Anda di halaman 1dari 9

POMR

Nama
: Mr. X
Umur
: 59 th
Jenis Kelamin : Laki - laki
Tanggal Periksa
:
Jam Periksa
:

Summary Of Data Base


Laki - laki 59 Tahun
Keluhan Utama:
- Sesak Nafas
Anamnesis
RPS
Sasak nafas sejak 1
minggu
Memberat
jika
dipakai jalan dan
berkurang
jika
istirahat
Batuk

batuk
terutama malam hari
Kaki bengkak sejak
5 hari
Perut terasa sebah
Beberapa
bulan
mengeluh
nafas
ngos-ngosan kalau
jalan agak jauh,
denga istirahat sesak
bekurang
RPD
- DM sejak 4 tahun
- Hipertensi 6 tahun
tidak terkontrol

Clue & Cue

Problem List

Laki laki 59 1. Congestive


Tahun
Heart
Failure
- Dyspneu
- Batuk malam
hari
- Odem tungkai
- Perut sebah
- DM 4 th yll
- Hipertensi 6 th
tdk terkontrol
- Nadi,
RR,
Tensi
- JVP R+5 cm
H20
- Kardiomegali
- Hepatomegali
- GDA : 246
mg/dl

Initial Diagnose
1. Congestive
Heart
Failure

Diagnose

Therapy

Planning
Monitoring
-

Educa
-

Pemeriksaan Fisik
- Tampak sesak
- BMI 23 kg/m2
- Vital sign :
GCS 456, tensi
170/100
mmHg,
Nadi 112 x/mnt,
RR 32 x/mnt,
Suhu axilar 36.7 C
- Pmx Leher :
JVP R+5 cm H20
- Pmx Paru :
Rhonki (+) pada
kedua paru
- Pmx jantung :
Batas jantung AAL
ICS V, batas kanann
MSL ICS IV, suara
gallop (+), HR 112
x/menit reguler
- Pmx Abdomen:
Liver span 14 cm,
Lien dbn, shifting
dulness (-), edema
tungkai (+)
Pemeriksaan
Laboratorium
- GDA : 246 mg/dl

SOAP

Subjective

Objective

Assessment

Planning

PENGOBATAN TBC ( http://medicastore.com/tbc/pengobatan_tbc.htm )


Pengobatan TBC Kriteria I (Tidak pernah terinfeksi, ada riwayat kontak, tidak menderita TBC) dan II (Terinfeksi TBC/test tuberkulin
(+), tetapi tidak menderita TBC (gejala TBC tidak ada, radiologi tidak mendukung dan bakteriologi negatif) memerlukan pencegahan
dengan pemberian INH 510 mg/kgbb/hari.
1. Pencegahan
(profilaksis)
primer
Anak
yang
kontak
erat
dengan
penderita
TBC
BTA
(+).
INH
minimal
3
bulan
walaupun
uji
tuberkulin
(-).
Terapi profilaksis dihentikan bila hasil uji tuberkulin ulang menjadi (-) atau sumber penularan TB aktif sudah tidak ada.
2. Pencegahan
Anak
dengan
infeksi
TBC
yaitu
Profilaksis diberikan selama 6-9 bulan.

uji

(profilaksis)
tuberkulin
(+)

tetapi

tidak

ada

gejala

sakit

sekunder
TBC.

Obat yang digunakan untuk TBC digolongkan atas dua kelompok yaitu :
o Obat
primer
:
INH
(isoniazid),
Rifampisin,
Etambutol,
Streptomisin,
Pirazinamid.
Memperlihatkan efektifitas yang tinggi dengan toksisitas yang masih dapat ditolerir, sebagian besar penderita dapat
disembuhkan dengan obat-obat ini.
o Obat sekunder : Exionamid, Paraaminosalisilat, Sikloserin, Amikasin, Kapreomisin dan Kanamisin.
Dosis obat antituberkulosis (OAT)
Obat

Dosis
harian
(mg/kgbb/hari)

Dosis
2x/minggu
(mg/kgbb/hari)

Dosis
(mg/kgbb/hari)

INH

5-15 (maks 300 mg)

15-40 (maks. 900 mg)

15-40 (maks. 900 mg)

Rifampisin

10-20 (maks. 600 mg)

10-20 (maks. 600 mg)

15-20 (maks. 600 mg)

3x/minggu

Pirazinamid

15-40 (maks. 2 g)

50-70 (maks. 4 g)

15-30 (maks. 3 g)

Etambutol

15-25 (maks. 2,5 g)

50 (maks. 2,5 g)

15-25 (maks. 2,5 g)

Streptomisin

15-40 (maks. 1 g)

25-40 (maks. 1,5 g)

25-40 (maks. 1,5 g)

Sejak 1995, program Pemberantasan Penyakit TBC di Indonesia mengalami perubahan manajemen operasional, disesuaikan dengan
strategi global yanng direkomendasikan oleh WHO. Langkah ini dilakukan untuk menindaklanjuti Indonesia WHO joint
Evaluation dan National Tuberkulosis Program in Indonesia pada April 1994. Dalam program ini, prioritas ditujukan pada
peningkatan mutu pelayanan dan penggunaan obat yang rasional untuk memutuskan rantai penularan serta mencegah meluasnya
resistensi kuman TBC di masyarakat. Program ini dilakukan dengan cara mengawasi pasien dalam menelan obat setiap hari,terutama
pada fase awal pengobatan.
Strategi DOTS (Directly Observed Treatment Short-course) pertama kali diperkenalkan pada tahun 1996 dan telah diimplementasikan
secara meluas dalam sistem pelayanan kesehatan masyarakat. Sampai dengan tahun 2001, 98% dari populasi penduduk dapat
mengakses pelayanan DOTS di puskesmas. Strategi ini diartikan sebagai "pengawasan langsung menelan obat jangka pendek oleh
pengawas pengobatan" setiap hari.
Indonesia adalah negara high burden, dan sedang memperluas strategi DOTS dengan cepat, karenanya baseline drug susceptibility
data (DST) akan menjadi alat pemantau dan indikator program yang amat penting. Berdasarkan data dari beberapa wilayah,
identifikasi dan pengobatan TBC melalui Rumah Sakit mencapai 20-50% dari kasus BTA positif, dan lebih banyak lagi untuk kasus
BTA negatif. Jika tidak bekerja sama dengan Puskesmas, maka banyak pasien yang didiagnosis oleh RS memiliki risiko tinggi dalam
kegagalan pengobatan, dan mungkin menimbulkan kekebalan obat.
Akibat kurang baiknya penanganan pengobatan penderita TBC dan lemahnya implementasi strategi DOTS. Penderita yang mengidap
BTA yang resisten terhadap OAT akan menyebarkan infeksi TBC dengan kuman yang bersifat MDR (Multi-drugs Resistant). Untuk
kasus MDR-TB dibutuhkan obat lain selain obat standard pengobatan TBC yaitu obat fluorokuinolon seperti siprofloksasin, ofloxacin,
levofloxacin (hanya sangat disayangkan bahwa obat ini tidak dianjurkan pada anak dalam masa pertumbuhan).
Pengobatan TBC pada orang dewasa

Kategori
1
:
2HRZE/4H3R3
Selama 2 bulan minum obat INH, rifampisin, pirazinamid, dan etambutol setiap hari (tahap intensif), dan 4 bulan selanjutnya

minum
obat
Diberikan kepada:

INH

dan

rifampisin

tiga

kali

dalam

seminggu

(tahap

lanjutan).

o Penderita baru TBC paru BTA positif.


o Penderita TBC ekstra paru (TBC di luar paru-paru) berat.

Kategori
Diberikan kepada:

HRZE/5H3R3E3

o Penderita kambuh.
o Penderita gagal terapi.
o Penderita dengan pengobatan setelah lalai minum obat.

Kategori
Diberikan kepada:

2HRZ/4H3R3

o Penderita BTA (+) dan rontgen paru mendukung aktif.


Pengobatan TBC pada anak
Adapun dosis untuk pengobatan TBC jangka pendek selama 6 atau 9 bulan, yaitu:
1. 2HR/7H2R2 : INH+Rifampisin setiap hari selama 2 bulan pertama, kemudian INH +Rifampisin setiap hari atau 2 kali
seminggu selama 7 bulan (ditambahkan Etambutol bila diduga ada resistensi terhadap INH).
2. 2HRZ/4H2R2 : INH+Rifampisin+Pirazinamid: setiap hari selama 2 bulan pertama, kemudian INH+Rifampisin setiap hari
atau 2 kali seminggu selama 4 bulan (ditambahkan Etambutol bila diduga ada resistensi terhadap INH).
Pengobatan TBC pada anak-anak jika INH dan rifampisin diberikan bersamaan, dosis maksimal perhari INH 10 mg/kgbb dan
rifampisin 15 mg/kgbb.

Dosis anak INH dan rifampisin yang diberikan untuk kasus:

TB tidak berat
INH

: 5 mg/kgbb/hari

Rifampisin

: 10 mg/kgbb/hari

TB berat (milier dan meningitis TBC)


INH

: 10 mg/kgbb/hari

Rifampisin

: 15 mg/kgbb/hari

Dosis prednison

: 1-2 mg/kgbb/hari (maks. 60 mg)

Terapi awal sebelum dilakukan pemerksaan penunjang lebih lanjut


1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.

Pertahankan jalan nafas cegah asfiksia


O2 masker 6 Lrpm untuk sesak
Istirahatkan pasien, miringkan ke arah sisi paru sumber perdarahan
Infus RL untuk cairannya
Diet TKTP (tinggi kalori tinggi protein)
Paracetamol 3 x 500 mg untuk febris
Tablet Fe dan vitamin C untuk pe Hb
Asam Tareksamat dpt digunakan untuk mengurangi perdarahan
Tapi untuk terapi batuk sementara

Terapi lingkungan
1. `

Anda mungkin juga menyukai