PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Rumah adalah struktur fisik terdiri dari ruangan, halaman dan area sekitarnya yang
digunakan sebagai tempat tinggal dan sarana pembinaan keluarga (UU RI No. 4 Tahun
1992). Menurut WHO, rumah adalah struktur fisik atau bangunan untuk tempat
berlindung, dimana lingkungan berguna untuk kesehatan jasmani dan rohani serta
keadaan sosialnya baik demi kesehatan keluarga dan individu. (Komisi WHO
Mengenai Kesehatan dan Lingkungan, 2001).
Rumah sebagai tempat bernaung harus memenuhi kebutuhan ruang akan kegiatan
bagi penghuninya. Terdapat beberapa ruang pokok yang ada pada sebuah rumah, yaitu
ruang tidur, ruang belajar atau ruang kerja, ruang keluarga, ruang services seperti
dapur, dan teras atau ruang tamu. Makna yang terkandung didalam kebutuhan ruangruang tersebut mencerminkan bahwa rumah adalah tempat untuk istirahat, tempat
untuk mengaktualisasikan diri guna meningkatkan mutu kehidupan, rumah sebagai
tempat sosialisasi utamanya dengan keluarga, rumah sebagai tempat menyediakan
kebutuhan jasmani dan rohani, serta rumah sebagai tempat bernaung.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa rumah sehat adalah bangunan tempat
berlindung dan beristirahat serta sebagai sarana pembinaan keluarga yang
menumbuhkan kehidupan sehat secara fisik, mental dan sosial, sehingga seluruh
anggota keluarga dapat bekerja secara produktif. Oleh karena itu, keberadaan
perumahan yang sehat, aman, serasi, teratur sangat diperlukan agar fungsi dan
kegunaan rumah dapat terpenuhi dengan baik.
Pentingnya rumah sehat dalam kehidupan manusia, mendorong kami menyusun
makalah ini untuk menciptakan rumah yang sehat bagi penghuninya guna terpenuhinya
kebutuhan, serta terciptanya kenyamanan untuk para anggotanya dengan baik.
I.2 Pokok Permasalahan
Makalah ini merupakan salah satu tugas yang diberikan kepada mahasiswa Teknik
Sipil Universitas Indonesia untuk memahami lebih dalam tentang rumah sehat.
Dapat memahami definisi, syarat, kriteria rumah sehat serta standar dan peraturan
yang digunakan dalam membangun rumah sehat.
Mengasah kemampuan mahasiswa dalam mendesain rumah sehat dari kondisi yang
tidak sehat
Dalam penyusunan makalah rumah sehat ini, ada beberapa batasan yang dibuat :
1. Usulan rumah sehat dilakukan untuk rumah yang telah disurvey oleh penyusun
dan usulan rumah sehat berdasarkan data yang didapat dari suvey tersebut
2. Standar dan ketentuan yang diberlakukan berdasarkan standard an ketentuan
rumah sehat
I.5 Manfaat Kajian
Memberikan pengetahuan yang lebih luas pengertian rumah sehat dan belajar
bagaimana mengaplikasikannya didalam kehidupan
I.6 Sistematika Penulisan
Adapun sistematika penulisan dalam makalah ini adalah sebagai berikut :
COVER
KATA PENGANTAR
ABSTRAK
DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR TABEL
DAFTAR LAMPIRAN
BAB I PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang Masalah
I.2 Pokok Permasalahan
I.3 Tujuan Penulisan
I.3.1 Tujuan Umum
I.3.2 Tujuan Khusus
I.4 Batasan Masalah
I.5 Manfaat Kajian
I.6 Sistematika Penulisan
BAB II RUMAH SEHAT
II.1 Definisi
II.2 Syarat-syarat dan Kriteria Bangunan
II.3 Standar dan Peraturan
II.3.1 Koefisien Dasar Bangunan (KDB) danKoefisien Luar Bangunan (KLB)
3
Luas tanah
Luas bangunan
Jumlah ruangan
Jumlah penghuni
Denah lokasi
BAB II
RUMAH SEHAT
II. 1Definisi
Setiap manusia di dunia memiliki kebutuhan primer akan papan, yaitu kebutuhan
manusia untuk membuat tempat tinggal. Menurut UU No. 20 Tahun 2001 tentang
Perumahan dan Kawasan, rumah adalah bangunan gedung yang berfungsi sebagai tempat
tinggal yang layak huni, sarana pembinaan keluarga, cerminan harkat dan martabat
penghuninya, serta asset bagi pemiliknya. Sementara itu, WHO mendefinisikan rumah
sebagai struktur fisik atau bangunan sebagai tempat berlindung, dimana lingkungan dari
struktur tersebut berguna untuk kesehatan jasmani dan rohani serta keadaan sosialnya baik
untuk kesehatan keluarga dan individu.
Rumah sehat merupakan bangunan tempat tinggal yang memenuhi syarat kesehatan
yaitu rumah yang memiliki jamban yang sehat, sarana air bersih, tempat pembuangan
sampah, sarana pembuangan air limbah, ventilasi yang baik, kepadatan huanian rumah
yang seusai dan lantai rumah yang tidak terbuat dari tanah (Depkes RI, 2003)
II. 2. Syarat-syarat dan Kriteria
Menurut Depkes RI (2007), prinsip standar rumah sehat adalah sebagai berikut:
1. Memenuhi kebutuhan fisiologis, antara lain pencahayaan, penghawaan, ruang gerak
yang cukup dan terhindar dari gangguan kebisingan.
2. Memenuhi kebutuhan psikologis, antara lain privacy yang cukup, komunikasi yang
sehat antara anggota keluarga dalam rumah.
3. Memenuhi persyaratan pencegahan penularan penyakit, antara lain penyediaan air
bersih, pengelolaan tinja dan limbah rumah tangga, bebas vektor penyakit,
terlindungnya makanan dan minuman dari pencemaran.
4. Memenuhi persyaratan pencegahan terjadinya kecelakaan, antara lain persyaratan
garis sepadan jalan, konstruksi yang kuat, tidak mudah terbakar, dan tidak
cenderung menimbulkan kecelakaan bagi penghuninya.
Kriteria rumah sehat didasarkan pada Pedoman Teknis Penilaian Rumah Sehat
Direktorat Jenderal Pendengalian Penyakit dan Penyehatan Lngkungan Depkes RI Tahun
2007. Komponen-komponen yang dijadikan indicator terdiri dari tiga bagian antara lain,
indicator komponen rumah, indicator sarana sanitasi, dan indicator penilaian perilaku
penghuni.
Indikator komponen yang dijadikan dasar penilaian rumah sehat antara lain:
1. Langit-langit
Langit-langit berfungsi untuk utup seluruh konstruksi atap dan kuda-kuda agar
terlihat rapih, menahan debu yang jatuh serta menahan tetesan air hujan yang
menembus celah-celah atap dan untuk menahan panas agar tidak mudah masuk ke
ruangan yang dibawahnya. Langit-langit yang memenuhi persyaratan adalah langitlangit yang dapat menahan debu dan kotoran lain yang jatuh dari atap, harus
menutup rata kerangka atap serta mudah dibersihkan. Tinggi langit-langit minimal
2,4 meter dari permukaan lantai
2. Atap
Konstruksi atap harus didasrkan kepada perhitungan yang teliti sehingga dapat
menahan semua beban yang ada seperti beban hujan dan beban angina. Fungsi dari
atap adalah untuk melindungi bagian-bagian dalam rumah dan semua penghuni dari
panas dan hujan. Syarat atap yang baik antara lain:
a. Rapat air,padat dan tidak dapat bergeser
b. Tidak mudah terbakar, ringan dan dapat tahan lama
3. Dinding
Dinding harus tegak lurus dari lantai agar dapat menahan beban dinding sendiri.
Selain itu, dinding juga harus menahan beban angina serta beban diatasnya seperti
atap. Dinding juga harus terpisah dari pondasi oleh lapisan kedap air agar air tanah
tidak dapat meresap. Dinding tidak boleh basah, lembab dan harus bebas dari
lumut.
4. Lantai
Lantai sebaiknya tidak terbuat oleh tanah karena ketika musim hujan dapat menjadi
lembab dan menimbulkan penyakit bagi penghuninya. Oleh karena itu, lantai
sebaiknya dibuat oleh bahan yang kedap air seperti disemen dan kemudian dilapisi
oleh keramik.
5. Jendela
Luas jendela yang baik paling sdikit mempunyai luas 10-20% dari luas lantai. Jika
luas jendela melebihi 20% dari luas lantai, dapat menimbulkan kesilauan dan
panas, sedangkan jika kurang dari 10% dapat menimbulkan suasana pengap dan
gelap.
6. Ventilasi
Ventilasi digunakan untuk menyediakan udara segar dari luar kepada setiap ruang
di dalam kamar dan untuk menyalurkan udara kotor ke luar. Ventilasi yang baik
memiliki syarat-syarat antara lain:
a. Luas lubang ventilasi tetap minimal 5% dari luas lantai ruangan
b. Udara yang masuk harus udara bersih yang tidak dicemari oleh asap kendaraan,
pabrik, sampah maupun asap lainnya.
c. Aliran udara diusahakan cross ventilation sehingga proses aliran udara lebih
lancar.
7. Pencahayaan
Cahaya yang cukup merupakan suatu kebutuhan manusia agar terhindar dari
penyakit dan kerugian-kerugian lainnya. Terdapat dua jenis pencahayaan:
a. Pencahayaan Alami
Pencahayaan alami diperoleh melalui sinar matahari yang masuk melalui
lubang jendela, celah, maupun bagian lain dari rumah yang terbuka. Fungsi dari
sinar matahari adalah untuk penerangan dan untuk mengurangi kelembaban
ruangan, mengusir nyamuk dan serangga lainnya serta membunuh kumankuman (Azwar, 1996).
b. Pencahayaan Buatan
Pencahayaan buatan merupakan penerangan dengan menggunakan sumber
cahaya buatan seperti lampu.
8. Pembagian Ruangan/Tata Ruang
Setiap bagian dalam rumah harus sesuai dengan fungsinya dan memiliki tata ruang
yang baik agar memudahkan komunikasi antara ruangan di dalam rumah dengan
menjamin kerahasiaan pribadi masing-masing penghuni.
Untuk ruang tidur, harus ada pemisah antara ruang kamar tidur orang tua
dan kamar tidur anak. Kemudian, luas ruangan minimal 8m2 dengan
kapasitas orang maksimal 2 orang.
Untuk dapur, ruang dapur harus memiliki ventilasi yang baik agar asap hasil
kegiatan masak dapat dialirkan keluar. Luas dapur minimal 3m2. Selain itu,
di dapur harus tersedia alat-alat pengolahan makanan, alat-alat masak,
7
tempat cuci peralatan dan air bersih dan tempat penyimpanan bahan
makanan.
c. Perilaku gizi
2. Perilaku pencarian dan penggunaan fasilitas pelayanan kesehatan atau perilaku
pencarian pengobatan
3. Perilaku kesehatan lingkungan
Perilaku
kesehatan
lingkungan
merupukan
respon
seseorang
terhadap
10
11
h. Dalam perhitungan KDB dan KLB, luas tapak yang diperhitungkan adalah yang
dibelakang GSJ;
i. Batasan perhitungan luas ruang bawah tanah (besmen) ditetapkan oleh Kepala
Daerah dengan pertimbangan keamanan, keselamatan, kesehatan, dan pendapat
teknis para ahli terkait;
j. Untuk pembangunan yang berskala kawasan (superblock), perhitungan KDB dan
KLB adalah dihitung terhadap total seluruh lantai dasar bangunan, dan total
keseluruhan luas lantai bangunan dalam kawasan tersebut terhadap total
keseluruhan luas kawasan;
k. Dalam perhitungan ketinggian bangunan, apabila jarak vertikal dari lantai penuh ke
lantai penuh berikutnya lebih dari 5 m, maka ketinggian bangunan tersebut
dianggap sebagai dua lantai;
l. Mezanin yang luasnya melebihi 50 % dari luas lantai dasar dianggap sebagai lantai
penuh.
II.3.2Garis Sempadan Bangunan Gedung (GSB)
Garis Sempadan Bangunan ditetapkan dalam rencana tata ruang, rencana tata
bangunan dan lingkungan, serta peraturan bangunan setempat. Penetapan Garis
Sempadan
Bangunan
didasarkan
pada
pertimbangan
keamanan,
kesehatan,
terhadap batas persil, yang diatur di dalam rencana tata ruang, rencana tata bangunan
dan lingkungan, dan peraturan bangunan setempat.
Sepanjang tidak ada jarak bebas samping maupun belakang bangunan yang
ditetapkan, maka Kepala Daerah menetapkan besarnya garis sempadan tersebut dengan
setelah mempertimbangkan keamanan, kesehatan dan kenyamanan, yang ditetapkan
pada setiap permohonan perizinan mendirikan bangunan.
Untuk bangunan yang digunakan sebagai tempat penyimpanan bahan-bahan/bendabenda yang mudah terbakar dan/atau bahan berbahaya, maka Kepala Daerah dapat
menetapkan syarat-syarat lebih lanjut mengenai jarak-jarak yang harus dipatuhi.
Pada daerah intensitas bangunan padat/rapat, maka garis sempadan samping dan
belakang bangunan harus memenuhi persyaratan:
(1) bidang dinding terluar tidak boleh melampaui batas pekarangan;
(2) struktur dan pondasi bangunan terluar harus berjarak sekurang-kurangnya 10 cm
kearah dalam dari batas pekarangan, kecuali untuk bangunan rumah tinggal;
(3) untuk perbaikan atau perombakan bangunan yang semula menggunakan bangunan
dinding batas bersama dengan bangunan di sebelahnya, disyaratkan untuk
membuat dinding batas tersendiri disamping dinding batas terdahulu;
(4) pada bangunan rumah tinggal rapat tidak terdapat jarak bebas samping, sedangkan
jarak bebas belakang ditentukan minimal setengah dari besarnya garis sempadan
muka bangunan.
II.3.3Garis Sempadan Jalan (GSJ)
Garis sempadan jalan (GSJ) adalah garis batas pekarangan terdepan. GSJ
merupakan batas terdepan pagar halaman yang boleh didirikan. Oleh karena itu
biasanya di muka GSJ terdapat jalur untuk instalasi air, listrik, gas, serta saluransaluran pembuangan.
Pada GSJ tidak boleh didirikan bangunan rumah, terkecuali jika GSJ berimpit
dengan garis sempadan bangunan (GSB). Ketentuan mengenai GSJ biasanya sudah
terdapat dalam dokumen rencana tata ruang kota setempat, bisa didapat di dinas tata
kota atau Bappeda.
GSJ dimaksudkan mengatur lingkungan hunian memiliki kualitas visual yang baik,
selain itu juga mengatur jarak pandang yang cukup antara lalu lintas di jalan dan
bangunan. Ketentuan besarnya GSJditentukan dengan pertimbangan perkembangan
13
15
Bangunan tahan gempa pada dasarnya adalah upaya untuk membuat seluruh elemen
rumah menjadi satu kesatuan yang utuh, yang tidak lepas/runtuh akibat gempa. Penerapan
konsep tahan gempa antara lain dengan cara membuat sambungan yag cukup kuat diantara
berbagai elemen tersebut serta pemilihan material dan pelaksanaan yang tepat. Konsep
rumah contoh yang dikembangkan Kantor Menteri Negara Riset dan Teknologi (KMNRT)
tidak hanya mengacu kepada konsep desain tahan gempa saja, akan tetapi mencakup
konsep pemanfaatan material setempat, budaya masyarakat dalam membangun rumah,
serta aspek kemudahan pelaksanaan.
Kadar kecocokan sistem struktur terhadap gempa yang dinyatakan sangat cocok,
bila bangunan gedung dan rumah dibuat dengan mengunakan sistem struktur rangka kaku,
baik menggunakan bahan beton bertulang, baja, dan kayu dengan perkuatan silang.
Bangunan gedung dan rumah tinggal yang dibangun dengan sistem struktur ini
memberikan karakteristik berat bangunan ringan dan memiliki daya tahan yang tinggi
terhadap beban gempa.
Beberapa konsep utama dalam konstruksi bangunan tahan gempa antara lain:
1. Denah Bangunan yang Simetris
Khusus pada bangunan tahan gempa denah bangunan perlu didesain secara
simetris. Berdasarkan pengamatan pada kerusakan bangunan akibat gempa, diketahui
bahwa struktur bangunan yang demikian dapat menahan gaya gempa. Struktur seperti
ini juga mengurangi efek gaya torsi yang ditimbulkan saat terjadi gempa. Denah yang
simetris memungkinkan pembagian kekuatan yang merata pada setiap bagian
bangunan. Dengan adanya pemerataan tersebut, maka bangunan tidak akan mudah
roboh saat terjadi gempa.
2. Material Bangunan yang Ringan
Alam semesta telah menyediakan material-material yang mampu dimanfaatkan
dalam proses perancangan bangunan. Akan tetapi manusia harus tetap mengasah
kreativitasnya untuk menciptakan material-material yang sesuai dengan kebutuhan
mereka. Dalam proses pemilihan material bagi rancangan bangunan tahan gempa perlu
memperhatikan faktor berat material tersebut. Material yang sebaiknya digunakan
16
adalah material yang ringan namun kuat. Hal ini sesuai dengan konsep bahwa beban
inersia gempa sebanding dengan berat bahan bangunan tersebut.
3. Sistem Konstruksi Penahan Beban yang Memadai
Agar suatu bangunan dapat menahan gempa, maka bangunan trsebut harus mampu
menyalurkan setiap gaya inersia akibat gempa dari elemen-elemen struktur bangunan
utama kemudian memindahkannya ke pondasi yang ada di dalam tanah. Struktur utama
penahan gaya horizontal akibat gempa harus elastis, karena jika batas kekuatan
elastisitas telah dilampaui maka tidak akan terjadi keruntuhan getas secara tiba-tiba,
melainkan pada beberapa tempat terlebih dahulu. Dalam proses menyalurkan gaya dari
elemen struktur ke pondasi terdapat sebuah jalur yang disebut lintasan gaya. Setiap
bangunan harus memiliki lintasan gaya yang cukup kuat untuk dapat menahan gaya
gempa horizontal.
Taraf keamanan minimum untuk bangunan gedung dan rumah tinggal yang masuk
dalam kategori bangunan tahan gempa, yaitu yang memenuhi berikut ini:
a. Bila terkena gempa bumi yang lemah, bangunan tersebut tidak mengalami kerusakan
sama sekali.
b. Bila terkena gempa bumi sedang, bangunan tersebut boleh rusak pada elemenelemen non-struktural, tetapi tidak boleh rusak pada elemen-elemen struktur.
c. Bila terkena gempa bumi yang sangat kuat: bangunan tersebut tidak boleh runtuh
baik sebagian maupun seluruhnya; bangunan tersebut tidak boleh mengalami
kerusakan yang tidak dapat diperbaiki.
Berdasarkan acuan normative SNI 03-1726-2002, Tata Cara Perencanaan
Ketahanan Gempa Untuk Bangunan, Bangunan rumah dan gedung lainnya yang dibuat
atau direncanakan mengikuti pedoman teknis ini harus mengikuti ketentuan-ketentuan
berikut:
1. Pondasi
a. Pondasi harus ditempatkan pada tanah keras.
b. Penampang melintang pondasi harus simetris seperti terlihat pada Gambar 2
17
c. Harus dihindarkan penempatan pondasi pada sebagian tanah keras dan sebagian
tanah lunak.
Gambar 3. Pondasi menerus yang diletakkan pada sebagian tanah keras dan sebagian tanah
lunak.
18
f. Penggunaan pondasi pada kondisi tanah lunak dapat digunakan pondasi pelat beton
atau jenis pondasi alternatif lainnya.
20
21
BAB III
HASIL PENGAMATAN
Jumlah Ruangan:
Rumah ini terdiri dari 4 (empat) ruangan yang terdiri dari
a. 2 (dua) kamar tidur
b. 1 (satu) ruang tamu/ruang keluarga
c. 1 (satu) dapur
d. 1 (satu) kamar mandi
: terlampir
: terlampir
: terlampir
No
.
1.
Faktor Pembanding
Penghawaan
(sirkulasi udara)
Rumah Sehat
-
Menfungsikan jendela
sebangai tempat
pertukaran sirkulasi udara
sebenarnya
22
2.
Pencahayaan
- Pencahayaan dapur
cenderung minim
disamping jendela sudah
tidak berfungsi, dibagian
belakang dapur ditutupi
kerai bambu sehingga
cahaya dari luar
terhalangi
3.
4.
Memberikan tempat
pembuangan sampah
Tata Ruang
Ruang hijau
Konstruksi rumah
Memberikan tanaman
gantung atau tanaman
dalam pot dibagian teras
rumah agar sirkulasi udara
lebih baik
Menggunakan atap
genteng karena dengan
lahan yang kecil
penggunaan asbes
menambah penghawaan
rumah semakin panas,
maka digunakan genteng
24
BAB IV
ANALISA DAN USULAN PERBAIKAN
IV.1 Analisa Rumah
IV.1.1 Aspek Eksternal
a. Lingkungan
Rumah yang kami survei berada di sebuah gang dimana lingkungan tersebut
padat oleh rumah warga sehingga tidak terdapat ruang terbuka hijau. Terdapat
rumah warga lain tepat di sebelah kiri rumah yang kami survei, sedangkan di
sebelah kanan rumah terdapat sebuah gang kecil selebar 1 m. Gang tersebut
hanya cukup untuk dilewati oleh satu orang dan tidak dapat dilewati oleh motor.
Di belakang rumah terdapat sebuah lapangan voli milik masyarakat sekitar
sedangkan di depan rumah adalah jalan akses ke rumah tersebut. Jalan di depan
rumah tersebut terbuat dari aspal dan selebar 2 m sehingga hanya motor dan
orang yang dapat melewatinya. Secara keseluruhan, lingkungan dimana rumah
tersebut berada cukup bersih, namun tidak terdapat penghijauan di sekitarnya.
b. Infrastruktur
Rumah yang kami survei berada di dalam gang kecil namun tidak berjarak
terlalu jauh dari jalan raya sehingga akses ke fasilitas lain seperti transportasi
umum dan warung tidak terlalu sulit. Jarak dari rumah ke jalan raya hanya
sekitar 100 m sehingga jarak dapat ditempuh dengan jalan kaki.
IV.1.2 Aspek Internal dan Fisik
a. Organisasi Ruangan
25
Rumah yang kami survei hanya terdiri dari 4 ruangan terpisah yang terdiri
dari 2 kamar tidur, 1 kamar mandi, dan 1 ruangan yang merangkap sebagai
dapur, ruang tamu dan ruang keluarga.
Ruang keluarga dan ruang tamu disatukan menjadi satu di dekat pintu
masuk sehingga ketika tamu masuk, mereka akan berada di ruang keluarga
juga. Pintu depan rumah membentuk sudut terhadap dinding depan sehingga
membuat ruang tamu tersebut semakin kecil. Selain itu, rumah tersebut terkesan
sempit karena pemilik rumah memiliki banyak barang yang tidak diatur dengan
rapih. Sebagai contoh, terdapat sebuah sofa persis di smaping pintu masuk
sehingga menyulitkan tamu untuk masuk ke dalam rumah. Selain itu, terdapat
sebuah meja kecil di depan meja lainnya di ruang tamu.
Ruang keluarga dan dapur hanya dipisahkan oleh sebuah sekat sehingga
ruangan tersebut tidak dipisahkan secara menyeluruh. Sekat tersebut hanya
setinggi 1.2 m dari lantai. Dapur dalam rumah yang kami survei berukuran
7,91m2. Luas ini sudah diatas persyaratan rumah sehat. Dapur rumah tersebut
juga sudah dilengkapi alat-alat pengolahan makanan, alat-alat masak, tempat
cuci peralatan dan air bersih serta tempat penyimpanan bahan makanan.
Kamar tidur depan berfungsi sebagai kamar tidur induk untuk kedua orang
tua. Ukuran kamar tidur tersebut adalah 9m2 sehingga sesuai dengan standar
rumah sehat. Namun, kamar tidur tersebut terlihat sangat sempit dikarenakan
banyaknya barang yang ada di ruang tersebut. Terdapat dua lemari besar yang
menutupi satu sisi dinding, sedangkan barang-barang lainnya terdapat di lantai
sekitar lemari tersebut.
Kamar tidur untuk kedua anak terpisah dari kamar tidur orang tua dan
berada di sebelah kamar tidur induk berukuran 7,95m2. Ukuran ini masih
terlalu sempit untuk ditempatkan 2 orang sesuai dengan persyaratan rumah
sehat. Seperti halnya dengan ruang tidur induk, kamar tidur untuk anak terkesan
sempit. Dalam hal ini, ruang tidur anak terkesan sempit karena kasur besar yang
ada di ruangan tersebut. Selain itu juga terdapat meja belajar dan lemari.
b. Kualitas dan Utilitas Bangunan
Kualitas bangunan dapat dilihat dari bahan dan material yang digunakan
juga dalam proses pembangunannya. Digunakan atap dengan bahan asbes yang
kurang baik. Utilitas bangunan meliputi instalasi listrik dan instalasi air bersih.
26
: 89.4%
e. KLB
: 0.89
f. GSB
: 50 cm
g. GSJ
: 50 cm
h. GJBS
: 50cm ke kanan
i. GJBB
: 1,5 m
28
penerangan saat malam hari. Namun, satu dari kedua lampu tersebut tidak
berfungsi dan rusak.
Pada kamar tidur induk juga terdapat dua buah jendela yang menghadap ke
depan rumah. Luas jendela tersebut adalah 1.04m2, yaitu 11.5% dari luas lantai
ruangan sehingga sudah memenuhi persyaratan rumah sehat. Selain itu, juga
terdapat satu lampu untuk penerangan pada malam hari.
Berbeda dengan kamar tidur induk, kamar tidur anak tidak memiliki
pencahayaan alami dikarenakan dinding yang menghadap ke luar rumah
bersebelahan dengan dinding rumah tetangga. Oleh karena itu, pencahayaan di
kamar ini hanya mengandalkan pencahayaan buatan dengan menggunakan
lampu.
Pada bagian dapur, terdapat satu buah jendela yang menghadap ke belakang
rumah yang berfungsi sebagai pencahayaan alami. Luas jendela tersebut adalah
0.49m2 atau 6.1% dari luas lantai ruangan. Luas tersebut masih jauh dibawah
persyaratan minimal 10% dari luas lantai. Selain pencahayaan alami, dapur
tersebut juga memiliki pencahayaan buatan berupa satu lampu.
Kamar mandi pada rumah yang kami survei tidak memiliki jendela. Oleh
karena itu, penerangan untuk kamar mandi menggunakan pencahayaan buatan.
c. Air Bersih dan Sanitasi
Air bersih pada rumah yang kami survei disalurkan ke 2 kran yaitu di
tempat cuci piring dapur serta di bak penampungan air kamar mandi. Air yang
terdapat dalam rumah tersebut sudah cukup bersih. Airnya jernih, tidak keruh
serta tidak berbau sehingga dapat dikatakan air bersih. Sementara itu, septik
tank rumah tersebut berada di bawah kamar mandi sedangkan resapan berada di
luar rumah dekat dapur. Di rumah tersebut hanya terdapat satu keranjang
sampah, yaitu di dapur.
IV.2 Usulan Perbaikan Rumah
IV.2.1 Aspek Eksternal
a. Lingkungan
Rumah yang kami survei berada di sebuah gang dimana lingkungan tersebut
padat oleh rumah warga sehingga tidak terdapat ruang terbuka hijau. Usulan
kami ditambahkan tanaman-tanaman hias untuk penghijauan dan juga untuk
keindahan lingkungan.
29
b. Infrastruktur
Rumah yang kami survei berada di dalam gang kecil namun tidak berjarak
terlalu jauh dari jalan raya sehingga akses ke fasilitas lain seperti transportasi
umum dan warung tidak terlalu sulit. Jarak dari rumah ke jalan raya hanya
sekitar 100 m sehingga jarak dapat ditempuh dengan jalan kaki.
IV.2.2 Aspek Internal dan Fisik
a. Organisasi Ruangan
Berdasarkan denah usulan, kami tidak menambah maupun mengurangi
jumlah ruangan yang telah ada namun mengubah letak ruangan yang ada untuk
mengefektifkan luas bangunan yang cukup sempit.
Ruang tamu kami perluas dengan cara mengubah letak pintu dan tembok
depan rumah menjadi tidak membentuk sudut agar luas ruang tamu efektif. Juga
mengganti perabot ruang tamu seperti sofa dan meja tamu yang lebih sesuai
dengan luas ruang tamu.
Kamar tidur anak dipindahkan menjadi berseberangan dengan kamar tidur
utama. Tujuan dari pemindahan kamar tidur anak adalah sebagai pembatas
ruang tamu untuk menjaga privasi keluarga juga sebagai pembatas dapur, selain
itu luas bekas kamar tidur anak difungsikan sebagai ruang keluarga, sehingga
lahan rumah yang sempit bisa di efektifkan.
Kamar mandi dipindahkan ke seberang letak kamar mandi sebelumnya.
Tujuan dari pemindahan kamar mandi adalah agar tembok kamar mandi dapat
ditambahkan ventilasi sebagai sirkulasi udara didalam kamar mandi.
b. Kualitas dan Utilitas Bangunan
Kualitas bangunan dapat dilihat dari bahan dan material yang digunakan
juga dalam proses pembangunannya. Untuk rumah usulan kami memperhatikan
bahan dan material yang digunakan aman dan tidak berdampak buruk bagi
kesehatan dan lingkungan.
Utilitas bangunan yang meliputi instalasi listrik dan instalasi air bersih.
Untuk instalasi air kami memisahkan antara perpipaan untuk air kotor dan air
bersih. Sumur sebagai sumber air bersih diletakkan di teras depan rumah
sehingga tidak tercemar dengan tempat pembuangan air kotor dan septic tank
yang berada di teras belakang rumah. Untuk pemasangan kabel listrik kami
30
bekerja sama dengan pihak PLN dan mengikuti peraturan yang telah ditetapkan
PLN demi keselamatan dan kenyamanan penghuni rumah.
IV.2.3 Aspek Teknik
a. Material
Material atap kami ubah menjadi terbuat dari tanah liat karena atap asbes
berbahaya bagi kesehatan dan efek jangka panjang dari menghirup serat asbes
adalah dapat menyebabkan kanker paru-paru, sedangkan atap tanah liat tidak
menimbulkan efek negatif bagi kesehatan juga perawatan yang mudah dan
ramah lingkungan. Langit-langit rumah terbuat dari triplek. Lantai rumah sudah
terbuat oleh keramik sedangkan dinding rumah adalah setengah pasang batubata yang dilapisi oleh plaster. Pintu dan kusen jendela terbuat dari kayu,
sedangkan pintu kamar mandi terbuat dari PVC. Tembok rumah kami tinggikan
menjadi 3 meter dengan tujuan untuk memperbaiki sistem penghawaan agar
tidak pengap, mempengaruhi suhu ruangan agar tidak terlalu panas, dan dari
aspek kenyamanan dan keindahan.
b. Denah Renovasi (terlampir)
c. Tampak Bangunan (terlampir)
Pada bagian depan rumah terdapat 4 jendela, 2 pintu utama yang dijadikan
satu yang sudah tidak membentuk sudut, serta atap menghadap ke depan yang
terbuat dari tanah liat. Tampak kanan rumah ditambahkan 2 jendela dari kamar
tidur anak dan ventilasi dari kamar mandi. Sebelah kiri rumah tidak dapat
terlihat karena bersebelahan dengan rumah tetangga. Pada bagian belakang
rumah terdapat 2 jendela, 1 ventilasi dan 1 pintu belakang serta atap yang
menghadap ke depan dan terbuat dari tanah liat. Dinding luar pada tampak
belakang dan tampak kanan di cet untuk estetika dan keawetan.
d. KDB
: 89.4%
e. KLB
: 0.89
f. GSB
: 50 cm
g. GSJ
: 50 cm
h. GJBS
: 50 cm ke kanan
i. GJBB
: 1,5 m
Karena luas lahan yang tidak dapat diperbesar, tidak terdapat perubahan
terhadap KDB, KLB, GSB, GSJ, GJBS, GJBB serta rasio luas bangunan
dengan penghuni.
k. Gempa
Untuk kekuatan bangunan dalam segi gempa, sesuai dengan SNI 03-17262002, pondasi yang digunakan dalam usulan rumah kami adalah pondasi
menerus, simetris serta kedalaman yang sama. Selain itu, pada dinding dipasang
kolom lintel untuk mengatasi adanya gaya horizontal akibat gempa yang
letaknya ada di kusen-kusen. Pada setiap kolom terdapat beton sloof untuk
menahan gaya geser akibat gempa. Untuk struktur atap, digunakan material
yang ringan namun kuat, yaitu kayu.
IV.2.4 Aspek Ruang/Hubungan Fungsi Kegiatan
a. Sirkulasi Udara (Penghawaan)
Penambahan ventilasi alami pada dinding rumah tersebut. Ventilasi tersebut
berfungsi untuk mensirkulasikan udara agar udara di rumah tidak kotor dan
pengap. Semua ventilasi dibuat berdasarkan standar yaitu minimal 5% dari luas
lantai.
Pada ruang tamu, ventilasi alami terdapat1 di atas pintu dan 2 di atas jendela
berupa celah-celah persegi panjang. Standar luas ventilasi pada ruang tamu
adalah 0.216 m2, kami membuat luas ventilasi pada ruang tersebut menjadi 0.55
m2 sehingga sudah memenuhi standar ventilasi yaitu 5% dari luas lantai. Kipas
angin yang terdapat pada ruang tamu tidak kami pindahkan karena sudah sesuai
dengan fungsinya.
Pada kamar tidur induk digunakan ventilasi berupa celah persegi panjang
diatas pintu dan jendela. Ventilasi yang berada pada jendela menyalurkan udara
segar dari luar sedangkan ventilasi yang berada pada pintu menyalurkan udara
dari ruang keluarga. Standar luas ventilasi pada kamar tidur induk adalah 0.45
m2, kami membuat luas ventilasi pada kamar tersebut menjadi 0.675 m2
sehingga sudah memenuhi standar.
Pada kamar tidur anak terdapat 1 ventilasi di atas pintu dan 2 ventilasi di
atas jendela. Standar luas ventilasi pada kamar tidur anak adalah 0.434 m2, kami
membuat luas ventilasi pada kamar tidur anak menjadi 0.675 m2 sehingga
sudah memenuhi standar 5% dari luas lantai.
Pada ruang keluarga, sirkuasi udara didapatkan dari ventilasi yang berada di
dapur dan juga kipas angin berdiri.
32
Pada dapur terdapat ventiasi dari celah diatas pintu belakang, diatas jendela
dan disebelah jendela. Standar luas ventilasi pada dapur adalah 0.166 m2, kami
membuat luas ventilasi dapur menjadi 0.795 m2 sehingga sudah memenuhi
standar.
Pada kamar mandi terdapat ventilasi pada bagian bawah pintu dan juga pada
dinding kamar mandi yang terlihat pada tampak kanan rumah. Standar luas
ventilasi pada kamar mandi adalah 0.124 m2, kami membuat luas ventilasi pada
kamar mandi menjadi 0.875 m2 sehingga sudah memenuhi standar.
b. Pencahayaan
Pencahayaan dalam rumah berasal dari jendela dan juga lampu pijar. Pada
ruang tamu terdapat dua jendela yang menghadap ke depan rumah. Standar luas
jendela pada ruang tamu adalah 0.432 m2 0.864 m2, kami membuat luas
jendela pada ruang tamu menjadi 0.814 m2 sehingga sudah memenuhi standar
luas jendela 10%-20% dari luas ruangan. Untuk pencahayaan buatan pada
ruang tamu adalah lampu hias gantung yang tidak terlalu besar dan cukup untuk
penerangan di malam hari.
Pada kamar tidur induk juga terdapat dua buah jendela yang menghadap ke
depan rumah. Standar luas jendela pada kamar tidur induk adalah 0.9m2 1.8
m2, kami membuat luas jendela pada kamar tidur induk menjadi 1.125 m2
sehingga sudah memenuhi standar luas jendela. Selain itu, juga terdapat satu
lampu untuk penerangan pada malam hari.
Pada kamar tidur anak terdapat 2 jendela yang terlihat pada tampak kanan
rumah yang akan menjadi pencahayaan alami. Standar luas jendela pada kamar
tidur anak adalah 0.868 m2 - 1.736 m2, kami membuat luas jendela pada
kamar tidur anak menjadi 1.125 m2 sehingga sudah memenuhi standar luas
jendela .Terdapat juga pencahayaan buatan berupa lampu pijar untuk
penerangan pada malam hari.
Pada bagian dapur, terdapat satu buah jendela yang menghadap ke belakang
rumah yang berfungsi sebagai pencahayaan alami. Standar luas jendela pada
dapur adalah 0.3315 m2 - 0.663 m2, kami membuat luas jendela pada dapur
menjadi 0.814 m2 sehingga sudah memenuhi standar luas jendela. Selain
pencahayaan alami, dapur tersebut juga memiliki pencahayaan buatan berupa
satu lampu.
Pada ruang keluarga, terdapat pencahayaan buatan berupa lampu pijar juga
mendapatkan pencahayaan dari kaca yang berada di bagian dinding dapur.
33
Pada Kamar mandi, terdapat penerangan dari jendela kecil yang berada
persis diatas ventilasi seluas 0.0462 m2 dan ventilasi yang terlihat pada tampak
kanan rumah juga penerangan buatan dari lampu pijar.
c. Air Bersih dan Sanitasi
Sumur yang berfungsi sebagai sumber air bersih berada dibawah teras depan
rumah dan dialirkan melalui pipa menuju 2 keran yang berada di kamar mandi
dan juga 1 keran yang berada di dapur. Letak septiktank kami tempatkan di
taman belakang karena lebih mudah saat penyedotan WC dan dapat diletakkan
lubang penghawaan. Septiktank disambungkan dengan sumur resapan di
sebelah septiktank.
34
BAB V
PENUTUP
V.1 Kesimpulan
a. Rumah sehat merupakan bangunan tempat tinggal yang memenuhi syarat
kesehatan yaitu rumah yang memiliki jamban yang sehat, sarana air bersih, tempat
pembuangan sampah, sarana pembuangan air limbah, ventilasi yang baik,
kepadatan huanian rumah yang seusai dan lantai rumah yang tidak terbuat dari
tanah
b. Aspek-aspek yang ditijau dari rumah sehat antara lain pencahayaan, penghawaan,
tata ruang, material bangunan, sanitasi, luas bangunan, serta aspek ekonomi
c. Rumah yang berada pada Jalan Raya Srengseng Sawah No. 13 tidak memenuhi
kriteria-kriteria untuk dikategorikan sebagai rumah sehat karena beberapa hal
yaitu, pencahayaan yang kurang, penghawaan yang kurang baik, tata ruang yang
tidak efektif, serta material bangunan yang kurang baik.
d. Untuk memenuhi persyaratan rumah sehat, rumah yang berada pada Jalan Raya
Srengseng Sawah No. 13 dapat direnovasi. Renovasi yang dilakukan adalah:
1. Menambahkan jendela dan ventilasi
2. Mengubah tata ruang
3. Meninggikan langit-langit untuk penghawaan
4. Mengubah material atap dari asbes menjadi genteng tanah liat
e. Ada beberapa aspek dari rumah sehat yang tidak dapat diubah karena
kondisinya yang tidak memungkinkan yaitu luas bangunan, KDB, KLB, GSB,
GSJ, GJBS, GJBB serta rasio luas bangunan dengan penghuni
V.2 Saran
Selain aspek dan standar-standar yang berlaku untuk rumah sehat, segi estetika
dan kenyamanan dapat diperhatikan. Pemilik rumah dapat menambahkan tanamantanaman di teras maupun di belakang rumah untuk meningkatkan keindahan rumah. Selain
itu, pemilik juga dapat merapihkan barang-barang agar tidak berantakan di dalam rumah.
Selain lebih enak untuk dipandang, hal ini juga akan membuat penghuni merasa lebih
nyaman serta kebersihan lebih mudah untuk dijaga. Kebersihan pangkal kesehatan adalah
pepatah yang benar adanya.
35
DAFTAR PUSTAKA
36
LAMPIRAN
37