Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN KASUS

SUBDIVISI BEDAH PLASTIK


Identitas Pasien
Nama

: Tn. M

JK

: Laki-laki

Umur

: 41 tahun

RM

: 648615

MRS

: 27/01/2014

Jaminan

: JKN

Ruangan

: L2 Unit Luka Bakar Bed 1

Anamnesis
Keluhan Utama

: luka bakar listrik

Anamnesis Terpimpin :Dialami kurang lebih 3 jam sebelum masuk rumah sakit.
Akibat kecelakaan kerja. Riwayat pingsan (-), riwayat
mual(-), muntah (-), riwayat kejang (-).Mekanisme
trauma: Pasien sedang memasang instalasi listrik tiba
tiba secara tidak sengaja menyentuh kabel listirk, pasien
terlempar dan jatuh ke lantai.
Pemeriksaan Fisik
Primary Survey
Airway:
Bebas, (paten)
Breathing:
Dada simetris, Pernapasan: 22x/menit, krepitasi(-), BP:vesikuler, BT:Rh-/- Wh-/Circulation:
Tensi: 140/90 mmHg, Nadi: 94x,reguler
Disability:
GCS 15 (E4M6V5), pupil:isokor, diameter 2mm/2mm
Enviroment:
Suhu axilla: 36,5C
1

Secondary Survey
Status Regional
Regio colli anterior:
I

: Tampak luka bakar 8%

: NT (+)

Thorax :
I

: Tampak luka bakar 15%

: MT (-), NT (+)

Abdomen :
I

: Tampak luka bakar 9%

: Nyeri tekan (+)

Regio Ektremitas Inferior Dextra


I

: tampak luka bakar 9%

: Nyeri tekan (+)

Regio Ektremitas Inferior Sinistra


I

: tampak luka bakar 9%

: Nyeri tekan (+)

Regio penis
I

: tampak luka bakar 1%

: Nyeri tekan (+)

Foto Klinis

Pemeriksaan Penunjang27/01/2014

Resume
Seorang pasien laki-laki umur 41 tahun, masuk rumah sakit dengan keluhan luka
bakar listrik dialami kurang lebih 3 jam sebelum masuk rumah sakit. Riwayat
pingsan (-), riwayat mual (-), muntah (-), riwayat kejang (-).Pasien sedang
memasang instalasi listrik tiba tiba secara tidak sengaja menyentuh kabel listirk,
pasien terlempar dan jatuh ke lantai.
Diagnosis
Luka bakar listrik 51%

Rencana Terapi
Resusitasi A,B,C
Airway: Clear
Breathing: O2 2-4 Lpm
Circulation: Resusitasi Cairan
Ceftriaxon 1gr/12jam/IV
Ranitidine 1amp/8jam/IV
Ketorolac 1amp/8jam/IV
Rawat luka dengan Burnazin.
Pada 24 jam pertama:
Resusitasi cairan dengan menggunakan cara Baxter/Parkland (1974):
4 ml/kgBB/% luka bakar
4 mL kristaloid x BB x luas luka bakar =4 x 70 kg x 51% = 14280ml (/24 jam)
8 jam pertama : 7140 ml/8 = 892.5ml/jam
8jam 3jam = 5jam x 892.5 = 4462,5ml
Tetes: (4462,5ml x 20) / (5x60) = 186 tts/menit
16 jam kedua : 7140 ml (7140ml x 20 )/16x60 = 149 tts/ menit
Resusitasi cairan lanjut
Periksa lab. DR, KD.
Monitoring resusitasi
Urin (0,5-1 cc/kgBB/jam) = 35 70 cc/ jam via kateter. Kesan cukup
-

Ganti verban dan rawat luka dengan burnazin salf

Medikasi : Ceftriaxone 1 gr/12 jam/iv


Ranitidin 50 mg/8 jam/iv
Ketorolac 30 mg/8 jam/iv
Injeksi TT : 1 cc im

TINJAUAN PUSTAKA
RESUSITASI CAIRAN PADA LUKA BAKAR
Luka bakar adalah suatu bentuk kerusakan atau kehilangan jaringan
yang disebabkan kontak dengan sumber panas (suhu, bahan kimia, listrik).Luas
dan dalamnya luka bakar terhantung dari sumber panasnya dan lama kontak
dengan kulit.Suhu di atas 50 C akan menyebabkan nekrosis jaringan, terutama
jika terpapar pada kulit yang tipis seperti pada anak-anak atau orang tua.
Luka bakar menyebabkan sejumlah besar penyimpanan cairan di daerah
yang cedera, dan ketika ukuran lebih dari TBSA 20%, proses ini menjadi luas.
Edema terbentuk dalam jumlah besar, dan apabila kombinasi dengan kehilangan
cairan saat penguapan karena dari permukaan luka bakar yang lembab secara
signifikan akan mengurangi volume plasma. Hal ini akan menyebabkan
hipovolemia intravaskuler, yang jika tidak diperbaikidapat menyebabkan
kegagalan sistem organ, terutama gagal ginjal.
Kerusakan termal menyebabkan perubahanmikrosirkulasi baik lokal di
bagian yang cedera dan di tempat lain. Luka bakar membentuk tiga zona
penurunan kerusakan, yaitu:
1. Zona sentral nekrosis koagulatif.
2. Zona intermediate, ditandai dengan aliran darah yang statis.
3. Zona perifer luar menunjukkan vasodilatasi, peningkatan aliran darah dan
hiperemia.

Mediator diproduksi dan dilepaskan di area luka bakar yang mengubah


integritas membran pembuluh darah dan meningkatkan permeabilitas. Mediator
ini termasuk histamin, serotonin, prostaglandin, bradikinin dan vasokonstriktor
poten seperti tromboksan dan angiotensin.
Pada luka bakar yang besar (TBSA 20-30 %), jumlah mediator-mediator
tersebut yang dihasilkan di area luka bakar sangat besar sehingga permeabilitas
5

pembuluh darah makin meluas, yang menyebabkan edema generalisata. Syok


hipovolemik segera terjadi. Selain itu, gangguan anatomi lapisan mikrovaskular
endotel dapat dideteksi dengan mikroskop elektron.
Anak-anak memiliki cadangan fisiologis yang terbatasdan permukaan
rasio massa yang lebih besar dibandingkan dengan orang dewasa. Ambang di
mana resusitasi cairan yang diperlukan pada anak lebih rendah dari pada orang
dewasa (sekitar 10 %) dan cenderung membutuhkan volume yang lebih besar per
kilogram. Bahkan, peningkatan kebutuhan cairan ini sama dengan kebutuhan
volume dari kebutuhan normal yang dihitung dengan menggunakan rumus
resusitasi cairan. Trauma inhalasi meningkatkan kebutuhan cairan. Pembentukan
edema berhenti antara 18-30 jam pasca luka bakar. Oleh karena itu, durasi
resusitasi bervariasi, tetapi dapat diketahui apabila volume yang dibutuhkan untuk
mempertahankan pengeluaran urin yang adekuat sama dengan untuk kebutuhan
pemeliharaan.
TINDAKAN PENYELAMATAN SEGERA PADA LUKA BAKAR
a. Airway
Laring dapat melindungi subglottis dari trauma panas langsung, tetapi
supraglotis sangat mudah mengalami obstruksi akibat trauma panas.
Diperlukan kewaspadaan adanya obstruksi yang mengancam jalan napas
pada trauma panas karena tanda-tanda terjadinya obstruksi napas pada
saat-saat awal tidak jelas. Dalam menangani penderita luka bakar di
rumah sakit, dokter harus waspada kemungkinan terjadinya gangguan
jalan napas, mengenali tanda-tanda sumbatan jalan napas dan segera
mulai tindakan penanggulangannya.
Indikasi klinis adanya trauma inhalasi antara lain:
1. Luka bakar yang mengenai wajah dan atau leher
2. Alis mata dan bulu hidung hangus
3. Adanya timbunan karbon dan tanda peradangan akut orofaring
4. Sputum yang mengandung karbon/arang
5. Suara serak
6. Riwayat gangguan mengunyah dan atau terkurung dalam api
6

7. Luka bakar kepala dan badan akibat ledakan


8. Kadar karboksihemoglobin lebih dari 10% setelah berada di tempat
kebakaran.
Bila ditemukan salah satu dari keadaan di atas, sangat mungkin terjadi
trauma inhalasi yang memerlukan penanganan dan terapi definitive,
termasuk pembebasan jalan napas. Trauma inhalasi merupakan indikasi
untuk merujuk ke pusat luka bakar. Bila perjalanan ke pusat rujukan
memakan waktu lama, sebelum dirujuk harus dilakukan intubasi terlebih
dahulu untuk menjamin jalan napas. Selain itu adanya stridor juga
merupakan indikasi untuk segera melakukan intubasi. Luka bakar yang
melingkari leher mengakibatkan pembengkakan jaringan sekitar jalan
napas, sehingga pada keadaan seperti ini juga merupakan indikasi untuk
memasang intubasi secara dini.
b. Menghentikan Proses Trauma Bakar
Segera tanggalkan pakaian untuk menghentikan proses trauma bakar.
c. Pemberian Cairan Intravena
Setiap penderita luka bakar lebih dari 20% luas permukaan tubuh
memerlukan cairan infuse. Setelah jalan napas bebas dan pengenalan
(identifikasi) serta penanganan cedera yang mengancam jiwa selesai
dilakukan, pemasangan infuse segera dilakukan. Kateter vena ukuran
besar dipasang pada vena perifer. Sebaiknya infuse dipasang pada daerah
yang tidak terkena luka bakar, namun dalam keadaan terpaksa vena pada
daerah luka bakar pun bisa dipergunakan bila mudah dilakukan. Vena
ekstremitas atas menjadi pilihan, karena bila dipasang pada ekstremitas
inferior, komplikasi terjadinya flebitis pada vena safena cukup tinggi.
Cairan yang diberikan dimulai dengan Ringer Laktat (RL) sedangkan
jumlah cairan akan diuraikan kemudian.

Resusitasi Cairan
Tujuan manajemen cairan pada luka bakar mayor adalah untuk menjaga
perfusi jaringan pada fase awal trauma bakar karena hipovolemik bisa terjadi
akibat ekstravasasi cairan dari kompartemen intravascular.
Luka bakar dengan luas kurang dari 20% berhubungan dengan
perpindahan cairan minimal dan secara umum bisa diresusitasi dengan hidrasi
oral, kecuali kasus pada wajah, tangan dan daerah genital, begitu pula dengan luka
bakar pada anak dan orang tua. Jika 15-20% dari total body surface area (TBSA)
menjadi luka bakar, sindrom respon inflamasi sistemik diinisiasi dan terjadi
perpindahan cairan yang massif, sehingga edema dan syok bisa terjadi.
Direkomendasikan untuk memulai resusitasi cairan intravascular ketika luas luka
bakar lebih dari 20%. Dengan kata lain, pasien dengan luka bakar mayor, rute
intravascular menjadi pilihan.

Estimasi Kebutuhan Cairan


Luas luka bakar dihitung menurut Rule of Nines atau grafik luka bakar
tubuh jika tersedia. Jika memungkinkan, pasien ditimbang atau berat yang
diperoleh ketika melakukan anamnesis. Informasi ini kemudian akan digunakan
dalam rumus cairan resusitasi.
Dewasa

: 3-4 ml kristaloid x kg berat badan x persen (%) luka bakar

Anak-anak

: 3-4 ml kristaloid x kg berat badan x persen (%) luka bakar

ditambah maintenance sebesar 5 %, Glucosein 0,45 % ( normal) saline.

Gambar 1. Rule of Nines pada dewasa dan anak-anak.


Volume yang dihitung adalah estimasi kebutuhan cairan selama 24 jam
pertama. Pembentukan edema paling cepat sesaat setelah trauma:

Setengah dari volume dihitung diberikan di 8 jam pertama, dan setengah lainnya
diberikan selama 16 jam berikut.

Cairan maintenance untuk anak-anak diberikan pada tingkat yang konstan selama
24 jam.

Langkah ini tidak sebanding dengan pengurangan edema yang bertahap


dan ditekankan bahwa rumus ini hanya pedoman yang harus disesuaikan dengan
kebutuhan seseorang.Jika pengeluaran urin yang tidak cukup, diberikan cairan
lebih 5-10 ml/kg atau meningkatkan cairan pada jam berikutnya hingga 150% dari
volume yang direncanakan.

Dalam 24 jam kedua setelah luka bakar, cairan koloid dapat digunakan
untuk mengembalikan volume darah dengan rumus:
0,5 ml dari 5 % albumin x kg berat badan x % luka bakar

Selain itu, larutan elektrolit harus diberikan dengan memperhitungkan


kehilangan cairan akibat penguapan dan maintenance. Muntah biasanya

ditemukan dan kehilangan cairannya harus diganti. Cairan yang biasa digunakan
adalah:Normal Saline + Kalium ( + dextrose untuk anak-anak ) .
Formula yang sering digunakan untuk manajemen cairan pada luka bakar
mayor yaitu Parkland, modified Parkland, Brooke, modified Brooke, Evans dan
Monafos formula.
a. Parkland formula
1. 24 jam pertama: cairan Ringer Laktat (RL) 4 mL/kgBB untuk setiap
1% permukaan tubuh yang terbakar pada dewasa dan 3 mL/kgBB
untuk setiap 1% permukaan tubuh yang terbakar pada anak. Cairan RL
ditambahkan untuk maintenance pada anak:
-

4 mL/kg BB/jam untuk anak dengan berat 0-10 kg

40 mL/jam + 2 mL/jam untuk anak dengan berat 10-20 kg

60 mL/jam + 1 mL/kg BB/jam untuk anak dengan berat 20 kg atau


lebih.

Formula ini direkomendasikan tanpa koloid di 24 jam pertama.


2. 24 jam selanjutnya: koloid diberikan sebesar 20-60% dari kalkulasi
volume plasma. Tanpa kristaloid. Glukosa pada air ditambahkan untuk
mempertahankan output urin 0,5 1 mL/jam pada dewasa dan 1
mL/jam pada anak.
b. Modified Parkland formula
1. 24 jam pertama: RL 4 mL/kg BB untuk setiap 1 % permukaan tubuh
yang terbakar (dewasa).
2. 24 jam selanjutnya: mulai infuse koloid dengan albumin 5% 0,3 1
mL/kgBB untuk setiap 1% permukaan tubuh yang terbakar/16 jam.
c. Brooke formula
1. 24 jam pertama: cairan RL 1,5 mL/kgBB untuk setiap 1% permukaan
tubuh yang terbakar ditambah koloid o,5 mL/kg BB untuk setiap 1%
permukaan tubuh yang terbakar ditambah 2000 mL glukosa dalam air.
2. 24 jam selanjutnya: RL 0,5 mL/kg BB untuk setiap 1% permukaan
tubuh yang terbakar dan jumlah yang sama dari glukosa dalam air pada
24 jam pertama.

10

d. Modified Brooke
1. 24 jam pertama: tanpa koloid. Cairan RL 2 mL/kg BB untuk setiap 1%
permukaan tubuh yag terbakar (dewasa) dan 3 mL/kg BB untuk setiap
1% permukaan tubuh yang terbakar (anak).
2. 24 jam selanjutnya: koloid 0,3-0,5 mL/kg BB untuk setiap 1%
permukaan tubuh yang terbakar dan tanpa kristaloid. Glukosa di air
ditambahkan untuk mempertahankan output urin yang cukup.
e. Evans formula
1. 24 jam pertama: kristaloid 1 mL/kgBB untuk setiap 1% permukaan
tubuh yang terbakar ditambah koloid 1 mL/kg BB untuk setiap 1%
permukaan tubuh yang terbakar ditambah 2000 mL glukosa di air.
2. 24 jam selanjutnya: kristaloid 0,5 mL/kg BB untuk setiap 1%
permukaan tubuh yng terbakar ditambah glukosa di air dengan jumlah
yang sama pada 24 jam pertama.
f. Monafo formula
Monafo merekomendasikan menggunakan cairan yang mengandung Na
250 mEq, laktat 150 mEq, dan Cl 100 mEq. Jumlah ditambahkan seuai
dengan output urin. 24 jam selanjutnya, cairan dititrasi dengan 1/3 normal
saline sesuai dengan output urin.
Formula yang bisa digunakan untuk anak-anak:
a. Shriners Cincinnati
1. Anak yang lebih tua: cairan Ringer Laktat (RL) 4 mL/kg BB untuk
setiap 1% permukaan tubuh yang terbakar + 1500 mL/m 2 total (1/2
volume total diberikan 8 jam pertama, dan sisa volume totalnya
diberikan pada 16 jam selanjutnya.
2. Anak yang lebih muda: 4 mL/kg BB untuk setiap 1% permukaan tubuh
yang terbakar + 1500 mL/m2 total, pada 8 jam pertama cairan RL + 50
mEq NaHCO3. Cairan RL di 8 jam kedua. Albumin 5% pada cairan RL
pada 8 jam ketiga.
b. Galveston

11

24 jam pertama: RL 5000 mL/m2 + 2000 mL/m2 total (1/2 volume total
pada 8 jam pertama, dan sisanya pda 16 jam selanjutnya.
Pilihan Cairan
Resusitasi luka bakar yang ideal adalah mengembalikan volume plasma dengan
efektif tanpa efek samping. Kristaloid isotonic, cairan hipertonik, dan koloid telah
digunakan untuk tujuan ini, namun setiap cairan memiliki kelebihan dan
kekurangan. Tak satupun dari mereka ideal, dan tak ada yang lebih superior
dibanding yang lain.
1. Kristaloid isotonic
Kristaloid tersedia dan lebih murah dibanding alternative lain. Cairan RL,
cairan Hartmann (sebuah cairan yang mirip dengan RL) dan NaCl 0,9%
adalah cairan yang sering digunakan. Ada beberapa efek samping dari
kristaloid: pemberian volume NaCl 0,9%

yang besar memproduksi

hyperchloremic acidosis, RL meningkatkan aktivasi neutrofil setelah


resusitasi untuk hemoragik atau setelah infuse tanpa hemoragik. RL
digunakan oleh sebagian besar rumah sakit mengandung campuran ini.
Efek samping lain yang telah didemonstrasikan yaitu kristaloid memiliki
pengaruh yang besar pada koagulasi.
Meskipun efek samping ini, cairan yang paling sering digunakan untuk
resusitasi luka bakar di Inggris dan Irlandia adalah cairan Hartmann (unit
dewasa 76%, unit anak 75%). Sedangkan RL merupakan tipe cairan yang
paling sering digunakan di US dan Kanada.
2. Cairan hipertonik
Pentingnya ion Na di patofisiologi syok luka bakar telah ditekankan oleh
beberapa studi sebelumnya. Na masuk ke dalam sel shingga terjadi edema
sel dan hipo-osmolar intravascular volume cairan. Pemasangan infus
cairan hipertonik yang segera telah dibuktikan meningkatkan osmolaritas
plasma dan membatasi edema sel. Penggunaan cairan dnegan konsentras
250 mEq/L, Moyer at al. mampu mendapatkan resusitasi fisologis yang
efektif dengan total volume yang rendah dibandingkan cairan isotonic
pada 24 jam pertama. Namun Huang et al. menemukan bahwa setelah 48
jam pasien yang diterapi dengan cairan hipertonik atau RL memberikan
12

hasil yang sama. Mereka juga mendemonstrasikan bahwa resusitasi cairan


hipertonik berhuungan dengan peningkatan insidens gagal ginjal dan
kematian. Saat ini, resusitasi dengan cairan hipertonik menjadi pilihan
menarik secara fungsi fisiologis sesuai teorinya, tetapi memerlukan
pemantauan ketat dan resiko hipernatremi dan aggal ginjal menjadi
perhatian utama.
3. Koloid
Kebocoran dan akumulasi protein plasma di luar komparemen vaskular
memberikan kontribusi pada pembentukan edema. Kebocoran kapiler bisa
bertahan hingga 24 jam setelah trauma bakar. Peneliti lain menemukan
ekstravasasi ekstravasasi albumin berhenti 8 jam setelah trauma bakar.
Koloid sebagai cairan hiperosmotik, digunakan untuk meningkatkan
osmolalitas intravascular dan menghentikan ekstravasasi kristaloid.
Pemantauan resusitasi cairan yang adekuat
Metode yang baik dan sederhana untuk pemantauan resusitasi cairan
adalah dengan menakarproduksi urin:
Dewasa

: 0.5ml/kg/hr = 30-50ml/hour

Anak-anak (<30kg)

: 1.0ml/kg/hr (kisaran 0.5-2ml/kg/hr)

Jika produksi urin tidak jauh dari perhitungan tersebut, maka dapat
disimpulkan perfusi organ adekuat.Produksi urine yang banyak menunjukkan
resusitasi cairan yang berlebihan dengan pembentukan edema yang tidak
dibutuhkan, urin yang sedikit menunjukkan perfusi jaringan yang buruk dan
kemungkinan terjadi kerusakan seluler.
Jelas, bahwa kateter urin sangat penting untuk pemantauan yang akurat
yang diberikan pada pasien luka bakar.

>10 % TBSA pada anak-anak

>20 % TBSA pada orang dewasa

Pemantauan hemodinamik invasif sentral jarang dilakukan dan digunakan


pada pasien dengan masalah jantung yang pre-morbid atau cedera yang bersamaan
yang menyebabkan kehilangan darah seperti patah tulang multiple.
13

Keasaman yang signifikan (pH 7,35) yang terdeteksi pada analisis gas
darah arteri sering menunjukkan perfusi jaringan yang tidak memadai dan
biasanya karena asidosis laktat. Peningkatan resusitasi cairan dibutuhkan. Jika
tidak berhasil memulihkan pH atau jika terdapat haemokromogens dalam urin,
pertimbangkan bikarbonat setelah berkonsultasi dengan ICU. Asidosis juga
menunjukkan kebutuhan, atau ketidakcukupan, escharotomy .
Pengukuran tekanan darah dengan sphygmomanometer tidak akurat
karena pembentukan edema dan pengukuran yang akurat hanya dapat diperoleh
melalui jalur arteri. Ini direkomendasikan untuk luka bakar luas.Denyut jantung
biasanya meningkat pada pasien dengan luka bakar karena rasa sakit dan emosi
sehingga denyut jantung merupakan indikator jelek dalam menilai adekuatnya
resusitasi cairan.
Serum elektrolit harus diukur pada awalnya dan secara berkala.
Hiponatremia ringan sering disebabkan oleh pengenceran dari cairan infus,
tergantung pada konsentrasi natrium kristaloid yang digunakanan (NaCl larutan
Hartmann adalah hanya 130 mEq/l). Hiperkalemia sering terjadi pada kerusakan
jaringan oleh listrik. Bikarbonat dan glukosa ditambah insulin mungkin
diperlukan untuk mengatasi masalah ini. Gelisah, sedasi mental, dan cemas
merupakan indikator tersering dari hipovolemia dan respon pertama harus melihat
kecukupan resusitasi cairan.
Hemoglobinuria
Kerusakan jaringan, terutama jaringan otot, dari luka bakar listrik , trauma
tumpul atau iskemia menyebabkan pelepasan mioglobin dan hemoglobin. Sangat
dipertimbangkan

untuk

dilakukan

fasciotomy

(sebagai

lawan

daripada

escharotomy yang tidak melepaskan fascia otot dalam). Hemochromogens


tersebut mengakibatkan warna urin menjadi merah kotor. Gagal ginjal akut segera
terjadi karena endapan hemochromogens pada tubulus proksimal dan pengobatan
yang cepat diperlukan:

Meningkatkan produksi urin sampai 2 ml/kg/jam.

14

Pertimbangkan dosis tunggal Mannitol 12,5g lebih dari 1 jam dan observasi
respon terapi.

Masalah dengan resusitasi


Rumus hanya memperkirakan kebutuhan dan pasien secara individual
harus dimonitor secara seksama.
Oliguria
Produksi urin yang rendah menunjukkan resusitasi cairan yang tidak
adekuat sehingga langkah pertama yang tepat adalah dengan meningkatkan
kecepatan tetesan infus. Diuretik jarang diperlukan dan tidak boleh diberikan jika
belum berkonsultasi dengan unit luka bakar. Diuretik hanya digunakan pada
pasien dengan hemochromogens dalam urin, dan kadang-kadang pada pasien
dengan luka bakar yang sangat luas. Kelompok pasien berikut sering memerlukan
pemberian cairan tambahan, yaitu:
-

Anak-anak

Trauma Inhalasi

Trauma Listrik

Resusitasi yang tertunda

Dehidrasi - pemadam kebakaran , pasien yang terintoksikasi

Bayi, orang tua dan orang-orang dengan penyakit jantung harus dipantau
ketat karena kelebihan cairan dapat terjadi. Untungnya, edema paru sangat jarang
terjadi karena peningkatan proporsional lebih besar dalam resistensi vaskuler paru
daripada resistensi pembuluh darah sistemik. Hal ini terjadi pada mereka dengan
hypokinesia miokard dan seringkali memerlukan pemantauan invasif, pemberian
inotropik, ventilasi dan perubahan sulit dalam penatalaksanaan cairan.
Anak-anak rentan terhadap hipoglikemia, cairan yang berlebihan dan
pengenceran hiponatremia karena cadangan glikogen yang terbatas, luas
permukaan yang lebih tinggi dan rasio volume intravaskular. Kadar glukosa darah
dan elektrolit harus diukur secara teratur. Cairan yang berlebihan harus dibatasi

15

dan sumber karbohidrat diberikan lebih awal. Boleh diberikan secaraoral, atau
dengan pemberian dekstrosa ke dalam larutan elektrolit.

Sindrom Kompartemen Abdominal


Ini jarang terjadi namun merupakan komplikasi sekunderserius yang
terjadi pada luka luka bakar yang luaspada orang dewasa dan anak-anak, terutama
ketika kebutuhan cairan yang dihitung melebihi produksiurin. Disarankan bahwa
jika terjadiSindrom Kompartemen Abdominal diharapkan pemantauan tekanan
kandung kemih dapat memberikan informasi yang berharga.
Guideline Resusitasi Cairan pada Luka Bakar menurut American Burn
Association
-

Orang dewasa dan anak-anak dengan luas luka bakar lebih besar 20% dari
total body surface area (TBSA) harus mendapatkan resusitasi cairan
menggunakan estimasi berdasarkan luas permukaan tubuh dan luas luka
bakar.

Formula yang sering digunakan untuk memulai resusitasi yaitu


penggunaan kristaloid 2-4 mL/kg BB untuk setiap 1% permukaan tubuh
yang terbakar pada 24 jam pertama.

Resusitasi cairan, dengan jenis cairan atau perkiraan kebutuhan apa pun,
harus dititrasi untuk mempertahankan output urin kira-kira 0,5-1,0
mL/kgBB/jam pada dewasa dan 1,0-1,5 mL/kgBB/jam pada anak-anak.

Resusitasi cairan pada anak harus ditambahkan dengan kebutuhan cairan


rumatan.

Penambahan volume cairan sebaiknya dilakukan pada pasien ful-thickness


injury, trauma inhalasi dan resusitasi yang tertunda.

16

DAFTAR PUSTAKA
1. Herndon, D.N., ed. TotalBurnCare. 3rd ed. 2007, Saunders: London.
2. Holland, A.J., Pediatric burns: the forgotten trauma of childhood.
Canadian Journal of Surgery, 2006. 49(4): p. 6.
3. Greenhalgh, D.G., Burnresuscitation. J Burn Care Res, 2007. 28(4): p.
555-65.
4. Saffle, J.I., Thephenomenonof"fluidcreep"inacuteburnresuscitation.J
Burn Care Res, 2007. 28(3): p. 382-95.
5. Ipaktchi, K. and S. Arbabi, Advancesinburncriticalcare.Crit Care Med,
2006. 34(9 Suppl): p. S239-44.
6. Freiburg, C., et al., Effectsofdifferencesinpercenttotalbodysurface
areaestimationonfluidresuscitationoftransferredburnpatients.J Burn
Care Res, 2007. 28(1): p. 42-8.
7. Ansermino, J.M., C.A. Vandebeek, and D. Myers, Anallometricmodelto
estimate fluid requirements in children following burn injury. Paediatr
Anaesth, 2010. 20(4): p. 305-12.
8. Maybauer, D.M., M.O. Maybauer, and D.L. Traber, Resuscitation with
hypertonicsalineinburnshockandsepsis.Crit Care Med, 2006. 34(6): p.
1849-50.
9. Maghsoudi, H., Y. Adyani, and N. Ahmadian, Electrical and lightning
injuries.J Burn Care Res, 2007. 28(2): p. 255-61.
10. Shupp, J.W., et al., Areviewofthelocalpathophysiologicbasesofburn
woundprogression.J Burn Care Res, 2010. 31(6): p. 849-73.
11. Bak, Z., et al., Hemodynamicchanges duringresuscitationafter burns
usingtheParklandformula.J Trauma, 2009. 66(2): p. 329-36.
12. Lawrence, A., et al., Colloidadministrationnormalizesresuscitationratio
andameliorates"fluidcreep".J Burn Care Res, 2010. 31(1): p. 40-7.
13. Mitra, B., et al., Fluidresuscitationinmajorburns. ANZ J Surg, 2006.
76(1-2): p. 35-8.
17

14. French R.J. Thermal and Chemical Burns. In Emergency medicine. Just

the facts. Second Edition, 2004. P. 432-34.

18

Anda mungkin juga menyukai