Anda di halaman 1dari 9

Laporan Praktikum

Hari/tanggal

: Kamis, 17 Desember 2015

Pertanian Organik

Kelas/Prak/Kel

: B/P2/1

Dosen

: Dr.Ir. Muhadiono. M.Sc


Yoscarini H M, S.Hut. M.Si

Asisten

: M. Taufik Mubarok, A.Md


Richardo Ipuy, A.Md

TEKNIK PENANAMAN VERTIKULTUR

Wenny Tivrina Pardosi


(J3M113005)

PROGRAM KEAHLIAN
TEKNIK DAN MANAJEMEN LINGKUNGAN
PROGRAM DIPLOMA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kecenderungan terus meningkatnya kebutuhan akan lahan ini menyebabkan alih
fungsi lahan pertanian sulit untuk dihindari. Sehingga seperti saat ini sudah banyak lahan
pertanian yang dialih fungsikan sebagai lahan nonpertanian. Alih fungsi (konversi) lahan
semacam ini banyak terjadi pada negara-negara berkembang yang memerlukan banyak
kegiatan pembangunan, demi memenuhi infrastruktur yang lebih layak. Apabila keadaan ini
terus berlanjut dapat berpotensi menciptakan masalah yang sangat serius seperti ancaman
ketersediaan bahan pangan.Berhubungan dengan keadaan tersebut, maka diperlukan suatu
cara ataupun tehnologi yang dapat digunakan sebagai solusi permasalahan. Salah satu inovasi
yang telah diterapkan yaitu dengan mengaplikasikan vertikultur yang merupakan teknik
bertanam vertikal atau bertingkat. Dalam teknik bertanam ini memungkinkan menanam
dengan lahan sempit, sehingga untuk kedepannya vertikultur dapat digunakan sebagai
alternatif solusi menanam di lahan sempit.
Vertikultur diambil dari istilah verticulture dalam bahasa lnggris (vertical dan culture)
artinya sistem budidaya pertanian yang dilakukan secara vertikal atau bertingkat. Cara
bercocok tanam secara vertikultur ini sebenarnya sama saja dengan bercocok tanam di kebun
atau di sawah. Perbedaannya terletak pada lahan yang digunakan. Misalnya, lahan 1 meter
mungkin hanya bisa untuk menanam 5 batang tanaman. Dengan sistem vertikal bisa untuk 20
batang tanaman. Vertikultur dapat dikerjakan dengan memanfaatkan bahan-bahan dan
peralatan yang ada di sekitar kita. Pemilihan wadah media sebaiknya dipilih dari bahan yang
cukup kokoh dan mampu berdiri tegak. Jenis tanaman yang dapat ditanam secara vertikultur
ini sangat banyak, biasanya dari komoditas sayuran, tanaman hias ataupun komoditas
tanaman obat. Dari komoditas sayuran antara lain : sawi, kucai, pakcoi, kangkung, bayam,
kemangi, caisim, seledri, selada bokor dan bawang daun. Budidaya tanaman sayuran secara
vertikultur ini dapat dilakukan di pekarangan rumah untuk memenuhi kebutuhan pangan dan
gizi keluarga dan juga meminimalisirkan pengeluaran keluarga. (Anonim, 2013)
Vertikultur adalah cara pertanian baik indoor maupun outdoor, karena kepemilikan
lahan terbatas yang dirancang sedemikian rupa sehingga berposisi vertical atau bertingkat.
Ini merupakan konsep penghijauan yang diintroduksikan di perkotaan yang mulai gersang
dan pengap. Memanfaatkan sedikit lahan dalam sistemini tidak jauh berbeda dengan

menanam pohon seperti di kebun, sawah atau dalam polibag sekalipun.Vertikultur tidak
hanya sekadar kebun vertikal. Namun ide ini akan merangsang seseorang untuk menciptakan
khasanah biodiversitas di pekarangan yang sempit sekalipun. Dengan strukturvertikal, akan
memudahkan pengguna membuat dan memeliharanya. Vertikultur tidak hanya sekadar kebun
vertikal, namun ide ini akan merangsang seseorang untuk menciptakan khasanah
biodiversitas di pekarangan yang sempit sekalipun. Struktur vertikal, memudahkan pengguna
membuat dan memeliharanya. Pertanian vertikultur tidak hanya sebagai sumber pangan tetapi
juga menciptakan suasana alami yang menyenagkan.
Model, bahan, ukuran, wadah vertikultur sangat banyak, tinggal disesuaikan dengan
kondisi dan keinginan. Pada umumnya adalah berbentuk persegi panjang, segi tiga, atau
dibentuk mirip anak tangga, dengan beberapa undak-undakan atau sejumlah rak. Bahan dapat
berupa bambu atau pipa paralon, kaleng bekas, bahkan lembaran karung beras pun bisa,
karena salah satu filosofi dari vertikultur adalah memanfaatkan benda-benda bekas di sekitar
kita.Persyaratan vertikultur adalah kuat dan mudah dipindah-pindahkan.Tanaman yang akan
ditanam sebaiknya disesuaikan dengan kebutuhan dan memiliki nilai ekonomis tinggi,
berumur pendek, dan berakar pendek. Tanaman sayuran yang sering dibudidayakan secara
vertikultur antara lain selada, kangkung, bayam, pokcoy, caisim, katuk, kemangi, tomat, pare.
Untuk tujuan komersial, pengembangan vertikultur ini perlu dipertimbangkan aspek
ekonomisnya agar biaya produksi jangan sampai melebihi pendapatan dari hasil penjualan
tanaman. Sedangkan untuk hobiis, vertikultur dapat dijadikan sebagai media kreativitas dan
memperoleh panenan yang sehat dan berkualitas.
1.2 Tujuan
Mengetahui dan menguasai sistem budidaya tanaman sayuran secara vertikultur
sehingg dapat mengaplikasikan sistem budidaya secara vertikultur sebagai solusi lahan
sempit dan untuk mengetahui pertumbuhan kangkung dengan menggunakan metode
vertikultur.
.

BAB II
METODELOGI
2.1 Alat dan Bahan
Alat yang dibutuhkan yaitu pralon yang sudah didesain sedemikian rupa, sendok sekop,
ember, cangkul, ayakan,dan alat siraman.
Bahan yang dibutuhkan yaitu benih kangkung, tanah, bahan organik, humid acid, dan air.

2.2 Metode
Alat dan bahan praktikum disiapkan terlebih dahulu, kemudian bahan organik dan
tanah diambil dengan menggunakan cangkul dan dimasukkan kedalam ember. Bahan organik
dan tanah dicampurkan dengan perbandingan 3:1. Setelah dicampur bahan organik dan
tanah diayak dengan ayakan. Bahan organik dan tanah yang sudah diayak dimasukkan ke
dalam paralon sebanyak dari ukuran tinggi paralon. Benih kangkung darat ditanam pada
media tanam yang telah disiapkan dengan perlakuan yang telah ditentukan yaitu sebanyak
satu

benih kangkung darat yang ditanam pada masing-masing lubang dengan metode

penanamannya zig-zag. Media tanam diletakkan di area terbuka dan dilakukan penyiraman
secara rutin setiap minggunya dengan humid acid yang telah diencerkan dengan
perbandingan 1:9 (humid acid : air). Pengamatan pertumbuhan kangkung dilakukan
perminggu dengan parameter tinggi tanaman dan jumlah daun. Proses penyulaman dilakukan
apabila tanaman tidak tumbuh setelah satu minggu penanaman.

BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1

Hasil
Berdasarkan

praktikum selama tiga minggu memperoleh hasil untuk parameter

pertumbuhan kangkung (ipomea reptans) dalam teknik penanaman vertikultur sebagai berikut
:

Parameter
Rata-rata Tinggi (cm)
Jumlah yang Hidup
Jumlah Yang Mati/Hilang
Jumlah Penyulaman
Bibit yang ditanam
Komposisi Media (Tanah:Pupuk Kandang)
Photo

0
-

Minggu ke1
2
1.58 cm
3.46
6
10
14
10
20
1:3
Terlampir

3
7.2
17
3
3

3.1.3

Grafik Tinggi Tanaman

Tinggi Tanaman
7.2

8
6

Tinggi (cm)

3.46

1.58
2
0
Minggu 1

Minggu 2

Minggu 3

Perlakuan

Tabel Tinggi kangkung

3.1.4

Perhitungan

3.2

Pembahasan
Kata vertikultur diambil dari bahasa Inggris, verticulture yang merupakan

penggabungan dua kata, vertical dan culture. Pengertiannya adalah suatu cara pertanian yang
dilakukan dengan sistem bertingkat. Mengolah tanah dalam sistem ini tidak jauh berbeda
dengan menanam pohon seperti di sebuah kebun atau sawah. Namun ada kelebihan yang
diperoleh, yaitu dengan lahan yang minimal mampu menghasilkan hasil yang maksimal
(Anonim, 2010). Kekurangan sistem vertikultur antara lain rawan terhadap serangan jamur,
sehingga pemantauan kondisi pertanaman harus sering dilakukan. Populasi tanaman yang
tinggi menyebabkan kelembaban udara tinggi, sehingga memungkinkan serangan penyakit
mudah menyebar. Penyiraman harus dilakukan secara kontinyu meskipun hujan, terutama
bila tanaman ditanam pada sistem bangunan beratap (Haryanto et al., 1995).
Teknik Vertikultur merupakan cara bertanam yang dilakukan dengan menempatkan
media tanam dalam wadah-wadah yang disusun secara vertical, atau dapat dikatakan bahwa
vertikultur merupakan upaya pemanfaatan ruang ke arah vertical. Dengan demikian
penanaman dengan system vertikultur dapat dijadikan alternative bagi masyarakat yang
tinggal di kota, yang memiliki lahan sempit atau bahkan tidak ada lahan yang tersisa untuk
budidaya tanaman. Teknik pertanian vertikultur seperti ini biasanya untuk membudidayakan
tanaman semusim atau berumur pendek, seperti sayuran. Aneka sayuran yang dapat ditanam

antara lain seledri, selada, kangkung, bayam. Jenis tanaman obat-obatan atau tanaman hias
pun layak untuk dicoba. Vertikultur merupakan teknologi sederhana yang dapat
dikembangkan pada skala rumah tangga. Untuk keperluan bisnis rancang bangun dapat
dilengkapi dengan sistem pengairan yang diatur dan bersiklus. Banyak jenis tanaman yang
dapat dibudidayakan secara vertikultur, tetapi yang cocok dan umum digunakan adalah
tanaman semusim baik itu tanaman sayuran daun maupun tanaman sayuran buah, tanaman
hias, dan tanaman obat. Dalam pemilihan jenis tanaman yang perlu mendapat perhatian
adalah sistem perakarannya. Tanaman berakar serabut lebih mudah ditanam dengan cara
vertikultur karena tidak memerlukan ruang terlalu luas.
Vertikultur salah satu cara budidaya yang efektif untuk dilaksanakan di daerah yang
tidak memiliki lahan luas, seperti di perkotaan. Budidaya secara vertikultur tanaman ditanam
pada wadah yang disusun secara bertingkat sehingga pada lahan yang sempit dapat
memperoleh hasil yang cukup banyak. Budidaya secara vertikultur juga menghematan
penggunaan pupuk dan air. Pada hasil pengamatan vertkultur tanaman kangkung. Pada
pengamatan pertama pertumbuhan sangat baik. Tetapi pada pengamatan minggu berikutnya
pertumbuhan dari kangkung semakin melambat, hal ini dikarenakan nutrisi yang beredar
kandungan nutrisinya sudah semakin rendahh sehingga banyak tanaman yang tidak tumbuh
dan berkembang dengan lambat. Pada minggu beriutnya sebagian ada yang belum muncul
pada tanaman kangkung. Kelebihan dari sistem pertanian vertikultur adalah : 1) efisiensi
penggunaan lahan karena yang ditanam jumlahnya lebih banyak dibandingkan sistem
konvensional, (2) penghematan pemakaian pupuk dan pestisida, (3) kemungkinan tumbuhnya
rumput dan gulma lebih kecil,(4) dapat dipindahkan dengan mudah karena tanaman
diletakkan dalam wadah tertentu, (5) mempermudah monitoring/pemeliharaan tanaman
Pada praktikum ini dilakukan dengan horizontal dengan menggunakan pipa paralon.
Lahan vertikultur dengan menggunakan paralon dapat dibuat dengan cara melubangi paralon
yang ada kemudian memasukkan tanah dan pupuk ke dalam paralon sebagai media
tanam.Cahaya matahari mempengaruhi ekosistem secara global karena matahari menentukan
suhu. Cahaya matahari juga merupakan unsur vital yang dibutuhkan oleh tumbuhan sebagai
produsen untuk berfotosintesis. Cahaya Optimal bagi Tumbuhan Kebutuhan minimum cahaya
untuk

proses

pertumbuhan

terpenuhi

bila

cahaya

melebihi

titik

kompensasinya

(Wirakusumah, 2003).Tanaman juga memerlukan perawatan, seperti halnya makhluk hidup


yang lain. Penyiraman dilakukan setiap hari juga diletakkan pada tempat yang terkena
matahari dengan cukup. Kekurangan cahaya pada tumbuhan berakibat pada terganggunya
proses metabolisme yang berimplikasi pada tereduksinya laju fotosintesis dan turunnya

sintesis karbohidrat. Faktor ini secara langsung mempengaruhi tingkat produktivitas


tumbuhan dan ekosistem. Persyaratan vertikultur adalah kuat dan mudah dipindah-pindahkan.
Tanaman yang akan ditanam sebaiknya disesuaikan dengan kebutuhan dan memiliki nilai
ekonomis yang tinggi, berumur pendek dan berakar pendek

BAB VI
PENUTUP
4.1

Kesimpulan
Budidaya tanaman yang diwujudkan dengan sistem vertikultur adalah alternatif solusi

untuk suatu usaha budidaya tanaman tetapi tidak memiliki lahan yang cukup dan memadai
atau dapat dikatakan lahan sangat terbatas. Sistem pertanian secara vertikultur ini memiliki
kelebihan terutama berupa efisiensi lahan, pupuk, air, benih, serta tenaga kerja. Vertikultur
merupakan suatu sistem pertanian yang mendukung pertanian berkelanjutan yang didasari
oleh tiga macam aspek yaitu aspek ekologi, aspek ekonomi serta aspek sosial.
4.2

Saran
Praktikum selanjutnya diharapkan adanya peralatan yang lebih lengkap dan

keefektifan praktikum lebih ditingkatkan mengingat banyaknya praktikan yang tidak


melakukan pengamatan hanya mengandalkan praktikan yang lain. Dalam penunjang
pertumbuhan tanaman selanjutnya diharapkan menggunakan pupuk organik yang lain supaya
praktikan juga lebih mengetahui dan memahami manfaat dan kandungan pupuk organik
selain humic acid.

DAFTAR PUSTAKA
Anonim, I. dkk. 2013. Taman Sayur. Jakarta : Penebar Swadaya.
Sudarmodjo, Eko dkk. 2008. Sawi & Selada. Jakarta: Penebar Swadaya.
Sumitka, Y. dan Herliana, E. 2007. Bertanam 15 Sayuran Organik dalam Pot. Jakarta :
Penebar Swadaya.
Pracaya. 2008. Bertanam Sayuran Organik di Kebun, Pot dan Vertikultur . Penebar Swadaya.
Jakarta
Simamora, Suhut & Salundik, 2006. Meningkatkan Kualitas Kompos. Meningkatkan
Kualitas Kompos. Kiat Menggatasi Permasalahan Praktis. Agromedia Pustaka :
Yogyakarta
Sunarjono, H. 2008. Bertanam 30 Jenis Sayuran. Penebar Swadaya. Jakarta

Anda mungkin juga menyukai