Perangkat Lunak Analisis Getaran Peledakan
Perangkat Lunak Analisis Getaran Peledakan
2/2012
PERANGKAT LUNAK
ANALISIS GETARAN TANAH AKIBAT PELEDAKAN
Rendy Fahlevi1, Budi Sulistianto1*, dan Bustanil Husni
1
Program Studi Teknik Pertambangan, Fakultas Teknik Pertambangan dan Perminyakan, Institut Teknologi
Bandung
Sari
Untuk menunjang aktivitas penambangan, kegiatan peledakan biasanya digunakan untuk memberaikan material keras.
Pada kegiatan peledakan, dihasilkan energi sisa yang berpotensi mengganggu kestabilan lereng disekitarnya terutama
dalam bentuk getaran tanah. Untuk mendapatkan gambaran mengenai pengaruh getaran tanah akibat peledakan
terhadap kestabilan lereng, dilakukan pengamatan terhadap kegiatan peledakan di lereng highwall Pit Rama PT
Arutmin Indonesia Tambang Satui dari bulan November 2011 Februari 2012. Dari pengamatan dan pengolahan
data, diperoleh persamaaan yang menunjukkan hubungan antara parameter peledakan terhadap Peak Particle
Acceleration (PPA), PPA terhadap percepatan horizontal maksimum (amax), dan amax terhadap faktor keamanan
lereng. Dengan menggunakan ketiga persamaan tersebut dihasilkan suatu perangkat lunak yang dapat digunakan
untuk menganalisis pengaruh getaran tanah hasil peledakan terhadap kestabilan lereng highwall Pit Rama PT Arutmin
Indonesia Tambang Satui.
Kata kunci: peledakan, getaran tanah, kestabilan lereng
Abstract
In order to support mining activity, blasting is generally carried out for breaking the hard insitu material. The blasting
activities produce residual energy that could potentially give an effect on slope stability, mainly in the form of ground
vibration. To understand the effect of ground vibrations caused by blasting on slope stability, an investigation of
blasting activities is conducted in highwall slopes of Rama Pit PT Arutmin Indonesia Satui Mine from November 2011 February 2012. From investigations and data processing, three equations are obtained which are the relationship
between blasting parameters and Peak Particle Acceleration (PPA), PPA and maximum horizontal acceleration
(amax), and also amax and slope stability. By using these three equations, software that can be used for analyzing the
effect of blasting induced ground vibration on stability of highwall slope of Rama Pit PT Arutmin Indonesia Satui Mine
is developed.
Keywords: blasting, ground vibration, slope stability
*Jl. Ganesa No. 10 Bandung 40132, Telp: +62-22 2504955, Fax: +62-22 2504955, Email: bst@mining.itb.ac.id
I. PENDAHULUAN
Kegiatan peledakan merupakan salah satu
kegiatan yang umumnya dilakukan dalam
menunjang aktivitas pertambangan. Pada
kegiatan peledakan, hanya sebagian dari total
energi yang dihasilkan bahan peledak
dikonsumsi
untuk
memecahkan
batuan,
sementara sisanya menjadi waste energy atau
energi sisa.
Energi sisa ini berpotensi mengganggu
kestabilan lereng disekitarnya terutama dalam
bentuk getaran tanah. Kegagalan dalam menjaga
kestabilan lereng dapat menyebabkan longsoran
yang
akan
mengganggu
operasional
pertambangan dan membahayakan para pekerja
di sekitarnya.
Mengingat hal di atas, kontrol terhadap getaran
tanah hasil peledakan menjadi penting.
Penelitian ini dimaksudkan untuk menghasilkan
suatu perangkat lunak yang dapat digunakan
untuk menganalisis pengaruh getaran tanah hasil
peledakan terhadap kestabilan lereng. Hasil
analisis tersebut nantinya dapat digunakan untuk
mengontrol parameter-parameter peledakan
berikutnya agar tidak mengancam kestabilan
lereng.
FK =
Gaya Penahan
Gaya Penggerak
(1)
61
TMNo.4/2009
2.2. Getaran Tanah Akibat Peledakan
Dalam memperkirakan nilai getaran tanah yang
dihasilkan dari kegiatan peledakan, dapat
dilakukan dengan menghubungkan hasil
pengukuran getaran tanah dengan parameterparameter peledakan yang mempengaruhinya.
Parameter-parameter peledakan tersebut adalah
yaitu jarak dari lokasi peledakan dan jumlah
bahan peledak yang meledak bersamaan.
Hubungan tersebut ditunjukkan oleh konsep PPV
vs. Scaled Distance yang dinyatakan oleh US
Bureau of Mines (Husni, 2008; Basuki, 2011),
dimana scaled distance merupakan faktor yang
mempengaruhi getaran tanah yang diperoleh dari
jarak pengukuran dibagi akar dari muatan bahan
peledak per waktu tunda. Selengkapnya dapat
dilihat pada persamaan berikut:
PPV = k (R/W)- = k (SD)-
dimana:
PPV
k,
R
W
(2)
(3)
dimana:
PPA
= Peak Particle Acceleration (g)
Nilai k, yang digunakan pada persamaan PPV
dan PPA di atas bukan merupakan nilai yang
sama karena nilainya diperoleh dengan
menentukan terlebih dahulu parameter mana
yang akan digunakan, PPV atau PPA.
2.3. Hubungan Kestabilan Lereng dan
Getaran Tanah Hasil Peledakan
Jika lereng menerima getaran tanah hasil
peledakan sebesar a (dalam satuan g) seperti
terlihat dalam Gambar 1, maka massa batuan
yang akan longsor akan mengalami penambahan
gaya penggerak dan pengurangan gaya normal
pada bidang longsor. Sehingga, dapat dikatakan
bahwa percepatan horizontal menyebabkan
berkurangnya kemantapan suatu lereng.
Pada analisis kestabilan lereng, nilai percepatan
horizontal (a) atau lebih tepatnya percepatan
horizontal maksimum (amax) berbeda dengan
nilai PPA dari hasil pengukuran getaran tanah
hasil peledakan. Penggunaan nilai PPA
62
(4)
dimana:
a
= Percepatan horizontal (g)
K = Koefisien yang diperoleh dari respon
analisis
PPA = Peak Particle Acceleration (g)
III. DATA
3.1. Data Penampang Melintang dan Material
Properties
Untuk dapat melakukan analisis kestabilan
lereng, perlu diketahui penampang melintang
(cross-section) dan material properties dari
lereng yang akan dianalisis.
Penampang melintang yang digunakan diambil
dari garis BA pada desain lereng akhir pit Rama
yang ditunjukkan Gambar 2. Litologi diambil
dari data pengeboran geoteknik pada lubang bor
GBS 08. Penggunaan desain lereng akhir
bertujuan agar hasil dari penelitian ini
diharapkan dapat mengakomodasi analisis
hubungan getaran tanah akibat peledakan
terhadap kestabilan lereng hingga tahap akhir
penambangan.
Gambar
3
menampilkan
penampang melintang design akhir lereng
highwall Pit Rama PT Arutmin Indonesia
Tambang Satui.
Data berikutnya yang dibutuhkan adalah data
material properties. Untuk penelitian ini data
material properties yang digunakan adalah bobot
isi normal (n), bobot isi kering (d), bobot isi
jenuh (s), lalu kohesi (c) dan sudut geser dalam
() masing-masing pada kondisi puncak,
residual, dan 0.75 dari nilai pada kondisi puncak.
63
TMNo.4/2009
Tabel 1. Data kegiatan lapangan
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Tanggal
6 Desember 2011
27 Desember 2011
31 Desember 2011
5 Januari 2012
21 Januari 2012
25 Januari 2012
31 Januari 2012
7 Februari 2012
9 Februari 2012
13 Februari 2012
Total Hole
230
23
45
77
79
72
96
67
57
113
Distance (m)
250
300
175
550
500
200
200
310
340
225
Weight/ 8 ms (kg)
2289
950
1170
1328
1236
1172
2025
1678
1542
2184
No.
Tanggal
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
6 Desember 2011
27 Desember 2011
31 Desember 2011
5 Januari 2012
21 Januari 2012
25 Januari 2012
31 Januari 2012
7 Februari 2012
9 Februari 2012
13 Februari 2012
PPA
(mm/s2)
2010
1240
2484
857
672
2753
3099
1907
1973
4335
PPA (g)
amax(mm/s2)
amax(g)
0.205
0.126
0.253
0.087
0.068
0.281
0.316
0.194
0.201
0.442
1429
1021
1558
315
607
2222
1636
650
1647
3999
0.146
0.104
0.159
0.032
0.062
0.226
0.167
0.066
0.168
0.407
64
TMNo.4/2009
Nilai R adalah jarak dari lokasi peledakan dan W
adalah jumlah muatan bahan peledak yang
meledak bersamaan. Sementara nilai k sebesar
31006 dan nilai sebesar 1.21 merupakan
konstanta lapangan yang menunjukkan kondisi
pengukuran getaran tanah di lereng highwall Pit
Rama PT Arutmin Indonesia Tambang Satui.
Kedua konstanta tersebut berbeda untuk setiap
lokasi yang berbeda. Persamaan di atas
dihasilkan dari confidence line 95% yang berarti
bahwa setiap 100 buah sampel data yang
diperoleh menggunakan persamaan tersebut,
maksimal hanya 5 data yang nilainya melebihi
nilai yang diperkirakan (Lucca, 2003).
4.2. Hubungan PPA dan amax
Hubungan PPA dan amax dianalisis dengan
melakukan
regresi
linier
sederhana
menggunakan data pada Tabel 2. Dari regresi
linier pada Gambar 5 dihasilkan koefiesin respon
analisis yang menunjukkan hubungan PPA dan
amax pada lereng highwall Pit Rama PT
(6)
65
3.5798amax3+
+2.1217amax
2
3.7988amax - 2.8998amax + 1.670
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
amax (g)
0.000
0.005
0.010
0.015
0.020
0.025
0.030
0.035
0.040
0.045
0.050
0.055
0.060
0.065
0.070
0.075
0.080
0.085
0.090
0.095
0.100
0.105
0.110
0.115
0.120
0.125
0.130
0.135
0.140
0.145
0.150
FK
1.670
1.656
1.642
1.628
1.614
1.600
1.587
1.573
1.560
1.547
1.534
1.522
1.509
1.497
1.485
1.473
1.461
1.449
1.437
1.426
1.415
1.403
1.392
1.381
1.371
1.360
1.350
1.339
1.329
1.319
1.309
No
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
49
50
51
52
53
54
55
56
57
58
59
60
61
62
amax (g)
0.155
0.160
0.165
0.170
0.175
0.180
0.185
0.190
0.195
0.200
0.205
0.210
0.215
0.220
0.225
0.230
0.235
0.240
0.245
0.250
0.260
0.270
0.280
0.290
0.300
0.310
0.320
0.330
0.340
0.350
0.360
FK
1.299
1.290
1.280
1.271
1.261
1.252
1.243
1.234
1.225
1.216
1.208
1.199
1.191
1.182
1.174
1.166
1.158
1.150
1.142
1.134
1.119
1.104
1.089
1.075
1.061
1.048
1.034
1.020
1.008
0.997
0.984
No
63
64
65
66
67
68
69
70
71
72
73
74
75
76
77
78
79
80
81
82
83
84
85
86
87
88
89
90
91
amax (g)
0.370
0.380
0.390
0.400
0.410
0.420
0.430
0.440
0.450
0.460
0.470
0.480
0.490
0.500
0.600
0.700
0.800
0.900
1.000
1.100
1.200
1.300
1.400
1.500
1.600
1.700
1.800
1.900
2.000
FK
0.972
0.960
0.948
0.937
0.926
0.915
0.904
0.893
0.883
0.873
0.863
0.853
0.844
0.834
0.749
0.677
0.616
0.561
0.514
0.472
0.435
0.403
0.373
0.345
0.319
0.297
0.277
0.258
0.240
(7)
67
68