Anda di halaman 1dari 47

PELIPUTAN BERITA

DAN PENULISAN BERITA

BAGAIMANA MELIPUT BERITA?

KOMPETISI

LOMBA

LOMBA

PAGELARAN - BUDAYA

ESENSI BELAJAR JURNALISTIK

Belajar jurnalistik, berarti mempelajari


sebuah proses aktifitas meliput (peliputan),
mengolah, dan menulis berita.
Proses peliputan adalah, suatu kegiatan yang
dilakukan dengan mengorek dan
mengumpulkan informasi, baik berupa data
maupun fakta di lapangan atau tempat
kejadian perkara, untuk ditulis dan
selanjutnya disajikan dalam bentuk berita di
media massa.

Meliput berita tentunya tidak sekadar


mendatangi lokasi TKP (tempat kejadian
perkara) saja. Sehingga dibutuhkan
keterampilan dan trik-trik khusus, yang
tentunya tidak sama atau berbeda-beda di
setiap daerah atau tempat liputan.

Untuk melakukan liputan, wartawan


mendatangi lokasi kejadian (TKP) untuk
observasi, mengorek keterangan sumber
berita lewat wawancara, serta melengkapi
tulisan lewat studi pustaka atau mengadakan
riset dokumentasi.

Untuk bisa memperoleh bahan berita yang


cukup dalam setiap peliputan, maka salah
satu sikap yang harus dikembangkan adalah
meningkatkan kepekaan dan insting yang
kuat pada diri seseorang (reporter/penulis).

Kepekaan itu bisa diasah dengan


meningkatkan kepedulian terhadap orang
lain.

Kepedulian itulah yang mendorong


seseorang (reporter/penulis)
mengamati berbagai peristiwa dalam
kehidupan orang lain, kemudian
memberitakan peristiwa itu, dengan
tujuan agar pembaca, paling tidak
dapat belajar dari apa yang terjadi
di sekitarnya.

Adanya kepedulian semacam itu,


menyebabkan penulis/reporter, tak lagi
menempatkan diri sebagai pekerja pasif
yang hanya menunggu penugasan dari
redaksi (atasan.)
Kepedulian terhadap kehidupan orang
lain, menjadi semacam panggilan dalam
dirinya untuk secara aktif turun ke
lapangan dan meliput peristiwa.

Orang awam, tentu akan kesulitan kemana


mencari bahan informasi. Karena itu,
reporter atau wartawan tidak cukup hanya
mengandalkan sumber-sumber berita yang
berasal dari peristiwa/kejadian.

Sumber berita di luar peristiwa/kejadian


tentunya harus digali sendiri, dengan
membuat agenda peliputan.

Seluruh informasi yang telah diserap /


diperoleh, sebelum dituangkan dalam bentuk
tulisan (berita) di media, juga masih harus
dipertimbangkan tingkat kelayakannya.
Sudahkan informasi yang kita peroleh,
memenuhi standar kelayakan informasi.
Kalau tidak, maka sia-sialah informasi yang
telah kita buru dan kita liput, karena tidak
layak muat atau tidak layak tayang, sebagai
sebuah berita di media

1. TEKNIK PELIPUTAN

Terjadinya suatu peristiwa tidak dengan


sendirinya menjamin tersedianya fakta yang
diperlukan untuk memberitakan peristiwa
tersebut, apalagi kalau wartawan / reporter
tidak menyaksikan sendiri peristiwa itu.
Fakta harus dicari dan dikumpulkan lewat
berbagai cara, dilihat hubungannya satu
sama lain dalam suatu peristiwa.
Berdasarkan fakta yang dikumpulkan itulah
kemudian berita ditulis.

Karena itu, mustahil wartawan / reporter


bisa menulis berita secara lengkap tanpa
harus melakukan liputan. Meliput berita
(news hunting), merupakan salah satu tugas
pokok wartawan untuk memperoleh berita
yang layak muat.
Untuk bisa meliput berita yang bagus
wartawan harus senantiasa mempertajam
insting dan kepekaannya, terkait dengan
kehidupan masyarakat di sekitarnya.

Ada beberapa pola atau cara yang biasa


ditempuh wartawan untuk mencari dan
mengumpulkan fakta, sebagai bahan berita.
Diantaranya dengan melakukan liputan
langsung ke lapangan atau tempat kejadian
perkara (TKP). Pola ini dilakukan dengan
teknik pengamatan langsung (observasi) atau
menjadi pengamat peserta (partisipan),
wawancara, dan riset dokumentasi.

A. OBSERVASI

Observasi dipakai jika wartawan secara


langsung menghadapi kejadian. Artinya,
wartawan berada secara fisik di tempat
kejadian dan dengan tangkapan inderawinya,
wartawan mencatat kesan tentang kejadian
itu.
Dengan demikian, fakta yang diperoleh lewat
pengamatan adalah hal-hal yang dapat dilihat,
didengar, dibaui, diraba, dirasa, atau dikecap
yang merupakan bagian dari suatu kejadian,
dan semua ini diamati sendiri oleh wartawan.

Dapat dibayangkan kalau wartawan harus


mendeskripsikan bentuk dan warna sesuatu
obyek, suara/bunyi, bau rasa di kulit, dan
rasa di lidah. Jika berhadapan dengan
seseorang misalnya, wartawan harus
mendeskripsikan postur, wajah, warna kulit,
warna rambut, dan sebagainya yang
berkaitan dengan kesan penglihatan.
Begitu pula dengan suara-suara yang
terdengar atau kesan-kesan yang ditangkap
oleh indera si wartawan.

Melakukan observasi sebenarnya sama dengan


memotret fakta dengan alat potret yang
terdapat pada diri seorang wartawan.
Berbeda dengan alat potret mekanis biasa,
hasilan potretan wartawan ini, berupa kesan
yang hanya bisa dilukiskan dengan kata-kata.
Kesan yang diungkapkan inilah yang disebut
dengan deskripsi faktual. Karena itu, potretan
wartawan sekali-kali tidak boleh dipengaruhi
oleh khayalan, keinginan, atau harapan sang
wartawan. Tapi murni kejadian atau fakta.

B. WAWANCARA

Wawancara dipakai sebagai cara untuk


memungut realitas yang tidak bisa dilakukan
dengan cara observasi atau studi
kepustakaan. Secara garis besar, fakta yang
bisa digali lewat wawancara meliputi:

1. KESAN INDERAWI ORANG LAIN

Yakni semua fakta yang meliputi suatu


kejadian yang tidak mampu terekam secara
langsung oleh wartawan, karena fakta atau
kejadian/peristiwanya telah
berlalu/berlangsung.

2. MENGOREK JATI DIRI

Mengorek jati diri seseorang, korban,


pelaku, saksi mata yang terkait langsung
dengan kejadian/peristiwa. Misal, nama,
tempat tinggal, umur, pekerjaan,
penghasilan, status perkawinan dan berbagai
atribut lain yang melekat pada diri mereka
(sumber berita).

Mengumpulkan pendapat, komentar, kesan-pesan,


harapan, cita-cita dan aspirasi seseorang terhadap
sesuatu hal.

3. MENGUMPULKAN PENDAPAT

Wawancara adalah satu hal penting bagi seorang


jurnalis. Wawancara merupakan kegiatan utama
jurnalistik. Tanpa wawancara tidak menarik isi
berita. Wawancara baik yang sifatnya panjang,
singkat atau dadakan merupakan pilar dari hampir
semua laporan. Bahkan ketika menulis feature pun
wawancara menjadi alat sangat penting.

PERSIAPAN WAWANCARA:

Baca dan lakukan riset sebelum wawancara.


Usahakan datang tepat waktu sesuai jadwal
yang telah dipesekati.
Fahami semua masalah/persoalan dari materi
yang akan diwawancarakan.
Mempersiapkan pengembangan gagasan bila
pertanyaan yang sudah disiapkan ternyata tidak
tepat sesuai harapan
Siapkan peralatan dengan baik. Alat rekam,
baterai, block note, alat tulis, apapun yang
mendukung wawancara jangan ketinggalan

Jalin kontak dengan ajudan atau staf yang dekat


dengan nara sumber, misalnya menteri apabila
diperlukan.

Jika wawancara dilakukan secara mendadak,


persiapan tidak begitu banyak, buat keputusan
satu dua ide langsung untuk dijadikan laporan
utama. Pengalaman melakukan wawancara akan
benyak membuat Anda terbiasa dengan ide-ide
spontan.

Menjaga performance dan penampilan dengan


menahan diri untuk tidak emosi, tidak
menyudutkan nara sumber, melakukan
interogerasi dan penekanan kepada nara
sumber. (ingat wartawan bukan polisi, jaksa,
atau hakim).

Ucapkan terima kasih dan penghargaan pada


nara sumber, mintalah kartu nama untuk
menghindari kekeliruan dalam menulis nama,
gelar jabatan, kepangkatan.

C. RISET DOKUMENTASI

Riset dokumentasi dilakukan sebagai upaya


untuk memperoleh fakta yang berasal dari
dokumentasi tertulis.
Fakta yang dimaksud bisa berupa angka yang
dituangkan dalam tabel, bisa berupa bagan,
atau wacana yang tersimpan sebagai
dokumen yang diarsip.

Tidak selalu data yang diperoleh dari dokumen


tertulis dapat digunakan begitu saja sebagai
fakta yang melengkapi tulisan.
Ada kalanya data yang tersedia masih
berbentuk data mentah, misalnya data
kependudukan terbitan BPS, yang disajikan
dalam bentuk tabel.
Data terkuantifikasi semacam ini, biasanya
membutuhkan pengolahan lebih lanjut, sebelum
diperoleh makna tertentu sesuai keperluan.
Data berbentuk wacana, misalnya, mungkin
hanya bisa dikutip sebagian (beberapa kalimat
atau alinea).

Data yang diperoleh dari dokumentasi


tertulis, yang diperlukan untuk penulisan,
bukan hanya data paling mutakhir saja.
Seringkali diperlukan data yang
menggambarkan suatu keadaan beberapa
tahun sebelumnya, yang menggambarkan
keadaan waktu itu, untuk dikaitkan dengan
keadaan sekarang.

Sebagai contoh, wartawan secara kebetulan


(berkat pengalaman sendiri atau diberi tahu
orang lain) mengetahui bahwa tiket pesawat
terbang untuk tujuan tertentu selalu habis
pada hari tertentu, dan mengakibatkan
banyak orang yang kecewa.
Tiket yang habis karena semakin banyak
orang bepergian ke tempat tertentu itu, tak
sebanding dengan jumlah penerbangan yang
tersedia.

Sudah tentu ada suatu alasan mengapa


semakin banyak orang bepergian dengan
pesawat terbang ke tempat tersebut pada
hari tertentu.
Mungkin karena di tempat tertentu itu ada
peluang bisnis, atau mungkin pula karena
tempat tertentu tersebut menjadi tujuan
wisata yang semakin disukai.

2. SUMBER-SUMBER BERITA

Meski wartawan dalam bekerja terikat oleh


tugas-tugas yang diberikan redaktur dalam
bentuk assignment, order.
Namun, hakikatnya wartawan adalah pekerja
profesional dan dituntut mandiri.
Artinya, ia tidak harus terus bergantung pada
penugasan yang diberikan redaksi
kepadanya.
Karena itu, tugas peliputan harus berjalan
terus, ada atau tidaknya penugasan redaksi

Bagaimana meliput berita? Memang banyak


wartawan pemula yang cenderung terpaku
pada peristiwa momentum yang layak
diberikan.
Wartawan seperti ini, kalau tidak ada
peristiwa atau momentum tidak menulis
berita. Sebenarnya, berita bisa ditulis kapan
saja, tidak harus menunggu ada momentum

SUMBER BERITA:

Untuk bisa menulis berita dengan produktif,


wartawan harus memperhatikan beberapa
hal, sebagai sumber berita:

1.
2.
3.
4.

Berita
Berita
Berita
Berita

Berdasar Peristiwa Momentum


Berdasarkan Peristiwa Teragenda
Lanjutan (Follow-up News)
Berdasarkan Peristiwa Fenomena

1. BERITA BERDASAR
PERISTIWA MOMENTUM

Berita ini ditulis berdasarkan terjadinya


suatu peristiwa yang timbul begitu saja
tanpa diduga sebelumnya.
Contoh berita jenis ini : berita terjadinya
kecelakaan lalu lintas, berita tentang
bencana alam, kebakaran, dsb.

2. BERITA BERDASARKAN
PERISTIWA TERAGENDA

Berita jenis ini ditulis berdasarkan suatu


peristiwa yang telah diketahui sebelumnya,
kapan peristiwa itu akan terjadi.
Contoh berita tentang peringatan HUT
Prokalamasi Kemerdekaan RI, Hari Raya Idul
Fitri, dan peringatan hari besar lainnya.

Berita Teragenda juga dapat diperoleh dari


press release (memberi penjelasan secara
tertulis kepada pers/wartawan), press
conference (konferensi pers, acara yang
sengaja dilakukan untuk memberi keterangan
kepada wartawan), dan press tour (acara
tour dengan mengundang wartawan untuk
melihat objek yang akan diberitakan, ke
pabrik, tempat wisata, dan lokasi lainnya).

3. BERITA LANJUTAN
(FOLLOW-UP NEWS)

Berita jenis ini ditulis berdasar kelanjutan


dari penulisan berita sebelumnya.
Biasanya dimaksudkan untuk memberitakan
perkembangan suatu berita terdahulu,
terhadap suatu peristiwa, atau bisa juga
mengungkap sisi lain dari berita yang pernah
ditulis wartawan atau media lain.

4. BERITA BERDASARKAN
PERISTIWA FENOMENA

Berita jenis ini ditulis berdasarkan suatu


fenomena. Peristiwa fenomena itu sendiri
berlangsung seolah tanpa memiliki petunjuk
yang jelas, sehingga hanya dapat diketahui
dengan mengamati berbagai gejalanya.
Contoh munculnya gejala yang ditunjukkan
warga masyarakat tertentu dengan merubah
kebiasaan dari mengkonsumsi beras menjadi
jagung, tiwul, gaplek, atau makanan
alternative lain.

Fenomena ini bisa dicari permasalahannya,


mungkin kekeringan, kemiskinan, kelaparan
dan gejala lainnya.

STANDAR KELAYAKAN BERITA

Dalam memungut informasi di lapangan,


wartawan harus selalu memperhatikan
beberapa hal yang menjadi karakteristik
informasi yang layak menjadi bahan berita.

Yakni, wartawan harus selalu memperhatikan


nilai penting dan menariknya sebuah fakta.

SECARA UMUM

Standar kelayakan berita meliputi, unsur:

1. Faktual

2. Aktual

3. Obyektif

Faktual, artinya fakta yang disajikan haruslah


berdasarkan fakta (kejadian yang sebenarnya),
bukan sesuatu yang direka-reka ataupun sekadar
opini piblik.

Aktual, artinya fakta yang diberitakan masih


hangat atau masih menjadi pembicaraan, atau
masih ada kaitannya dengan masalah yang
sedang dibicarakan masyarakat.

Obyektif, artinya fakta yang disajikan haruslah


apa adanya, tidak dilebih-lebihkan ataupun
dikurangi.

SECARA KHUSUS
Standar Kelayakan Berita secara khusus
meliputi :

Significance (Penting)
Magnitude (Besaran)
Timeliness (Waktu)
Proximity (Kedekatan)
Prominance (Keterkemukaan/ketenaran)
Human Interest (Sentuhan Manusiawi)

Significance (Penting), yaitu kejadian yang


berkemungkinan mempengaruhi kehidupan
orang banyak, atau kejadian yang
mempunyai akibat terhadap kehidupan
pembaca.

Magnitude (Besaran), yaitu kejadian yang


menyangkut angka-angka yang berati bagi
kehidupan orang banyak.

Timeliness (Waktu), yaitu kejadian yang


menyangkut hal-hal yang terjadi, atau baru
dikemukakan.

Proximity (Kedekatan), yaitu kejadian yang


dekat bagi pembaca, baik secara geografis
maupun emosional.

Prominance (Keterkemukaan/ketenaran),
yaitu menyangkut hal-hal yang terkenal atau
sangat dikenal pembaca, baik tempat maupun
orang/tokoh.

Human Interest (Sentuhan Manusiawi), yaitu


kejadian yang memberi sentuhan perasaan
kepada pembaca, kejadian menyangkut orang
biasa dalam peristiwa luar biasa atau
sebaliknya.

Anda mungkin juga menyukai