolit ini dapat
menyebabkan aritmia, khususnya pada pasien dengan abnormalitas jantung yang
mendapatkan glikosida digitalis. Terapi magnesium telah digunakan untuk mengobati aritmia
menjadikan kadar digoksin serum normal begitu juga kadar magnesium dalam serum normal.
Manfaatnya mungkin karena penuhnya magnesium dalam sel tidak terlihat melalui kadar
serum, atau kemampuan magnesium dalam memfasilitasi penuhnya kalium intraselular.
Meskipun diketahui bahwa hubungan antara kekurangan elektrolit dengan digitalis
menyebabkan aritmia, penyebab pasti dari interaksi ini belum ditetapkan. Di samping itu,
untuk menghindari hipokalemia dan hipomagnesimia pada pasien yang mendapatkan
digitalis, dapat diberi makanan yang dibatasi kandungan natriumnya, menggunakan diuretik
hemat kalium atau magnesium, serta memonitoring kadar plasma darah.
3. Diskusi Relaksan Otot Non-depolarisasi.

Pasien yang mengkonsumsi digitalis dengan non-digitalis secara acak diberikan


succinylcholine atau pancuronium. Relaksan otot diberikan secara intra vena selama 30 detik
untuk menginduksi secara cepat dalam proses anestesi dan pemasangan selang endotrakea.
Kedua relaksan (succinylcholine atau pancuronium) menyebabkan disaritmia pada kelompok
pasien digitalis dan non-digitalis. Kelompok yang mendapatkan kombinasi pancuronium dan
digoxin mengalami aritmia yang berlebih dibandingkan dengan kelompok yang mendapatkan
succinylcholine dan digoxin. Perbedaan antar kelompok tdak terlalu signifikan. Pasien yang
mengalami aritmia karena kombinasi pancuronium-digoxin adalah 6 dari 18 pasien, 4 pasien
mengalami sinus tachycardia dimana denyut jantungnya melebihi 150 denyut per menit, dan
2 pasien lagi mengalami getaran pada atrial. Getaran pada atrial yang menyebabkan aritmia
mungkin disebabkan karena efek digoksin. Dbutuhakan penelitian lebih lanjut mengenai
interaksi kedua obat ini.

4. Diskusi Succinylcholine.
Telah dilakukan penelitian mengenai interaksi antara succinylcholine dan digitalis
pada manusia, hewan, dan isolat jantung hewan. Penelitian tersebut menyimpulkan bahwa
kombinasi kedua obat ini meningkatkan frekuensi aritmia termasuk mengancam jiwa.
Laporan ini telah memperhitungkan ketersediaan kadar digoksin dalam serum sehingga
toksisitas digitalis sebagai faktor yang mempengaruhi tidak dapat diabaikan. Dalam
penelitian lain dikatakan bahwa succinylcholine sendiri dapat menyebabkan aritmia.

5. Diskusi Sulfonilurea.
Salah studi tentang pemberian digitalis yang berhubungan dengan diabetes telah
dilaporkan terjadi abnormalitas pada denyut ventrikel pada 12 dari 71 pasien ketika
tolbutamide ditambahkan pada regimen glikosida digitalis dan tidak terjadi abnormalitas pada
80 pasien ketika glyburide ditambahkan pada regimen. Intoksikasi digitalis sering terjadi
pada pasien yang menerima tolbutamide dari pada pasien yang diobati glybirude. Diperlukan
studi
lebih
lanjut
untuk
memastikan
interaksi
ini.
6. Diskusi Diuretik Thiazide.
Penurunan kadar kalium dan magnesium serum dapat terjadi akibat diuretik thiazide.
Abnormalitas elektrolit dapat menyebabkan aritmia, khususnya pada pasien dengan
abnormalitas jantung dan menerima obat glikosida digitalis. Magnesium pernah digunakan
untuk mengobati aritmia menjadikan kadar digoksin normal, bahkan kadar magnesium serum
normal juga. Meskipun diketahui bahwa hubungan antara kekurangan elektrolit dengan
digitalis menyebabkan aritmia, penyebab pasti dari interaksi ini belum ditetapkan. Di
samping itu, perlu dihindari terjadinya hipokalemia dan hipomagnesimia pada pasien yang
mendapatkan digitalis.

7. Diskusi Thioamin.
Sejumlah studi telah mengkonfirmasi bahwa pasien thyrotoxic resisten terhadap
digitalis, sedangkan pasien hipotiroid sangat sensitive. Salah satu peneliti menemukan bahwa
pasien eutiroid dengan fibrilasi atrial diperlukan 25% dosis digoxin pasien thyrotoxic ringan
per hari untuk mempertahankan laju ventrikel. Studi lain menunjukkan bahwa pasien
hipertiroid memiliki kadar digoksin serum yang rendah, sedangkan pasien hipotiroid
memiliki kadar yang lebih tinggi, yanpa memperhatikan rute pemberian (intra vena atau oral)
. Mekanisme respon terhadap variabel masih kontroversial. Perubahan dalam absorpsi,
pembersihan ginjal, volume distribusi, dan waktu paruh terlibat dalam perubahan respon
miokardial. Efek serupa telah diamati pada digitoxin.

8. Diskusi Hormon Tiroid.


Sejumlah studi telah mengkonfirmasi bahwa pasien thyrotoxic resisten terhadap
digitalis, sedangkan pasien hipotiroid sangat sensitive. Salah satu peneliti menemukan bahwa
induksi thyrotoxic ringan pada 3 orang pasien ethyroid dengan fibrilasi atrial diperlukan 4
kali kadar digoksin per hari untuk mengkontrol laju ventrikel. Studi lain menunjukkan bahwa
pasien hipertiroid memiliki kadar digoksin serum yang rendah, sedangkan pasien hipotiroid
memiliki kadar yang lebih tinggi, yanpa memperhatikan rute pemberian (intra vena atau oral)
. Mekanisme respon terhadap variabel masih kontroversial. Perubahan dalam absorpsi,
pembersihan ginjal, volume distribusi, dan waktu paruh terlibat dalam perubahan respon
miokardial. Efek serupa telah diamati pada digitoxin.

Daftar Pustka
Tatro D.S. (ed)., 2009, Drug Interaction Facts 2009, Facts and Comparisons, Wolters
Kluwer Health, St. Louis, MO.

Anda mungkin juga menyukai