Disusun Oleh :
1.
2.
3.
4.
5.
(22020111120018)
(22020111130032)
(22020111130048)
(22020111130060)
(22020111130078)
SSO atau sistem saraf otonom merupakan sistem saraf campuran, Sistem saraf otonom
juga mempersarafi otot polos, otot jantung, dan kelenjar-kelenjar viseral (Arif Muttaqin,
2008). Saraf ini disebut saraf otonom karena sifat kerja saraf tersebut tidak menurut
kesadaran kita atau tidak dipengaruhi kehendak kita (Kadaryanto, 2006). Sistem saraf
otonom bergantung pada sistem saraf pusat, dan antara saraf otonom dan saraf pusat
dihubungkan oleh urat-urat saraf aferen dan eferen (Evelyn, 2008). Sistem saraf otonom
bertugas mengatur fungsi esensisal tanpa menunggu perintah langsung dari kita (seperti
denyut jantung dan bagaimana kita bernapas) (Brian, 2007). Serabut saraf otonom
dianggap involunter karena ada sedikit kontrol yang disadari terhadap fungsinya
(Elizabeth, 2009).
Sistem saraf otonom dibagi menjadi dua yaitu sistem saraf otonom simpatis (SSOS) yang
merupakan bagian simpatis meninggalkan SSP dari daerah torakal dan lumbal
(torakolumbal) medula spinalis dan sistem saraf otonom parasimpatis (SSOP) yang
merupakan bagian parasimpatis keluar dari otak (melalui komponen-konponen saraf
kranial) dan bagian sakral medula spinalis atau kraniosakral (Arif, 2008).
A. Sistem Saraf Otonom Simpatis
Sistem saraf simpatis merupakan sistem saraf otonom yang paling penting dan
sangat berperan dalam pengaturan sirkulasi, rangsangan sistem saraf simpatis ini
akan mengakibatkan meningkatnya aktivitas jantung, meningkatkan frekuensi
jantung dan menambah kekuatan serta volume pompa jantung serta menyuplai
pembuluh darah.
Anatomi pengaturan saraf simpatis terhadap sirkulasi adalah serabut-serabut
saraf vasomotor simpatis meninggalkan medula spinalis melalui semua saraf spinal
toraks dan melalui satu atau dua saraf spinal lumbal pertama. Kemudian serabutserabut ini akan segera masuk ke dalam rantai simpatis yang berada di tiap sisi
korpus vertebra. Selanjutnya serabut ini menuju sirkulasi melalui dua jalan yaitu :
1) Melalui saraf simpatis spesifik yang mempersarafi pembuluh darah organ
visera interna dan jantung.
2) Segera memasuki nervus spinalis perifer yang mempersarafi pembuluh darah
perifer.
dan sinyal yang keluar dari daerah sensorisk ini kemudian membantu
mengendalikan aktivitas daerah vasokonstriktor maupun vaskodilator,
sehingga merupakan refleks kendali terhadap banyak fungsi sirkulasi,
contohnya adalah refleks baroreseptor untuk mengendalikan tekanan arteri.
Pusat vasomotor sebagai pengaturan aktivitas jantung yaitu untuk
menurunkan atau meningkatkan aktivitas jantung dengan mekanismenya,
saat pusat ini mengendalikan derajat konstriksi vaskular, pusat ini juga
mngendalikan
aktivitas
jantung.
Bagian
lateral
pusat
vasomotor
2. REFLEK BARORESEPTOR
Dalam tubuh manusia memilik sebuah mekanisme regulasi tekanan darah
yang berfungsi menjafa tekanan darah dalam keadaan konstan. didalam sistem
cardiovascular, tekanan darah dapat diontrol secara konstan apabilakontrol haluan
kantung, yaitu jumplah darah yang dipompa, resistensi perifer yaitu tahanan dinding
pembuluh darah dan volume darah berjalan dengan baik.
Dalam sistim pengaturan jangka pendek, cardiovascular dikendalikan oleh
sistem syaraf. Pengendalian oleh syaraf hanya bisa dilakukan dalam hitungan detik
sampai menit. Mekanisme utama dalam proses pengontrolan tekanan darah berjalan
sesuai denga mekanisme umpan-balik negatif. Yang dimaksut mekanisme umpan
balik negatif adalah mekanisme perangsangan yang menyebabkan pengurangan
meningkattanoutput jantung
vaskular dengancara
vasokonstriksi untuk menaikkan tekanan darah. Dan sebaliknya, jika tekanan darah
meingkat,
beroreseptor
akan
merangsang
sistem
saraf
parasimpatis
yang
mengakibatkan penurunan output jantung (meliputi isi sekuncup dan denyut jantung)
dan vasodiatasi pembuluh darah.
Dalam pembuluh darah, baroreseptor sangatlah peka terhadap tekanan darah.
Sistembaroreseptor sangat cepat untuk mengompensasi perubahan tekanan darah.
Sehingga, sistem reflek baroreseptor sangat penting dalam regulasi tekanan darah.
Baroreseptor yang penting pada tubuh manusia terdapat di sinus karotis dan arkus
aorta.
Reflek baroreseptor merupakan reflek utama dalam menentukan kontrol
regulasi pada denyut jantung dan tekanan darah.baroreseptor sensitif terhadap
perubahantekanan dan renggangan arteri. Baroreseptor menerima rangsangan dari
peregangan atau tekanan yang berlokasi di arkus aorta dan sinus karotikus. Reseptor
ini dirangsang oleh distensi dan peregangan dinding aorta.
Saat tekanan darah arteri meningkat dan arteri meregagn, reseptor-reseptor ini
akan mengirim impuls ke pusat vasomotor untuk meng
Dilatasi arteriol menurunkan tekanan perifer dan dilatasi vena menyebabkan
darah menumpuk pada vena dan dengan demikian menurunkan curah jantung dan
daya kontraksi jantung. Sebaliknya, penurunan tekanan arteri rata-rata menyebabkan
reflek vasokonstriksi dan meningkatkan curah jantung, dengan
demikian
3. Reflek kemoreseptor
Kemoreseptor merupakan kelompok sel saraf sensorik yang terletak di badan
karotis yaitu pada percababangan arteri karotis dan juga terletak pada badan aorta
yaitu pada bagian dalam arkus aorta. Pusat serabut eferen terdapat di pusat vasomotor
yang ada di medulla oblongata (Arif, 2009).
Refleks kemoreseptor sangat dipengaruhi oleh respons perubahan tekanan parsial
oksigen dalam arteri (PaO2), perubahan tekanan parsial karbondioksida pada arteri
(PaCo2), perubahan konsentrasi serum ion hydrogen (pH). Pusat kemoreseptor dibagi
menjadi dua yaitu kemoreseptor sentral dan kemoreseptor perifer.
1. Kemoreseptor sentral
Terletak pada permukaan ventral medulla oblongata. Kemoreseptor ini merespon
dengan cepat setiap peningkatan konsentrasi CO2 ataupun peningkatan konsentrasi
ion hydrogen dengan menambah ventilasi.
2. Kemoreseptor perifer
Terletak di bifurkasia arteria karotis dan sepanjang arkus aorta diaktifkan oleh
hipoksia dan oleh CO2 dan ion hydrogen. Pada suasana normal, reseptor ini sangat
peka dan menjaga PaCO2 tetap konstan walaupun ada perubahan produksi CO2.
Sensor pernapasan juga peka terhadap penurunan tekanan darah seperti yang
didapati pada renjatan (shock) yang mengakibatkan terjadinya hiperventilasi.
Kemoreseptor sentral berespon linear terhadap PaO2, sedangkan kemoreseptor
perifer hanya menyebabkan kenaikan ventilasi sampai nantinya ada hipoksemia
yang signifikan yaitu kurang dari 60mmHg (Djojodibroto, 2007).
Reseptor yang paling berperan adalah reseptor yang berlokasi di karotis dan
badan aorta yang lokasinya berdekatan dengan baroreseptor pada sinus karotis dan
arkus aorta. Selanjutnya peningkatan tekanan darah membantu mempercepat aliran
darah kembali ke jantung dan ke paru. Refleks kemoreseptor ini merangsang jantung
melalui 2 mekanisme yaitu :
a. Refleks primer, berupa brakikardi sebagai respon terhadap penurunan PaO2 dan
Saat volume sekuncup normalnya kira-kira 70-75 kali, maka cardiac output normal
adalah 5 liter per menit. Namun, selama latihan jumlah ini meningkat sampai 15 liter
atau lebih per menit. (Limited, 1999) Pada orang dewasa rata-rata curah jantungnya
adalah antara 4,5-8 Liter per menit. Peningkatan curah jantung terjadi karena adanya
peningkatan jumlah denyutan jantung dan volume sekuncup. (Muttaqin, 2009) Cardiac
output berfungsi sebagai mekanisme kompensasi primer untuk meningkatkan
pengangkutan oksigen ke jaringan jika diperlukan. (Oman, 2000) Indeks jantung sering
dihitung secara klinis dan menggambarkan kinerja jantung pada individu. Indeks jantung
dihitung dengan membagi curah jantung yang terukur dengan luar permukaan tubuh.
Indeks jantung normal adalah 3,2 L/menit/m2. (Khurana, 2006)
5. Distribusi dari Cardiac Output
Pendistribusiaan cardiac output dari cardiac output total adalah 75% di distribusikan
pada organ-organ vital pada tubuh dan 25% sisanya di distribusikan ke otot rangka, organ
lain pada tubuh dan kulit. (Khurana, 2006)
Tabel distribusi dari cardiac output ke orang-organ pada tubuh manusia.
(Scott, 1986)
Dari bagan diatas dapat kita lihat bahwa cardiac output paling banyak
didistribusikan ke ginjal, kemudian baru didistribusikan ke sistem saraf pusat, otot
rangka, saluran pencernaan dan hati. Serta bagian yang paling sedikit didistribusikan
cardiac output adalah pada jantung dan kulit.
Produksi maksimal curah jantung terjadi pada orang yang sering berolahraga dan
produksi minimum curah jantung terjadi pada orang yang mempunyai masalah dengan
jantungnya. Nilai curah jantung dapat diamati pada :
Dewasa muda
: 300-400%
Lansia
: 200-250%
Atlet
: 500-600%
(Khurana, 2006)
Ada perbedaan pendistribusiaan cardiac output saat orang tersebut beristirahat dan
setelah orang tersebut melakukan olahraga/latihan. Berikut tabel perbedaan prosentase
pendistribusian cardiac output ke beberapa organ tubuh pada saat beristirahat dan setelah
melakukan olahraga/latihan.
No
Organ
Prosentase (%)
Istirahat
Setelah Berolahraga
Saluran Pencernaan
27
4,8
Ginjal
20
4,4
Kulit
13,6
Otak
13
5,2
Jantung
4,4
Otot Rangka
15
64
13
3,6
(Sherwood, 2010)
6. Faktor yang menyebabkan perbedaan Cardiac Output
Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi cardiac output yaitu faktor fisiologis
dan faktor patologis. (Khurana, 2006)
1. Faktor fiologis
a. Usia
Pada anak-anak luas permukaan lebih kecil daripada orang dewasa sehingga
indeks cardiac pada anak-anak lebih besar daripada indeks cardiac pada orang
dewasa.
b. Jenis kelamin
Luas area permukaan tubuh pada perempuan lebih kecil daripada laki-laki
sehingga indeks cardiac perempuan lebih besar daripada indeks cardiac laki-laki.
c. Perbedaan siang
Pada pagi hari cardiac output rendah dan mengalami penambahan pada siang hari
tergantung pada kondisi orang tersebut.
d. Suhu lingkungan
Perubahan suhu lingkungan tidak dapat merubah cardiac output. Suhu lingkungan
yang tinggi berhubungan dengan kenaikan cardiac output.
e. Kecemasan dan kegembiraan
Telah dilaporkan bahwa kecemasan dan kegembiraan dapat menaikkan cardiac
output dari 50-100%.
f. Makanan
Makanan mungkin dapat menaikkan cardiac output sekitar 30%.
g. Latihan/olahraga
jantung memompa.
Haemorrhage
Penurunan cardiac output terjadi karena menurunnya volume darah
Hypothyroidism
Penurunan cardiac output terjadi karena menurunnya metabolisme basal
7. Regulasi Cardiac Output
Cardiac output dapat meningkat atau menurun akibat dari macam-macam kondisi
seperti fisiologis dan patologis. Keadaan cardiac output dapat meningkat dan menurun
juga akibat dari gaya gerak yang bekerja secara instrinsik atau ekstrinsik pada jantung;
yaitu, dengan atau tanpa faktor eksternal. Pengaturan instrinsik curah jantung ditentukan
oleh panjang serabut otot jantung. Pengaturan eksternal adalah efek dari rangsangan saraf
pada jantung.
meningkat,
sehinga
meningkatkan
tegangan
jantung
dan
ventrikel. Semakin regang serabut otot-otot jantung sampai pada batas tertentu
semakin kuat kontraksinya.
Kontraktilitas miokardium sangat mempengaruhi volume sekuncup. Bila saraf
simpatif yang menuju ke jantung dirangsang, maka akan meningkatkan kontraktilitas.
Frekuensi dan irama jantung juga memengaruhi kontraktilitas misalnya bila ada
ekstrasistolil ventrikel makan akan terjadi potensiasi pada ekstrasistolik. Berbagai
obat seperti digitalis atau inotropik, glikosida dan kalsium akan meningkatkan
kontraktilitas. Sedangkan obat-obat seperti quinidine, procainamide, anestesi lokal
barbilurat akan menekan kontraksi jantung. Tidak hanya obat saja yang dapat
menekan kontraksi jantung namun depresan fisiologis seperti anoksia, hiperkapnea,
asidosis juga akan menekan kontraksi jantung.
Beban akhir (afterload) merupakan tahanan yang terjadi saat darah
dikeluarkan dari ventrikel. Ventrikel kiri harus melawan tahanan untuk membuka
katup semilunar aorta dan mendorong darah selama kontraksi/fase sistolik atau
disebut juga aorta systolic pressure. Ada beberapa fator yang dapat mempengaruhi
beban akhir seperti stenosis aorta, vasokontriksi perifer, hipertensi, polisitemia, obatobatn vasokontriktor ini akan meningkatkan beban akhir. Dan jenis obat-obatan
vasodilator akan menurunkan beban akhir. Peningkatan drastis beban akhir akan
meningkatkan kerja ventrikel, kebutuhan oksigen dan dapat berakibat kegagalan
ventrikel.
Apabila serat otot jantung diregangkan terlalu berlebihan, maka sebagian
jembatan-silang miosin tidak akan mampu mencapai tempat ikatan mereka di aktin
sehingga terjadi penurunan ayunan jembatan-silang serta penurunan tegangan
kontraktilitas jantung. Hal ini menyebabkan penurunan volume sekuncup dan curah
jantung. Apabila serat-serat tersebut terletak terlalu berdekatan, maka hubungan
jembatan-silang miosin aktin akan saling berdesakan sehingga ayunan sulit terjadi
akibatnya kontraktilitas jantung, volume sekuncup dan curah jantung akan berkurang.
Aliran balik vena, dengan meningkatnya aliran balik vena akan meregangkan
dinding atrium kanan. Peregangan ini meningkatkan kecepatan pelepasan potensial
aksi nodus SA dan kecepatan denyut jantung hingga 20%. Peningkatan kecepatan
denyut jantung disertai peningkatan volume sekuncup dapat secara drastis
meningkatkan curah jantung. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi aliran balik
vena, yaitu pompa otot, pompa pernafasan, pompa jantung dan denyut arteri.
(Limited, 1999)
Pompa otot berupa gerakan memeras dan terputus-putus pada vena sesuai
dengan irama kontraksi-relaksasi otot skeletal.Saat berkontraksi otot-otot skeletal
akan memeras vena-vena diantara otot tersebut dan memaksa darah melewati katupkatup menuju jantung. Kemudian ada pompa pernapasan, tekanan negatif intratorakal
yang
meningkat
selama
inspirasi
berkenaan
dengan
tarikan
elastis
dari
pengembangan paru cenderung mengisap darah keatas masuk torak. Dan pada pompa
jantung terdapat tekanan tertentu dipindahkan melalui kapiler-kapiler dari arteri.
Kemudian denyut pada arteri cenderung memeras vena yang ada disepanjang vena.
Kekuatan fungsional yang mendorong darah kembali ke jantung adalah
perbedaan tekanan antara aorta dan atrium kanan selama jantung berdenyut. Tekanan
dari ventrikel kiri kemudian ditransfer ke sistem arteri dan selajutnya ke sistem vena.
Tekanan ini disebut dengan tekanan pengisian sistemik (7mmHg) yang menghasilkan
tekanan rata-rata sirkulasi (mean pressure) dari aorta sampai vena cava. (Ronny,
2010)
Peningkatan aliran balik vena akan meningkatkan volume akhir diastolik.
Volume akhir diastolik menentukan panjang serat-serat otot sesaat sebelum ventrikel
berkontraksi sehingga secara parsial menentukan volume sekuncup. Pada keadaan
normal, serat-serat otot jantung yang istirahat teregang di bawah optimum untuk
memaksimalkan kontraktilitas. Dengan demikian, jantung memiiki kapasitas
cadangan untuk memompa darah lebih kuat apabila volume aliran darah meningkat.
2. Pengaturan ekstrinsik terhadap curah jantung
Keceptan denyut jantung dan volume sekuncup dipengaruhi oleh sistem saraf
simpatis dan parasimpatis. Saraf aferen dari saraf glosofaringeal dan saraf vagus
membawa pesar dari reseptor sensori sinus karotis dan arkus aorta menuju medula
oblongata sebagai pusat regulasi jantung. Saraf simpatis keluar dari batang otak
kemudian memberikan stimulus pada jantung dan melakukan fungsi regulasi saraf
simpatis yang lain.
Saraf simpatis menjalar di dalam traktus saraf spinalis toraks ke nodus SA dan
melepaskan neurotransmiter norepineprin. Norepineprin berikatan dengan reseptor
spesifik yang disebut reseptor adrenergik B1 yang terdapat di sel nodus SA. Setelah
berikatan, terjadi pengaktifan sistem perantara kedua yang menyebabkan peningkatan
kecepatan denyut jantung akan menurun apabila pengaktifan saraf simpatis dan
pelepasan norepineprin berkurang. Peningkatan atau penurunan kecepatan denyut
jantung disebut efek kronotropik positif dan negatif.
Saraf simpatis juga mempersarafi semua sel diseluruh miokardium, yang
menyebabkan peningkatan gaya dari setiap kontraksi (yaitu : kontraktilitas) pada
setiap panjang serabut otot tertentu. Ini menyebabkan peningkatan pada volume
sekuncup disebut efek inotropik positif.
Saraf parasimpatis menjalar ke nodus SA dan ke seluruh jantung melalui saraf
vagus.
Saraf
parasimpatis
melepaskan
neurotransmiter
asetilkolin,
yang
Kontrol hormon terhadap curah jantung. Medula adrenal adala suatu perluasan
sistem saraf sistem simpatis. Pada perangsangan simpatis, medula melepaskan
norepinefrin dan epinefrin ke dalam sirkulasi. Hormon mencapai jantung dan
menimbulkan respons kronotropik dan inotropik positif. Berikut tabel efek hormon
pada curah jantung.
Hormon
Mekanisme efek
Norepinefrin
Asetilkolin
otot
rangka
beberapa
serabut
vasomotor
kadar
katekolamin
(norepinefrin
dan
(Ronny, 2010)
6. HUKUM STARLING
Hukum starling untuk jantung. Kekuatan kontraksi miokard sebanding dengan
panjang (peregangan) serabut otot ventrikel (dalam batas-batas fisiologis). Ketika
jantung terisi pada waktu diastole, serabut tersebut akan meregang dan kontraksi
berikutnya terjadi lebih kuat. Hubungan antara panjang dan tegangan ini dikenal sebagai
hukum starling (Brooker, Christine. 2001). Kenaikan aliran vena yang menyertainya
akan menaikkan isi sekuncup (hukum starling tentang jantung (Sabiston, David. 1995).
Hukum Frank Starling :
1. Makin besar isi jantung sewaktu diastol, semakin besar jumlah darah yang
dipompakan ke aorta
2. Dalam batas-batas fisiologis, jantung memompakan ke seluruh tubuh darah yang
kembali ke jantung tanpa menyebabkan penumpukan di vena
3. Jantung dapat memompakan jumlah darah yang sedikit ataupun jumlah darah
yang besar bergantung pada jumlah darah yang mengalir kembali dari vena
Hukum starling kapiler adalah hipotesis mengenai mengeai mekanisme pertukaran
cairan yang didasarkan pada gradien tekanan vena/ arteri (Sloane, Ethel. 2003).
a. Tekanan filtrasi efektif pada ujung arteri kapiler membantu pergerakan air dan zat
terlarut keluar menuju jaringan. Cairan jaringan keluar melalui jaringan keluar
melalui ujung arteri.
b. Jika tekanan darah dalam jaring-jaring kapiler turun drastis, maka tekanan ini tidak
dapat lagi menahan tekanan lawan untuk absorpsi ke dalam. Dengan demikian,
cairan jaringan akan bergerak memasuki kapiler melalui ujung vena.
Mekanisme starling mengasumsi suatu kapiler yang ideal. Teori terakhir menyatakan
vasomotion berirama (konstriksi intermilen dilatasi sfingter prekapilar) dalam jaringjaring kapilar kemungkinan akan memperbesar atau memperindah tekanan pada kapilar
seseorang. Dengan demikian pergerakan cairan masuk atau keluar dapat berlangsung di
sepanjang kapilar.
Ketidakseimbangan
DAFTAR PUSTAKA
Limited, Cambridge Communication. 1999. Anatomi Fisiologi : Sistem Persarafan
Sistem Kardiovaskuler edisi 2. Jakarta : EGC
Muttaqin, Arif. 2009. Pengantar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan
dan
Sistem